Jurnal Maroso Juni 2016 Volume VII No. 1
December 22, 2017 | Author: Yoppy Soleman, S.T., M.T. | Category: N/A
Short Description
Civil Engineering Journal of Sintuwu Maroso Univ...
Description
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
EVALUASI KEANDALAN STRUKTURAL BANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN ”POSO CITY MALL” Yoppy Soleman1) 1) Staf Pengajar LB Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sintuwu Maroso dan Pengkaji Teknis Bangunan Gedung Bidang Cipta Karya Dinas PU
Gedung dalam Pasal 3 menyatakan bahwa untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya, harus menjamin keandalan bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Kemudian dipertegas lagi dengan PP No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 tahun 2005 tentang Bangunan Gedung, Pasal 26 ayat (1) menyatakan bahwa keandalan bangunan gedung adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan kebutuhan fungsi yang telah ditetapkan. Salah satu substansi utama dari peraturan-peraturan pembangunan gedung sebagaimana tersebut di atas berbunyi sbb:
Abstract— Keandalan struktural didefinisikan sebagai kapasitas elemen struktural bangunan gedung baik secara keseluruhan maupun secara parsial (pondasi, sloof, kolom, balok, plat, dinding, rangka atap dan elemen struktural lainnya) untuk memikul pembebanan maksimum selama umur rencana atau masa pakai bangunan tanpa mengalami kegagalan atau keruntuhan secara tiba-tiba, baik yang bersifat lokal di titik-titik tertentu maupun keruntuhan total keseluruhan bangunan. Pemeriksaan/evaluasi keandalan struktural terutama bertujuan untuk menjamin keselamatan penghuni atau pemakai bangunan. Perlu ditekankan bahwa standar perencanaan struktur/konstruksi beton yang dirujuk dalam peraturan perundangan di atas tidak mengharuskan adanya sejarah/riwayat korban jiwa (ada korban jiwa dulu sebelum implementasi), melainkan merujuk kepada SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu peraturan zonasi dalam SNI-031726-2002, peraturan perencanaan struktur beton dalam SNI-03-2847-2002, peraturan pembebanan gedung dalam PPTIUG 83, PMI 1970 dan peraturan bangunan lainnya. Maka dalam evaluasi keandalan struktural tersebut akan terdapat 4 komponen utama yang perlu diperhitungkan yaitu stabilitas, kekuatan, kekakuan dan duktilitas.
“Pengkajian secara teknis untuk menyimpulkan kesesuaian pemenuhan persyaratan keandalan bangunan gedung dalam rencana teknis terhadap ketentuan tentang: 1) Persyaratan keselamatan a) Kemampuan mendukung beban muatan yang dapat menjamin keandalan: (1) Struktur yang kuat/kokoh, stabil dalam memikul beban atau kombinasi beban; (2) Terhadap pengaruh-pengaruh aksi akibat beban muatan tetap atau beban sementara dari gempa dan angin; dan (3) Struktur yang daktail”
Structural Reliability defined as the capacity of the structural elements of the building, either entirely or partially (foundation, tie-beams, columns, beams/girder, plates, wall, roof truss and other structural elements) to carry the maximum loading during the design life or the lifetime of the building without failure or suddenly collapse, either locally at certain points or total collapse of entire building. Examination / evaluation of structural reliability mainly aims to ensure the safety of occupants or users of the building. It should be stressed that the structural design standards / construction standards of concrete that referenced in the regulations above do not require any previous casualties in the history of their seismicity (there are casualties before implementation), but instead refers to the SNI (Indonesian National Standard) i.e. the earthquake zoning regulations in SNI-03-1726-2002, concrete code/standard in SNI-03-2847-2002, loading regulations on building in PMI-1970, PPTIUG 83 and other building regulations. Thus, in evaluating the structural reliability there will be four main components that need to be taken into account that are stability, strength, stiffness and ductility.
Untuk menilai keandalan struktural bangunan, dilakukan re-evaluasi atas (analisis) desain struktur dan juga dilakukan pemeriksaan/inspeksi konstruksi pada kolom-kolom dasar bangunan Poso City Mall . Dalam pembangunan Poso City Mall ini, pertanyaan yang muncul adalah bagaimanakah keandalan fisik bangunan gedung itu diterapkan oleh pemilik guna memenuhi syarat administrasi, syarat teknis, syarat fungsional dan pemenuhan kebutuhan pengguna bangunan?
I. PENDAHULUAN
Berdasarkan UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan 1
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Undang-undang mendefinisikan bangunan gedung sebagai wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Untuk mengevaluasi keandalan fisik bangunan gedung, dalam rangka mewujudkan bangunan gedung yang andal, digunakan kriteria keandalan sesuai dengan panduan teknis tata cara pemeriksaan
keandalan bangunan gedung tahun 1998, Peraturan Menteri PU No.29/PRT/M/2006, Peraturan Menteri PU No.45/PRT/M/2007, dan Peraturan Menteri PU No.26/PRT/M/2008. Kriteria keandalan fisik bangunan gedung meliputi aspek kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan dan keserasian dengan lingkungan. Aspek pengamatan fisik di lapangan dilakukan pada segi arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas, serta tata bangunan dan lingkungan. Diagram alir metoda/tata cara evaluasi fisik bangunan gedung secara skematis disajikan pada Gambar 1.
M E TO DO L OG I Pemeriksaan Keandalan Bangunan Pusat Perbelanjaan Poso City Mall dalam rangka mewujudkan bangunan gedung yang andal dari segi Keselamatan, Keamanan, Kenyamanan, Kesehatan, dan Kemudahan, serta serasi dengan lingkungan
Data primer : kondisi
tanah lapangan Data sekunder : gambar kerja, Analisis dan Desain struktur, lainnya.
Kriteria Keandalan:
UU No.28/2002 PP No.36/2005 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum: Permen PU No. 29/2006, No. 24/2007, No. 25/2008 SNI-03-2827-1992 SNI-03-2847-2002 SNI-03-1726-2002 PMI-83, SKBI 1987 Academic Journal & Referensi Teknik lainnya
EVALUASI (PEMERIKSAAN) KEANDALAN MENEKANKAN PADA 2 ASPEK, YAITU: KEAMANAN dan AKSESIBILITAS
Keamanan dan Keselamatan
Kesehatan
Kenyamanan
A 2
Kemudahan (Aksesibilitas)
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 A
Pemeriksaan Data Hasil Penyelidikan Tanah dan Laboratorium (dari Data Primer Lab. Mektan Untad, Palu): Uji Penetrasi Kerucut Statik/CPT/Sondir Bor Tanah Manual (HB) dengan UDS/DS Uji Sifat Fisika dan Mekanika Tanah
Pemeriksaan Denah (Iregularitas Horizontal dan Vertikal) Data Luasan Bangunan, Elevasi Bangunan Konfigurasi Pondasi Konfigurasi Kolom, Balok Sloof dan Balok Lt. Pelat dan Bukaan Tangga Basemen Tangga Darurat Ramp dan Rencana APAR
TINJAUAN LAPANGAN
Pemeriksaan Input Data dalam Aplikasi ETABS 9.7.2. (Dokumen Konsultan Perencana) Titik-titik perletakkan Pondasi Join Lantai Dasar (Base Floor) Mod. Elastis Beton dan Baja Kombinasi Pembebanan Statik/Gempa Spectrum Response
A na l i si s St ru k tu r Ata s (U pp e r - St ru ct u r e s )
Hitung tinggi struktur h mulai taraf penjepitan lateral
P em e ri ksa a n/ A na l i si s S tr u kt u r Ba w a h ( Su b S tr uc tu r es)
Hitung perioda getar fundamental struktur, T1
P em e ri ks aa n Out p u t Mo m en , Ga y a G es e r da n Ga ya Ak si a l K o m bi n a si P em be b a n a n
Pemeriksaan Jumlah Luas Tulangan Minimum Pelat/Slab, Balok dan Kolom B
Tentukan Klas Tanah Dasar Bawah Bangunan berdasarkan
Tentukan Zonasi Gempa, PBA, PGA dan Koef. Gempa Dasar C
Tentukan Sistem dan Sub-Sistem Struktur Penahan Lateral, SRPMM or SRPMK
Tentukan faktor keutamaan I, duktilitas dan faktor Reduksi Beban Gempa R
C
3
Kontrol Kapasitas Daya Dukung Tanah
Pemeriksaan Desain/Tulangan Pondasi Telapak
D
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 B Pemeriksaan Konfigurasi Tulangan/Desain Slab/Pelat, Kolom dan Balok
Pemeriksaan Detail Tulangan Khusus untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), tulangan midbar, tul. sudut, persyaratan kait dan bengkokan, spasi tul. geser dan konstruksi pengaku dinding (kolom praktis dan balok latei)
C
D
Hitung Fraksi Gaya Geser Dasar Total, Vb terhadap Wtot
Desain kapasitas untuk luas tulangan longitudinal dan transversal balok dan kolom (As , As’, Av dan MKAP ), menggunakan konsep Strong-Column Weak-Beam
Ke si m pul a n In s p ek si K om p on e n , K esi m pu l an U mu m d an R e ko m e n da si
II. DATA BANGUNAN Poso City Mall dikonstruksi di atas tanah seluas ± 32.000 m2 yang secara administratif terletak di jalan Trans Sulawesi (Jl. Pulau Sabang) Kelurahan Kayamanya, Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso. Sebelum mulai dikelola, lahan tersebut pada mulanya merupakan tanah kebun milik masyarakat. Poso City Mall (PCM) merupakan tipe konstruksi beton bertulang konvensional 3 lantai dengan sistem struktur portal terbuka (open frame) dan sub-sistem penahan lateral (gempa) Gambar 2.b. Denah Lantai 2 . Elevasi + 5.00 m.
Gambar 2.c. Denah Lantai 3 (Blok Ruko Lantai 3). Elevasi + 10.00 m.
Gambar 2.a. Denah Lantai 1 . Elevasi + 0.00 m.
4
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Lokasi Pembangunan Poso City Mall
Gambar 3. Lokasi Pembangunan Poso City Mall di terletak pada arah Barat Laut dengan jarak sekitar 2.5 kilometer dari Pusat Kota Poso. Letak Geografis Lahan: 1°23'10"S
(LS) 120°44'22"E (BT). Elevasi: 5.0 meter dpl.
III. VERIFIKASI DATA HASIL PENYELIDIKAN TANAH
Berdasarkan hasil pengujian kerucut statik/CPT atau sondir dari tim Fakultas Teknik Universitas Tadulako pada 5 titik boring (3 diantaranya yaitu S2, S3 dan S4 tepat di bawah bangunan utama Mall Poso City), diperoleh data sbb: Tabel 1.b. Hubungan Nilai Tegangan Konus dan Klasifikasi Daya Dukung Tanah (Sumber: Data Primer Lab. Mektan
Tabel 1.a. Hasil Pengujian CPT/Sondir (Sumber: Data Primer Lab. Mektan Untad, Palu) Untad, Palu)
5
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Nilai N-SPT < 20 Kohesi = 8.1 kPa Sudut geser < 300 Data hasil uji kerucut statik atau penetrasi konus (CPT)/sondir dapat dikonversi menjadi nilai SPT atau Standard Penetration Test dengan angka korelasi dari analisis Terzaghi dan
Peek yakni:
Rata- rata nilai dari hasil penelitian didapat suatu angka korelasi ekivalen yakni; qc = 4,1109 N ( oleh Terzaghi dan Peek, qc = 4 N)
Karakteristik tanah bawah dasar pondasi telapak pada kedalaman 5.5 – 6.0 meter berdasarkan sampel Hand Boring No. 2 (lokasi di bawah tapak pondasi bangunan Mall) merupakan: Lanau Campur Pasir Halus dan Lempung (Silty Sand) Tahanan Konus < 40 kg/cm2 Kepadatan relatif < 0.40 atau Kondisi Lepas/Gembur (Loose).
Nilai SPT maksimum pada kedalaman pondasi D = 2.0 meter atau kedalaman Hand Boring 6.0 meter sebesar maksimum N = qc/4 = 40/4 = 10. Dengan demikian, menurut definisi ini tanah dasar di bawah pondasi bangunan Poso City Mall ini termasuk kategori Tanah Lunak.
Titik Sampel CPT S4
Titik Sampel CPT S3 Titik Sampel Hand Boring 2
Titik Sampel CPT S2
Gambar 4. Titik pengambilan data uji kerucut statik/ CPT/Sondir dan Boring, S2, S3, S4 dan HB2.
IV. MENENTUKAN PERIODA GETAR FUNDAMENTAL B ANGUNAN kombinasi portal+dinding geser tahan momen, dan memberikan formula yang diambil dari batas bawah harga perioda getar struktur pada saat terjadinya mekanisme sendi plastik pertama, yaitu,
Dalam Journal of Strucural Engineering, volume 123: “Periods Formulas for Moment Resisting Frame Buildings”, Issue 11:11541161, 1997, A.K. Chopra dan R.K. Goel, meneliti 42 struktur baja tahan momen, 27 struktur beton bertulang tahan momen dan 16
T = 0,0466H0,9 6
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 dimana: H = ketinggian struktur gedung diukur dari tingkat penjepitan lateral (dalam satuan meter) H = 13,0 m maka, T = 0,0466 (13,0)0.9 = 0,469 detik
Tabel 2. Tabel 2. Koefisien yang membatasi waktu getar alami fundamental bangunan
Wilayah Gempa
Dengan harga perioda getar struktur dari rumus/perhitungan empirik, sekarang terdapat rentang perioda getar fundamental, sbb:
1 0,20 2 0,19 3 0,18 4 0,17 T1 maks = 0,469 detik 5 0,16 6 0,15
T1 min = 0,411 detik Dimana perioda getar struktur yang sebenarnya berada dalam rentang tersebut. Dalam SNI-1726-2002 pasal 5.6 (Pembatasan waktu getar alami fundamental), disebutkan:
Maka harga maksimum perioda getar alami fundamental menurut SNI-1726-2002 harus lebih kecil dari, T1 maks < (0,17) (3) = 0,510 detik
Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental T1 dari struktur gedung harus dibatasi, bergantung pada koefisien untuk Wilayah Gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah tingkatnya n menurut persamaan
Sebagai pertimbangan akhir, perioda getar struktur yang digunakan adalah yang bersifat empirik dan bukan yang bersifat teoretik sebagaimana yang direkomendasikan UBC-1994 dan SNI-1726-2002, yaitu rumus empirik perioda getar untuk struktur portal beton bertulang tahan momen (RC- MRF) atau SRPM (Sistem Rangka Pemikul Momen),
T1 < n
T1 = T = 0,411 detik
di mana koefisien ditetapkan menurut
TS V. MENENTUKAN SPEKTRUM RESPONS GEMPA RENCANA (SA) & KOEF. GEMPA RENCANA (C)
Av dan, 2 .5C 0
T A 0 .2 T S
Respons spektrum yang umum digunakan dalam desain adalah kurva-kurva perioda-percepatan untuk rasio redaman elastik = 5% terhadap redaman kritis. Seperti diberikan pada (Gbr 5), kurva spektrum desain standar yang didasarkan atas model SDOF mempunyai nilai percepatan maksimum rata-rata hasil superposisi sebesar C = 2.5C0. Angka ini berdasarkan pengkajian database gempa dan telah distandardisasi
0
<
Tn
<
TA
SA T C A 1 .5 n 1 g TA TA < Tn < TS
Keterangan:
C0 = koefisien percepatan puncak Cv = koefisien kecepatan puncak
dimana:
Spektrum Respons Gempa Rencana mempunyai 3 cabang kurva yang masing-masing absisnya sebagai T0, TA dan TS. Peroda T0 adalah nilai awal, Perioda TA adalah titik pertemuan kurva pertama dan kedua, dan perioda TS adalah titik pertemuan kurva kedua dan ketiga. Nilai-nilai TS dan TA dinyatakan sebagai:
Tn < TS
SA 2 . 5C A g SA Cv g Tn
g = percepatan gravitasi ≈ 9,81
m/s2 Maka untuk pembuatan spektrum respons percepatan desain digunakan nilai-nilai koefisien CA dan Cv untuk berbagai jenis tanah dan zona gempa bumi 7
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 (Tabel 3). Wilayah Kabupaten Poso termasuk zonasi gempa 4, sedang tanah dasar bawah bangunan Poso City Mall termasuk klasifikasi Tanah Lunak.
Akan halnya zonasi percepatan maksimum muka tanah (PGA) yang baru dalam SNI-1726-2012 tidak digunakan sebab angkanyua terlalu bersifat hipotetik.
Tabel 3. Percepatan Puncak Batuan Dasar & Perc. Puncak Muka Tanah u. Masing2 Wil. Gempa Indonesia Percepatan puncak batuan dasar (‘g’)
Wilayah Gempa
Tanah Keras
Tanah Sedang
Tanah Lunak
Tanah Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi
1
0,03
0,04
0,05
0,08
2
0,10
0,12
0,15
0,20
3
0,15
0,18
0,23
0,30
4
0,20
0,24
0,28
0,34
5
0,25
0,28
0,32
0,36
0,30
0,33
0,36
0,38
6
94 o
Percepatan puncak muka tanah Ao (‘g’)
96 o
98 o
100 o
102 o
104 o
106 o
108 o
110 o
112 o
114 o
116 o
118 o
120 o
122 o
124 o
126 o
128 o
130 o
132 o
134 o
136 o
138 o
140 o
10 o
8
10 o
0
o
80
200
400
8o
Kilometer 6o
6o Ban da Ace h 1
4
2
2
3
4
o
5
6
5
4
3
2
1
4
o
2
M ana do
1
0o
Sa marinda
3
5
4
Palu
2
3
3
Ma nokwari
Soro ng
4
Bia k
Jamb i Pala ngkaraya
5
Jayapura
6 Banjarma sin
Pale mbang
4
2o
5
2 1
5
Bengku lu
o
0o
2
1 Pa dang 6 4
o
Ternate
Pekanb aru
2o
o
Ke ndari
Ambo n
4o
4 1
3
M akasar
Ban darla mp ung
Tual
6o
2
2
Jakarta B andu ng Sem arang Garut Tasikm alaya S olo Jogjakarta
Suka bum i
8o
6o
1
Surabay a 3 Blit ar M alang B anyuwang i
Cila ca p
Denp asar
M ataram
8o
4
M era uke 5 6
10
o 5
10 o
K upan g
4
Wilayah
1
3
: 0,03 g
2
12 o
14 o
Wilayah
2
: 0,10 g
Wilayah
3
: 0,15 g
Wilayah
4
: 0,20 g
Wilayah
5
: 0,25 g
Wilayah
6
: 0,30 g
12 o
1
14 o
16 o
16 o 94 o
96 o
98 o
100 o
102 o
104 o
106 o
108 o
110 o
112 o
114 o
116 o
118 o
120 o
122 o
124 o
126 o
128 o
130 o
132 o
134 o
136 o
138 o
140 o
Gambar 2.1. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun
Gambar 5.a-b. Zonasi Percepatan Puncak Batuan Dasar (PBA) untuk Wilayah Indonesia, berdasarkan SNI-1726-2002 (a); berdasarkan SNI-1726-2012 (b) 8
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Menggunakan spektrum desain percepatan Gempa Zona 4 SNI-1726-2002, diperoleh harga percepatan puncak batuan dasar (PBA=peak base accelleration), percepatan puncak tanah dasar atau permukaan tanah (PGA=peak ground accelleration) dan kecepatan maksimum tanah dasar (PGV=peak ground velocity) sbb: PBA
A0 = CA =
0.200 Gbr. 6a
PGA
A0 = CA =
0.340 Tabel 3
Am = 2.5CA =
0.850 Tabel 3
Ar = CV =
0.650 Gbr. 6a
Koefisien percepatan maksimum PGV
Gambar 6. Menentukan Koefisien Gempa Dasar Berdasarkan Relasi Respons Spektra Percepatan dengan Perioda Fundamental T untuk zona Gempa 4.
