Jurnal Scientia Vol 4, No 2,

March 6, 2017 | Author: Stifi Perintis | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Jurnal Scientia Vol 4, No 2, ...

Description

SCIENTIA VOL. 1 NO. 1, 2011 ISSN : 2087-5045

ISSN : 2087-5045

Volume 4, Nomor 2, Agustus 2014

Sc ien tia, Vo l. 1, No . 1, 2011 ; h alaman 1 – 58 IS S N : 2087-5045 Seko lah Tingg i Farmasi Indonesia (S TIFI) Pe rin tis Padan g

SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

SCIENTIA JURNAL FARM ASI DAN KES EH ATAN TERBIT DUA KALI SETAH UN SETIAP BULAN FEB RUAR I DAN AGUSTUS

D E W A N R E D A KS I Penanggung Jawab : Prof. H. Syahriar Harun, Apt Pemimpin Umum : DR.H.M. Husni Mukhtar,MS, DEA, Apt Re daktur Pelaksana : Verawati, M.Farm, Apt Eka Fitrianda, M.Farm, Apt Sekre tariat : Afdhil Arel, S.Farm, Apt Khairul

De wan Penyunting : Prof.H. Syahriar Harun, Apt Prof.DR.H. Amri Bakhtiar,MS,DESS, Apt Prof.DR.H. Almahdy, MS, Apt DR.H.M. Husni Mukhtar, MS, DEA, Apt DR. H. Yufri Aldi, MSi, Apt Drs. B.A. Martinus, MSi Hj. Fifi Harmely, M.Farm, Apt Farida Rahim, M.Farm, Apt Revi Yenti, M.Si, Apt Verawati, M.Farm, Apt Ria Afrianti, M.Farm, Apt Eka Fitrianda, M.Farm, Apt Mimi Aria, M.Farm, Apt Dira, MSc, Apt

Penerbit : Sekolah Tinggi Farmasi Indone sia (STIFI) Pe rintis Padang ISSN : 2087-5045 Alamat Re daksi/Tata Usaha : STIFI Pe rintis Padang Jl. Adine goro Km. 17 Simp. Kalumpang Lubuk Buaya Padang Te lp. (0751)482171, Fax. (0751)484522 e -mail : [email protected] we bsite : www.stifi-padang.ac.id

ISSN : 2087-5045

SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

SALAM REDAKSI Scientia edisi Agustus 2014 ini diisi oleh penelitian bioaktivitas tumbuhan obat. T umbuhan obat merupakan sumber daya alam yang terdistribusi luas sehingga mudah diperoleh dan sangat cocok digunakan untuk penyakit-penyakit kronis dan degeneratif. Namun perbedaan lingkungan tempat tumbuh, iklim dan cuaca menyebabkan adanya variasi komponen Fitokimia baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif hal ini berakibat kepada bioktivitas tumbuhan obat dari spesies yang sama bisa menjadi berbeda. Oleh kerena itu sangat dibutuhkan standarisasi obat tradisional dimulai dari proses pengumpulan tumbuhan, pembuatan ekstrak hingga pengolahannya menjadi sediaan obat. Kedepan masih sangat terbuka luas kesempatan bagi obat tradisional berkualitas untuk dapat disejajarkan dari obat sintent ik. Semoga kehadiran jurnal Scientia ini dapat memperkaya khazanah keilmuan para pembaca sekalian serta memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu kefarmasian dan kesehatan.

Padang, Agustus 2014 Salam Sehat

a/n Redaksi Scientia

ISSN : 2087-5045

SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

D A F T A R IS I

UJI EFEK TERATO GEN ANTI NYAMUK BAKAR YANG MENGANDUNG TRANSFLUTHRIN TERHADAP FETUS MENCIT PUTIH Almahdy A, Dachriyanus, Maryorie Rosa

46-50

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES TIP E II EKS TRAK ETANO L SISA PENYULINGAN KULIT BATANG KAYU MANIS DENGAN INDUKSI LEMAK TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN Ria Afrianti, M. Husni Mukhtar, Allen Baksir

