Kajian Geologi Dan Karakteristik Erupsi Gunung Slamet...
KAJIAN GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNGAPI SLAMET, JAWA TENGAH Alifiansyah Wahyu S 1, Ansgarius Y. Debrito 1, Bagus1, Damas Muharif 1, Fatimah Sri G1, Irene 1
1
1
1
Apriyanti S , Istin U. Indiraswari , Kartika I. Rumbay , Marlina Teniwut , Nuzulindra Dwi M
1
1
Program Studi Teknik Teknik Geologi, Geologi, Seko Sekolah lah Tingg Tinggii Tek Tekno nolog logii Nas Nasion ional, al, Jl.Babarsari, Catur Caturtungg tunggal, al, Depok, Sleman, Sleman, Yogyakarta Email :
[email protected]
ABSTRAK
Komplek Gunungapi Slamet terletak pada 7 o14’30“ LS dan 109 o12’30" BT merupakan komplek gunungapi Kuarter yang aktifitas vulkaniknya sudah berlangsung sejak Tersier. Perkembangan bumi yang dinamis tercermin dari aktifitas tektonik dan vulkanik di Gunung Slamet yang mempengaruhi evolusi paleo-geografi, membentuk kenampakan alam dan variasi batuan di daerah ini. Gunungapi Slamet yang merupakan gunungapi aktif tipe A (yang telah melakukan erupsi sejak tahun 1600). Lebih dari 30 kegiatan erupsi (tipe vulcanian dan strombolian) sudah tercatat sejak 1772. Peningkatan aktifitas vulkanik muncul sejak pertengahan April 2009 dan diakhiri dengan beberapa erupsi tipe strombolian diantara 23 April-6 Mei 2009. Sekarang Gunungapi Slamet berada pada kondisi normal.
Kata kunci: aktifitas vulkanik, erupsi, gunung slamet, tipe strombolian
bentang alam, G. Slamet dapat dibagi
I. PENDAHULUAN
Di
Pulau
Slamet
menjadi tiga periode kegiatan, yaitu G.
(+3432 m) merupakan salah satu gunungapi
Slamet Tua, G. Slamet Menengah, dan G.
aktif tipe A (pernah meletus sejak tahun
Slamet Muda. Pada kompleks G. Slamet Tua
1600).
padaposisi
terdapat beberapa bekas kawah dan sumbat
7o14’30" LS dan 109 o12’30" BT, dengan
lava G. Beser (+ 925 m). Batuan vulkanik
wilayah administrasi masuk ke dalam lima
Slamet Menengah menyebar ke tenggara,
wilayah yaitu Kabupaten Brebes, Tegal,
sedangkan batuan Slamet Muda melampar ke
Pemalang,
Purbalingga.
timur-timur laut-utara dan sebagian kecil ke
Evolusi tubuh vulkanik dan karakteristik
barat laut la ut (Djuri ( Djuri dkk. 1975; Supriatman dkk.
Gunung
Jawa
ini
Banyumas
Gunung
terletak
dan
1985; Bronto & Pratomo 2010). Di kaki
karakteristik
timur G. Slamet Muda dijumpai 35 buah
vulkanik G. Slamet terdiri atas G. Slamet
kerucut silinder yang berumur sekitar 0,042
Tua, G. Slamet Muda yang terletak di
± 0,020 Ma (Sutawidjaja & Sukhyar 2009).
sebelah timurnya dan G. Slamet Menengah.
Secara
masih
Kelompok endapan vulkanik produk erupsi
memiliki kegiatan kawah pusat, aktivitasnya
G. Slamet Tua terdiri atas leleran lava
masih berlangsung yaitu berupa hembusan
andesit dan endapan piroklastik yang telah
solfatara, pembentukan kubah lava, serta
mengalami
letusan abu.
kelompok endapan G. Slamet Muda, yang
keseluruhan
G.
