Jurnal Laju Transpirasi Aldo
October 19, 2017 | Author: David Alberquerqui Machvielis | Category: N/A
Short Description
Download Jurnal Laju Transpirasi Aldo...
Description
LAJU TRANSPIRASI JURNAL OLEH : RICKY RINALDO GULO 150301085 AGROEKOTEKNOLOGI IIB
L A B O R A T O R I U M FI S I O LO G I T U M B U H AN PROGRAM
STUDI
F A K U L T A S
AGROEKOTEKNOLOGI P E R T A NI A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016
TRANSPORTASI ZAT HARA
JURNAL
OLEH: RICKY RINALDO GULO 150301085 AGROEKOTEKNOLOGI IIB
Jurnal sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Menuhi Komponen Penilaian di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
L A B O R A T O R I U M FI S I O LO G I T U M B U H AN PROGRAM
STUDI
F A K U L T A S
AGROEKOTEKNOLOGI P E R T A NI A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan jurnal ini dengan baik. Adapun judul jurnal ini adalah “Laju Transportasi” yang merupakan salah satu syarat untuk melengkapi komponen penilaian di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Pada
kesempatan
ini
penulis
mengucapkan
terima
kasih
kepada
Ir. Meriani,M.P; Ir. Ratna Rosanty Lahay, M.P; Ir. Haryati M.P; Lisa Mawarni, M.P; dan
Ir.
Ir. Revandy I.M Damanik, M.Sc selaku dosen
penanggung jawab Fisiologi Tumbuhan serta kepada para asisten yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan jurnal ini. Penulis menyadari bahwa jurnal ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan jurnal ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2016
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Praktikum Kegunaan Penulisan TINJAUAN PUSTAKA BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Praktikum Bahan dan Alat Prosedur Percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN Latar Belakang Status air (potensial air) dalam tanaman selalu bervariasi dalam sehari. Pola potensial air tanaman bergantung pada suhu udara dan radiasi matahari yang mempengaruhi laju transpirasi. Hal ini dapat membuktikan bahwa air memegang peranan penting dalam segala aspek metabolisme/fisiologis tanaman. Peranan air antara lain: sebagai pelarut dan medium untuk reaksi kimia, medium untuk transfortasi, penentu tekanan turgor sel, bahan baku fotosíntesis dan peredam suhu tanaman (Tambing dan Abdul, 2008). Di antara proses fisiologis yang penting dalam proses pertumbuhan tanaman adalah transpirasi dan fotosintesis. Kedua proses tersebut tidak hanya berhubungan dengan produktivitas suatu tanaman tetapi juga dengan kemampuan adaptasinya. Bila tanaman terkena kondisi penurunan ketersediaan air, proses yang pertama kali terhambat adalah transpirasi, diikuti oleh fotosintesis, kemudian respirasi serta proses-proses lainnya (Marjenah, 2010). Dalam bidang pertanian ada beberapa cara untuk mengukur laju transpirasi pada daun, diantaranya yaitu penggunaan kertas cobalt klorida, potometer, pengumpulan uap air, penimbangan tumbuhan dan sebagainya. Beberapa cara tersebut masih memiliki kelemahan seperti metode potometer pengukur laju transpirasi pada tumbuhan yang diamati tidak dilakukan pada habitat asalnya dan merusak tanaman yang diukur. Untuk penggunaan kertas cobalt kelemahan pada hasil akhir karena perubahan warna akan lebih pekat pada bagian terkena klip. Pada metode pengumpulan uap air kesulitan pada perhitungan luasan daun dan batang pada hasil akhir laju transpirasi (Simanjuntak, 2013).