51-54

PROSES PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA MENCIT PUTIH JANTAN MENGGUNAKAN MEMBRAN PEMBALUT DARI PATI BENG KUANG (Pachyrrhizus erosus (L) Urban) Yufri Aldi, Dedi Nofiandi, Elya Sari

55-59

FO RMULASI GEL MINYAK NILAM DAN UJI DAYA HAMBATNYA TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus Widyastuti, Farizal

60-65

UJI AKTIVITAS ANTIHIP ERURIS EMIA EKS TRAK ETANO L KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN BUAH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff. e x. T. Ande rs.) SECARA IN VITRO Dira, Eka Fitrianda, Novita Sari

66-70

UJI EFEK ANTIHIP ERGLIKEMIA EKSTRAK ETANO L DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) We bb )TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN YANG DI INDUKSI DEKSAMETASO N Mimi Aria, Husni Mukhtar, Ike Mulianti

71-74

PERBANDINGAN KADAR FENO LAT TO TAL DAN AKTIVITAS ANTIO KSIDAN PADA EKSTRAK DAUN TEH (Camellia sinensis [L.] O. K.) DARI KAYU ARO DENGAN PRO DUK TEH HITAMNYA YANG TELAH BEREDAR B.A. Martinus, Afdhil Arel, Adi Gusman

75-80

PENGARUH PEMB ERIAN MINUMAN ISO TO NIK TERHADAP WAKTU PEMULIHAN PADA ATLET TAEKWO NDO DOJANG UNIVERSITAS NEG ERI PADANG Rinal Kurniawan, Syafrizar, Wilda Welis

81-84

ISSN : 2087-5045

Halaman 46 - 84

SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

UJI EFEK TERATOGEN ANTI NYAMUK BAKAR YANG MENGANDUNG TRANSFLUTHRI N TERHADAP FETUS MENCI T PUTI H Almahdy A, Dachriyanus, Maryorie Rosa Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang ABSTRACT T eratogenic test of anti-mosquito coils containing transfluthrin has been conducted on fetus of laboratory mice. Pregnant mice had been given anti-mosquito exposure by inhalation of anti-mosquito coils smoke during the period of organogenesis which begins from the sixth to the fifteenth day of pregnancy. Laparactomy was conducted on the eighteenth day of pregnancy, then two-thirds of the fetus is immersed in a solution of red-alizarin and the remaining in Bouin's solution. The results showed that the fetus with two times of exposure to anti-mosquito coils smoke leads to resorption tread and slower fetal growth. At three times of exposure, showing slower fetal growth, fatality when the laparactomi was conducted, haemorrhage and anencephaly. At four times of t he exposure can cause slower fetal growth, fatality on laparactomy and haemorrhage. Exposure to anti-mosquito coils smoke can also lead to reducing weight of the mice and fetus significantly. Keywords : mosquito coil, d-allethrin, teratogen, mice

PENDAHULUAN Kejadian penyakit yang disebabkan oleh nyamuk semakin meningkat, termasuk di Indonesia yang mempunyai iklim tropis, karena daerah beriklim tropis merupakan tempat yang cocok untuk nyamuk berkembang biak. Usahausaha yang telah dilakukan masyarakat untuk penanggulangan nyamuk tersebut salah satunya yaitu dengan pemakaian obat anti nyamuk, yang tentunya mengandung insektisida beberapa senyawa kimia. Beberapa produk pestisida rumah tangga juga tersedia untuk mengendalikan hama yang mengganggu di rumah, misalnya lalat dan nyamuk (Lu, 1995). Insektisida merupakan salah satu golongan dari pestisida, dimana pestisida adalah bagian dari zat toksik (Hayes, 2001). Salah satu kandungan obat anti nyamuk adalah transfluthrin. Bahan kimia ini golongan pyretroid yang merupakan bagian dari insektisida organik sintetik (Triharso, 1994). Analog sintetis dari insektisida alami phyretrum yang berasal dari bunga tanaman Chrysantenim cinerariafolium yang diketahui dapat menyebabkan immobilisasi pada serangga dengan meracuni sistem saraf (Okine, 2004).