Slamet
terdiri
yang
alamnya,
ubahan
leleran
hidrotermal,
lava
basaltik
tubuh
dan
dan
piroklastik jatuhan yang tidak terubah (Haar
II. METODE PENELITIAN
Metode
atas
bentang
digunakan
dalam
1935;
Harloff
1933;
Djuri
1975
dan
penelitian ini terdiri dari metode studi
Sutawidjaja dkk. 1985; Pardyanto 1971;
literatur dengan cara mengumpulkan data
1990). Kelompok Slamet Tua diwakili oleh
data dari berbagai sumber dan penelitian oleh
lava Mingkrik, lelerannya tersingkap terbatas
ahli
di bagian barat kawah G. Slamet, satuan
geologi
dikumpulkan
terdahulu. berupa
Data
yang
data
analisa batuan ini adalah pembentukan tubuh Slamet
geomorfologi, stratigrafi, stuktur geologi ,
Tua (Gunung Cowet), ditindih oleh produk
sejarah letusan, karakteristik erupsi dan
Slamet Muda yang diwakili oleh leleran lava
potensi ancaman terhadap lingkungan dan
andesit piroksin. Sektor barat laut dari tubuh
upaya dalam mitigasi bencana yang ada.
gunung api ini telah mengalami deFormasi
Adapun
yang
vulkano-tektonik dan ubahan hidrotermal,
dilakukan meliputi: (1) pengumpulan data
yang membentuk depresi ( graben) Guci pada
data dari penelitian para ahli, (2) mencari
lereng barat laut (Sutawidjaja 1985). Antara
jurnal-jurnal geologi yang ada dari sumber
batuan vulkanik Slamet Muda dengan Slamet
sumber
dengan
Tua di bagian utara dan Slamet Menengah di
Gunungapi Slamet, dan yang terakhir yaitu
bagian selatan dibatasi oleh sistem sesar
(3) penyusunan data.
yang
yang
tahapan
ada
penelitian
kaitannya
membuka
ke
arah
timur,
yang
disebabkan oleh adanya struktur berarah III. HASIL DAN PEMBAHASAN
barat daya-timur laut. Terdapat 35 buah
Karakteristik Geologi Gunungapi Slamet
kerucut sinder dengan diameter dasar kerucut
G. Slamet yang letusannya mulai
berkisar antara 130 – 750 m dengan tinggi
tercatat dalam sejarah sejak tahun 1772
hingga 250 m. Kerucut-kerucut sinder ini
(Kusumadinata
merupakan
1979).
Berdasarkan
kelompok
gunung
api
monogenesis yang terbentuk pada 0,042 ±
beberapa tempat erupsi yang kecil pada
0,020 Ma (Sutawijaya & Sukhyar 2009).
lereng timurnya. Gunungapi Slamet dengan ketinggian 3.428 mdpal adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah. Secara morfologi
Geomorfologi
Secara
geomorfologi,
di
Gunungapi Slamet dibedakan menjadi lima
sekitar Gunungapi Slamet didominasi oleh
bagian yaitu lereng atas yang tertutup oleh
Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan
medan lava, breksi fluvial, breksi piroklastik,
Serayu Selatan, diantara dua pegunungan
dan debu vulkanik; lereng tengah yang
tersebut terdapat Lembah Serayu. Menurut
tertutup oleh breksi fluvio vulkanik, lava,
Van Bemmelen (1949) Pegunungan Serayu
aglomerat, dan debu dengan material hasil
Utara berada dalam satu hubungan rangkaian
pelapukan; lereng bawah dan lerengkaki
pegunungan dengan Perbukitan Bogor di
yang tertutup oleh breksi fluviovulkanik,
Jawa Barat dan Igir Kendeng di Jawa Timur,
lahar, deposit aliran rombakan (debris), dan
sedangkan
Selatan
deposit aliran sungai serta material hasil
merupakan hasil pengangkatan baru yang
pelapukan; dan bagian Gunung Slamet tua
terletak searah dengan Depresi Bandung di
dengan breksi fluvial pleistosen, lempung,
Jawa
breksi,
Pegunungan
Barat.
wilayah
Serayu
Pegunungan
Serayu
Utara
lebarnya 30-50 km. Pada bagian barat
dan
lempung
tidak
terstruktur
(Gambar 1 dan Gambar 2)
dibatasi oleh Gunungapi Slamet, sedangkan bagian timurnya dibatasi oleh endapan hasil
Stratigrafi
vulkanik dari Pegunungan Rogojembangan,
Stratigrafi yang berada di sekitar
Komplek Gunungapi Dieng, dan Gunungapi
Gunung
Ungaran.
memanjang
Kumbang yang menjemari dengan Formasi
diantara Pegunungan Serayu Utara dan
Halang yang tersusun oleh batupasir andesit,
Pegunungan Serayu Selatan meliputi wilayah
konglomerat tufan dan napal (Djuri dkk.