Kekurangan air di dalam jaringan tanaman dapat disebabkan oleh kehilangan air yang berlebihan pada saat transpirasi melalui stomata dan sel lain seperti kutikula atau disebabkan oleh keduanya. Namun lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui stomata di daun. Selain berperan sebagai alat untuk penguapan, stomata juga berperan sebagai alat untuk pertukaran CO 2 dalam proses fisiologi yang berhubungan dengan produksi. Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga (Lestari, 2005). Penggunaan air oleh tanaman tidak dapat dilepaskan oleh adanya pengaruh suhu, kelembaban dan evaporasi. Diketahui suhu didalam rumah kasa cukup tinggi sehingga transpirasi pada tanaman akan tinggi yang menyebabkan kehilangan air dalam jumlah yang cukup besar bagi tanaman. Suhu memberi pengaruh terhadap fotosintesa, tingginya suhu akan meningkatkan fotosintesa. Pada umumnya respirasi berjalan lambat ketika suhu rendah, namun akan meningkat jika suhu tinggi. Demikian halnya dengan absorbsi air dan unsur hara oleh akar tanaman akan meningkat dengan tingginya suhu (Maryani, 2012). Suhu juga berpengaruh terhadap stomata. Pada suhu tinggi stomata akan cenderung membuka sedangkan pada suhu rendah, stomata akan cenderung menutup. Stomata akan menutup apabila terjadi cekaman air. Jumlah stomata pada daun bagian atas lebih sedikit daripada jumlah stomata pada bagian bawah daun yang berfungsi mengurangi laju transpirasi tanaman. Permukaan daun ditumbuhi oleh rambut berbentuk bintang yang berfungsi untuk menghemat air (Yuliasmara dan Fitria, 2013). Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
untuk menentukan
daerah
pengangkutan zat hara pada tanaman Pacar Air (Balsamina impatient) dan tanaman Bayam Duri (Amaranthus spinous). Kegunaan Penulisan Adapun kegunaan penulisan jurnal ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan melalui stomata, lubang kutikula, dan lentisel. Transpirasi berperan dalam pengangkutan air/zat hara, membuang kelebihan air, dan menjaga suhu daun. Daya hisap daun timbul dari peristiwa transpirasi. Transpirasi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, stomata dan tanaman itu sendiri. Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu seperti suhu, kelembaban, cahaya, kecepatan angin, tekanan udara, dan lain-lain. Sedangkan faktor stomata seperti bentuk, jumlah tiap satuan luas, letak, waktu bukaan (Delayota, 2011). Transpirasi berperan dalam pengangkutan air/zat hara, membuang kelebihan air, dan menjaga suhu daun. Peran transpirasi pada tumbuhan sangat banyak namun yang terpenting adalah untuk melepas energi yang diterima dari radiasi matahari. Energi matahari yang digunakan untuk fotosintesis hanya 2% atau kurang, sehingga selebihnya harus dilepaskan ke lingkungan, baik dengan
pancaran, hantaran secara fisik dan sebagian besar untuk menguapkan air. Ion K sangat berpengaruh terhadap kemungkinan keluar masuknya bahan terlarut ke sel penutup, sehingga terjadi perubahan permeabilitas pada membrannya. Adanya faktor dalam tumbuhan maka penyerapan air hampir setara denga transpirasi bila penyediaan air cukup (Haryanti dan Tetrinica, 2009). Transpirasi Tumbuhan daratan yang muda hanya dapat bertahan hidup pada situasi yang lembab, dan lebih lanjut membutuhkan sebuah pipa menyuplai irigasi air melalui xilem yang disuplai oleh sistem pengumpul yang efisien yaitu akar. disebut dengan transpirasi (miring). Arus dari pengaliran air (getah tumbuhan) sepanjang tanaman sebagai respon terhadap transpirasi disebut aliran transpirasi. Lebih dari 90% air yang masuk ke tanaman diteruskan dan dievaporasikan terutama kedalam ruang udara daun diteruskan ke stomata dan keluar atmosfer. Proses hilangnya uap air dari dalam daun ke atmosfer disebut transpirasi (Suyitno, 2006). Laju transpirasi merupakan respon sesaat terhadap kondisi lingkungan, sifatnya
dinamis atau fluktuatif. Transpirasi merupakan aktivitas fisiologis
penting yang sangat dinamis, berperan sebagai mekanisme adaptasi terhadap kondisi lingkungannya, terutama terkait dengan kontrol cairan tubuh, penyerapan dan transportasi air, garam-garam mineral serta mengendalikan suhu jaringan. Transpirasi merupakan proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui stomata, selain melalui kutikula dan lentisel. Karena sifat kutikula yang impermeabel terhadap air, transpirasi yang berlangsung melalui kutikula relatif sangat kecil(Al dan Ratnawati, 2004). Perubahan tekanan turgor yang menyebabkan pembukaan dan penutupan stomata terutama disebabkan oleh pengambilan dan kehilangan ion kalium (K+)