ISSN : 2087-5045

Untuk melihat tingkat keamanan penggunaan obat nyamuk bakar ini terutama pada manusia dan wanita usia subur, maka penelitian ini dicobakan pada mencit. Masa kehamilan merupakan saat yang rawan bagi wanita terhadap pengaruh lingkungan. T idak hanya bagi ibu tapi juga keselamatan fetus yang dikandungnya, terutama tahap organogenesis karena pada tahap itu sel-sel fetus sedang aktif berpoliferasi (Robert, 1971). Frekuensi pemakaian senyawa kimia yang berulang dapat menyebabkan akumulasi pada janin sementara janin belum mempunyai sistem metabolisme yang berfungsi secara sempurna (Manson, 1986). Salah satu faktor yang banyak berpengaruh tetapi tidak disadari penggunaannya adalah paparan asap anti nyamuk bakar selama berjam-jam saat tidur. Apabila asap tersebut terhisap oleh wanita hamil, kemungkinan besar akan mempengaruhi kondisi fetus atau perkembangan embrio, sehingga dapat menimbulkan kelainan kongenital baik berupa kelainan bentuk luar maupun kelainan fungsional yang terlihat setelah masa kehidupan yang lama. Beberapa insektisida telah diketahui dapat menyebabkan pengaruh buruk pada kelahiran 46

SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

atau penyimpangan dari perkembangan yang normal. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan uji teratogenis yaitu suatu pengamatan terhadap kemungkinan terjadinya kelainan kongenital atau kelainan fungsi organ yang bersifat permanen akibat penggunaan dan paparan asap obat nyamuk bakar sebagai insektisida pada masa pertumbuhan dan perkembangan organ fetus.

lumpang alu, kaca arloji, sudip, pinset, kamera, wadah pewarnaan. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain anti nyamuk bakar X yang mengandung bahan aktif transfluthrin, Larutan Bouin’s (formaldehid 14%, asam pikrat jenuh, asam asetat glasial), larutan alizarin merah (KOH 1% dan alizarin merah 6 mg/L) dan aquadest.

METO DA PENELITIAN

He wan Pe rcobaan Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih betina, dengan umur lebih kurang dua bulan dengan berat badan berkisar antara 25-30 gram, sehat, memiliki daur estrus yang teraturyaitu 4-5 hari. Beberapa ekor mencit jantan berumur lebih kurang tiga bulan, sehat dan berat lebih kurang 30 gram (Almahdy, 2007).

Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah kaca objek, cover glass, alat – alat bedah, handheld digital microscope, jarum oral, timbangan analitik, timbangan hewan, kandang mencit, gelas ukur, spatel, pipet tetes, corong kertas tisu, mikroskop, wadah perendam fetus, batang pengaduk, Pemaparan Anti Nyamuk Bakar Tabe l 1. Kelompok Pemaparan Anti Nyamuk Bakar Kelompok Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4

Jumlah Hewan 5 5 5 5 5

Pemaparan Anti Nyamuk 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam

pada hari pada hari pada hari pada hari

ke-6 ke-6 dan ke-9 ke-6, 9, dan 12 ke-6, 9, 12, dan 15

Pengawinan He wan Percobaan Pada masa estrus hewan dikawinkan dengan perbandingan jantan dan betina 1: 4. Mencit jantan dimasukkan ke kandang mencit betina pada pukul empat sore dan dipisahkan lagi besok paginya. Pada pagi harinya dilakukan pemeriksaan sumbat vagina. Sumbat vagina menandakan mencit telah mengalami kopulasi dan berada hari kehamilan ke nol. Mencit yang telah hamil dipisahkan dan yang belum kawin dicampur kembali dengan mencit jantan (Almahdy, 2004). Urutan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : Analisa Data Data hasil penelitian ini dianalisa secara statistik menggunakan analisis variasi (ANOVA) satu arah meliputi berat badan induk ISSN : 2087-5045

Keterangan 1x 2x 3x 4x

mencit, jumlah fetus, berat badan dan panjang badan fetus. Analisa lanjut digunakan metode uji jarak berganda Duncan untuk hasil yang bermakna. Pengamatan jenis cacat, jumlah fetus yang cacat, dan pengamatan hasil fiksasi dengan larutan alizarin merah serta larutan bouin’s dianalisa secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan sediaan uji anti nyamuk bakar (X) yang mengandung transfluthrin 0,03%. T ransfluthrin merupakan salah satu insektisida golongan pyretroid yaitu analog sintetis dari insektisida alami phyretrum yang berasal dari bunga tanaman Chrysantenim cinerariafolium yang diketahui dapat 47

SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

menyebabkan immobilisasi pada serangga dengan meracuni sistem saraf (Okine, 2004). Anti nyamuk bakar akan mengeluarkan asap yang mengandung beberapa gas seperti karbondioksida (CO2 ), karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida, amoniak, metana, dan partikel lain yang dapat membahayakan kesehatan manusia (Liu et al., 2003). Pemaparan anti nyamuk bakar dilakukan mulai pada hari ke-6 dan berakhir pada hari ke15 kehamilan secara inhalasi, karena pada masa ini fetus berada pada periode organogenesis, dimana fetus sangat rentan terhadap senyawa teratogenik. Pada periode organogenesis, mulai terbentuk organ-organ dari embrio seperti mata, otak, jantung, rangka, urogenital, dan sebagainya. Periode ini disebut periode kritis kehamilan (Harbinson, 2001). Pada hari ke-1 sampai hari ke-5 kehamilan, tidak diberikan inhalasi anti nyamuk bakar karena pada saat itu terdapat sifat totipotensi pada janin yang dapat memperbaiki jaringan yang rusak. Pada hari ke16 dan seterusnya, senyawa teratogen tidak menyebabkan cacat morfologis, tetapi mengakibatkan kelainan fungsional yang tidak dapat dideteksi segera setelah kelahiran (Lu, 1995). Mencit yang telah hamil mengalami paparan anti nyamuk bakar secara inhalasi setiap tiga hari sekali, dimulai pada hari ke- 6 sampai ke- 15 kehamilan. Presentasi peningkatan berat badan induk mencit dari masing – masing kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol 49,89%; kelompok 1 kali pemaparan 46,27%; kelompok 2 kali pemaparan 45,58%; kelompok 3 kali pemaparan 43,50%; kelompok 4 kali pemaparan 39,94% Jumlah fetus masing – masing kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol 47 ekor; kelompok 1 kali pemaparan 44 ekor; kelompok 2 kali pemaparan 48 ekor; kelompok 3 kali pemaparan 48 ekor; kelompok 4 kali pemaparan 47 ekor. Sedangkan berat badan fetus mencit masing – masing kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol 0,93 g; kelompok 1 kali pemaparan 0,80 g; kelompok 2 kali pemaparan 0,83 g; kelompok 3 kali pemaparan 0,89 g; kelompok 4 kali pemaparan 0,66 g. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa pemberian paparan anti nyamuk bakar mempengaruhi berat badan induk dan berat badan rata – rata fetus secara bermakna. ISSN : 2087-5045

Pada tiap kelompok uji pengamatan pada larutan merah alizarin tidak ditemukannya kelainan pertulangan dan pengamatan dengan larutan bouin’s tidak memperlihatkan kelainan pada langit – langit, telinga, kelopak mata, jari – jari, kaki, ekor, kelopak mata. Dari hasil pengamatan, Pada kelompok 2 kali pemaparan anti nyamuk bakar ditemukannya 2 tapak resorpsi dan 1 fetus lambat pertumbuhan. Pada kelompok 3 kali pemaparan anti nyamuk bakar ditemukannya fetus anencephaly 1, fetus mati 1, fetus mengalami penggumpalan darah dan fetus lambat pertumbuhan 1. Salah satu penyebab anencephaly adalah hipertermia. Kenaikan suhu tubuh dapat menandakan adanya gangguan metabolic. Suhu tinggi selama trimester pertama kehamilan bisa menyebabkan kelainan pada bayinya seperti anencephaly. Pada kelompok 4 kali pemaparan anti nyamuk bakar ditemukannya fetus yang mati saat dilaparaktomi 1, fetus yang mengalami lambat pertumbuhan sebanyak 3 ekor dan juga ditemukannya fetus yang mengalami trombus