Majenang,
Ajibarang,
1996).
Banjarnegara,
dan
Lembah
serayu
Purwokerto,
Wonosobo.
Slamet
Dari
teridiri
uraian
dari
tersebut
Formasi
di
atas,
Diatara
diperkirakan sebagian besar batuan penyusun
Purwokerto dan Banjarnegara, lebar Lembah
Formasi Halang adalah bahan rombakan asal
Serayu mencapai 15 km.
gunung api dan kemungkinan berasal dari G.
Menurut Martopo (1984) Gunung
Cupu dan lokasi kawasan ini selanjutnya
Slamet dibedakan menjadi; (a) bagian yang
dikenal
tua yaitu bagian barat yang mengalami
Kumbang.
gangguan tektonik, (b) kerucut muda yang
gunung api tersebut menumpang di atas
terletak
di
sebelah
timurnya,
dan
(c)
sebagai Kedua
bagian Formasi
dari
Formasi
batuan
asal
batuan sedimen lunak Formasi Rambatan
selaras
(Tmr )
Formasi Kumbang yang berumur Miosen
yang berumur Miosen Tengah. Formasi
Akhir,
Rambatan terdiri dari serpih, napal dan batu
kehijauan dan konglomerat dari Formasi
pasir gampingan. Formasi Kumbang dan
Tapak yang berumur Pliosen (Haar 1935;
Formasi Halang ditutupi oleh Formasi Tapak
Djuri 1975). Satuan batuan tertua yang
(Tptb) yang berumur Pliosen dan tersusun
tersingkap di daerah ini adalah batuan
oleh batu pasir, konglomerat, dan setempat
Formasi Rambatan yang terdiri dari serpih
breksi andesit. Kelompok batuan ini diduga
dan batu pasir napalan dengan ketebalan 300
juga merupakan bahan rombakan sebagai
m. Satuan batuan ini ditindih oleh Formasi
kelanjutan
Halang,
dari
pembentukan
Formasi
ditindih
dan
oleh
batu
yang
endapan
pasir
terdiri
kasar
dari
vulkanik
berwarna
batu
pasir
Halang. Seluruh batuan berumur Tersier itu
berselang-seling dengan konglomerat tufaan
kemudian ditutupi oleh lava G. Slamet dan
dan napal. Kedua satuan batuan ini diterobos
endapan aluvium. G. Slamet terletak di
oleh Diorit pada akhir Miosen Tengah (Djuri
bagian barat North Serayu Range dan
1975). Semua satuan batuan tersebut di atas
termasuk Zona Bogor (Bemmelen, 1949).
ditutupi secara tidak selaras oleh satuan
Pardyanto
bahwa
batuan Formasi Kumbang, yang terdiri dari
Volcano)
breksi, konglomerat tufan, dan lava andesit
dibangun di tengah satuan endapan Kuarter.
dengan ketebalan berkisar 200 sampai 2000
Hamilton (1979) menyatakan bahwa gunung
m.
Gunung
(1971) Cowet
menyatakan
(Old
Slamet
api Kenozoikum umumnya berkembang di atas satuan endapan laut Neogen. Tubuh
Satuan Endapan Kuarter
gunung api Slamet adalah gunung api
Endapan
kuarter
di
daerah
ini
komposit yang berdimensi besar (diameter
umumnya didominasi oleh endapan vulkanik
50-60 km), menutupi satuan batuan Tersier
produk erupsi G. Slamet, yang terdiri dari
yang terdapat di sekitar daerah ini (Gambar
rempah
3).
berupa jatuhan piroklastik (airfall deposits),
vulkanik
hasil
erupsi
eksplosif
baik berupa endapan lepas maupun yang Stratigrafi Satuan Batuan Tersier
Batuan
dasar
yang
sudah membatu, dan leleran lava basal yang
mengalasi
tersebar cukup luas, mencapai jarak hingga
kompleks vulkanik G. Slamet adalah satuan
15 km terutama ke lereng timur-laut dari
batuan Tersier yang terdiri dari endapan
pusat erupsinya.
sedimen laut berumur Miosen (Formasi
Secara stratigrafi, menurut Djuri, M.