secara reversibel oleh penjaga.Stomata membuka ketika sel-sel penjaga secara aktif mengakumulasi K+ dari sel-sel epidermal di sekitarnya.Pengambilan zat terlarut ini menyebabkan potensial air di dalam sel penjaga menjadi lebih negatif.Kondisi ini memungkinkan air mengalir ke dalam sel secara osmosis sehingga sel menjadi membengkak.Sebagian besar K+ dan air disimpan di dalam vakuola, dengan demikian tonoplas juga memainkan peranan penting. Penigkatan muatan positif sel akibat masuknya K+ diturunkan dengan pengambilan ion klorida (Cl-) melalui pemompaan ion hidrogen yang dibebaskan pada saat asam organik keluar dari sel, serta melalui muatan negatif asam oranik setelah kehilangan ion hidrogennya. Penutupan stomata disebabkan oleh keluarnya K+ dari
sel
penjaga,
yang
menyebabkan
kehilangan
air
secara
osmotic
(Simanjuntak, 2013). Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung dimana sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam stomata hingga merapat. Stomata bekerja dengan caranya sendiri karena sifat khusus yang terletak pada anatomi submikroskopik dinding selnya.Sel penjaga dapat bertambah panjang, terutama dinding luarnya, hingga mengembang ke arah luar. Kemudian, dinding sebelah dalam akan tertarik oleh mikrofibril tersebut yang mengakibatkan stomata membuka (Dalimunthe, 2004). Kegiatan transpirasi dipengaruh oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan udara. Faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah daun, luas area daun, jumlah stomata/ mm2, adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma/bulu daun dan bentuk serta lokasi stomata di permukaannya. Epidermis adalah sistem sel-sel yang bervariasi struktur dan fungsinya, yang menutupi tubuh tumbuhan. Struktur yang
demikian tersebut dapat dihubungkan dengan peranan jaringan tersebut sebagai lapisan yang berhubungan dengan lingkungan luar (Haryanti, 2010). Laju transpirasi menurun seiring dengan menurunnya konduktansi stomata. Pada kondisi kekurangan maupun kecukupan air, tanaman mempunyai kemampuan
untuk
meningkatkan
sistem
perakaran,
mengatur
stomata,
mengurangi absorbsi radiasi surya dengan pembentukan lapisan lilin atau bulu rambut daun yang tebal, dan menurunkan permukaan evapotranspirasi melalui penyempitan daun serta pengurangan luas daun (Setiawan et al, 2012). Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi (Alam, 2012).
Intensitas matahari yang tinggi akan menyebabkan laju transpirasi tinggi sehingga bagian dalam tubuh tanaman akan kekurangan air yang dapat berakibat pengkerdilan akibat dari penghentian pembelahan atau pembesaran sel. Peningkatan kelembaban udara di sekitar daun mengakibatkan penurunan tekanan uap di antara daun dan udara di sekitarnya. Hal ini mengakibatkan penurunan laju transpirasi. Temperatur udara di sekitar tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama asimilasi dan respirasi (Sudaryono, 2004). Gejala laju transpirasi dan konduktivitas stomata tampak terkait langsung dengan keadaan kadar air dan kelembaban tanahnya. Semakin jauh dari sumber emisi, kelembaban dan kadar air tanah semakin tinggi, sehingga ketersediaan air tanahnya lebih besar. Laju transpirasi akan meningkat sejalan dengan tingkat membukanya stomata (stomate aperture), dan tingkat evapotranspirasi interseluler
jaringan mesofil daun sangat ditentukan oleh beda potensial air jaringan xilem mesofil dan atmosfer. Aktivitas membuka menutupnya stomata merupakan mekanisme kontrol terhadap laju kehilangan air melalui transpirasi. Laju transpirasi akan meningkat bila stomata membuka (Al et al., 2003).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Praktikum Praktikum
ini
dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, pada hari Rabu, 6 April 2016 pukul 13.00 - 14.40 WIB pada ketinggian ± 25 mdpl. Bahan dan Alat Adapun bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah tanaman
pacar air (Impatiens balsaminaL.) sebagai bahan/objek praktikum, air sebagai cairan yang sangat menentukan agar tanaman tetap segar, kapas sebagai penutup bagian atas atau bagian mulut Erlenmeyer, serta vaselin sebagai pelumas untuk menutupi stomata.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah erlenmeyer sebagai wadah untuk air, pisau cutter dan gunting untuk memotong bagian tanaman yang akan diamati, stopwatch untuk mengatur lamanya pengamatan, sinar matahari dan kipas angin sebagai alat untuk membantu dalam proses laju transpirasi pada tanaman, gelas beker sebagai wadah untuk mengukur berat air, timbangan sebagai alat untuk mengukur berat tanaman, kalkulator sebagai alat untuk menghitung hasil pengamatan, stopwatch sebagai alat pengatur waktu pengamatan dan alat tulis untuk mencatat hasil praktikum. Prosedur Percobaan 1. 2. 3. 4.