C

A

B

Gambar 2. Foto fetus setel ah laparaktomi; A. Fetus lambat pertumbuhan dan mengal ami penggumpalan darah C; B. Fetus normal;

A

B

48

SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

Gambar 3. Fetus mengalami anencepaly: A. Se belum direndam dalam larutan Bouin’s : B. setelah direndam. Gambar fetus setelah Kelainan perkembangan fetus dapat diseba bkan masuknya zat teratogen ke dalam tubuh induk hamil yang bertepatan dengan periode organogenesis. Penelitian ini membuktikan bahwa asap obat nyamuk bakar bersifat teratogenik karena dapat menyebabkan abnormalitas fetus. Kelainan morfologi tidak terjadi pada semua fetus dalam satu kelompok bahkan dalam satu induk yang sama. Hal ini disebabkan karena adanya kerentanan genetik antar individu walaupun berasal dari induk yang sama (Harbinson, 2001). Komposisi bahan kimia yang berbeda diduga akan menyebabkan komposisi gas dan partikel asap juga bervariasi sehingga menimbulkan dampak yang berbeda terhadap partikel darah. Adanya karbonmonoksida dalam darah dapat mengakibatkan denaturasi hemoglobin dan menurunkan persediaan oksigen untuk jarian seluruh tubuh. Karbonmonoksida menggantikan tempat oksigen dan mempercepat arteosklerosis (pengapuran/penabalan dinding pembuluh darah). Hal ini mengakibatkan peningkatan viskositas darah sehingga mempermudah penggumpalan darah (T andra, 2003).. Fetus normal dan fetus yang mengaT apak resospsi disebabkan karena pengaruh pemakaian anti nyamuk bakar pada masa organogenesis yang mengakibatkan kurangnya oksigen dan mengakibatkan embrio tidak berkembang. Pada masa ini tidak terdapat lagi sifat totipotensi sehingga tidak dapat memperbaiki kerusakan pada jaringan dan tidak terjadi perkembangan selanjutnya. Lambat petumbuhan pada fetus diduga dise babkan adanya faktor kerentanan individu dari fetus tersebut terhadap senyawa teratogen yaitu anti nyamuk bakar (Lu, 1995) Pada jurnal “ Content of transfluthrin in indoor air during the use of electro vaporizers” disebutkan bahwa kandungan zat aktif transfluthrin pada udara akan menghilang setelah 18 – 24 jam pemakaiannya dihentikan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan zat aktif transfluthrin hanya terdapat selama penggunaannya berlangsung dan akan hilang setelah penggunaannya dihentikan. Meskipun ISSN : 2087-5045

pada berbagai jenis pestisida yang telah diteliti pada umumnya meninggalkan residu tetapi tidak pada transfluthrin yang diteliti pada penelitian ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecacatan yang terjadi pada janin belum tentu diseba bkan oleh kandungan transfluthrin saja, tetapi kemungkinan dapat juga dise babkan oleh faktor-faktor lain yang mungkin lebih mempengaruhi seperti adanya kandungan CO yang terhirup dan juga peningkatan temperatur udara dilingkungan dari hasil pembakaran anti nyamuk yang menyebabkan induk mencit mengalami hipertermi.

KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemaparan anti nyamuk bakar yang mengandung transflutrhin pada induk mencit putih selama masa kehamilan dapat menyebabkan kelainan pada fetus mencit putih dan penurunan berat badan induk mencit.

DAFTAR PUSTAKA Almahdy ., (2004). Uji Aktivitas T eratogenitas Ekstrak Etanol Daun Inggu (Ruta graveolens Linn.) pada Mencit Putih. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 8287. Almahdy., Arifin, H., Delvita, V. (2007). Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Fetus pada Mencit Diabetes. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 12(1). 32-40. Almahdy. (2010). Pengaruh Ekstrak Gambir (Uncaria gambier Roxb.) terhadap Fetus dari Mencit Hamil yang Diinduksi Alkohol, Majalah Farmasi Indonesia. 21(2). 115-120. Almahdy., Marusin, N., Fitri, H. (2011). Uji Aktivitas Vitamin A terhadap Efek T eratogen Warfarin pada Fetus Mencit Putih, disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Biologi Dept. Biologi FMIPA USU. Medan: USU Press. Harbinson, R. D. (2001). T he Basic Science of Poison in Cassaret and Doull’s