Rambatan dan Formasi Halang), secara tidak
dkk., 1996, batuan/litologi yang terdapat di
lereng Gunung Slamet diantaranya tersusun
Vulkano) dan juga efusif, yaitu leleran lava
oleh kelompok batuan-batuan:
yang disertai letusan abu dan scoria (tipe
1. Breksi, lava, tuf (Qvs) Gunungapi Slamet
Stromboli) (Pratomo 2006; 2010). Letusan-
Tua,
letusan
2. Breksi, lava (Qvls) Gunungapi Slamet
berlangsung dalam beberapa hari hingga
Muda.
beberapa
3. Breksi laharik (Qls) Gunungapi Slamet
(Tabel 1).
tersebut
minggu
di
atas
(Sulistyo
umumnya
dkk.
2009)
Tua dan Muda (Gambar 4). Karakteristik Struktur Geologi
Struktur
Erupsi
G.
Slamet
dan
Potensi Ancaman
Slamet
Berdasarkan catatan sejarah letusan,
dapat diidentifikasi melalui bentuk kelurusan
pada umumnya letusan G. Slamet adalah
dan pola aliran sungai serta indikasi lainnya.
letusan abu disertai lontaran sekoria dan batu
Struktur patahan utama yang terbentuk di
pijar, kadang-kadang mengeluarkan lava
sebelah timur laut Gunung Slamet, menurut
pijar. Letusannya berlangsung beberapa hari,
Peta
Purwokerto-Tegal
pada keadaan luar biasa mencapai beberapa
(Djuri, M. dkk., 1996) merupakan sesar-sesar
minggu. Bila terjadi letusan besar, seperti
mendatar
yang
letusan G. Agung (1962), G. Galunggung
sebelah
(1982) atau G. Colo (1983), maka bahaya
timur berkembang struktur patahan mendatar
utama letusan G. Slamet atau bahaya primer
mengiri dan menganan berarah baratlaut-
(bahaya langsung akibat letusan) adalah
tenggara serta lipatan berarah barat-timur
luncuran awan panas, lontaran piroklastik
(Gambar 5)
(bom vulkanik, lapili, pasir dan abu) dan
Geologi
berarah
geologi
Lembar
mengiri
Gunung
dan
menganan
baratdaya-timurlaut.
Di
mungkin aliran lava. Sedangkan bahaya Sejarah Letusan
sekunder
Sejarah Erupsi G. Slamet
letusan) adalah lahar hujan yang terjadi
Berdasarkan
tidak
langsung
dari
kegiatan
setelah letusan apabila turun hujan lebat di
vulkanik G. Slamet sejak dua abad yang lalu,
sekitar puncak. Jauhnya sebaran jatuhan
tercatat setidaknya lebih dari 30 kali erupsi,
piroklastik,
baik berupa letusan abu maupun yang
lontaran dan kencangnya angin yang bertiup
menghasilkan
leleran
catatan
(bahaya
lava.
Berdasarkan pada
saat
tergantung
terjadi
pada
letusan,
ketinggian
terutama
catatan kegiatan vulkanik G. Slamet sejak
penyebaran hujan abu dan pasir. Perioda
tahun 1772, karakter erupsi gunung api ini
Letusan. Letusan G. Slamet berulang-ulang
cenderung bersifat eksplosif lemah (tipe
dalam tempo, berlangsung paling lama
sampai beberapa minggu (kurang dari satu
3 km dari pusat erupsi, karena biasanya
bulan). Periode istirahat terpendek antara dua
melontarkan material pijar yang berukuran
letusan lk. 1 tahun dan terpanjang 53 tahun.
hingga bongkah (volcanic bomb).
Untuk periode istirahat lk. 1 tahun mungkin masih
satu
fase
letusan
atau
kegiatan
Lontaran (Balistik) Material Letusan
lanjutan.
Letusan tipe Stromboli (Stromboli volcano, Italia), adalah letusan magmatis
Jenis Erupsi dan Potensi Ancaman
dengan pelepasan energi yang relatif rendah,
Bahaya terhadap Lingkungan
yang dicirikan oleh lontaran lava pijar
Berdasarkan
catatan
kegiatan
berukuran abu vulkanik hingga bongkah
vulkanik G. Slamet sejak tahun 1772,
(volcanic bomb), bertekstur scoria, dengan
karakter erupsi gunung api ini cenderung
ketinggian kolom letusan hinggga ratusan
bersifat eksplosif lemah (tipe Vulkano) dan
meter di atas bibir kawah. Letusan tipe
juga efusif, yaitu leleran lava yang disertai
Stromboli biasanya diikuti oleh leleran lava.
letusan abu dan scoria (tipe Stromboli). Istilah letusan tipe Vulkano (Vulcanian)
Hujan Abu Lebat
pertama kali diperkenalkan oleh Giuseppe
Erupsi
G.