Wilayah Kabupaten Poso termasuk zona (wilayah) 4 dalam SNI-1726-2002 maka spektrum respons gempa rencana mengunakan Gambar 5.12. Untuk jenis tanah lunak (soft soil) nilai C (=koefisien geser dasar gempa rencana) untuk struktur dengan perioda getar alami fundamental T=0,411 detik adalah C = (2,5) (0,34) = 0,85g.
dapat disesuaikan melalui pemakaian faktor keutamaan yang lebih besar dari 1,0 untuk gedung-gedung yang harus tetap berfungsi sesudah suatu gempa besar terjadi. Misalnya, suatu faktor keutamaan sebesar I = 1,4 harus digunakan pada bangunan rumah sakit yang menjadi pusat pelayanan utama yang penting bagi usaha penyelamatan sesudah suatu gempa terjadi. Tabel 4. Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan
VI. MENENTUKAN FAKTOR KEUTAMAAN STRUKTUR
Kategori gedung
Faktor keutamaan struktur menyatakan tingkat kepentingan suatu gedung berkaitan dampak gempa dan pasca-gempa terhadapnya. Untuk gedung pada umumnya seperti rumah tinggal, gedung perniagaan dan perkantoran diberikan faktor keutamaan struktur sebesar I =1,0 (lihat Tabel 4). Perioda Ulang gempa
Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran
Monumen dan bangunan 1,0 1,6 1,6 monumental Gedung penting pasca gempa 1,4 1,0 1,4 seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi. Gedung untuk menyimpan bahan 1,6 1,0 1,6 berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun. Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5 Catatan : Untuk semua struktur bangunan gedung yang ijin penggunaannya diterbitkan sebelum berlakunya Standar ini maka Faktor Keutamaan, I, dapat dikalikan 80%.
Faktor Keutamaan I1 I2 I 1,0
1,0
1,0
VII. MENENTUKAN FAKTOR REDUKSI BEBAN GEMPA (R) Faktor duktilitas () menyatakan kemampuan struktur gedung untuk mengalami deformasi atau simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat pembebanan gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan. Faktor duktilitas maksimum 9
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 adanya pembebanan dan dimensi penampang serta kekuatan bahan terpasang yang berlebihan dan nilainya ditetapkan sebesar 1,6. 2. Faktor f2 Faktor f2 menyatakan kuat lebih struktur akibat kehiperstatikan (kestatiktaktentuan) struktur gedung yang menyebabkan terjadinya redistribusi gaya-gaya oleh proses pembentukan sendi plastis yang tidak serempak bersamaan; rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana yang dapat diserap oleh struktur gedung pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dan beban gempa pada saat terjadinya pelelehan pertama
(m), faktor reduksi beban gempa maksimum (Rm), faktor kuat lebih (overstrength) total struktur (f) untuk beberapa jenis sistem dan sub-sistem struktur dapat dilihat pada Tabel 12. Faktor kuat lebih total (f) menyatakan kekuatan lebih (overstrength) yang terkandung di dalam struktur gedung secara keseluruhan, yang merupakan rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana yang dapat diserap oleh struktur gedung pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dengan beban gempa nominal. Faktor kuat lebih total merupakan superposisi dari 2 sub faktor yaitu: 1.Faktor f1 Faktor f1 menyatakan kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam suatu struktur gedung akibat selalu Tabel 4.
Faktor daktilitas maksimum, faktor reduksi gempa maksimum, faktor kuat lebih struktur dan faktor tahanan lebih total beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung
Sistem dan subsistem struktur gedung 1. Sistem dinding penumpu (Sistem struktur yang tidak memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Dinding penumpu atau sistem bresing memikul hampir semua beban gravitasi. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing). 2. Sistem rangka gedung (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul dinding geser atau rangka bresing).
3.
Sistem rangka pemikul momen (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur) 4. Sistem ganda (Terdiri dari: 1) rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi; 2) pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurangkurangnya 25% dari seluruh beban
Uraian sistem pemikul beban gempa
m
1. Dinding geser beton bertulang 2. Dinding penumpu dengan rangka baja ringan dan bresing tarik 3. Rangka bresing di mana bresingnya memikul beban gravitasi a.Baja b.Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 1. Rangka bresing eksentris baja (RBE) 2. Dinding geser beton bertulang 3. Rangka bresing biasa a.Baja b.Beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 4. Rangka bresing konsentrik khusus a.Baja 5. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail 6. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail penuh 7. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail parsial 1. Rangka pemikul momen khusus (SRPMK) a.Baja b.Beton bertulang 2. Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) 3. Rangka pemikul momen biasa (SRPMB) a.Baja b.Beton bertulang 4. Rangka batang baja pemikul momen khusus (SRBPMK) 1. Dinding geser a.Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang b.Beton bertulang dengan SRPMB baja c. Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang 2. RBE baja a.Dengan SRPMK baja b.Dengan SRPMB baja 3. Rangka bresing biasa a.Baja dengan SRPMK baja b.Baja dengan SRPMB baja
10
2,7 1,8
Rm Pers. (6) 4,5 2,8
f Pers. (39) 2,8 2,2
2,8 1,8
4,4 2,8
2,2 2,2
4,3 3,3
7,0 5,5
2,8 2,8
3,6 3,6
5,6 5,6
2,2 2,2
4,1 4,0 3,6
6,4 6,5 6,0
2,2 2,8 2,8
3,3
5,5
2,8
5,2 5,2 3,3
8,5 8,5 5,5
2,8 2,8 2,8
2,7 2,1 4,0
4,5 3,5 6,5
2,8 2,8 2,8
5,2 2,6 4,0
8,5 4,2 6,5
2,8 2,8 2,8
5,2 2,6
8,5 4,2
2,8 2,8
4,0 2,6
6,5 4,2
2,8 2,8
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Sistem dan subsistem struktur gedung lateral; 3) kedua sistem harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi /sistem ganda)
5. Sistem struktur gedung kolom kantilever: (Sistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral) 6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka 7. Subsistem tunggal (Subsistem struktur bidang yang membentuk struktur gedung secara keseluruhan)
m
Uraian sistem pemikul beban gempa c.Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) d.Beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang (tidak untuk Wilayah 5 & 6) 4. Rangka bresing konsentrik khusus a.Baja dengan SRPMK baja b.Baja dengan SRPMB baja Sistem struktur kolom kantilever
4,0
Rm Pers. (6) 6,5
2,6
4,2
2,8
4,6 2,6 1,4
7,5 4,2 2,2
2,8 2,8 2
Beton bertulang biasa (tidak untuk Wilayah 3, 4, 5 & 6)
3,4
5,5
2,8
1. Rangka terbuka baja 2. Rangka terbuka beton bertulang 3. Rangka terbuka beton bertulang dengan balok beton pratekan (bergantung pada indeks baja total) 4. Dinding geser beton bertulang berangkai daktail penuh. 5. Dinding geser beton bertulang kantilever daktail parsial
5,2 5,2 3,3
8,5 8,5 5,5
2,8 2,8 2,8
4,0
6,5
2,8
3,3
5,5
2,8
Fi
Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) yang terbuat dari material beton bertulang (reinforcedconcrete) diberikan harga-harga faktor duktilitas maksimum, faktor reduksi gempa maksimum dan faktor kuat-lebih struktur sebagai berikut:
f Pers. (39) 2,8
him i Vb him i
dimana: Fi = Gaya geser taraf lantai ke-i hi = ketinggian lantai bangunan ke-i (meter) mi = massa lantai bangunan ke-i (meter) Vb = gaya geser dasar nominal (kN)
Faktor Duktilitas maksimum (m) Faktor Reduksi Beban Gempa maksimum (Rm) Faktor Overstrength Total (f)
= 3,3
= 5,5 = 2,8
VIII. P ERHITUNGAN B EBAN L ATERAL AKIBAT G EMPA Pembebanan gempa menurut SNI – 1726 – 2002 pasal 6.1.2 adalah sebagai berikut
Vb
C I W t R
dimana : Vb= Beban Geser Nominal Statik Ekivalen C = Nilai Faktor Respon Gempa I = Faktor Keutamaan Struktur R = Faktor Reduksi Gempa Representatif dari Struktur Gedung Wt = Berat Total Gedung termasuk Beban Hidup yang sesuai
Distribusi gaya geser lateral di sepanjang tinggi bangunan diberikan sebagai, IX. ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR (APLIKASI ETABS VERSI 9.7.2) 11
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Analisis dan Desain Struktur dikerjakan menggunakan perangkat lunak rekayasa berbasis FEM (Finite Element Method) ETABS versi 9.7.2. Adapun aplikasi ETABS adalah produksi CSI (Computer and Structures Incorporated) yaitu sebuah institusi penelitian yang berada di Universitas California Berkeley, Amerika Serikat. Aplikasi ETABS berbasis, sebagaimana juga SAP2000 sudah cukup dikenal dalam rekayasa struktur dan validitas hasil perhitungannya telah teruji/terverifikasi. Dalam Ringkasan Data Input dari Consultant dan Model ETABS-nya diberikan di bawah ini:
Gambar 7.a-c. Ringkasan Input Data Konsultan Struktur PT. Cipta Sukses
12
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gambar 8. Model Struktur Poso City Mall (Perspektif 3D) ETABS 9.7.2
4. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Gempa dalam Aplikasi ETABS 9.7.2, Vbmin; 5. Kombinasi Pembebanan yang Diterapkan dalam Menentukan Gaya Reaksi Pembebanan pada Pondasi Bangunan (Block Data “Combo”) 6. Kapasitas Daya Dukung Tanah dan Detail Penulangan Pondasi Telapak; 7. Rasio dan Luas Tulangan Longitudinal Terpasang Kolom Struktur, dan Asc; dan 8. Luas Tulangan Longitudinal Terpasang Balok Struktur, Asb. 9. Perkuatan Dinding Bata (Kolom Praktis dan Balok Horizontal Latei)
X. EVALUASI RELIABILITAS ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR Untuk mengevaluasi reliabilitas analisis dan desain struktur maka diperiksa 9 komponen dalam analisis, desain dan juga pelaksanaan konstruksi di lapangan pada Bangunan Gedung Poso City Mall, yaitu: 1.
Perhitungan ketebalan pelat lantai minimum, hmin; 2. Konfigurasi tulangan pelat lantai minimum, Asmin b=1.00 meter; 3. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Statik dalam Aplikasi ETABS versi 9.7.2;
Inspeksi No. 1 1. Perhitungan ketebalan pelat lantai minimum, hmin; Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen 13
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi sama sekali
M TM TI NF RB
1. Memenuhi
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 1: Tebal minimum pelat lantai S1 (t=120 mm), dan S2 (t=150 mm) sudah memenuhi ketentuan dalam SNI-2847-2002. Gbr 9.a. Segmen dari panel Lantai 1 Gbr.b. Segmen dari panel Lantai 1 Tipe S1 = 120 mm
Perhitungan Kontrol Tebal Pelat Tipe S2
Perhitungan Kontrol Tebal Pelat Tipe S1
Cek Tebal Plat
Cek Te bal Plat Data-data be bw (induk) h (induk) tebal plat L induk Lanak
Tipe S2 = 150 mm
207.5 30 50 12 800 200
cm cm cm cm cm cm
fc' (beton) fy' (baja) b (anak) h (anak) tebal plat
Balok Induk 30/50 Lebar efektif be = 1/4 x (800 + 30) = = 30 + 8 x 12 + 8 x 12 = = 30 + 1/2x800 + 1/2x800 = dipakai be terkecil adalah 207.5 cm Inertia balok (Ib) y = 30x38x19 + 207.5x12x44 = 30x38 + 207.5 x 12 Ib = 1/12x30x38^3 + 30x38(40.26-19)^2 + 1/12x207.5x12^3 + 207.5x(44-40.26) 717238.886 cm4 = Inertia pelat (Is) Is = 1/12 x 800 x 12^3 = didapat a = 717238.886 = 115200 Balok Anak 20/40 s be = 1/4 x (200 + 20) = = 20 + 8 x 12 + 8 x 12 = = 20 + 1/2x200 + 1/2x200 = dipakai be terkecil adalah 55 cm Inertia balok (Ib) y = 20x28x14 + 55x12x34 = 20x28 + 55 x 12 Ib = 1/12x20x28^3 + 20x28(28.06-14)^2 + 1/12x55x12^3 + 55x(34-28.06) 178501.8437 cm4 = Inertia pelat (Is) Is = 1/12 x 200 x 12^3 = didapat a = 178501.8437 = 28800 am = 2 x 6.23 + 2 x 6.20 = 4 Ln = 830 - (1/2 x 30 + 1/2 x 30 ) = Sn = 220 - (1/2 x 20 + 1/2 x 20 ) = b = 800 / 200 = Dari rumus-rumus, tebal minimum dari pelat : hmin = 800 x (0.8 + (240/1500)) 36 + 5x4.00[6.21-(0.12(1+(1/4.00)))] 4.88 cm = tetapi tidak kurang dari : h = 800(0.8 + (240/1500)) = 36 + 9 x 4.00 dan tidak perlu lebih dari : h = 800(0.8 + (240/1500)) = 36 Maka Plat Tebal 12 cm Bisa Dipakai
25 240 20 40 12
Data-data be bw (induk) h (induk) tebal plat L induk Lanak
Mpa Mpa cm cm cm
40.26 cm
115200 cm4 6.23
fc' (beton) fy' (baja) b (anak) h (anak) tebal plat
Balok Anak 30/65 s be = 1/4 x (400 + 30) = = 30 + 8 x 15 + 8 x 15 = = 30 + 1/2x400 + 1/2x400 = dipakai be terkecil adalah 107.5 cm Inertia balok (Ib) y = 30x50x25 + 107.5x15x57.5 = 30x50 + 107.5 x 15 Ib = 1/12x30x50^3 + 30x50(45.72-25)^2 + 1/12x107.5x15^3 + 107.5x(57.5-45.72) 1210487.669 cm4 = Inertia pelat (Is) Is = 1/12 x 400 x 15^3 = didapat a = 1210487.669 = 112500 am = 2 x 6.92 + 2 x 10.76 = 4 Ln = 830 - (1/2 x 30 + 1/2 x 30 ) = Sn = 430 - (1/2 x 30 + 1/2 x 30 ) = b = 800 / 400 = Dari rumus-rumus, tebal minimum dari pelat : hmin = 800 x (0.8 + (240/1500)) 36 + 5x2.00[8.84-(0.12(1+(1/2.00)))] 6.26 cm = tetapi tidak kurang dari : h = 800(0.8 + (240/1500)) = 36 + 9 x 2.00 dan tidak perlu lebih dari : h = 800(0.8 + (240/1500)) = 36 Maka Plat Tebal 15 cm Bisa Dipakai
55 cm 212 cm 220 cm
28.06 cm
28800 cm4 6.20 6.21 800 cm 200 cm 4.00
21.33 cm
cm cm cm cm cm cm
Balok Induk 30/65 Lebar efektif be = 1/4 x (800 + 30) = = 30 + 8 x 15 + 8 x 15 = = 30 + 1/2x800 + 1/2x800 = dipakai be terkecil adalah 207.5 cm Inertia balok (Ib) y = 30x50x25 + 207.5x15x57.5 = 30x50 + 207.5 x 15 Ib = 1/12x30x50^3 + 30x50(51.99-25)^2 + 1/12x207.5x15^3 + 207.5x(57.5-51.99) 1558056.72 cm4 = Inertia pelat (Is) Is = 1/12 x 800 x 15^3 = didapat a = 1558056.72 = 225000
207.5 cm 222 cm 830 cm
10.67 cm
207.5 30 65 15 800 400
<
>
12 cm
12 cm
(OK)
(OK)
Inspeksi No. 2 2. Konfigurasi tulangan pelat lantai minimum, Asmin b=1.00 meter; 14
25 240 30 65 15
Mpa Mpa cm cm cm
207.5 cm 270 cm 830 cm
51.99 cm
225000 cm4 6.92
107.5 cm 270 cm 430 cm
45.72 cm
112500 cm4 10.76 8.84 800 cm 400 cm 2.00
14.22 cm
<
15 cm
(OK)
21.33 cm
>
15 cm
(OK)
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi sama sekali
M TM TI NF RB
2. Memenuhi
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 2: Detail dan Konfigurasi Tulangan Lantai tipe S1 (t=120 mm), dan tipe S2 (t=150 mm) sudah memenuhi ketentuan dalam SKBI-1987 dan SNI-2847-2002.
Gbr. 9.a.Konfigurasi penulangan Pelat Lantai Tipe S1 = 120 mm
Gbr. 9.b. Konfigurasi penulangan Pelat Lantai Tipe S2 = 150 mm Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan
Inspeksi No. 3 3. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Statik dalam Aplikasi ETABS versi 9.7.2;
15
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi sama sekali
M TM TI NF RB
Input Data dan Kombinasi Pembebanan Statik dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah memenuhi ketentuan dalam PMI-83, SKBI1987, SNI-03-2847-2002.
3. Memenuhi
Pemeriksaan input data dan kombinasi pembebanan bangunan dalam analisis dan desain struktur (ETABS versi 9.7.2) diberikan pada halaman 33 – 37.
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 3:
Gbr. 10. Model Analisis dan Desain Struktur Bangunan Gedung Poso City Mall dalam aplikasi ETABS 9.7.2
M TM TI NF RB
4. Memenuhi.
Inspeksi No. 4 4. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Gempa dalam Aplikasi ETABS versi 9.7.2;
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 4: Input Data dan Kombinasi Pembebanan Gempa dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah memenuhi ketentuan dalam SNI-03-17262002.
Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi sama sekali
Respons spektra yang digunakan oleh Konsultan Struktur PT. Cipta Sukses Engineering dalam Analisis dan Desain Struktur adalah Sprctrum Response dari UBC 1997 (Uniform Building Code 1997) dengan Ca = 0.36 g, Cv = 0.90 g, dan Jenis 16
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Tanah Lunak (Soft). Parameter ini agak lebih tinggi dari ketentuan Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Wilayah Kabupaten Poso dimana termasuk Zona Gempa 4. Dengan demikian menghasilkan Analisis dan Desain Tahan Gempa yang lebih aman.
Tabel 5.a – b. Percepatan puncak batuan dasar (PBA), percepatan maksimum permukaan tanah (PGA) dan Koefisien Kecepatan Maksimum Respons Spektra menurut Uniform Building Code (UBC) 1997.
Percepatan puncak batuan dasar Percepatan puncak muka tanah
Percepatan puncak batuan dasar dan p.p. muka tanah C 0 (UBC-97, ATC-40) Peak Ground Accelleration (PGA), A 0 (g) Rock
Hard Soil
Medium Soil
Soft Soil
1 2 3 4 5 6
0.05 0.15 0.20 0.25 0.30 0.40
0.05 0.13 0.17 0.22 0.27 0.40
0.05 0.15 0.20 0.25 0.30 0.40
0.07 0.18 0.23 0.28 0.33 0.44
0.11 0.25 0.28 0.31 0.33 0.36
Special Soil Memerlukan
Peak Base Acceleration (PBA) (g)
evaluasi khusus di setiap lokasi
Zona Gemp a
Koefisien kecepatan maksimum respons spektra, C v (UBC-97, ATC-40)
Tabel 6.
Percepatan
Kecepatan (m/s) Hard Soil Medium Soft Soil (SC) Soil (S D) 0.07 0.11 0.14 0.21 0.27 0.42 0.27 0.33 0.53 0.34 0.41 0.65 0.41 0.49 0.76 0.56 0.64 0.96
Keterangan
S1
permukaantanah dan
puncak
Jenis Tanah Dasar Notasi
Special Soil Memerlukan
Rock (SB) 0.05 0.13 0.17 0.22 0.27 0.40
evaluasi khusus di setiap lokasi
Peak Base Acceleration (PBA) (g) 0.05 0.15 0.20 0.25 0.30 0.40
Zona Gemp a 1 2 3 4 5 6
Faktor Zona Gempa
Koefisien
0.05
0.15
0.20
0.25
0.30
0.40
Batuan
Ca
0.05
0.13
0.17
0.22
0.27
0.40
Cv
0.05
0.13
0.17
0.22
0.27
0.40
S2
Tanah Keras
Ca
0.05
0.15
0.20
0.25
0.30
0.40
Cv
0.07
0.21
0.27
0.34
0.41
0.56
S3
Tanah Sedang
Ca
0.07
0.18
0.23
0.28
0.33
0.44
Cv
0.11
0.27
0.33
0.41
0.49
0.64
S4
Tanah Lunak
Ca
0.11
0.25
0.28
0.31
0.33
0.36
Cv
0.14
0.42
0.53
0.65
0.76
0.96
ketentuan perencanaan ketahanan gempa Zona 4 (wilayah Kabupaten Poso) dengan CA = 0.34 g, masing-masing untuk jenis tanah lunak (soft soil).