49

SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

Toxicology. New York: Macmillan Publishing Co. Inc. Hayes, A. Wallace. (2001). Principles and Methods of Toxicology. (Edisi Keempat). USA: T aylor & Francis Routledge. Liu, W., Zhang, J., Hashim, J.H., Jalaludin, J., Hashim, Z., & Goldstein, B.D. (2003). “ Mosquito Coil Emissions and Health Implications”. Environment Health Perspective, 111(2), 1454-1460. Lu, F.C. (1995). Basic Toxicology (Edisi kedua). Penerjemah: E. Nugroho. Chicago :University of Chicago Press. Marjuki, M. I. (2009). Daya bunuh beberapa obat nyamuk bakar terhadap kematian nyamuk Anopheles aconitus. (skripsi). Surakarta : Fakultas farmasi UMS. Manson, J.M. (1986). The Basic Science of Poisons in Casarett and Doull’s Toxicology. New York : MC Millan Publishing Co. Okine, L.K.N., Nyarko, A.K., Armah, G.E., Awumbila, B., Owusu, K., Setsoavia, S., Ofosuhene, M. ( 2004). Adverse Effects of Mosquito Coil Smoke on Lung, Liver and Certain Drug Metabilishing Enzymes in Male Wistar Albino Rats, Ghana Medical Journal, 38(3), 89-95. Roberts, S.J. (1971). Veterinary Obstetrict and Genital Diseases (Therioge- nology). Ithaca. New York. Triharso. (1994). Dasar - Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Fakultas pertanian UGM.

ISSN : 2087-5045

50

SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

UJI AKTIVI TAS ANTIDIABETES TIPE II EKSTRAK ETANOL SISA PENYULINGAN KULI T BATANG KAYU MANIS DENGAN INDUKSI LEMAK TERHADAP MENCI T PUTI H JANTAN Ria Afrianti 1, M. Husni Mukhtar2 , Allen Baksir1 1 Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis 2 Fak. Farmasi Universitas Andalas ABSTRACT The antidiabetic effect type II extract etanol of destilation residu stem bark Cinnamomum burmani (Ness)BL to male white mice has been studied, wich induction with lipid with use method of oral glucose test. Extract given by oral with dose 100 mg/kg Bodyweight, 300 mg/kg Bodyweight, 1000 mg/kg Bodyweight, and glibenclamid with dose 0,65 mg/kg Bodyweight as comparison, measuring blood glucose execute day to 0,14, 15,18 and 21 with use instrument the blood glukosa reader (terumo ®).The result analysis statistic use test analysis variant and test at show that extract etanol of residu stem bark Cinnamomum burmanii (Ness) BL in decrease blood glucose mice be significant. Keywords : antidiabetic, Cinnamomum burmani (Ness)BL

PENDAHULUAN Diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan yang banyak menarik perhatian karena angka prevalensi yang bertambah setiap tahunnya, terutama berkembang seperti di Indonesia. Jumlah penderita diabetes mellitus minimal 2,5 juta pada tahun 1994, tahun 2000 menjadi 4 juta dan tahun 2010 diperkirakan minimal terdapat 5 juta penderita. Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah dan berhubungan dengan komplikasi akut maupun kronik (Setiawan , 2007). Kasus dia betes yang paling banyak dijumpai adalah diabetes mellitus tipe II yang mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin pada pasien diabetes mellitus tipe II, pengobatannya dengan perencanaan makanan (diet), oleh karena itu diabet es mellitus merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan penanganan yang tepat dan serius (Mahdi , 2008). Salah satu tanaman yang diketahui dapat digunakan untuk pengobatan diabetes adalah kulit kayu batang manis Cinnamomum burmanii (Ness ex BI), biasanya tanaman ini ditambahkan sebagai rempah-rempah untuk menambah cita ISSN : 2087-5045