Disiapkan 10 tanaman yang berukuran sama begitu juga jumlah daunnya. Disediakan 10 buah erlenmeyer lalu isi dengan volume yang sama. Dimasukkan air ke dalam gelas beker masing-masing 250 ml. Disiapkan bahan tanam dalam 2 kelompok yaitu 5 buah tanaman untuk
kelompok angin dan 5 buah kelompok cahaya. 5. Setiap kelompok tanaman diberi perlakuan, yaitu : a. tanpa perlakuan (kontrol) b. dilapisi vaselin
c. tanpa akar (dipotong) d. potong setengah daun e. tanpa daun 6. Dimasukkan bahan tanam ke dalam erlenmeyer, lalu mulut erlenmeyer ditutup dengan menggunakan kapas. 7. Ditimbang berat awal masing-masing erlenmeyer + Balsamina impatient (sebagai bobot awal). 8. Diletakkan erlenmeyer sesuai kelompok yaitu 5 erlenmeyer di bawah sinar matahari dan 5 erlenmeyer lainnya di bawah kipas angin selama 45 menit. 9. Ditimbang bobot akhirnya. Bobot awal−Bobot akhir 10. Dihitung laju transpirasi tanaman = waktu
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil CAHAYA Perlakuan
Berat awal (g) 467,0
Berat akhir (g) 466,0
Selisih
Dilapisi vaselin
435,5
435,0
0,5
0,016
0,0002
Tanpa akar
423,5
423,0
0,5
0,016
0,0002
Dipotong ½ daun
406,5
405,5
1
0,033
0,0005
Tanpa daun
445,0
444,5
0,5
0,016
0,0002
Berat awal (g) 444,5
Berat akhir (g) 443,5
Selisih
464,5
463,5
1
Kontrol
ANGIN Perlakuan Kontrol Dilapisi vaselin
1
1
Laju transpirasi g/menit g/dtk 0,033 0,0005
Laju transpirasi g/menit g/dtk 0,033 0,0005 0,033
0,0005
Tanpa akar
448,5
449,5
1
0,033
0,0005
Dipotong ½ daun
445,0
444,5
0,5
0,016
0,0002
Tanpa daun
429,5
429,0
0,5
0,016
0,0002
Perhitungan : Rumus 1
: Laju Transpirasi Tanaman = Bobot awal - Bobot akhir Waktu
Cahaya Kontrol Laju Transpirasi = 467 – 466 30 = 0,033 g/menit
2
Laju Transpirasi = 467 – 466 1800 = 0,0005 g/detik
Dilapisi Vaselin Laju Transpirasi = 435,5 – 435 30 = 0,016 g/menit
Laju Transpirasi = 435,5 – 435 1800 = 0,0002 g/detik
3
Tanpa Akar
Laju Transpirasi = 423,5 – 423 30 = 0,016 g/menit
Laju Transpirasi = 423,5 – 423 1800
= 0,0002 g/detik 4
Dipotong ½ daun
Laju Transpirasi = 406,5 – 405,5 30 = 0,033 g/menit
Laju Transpirasi = 406,5 – 405,5 1800 = 0,0005 g/detik
5
Tanpa Daun Laju Transpirasi = 445 – 444,5 30 = 0,016 g/menit
Laju Transpirasi = 445 – 444,5 1800 = 0,0002 g/s
Angin 1
Kontrol
Laju Transpirasi = 445,5 – 443,5 30 = 0,033 g/menit
Laju Transpirasi = 445,5 – 443,5 1800 = 0,0005 g/detik
2
Dilapisi Vaselin
Laju Transpirasi = 464,5 – 463,5 30 = 0,033 g/menit
Laju Transpirasi = 464,5 – 463,5 1800 = 0,0005 g/detik
3
Tanpa Akar
Laju Transpirasi = 448,5 – 447,5 30 = 0,033 g/menit
Laju Transpirasi = 448,5 – 447,5 1800 = 0,0005 g/detik
4
Dipotong ½ daun
Laju Transpirasi = 445 – 444,5 30 = 0,016 g/menit
Laju Transpirasi = 445 – 444,5 1800 = 0,0002 g/detik
5 Tanpa Daun Laju Transpirasi = 429,5 – 429 30 = 0,016 g/menit
Laju Transpirasi = 429,5 – 429 1800 = 0,0002 g/detik
Pembahasan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa laju transpirasi pada tanaman yang diletakkan dibawah cahaya matahari lebih besar daripada laju transpirasi pada tanaman yang diletakkan didekat angin, dimana laju transpirasi cahaya nilai laju transpirasi yang terbesar adalah dengan perlakuan kontrol dan dipotong ½ daunyaitu sebesar 0,0005 g/detik, dan terendah pada perlakuan tanpa daun yaitu 0,0002 g/detik. Sedangkan dengan angin nilai laju transpirasi