Nilai koefisien percepatan puncak permukaan tanah atau PGA (Peak Ground Accelleration) yang dipakai oleh konsultan struktur PT. Cipta Sukses Engineering sebesar Ca = 0.36 g lebih tinggi daripada Tabel 15.
Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk 17
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 masing-masing Wilayah Gempa Indonesia (SNI-03-1726-2002) Wilayah Gempa
4
Percepatan puncak batuan dasar (‘g’)
0,20
Percepatan puncak muka tanah Ao (‘g’) Tanah Keras 0,24
Tanah Sedang 0,28
Tanah Lunak
0,34 0.85
Gbr. 11.a. Spektra Respons Gempa Zona 6 UBC 1997
Tanah Khusus Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi
Gbr. 11.b. Spektra Respons Zona 4 SNI-03-1726-2002
Gbr. 12.a. Bentuk Struktur Terdeformasi akibat Kombinasi Statik + Pembebanan Gempa (Arah Utama Sumbu X): WU = 1.0WD + 1.0WL + 1.0EQX + 0.3EQY
18
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 12.b. Bentuk Struktur Terdeformasi akibat Kombinasi Statik + Pembebanan Gempa (Arah Utama Sumbu Y): WU = 1.0WD + 1.0WL + 0.3EQX + 1.0EQY
Konsultan Struktur menerapkan kombinasi pembebanan statik: WUpondasi = 1.0WD + 0.9WL (lihat Gbr. 30) untuk menentukan reaksi perletakkan bangunan (base/pondasi dan tidak menggunakan kombinasi pembebanan statik + lateral/gempa. Dalam SNI-03-2847-2002 pasal 11.2 ayat 3 tersebut:
Inspeksi No. 5 5. Kombinasi Pembebanan yang Diterapkan dalam Menentukan Gaya Reaksi Akibat Pembebanan Pondasi Bangunan (Block Data “Combo”) Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi sama sekali
M TM TI NF RB 5. 5. Memenuhi
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 5: Kombinasi Pembebanan yang Diterapkan dalam Aplikasi Analisis dan Desain Struktur (ETABS 9.7.2) untuk menentukan Reaksi Tumpuan akibat Beban-beban Bangunan pada Perletakkan/Pondasi Cukup Memenuhi Ketentuan Kuat Layan dan Kuat Ultimit dalam SNI-03-2847-2002, dan SNI-03-1726-2002. Kombinasi Pembebanan yang diterapkan telah cukup realistik dalam mengakomodasi pembebanan ekstrim akibat respons percepatan maksimum permukaan tanah zona 4 sebesar 0.34 g (belum pernah terjadi)
Berdasarkan hasil uji Penetrasi Konus/CPT dan Bor Sampel, diketahui bahwa pada 4 dari 5 titik penetrasi konus di lokasi bangunan hingga kedalaman sekitar 10.00 meter merupakan jenis tanah lunak (nilai perlawanan konus qc maks < 40.0 kg/cm2). Bahkan pada titik uji No. 2 (segmen depan sisi kiri Mall) dan No. 5, tidak ditemukan tanah keras sampai kedalaman 20.0 meter. Di lain pihak, pada titik uji No. 4 (sisi kanan belakang bangunan Mall) kedalaman tanah keras (qc > 200 kg/cm2) sudah ditemukan pada kedalaman sekitar 5.20 meter. 19
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Konsekuensi dari hal ini adalah resiko terjadinya penurunan tumpuan diferensial
(differential settlement).
Gbr. 13. Contoh penurunan diferensial pondasi pada bagian ujung kiri dan kanan bangunan dengan bagian tengah tetap stabil.
Dalam teknik/rekayasa pondasi, penurunan maksimum untuk bangunan umum harus dibatasi hingga sekitar 2.54 cm.
Gbr. 14. Konsultan struktur menerapkan kombinasi pembebanan statik berupa 100% Beban Mati (1.0DL) dan 90% Beban Hidup (0.9LL) dalam input data aplikasi analisis dan desain struktur (ETABS 9.7.2) untuk menentukan gaya-gaya reaksi perletakkan/pondasi
Pemeriksaan Gaya-gaya Reaksi Perletakkan untuk 3 Kombinasi Pembebanan Dalam gambar 15 – 16 di bawah ini akan dibandingkan nilai reaksi perletakkan/pondasi untuk kombinasi pembebanan ultimit (envelope/maksimum) dengan kombinasi beban 20
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 layan (service loads) statik 1.0DL + 0.9LL yang digunakan Konsultan Perencana Struktur PT. Cipta Sukses Engineering untuk perencanaan pondasi serta kombinasi beban statik + lateral. Sebagai sampel, nilai-nilai reaksi perletakkan pada join-join nomor 120, 131 dan 134 akan dibandingkan. 1. Kombinasi Pembebanan Ultimit (Envelope Nilai-nilai Maksimum)
21
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Inspeksi No. 6 6. Pemenuhan Kapasitas Daya Dukung Tanah Dasar dan Detail Penulangan Pondasi Telapak; Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi sama sekali
M TM TI NF RB
6. Memenuhi. Kapasitas Daya Dukung Ijin Tanah Bawah Pondasi Tidak Dilampaui oleh Tegangan Maksimum pada Dasar Tapak. Kapasitas Desain Geser dan Lentur Beton Bertulang Cukup Dipenuhi.
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 6: 1. Bagian Kanan atau Sisi Selatan Bangunan (Segmen 3, Titik CPT No. 4) Mempunyai Kapasitas Daya Dukung yang jauh lebih besar dari Daya Dukung di Segmen Tengah (Segmen 2, Titik CPT No. 3) dan Segmen Kiri (Segmen 1, Titik CPT No. 2) Blok Bangunan Mall. Berdasarkan Uji Penetrasi Kerucut Statik, Uji Mekanika/Fisika Tanah dan Sampel Dimensi Tapak, Tegangan Ijin Tanah qallowable pada kedalaman 0.00 – 4.00 meter di bawah tapak pondasi pada segmen 1, segmen 2 dan segmen 3, masing-masing:
62 – 89 kN/m2 83 – 89 kN/m2 89 – 910 kN/m 2
2. Pemilihan Pondasi Telapak Individual, Pondasi Tapak Kombinasi dan Variasi Luasan Tapak Cukup Dapat Mengakomodasi Tegangan/Kapasitas Daya Dukung Ijin Tanah (Qa, qa) di Bawah Pondasi. Namun demikian, bagian utara bangunan atau sisi kiri dan tengah bangunan jauh lebih rentan terhadap penurunan setempat (differential settlement). 3. Detail dan Konfigurasi Tulangan Pondasi Telapak Individual dan Telapak Kombinasi Sudah Memenuhi Kapasitas Nominal Gaya Geser dan Momen Lentur Pelat Tapak Beton Bertulang yang Diperlukan.
Inspeksi No. 7 7. Rasio dan Luas Tulangan Longitudinal Terpasang Kolom Struktur, dan Asc Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi sama sekali
M TM TI NF RB 22
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 7. Memenuhi Sebagian Besar kecuali Beberapa Bagian-bagian Kecil dari Detail Pekerjaan. Jumlah Luas Tulangan untuk Semua Komponen Detail Sudah Memenuhi hanya Pekerjaan Detail/ Konfigurasi Tulangan Geser dan Kait/Bengkokan Masih Kurang Memenuhi.
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 7: 1. Jumlah Luasan Minimum Pembesian Utama (Tulangan Longitudinal) yang ditentukan berdasarkan Nilai (Rasio Tulangan), Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Transversal, Jumlah Luasan Tulangan MidBar, Jumlah Luasan Tulangan Sudut dan Konfigurasi Detail Penulangan Kolom-kolom Sudah Memenuhi Ketentuan dalam SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002. 2. Desain Kolom telah mengadopsi Konsep Desain Kapasitas untuk Menjamin Tidak Terjadinya Keruntuhan Lantai Dasar akibat Gempa Lateral atau Mekanisme Lantai Lemah (Weak Story Mechanisms). 3. Pekerjaan Detail/Konfigurasi Tulangan Geser dan Pembengkokan Kait Tulangan Masih Kurang Memenuhi. Sampel Luas Tulangan Kolom dan Balok pada Potongan Portal Bidang XZ
Gbr. 17. Potongan SG. X = 0.0 – 80.0 m, SG-Y = 25.0 – 27.0 m, SG. Z = - 0.3 – 13.0 m REINFORCED CONCRETE COUNCIL
Poso City Mall to BS 8110
Project Client Location
Poso City Mall Base Columns Type K3
Made by
Date
RMW
Origi nated from RCC53.xls' on CD
© 1999 BCA for RCC
Revision
YS
Poso City Mall to BS 8110
Client Location
Poso City Mall Base Columns Type K3
-
REINFORCED CONCRETE COUNCIL Made by
91
Originated from RCC53.xl s' on CD
Job No
Date
RMW
SYMMETRICALLY REINFORCED RECTANGULAR COLUMN DESIGN, BENT ABOUT TWO AXES TO BS 8110:1997
Page
15 July 2015
SYMMETRICALLY REINFORCED RECTANGULAR COLUMN DESIGN, BENT ABOUT TWO AXES TO BS 8110:1997 Checked
Project
Page
15 July 2015
Checked
Revision
YS
© 1999 BCA for RCC
-
92 Job No
R68
N:M interaction chart: Mx' critical
R68
800 x 800 column (h x b), grade C25, 40 mm cover 20000
MATERIALS fcu fy
25 400
gm, steel gm, conc
N/mm² N/mm²
1.05 1.5
Cover to link h agg
40 20
mm
Mx min
18000
mm
KEY
16000
SECTION
24R40
h b with and
800 800 7 7
AXIAL LOAD, N, kN
14000
mm mm
X
Lo (mm)
Top Condition
Btm Condition
Braced ?
ß
Le (mm)
3600 3600
F F
F F
N N
1.2 1.2
4320 4320
X-AXIS Y-AXIS LOADCASES
AXIAL N (kN)
B1 B2 Loadcase 3 Loadcase 4 Loadcase 5 Loadcase 6
TOP MOMENTS (kNm) M ix M iy
3500 3000 1000 1200 500 2500
90.0 80.0 100.0 50.0 220.0 35.0
Slenderness
Lex/h = 5.40 Ley/b = 5.40
Status Column is SHORT
90.0 80.0 100.0 50.0 220.0 35.0
8000
24R20
6000
24R16
4000
3500 3000 2500
2000 0
BTM MOMENTS (kNm) M ix M iy
25.0 60.0 35.0 150.0 90.0 25.0
24R25
10000
bars per 800 face
ie. 800 x 800 columns with 24 bars RESTRAINTS
24R32
12000
X
bars per 800 face
0
0
500
Asc %
Link Ø
R R R R R R
4.71 3.02 1.84 1.18 0.75 0.42
10 8 8 6 6 6
40 32 25 20 16 12
DESIGN MOMENTS (kNm) K
B1 B2 Loadcase 3 Loadcase 4 Loadcase 5 Loadcase 6
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
X AXIS M add Mx
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
90.0 80.0 100.0 50.0 220.0 50.0
BAR CENTRES (mm) 800 Face 800 Face
110 112 113 115 115 116
Nuz (kN)
110 112 113 115 115 116
Y AXIS M add My
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
25.0 60.0 35.0 150.0 90.0 25.0
COMBINED Axis M'
X X X Y X X
108.6 126.9 132.4 195.6 306.7 70.4
2000
2500
3000
3500
4000
800 x 800 column (h x b), moment about yy axis), Grade C25, 40 Cover 20000 My min
KEY
16000
Checks ok ok ok ok ok ok
18299 14284 11503 9935 8931 8150
1500
N:M interaction chart: My' critical
24R40
14000 24R32 12000
AXIAL kN
Bar Ø
1000
Mx' kNm
25.0 60.0 35.0 150.0 90.0 25.0
18000
BAR ARRANGEMENTS
24R12 0.1fcuAc
1000 500
24R25
10000
REBAR
max V *
24 R12 24 R12 24 R12 24 R12 No Fit 24 R12
196.3 195.3 193.5 193.4 192.9 196.6
8000
24R20
6000
24R16
4000
24R12
2000
0.1fcuAc
1200
0
0
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
My' kNm
SEE CHARTS ON NEXT SHEET
Gbr. 17.a-b. Sampel Perhitungan Kapasitas Tahanan Biaksial Kolom (Momen Lentur + Gaya Aksial) Tipe K3/K3A (800x800 mm2, Astot = 24D22 mm) 23
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 17. Inspeksi Pekerjaan Detail Tulangan Longitudinal, Tulangan Transversal, MidBar dan Tulangan Sudut pada Kolom-kolom Lantai Dasar (Base/1st Floor)
Inspeksi No. 8
8. Luas Tulangan Longitudinal Terpasang Balok Struktur, Asb. Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi sama sekali
M TM TI NF RB
8. Memenuhi.
Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 8: 24
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Jumlah Luas Tulangan Longitudinal, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Transversal, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Torsi, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Sudut dan Konfigurasi Detail Penulangan Balok-balok Sudah Memenuhi Ketentuan dalam SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002.
Gbr. 18.a. Rasio Penulangan Longitudinal Balok Ground Floor yang Dihitung (ETABS 13.1.1.)
mm
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
C80 C80 C80 C81 C81 C81 C82 C82 C82 C83 C83 C83 C199 C199 C199 C200 C200 C200 C208 C208 C208 C209 C209 C209 C210 C210 C210 C211 C211 C211 C215 C215 C215 C216 C216 C216 C217 C217 C217 C219 C219 C219 C220 C220 C220 C229 C229 C229 C230 C230 C230 C233 C233 C233
826 826 826 827 827 827 828 828 828 829 829 829 1028 1028 1028 1029 1029 1029 902 902 902 903 903 903 904 904 904 905 905 905 1008 1008 1008 1009 1009 1009 1010 1010 1010 1201 1201 1201 1202 1202 1202 1506 1506 1506 1507 1507 1507 1532 1532 1532
K-46 K-46 K-46 K-46 K-46 K-46 K-55 K-55 K-55 K-55 K-55 K-55 K-77 K-77 K-77 K-77 K-77 K-77 K-88 K-88 K-88 K-55 K-55 K-55 K-55 K-55 K-55 K-55 K-55 K-55 K-33 K-33 K-33 K-33 K-33 K-33 K-33 K-33 K-33 K-44 K-44 K-44 K-44 K-44 K-44 K-24 K-24 K-24 K-24 K-24 K-24 K-88 K-88 K-88
0 2175 4350 0 2175 4350 0 2175 4350 0 2175 4350 0 1900 3800 0 1900 3800 0 1900 3800 0 2175 4350 0 2175 4350 0 2175 4350 0 2250 4500 0 2300 4600 0 2300 4600 0 2175 4350 0 2175 4350 0 2250 4500 0 2175 4350 0 1900 3800
mm² D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B3
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B3
D esign
COM B4
D esign
COM B3
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B3
D esign D esign
COM B4 COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
D esign
COM B4
mm²
2400 2400 2400 2400 2400 2400 2500 2500 2500 2500 2500 2500 4900 4900 4900 4900 4900 4900 6400 6400 6400 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 2500 900 900 900 900 900 900 900 900 900 1600 1600 1600 1600 1600 1600 800 800 800 800 800 800 6400 6400 6400
4669 2400 3406 2400 2400 2400 4444 2500 3369 3312 2500 2500 7708 4900 4900 7896 4900 4900 9804 6400 6400 4032 2500 3577 3740 2500 3174 2500 2500 2500 1350 900 900 957 900 900 1269 900 982 2756 1600 1656 2634 1600 1600 800 800 800 1028 800 800 10219 6400 6400
mm²
584 300 426 300 300 300 555 313 421 414 313 313 963 613 613 987 613 613 1226 800 800 504 313 447 467 313 397 313 313 313 169 113 113 120 113 113 159 113 123 345 200 207 329 200 200 100 100 100 128 100 100 1277 800 800
mm²
584 300 426 300 300 300 555 313 421 414 313 313 963 613 613 987 613 613 1226 800 800 504 313 447 467 313 397 313 313 313 169 113 113 120 113 113 159 113 123 345 200 207 329 200 200 100 100 100 128 100 100 1277 800 800
mm²/m COM B4 COM B4 COM B3 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B3 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B3 COM B3 COM B4 COM B4 COM B4 COM B3 COM B3 COM B3 COM B3 COM B3 COM B3 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4
333.33 854.1 937.94 333.33 333.33 333.33 1133.41 1133.41 1133.41 977.54 977.54 977.54 1616.03 1609.06 1602.08 2907.8 2907.8 2907.8 2920.7 2920.7 2920.7 924.01 924.01 924.01 873.26 873.26 873.26 534.51 534.51 534.51 428.79 427.36 425.33 282.07 282.07 282.07 286.3 286.3 286.3 452.6 452.6 452.6 333.33 333.33 333.33 166.67 166.67 166.67 166.67 166.67 166.67 2435.73 2435.73 2435.73
A tV M in o r
V M in o rC o m b o
A tV M a jo r
V M a jo rC o m b o
C o r n e rB a rA s
M id B a rA s
A s
A s ,m in
P M M C o m b o
P M M R a t io
D e s ig n /C h e c k
S t a t io n
U n iq u e N a m e
D e s ig n S e c t io n
Co ncrete Co lu mn Summary - ACI 318-08
L a b e l
S t o r y
T ABLE:
mm²/m COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4 COM B4
500 663.98 663.98 0 0 0 743.62 743.62 743.62 416.67 416.67 416.67 583.33 583.33 583.33 1768.68 1768.68 1768.68 1885 1885 1885 969.07 969.07 969.07 936.63 936.63 936.63 499.93 499.93 499.93 250 250 250 250 250 250 250 250 250 528.93 528.93 528.93 333.33 333.33 333.33 0 0 0 0 0 0 2397.73 2397.73 2397.73
Tabel 18.b. Luas Tulangan Longitudinal, Tulangan Geser, Tulangan Pengekang, dan Tulangan Sudut Kolom-kolom Lantai 1 (Base/1st Floor). Tabel diseleksi.
25
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 18.c. Rasio Penulangan Longitudinal Balok 1st Floor yang Dihitung (ETABS 13.1.1.)
Gbr. 18.c. Denah Konfigurasi Tulangan Balok Arah-X Lantai 1 (inset: sampel)
26
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 18.d. Tampak Sisi Bawah Balok-balok Lantai 1, 300x1000 dan 400x1200 mm
Gbr. 18.e. Dimensi Balok dan Konfigurasi Penulangan (inset)
Inspeksi No. 9 9. Perkuatan Dinding Bata (Kolom Praktis dan Balok Horizontal Latei) Catatan: Definisi M Memenuhi TM Tidak Memenuhi TI Tidak dapat Diinspeksi karena alasan keamanan atau keterbatasan alat ukur/instrumen NF Rusak Ringan atau Tidak Berfungsi Penuh dan memerlukan perbaikan atau perawatan RB Rusak Berat atau Cacat Berat yang memerlukan penggantian atau rekonstruksi. Tidak berfungsi sama sekali
M TM TI NF RB
9. Memenuhi. 27
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Kesimpulan/Rekomendasi Inspeksi No. 9: Konstruksi dinding bata dicekat dengan kolom praktis dan balok horizontal (latei) telah diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi dan telah Memenuhi Ketentuan dalam SKBI1987, SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002. Confined Brick Wall Construction (Konstruksi Dinding Bata Tercekat) Konstruksi dinding bata dicekat dengan kolom praktis dan balok horizontal (latei) terutama untuk perkuatan (retrofit) guna mencegah kegagalan geser dinding tembok. Konstruksi ini juga akan mencegah penjalaran keretakan Kontruksi dinding pengisi yang terkekang pada rangka struktural, kolom praktis dan balok latei
Balok Ring
Balok Latei/Lintel Kolom Praktis
Gbr. 19. Konstruksi pengekangan dinding pasangan bata dengan kolom praktis, latei dan angkur.