rasa dalam makanan dan memberikan aroma yang enak dan segar (Gunawan, 2004). Berdasarkan pengalaman tradisional kulit batang kayu manis dapat berkhasiat sebagai : obat pelega perut, obat sariawan, karminatif, diabetes, diaforetik, anti reumatik, menurunkan nafsu makan, anti diare, dan obat batuk (Supratmi, 2006). Kulit batang kayu manis mengandung minyak atsiri 1–3 % dengan komponen utama adalah sinamaldehid (60–70%) serta polyfenol, eugenol, damar, lendir, dan kalsium oksalat selain minyak atsiri kulit batang kayu manis juga mengandung Saponin, Flavonoid dan T anin (Rismunandar, 2001 dan Kartasapoetra , 1992). Pada penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli sebelumnya telah dilakukan pengujian aktifitas anti diabetes yang diinduksi dengan lemak menggunakan sampel murni kulit batang kayu manis (Ade, 2009 ). Pada penelitian ini digunakan metoda yang sama dengan menggunakan sampel yang berbeda yaitu sisa penyulingan kulit batang kayu manis, diperoleh dari PT. Forestrade Indonesia–Lubuk Minturun Padang, yang mana penyulingannya dengan menggunakan air sebagai pelarut untuk mendapatkan minyak atsiri, sehingga sisa dari penyulingan kulit batang kayu manis tersebut dibuang dan tidak digunakan. Oleh karena itu 51

SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

peneliti mencoba untuk melakukan pengujian terhadap sisa penyulingan tersebut, sisa penyulingan diekstraksi menggunakan etanol 96 %, ekstrak yang diperoleh dilakukan pengujian aktifitas antidiabetes tipe II pada mencit putih jantan.

METO DE P ENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah Seperangkat alat destilasi vakum dan rotary epavorator, spatel, kapas, pinset, corong, penangas air, timbangan analitik, vial, jarum oral, timbangan hewan, kandang hewan, mortir dan stamfer, gunt ing, krus, alat suntik, krus porselen, alat pengukur glukosa darah Blood Glukosa Reader(Terumo®). Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak sisa penyulingan kulit batang kayu manis, aquadest, margarine (Blueband), Na. CMC 0,5 %, glibenklamid, etanol 96 %, makanan standar pellet. He wan Pe rcobaan Mencit putih jantan yang berumur 2 – 3 bulan dengan berat badan 20 - 30 gram. Pengambilan Ampas Sisa Penyulingan kulit batang kayu manis. Sampel diambil dari pabrik PT . Forestrade Indonesia – Lubuk Minturun. Pembuatan Ekstrak Etanol Sisa Penyulingan kulit batang kayu manis Ditimbang 2 kg sampel kemudian dimaserasi dengan etanol 96% sampai seluruh sampel terendam, biarkan selama 5 hari didalam botol maserasi yang berwarna gelap sambil sesekali diaduk lalu disaring dan didapatkan filtratnya. Ampas dimaserasi kembali, lakukan sampai 3 kali. Lalu filtrat yang didapat di uapkan secara vakum dengan rotary evaporator (Depkes RI, 1979). Dosis yang digunakan Perlakuan dengan pemberian sediaan uji digunakan dosis 100, 300, 1000 mg/kg BB dan glibenklamid sebagai pembanding dengan dosis 0,65 mg/kg BB