yang terbesar adalah dengan
perlakuan tanpa akar yaitu sebesar 0,0033 g/detik, dan terendah dengan perlakuan dilapisi vaselin, tanpa akar, dipotong ½ daun, dan tanpa daun memiliki nilai yang sama yaitu 0,0002 g/detik. Hal ini sesuai dengan literatur Phandey (2005) yang menyatakan bahwa Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah :Cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka terhadap cahaya dibandingkan dengan di dalam gelap.Hal ini terjadi karena cahaya mendorong / merangsang tumbuhnya stomata
Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu jumlah daun, luas area daun, jumlah stomata, kutikula, trikoma dan lain-lain. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap laju transpirasi yaitu angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan udara. Hal ini sesuai dengan literatur Haryanti (2010) yang menyatakan bahwa kegiatan transpirasi dipengaruh oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar misalnya kecepatan angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan udara. Faktor dalam misalnya ketebalan daun, jumlah daun, luas area daun, jumlah stomata/ mm2, adanya kutikula, banyak sedikitnya trikoma/bulu daun dan bentuk serta lokasi stomata di permukaannya. Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa laju transpirasi tercepat pada tanaman yang diletakkan di bawah cahaya matahari adalah pada perlakuan pelapisan vaselin dan perlakuan tanpa akar dengan laju
transpirasi sebesar 0,01 g/menit atau 0,00055556 g/detik. Sedangkan pada tanaman yang diletakkan di bawah kipas angin, laju transpirasi tercepat adalah pada perlakuan tanpa daun, perlakuan dipotong ½ daun dan perlakuan dilapisi dengan vaselin dengan laju transpirasi sebesar 0,01g/menit atau 0,00055556 g/detik. Hal ini sesuai dengan literatur Delayota (2011) yang menyatakan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu seperti suhu, kelembaban, cahaya, kecepatan angin, tekanan udara, dan lain-lain. Transpirasi pada tanaman dapat menurun seiring dengan keadaan konduktansi stomatanya. Apabila konduktansi stomatanya menurun maka laju transpirasinya akan menurun. Hal ini sesuai dengan literatur Setiawan et al (2012) yang menyatakan bahwa Laju transpirasi menurun seiring dengan menurunnya konduktansi stomata. Pada kondisi kekurangan maupun kecukupan air, tanaman mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem perakaran, mengatur stomata, mengurangi absorbsi radiasi surya dengan pembentukan lapisan lilin atau bulu rambut daun yang tebal, dan menurunkan permukaan evapotranspirasi melalui penyempitan daun serta pengurangan luas daun. Transpirasi pada tumbuhan berperan utama dalam proses pelepasan energi dari cahaya matahari, mengangkut air dan zat hara dari dalam tanah, menjaga suhu daun, dan membuang kelebihan air akibat penyerapan yang berlebihan. Hal ini sesuai dengan literatur Haryanti dan Tetrinica (2009) yang menyatakan bahwa Transpirasi berperan dalam pengangkutan air/zat hara, membuang kelebihan air, dan menjaga suhu daun. Peran transpirasi pada tumbuhan sangat banyak namun yang terpenting adalah untuk melepas energi yang diterima dari radiasi matahari.