Gbr. 20. Pemeriksaan kuat belah batu-bata merah dengan injakan bilamana fct min > 50 kg/cm 2 ≈ K50
28
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 21.a-d. Konstruksi
Dinding Bata Tercekat (Confined Brick Wall) pada Pekerjaan Partisi Ruangan dalam Proyek Pembangunan Poso City Mall. Hal ini merupakan penerapan prinsip konstruksi yang baik sebab dapat mereduksi potensi kegagalan geser dinding atau keruntuhan dinding tembok akibat gempa lateral dan mencegah penjalaran retak akibat settlement dan defleksi dari komponen-komponen di sisi atas dan terutama dari bawah dinding (pelat dan fondasi).
Gbr. 20. Pemeriksaan kuat belah batu-bata merah
X I . KESIMPULAN Berdasarkan pemeriksaan dan re-analisis atas 9 komponen dalam prosedur analisis dan desain Bangunan Gedung Poso City Mall, disimpulkan bahwa: 1. Tebal minimum pelat lantai S1 (t=120 mm), dan S2 (t=150 mm) sudah memenuhi ketentuan dalam SNI-2847-2002. 2. Detail dan Konfigurasi Tulangan Lantai tipe S1 (t=120 mm), dan tipe S2 (t=150 mm) sudah memenuhi ketentuan dalam SKBI-1987 dan SNI2847-2002. 3. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Statik dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah memenuhi ketentuan dalam PMI-83, SKBI-1987, SNI-032847-2002. 4. Input Data dan Kombinasi Pembebanan Gempa dalam Aplikasi ETABS 9.7.2 sudah memenuhi ketentuan dalam SNI-03-1726-2002.
5.
6.
Kombinasi Pembebanan yang Diterapkan dalam Aplikasi Analisis dan Desain Struktur (ETABS 29
9.7.2) untuk menentukan Reaksi Tumpuan akibat Beban-beban Bangunan pada Perletakkan/Pondasi Cukup Memenuhi Ketentuan Kuat Layan dan Kuat Ultimit dalam SNI-032847-2002, dan SNI-03-1726-2002. Kombinasi Pembebanan yang diterapkan telah cukup realistik dalam mengakomodasi pembebanan ekstrim akibat respons percepatan maksimum permukaan tanah zona 4 sebesar 0.34 g (belum pernah terjadi). a. Bagian Kanan atau Sisi Selatan Bangunan (Segmen 3, Titik CPT No. 4) Mempunyai Kapasitas Daya Dukung yang jauh lebih besar dari Daya Dukung di Segmen Tengah (Segmen 2, Titik CPT No. 3) dan Segmen Kiri (Segmen 1, Titik CPT No. 2) Blok Bangunan Mall. Berdasarkan Uji Penetrasi Kerucut Statik, Uji Mekanika/Fisika Tanah dan Sampel Dimensi Tapak, Tegangan Ijin Tanah qallowable pada kedalaman 0.00 – 4.00 meter di bawah tapak pondasi pada segmen 1, segmen 2 dan segmen 3, masing-masing: 62 – 89 kN/m2 83 – 89 kN/m2
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 89 – 910 kN/m2 Pondasi Telapak Individual, Pondasi Tapak Kombinasi dan Variasi Luasan Tapak Cukup Dapat Mengakomodasi Tegangan/Kapasitas Daya Dukung Ijin Tanah (Qa, qa) di Bawah Pondasi. Namun demikian, bagian utara bangunan atau sisi kiri dan tengah bangunan jauh lebih rentan terhadap penurunan setempat (differential settlement). c. Detail dan Konfigurasi Tulangan Pondasi Telapak Individual dan Telapak Kombinasi Sudah Memenuhi Kapasitas Nominal Gaya Geser dan Momen Lentur Pelat Tapak Beton Bertulang yang Diperlukan. a. Jumlah Luasan Minimum Pembesian Utama (Tulangan Longitudinal) yang ditentukan berdasarkan Nilai (Rasio Tulangan), Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Transversal, Jumlah Luasan Tulangan MidBar, Jumlah Luasan Tulangan Sudut dan Konfigurasi Detail Penulangan Kolom-kolom Sudah Memenuhi Ketentuan dalam SNI-03-28472002 dan SNI-03-1726-2002. b. Desain Kolom telah mengadopsi Konsep Desain Kapasitas untuk Menjamin Tidak Terjadinya Keruntuhan Lantai Dasar akibat Gempa Lateral atau Mekanisme Lantai Lemah (Weak Story Mechanisms). c.Pekerjaan Detail/Konfigurasi Tulangan Geser, tulangan confined/cekat dan Pembengkokan
Kait Tulangan Masih Kurang Memenuhi (lihat Gbr. Di bawah)
b. Pemilihan
7.
8.
9.
Jumlah Luas Tulangan Longitudinal, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Transversal, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Torsi, Jumlah dan Luasan Minimum Tulangan Sudut dan Konfigurasi Detail Penulangan Balok-balok Sudah Memenuhi Ketentuan dalam SNI-03-28472002 dan SNI-03-1726-2002. Konstruksi dinding bata dicekat dengan kolom praktis dan balok horizontal (latei) telah diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi dan telah Memenuhi Ketentuan dalam SKBI-1987, SNI-03-2847-2002 dan SNI-03-1726-2002.
tangga darurat (emergency) pada sisi kanan bagian belakang blok gedung. XII. DISKUSI/REKOMENDASI
3. Bangunan cukup memenuhi keandalan dari segi
Berdasarkan Re-analisis atas Desain Struktur dan Evaluasi Tahap Pelaksanaan Konstruksi di lapangan, secara umum disimpulkan:
aksesibilitas dengan disediakannya ramp/lereng untuk memudahkan pengidap disabilitas (penyandang cacat) memasuki area ruangan dalam di lantai dasar dan juga disediakan travelator dari lantai 1 ke lantai 2.
1. Bangunan secara teknis mampu memikul bebanbeban statik atau beban gravitas dan beban gempa lateral secara penuh selama umur rencana bangunan dan cukup andal secara struktural (substructure maupun upper-structure). Dengan demikian bangunan memenuhi keandalan dari segi keamanan.
4. Fungsi supervisi/pengawasan atas pekerjaan beton dan pendetailan tulangan kolom, balok dan pelat masih perlu diintensifkan.
2. Bangunan cukup memenuhi keandalan dari segi keselamatan
pengguna
dengan
disediakannya [5] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ... Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987); [6] Standar Perencanaan Beton (SNI-03-2834-2002) [7] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002) [8] Adams, D,K., 2008,The Structural Engineer’s Professional Training Manual, ISBN 0-07-159399-3, McGraw-Hill Companies. [9] Computers and Structures. (2010). Inc., CSI Analysis Reference Manual for SAP2000, ETABS and SAFE, Computer and Structures, Inc., Berkley, California.
REFERENSI [1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; [2] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; [3] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara; [4] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK); 30
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
ANALISA KERETAKAN DINDING LANTAI TINGKAT BANGUNAN GEDUNG PENGADILAN NEGERI POSO KLAS IB .
Kata Kunci —retak dinding, cracking, masonry infills cracking, pn poso Obelhard O. Pandoyu1) Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sintuwu Maroso
1)
I. PENDAHULUAN
III. ANALISA Retak-retak dinding pasangan bata ½ batu yang terjadi pada 27 titik bangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri Klas 1B Poso pada bulan Mei 2014 memiliki variasi dalam lebar dan pola keretakan. Mayoritas keretakan merupakan retak mikro (micro crack) dengan lebar < 1.0 mm, beberapa termasuk kategori retak ringan dengan lebar 1.2 – 1.5 mm. Pola retak bervariasi mulai dari pola vertikal, vertikal-ireguler, vertikal diagonal dan diagonal. Berdasar itu, penyebab retak dan faktor-faktor kontribusinya ada lebih dari satu. Menginvestigasi secara eksak penyebab retakretak dinding ini bukanlah hal yang sederhana oleh karena keterbatasan instrumen pengukuran dalam skala sangat kecil (micro scale). Dari inspeksi visual selama 2 minggu terakhir pada keseluruhan kerangka struktur kolom beton bertulang, balok girder, balok sloof, balok ring dan pelat lantai, tidak ditemukan indikasi yang sangat mencolok (secara visual) yang dapat segera menjadi pertanda (indikator) langsung dari penyebab keretakan dinding bata. Karena tidak terdapat pola keretakan struktural yang signifikan pada komponen struktur maka dapat disimpulkan bahwa keretakan bukan pertama-tama bersifat struktural (nonstruktural).
Semua material bangunan mengalami perubahan volume sebagai respons terhadap perubahan temperatur dan kelembaban (kadar air). Perubahan volume material, deformasi elastik akibat bebanbeban, rangkak (creep), dan faktor-faktor lainnya mengakibatkan terjadinya pergerakan. Kekangan terhadap pergerakan-pergerakan ini menimbulkan tegangan di dalam bangunan yang berakibat pada terjadinya retak (crack). Dari sisi konstruksi, retakretak yang pada mulanya dipicu oleh karakteristik material bangunan akan menjadi lebih intensif dan lebih beresiko bilamana terdapat kelemahankelemahan tertentu dalam desain konstruksi.
II. BATASAN MASALAH Oleh karena keterbatasan instrumen pengukur presisi maka semua indikasi keretakan dinding bata pada bangunan gedung Kantor PN Klas 1B Poso ini dianggap hanya merupakan respons dari aksi gayagaya yang bekerja di dalam bidang (in-plane wall), bukan aksi gaya di luar bidang (out of plane wall) sebagaimana yang mungkin disebabkan oleh gaya gempa lateral.
Gbr. 1.a-b. Bentangan tengah (midspan) dan tepi (endspan) dari balok girder 35x65 cm, L = 10 m. Tidak ditemukan indikasi yang mencolok (secara visual) berupa keretakan atau defleksi ekstrim dari struktur pendukung pelat dan dinding ini (panel balok-pelat monolit Ruangan Hakim) 31
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Secara teknik struktur, dinding pasangan bata ½ batu diklasifikasikan sebagai bukan komponen struktural bangunan oleh karena tidak memikul beban mati dan beban hidup bangunan. Dinding pasangan bata ½ batu dikategorikan sebagai elemen pengisi rangka struktur kolom-balok
(masonry/brick-wall infilled frame) dan hanya berkontribusi dalam menambah kekakuan rangka struktural, terutama apabila bangunan mengalami gerakan lateral atau horizontal akibat gempa bumi dan getaran.
Gbr. 2. a-b. Bentangan tepi (endspan) dari balok 30x45 cm, L = 5 m, pendukung pelat lantai dan dinding bata pembatas ruangan bagian Selatan Ruang Panitera Pengganti. Secara inspeksi visual tidak ditemukan indikasi yang sangat mencolok berupa keretakan atau defleksi ekstrim pada balok, pertemuan (join) kolom-balok dan kolom beton bertulang.
Gbr. 3. a-b. Bentangan tengah (midspan) dan tepi (endspan) dari balok 30x45 cm, L = 5 m, pendukung pelat lantai dan dinding bata pembatas ruangan bagian Utara Ruang Hakim. Secara inspeksi visual tidak ditemukan indikasi yang sangat mencolok berupa keretakan atau defleksi ekstrim pada balok, pertemuan (join) kolom-balok dan kolom beton bertulang.
32
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 4. a - c. Sistem dinding bata sisip/ dinding pengisi kerangka struktur (brick-wall infilled frame) dengan tanpa celah ekspansi pada konstruksi bangunan gedung Kantor PN Poso.
Keterangan Gbr. 4.a-c: = join (pertemuan) balok ring (atap) dan sisi atas dinding dengan tanpa celah ekspansi.
Pada sisi yang lain, dinding pengisi ini sangat integratif dengan komponen struktural bangunan oleh karena dua situasi berikut ini: 1. Dinding pengisi (= dinding pasangan bata ½ batu) disupport/dipikul oleh balok-balok beton bertulang yang dicor secara monolit dengan pelat betonnya (lihat Grb. 5.a-c), dan,
transfer berat sendiri balok ring dan pelat atap terutama apabila terjadi susut pembebanan (creep) atau defleksi pada sistem balok-pelat atap yang cukup besar sementara celah ekspansi diantara dua komponen ini tidak dapat mengakomodasi pergerakan (lihat Gbr. 4.a-c, Gbr. 7, Gbr. 8).
2. Melalui bidang sentuh pada sisi atas, dinding pengisi (paling kurang sebagiannya) menerima
33
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 5. a-c. Sistem kolom-balok-pelat lantai monolitik sebagai konstruksi pendukung dinding dan beban-beban lantai diatasnya.
Defleksi
Penurunan struktur pendukung dinding (sistem balok-pelat lantai monolitik)
34
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Defleksi
Defleksi
Gbr. 6.a-c. Retak dinding pasangan bata di sekitar bukaan pintu dan jendela karena deformasi elastik dan creep yang menyebabkan penurunan struktur pendukung.
Pelat Lantai, t = 12 cm
Balok Ring 30x45 cm Celah ekspansi = 0 Dinding Psg. Bata ½ Batu
Lintel/Latei/Latio
Gbr. 7. Join (pertemuan) balok ring – pelat monolitik dan sisi atas dinding dengan bukaan lebar dan tanpa celah ekspansi horizontal (garis kuning putus-putus).
Celah ekspansi, baik horizontal maupun vertikal dapat digunakan untuk mengakomodasi pergerakan akibat deformasi elastik, rangkak (creep), susut (shrinkage) dan mencegah retak, khususnya untuk dinding bata dengan lebar lebih dari 5 meter. Untuk dinding bata sisip (brick infill) dengan bentangan lebih dari pada
kerangka struktur beton bertulang disarankan untuk menempatkan celah ekspansi horizontal minimum ¼ inci (=6.4 mm) diantara struktur dan sisi atas dinding. Celah ekspansi dapat diisi dengan mortar lentur atau styrofoam.
Celah di
35
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Balok Struktur
Dinding non-struktur Bukaan Pintu
Kolom Struktur
Gbr. 8. Join (pertemuan) balok struktur dan sisi atas dinding dengan bukaan dan celah ekspansi horizontal (garis kuning putus-putus).
Klasifikasi Penyebab Utama, Penyebab Minor dan Faktor Kontribusi
3. Deformasi elastik sistem balok-pelat lantai akibat peningkatan beban mati lantai. Penyebab Minor: 1. Susut volume atau susut pengeringan (shrinkage) spesi semen atau mortar.
Faktor fundamental dalam kasus keretakan dinding ini tidak lain daripada terlampauinya kapasitas tegangan tarik (tensile-strength) dinding bata (spesi mortar maupun batu bata) dalam memikul aksi beban luar berupa tegangan tekan, tarikan dan kombinasi tarikan- Faktor Kontributif: lenturan. Penyebab utama dari keretakan dinding 1. Perkuatan dinding lemah akibat ketiadaan atau adalah susut akibat pembebanan (creep), deformasi akibat kurang memadainya rangka perkuatan elastik atau pelenturan pelat beton bertulang bawah kolom praktis – latei/lintel pada bukaan-bukaan dinding dan pembebanan yang ditransfer dari balok (pintu dan jendela). ring-pelat atas. Penyebab minor adalah drying shrinkage (susut kering). Sedangkan faktor yang Kesalahan Konfigurasi Pendetailan, terutama berkontribusi pada keretakan adalah dinding lemah 2. pendetailan lapis tulangan pelat karena perkuatan kolom praktis dan balok latei kurang memadai.
Defleksi Beton Pelat Lantai-Balok Monolitik Pendukung Dinding akibat Proses Creep (Rangkak)
Faktor Fundamental: Terlampauinya kapasitas tegangan tariklangsung (direct tensile-strength) dan tegangan tarik-lentur (flexural tensile-strength) dinding bata (spesi mortar maupun batu bata) dalam memikul aksi beban luar berupa tegangan tekan, aksi tarikan dan kombinasi aksi tarikanlenturan.
Rangkak (creep) adalah peningkatan regangan material (beton) terhadap waktu akibat beban yang bekerja dan menyebabkan kontraksi (pengerutan) volume pelat beton. Penyebab creep (rangkak) ada dua, sbb: 1. Pertambahan beban mati yang bekerja di atas pelat oleh karena pemasangan lantai keramik. Berat spesi mortar (adukan semen) dan berat keramik granito dengan berat satuan 45-50 kg/m2 ;
Penyebab Utama: 1. Defleksi beton pelat lantai-balok monolit pendukung dinding akibat proses rangkak (creep); 2. Transfer beban mati dari berat balok ring-pelat monolitik atas dinding, dan
2. Mutu pelaksanaan beton kurang baik karena faktor air semen (fas) yang terlalu besar (FAS 36
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 > 0.60) menyebabkan peningkatan pori—pori (rongga) beton. Karena tidak menggunakan vibrator pada saat pengecoran pelat dan balok maka para pekerja cenderung menambahkan air ke dalam adukan beton segar untuk mendapatkan campuran yang lebih encer agar workabilitas (sifat mudah dikerjakan) meningkat. Hal ini memang akan
meningkatkan workabilitas beton namun mengurangi kekuatannya karena terjadi peningkatan ukuran dan jumlah pori-pori dalam beton (pori-pori pertama-tama diisi oleh air berlebih, namun air berlebih akan menguap sejalan waktu dan terbentuk rongga-rongga mikro dalam beton).
Gambar 9. Skematik creep (rangkak) dan drying shrinkage (susut kering). Rangkak disebabkan oleh pertambahan beban
Transfer Beban Mati dari Berat Balok RingPelat Monolitik Atas Dinding Pembebanan berarah vertikal yang ditransfer dari berat balok ring-pelat lantai monolitik melalui kontak atas dinding melampaui kapasitas geser dinding pasangan bata, baik kekuatan spesi mortar maupun kekuatan batu bata. Ini dikategorikan sebagai beban berlebih. Tekanan akibat berat balok ring-pelat lantai monolitik
Spesi mortar
Gambar 10. Mekanisme retak krn beban berlebih. Dinding bata mengalami tekanan (kompresi) vertikal yang melampaui kekuatan geser lapisan spesi mortar antar bata ataupun kekuatan bata itu sendiri dan mengakibatkan tegangan tarik horizontal yang menimbulkan retak vertikal atau campuran vertikal diagonal
37
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Reaksi vertikal
Deformasi Elastik akibat Peningkatan Beban Mati Lantai Komponen struktural bangunan mengalami deformasi elastik akibat beban mati dan beban hidup. Apabila sistem struktur balokpelat lantai beton bertulang memiliki bentang yang relatif panjang (panel pelat tengah bangunan gedung Kantor PN Poso memiliki lebar 10.0 meter maka sistem struktur itu
tentu saja akan menjadi lebih fleksibel terhadap peningkatan beban diatasnya, dengan kata lain struktur tersebut mudah melendut. Merujuk pasal 11.5.3 SNI-03-28472002 (lihat Tabel 1), bila tidak ada langkah pencegahan khusus, lendutan izin maksimum maks hanya sebesar L/480 = 10000/480 = 20.83 mm.
Tabel 1. Lendutan Izin Maksimum menurut SNI-03-2847-2002
Perhitungan Defleksi Teoretis akibat Pembebanan Bangunan Defleksi maksimum pelat lantai beton bertulang sebelum pekerjaan pemasangan lantai dihitung dengan aplikasi SAFE v12 (lihat Gbr. 12.a) sebesar maks = 15.81 mm. Dalam pemodelan struktur dengan aplikasi SAP2000 v16, ETABS v13 dan SAFE v12 kekuatan karakteristik lantai beton bertulang
direduksi dari fc’ = 18.6 MPa (≈ K225) menjadi batas bawah kekuatan karakteristik yang berkisar fc’=12 MPa (≈ K147) untuk menghindari over-estimasi kekuatan material. Rumus untuk menghitung defleksi lantai akibat pembebanan yang bekerja diberikan sebagai,
Struktur balok-pelat beton mengalami pelenturan deformasi elastik Gambar 11. Pelenturan (deformasi elastik) struktur pendukung akibat peningkatan beban lantai 38
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Namun untuk ketepatan analisis penulis menggunakan program aplikasi ETABS v13
dan SAFE v12.
Gbr. 12.a. Defleksi maksimum pelat lantai sebelum pemasangan lantai keramik yang terjadi pada panel tengah ruang Hakim sebesar 15.81 mm (ETABS v13 dan SAFE v12).
ruangan kantor (wL = 250 kg/m2) dan beban mati tambahan wL = 50 kg/m 2 bekerja secara penuh sesuai standar pembebanan ultimit dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), wU = 1.2wD + 1.6wL.