ISSN : 2087-5045

Uji Efek Anti Diabe tes Ekstrak Etanol Sisa Penyulingan Kulit Batang Kayu Manis 1. Disiapkan 6 kelompok mencit yang setiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit, yaitu : a. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi makanan pellet 5 g/ekor mencit b. Kelompok II sebagai kontrol positif diberi makanan pellet dan mentega 5 g/ekor mencit dengan perbandingan (1:1) c. Kelompok III, IV, V diberi makanan pellet dan mentega 5 g/ekor mencit dengan perbandingan (1:1), merupakan kelompok mencit diabetes yang diberi sediaan uji dengan dosis 100, 300 dan 1000 mg/kg BB secara oral. d. Kelompok VI diberi makanan pellet dan mentega 5 g/ekor mencit dengan perbandingan (1:1) sebagai kelompok pembanding yang diberi glibenclamid dengan dosis 0.65 mg/kg BB secara oral 2. a. Pada kelompok II, III, IV, V, VI diberi makanan pelet dan mentega 5 g/ekor mencit (1:1) setiap hari sampai hari ke 21. b. Pada hari ke 14, 15 , 18, dan 21 dilakukan pemberian sediaan uji pada kelompok III, IV dan V, dengan dosis 100, 300 dan 1000 mg/kgBB, sedangkan kelompok VI diberikan glibenklamid seba gai pembanding dengan dosis 0,65 mg/kgBB setelah penimbangan berat badan. c. Penimbangan berat badan mencit dilakukan pada hari 7, 14, 15, 16, 17, 18 ,19, 20 dan 21 sebelum pemberian makanan (pellet) dan mentega d. Lakukan pengukuran kadar glukosa normal mencit dengan mengunakan alat blood glukosa reader, dengan cara : 3. Oleskan kapas yang telah di basahi dengan alkohol ke ekor mencit kemudian ekornya ditoreh dengan menggunakan pisau silet sampai darah mencit keluar dari ujung ekor. 4. Pasang strip test pada alat blood glukosa reader, lalu pada daerah ekor mencit yang ditoreh tempelkan strip test. T unggu 10 detik dan amati kadar glukosa darah yang terbaca pada layar monitor. Analisa Data Data perubahan kadar glukosa darah yang diperoleh , diolah secara statistik memakai analisa variable (Anova) dua arah dan 52

SCIENTIA VOL. 4 NO. 2, AGUSTUS 2014

dilanjutkan uji wilayah Duncan.(Hanafiah, 2005 dan Supranto, 2000)

HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak kental yang diperoleh dari 2 g ampas penyulingan kulit kayu manis adalah 14,03 g (0,7 %). Ekstrak dibuat menjadi 3 variasi dosis yaitu 100 mg/kgBB, 300 mg/kg BB, 1000 mg/kgBB, yang didapat dari rumus thomson, kemudian dibuat dalam bentuk sediaan berupa suspensi dengan NaCMC 0,5 % sehingga dihasilkan campuran yang homogen. Pada penelitian ini digunakan lemak sebagai penginduksi, dimana lemak disebut juga lipid, merupakan zat yang kaya energi, sehingga pemberian lemak yang berlebihan dapat mempengaruhi kenaikan berat badan atau kita kenal juga dengan obesitas (Smaolin, 1997). Obesitas dapat memacu terjadinya penyakit diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan kencing manis. Penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala khas yang sering dirasakan adalah rasa haus berlebihan, pengeluaran urin yang berlebihan dan makan yang berlebihan. (Jhon, 1997 dan Guyton, 1998). Pengamatan dilakukan pada hari ke 14, 15, 18 dan 21 dengan tujuan untuk melihat pengaruh lamanya pemberian ekstrak sisa penyulingan kulit batang kayu manis terhadap glukosa darah mencit selama 7 hari. Mencit percobaan yang telah diaklimatisai selama satu minggu, ditimbang berat badannya satu persatu

dan diukur kadar glukosa darah normal. Kadar glukosa darah puasa normal jika kecil dari 90 mg/dl, sedangkan kadar glukosa darah puasa diabetes jika besar sama dengan 110 mg/dl. (Widowati, 2005). Untuk melihat efek penurunan kadar glukosa darah dari ekstrak sisa penyulingan kulit batang kayu manis terlebih dahulu mencit diinduksi dengan makanan kaya lemak selama 2 minggu yang masing-masingnya 5 gr/hari/ekor mencit. Setelah dua minggu terjadi peningkatan kadar glukosa darah dan berat badan. Pengukuran kadar glukosa darah mencit dilakukan dengan menggunakan alat Blood Glukosa Reader. Keuntungan menggunakan alat ini karena kerjanya sederhana dan membutuhkan sedikit darah (1 – 2 tetes) dan dapat mengukur kadar glukosa darah dengan cepat dan tepat antara 20-600 mg/dL (Wade, 1986). Dari hasil penelitian semua kelompok mencit yang diberi ekstrak sisa penyulingan kulit batang kayu manis selama 7 hari berturut turut mengalami penurunan kadar glukosa darah yang bermakna pada P
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF