Jurnal Pernafasan pada Anak.pdf
April 16, 2017 | Author: intan prawesti | Category: N/A
Short Description
Download Jurnal Pernafasan pada Anak.pdf...
Description
Jurnal Pernafasan pada Anak: Lack of Efficacy of an Immunomodulatory Macrolide in Childhood HIV Related Bronchiectasis: A Randomised, Placebo-Controlled Trial
TUGAS
oleh: Ananti Destiari. P NIM 122310101041
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2013
Jurnal Pernafasan pada Anak: Lack of Efficacy of an Immunomodulatory Macrolide in Childhood HIV Related Bronchiectasis: A Randomised, Placebo-Controlled Trial
Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Keperawatan Klinik 2B dengan dosen pengampu : Ns. Ratna Sari. H
oleh: Ananti Destiari. P NIM 122310101041
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2013
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Epidemiologi Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat sangat penting pada negara-negara berkembang. Di negara-negara maju seperti AS,bronkiektasis mengalami penurunan sering dengan kemajuan pengobbatan. Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan golongan sosio ekonomi yang renddah. 1,5 data terakhir yang diperoleh dari RSUD DR. Soetomo tahun 1990 menempatkan bronkiektasis pada urutan ke-7 terbanyak. Dengan kata lain didapatkan 221 penderita dari 11.018 (1.01%) pasien raat inap. Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik- klinik dan diderita oleh laki-laki maupun perempuan. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak, bahkan berupa kelainan congenital. Penyebab bronkiektasis sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Bronkiektasis sering disertai dengan beberapa kelainan congenital antara lain; tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliosis congenital, kistik fibrosis paru, hipa atau alphaglobulinemia, sindrom kartagener. Namun bronkiektasis dapat pula terjadi karena kelainan yang didapat. Bronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak menderita pneumonia yang sring kambuh dan berlangsung lama. Obstruksi bronkus seperti yang terjadi pada karsinoma bronkus atau akibat tekanan dari luar ke bronkus juga dapat menyebabkan bronkiektasis. Di negeri-negeri barat, kekerapan bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3 % di antara populasi. Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang berarti sesudah dapat ditekannya frekuensi kasus-kasus infeksi paru dengan pengobatan memakai antibiotik. Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki maupun
wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak-anak, bahkan dapat merupakan kelainan kongenital.
1.2 Tujuan 1.2.1 Untuk mengetahui pandangan atau analisis mengenai isi jurnal Lack of Efficacy of an Immunomodulatory Macrolide in Childhood HIV Related Bronchiectasis: A Randomised, ; 1.2.2 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan isi jurnal Lack of Efficacy of an
Immunomodulatory
Macrolide
in
Childhood
HIV
Related
Bronchiectasis: A Randomised, ; 1.2.3 Untuk mengetahui implikasi atau penerapan jurnal Lack of Efficacy of an Immunomodulatory Macrolide in Childhood HIV Related Bronchiectasis: A Randomised, di dunia keperawatan Indonesia..
1.3 Manfaat 1.3.1 Mahasiswa mampu memberikan pandangan serta analisanya terkait isi jurnal Lack of Efficacy of an Immunomodulatory Macrolide in Childhood HIV Related Bronchiectasis: A Randomised, ; 1.3.2 Mahasiswa mampu mengetahui kelebihan serta kekurangan isi jurnal Lack of Efficacy of an Immunomodulatory Macrolide in Childhood HIV Related Bronchiectasis: A Randomised, ; 1.3.3 Mahasiswa mampu menjelaskan implikasi atau penerapan jurnal Lack of Efficacy of an Immunomodulatory Macrolide in Childhood HIV Related Bronchiectasis: A Randomised, di dunia keperawatan Indonesia.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Lampiran Jurnal Asli terlampir 2.2 Resume Jurnal Bronchiectasis is pathological bronchial dilatation occurring as a result of recurrent chest infections or destructive lung disease. Noncystic fibrosis (CF)related bronchiectasis is an “orphan” lung disease on which little research has been focused, especially in developing countries, where available data is mostly on the epidemiological and clinical features [1,2]. In South Africa, the epidemic co-infections of human immunodeficiency virus (HIV)-1 infection and TB, have become important drivers of recurrent pulmonary infections and increasing rates of bronchiectasis [3-5]. The natural history of bronchiectasis is characterized by periods of quiescence interspersed with intermittent exacerbations. Exacerbations result in airway inflammation, the end product of which is progressive lung tissue destruction, pulmonary function decline and poor quality of life [6]. In order for the infection-related inflammatory process to be halted, there is a need to correct underlying pathology, as well as prompt implementation of effective anti inflammatory therapy
[7].
Medical
interventions
to
treat
HIV-related
bronchiectasis should incorporate immune system restoration with highly active antiretroviral therapy (HAART). In addition there is a strong evidence base for the use of macrolides as immunomodulatory agents in CF bronchiectasis subjects colonized with Pseudomonas aeruginosa (Pa) [8]. There is currently emerging evidence of the beneficial effects of macrolides in CF and non-CF bronchiectasis subjects without Pa [9,10]. The immunomodulatory effects of macrolides are thought to result in reduction in sputum volume, inhibition of virulence factor production by bacteria, diminished production of interleukin (IL)-8 and neutrophil influx and neutrophil elastase into the lung [11-13]. This in turn effects a reduction in pulmonary exacerbations, improved pulmonary function and improved quality of life. This therefore makes macrolides a natural choice for investigation as a candidate
therapeutic intervention in bronchiectasis. This study evaluated the efficacy of erythromycin compared to placebo, in reducing the number of pulmonary exacerbations in children with HIV-related bronchiectasis over a period of 52 weeks. The secondary end-points were to assess whether erythromycin could impact pulmonary function parameters, pro-inflammatory and antiinflammatory chemokines and cytokines. This study was conducted as a randomised, double-blind, placebocontrolled trial of erythromycin at the Paediatric Chest Clinic, Steve Biko Academic Hospital, Pretoria. The baseline characteristics of some of the participants have been previously described, as they form part of a larger study of children with HIVrelated bronchiectasis [4]. Inclusion criteria: Children aged 6 to 18 years with confirmed HIV infection. The presence of bronchiectasis was confirmed on high resolution CT scanning, with exclusion of other causes of bronchiectasis including a sweat test to rule out CF. All children had to be able to perform reliable pulmonary function tests. Exclusion criteria: Children were excluded if there was presence of the following: abnormal liver function tests (ALT/AST > 2.5 times normal) and abnormal urea/creatinine. Other exclusion criteria included the use of: carbamazepine, warfarin, cyclosporin or long-term midazolam. All the participants
were
randomised
to
receiving
either
erythromycin
(Adco
erythromycin estolate) at a dose of 125 mg per os daily if ≤15 kg body weight or 250 mg per os daily if >15 kg body weight or a matching placebo daily. This erythromycin dose was chosen as a quarter of the expected daily dose in line with previous studies [14]. Enrolment occurred from January 2009 to June 2011, with monthly follow up for one year. Participants were randomly assigned (1:1) to the erythromycin group (55%) or placebo group (45%). All study personnel performing the clinical evaluations were blinded to treatment assignment, with usual care treatment of exacerbations. An exacerbation was per protocol defined; as the presence of at least two of the following: increased tachypnoea or dyspnoea, change in frequency of cough, increase in sputum productivity, fever, chest pain and new
infiltrates on the chest X-ray. Compliance was assessed with the use of a medication diary and verbal interviews. 2.3 Analisis Jurnal Jurnal yang saya temukan adalah mengenai kurang efektifnya penggunaan agen immunodilator yakni makrolida dalam pemberantasan penyakit bronkietaksis pada anak yang berhubungan dengan peurunan imun akibat HIV. Kita tahu bahwa makrolida termasuk jenis eritromisin, dimana Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Zat ini berupa kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg/ml. Eritromisin larut lebih baik dalam etanol atau pelarut organik. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas in vitro paling besar dalam suasana alkalis. Larutan netral eritromisin yang disimpan pada suhu kamar akan menurun potensinya dalam beberapa hari, tetapi bila disimpan pada suhu 5˚ biasanya tahan sampai beberapa minggu. Sedangkan Imunomodulator adalah substansi yang digunakan yang mempengaruhi sistem imun. Secara umum ada dua kategori imunomodulator berdasarkan efeknya yaitu imunosupresan and imunostimulator. Imunosupresan adalah bahan yang dapat menekan kerja komponenkomponen sistem imun.Penggunaan imunosupresan digunakan untuk terapi penyakit autoimun seperti SLE atau yang dikenal penyakit Lupus, Multiple Myeloma, Gullain Barre Syndrome, Leukemia dan lain-lain. Sama seperti obatobatan kimia, maka beberapa suplemen memiliki efek yang sama seperti yang dijumpai pada produk Synergy yaitu Colostrum dan Noni Plus. Imunostimulator adalah bahan yang dapat meningkatkan kerja komponan-komponen sistem imun. Sistem imun terdiri atas imunitas nonspesifik dan spesifik. Penyembuhan infeksi akan lebih cepat bila fungsi sistem imun tubuh ditingkatkan. Hampir seluruh produk Synergy memiliki sifat imunostimulator seperti Liquid Chlorophyll, Spirulina, Nutriburst, Mistica dan lain-lain. Colostrum dan Noni Plus memiliki sistem
imun
sebagai
imunostimulator,
ini
merupakan suatu
kelebihan
dibandingkan produk yang hanya memiliki satu sistem imun. Kedua sistem imun bekerja sama dalam mempertahankan keseimbangan kesehatan badan. Dan kesimpulan pada jurnal ini adalah Administrasi ART dan perawatan adjunctive , yang meliputi izin napas dan pengobatan eksaserbasi , pada anak-anak dengan Bronkiektasis terkait HIV dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan dalam tes fungsi paru dan IL-8, dengan tidak ada manfaat tambahan dari penggunaan eritromisin
2.5 Penerapan dalam dunia Keperawatan Indonesia Menurut saya jurnal ini belum dapat diterapkan di indonesia karena masih banyak penelitian lebih lanjut yang harus dilakukan. Karena topik dari jurnal ini sangat dalam. Maka dari itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut guna mengetahui keefektifan adanya agen immunomodulator dalam menangani kasus bronkietaksis yang disebabkan dengan penurunan imin karena HIV.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan Kesimpulan pada jurnal ini adalah Administrasi ART dan perawatan adjunctive , yang meliputi izin napas dan pengobatan eksaserbasi , pada anak-anak dengan Bronkiektasis terkait HIV dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan dalam tes fungsi paru dan IL-8, dengan tidak ada manfaat tambahan dari penggunaan eritromisin yakni makrolida khususnya.
3.2 Saran Diharapkan perlu adanya penelitian yang lebih lanjut mengenai keefektifan agen immunomodulator yakni makrolida yang dapat mengobati penyakit bronkietaksis akibat penurunan imun berkaitan dengan HIV.
View more...
Comments