Sesudah pemasangan lantai keramik, terjadi peningkatan beban mati lantai beton dan defleksi maksimum lantai menjadi maks = 17.32 mm. Selanjutnya dicoba pula kombinasi pembebanan puncak lantai apabila beban hidup per satuan luas untuk standar
39
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 12.b. Defleksi maksimum pelat lantai sesudah pemasangan lantai keramik. maks = 17.32 mm (ETABS v13 dan SAFE v12)
Berdasarkan kombinasi pembebanan maksimum wU = 1.2wD + 1.6wL untuk jenis peruntukkan bangunan perkantoran (wLL = 250 kg/m 2), defleksi maksimum pelat lantai beton bertulang akan mencapai angka teoretis sebesar maks = 26.70 mm. Nilai ini
hanya merupakan defleksi yang disebabkan oleh bekerjanya beban mati dan beban hidup bangunan, dan belum termasuk deformasi yang dipengaruhi oleh proses susut (shrinkage) dan mekanisme rangkak (creep).
40
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 12.c. Defleksi maksimum pelat lantai akibat kombinasi pembebanan ultimit menurut SNI. . maks = 26.70 mm (ETABS v13 dan SAFE v12)
Pengaruh Konfigurasi Pendetailan Tulangan dalam Peningkatan Fleksibilitas (Kelenturan) Pelat Lantai
Gbr. 13. Gambar Potongan melintang bangunan gedung kantor PN Klas 1B Poso
41
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 14. Denah konfigurasi balok-balok struktural pada bangunan gedung kantor PN Klas 1B Poso
42
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 15. Pekerjaan pemasangan/pendetailan tulangan balok dan pelat pada konstruksi bangunan gedung kantor PN Klas 1B Poso, September 2013. Nampak dalam gambar tersebut, jarak spasi lapis tulangan bawah secara umum sudah memenuhi yang dibutuhkan (sesuai perhitungan, smaks = 15 cm), namun jarak spasi lapis tulangan atas untuk daerah momen tumpuan arah bentang pendek kurang memenuhi.
= 5.0 m
= 10.0 m Gbr. 16. Skem atik momen lapangan arah X dan arah Y (Mly, Mlx) dan momen tumpuan arah X dan arah Y (Mty, Mtx)
Tabel 2. Spreadsheet perhitungan tulangan pelat panel interior dengan 4 sisi tumpuan balok As perlu = ρ perlu . b . d Arah x ( lap ) y ( lap ) x ( tump ) y ( tump )
Mu kNm 5.16 4.34 12.18 11.15
Mn kNm 6.4526875 5.4202575 15.2283425 13.937805
2
Rn=Mn/bd N/mm2 0.807 0.542 1.523 1.394
r perlu
cek r > ρmin
0.00336 0.003361 0.00226 0.0025 0.00635 0.006345 0.00581 0.005807
43
As perlu mm2 336 250 635 581
tul.pakai Ø (mm) s (mm) 10 10 10 10
200 250 110 125
As ada
As ada>Asperlu
393 314 714 628
ok ok ok ok
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Berdasarkan analisis pelat lantai dua arah (two-way slab) dengan menggunakan metoda koefisien momen maka momen tumpuan arah bentang pendek Mtx (Lx = 5.00 meter) menghasilkan nilai momen nominal Mn = 15.22 kNm. Dalam detail penulangan dari konsultan perencana semua jarak spasi lapis tulangan bawah diberikan sebesar stul.b = 15
cm, dan semua jarak spasi lapis tulangan atas diberikan stul.a = 15/20 cm, padahal berdasarkan perhitungan, momen pelat maksimum yang terdapat pada lapis tulangan atas di daerah tumpuan arah-X membutuhkan spasi sebesar stul.a = 10-11 cm.
Project Laporan Inspeksi Teknis Gedung Kantor PN Poso
Client Location
Kant or PN Klas 1B Poso Lantai 2 - Panel Interior 10x5 m2
F to G: 1 to 2
5.00 10.00
Ø Layer @ As prov = S max Subclause DEFLECTION fs Mod factor Perm L/d
mm mm²/m mm²/m mm²/m mm mm mm²/m % mm
Ø
Edge 3
See Figure 3.8 and clauses 3.5.3.5-6
EDGE 1
EDGE 2
EDGE 3
EDGE 4
SPAN
Continuous
Continuous
Continuous
Continuous
Ref erence
0.024 5. 3 90.0 0.156 0.044 85.4 272 288 280 10 B2 275 286 0.317 280 (a)
0.063 14.0 100.0 0.156 0.093 88.2 695 288 ~ 10 T1 100 785 0.785 310 (a)
0.032 7. 1 90.0 0.156 0.058 83.7 370 288 ~ 10 T2 200 393 0.436 280 (a)
0.063 14.0 100.0 0.156 0.093 88.2 695 288 ~ 10 T1 100 785 0.785 310 (a)
0.032 7. 1 90.0 0.156 0.058 83.7 370 288 ~ 10 T2 200 393 0.436 280 (a)
Table 3.14
154 1.931 50.21
152
142
151
142
151
X
mm²/m mm²/m mm²/m mm²/m
5000
50. 00
As enhanced 2.9% for def lection control
BS8110
kN/m
Imposed
kN/m
Vs
kN/m
G
2
F
300
300
300
300
3.4.4.4
Type
Dia
Spacing
No
Length
Unit wt
Weight
Across grid 1 Across grid G Across grid 2
R R R
10 10 10
@ @ @
100 200 100
97 24 97
1250 2500 1250
0.617 0.617 0.617
74.8 37.0 74.8
Across grid F
R
10
@
200
24
2500
0.617
37.0
Along grid 1 Along grid G Along grid 2 Along grid F
R R R R
10 10 10 10
@ @ @ @
250 250 250 250
5 10 5 10
#N/A #N/A #N/A #N/A
0.617 0.617 0.617 0.617
#N/A #N/A #N/A #N/A
Torsion bars
R
10
0
0
0.617
0.0
BOTTOM STEEL Short span - middle edges Long span - middle edges
R R R R
10 10 10 10
50 16 14 4
4150 5300 8150 10300
0.617 0.617 0.617 0.617
127.9 52.3 70.3 25.4
Table 3.25
% Clause 3.12.11.2.7
Eqn 8
X
0 524
Table 3.10
5000 0 286
5000 0 524
Y
288
3.5.3.5
5000 0 286
Bottom steel not curtailed in edge str ips at free edges
ßv
1
WIDTH
ONE EDGE DISCONTINUOUS
Y
377
SUPPORT REACTI ONS (kN/m char uno)
Dead
GRIDLINE
(mm)
Eqn 7
Actual L/ d
10
EDGE 1
SUPPORT WIDTHS
TOP STEEL
LONG
BOTH EDGES DISCONT INUOUS
As req As prov T Additional As T req As prov B
Ly = 10 m
SPAN
mm
Made by Yoppy Soleman Job No 01/PT/V/2014 Date 29 Mei 2014
APPROXIMATE WEIGHT of REINFORCEMENT
G Edge 1
0.048 10.5 100. 0 0.156 0.070 91.5 503 288 517 10 B1 150 524 0.524 310 (a)
TORSI ON STEEL
© 1999 BCA for RCC
VALID DESIGN
F
Plan
EDGE CONDITIONS Edge 1 C C = Continuous Edge 2 C D = Discontinuous Edge 3 C Edge 4 C 2
gf = 1.40 gf = 1.60
Originated from RCC94.xls on CD
01/PT/V/2014
1
Density kN/m³ 23.6 (Normal weight concrete)
SHORT
kNm/m mm
STATUS gc = 1.50 gs = 1.05
fcu N/mm² 15 fy N/mm² 240
1 Job No
0
Lx = 5 m
m m
h mm 120 Top cover mm 15 Btm cover mm 15 LOADING characteristic Self weight kN/m² 2.83 Ext ra dead kN/m² 0.63 Total Dead, gk kN/m² 3.46 Imposed, qk kN/m² 2.50 Design load, n kN/m² 8.85
29 Mei 2014 Revision
YS
MATERIALS
short span, lx long span, ly
MAIN STEEL ßs M d k' k Z As req As min As deflection
Checked
© 1999 BCA for RCC
Laporan Inspeksi Teknis Gedung Kantor PN Poso Lantai 2 - Panel Interior 10x5 m2 F to G: 1 to 2 2-WAY SPANNING INSITU CONCRETE SLABS to BS 8110:1997 (Table 3.14)
Page
Edge 4
DIMENSIONS
Date
Yoppy Soleman
2-WAY SPANNING INSITU CONCRETE SLABS to BS 8110:1997 ( Table 3.14) Originated from RCC94.x ls on CD
Location
REINFORCED CONCRETE COUNCIL Made by
Edge 2
Project
(See Figure 3.10)
Sum ßvx = 1.000 Sum ßvy = 0.667
EDGE 4
Table 3.15
EDGE 2
EDGE 3
1, F-G
G, 2-1
2, F-G
F, 2-1
equations
0.500 8. 66 6. 25 22.1
0.333 5.77 4.17 14.7
0.500 8.66 6.25 22.1
0.333 5.77 4.17 14.7
19 & 20
@ @ @ @
150 150 275 275
OUTPUT/SUMMARY PROVIDE MAIN STEEL
SHORT SPAN R10 @ 150 B1
ADDITIONAL TORSI ON STEEL X direction Y direction CHECKS Lx > Ly
OK
0 0 0
EDGE 2 G, 2-1
EDGE 3 2, F-G
EDGE 4 F, 2-1
R10 @ 275 B2
R10 @ 100 T1
R10 @ 200 T2
R10 @ 100 T1
R10 @ 200 T2
CORNER 2 G1
LONG SPAN
CORNER 3 G2
EDGE 1 1, F-G
CORNER 4 F2
SUMMARY Reinforcement density (kg/m³) #N/A
placed in edge strips
0 BAR Ø < COVER
SINGLY REINFORCED
MIN SPACING
MAX SPACING
OK
OK
OK
OK
DEFLECTION
OK
GLOBAL ST AT US VALID DESIGN
Penyebab Minor: Susut volume atau susut pengeringan (shrinkage) spesi semen atau mortar. Susut yang terjadi sesudah beton, spesi atau mortar mengeras adalah kontraksi atau pengurangan volume akibat penguapan. Berdasarkan fakta yang ditemukan bahwa mayoritas keretakan adalah menembus pada dua sisi maka faktor susut pengeringan pastilah bukan merupakan faktor utama dalam keretakan dinding bata atau hanya merupakan faktor minor. Dua hal yang mempengaruhi besarnya susut pengeringan ini adalah: - Proporsi dan mutu agregat - Kadar Air
44
Total reinforcement in bay (kg)
#N/A
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 18. Hubungan susut pengeringan (drying shrinkage) menurut berbagai standar teknik Gbr. 17. Karakteristik susut pengeringan (drying shrinkage) pada plesteran/acian tembok bata
Perkuatan dinding lemah akibat ketiadaan atau akibat kurang memadainya rangka perkuatan kolom praktis – latei/lintel pada bukaan-bukaan (pintu dan jendela). Salah satu faktor yang berkontribusi pada keretakan adalah pelemahan dinding akibat tidak digunakannya kolom pengaku (kolom tulangan praktis) dan balok latei (lintel/latio beam) secara memadai untuk luasan bidang, A = 7.5 x 4.0 = 30.0 m 2. Untuk dinding yang
dibangun pada zona gempa 3 – 6, luasan maksimum bidang dinding yang harus diperkuat pengaku dari kolom praktis dan balok lintel adalah 6.0 m 2, dan secara umum bidang dinding harus diperkuat pengaku kolom praktis dan balok lintel minimal untuk luasan > 12.0 m2. Ketiadaan balok lintel dan kolom praktis sebagai pengaku dinding berkontribusi dalam panjang penjalaran vertikal retak beton. Pemasangan balok lintel dan kolom praktis secara memadai sangat penting dalam mencegah tidak hanya
L = 7.5 m
h = 4.0 m
Gambar 19. Dinding pembatas ruangan sisi Timur Ruang Panitera Pengganti. Garis merah putus-putus menyatakan zona retak 45vertikal ireguler.
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Balok Ring
Balok Latei
Gambar 20. Skematik penempatan ringbalk, kolom praktis dan balok latei (lintel, latio) untuk perkuatan bidang dinding
6. Faktor Kontributif yang sangat fundamental dalam keretakan dinding adalah perkuatan dinding lemah akibat ketiadaan atau akibat kurang memadainya rangka perkuatan kolom praktis – latei/lintel pada bukaan-bukaan (pintu dan jendela), dan distorsi dalam standar pekerjaan beton. 7. Penyebab poin 6 adalah ketidaklengkapan atau tidak tersedianya gambar desain dan detail konfigurasi penulangan dari konsultan perencana.
IV. K ESIMPULAN 1. Keretakan dinding bata pada 27 titik pada konstruksi bangunan gedung Kantor PN Klas 1B Poso sangat berkaitan dengan struktur pendukung atau penyokong bangunan yaitu sistem balok-pelat lantai monolitik. 2. Pola-pola keretakan dinding berhubungan dengan mekanisme gaya tarik (tensile force) dan tarik-lentur (flexural-tensile force). 3. Faktor Fundamental dalam keretakan dinding adalah terlampauinya kapasitas tegangan tarik-langsung (direct tensile-strength) dan tegangan tarik-lentur (flexural tensilestrength) dinding bata (spesi mortar maupun batu bata) dalam memikul aksi beban luar berupa tegangan tekan, aksi tarikan dan kombinasi aksi tarikan-lenturan. 4. Penyebab Utama keretakan dinding ada tiga, yaitu: - Defleksi beton pelat lantai-balok monolit pendukung dinding akibat proses rangkak (creep); - Transfer beban mati dari berat balok ringpelat monolitik atas dinding, dan, - Deformasi elastik sistem balok-pelat lantai akibat peningkatan beban mati lantai. 5. Penyebab Minor dalam keretakan dinding adalah susut volume atau susut pengeringan (shrinkage) spesi semen atau mortar.
V. REKOMENDASI: 1. Untuk menjamin keamanan dan keselamatan struktur selama umur rencana pemakaian 25 tahun maka harus dilakukan perkuatan (retrofitting) dinding susunan batu bata yang mengalami retak-retak dengan menggunakan kolom tulangan praktis dan balok latei/latio. 2. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya keretakan dinding atau komponen struktural lainnya pada tahapan pembangunan berikutnya, kontraktor pelaksana dan konsultan harus meningkatkan mutu proses pembuatan beton melalui perbaikan suplai agregat kasar split (kricak), agregat halus (pasir), kontrol faktor air semen, pemakaian mesin getar (vibrator) dan kontrol proses penuangan/pemadatan.
46
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 3. Harus diadakan asistensi dan pemeriksaan gambar desain dan gambar detail konfigurasi tulangan dari konsultan perencana oleh
pengelola teknis/tim teknis sebelum dibuat persetujuan gambar desain.
[5] Permen PU no. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) [6] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK); [7] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ... Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987); [8] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002) .
REFERENSI [1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; [2] Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; [3] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; [4] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
47
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
PENILAIAN KEANDALAN, ANALISIS KOMPONEN DAN REKOMENDASI PENANGANAN BANGUNAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN POSO Orva Elisabeth Wuon1) Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sintuwu Maroso
1)
Kata Kunci —keandalan bangunan, kantor pertanahan poso, analisa komponen bangunan
I. PENDAHULUAN
keandalan bangunan Kabupaten Poso, sbb.
Berdasarkan hasil peninjauan dan visual screening tim Fakultas Teknik Unsimar Poso pada tanggal 18 dan 19 Agustus 2012, dibawah ini diberikan hasil penilaian
Kantor
Badan
II. INTERPRETASI TINGKAT K EANDALAN BANGUNAN
Struktural (berdasarkan tinjauan tim teknis Bidang Cipta Karya Dinas P.U. Poso) No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sub Sistem Struktural
Persentase Tingkat Kerusakan 35%
Kuda-kuda atap
Rangka Plafon dan lapis penutup seng
60%
Pondasi
25%
Dinding tembok ½ Bata
40%
Kolom Beton Bertulang dan Sloof
50%
Kusen Pintu Jendela
Lantai
dan
Pertanahan
Klasifikasi Tingkat Kerusakan, Komentar
Rencana Penanggulangan
Kerusakan sedang disebabkan penurunan kualitas material karena usia, pembebanan dan pengaruh cuaca
Rehabilitasi sedang
Kerusakan sedang disebabkan penurunan kualitas material karena usia pemakaian, temperatur dan pengaruh kelembaban Kerusakan ringan disebabkan penurunan tanah dasar, akibat pembebanan dan pengaruh kelembaban
Rehabilitasi sedang-berat
Rehabilitasi ringan-sedang
Kerusakan sedang disebabkan penurunan kualitas material akibat usia, pembebanan dan pengaruh cuaca
Rehabilitasi sedang
Kerusakan sedang akibat penurunan tumpuan, penurunan kualitas material akibat usia, pembebanan dan pengaruh cuaca
65%
Kerusakan sedang-berat, kualitas kayu kurang baik dan penurunan kualitas material akibat usia dan pengaruh kelembaban
25%
Kerusakan ringan akibat penurunan tanah dasar, keretakan, erosi, penurunan kualitas material akibat usia dan pemakaian (aus)
Rehabilitasi sedang
Penggantian pada sebagian besar kusen pintu dan jendela
Sistem Proteksi Gempa (Merujuk standar SNI-1726-2002, Zona 4) 48
Rehabilitasi ringan
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
No.
Sub Sistem Ketahanan Gempa
Estimasi Tingkat Ketahanan Gempa
Komentar
Rencana Penanggulangan
Tanah dasar dianggap cukup keras tetapi struktur pondasi kurang memenuhi
Kurang andal dalam menahan beban gempa
Perkuatan fondasi (strengthening and retrofitting)
Pada semua bukaan pintu dan jendela tidak ditemukan perkuatan balok lintel dan telah terjadi karbonasi lapisan plesteran akibat usia bangunan, dekomposisi material dan kelembaban Tidak menggunakan pendetailan struktur tahan gempa
Perkuatan dinding (strengthening and retrofitting) menggunakan balok lintel
1.
Pondasi
2.
Dinding ½ Bata
Tidak memenuhi
3.
Kolom Bertulang
Sebagian Besar Tidak memenuhi
4.
Balok Sloof dan Balok Ring
Sebagian Besar Tidak memenuhi
Sisi belakang dan depan bangunan mengalami kelembaban tinggi atau karbonasi dan balok sloof tidak didesain dengan ketebalan selimut 40 mm
5.
Join Balok-Kolom dan Sambungan Dinding
Tidak memenuhi
Tidak menggunakan detail penulangan tahan gempa
Beton
Perkuatan kolom (strengthening and retrofitting) dengan membuang bagian rusak, melapis beton lama, menambah detail tul. longitudinal dan tul. geser, memperbesar dimensi beton Perkuatan balok sloof dan balok ring (strengthening and retrofitting) dengan standar proteksi gempa mengacu pada UU BG No.28/2008 dan SNI-1726-2002 Perkuatan join (strengthening and retrofitting) dengan pendetailan tulangan join balok-kolom
Sistem Proteksi Kebakaran ( (Merujuk Permen Pu No. 25/2008 tentang RISPK) No.
Sub Sistem Proteksi Kebakaran
1.
Jenis material konstruksi bangunan
2.
Alat Pemadaman Api Ringan (Tabung
Estimasi Tingkat Ketahanan thd. Bahaya Kebakaran Kurang memenuhi, rentan mengalami kebakaran Tidak ada
APAR)
Komentar
Rencana Penanggulangan
Kusen pintu dan jendela (bukaan-bukaan), kudakuda dan rangka plafon serta plafon terbuat dari material kayu yang mudah terbakar
Konstruksi rangka atap menggunakan material baja ringan dengan plafon asbes atau gypsum
Tidak ada alat pemadaman api ringan (tabung APAR)
Pengadaan
Keterangan Tingkat Kekurangan
Rencana Penanggulangan
Satu dari 2 kamar mandi/WC dalam keadaan rusak -
Rehabilitasi 1 unit KM/WC
Utilitas Sub Sistem Utilitas No.
Persentase Tingkat Kekurangan 50%
1.
Kamar mandi/WC
2. 3.
Sarana air bersih Sarana pembuatan air kotor (limbah)
0% 20%
Septic Tank Listrik
0% 0%
-
Persentase
Klasifikasi Tingkat
4. 5.
-
Arsitektural Sub Sistem
-
Rusak Ringan
49
Perbaikan saluran, pengerukan, penambalan keretakan -
-
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 No. 1.
Arsitektural
Tingkat Kekurangan
Luas Total Blok Bangunan Kantor
20%
2.
Ukuran Ruangan
0%
3.
Luas Halaman, Parkir Elevasi Lantai Bangunan
0%
4.
0 cm
Kekurangan Luasan Total Kantor Utama 515.0 m 2 kurang memenuhi standar luas ruangan kantor,maka diperlukan penambahan ruangan terutama untuk penyimpanan arsip dan gudang ± 103 m2 Ukuran ruangan cukup memenuhi persyaratan minimal sebesar 9.6-10,0 m2/staf, dsb. Luas halaman dan parkir memenuhi Elevasi lantai agak rendah tetapi masih memenuhi
Rencana Penanggulangan
Perluasan bangunan (penambahan ruangan untuk penyimpanan arsip dan gudang) ± 103 m 2.
Rasio luas ruangan terhadap jumlah pegawai sudah memenuhi Luas halaman parkir kendaraan sudah memenuhi -
penurunan diferensial (penurunan fondasi yang tidak merata) yang signifikan yang diobservasi. Juga dapat diobservasi bahwa mutu pelaksanaan konstruksi blok bangunan pertama yang didirikan pada tahun 1983 secara umum baik, tetapi mutu konstruksi bangunan kedua (blok bangunan kanan) yang dibangun pada tahun 2000 kurang baik atau dibawah standar. Demikian pula karena bangunan blok pertama telah mendapatkan perawatan ringan yang bersifat rutin selama masa pemakaian 29 tahun, maka umumnya komponen finishing (cat) dan kusen pintu/jendela pada sebagian besar dinding sebelah dalam dalam kondisi cukup baik. Tetapi pada ketinggian 0 – 30 cm dinding sebelah luar mengalami kerusakankerusakan yang dipicu oleh kelembaban dan infiltrasi air, yaitu selimut pecah, retak sambungan dinding sayap, berkembangnya lumut/jamur dan pengapuran lapisan plesteran.
III. ANALISA Bangunan Kantor Pertanahan Kabupaten Poso merupakan konstruksi permanen susunan tembok bata ½ batu (brick masonry building) dan rangka kayu dengan tanpa perkuatan kolom beton bertulang praktis pada sebagian besar bidang vertikal, ringbalk dan balok lintel, kecuali pada dinding bagian Timur dan Barat terdapat kolom praktis untuk menopang konstruksi sayap rak bagian bawah. Luas lantai bangunan utama (35,00 x 13,00) + (5,00 x 12,00) = 515,00 m2 dan bangunan tambahan kanan (2,00 x 24) = 48,00 m2. Bangunan dikonstruksi pada 1983, maka berdasarkan standar umur rencana bangunan permanen, secara teknis bangunan akan mencapai batas minimum usia pakai pada 2003 dan maksimum pada tahun 2033 (standar umur rencana bangunan permanen minimum 20 Tahun dan maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987, SKSNI-1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan Permen PU No. 48/2007).
Berbeda dengan blok bangunan pertama yang dibangun 19 tahun sebelumnya, kondisi blok bangunan kanan terutama bermasalah dikarenakan mutu konstruksi yang kurang baik. Akibat penggunaan material terutama jenis kayu yang bermutu rendah, maka sebagian besar kusen pintu dan jendela, plafon dan tiang kayu sudah mengalami dekomposisi atau lapuk.
Bangunan kantor utama terletak di atas tanah alas fondasi jenis tanah medium (kepadatan sedang), dan relatif cukup homogen sehingga tidak ada
Di bawah ini diberikan kajian teknis dan visual screening atas beberapa komponen bangunan.
50
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Topik 1
: Retak non-struktural dinding sayap, retak struktural dinding bata, Retak struktural join kolom-dinding, karbonasi plesteran
Gambar 1. a-f.
Tampak retak non-struktural dinding sayap pada dinding luar ruangan warkah, karbonasi dinding tembok pada dinding luar ruang keuangan dan retak struktural pada ruang seksi Kantor BPN Kabupaten Poso
Pada gambar 1.a – f, terlihat sebagian selimut beton di bagian bawah balkon jendela sisi Timur telah lepas atau pecah. Juga terlihat suatu kolom praktis mengalami lepas selimut, dinding struktural yang retak, dan suatu join dinding sayap bawah yang mengalami lepas plesteran dan pergeseran. Komponen struktural yang mengalami kerusakan sedemikian untuk blok bangunan pertama Kantor Pertanahan apabila tidak memperhitungkan Standar Desain Tahan Gempa, meliputi kerusakan sedang (45% nilai komponen) dan membutuhkan rehabilitasi dengan tingkat perbaikan maksimum 45%. Namun apabila memperhitungkan Standar Desain Tahan Gempa Zona 4 – Poso, maka membutuhkan perbaikan struktur tingkat berat (65%) dengan menggunakan teknik strengthening (perkuatan) dan retrofitting (penopangan/penyanggaan). 51
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Topik 2
: Dekomposisi material (kayu) kusen pintu – jendela dan tiang teras
Gambar 2.a-d. Kusen pintu - jendela dan tiang teras pada blok bangunan kedua pada Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Poso yang rusak akibat proses pelapukan (pemilihan jenis kayu mutu rendah).
Komentar: Pada gambar 2.a-d, terlihat kayu kusen pintu-jendela dan tiang teras pada blok bangunan kedua Kantor Pertanahan telah mengalami dekomposisi material atau lapuk akibat mutu yang tidak sesuai (di bawah standar). Kerusakan akibat dekomposisi material ini termasuk klasifikasi kerusakan berat (> 60%) dan memerlukan penggantian.
52
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Topik 3
: Penuaan normal yang disertai proses korosi lapis penutup atap, kebocoran, kerusakan pelat luifel teras depan (spalling of concrete cover dan korosi)
Gambar 3. a-f. Tampak lapis penutup atap yang mengalami proses penuaan normal yang disertai korosi dan perubahan bentuk. Juga nampak pelat luifel teras bagian depan yang retak sedang dan pecah/lepas selimut beton.
Komentar: Pada Gbr. 3.a-f, terlihat penuaan normal lapis penutup atap seng akibat ekspose terhadap cuaca luar dan disertai proses korosi (perkaratan) selama umur pemakaian 29 tahun. Juga diobservasi bahwa beberapa lapisan seng telah mengalami deformasi (perubahan bentuk) dan kebocoran. Dari observasi tim Fakultas Teknik Unsimar Poso, komponen lapisan penutup seng dan struktur rangka kuda-kuda kayu berada dalam kondisi rusak sedang dan membutuhkan tingkat perbaikan sedang - berat (35 - 60%) berupa penggantian lembaran seng yang rusak atau bocor, melengkung dan pengecatan anti karat serta perbaikan sedang konstruksi kuda-kuda atap. 53
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Topik 4
: Kerusakan rangka dan lapis penutup plafon
Gambar 4.a – d. Kerusakan rangka dan lapis plafon di dalam dan luar ruangan, dan kerusakan listplank Komentar: Pada gambar 4.a – d, terlihat efek dari kebocoran lapis penutup atap (seng) dimana menyebabkan sebagian rangka dan panil-panil lapis plafon rusak dan lepas rekatan. Juga terlihat sebagian papan listplank telah rusak. Kerusakan dan penurunan kualitas material sebagaimana tersebut di atas termasuk kategori ringan ( 20%) dan rangka kayu dengan perkuatan kolom beton bertulang praktis pada tiap sudut ruangan dan ringbalk. Luas tapak bangunan (10.90 x 15.35) = 167.30 m2 dan luas ruangan (8.30 x 12.55) = 104.20 m2. Bangunan dikonstruksi pada 1991, maka berdasarkan standar umur rencana bangunan permanen, secara teknis bangunan akan mencapai batas minimum usia pakai pada 2011 dan maksimum pada tahun 2041 (standar umur rencana bangunan permanen minimum 20 Tahun dan maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987, SKSNI-1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan Permen PU No. 48/2007).
Topik 1
: Floor settlement, floor cracking, foundation settlement, mortar decomposition/carbonation, Low elevation of floor, fungi, moss (Penurunan lantai, Retak-retak lantai, penurunan fondasi, karbonasi/dekomposisi mortar, elevasi lantai bangunan rendah, lumut, jamur)
62
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gambar 1.a-f. Lantai semen, lantai keramik, lumut dan jamur, plesteran fondasi, kemiringan dinding bata plester eks kantor ASDP Tentena
Komentar: Pada gambar 1.a – f, terlihat kerusakan berat lantai teras sekeliling bangunan yang disertai penurunan lantai dan dasar pondasi. Adalah dasar bangunan (pondasi dan lantai bangunan, rabat keliling) berada pada daerah pasang surut di hulu Sungai Poso dan beberapa kali dalam setahun mengalami keadaan muka air tinggi (banjir pasang). Akibat tergenangnya pondasi dan lantai teras sekeliling bangunan maka terjadi penurunan daya dukung pondasi dan proses dekomposisi beton atau karbonasi (pengapuran) semen akibat infiltrasi air yang berlangsung secara intensif. Juga menyebabkan tumbuhnya lumut dan jamur di dasar dinding sisi luar. Gambar 1.d, tampak dinding susunan bata plester yang kemiringan akibat penurunan pondasi. Secara keseluruhan komponen pondasi dan lantai pada bangunan ini termasuk kategori rusak berat (> 65%) dan praktis memerlukan rekonstruksi atau pembangunan baru dengan peninggian taraf elevasi lantai minimal 50 cm dari kondisi existing. 63
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Topik 2
: Spalling of concrete cover, minor cracks, displacement, concrete carbonation (Selimut beton lepas, retak minor, pergeseran dan karbonasi beton)
Gambar 2.a – c. Segmen bawah kolom-kolom beton tulangan praktis yang mengalami spalling (pecah selimut), cracking (retak) dan karbonasi.
Komentar: Pada gambar 2.a – f, terlihat sebagian selimut beton bagian bawah kolom tulangan praktis telah pecah selimut, retak, dan bergeser. Komponen struktural yang mengalami kerusakan sedemikian disebabkan oleh penurunan dukungan vertikal atau penurunan pondasi, dan yang kedua diakibatkan oleh gaya horizontal (gempa). Apabila memperhitungkan Standar Desain Tahan Gempa Zona 3 – Poso, maka membutuhkan perbaikan struktur tingkat berat (65%) dengan menggunakan teknik strengthening dan retrofitting (penambahan kekuatan/perkuatan, dan penopangan/ penyanggaan).
64
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Topik 3
: Kerusakan rangka, lapis penutup plafon, listplank
Gambar 3.a – e. Kerusakan rangka, lapis plafon dan listplank
Komentar: Pada gambar 3.a – e, terlihat efek dari kebocoran lapis penutup atap (seng) dimana menyebabkan sebagian rangka dan panil-panil lapis plafon rusak dan lepas rekatan. Juga terlihat sebagian papan listplank telah rusak. Kerusakan dan penurunan kualitas material sebagaimana tersebut di atas termasuk kategori berat 50%) dan dapat direkomendasikan untuk rehabilitasi atau rekonstruksi lapis plafon, rangka plafon, dan listplank. 65
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Topik 4
: Kondisi penuaan normal lapisan atap seng
Gambar 4. a-c. Tampak lapis penutup atap seng asbes
Komentar: Pada Gbr. 4.a-c, terlihat penuaan normal lapis penutup atap seng abses akibat proses korosi dan deformasi selama umur pemakaian 23 tahun. Dari observasi tim Fakultas Teknik Unsimar, komponen lapisan penutup asbes dan struktur rangka kuda-kuda kayu berada dalam kondisi rusak ringan hingga rusak sedang minor dimana sebagian besar alur-alur lapisan asbes masih berada dalam keadaan intak dan lurus, dan terdapat beberapa bagian sambungan yang lepas. Pada umumnya lapis penutup seng hanya mengalami korosi dan kerapuhan yang normal. Berdasar pengamatan, lapis penutup atap asbes ini termasuk kategori rusak sedang minor dan membutuhkan perbaikan sedang minor (maksimum 30%) berupa penggantian lembaran seng yang rusak atau bocor, pengecatan anti karat dan perbaikan konstruksi kuda-kuda.
66
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Topik 5
: Deformasi dan Dekomposisi material (kayu) kusen pintu dan jendela, daun pintu panil
Gambar 5.a-d. Kusen pintu dan jendela dan daun pintu panil
Komentar: Pada gambar 5. a-d, terlihat rangka dan material kayu kusen pintu dan jendela telah mengalami defomasi (perubahan bentuk) dan terutama dekomposisi material atau lapuk akibat ekpose terhadap kelembaban dan infilrasi air (hujan). Jenis kerusakan akibat deformasi dan dekomposisi material ini termasuk klasifikasi kerusakan sedang - berat (3550%).
Bangunan eks Kantor ASDP Tentena merupakan konstruksi permanen susunan tembok bata ½ batu (brick masonry building) dengan bukaan-bukaan jendela yang luas (> 20%) dan rangka kayu dengan perkuatan kolom beton bertulang praktis pada tiap sudut ruangan dan ringbalk. Luas tapak bangunan (10.90 x 15.35) = 167.30 m2 dan luas ruangan (8.30 x 12.55) = 104.20 m 2. Bangunan dikonstruksi pada 1991, maka berdasarkan standar umur rencana bangunan permanen, secara teknis bangunan akan mencapai batas minimum usia pakai pada 2011 dan maksimum pada tahun 2041 (standar umur rencana bangunan permanen minimum 20 Tahun dan maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987, SKSNI1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan Permen PU No. 48/2007).
Bangunan terletak di atas tanah alas fondasi jenis tanah lempung kepasiran lunak dan berlokasi di dalam zona pasang atau zona sempadan danau/sungai bagian hulu Sungai Poso yang kerap kali mengalami muka air tinggi. Lapisan-lapisan tanah bawah bangunan kurang homogen dan relatif lunak karena mengandung kadar air dan organic yang tinggi sedemikian sehingga terjadi penurunan diferensial (penurunan fondasi yang tidak merata) yang signifikan yang diobservasi. Juga dapat diamati bahwa mutu pelaksanaan konstruksi bangunan yang didirikan pada tahun 1991 secara umum cukup baik. Tetapi akibat kenaikan muka air maka pada ketinggian 0 – 30 cm dinding sebelah luar mengalami kerusakan-kerusakan yang dipicu oleh kelembaban dan infiltrasi air, yaitu retak lantai, penurunan setempat dan berkembangnya lumut/jamur dan pengapuran lapisan plesteran.
67
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 1.a. Tampak depan bangunan eks kantor ASDP Tentena
Bukit Langgadopi
Jembatan Puselemba II
Perairan daerah hulu Sungai Poso
Gambar 1. b. Tampak belakang (garis merah putus-putus) bangunan eks Kantor ASDP Tentena dengan latar belakang Bukit Langgadopi
S ecara fung sio nal, ban gu na n eks Kantor AS DP C aba ng T ent en a ya ng (dikonstruksi tahun 1 99 1, luas 1 04.3 m 2 ) sud ah tidak d ap at di pertahank an untu k p em akaia n n orm al pada sa at s ek ara ng da n proses rek on struksi harus di laku ka n. S ec ara struktur al da n t erutam a pa da a spek ketahan an
gemp a d an pr ote ksi ke bak ara n, ba ng unan ini juga h arus di pertim bang kan untuk r ekon struksi baru t eta pi haru s d en ga n m enerapkan st an dar-stand ar konstruksi dan kean dala n ba ng un an yan g b erl aku (SNI-03-1726-2002, SNI-03-2487-2002).
68
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Komponen bangunan dengan penurunan fungsi terbesar terdapat pada komponen pondasi dan lantai. Praktis seluruh lantai teras dan sebagian besar pondasi keliling luar bangunan mengalami penurunan sebesar 10 – 15 cm dengan beberapa bagian mengalami penurunan setempat. Kerusakan pada komponen pondasi dan lantai bangunan ini terutama dipicu oleh kenaikan muka air tanah. Komponen kedua dengan penurunan fungsi terbesar adalah kolom beton bertulangan praktis. Pada sebagian besar kolom beton bertulangan praktis mengalami lepas dan pecah selimut beton di segmen bawah kolom akibat penurunan/pergerakan tanah dasar. Komponen ketiga dengan penurunan fungsi terbesar adalah rangka plafon dan lapis penutupnya yang rusak akibat proses penuaan, rekatan lepas, akibat pengaruh kelembaban dan atau kebocoran seng.
penurunan kekuatan. Sistem perkuatan dinding batan juga masih belum memadai apabila ditinjau dari syarat-syarat teknis atau standar ketahanan gempa untuk zona 3 (wilayah Kabupaten Poso). Yang termasuk komponen struktural adalah struktur penopang bangunan (fondasi), balok pengaku (sloof dan ringbalk), kolom, balok dan pelat (termasuk luifel), dan balok lintel (pengaku dinding dan ringbalk). Secara ketahanan api (proteksi kebakaran), bangunan eks Kantor ASDP Tentena rentan terhadap bahaya kebakaran karena sekitar 30% komponen bangunannya tersusun dari material kayu dan di dalam ruangan-ruangan terdapat banyak bahan bakar potensial (dokumen terbuat kertas). Akan tetapi sehubungan desain bangunan yang relatif sederhana dan tidak bertingkat maka dianggap belum perlu menerapkan sistem proteksi kebakaran tertentu, kecuali menyediakan tabung APAR portabel.
Secara struktural (proteksi gempa), bangunan eks kantor ASDP Tentena ini diperkirakan memiliki kapasitas rendah terhadap beban horizontal akibat gempa bumi yang mungkin terjadi di masa datang karena faktor struktur tanah dasarnya yang lunak dan luas relatif bukaan jendela yang besar. Disamping itu terdapat banyak komponen struktur (terutama kolom tulangan praktis) yang mengalami degradasi atau
Secara arsitektural kapasitas ruang eks Kantor ASDP Tentena ini dengan luas ruangan 104.30 m 2 dan luas tapak bangunan 167.30 m 2 sudah memenuhi kebutuhan organisasi atau instansi.
Tabel Penilaian Keandalan Komponen Bangunan No. Komponen Prosentase Nilai Komponen Keandalan 1. Pondasi 10% 20% 2. Struktur Kolom 30% 35% 3. Lantai 10% 35% 4. Dinding/Rangka 15% 35% 5. Plafon 7% 50% 6. Atap 10% 50% 7. Utilitas 10% 20% 8. Finishing 8% 10% Jumlah 100% -
69
Angka Keandalan 0,0200 0,1050 0,0350 0,0530 0,0350 0,0500 0,0200 0,0080 0,3260
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
IV. KESIMPULAN, PERKIRAAN DERAJAT KERUSAKAN, ANGKA KEANDALAN DAN REKOMENDASI
Referensi [1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; [2] Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; [3] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; [4] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara; [5] Permen PU no. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) [6] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK); [7] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ... Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987); [8] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002) .
KESIMPULAN: Sub-sub sistem fisik bangunan eks Kantor ASDP Tentena secara fungsional berada dalam kondisi rusak berat dan memerlukan rehabilitasi total dengan nilai minimum 67% atau rekonstruksi (pembangunan baru). Secara keseluruhan, baik struktural (aspek ketahanan gempa dan proteksi kebakaran) maupun non-struktural, komponenkomponen fisik bangunan eks Kantor ASDP Tentena berada dalam kondisi tidak andal, dengan sisa angka keandalan 32.60%. 2. Ketidakfungsionalan dan ketidakandalan komponen-komponen fisik bangunan eks Kantor ASDP Tentena diakibatkan oleh penurunan kualitas konstruksi dan kualitas material bangunan selama masa pemakaian atau selama umur bangunan, penurunan kualitas material akibat pengaruh kelembaban dan infiltrasi air, serta akibat ketiadaan atau kekurangan dalam perkuatan sistem struktur utama yaitu susunan dinding bata (brick wall) dalam menahan pembebanan horizontal (untuk ketahanan gempa). 3. Apabila bangunan direkonstruksi atau dibangun baru maka proses perencanaan atau desain harus memperhatikan dan menerapkan baik kriteria fungsional-arsitektural (luas, tata letak, pengaturan ruangan) maupun kriteria struktural atau keamanan untuk bangunan kantor pemerintah (kekuatan konstruksi, proteksi gempa dan kebakaran). 4. Dari segi kenyamanan ruang gerak dan standar luas ruang kerja kantor pemerintah, luas bangunan kantor telah memenuhi standar luas ruang kerja minimum.
1.
DERAJAT KERUSAKAN: Secara fungsional, derajat kerusakan bangunan sebesar 65% atau rusak berat. ANGKA KEANDALAN: Secara struktural (lihat tabel penilaian keandalan komponen) dan arsitektural (luas ruangan), bangunan eks Kantor ASDP Tentena termasuk kategori tidak andal dengan perkiraan angka keandalan bangunan sebesar 32.60%. REKOMENDASI: Direkomendasikan untuk rekonstruksi atau pembangunan baru dengan luas total ruangan 104.20 m2, luas total tapak bangunan 167.30 m2 dan peninggian taraf lantai 100 cm. 70
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
PENILAIAN KEANDALAN, ANALISIS KOMPONEN DAN REKOMENDASI PENANGANAN BLOK GEDUNG PERAWATAN PUSKESMAS PENDOLO Bleiser Tanari1) Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sintuwu Maroso
1)
Kata Kunci —keandalan bangunan, puskesmas pendolo, kabupaten poso, analisa komponen bangunan
I. PENDAHULUAN
hasil penilaian keandalan blok bangunan gedung perawatan Puskesmas Pendolo, sbb :
Berdasarkan hasil peninjauan dan visual screening tim Fakultas Teknik Universitas Sintuwu Maroso, Poso pada tanggal 13 April 2016, dibawah ini diberikan
II. INTERPRETASI TINGKAT KEANDALAN BANGUNAN
Struktural (berdasarkan tinjauan tim Fakultas Teknik Unsimar Poso)
No. 1.
2.
3.
4.
Sub Sistem Struktural Kuda-kuda rangka atap
dan
Persentase Tingkat Kerusakan 10%
Rangka, lapis plafon, listplank dan lapis penutup seng
20 - 45%
Pondasi
10 – 20 %
Dinding tembok ½ Bata
10 – 20%
Kolom Beton Bertulang dan Sloof
10%
6.
Kusen Pintu dan Jendela, Ventilasi
15%
7.
Lantai, Lantai
10%
5.
Penutup
Klasifikasi Tingkat Kerusakan, Komentar Penurunan kualitas yang normal akibat usia pemakaian, dekomposisi/lapuk akibat (cuaca) kelembaban dan deformasi akibat beban/tekanan angin.
Penurunan mutu lapis penutup atap (akibat penuaan dan karat) tersebar merata dengan intensitas rata-rata 40% sementara, lokasi dan derajat kerusakan lapis plafon tersebar secara tidak merata dengan intensitas 20 – 45%. Kerusakan disebabkan penurunan kualitas material akibat usia pemakaian, akibat pengaruh mutu lapisan penutup atap (rembesan air) dan penyebab mekanis. Secara keseluruhan pondasi dalam keadaan baik kecuali pada titik-titik tertentu yang mengalami penurunan setempat (pada jalur pondasi teras muka bangunan) disebabkan penurunan tanah dasar pondasi . Kerusakan ringan – kerusakan sedang minor disebabkan penurunan pondasi dan penurunan kualitas material akibat paparan air (pengaruh cuaca). Kerusakan ringan penurunan tumpuan, penurunan kualitas material akibat usia, pembebanan dan pengaruh cuaca. Kerusakan ringan sebagian besar bagian kusen pintu/jendela dan ventilasi disebabkan dekomposisi material akibat usia pemakaian dan kelembaban. Kerusakan ringan pada titik-titik tertentu lapisan penutup lantai akibat retak/penurunan pondasi dan penurunan kualitas material akibat usia dan pemakaian (aus).
71
Rencana Penanggulangan
Apabila diperlukan: Rehabilitasi ringan
Apabila diperlukan: Rehabilitasi sedang
Apabila diperlukan: Rehabilitasi sedang (pada jalur teras muka bangunan)
Rehabilitasi ringan – Rehabilitasi sedang minor Rehabilitasi ringan Rehabilitasi ringan
Rehabilitasi ringan
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Sistem Proteksi Gempa (Merujuk standar SNI-1726-2002, Zona 4)
No.
Sub Sistem Ketahanan Gempa
Estimasi Tingkat Ketahanan Gempa
Komentar
Rencana Penanggulangan
Sebagian Besar Tanah Dasar dibawah Tapak Bangunan dianggap cukup keras, kecuali titik-titik tertentu. Pondasi cukup memenuhi
Jalur pondasi depan bangunan mengalami diferensial settlement, selebihnya untuk bangunan kantor tidak bertingkat biasa dengan tinggi dinding bata tidak melebihi 3.50 meter kekuatan pondasi diasumsikan cukup memenuhi
Apabila diperlukan: perkuatan fondasi dan sloof (strengthening and retrofitting)
Apabila diperlukan: perkuatan dinding (strengthening and retrofitting) menggunakan balok lintel
1.
Pondasi
2.
Dinding ½ Bata
Memenuhi sebagian besar persyaratan
3.
Kolom Bertulang
Sebagian Besar Kolom praktis cukup memenuhi
Digunakannya kolom praktis, balok sloof dan balok ring, tetapi defisien dalam balok lintel/latei pada bukaan pintu dan jendela Cukup andal dalam menahan beban gempa tetapi perlu dites kekuatannya
4.
Balok Sloof
Sebagian Besar Balok Sloof Praktis cukup memenuhi
Cukup andal dalam menahan beban gempa tetapi perlu dites kekuatannya
5.
Join Balok-Kolom dan Sambungan Dinding
Tidak memenuhi
Tidak menggunakan detail (tulangan) penulangan tahan gempa
Beton
Apabila diperlukan: analisa dan tes Schmidt-Hammer , perbaikan lapisan selimut beton, strengthening and retrofitting) dengan standar proteksi gempa mengacu pada UU BG No.28/2008 dan SNI-1726-2002 Apabila diperlukan: analisa dan kemudian perkuatan balok sloof dan balok ring (strengthening and retrofitting) dengan standar proteksi gempa mengacu pada UU BG No.28/2008 dan SNI-1726-2002 Apabila diperlukan: analisa dan kemudian perkuatan join (strengthening and retrofitting) dengan pendetailan tulangan join balok-kolom
Sistem Proteksi Kebakaran (Merujuk Permen PU No. 25/2008)
No.
Sub Sistem Proteksi Kebakaran
1.
Jenis material konstruksi bangunan
2.
Alat Pemadaman Api Ringan (Tabung
Estimasi Tingkat Ketahanan thd. Bahaya Kebakaran Sebagian material tidak memenuhi, rentan mengalami kebakaran Tidak tersedia
APAR)
Komentar
Rencana Penanggulangan
Kusen pintu dan jendela (bukaan-bukaan), kuda-kuda dan rangka plafon serta plafon terbuat dari material dasar kayu yang merupakan bahan bakar bagi api/panas (bahan mudah terbakar)
Apabila diperlukan: konstruksi rangka atap dan kuda-kuda menggunakan material baja ringan, lapis plafon dan lisplank menggunakan material asbes atau gypsum
Tidak ada alat pemadaman api ringan yang portable (tabung APAR)
Apabila diperlukan: Pengadaan
Keterangan Tingkat Kekurangan
Rencana Penanggulangan
Utilitas
Sub Sistem Utilitas No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kamar mandi/WC Sarana air bersih Sarana pembuatan air kotor (limbah) Septic Tank Listrik
Persentase Tingkat Kekurangan 0% 0% 0% 0% 0%
Cukup memenuhi
-
Cukup memenuhi
-
Cukup memenuhi
Cukup memenuhi kebutuhan
-
Cukup memenuhi kebutuhan
-
72
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Arsitektural
No. 1.
2. 3. 4.
Sub Sistem Arsitektural
Persentase Tingkat Kekurangan
Luas Total Blok Gedung Perawatan + Teras Keliling Ukuran Ruangan Luas Halaman, Parkir Elevasi Lantai Bangunan
Klasifikasi Tingkat Kekurangan
0%
Luasan Ruangan Dalam Gedung Perawatan = 257.1 m2 ; Luas Lantai Bangunan = 343.3 m2. Ukuran ruangan memenuhi. Persyaratan ideal adalah 9.6 - 10.0 m2/staf, dan minimal 3.0 m2/orang. Memenuhi
± 70 cm
Memenuhi
0% 0%
Rencana Penanggulangan
-
dan maksimum pada tahun 2040 (standar umur rencana bangunan permanen minimum 25 Tahun dan maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987, SKSNI1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan Permen PU No. 48/2007).
III. ANALISA Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo adalah suatu blok bangunan berukuran sedang yang digunakan untuk pelayanan rawat-inap dan persalinan. Blok gedung perawatan adalah konstruksi permanen susunan tembok bata ½ batu (brick masonry building) dan rangka beton bertulangan praktis sloof – kolom – ringbalk. Luas lantai bangunan terdiri dari: ruangan dalam (28.10 x 9.15) = 257.10 m2 , teras keliling [(2.20 x 28.10) + (1.10 x 11.25) + (1.00 x 11.25)] = 84.4 m2. Bangunan dikonstruksi pada 1990 (usia bangunan 26 tahun), maka berdasarkan standar umur rencana bangunan permanen, secara teknis bangunan akan mencapai batas minimum usia pakai pada 2015
Bangunan Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo terletak di atas tanah alas fondasi jenis medium (kepadatan sedang) pasir - kerikilan dengan sedikit campuran lempung yang cukup homogen. Terdapat suatu jalur pondasi di teras muka yang mengalami penurunan setempat (differential settlement) dan berakibat pada keretakan lantai dan dinding di atasnya.
Belakang
Teras keliling @ 1.10 m
Muka
Gbr. 1. Tampak atas bangunan Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo dan dimensidimensi utama bangunan
73
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Arah Penurunan setempat
garis patah geser
Gbr.
2.a–c.
Tampak bagian lantai teras depan bangunan yang mengalami patah geseran akibat penurunan setempat pondasi. Penurunan pondasi disebabkan oleh kompaksi atau konsolidasi lapis tanah asli/timbunan di bawahnya.
Untuk menentukan keandalan dan derajat kerusakan bangunan maka diadakan pengukuran dan pemeriksaan visual pada komponen-komponen pondasi, kolom tulangan praktis, sloof tulangan praktis, dinding bata ½ batu, kusen pintu dan jendela, plafon, rangka kudakuda, lapis penutup seng dan lantai. Dalam halaman 75 s.d. halaman 80 di bawah ini diberikan visual screening investigation dan sejumlah analisis/kajian teknis. Dalam inspeksi di bawah, komponen-komponen bangunan tidak dibedakan berdasarkan fungsi komponen (struktural/non-struktural) tetapi berdasarkan elevasi mulai dari yang teratas.
74
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 A. LAPIS PENUTUP ATAP (SENG) dan LISTPLANK
(a) Proses korosi lapisan seng atap pada sisi Kiri bangunan yang tidak merata. Sebagian permukaan mengalami proses korosi dalam kategori tingkat 2 (± 60%), sisanya (±40%) termasuk kategori korosi tingkat 3 atau 4. Papan listplank lapuk
Intensitas korosi seng atap tingkat 3
75
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 (b-c) Tampak lapis atap seng dan listplank sisi Kanan yang mengalami proses korosi/perkaratan yang tidak merata, sebagian dari lapisan di bagian ini mengalami proses korosi tingkat 2 (±30%) dan sebagian tingkat 3 (±70%).
(d-e) Lapis atap seng pada sisi belakang dan muka bangunan yang masing-masing mengalami korosi tingkat 3 (±55%) dan korosi tingkat 2 (45%). Gbr. 3.a – e. Komponen lapis penutup atap seng bangunan gedung perawatan Pus- kesmas Pendolo mengalami proses korosi yang tidak merata, sebagian berada pada kriteria korosi 2 (±45%) dan sebagian kriteria korosi 3 (±55%). Laju kecepatan korosi berkisar 0.00013 – 0.013 mm/tahun. Diasumsikan laju korosi 0.0013 mm/tahun dan ketebalan lapis seng 0.30 mm, maka ketebalan lapis seng tersisa = 0.30 – (usia bangunan x 0.0013) = 0.30 – (26 x 0.0013) = 0.266 mm. Rekomendasi: 1. Lapisan atap masih dapat dipertahankan untuk pemakaian sekurangnya 5 tahun; 2. Perbaikan/pengantian/penambalan bagian atap seng yang bocor; 3. Perbaikan/penggantian atap seng yang lepas paku; 4. Pembersihan dan pelapisan atap g dengan cat anti air (waterproofing) dan anti karat; 5. Mengganti papan listplank yang rusak/lapuk.
B. LAPIS PLAFON
76
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 4.a – e. Komponen lapis plafon dan rangka pada beberapa titik pada langit-langit bangunan gedung perawatan Puskesmas Pendolo yang rusak/lapuk, patah/lepas-lepas dan catnya mengelupas. Rekomendasi: 1. Perbaikan/penggantian pada sebagian rangka plafon yang rusak/lapuk ; 2. Perbaikan/pengantian pada sebagian lapis plafon yang rusak/lapuk; 3. Pengecatan kembali plafon (seluruhnya).
C. DINDING SUSUNAN BATA ½ BATU
Retak ringan akibat penurunan pondasi setempat
77
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Lumut/jamur
Gbr. 5.a – g. Kondisi umum komponen dinding susunan bata ½ batu masih intak (utuh) dalam hampir keseluruhan ruangan kecuali pada dua lokasi mengalami retak vertikal ringan akibat penurunan pondasi setempat. Rekomendasi: 1. Perbaikan retak vertikal dinding pada sekurangnya dua lokasi; 2. Perbaikan plester + aci pada sebagian dinding bata yang plester dan aciannya lepaslepas atau rusak (berlubang); 3. Pengikisan lumut/jamur, perbaikan plester mortar dan pengecatan seluruh dinding (dinding eksterior boleh menggunakan dulux weathershield).
D. KUSEN PINTU & JENDELA
78
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 6.a–c.
Komponen bangunan berupa kusen pintu, jendela dan ventilasi pada umumnya mengalami kerusakan ringan - sedang berupa proses penuaan dan dekomposisi alami bahan kayu karena pengaruh kelembaban dan variasi temperatur, akibat kotoran yang menempel, akibat serangan jamur, akibat terkelupasnya lapisan cat dan penyebab mekanis lainnya. Sebagian bilah-bilah kaca nako telah hilang dan terjadi perkaratan frame. Rekomendasi: 1. Perbaikan/penggantian bilah-bilah kaca nako yang pecah atau hilang; 2. Pembersihan kusen dan bilah-bilah kaca yang kotor/kusam (diamplas); 3. Perbaikan sekrup lepas; 4. Perbaikan finishing berupa dempul/meni kayu 5. Pengecatan.
E. LANTAI KERAMIK
79
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Gbr. 7.a–d. Komponen lantai keramik di dalam dan luar bangunan dalam kondisi baik dan hanya mengalami proses abrasi (gesekan) biasa yang normal selama usia pemakaian. Tidak ditemukan retak-retak lantai yang signifikan kecuali pada satu lokasi di teras muka bangunan. Rekomendasi: 1. Pembersihan dan perbaikan bahan filling (nat); 2. Penggantian keramik lantai yang pecah; 3. Pengisian celah lantai yang retak dengan bahan grouting mis: SikaGrout 215.
F. PONDASI Rekomendasi (lihat Gbr. 2.a-c): 1. Perbaikan retak/patah geser pada lantai dengan cara mengisi adukan semen (mortar) atau bahan filling khusus misalnya produk SIKA;
Posisi geografik: -20 3’ 43.328’ LS 1200 41’ 55.443” BT Elevasi: + 525 meter dpl.
Gbr. 1. Aerial foto gedung dan areal Puskesmas Pendolo, jalan Trans Sulawesi Tentena – Pendolo Tidantana, Kecamatan Pamona Selatan Tabel 1. Posisi geografik Puskesmas Pendolo Posisi Geografik Koordinat Lintang (GPS)
: 020 03.744'
Koordinat Bujur (GPS)
: 1200 41.932'
Elevasi (GPS) : 1. 2.
525
meter dpl. meter dpl.
Tabel 2. Blok-blok Bangunan dan Ruangan di Puskesmas Pendolo (exclude Rumah Dokter II)
80
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Luas Ruang, Luas Blok Nama Ruang, Nama Blok Ruang, Luas Bangunan Ruangan, Nama Bangunan (m 2 ) Teras Utama 3.55x4.00 Bangunan Kantor 2.20x25.10, 10.85x25.10 Bangunan Rg. Perawatan 2.20x28.25 Teras Samping Rg. Prwtn 2.20x9.15 Laboratorium 9.15x28.25, 6.15x10.15 Rumah Paramedis 1 4.00x4.00, 6.15x28.30 Rumah Paramedis 2 2.00x6.00, 8.00x12.30 Rumah Paramedis 3 1.70x6.10, 8.00x12.30 Rumah Dokter 1 2.40x5.00, 7.60x10.00
Luas Tanah (m 2 )
Tahun Pembuatan
100.00x123.00
1984
Luas Total Bangunan = 1242.16 m2
Keterangan
Luas Areal = 12.300 m2
Dalam persyaratan tata bangunan dan lingkungan, disebutkan bahwa syarat kedua (syarat pertama adalah kesesuaian peruntukkan lokasi) yang harus dipenuhi oleh suatu kegiatan pembangunan gedung adalah angka intensitas dan kepadatan bangunan. Intensitas dan kepadatan bangunan gedung ditentukan berdasarkan parameter Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yaitu rasio antara luas total lantai dasar bangunan dan luas lahan/persil/kavling, Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah rasio antara luas seluruh lantai bangunan dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai, sedangkan Koefisien Daerah Hijau (KDB) adalah angka prosentase perbandingan antara luas ruang terbuka hijau dan luas lahan atau daerah perencanaan (UU BG No. 28 Tahun 2002, PP No. 36 Tahun 2005, Permen PU No. 29 Tahun 2006, Perda No. 34 Tahun 2008, Perda No. 8 Tahun 2012). Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Poso No. 8 Tahun 2012 disebutkan angka KDB maksimal sebesar 60% dan KLB maksimal sebesar 1.20. Koefisien Daerah Hijau (KDH) ditentukan sebesar minimal 25%.
Nomor
Tabel 3. Perhitungan Organisasi Ruang (existing) pada Lahan Puskesmas Pendolo ORGANISASI RUANG
EXISTING 2
BATASAN 2
Keterangan Referensi
(m )
(m )
12300.0
12300.0
KIB C, Pengukuran/Survey
1
Luas Lahan
2
Luas Lantai Dasar Blok-blok Bangunan dan Ruangan
1242.2
7380.0
Estimasi/Survey Lapangan
3
Luas Seluruh Lantai Bangunan Yang Ada
1242.2
9840.0
Estimasi/Survey Lapangan
4
Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
0.10
0.60
Perda RTRW Poso No. 8 Tahun 2012
5
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
0.10
1.20
Perda RTRW Poso No. 8 Tahun 2012
masa datang karena sekalipun struktur bangunan kaku tetapi struktur tanah dasarnya (fondasi) yang terletak di atas alas tanah kepasiran kemungkinan besar akan memperbesar amplitudo gempa. Untuk memastikan ketahanan gempa dari bangunan ini maka harus diadakan analisa dan investigasi yang lebih mendalam pada komponen penahan lateral (kolom, balok sloof, balok ring, balok lintel dinding dan dinding susunan bata ½ batu) dan pondasi.