Slamet
umumnya
Mercalli, seorang saksi
menghasilkan abu letusan, yang tersebar
mata erupsi G. Vulcano, Italia, dalam tahun
mengikuti arah angin dominan pada saat
1888-1890. Erupsi ini dicirikan oleh tiang
letusan
asap letusan yang pekat, berisi campuran
biasanya menjadi semakin berat bila basah
material vulkanik berukuran abu dan gas
apabila terjadi hujan pada saat erupsi terjadi.
vulkanik, disertai lontaran material vulkanik
Hujan
berukuran abu hingga bongkah dan suara-
kerusakan pada tetumbuhan, terutama pada
suara dentuman. Material lontaran tersebut
tumbuhan yang mempunyai daun relatif
umumnya merupakan material non-juvenil
lebar, sehingga batang pohon tidak mampu
(> 50%), yang berasal dari bagian-bagian
menahan beban, di samping menghambat
dari sumbat lava dan material yang berasal
terjadinya proses foto sintesa yang sangat
dari sekitar kawah dan kepundan gunungapi
diperlukan oleh tetumbuhan. Gangguan lain
ini. Tipe letusan ini dicirikan oleh suara-
yang juga ditimbulkan oleh endapan abu
suara
letusan
dentuman,
sebagai
manifestasi
terjadi.
abu
Endapan
lebat
gunung
api
secara
dapat
abu
menimbulkan
adalah fisik
vulkanik
dan
terjadinya
pelepasan gas, merupakan fitur yang khas
pencemaran
kimiawi
dari tipe letusan ini. Letusan tipe Vulkano
terhadap sumber-sumber air (mata-air, sumur
adalah relatif berbahaya dalam radius hingga
dan kolam), kesehatan manusia (iritasi dan
gangguan saluran pernafasan), dan gangguan
butiran yang relatif lebih halus dan juga air
lalu-lintas baik di darat,laut dan di udara
hujan pada
(penerbangan).
proporsi tertentu berfungsi sebagai pelincir, sehingga masa lahar dapat mulai meluncur (gravitasional). Dengan komposisi seperti
Leleran dan Kubah Lava
Leleran
lava
dapat
tersebut di atas, aliran lahar akan mampu
mengalir dalam kondisi sangat panas (600 –
mengerosi dan membawa bongkah-bongkah
1000O C), dalam kekentalan (viscosity) yang
lava berukuran besar karena densitas dari
relatif rendah, hingga berhenti dan membeku
masa lahar tersebut menjadi sangat besar.
berbentuk batuan beku di permukaan. Karena
Seluruh aspek tersebut di atas beserta
sifat fisiknya lava mengalir relatif lambat,
keterangannya tertuang dalam Peta Kawasan
tergatung
Rawan Bencana Gunung api yang berisikan,
pada
basal
masih
kekentalannya
dan
kemiringan lelereng ( gravitasi), sehingga
definisi,
pada
membentuk
langkah tindak dalam mengantisipasi setiap
bongkahbongkah dengan tepian yang relatif
tingkat ancaman bahaya letusan gunung api
terjal. Kubah lava yang terbentuk pada fase
tersebut. Peta kawasan Rawan Bencana
akhir dari sebuah erupsi, menutupi lubang
Letusan G. Slamet diterbitkan oleh Pusat
kepundan (kawah), sebagai akhir dari proses
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
pencapaian kesetimbangan termodinamis di
(PVMBG) adalah kawasan yang pernah
dalam dan di luar pipa kepundan.
terlanda
saat
membeku
akan
inFormasi,
atau
rekomendasi,
teridentifikasi
dan
berpotensi
terancam bahaya letusan. Peta ini juga menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya
Banjir Lahar
Lahar terjadi akibat dipicu oleh
ancaman letusan, daerah rawan bencana,
intensitas hujan yang terjadi di kawasan
jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian
puncak
yang
dll. Ancaman bahaya yang ditimbulkan oleh
mengalir dan menghanyutkan tumpukan
erupsi G. Slamet adalah lontaran material
material atau rempah hasil erupsi, menuju
magmatik, aliran awan panas letusan, leleran
tempat yang lebih rendah melalui lembah-
dan guguran lava pijar (KRB-III), lontaran
lembah sungai yang terdapat di puncak dan
material vulkanik berukuran kerikil dan
lereng gunung api tersebut. Viskositas masa
hujan abu lebat, leleran lava, awan panas dan
lahar ini ditentukan oleh susunan material
lahar, terutama pada lembah-lembah sungai
endapan yang terdiri dari bongkah lava
yang berhulu di kawasan puncak (KRBII);
hingga abu halus, di mana material dengan
dan aliran lahar (KRB-I) yang umumnya
dalam
volume
tertentu,
berpotensi
mengancam
hampir
seluruh
kawasan lereng dan kaki gunung api ini,
terusmenerus
terutama
Slamet di Desa Gambuhan, Kabupaten
bagian
utara,
timur,
tenggara,
selatan barat daya dan barat.
dari
Pos
Pengamatan
G.
Pemalang. Kegiatan kegempaan G. Slamet, dipantau dengan menggunakan seismograf (model
Ancamannya Terhadap Lingkungan
Karakteristik
api
MEQ-800)
dengan
yang terekam di kawasan komplek vulkanik
komponen
tipe
G. Slamet dan sejarah kegiatan G. Slamet
dioperasikan secara sistem radio telemetri
sejak tahun 1772, mencirikan letusan tipe
(RTS).
Vulkano dan Stromboli sering terjadi, baik
gempa) ditempatkan di lereng utara G.
dengan atau tanpa disertai oleh leleran atau
Slamet pada ketinggian lk. 3000 m. Sejak 17
kubah lava. Karakter letusan tipe Vulkano
Mei 1993, seismometer dipindahkan ke
dan Stromboli, ancaman bahaya yang harus
lokasi sekitar G. Cilik (1600 m) di lereng
diwaspadai adalah lontaran material pijar dan
utara G. Slamet. Pemindahan sensor gempa
hujan abu lebat. Ancaman bahaya lontaran
kembali dilakukan tanggal 27 Februari 2006,
batu pijar (bom vulkanik) yang umumnya
karena lokasi sebelumnya telah menjadi
mengancam kawasan dalam radius + 3 km
lahan pertanian sehingga rekaman gempa
dari pusat erupsi, di mana di kawasan G.
banyak terganggu oleh aktivitas manusia.
Slamet adalah tidak berpenghuni. Sepanjang
Pemantauan secara instrumental dilakukan
tidak terjadi
dengan menggunakan seismometer L4-C
perubahan karakter erupsi dari gunung api
(1Hz) yang dipasang secara permanen di dua
ini, Sebaran abu letusan sangat dipengaruhi
stasion yakni di Bukit Cikunang/Buncis (Sta.
oleh arah angin dominan pada saat erupsi
BCS) serta Bukit Cilik (Sta. CLK). Sinyal
terjadi. Karakteristik abu vukanik dari erupsi
dari kedua stasion tersebut dikirimkan ke Pos
magma bersusunan basalan, umumnya lebih
PGA
kaya akan unsur magnesium (Mg) sehingga
telemetri
berpotensi menyuburkan tanah di sekitar
menggunakan
gunung api ini. Hal ini dapat dilihat dari
Kinemetrics PS-2 dan secara digital pada PC
ketebalan
komputer.
hutan
geologi-gunung
dan
kesuburan
lahan
pertanian di sekeliling G. Slamet.
Awalnya
dengan
seismometer
Ranger
(RTS)
SS-1,
seismometer
gelombang dan
yang
(sensor
radio
secara
direkam
dengan
seismograf
Setelah
satu
analog
peningkatan
kegiatan
April 2009 di tambah dua stasion, yaitu Sta. Bambangan (BBG) dan G. Cilik (CLK),
Mitigasi Bencana Gunungapi Slamet
Kegiatan G. Slamet, baik secara visual maupun kegempaan, dipantau secara
sejak tanggal 24 Mei 2009 stasion seismik G. Cilik
seismometernya
sebelumnya
L4-C
di
menjadi
ganti jenis
yang tiga
komponen (3D) L4-3D, nama dan posisi
Kawasan Rawan Bencana I ( Daerah
stasion ada pada (Tabel 2).
Waspada)
Kawasan Rawan Bencana I adalah Kawasan Rawan Bencana Gunungapi
kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan
Slamet
tidak menutup kemungkinan dapat terkena Untuk menghadapi bahaya letusan G.
perluasan awan panas dan aliran lava.