Berdasarkan tabel 3 disimpulkan bahwa Puskesmas Pendolo merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Poso dengan areal yang paling lapang atau memiliki prosentase ruang terbuka hijau (RTH) yang paling besar. Secara struktural (proteksi gempa), blok gedung perawatan ini diperkirakan memiliki kapasitas menengah atau keandalan menengah terhadap beban horizontal akibat gempa bumi yang mungkin terjadi di 81
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Tabel 4. Penilaian Keandalan Komponen Bangunan No. Komponen Prosentase Nilai Komponen Keandalan 1. Pondasi 10% 80% 2. Struktur Kolom, Sloof 30% 85% 3. Lantai 10% 90% 4. Dinding/Rangka 15% 85% 5. Plafon 7% 65% 6. Atap 10% 60% 7. Utilitas 10% 80% 8. Finishing 8% 30% Jumlah 100% -
Angka Keandalan 0.080 0.255 0.090 0.128 0.046 0.060 0.080 0.024 0.762
lapis plafon + rangka, penutup atap seng + listplank, kusen pintu dan jendela, dinding susunan bata ½ batu dan finishing.
IV. KESIMPULAN, PERKIRAAN DERAJAT KERUSAKAN, ANGKA KEANDALAN DAN REKOMENDASI
DERAJAT KERUSAKAN: Secara fungsional, derajat kerusakan bangunan sebesar 23.80% atau rusak sedang minor (limit bawah).
KESIMPULAN: 1. Komponen-komponen blok bangunan Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo memiliki tingkat kerusakan yang bervariasi, namun secara umum fungsi bangunan berada dalam kondisi rusak sedang minor, kecuali komponen lapis penutup atap, listplank dan lapis plafon (masing-masing rusak sedang mayor 40 dan 45%), dan memerlukan rehabilitasi ringan hingga sedang limit bawah sebesar ± 23.8%. Secara keandalan struktural dan pemenuhan syarat keselamatan bangunan (aspek ketahanan gempa dan proteksi kebakaran), komponen-komponen fisik blok bangunan Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo berada dalam kondisi kurang andal, dengan sisa angka keandalan 76.20%. 2. Ketidakfungsionalan dan ketidakandalan komponen-komponen fisik blok bangunan Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo diakibatkan terutama oleh penurunan kualitas material bangunan selama masa pemakaian atau usia bangunan, penurunan kualitas material akibat mengalami deformasi dan penurunan setempat pondasi, kerusakan fisika dan kimiawi akibat pengaruh temperatur dan kelembaban (infiltrasi air). 3. Komponen bangunan dengan penurunan kualitas terbesar adalah lapis plafon dan penutup seng, dimana sebagian lapis + rangka plafon memerlukan penggantian, sedangkan komponen penutup atap seng walaupun telah mengalami penurunan mutu yang signifikan tetap masih dapat digunakan dengan penambalan lubanglubang dan pengecatan anti karat. 4. Apabila blok bangunan Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo ini hendak dipertahankan maka prioritas perbaikan terletak pada komponen
ANGKA KEANDALAN: Secara struktural (lihat tabel penilaian keandalan komponen), blok bangunan Gedung Perawatan Puskesmas Pendolo ini termasuk kategori kurang andal dengan perkiraan angka keandalan bangunan sebesar 76.20%. REKOMENDASI: Direkomendasikan untuk dipertahankan/dilanjutkan masa pemakaiannya dengan Perbaikan atau Rehabilitasi Komponen-komponen Bangunan sebesar prosentase 23.80% dari Biaya Rekonstruksi/Pembangunan Baru.
REFERENSI [1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; [2] Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; [3] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; [4] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara; [5] Permen PU no. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) [6] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK); [7] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ... Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987); [8] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002) 82
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
PENILAIAN KEANDALAN, ANALISIS KOMPONEN DAN REKOMENDASI PENANGANAN BANGUNAN RUMAH DOKTER PUSKESMAS TENTENA Henny Indriyani Abulebu1) Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sintuwu Maroso
1)
Kata Kunci —keandalan bangunan, puskesmas tentena, kabupaten poso, analisa komponen bangunan
I. PENDAHULUAN Berdasarkan hasil peninjauan dan visual screening tim Fakultas Teknik Unsimar Poso, pada tanggal 13 April 2016, dibawah ini diberikan hasil penilaian keandalan bangunan rumah dokter Puskesmas Tentena, sbb:
II. INTERPRETASI TINGKAT KEANDALAN BANGUNAN
Struktural No. 1.
2.
3. 4. 5.
6.
7.
Sub Sistem Struktural Kuda-kuda dan rangka atap
Rangka, lapis plafon dan lapis penutup seng
Pondasi
Persentase Tingkat Kerusakan 30 - 45%
45 – 60%
30%
Dinding tembok ½ Bata Kolom Beton Bertulang dan Sloof
30 - 45%
Kusen Pintu dan Jendela, Ventilasi
30 - 45%
Lantai
10%
15%
Klasifikasi Tingkat Kerusakan, Komentar Penurunan kualitas akibat lamanya usia pemakaian, dekomposisi/lapuk akibat (cuaca) kelembaban dan deformasi akibat beban/tekanan angin. Penurunan mutu lapis penutup atap tersebar merata dengan intensitas 30-60%. Sementara, lokasi dan derajat kerusakan lapis plafon juga tersebar secara tidak merata. Kerusakan disebabkan penurunan kualitas material akibat usia pemakaian, akibat pengaruh mutu lapisan penutup atap (rembesan air) dan penyebab mekanis. Kerusakan sedang disebabkan penurunan tanah dasar dan pengaruh muka air tanah . Kerusakan ringan disebabkan penurunan kualitas material akibat paparan air (pengaruh cuaca). Kerusakan sedang mayor akibat penurunan tumpuan, penurunan kualitas material akibat usia, pembebanan dan pengaruh cuaca. Kerusakan sedang mayor sebagian besar bagian kusen pintu/jendela dan ventilasi disebabkan dekomposisi material akibat usia pemakaian dan kelembaban. Kerusakan ringan pada sebagian lapisan penutup lantai akibat erosi, penurunan kualitas material akibat usia dan pemakaian (aus).
Rencana Penanggulangan
Apabila diperlukan: Rehabilitasi sedang mayor
Apabila diperlukan: Rehabilitasi sedang – Rehabilitasi Berat
Rehabilitasi sedang Rehabilitasi ringan Rehabilitasi Sedang mayor
Rehabilitasi Sedang mayor
Rehabilitasi ringan
Sistem Proteksi Gempa (Merujuk standar SNI-1726-2002, Zona 4) No.
Sub Sistem Ketahanan Gempa
Estimasi Tingkat Ketahanan Gempa
Komentar
83
Rencana Penanggulangan
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Tanah dasar lunak. Pondasi tidak memenuhi
Sekalipun untuk bangunan kantor tidak bertingkat biasa dengan tinggi dinding bata tidak melebihi 3.50 meter kekuatan dasar pondasi harus diletakkan diatas lapisan yang cukup keras
Perkuatan fondasi dan sloof (strengthening and retrofitting)
Dinding ½ Bata
Tidak Memenuhi
Penuaan material, batu-bata, spesi dan lapis plester
3.
Kolom Beton Bertulang
Kolom praktis tidak memenuhi
Tulangan praktis terpasang kurang memenuhi
4.
Balok Sloof
Balok Sloof Praktis kurang memenuhi
Kurang andal dalam menahan beban gempa tetapi perlu dites kekuatannya
5.
Join BalokKolom dan Sambungan Dinding
Tidak memenuhi
Tidak menggunakan detail (tulangan) penulangan tahan gempa
Apabila diperlukan: perkuatan dinding (strengthening and retrofitting) menggunakan balok lintel Apabila diperlukan: analisa dan tes Schmidt-Hammer , perbaikan lapisan selimut beton, strengthening and retrofitting) dengan standar proteksi gempa mengacu pada UU BG No.28/2008 dan SNI-1726-2002 Apabila diperlukan: analisa dan kemudian perkuatan balok sloof dan balok ring (strengthening and retrofitting) dengan standar proteksi gempa mengacu pada UU BG No.28/2008 dan SNI-1726-2002 Apabila diperlukan: analisa dan kemudian perkuatan join (strengthening and retrofitting) dengan pendetailan tulangan join balok-kolom
1.
Pondasi
2.
Sistem Proteksi Kebakaran (Merujuk Permen PU No. 25/2008 tentang RISPK) No.
Sub Sistem Proteksi Kebakaran
1.
Jenis material konstruksi bangunan
2.
Alat Pemadaman Api Ringan (Tabung APAR)
Estimasi Tingkat Ketahanan thd. Bahaya Kebakaran Sebagian material tidak memenuhi, rentan mengalami kebakaran Tidak tersedia
Komentar
Rencana Penanggulangan
Kusen pintu dan jendela (bukaan-bukaan), kuda-kuda dan rangka plafon serta plafon terbuat dari material dasar kayu yang merupakan bahan bakar bagi api/panas (bahan mudah terbakar)
Apabila diperlukan: konstruksi rangka atap dan kuda-kuda menggunakan material baja ringan, lapis plafon dan lisplank menggunakan material asbes atau gypsum
Tidak ada alat pemadaman api ringan yang portable (tabung APAR)
Apabila diperlukan: Pengadaan
Keterangan Tingkat Kekurangan
Rencana Penanggulangan
Utilitas No. 1.
Sub Sistem Utilitas
4.
Kamar mandi/WC Sarana air bersih Sarana pembuatan air kotor (limbah) Septic Tank
5.
Listrik
2. 3.
Persentase Tingkat Kekurangan 0%
Terdapat 1 KM/WC dari 1 yang dibutuhkan untuk 3 orang
-
Cukup memenuhi
0% 100%
Saluran Pembuangan air kotor stagnan karena kurang elevasi
Apabila diperlukan: pembuatan SPAL
0%
Terdapat 1 Septic Tank dari 1 yang dibutuhkan
-
0%
Cukup memenuhi kebutuhan
-
Persentase Tingkat Kekurangan
Klasifikasi Tingkat Kekurangan
Arsitektural No.
Sub Sistem Arsitektural
84
Rencana Penanggulangan
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 1.
2. 3. 4.
Luas Total Rumah Dinas Dokter + Garasi Ukuran Ruangan Luas Halaman, Parkir Elevasi Lantai Bangunan
0%
Luasan Ruangan Dalam Bangunan Rumah Dokter + Garasi = 92.9 + 25.2 = 118.1 m2
-
0%
Ukuran ruangan memenuhi. Persyaratan ideal adalah 9.6 - 10.0 m2/orang, dsb. Memenuhi
± 15 cm
Kurang Memenuhi
Peninggian Taraf Ktinggian Lantai
0%
-
SKSNI-1991, SNI-2002, PP No. 36/2005 dan Permen PU No. 48/2007).
III. ANALISA
Bangunan ini terletak di atas tanah alas fondasi jenis medium (kepadatan sedang) lempung jenuh air, dan homogen sehingga praktis tidak terjadi penurunan setempat atau kerusakan pondasi (lajur) dan dinding pengisi ½ bata yang signifikan selama jangka 31 tahun usia pemakaian.
Rumah Dokter Puskesmas Tentena adalah suatu blok bangunan sedang yang digunakan sebagai rumah dinas dokter puskesmas. Bangunan termasuk kategori konstruksi permanen susunan tembok bata ½ batu (brick masonry building) dengan rangka bangunan serta rangka kusen pintu dan jendela terbuat dari kayu. Luas lantai bangunan terdiri dari, sbb: ruangan dalam (9.0 x 9.3) = 83.7 m2, teras (3.3 x 2.8) = 9.2 m 2, dan garasi (4.2 x 6.0) = 25.2 m2. Luas total = 83.7 + 9.2 + 25.2 = 118.1 m2 . Bangunan dikonstruksi pada 1985 (usia bangunan 31 tahun), maka berdasarkan standar umur rencana bangunan permanen, secara teknis bangunan akan mencapai batas minimum usia pakai pada 2005 dan maksimum pada tahun 2035 (standar umur rencana bangunan permanen minimum 20 Tahun dan maksimum 50 Tahun menurut SKBI-1987,
Pada tahun 2016, blok bangunan rumah dokter ini akan terkena rencana rekonstruksi/pembangunan baru dari Dinas Kesehatan Kabupaten Poso. Dengan demikian blok rumah dokter ini tidak dipertahankan atau akan dihapuskan/dibongkar. Dalam halaman 86 s.d. halaman 89 di bawah ini diberikan visual screening dan sejumlah analisis/kajian teknis.
Blok Rumah Dokter Puskesmas Tentena Posisi geografik: -10 44’ 28.575” LS 1200 39’ 15.389” BT Elevasi Lantai: + 524.0 dpl.
Gbr. 1. Peta dan posisi geografik Blok Bangunan Puskesmas Tentena (Rumah Dokter) 85
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Posisi Geografik Koordinat Lintang (GPS) Koordinat Bujur (GPS)
: 010 45.389' :
Elevasi (GPS) : 1.
1200 38.951'
524
meter dpl.
2.
meter dpl.
DETAIL UMUM No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7
Luas Ruang, Luas Blok Nama Ruang, Nama Blok Ruang, Luas Bangunan Ruangan, Nama Bangunan (m 2 ) Blok Kantor & Poliklinik 7.00x16.35, 7.20x16.35 Blok Ruang Perawatan 2.00x16.30, 7.15x16.30 Blok UGD + Rg. Persalinan 2.00x16.35, 7.15x16.35 Blok 4 2.00x16.35, 7.15x16.35 Rumah Dokter 3.30x2.80, 9.00x9.30 Garasi 4.20x6.00 KM 2x1.00x3.10, 1.90x3.10
Luas Tanah (m 2 )
Tahun Pembuatan
73.00x48.70
1985, 1990, 2013
Luas Total Bangunan = 810.75 m2
Keterangan
Luas Lahan = 3555.1 m
2
Nomor
Tabel 1. Estimasi Penggunaan Ruang (existing) Lahan Puskesmas Tentena ORGANISASI RUANG
EXISTING 2 (m )
BATASAN 2 (m )
Keterangan Referensi
3555.1
3555.1
KIB C, Pengukuran/Survey
1
Luas Lahan
2
Luas Lantai Dasar Blok-blok Bangunan dan Ruangan
810.8
2133.1
Estimasi/Survey Lapangan
3
Luas Seluruh Lantai Bangunan Yang Ada
810.8
2844.1
Estimasi/Survey Lapangan
4
Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
0.23
0.60
Perda RTRW Poso No. 8 Tahun 2012
5
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
0.23
1.20
Perda RTRW Poso No. 8 Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 1 (komposisi penggunaan ruang), besaran KDB dan KLB masih dibawah besaran
maksimum koefisien sesuai Perda RTRW Poso No. 8 Tahun 2012.
Gbr. 2. a-b. Tampak depan Rumah Dokter Puskesmas Tentena Untuk menentukan keandalan dan derajat kerusakan bangunan maka diadakan pengukuran dan pemeriksaan visual pada komponen-komponen pondasi, struktur
kerangka kayu, dinding bata ½ batu, kusen pintu dan jendela, plafon, listplank, rangka kuda-kuda, lapis penutup seng dan lantai.
86
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Listplank lapuk
Gbr. 3.a-b. Tampak seng penutup atap yang telah mengalami proses korosi tingkat 2 (±70%) dan korosi tingkat 3 (±30%).
Gbr. 4. a - d. Lapis plafon + rangka dan listplank, khususnya plafon di area luar ruangan sebagian besar mengalami dekomposisi atau lapuk akibat rembesan air. Derajat kerusakan berkisar 60%. 87
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
Gbr. 5. a - e. Tampak penurunan kualitas dinding bata (proses karbonasi plesteran menjadi bahan serupa kapur yang rapuh dan lepas-lepas), beberapa retak horizontal dan dekomposisi rangka tiang kayu. Kerusakan terutama disebabkan kelembaban (air) dan variasi temperatur. Derajat kerusakan berkisar 30 – 60%.
Dekomposisi tiang kayu (pelapukan)
Dinding retak horizontal
Gbr. 6. a - b. Kusen pintu dan jendela mengalami penurunan kualitas akibat dekomposisi alami bahan kayu klas II yang dipengaruhi kelembaban (uap air). Derajat kerusakan berkisar 45 – 60%. 88
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 Gbr. 7. a - b. Bagian atas pondasi lajur terpengaruh muka air tanah secara kontinu. Karena beban bangunan di atasnya yang ringan maka dampak kejadian ini hanya minimal.
Penyebab penurunan fungsi komponen bangunan sebagaimana dipresentasikan dalam gambar-gambar di atas adalah:
rendah atau keandalan rendah terhadap beban horizontal akibat gempa bumi yang mungkin terjadi di masa datang karena sistem perkuatan dinding batanya masih belum memadai apabila ditinjau dari syaratsyarat teknis atau standar ketahanan gempa untuk zona 3-4 (wilayah Kabupaten Poso). Yang termasuk komponen struktural adalah struktur penopang bangunan (fondasi), balok pengaku (sloof dan ringbalk), kolom, balok dan pelat (termasuk luifel), dan balok lintel (pengaku dinding dan ringbalk).
1. Dekomposisi alami material akibat usia pemakaian; 2. Kerusakan yang bersifat kimiawi akibat reaksi sulfat; 3. Kerusakan akibat kelembaban; 4. Pengaruh muai-susut dan pergerakan tanah. Secara struktural (proteksi gempa), blok bangunan rumah dokter ini diperkirakan memiliki kapasitas
Tabel 2. Penilaian Keandalan Komponen Bangunan No. Komponen Prosentase Nilai Komponen Keandalan 1. Pondasi 10% 70% Struktur Kolom, Sloof 2. 30% 40% 3. Lantai 10% 80% 4. Dinding 15% 50% 5. Plafon 7% 40% 6. Atap 10% 60% 7. Utilitas 10% 50% 8. Finishing 8% 30% Jumlah 100% -
89
Angka Keandalan 0.0700 0.1200 0.0800 0.0750 0.0280 0.0600 0.0500 0.0240 0.5070
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1 REFERENSI
IV. KESIMPULAN, PERKIRAAN DERAJAT KERUSAKAN, ANGKA KEANDALAN DAN REKOMENDASI
[1] Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; [2] Undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; [3] PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; [4] Permen PU no. 45 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara; [5] Permen PU no. 6 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) [6] Permen PU no. 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK); [7] Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 ... Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987); [8] Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI-03-1726-2002)
KESIMPULAN: 1. Komponen-komponen Blok Bangunan Rumah Dokter Puskesmas Tentena memiliki tingkat kerusakan yang bervariasi, namun secara umum fungsi bangunan berada dalam kondisi rusak berat, kecuali komponen lantai (rusak ringan 20%), dan bangunan secara keseluruhan memerlukan rehabilitasi sedang s.d. rehabilitasi berat hingga 49.30%. Secara keandalan struktural dan pemenuhan syarat keselamatan bangunan (aspek ketahanan gempa dan proteksi kebakaran), komponen-komponen fisik blok rumah dokter puskesmas tentena ini berada dalam kategori tidak andal, dengan sisa angka keandalan 50.70%. 2. Ketidakfungsionalan dan ketidakandalan komponen-komponen fisik blok Rumah Dokter Puskesmas Tentena terutama disebabkan oleh penurunan kualitas material bangunan selama masa pemakaian atau usia bangunan, penurunan kualitas material akibat dekomposisi bahan yang dipengaruhi oleh tingkat kelembaban yang relatif tinggi. 3. Apabila bangunan direhabilitasi berat pada taraf 50% maka prioritas perbaikan komponen terdapat pada: rangka struktur, dinding bata ½ batu, lapis penutup dan rangka kuda-kuda, kusen pintu dan jendela, lapis dan rangka penutup plafon dan lisplank, lapis finishing. 4. Apabila blok bangunan Rumah Dokter Puskesmas Tentena ini dapat disetujui untuk penghapusan aset maka proses perencanaan atau desain terutama harus memperhatikan dan menerapkan kriteria struktural dan keamanan untuk bangunan kantor pemerintah (proteksi gempa dan kebakaran), yaitu SNI-03-1726-2002, SNI-032487-2002, SNI-03-1726-2000. DERAJAT KERUSAKAN: Secara fungsional, derajat kerusakan bangunan sebesar 49.30% atau rusak berat minor (limit bawah). ANGKA KEANDALAN: Secara struktural (lihat tabel penilaian keandalan komponen), blok Rumah Dokter Puskesmas Tentena ini termasuk kategori tidak andal dengan perkiraan sisa angka keandalan bangunan sebesar 50.70%.
REKOMENDASI: Direkomendasikan untuk rekonstruksi (pembangunan baru) Rumah Dokter Puskesmas Tentena.
90
MAROSO Edisi Juni 2016 No. 1
91
View more...
Comments