Slamet jika terjadi letusan besar, maka
Selama letusan membesar, kawasan ini
digunakan Peta Daerah Bahaya atau Peta
berpotensi tertimpa material jatuhan berupa
Kawasan Rawan Bencana (KRB). Peta
hujan abu dan lontaran batu (pijar). Peta
Daerah Bahaya G. Slamet dibagi menjadi 2
kawasan
zona, yaitu Daerah Bahaya (Kawasan Rawan
dilihat pada (Gambar 6).
rawan
bencana
tersebut
dapat
Bencana II) dan Daerah Waspada (Kawasan Rawan Bencana I).
KESIMPULAN
G. Slamet adalah gunung api aktif Kawasan Rawan Bencana II (Daerah
tipe
Bahaya)
karakteristik
Adalah daerah yang letaknya terdekat dengan
sumber
bahaya,
sehingga
A
bersusunan letusan
basalan
dengan
eksplosif
lemah
(vulcanian) dan juga efusif ( strombolian) yang dicirikan oleh letusan-letusan abu,
kemungkinan akan terlanda oleh bahaya
dengan
langsung, berupa luncuran awan panas,
Potensi ancaman bahaya letusan gunung api
aliran lava dan lontaran piroklastik serta
ini terbatas pada lontaran material pijar
lahar hujan. Tanpa memperhitungkan arah
dalam radius kurang dari tiga km dari pusat
tiupan angin pada saat terjadi letusan, daerah
erupsi,
bahaya ini diperkirakan meliputi wilayah
menurut arah angin dominan pada saat erupsi
dalam radius lk 5 km berpusatkan kawah
dan banjir lahar di sepanjang aliran sungai
aktif di puncak G. Slamet. Kawasan ini
yang berhulu di kawasan puncak G. Slamet.
diperpanjang pada lembah-lembah sungai
Hal ini berlaku sepanjang tidak terjadi
yang
perubahan karakter erupsi seperti tersebut di
curam
yang
berhulu
di
daerah
puncak/tepi kawah sampai sejauh lk 10-14 km. Sungai-sungai tersebut yaitu : Kali Gung diperpanjang sampai lk. 14 km, K. Pelus dan K. Ponggawa lk.12 km, k. Sat dan K. Alurjero lk 10 km. Sungai-sungai lainnya diperpanjang hingga 60lk km.
atas.
atau
hujan
tanpa
abu
leleran/kubah
lebat
yang
lava.
tersebar
UCAPAN TERIMAKASIH
Kami
segenap
penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Bapak Obrin Trianda, S.T., M.T. dan Ibu Fatimah, S.Si., M.Si. atas ilmu vulkanologi
yang
diberikan
selama
perkuliahan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada segenap tim asisten praktikum vulkanologi bimbingan
yang dan
telah
ilmunya
memberikan selama
proses
praktikum vulkanologi berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari Arif dkk, 2012. Lereng Timur Slamet, Selembar Catatan Ekspedisi. Edisi khusus, ekspedisi alumni MPA Mahameru 2012 , hal: 8-17 Pratomo. I,
2012.Keanekaragaman
Geologi Kompleks Vulkanik G. Slamet Jawa Tengah.. Ekologi Gunung Slamet (2): 15-30
Gambar 1. Kedudukan Gunung Slamet dalam geomorfologi Pulau Jawa
Gambar 2. Pembagian geomorfologi Gunung Slamet dilihat dari DEM SRTM dengan arah pandangan vertikal (Martopo, 1984)
Gambar 3. Peta geologi G. Slamet dan sekitarnya, bagian dari peta geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa Tengah, skala 1:100.000 (Djuri, 1975)
Gambar 4. Pembagian stratigrafi lokal daerah lereng Gunung Slamet (Djuhri dkk, 1996)
Gambar 5. Persebaran struktur geologi di daerah sekitar lereng Gunung Slamet (Djuhri dkk, 1996)
Tabel 1. Catatan kegiatan G. Sla met sejak dua abad yang lalu (Kusumadinata 1979; Abdurachman dkk. 2007
).
Tabel 2. Lokasi dan Posisi Stasion Seismik yang berada di G. Slamet
Gambar 6. Peta Kawasan Bencana Gunungapi Slamet (Abdurachman dkk, 2007) yang diterbutkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementrian ESD