KESIMPULAN 1. Laju transpirasi cahaya nilai laju transpirasiyang terbesar adalah dengan perlakuan sebesar 0,0005 g/detik, dan terendah pada perlakuan tanpa daun yaitu 0,0002 g/detik. Laju transpirasi angin yang terbesar adalah dengan perlakuan tanpa akar yaitu sebesar 0,0033 g/detik, dan terendah dengan perlakuan dilapisi vaselin, tanpa akar dan tanpa daun memiliki nilai yang sama yaitu 0,0002 g/detik. 2. Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal terdiri dari jumlah daun, luas area daun, jumlah stomata, kutikula,
trikoma dan lain-lain, dan faktor eksternal terdiri dari angin, cahaya, air, kelembaban udara, suhu, tekanan udara. 3. Laju transpirasi tercepat pada tanaman yang diletakkan di bawah cahaya matahari terdapat pada perlakuan dilapisi vaselin. Laju transpirasi tercepat pada tanaman yang diletakkan di bawah kipas angin, laju transpirasi tercepat adalah pada perlakuan tanpa
daun, perlakuan
dipotong
½ daun dan
perlakuan dilapisi dengan vaselin. 4. Transpirasi pada tanaman dapat menurun seiring dengan keadaan konduktansi stomatanya. Apabila konduktansi stomatanya menurun maka laju transpirasinya akan menurun 5. Transpirasi pada tumbuhan berperan utama dalam proses pelepasan energi dari cahaya matahari, mengangkut air dan zat hara dari dalam tanah, menjaga suhu daun, dan membuang kelebihan air akibat penyerapan yang berlebihan. DAFTAR PUSATAKA Alam, T., Tohari, dan D. Shiddieq. 2012. Tanggapan Jagung (Zea maysL.) terhadap Sistem Parit Berbahan Organik dan Dosis Kalium di Lahan Kering pada Tanah Bersifat Vertic. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Al, S dan Ratnawati. 2004. Respons Konduktivitas Stomata dan Laju Transpirasi Rumput Blembem (Ischaemum ciliare Retzius) di Sekitar Sumber Emisi Gas Kawah Sikidang Dieng. FMIPA UNY. Yogyakarta. Dalimunthe, A. 2004.Stomata (Biosintesis, Mekanisme Kerja Dan Peranannya Dalam Metabolisme) FP USU: Medan. Delayota. 2011. Fisiologi Tumbuhan. DSC Biologi. Jakarta. Haryanti, S dan T. Meirina. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun Kedelai (Glycine max (L) Merril) Pada Pagi Hari dan Sore. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Diponegoro. Semarang. Haryanti, S. 2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies Tanaman Dikotil dan Monokotil. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Diponegoro. Semarang.
Lestari, E. G. 2005. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (Balitbiogen). Bogor. Marjenah. 2010. Pengaruh Kandungan Air Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Transpirasi Semai (Shorea leprosula MIQ). Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda. Maryani, A. T. 2012. Pengaruh Volume Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama. Fakultas Pertanian Universitas Jambi Mendalo Darat. Jambi. Setiawan., Tohari dan Shiddieq. 2012. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Akumulasi Prolin Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.), Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Simanjuntak, E. T. 2013. AlAT Pengukur Laju Transpirasi pada Daun Berbasis Mikrokontroler. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.
Sudaryono. 2004. Pengaruh Naungan Terhadap Perubahan Iklim Mikro pada Budidaya Tanaman Tembakau Rakyat. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (Balitbiogen). Bogor. Suyitno.2006. Pertukaran Zat Dan Proses Hilangnya Air. FMIPA UNY. Yogyakarta. Tambing, Y dan A. Hadid. 2008. Keberhasilan Pertautan Sambung Pucuk pada Mangga dengan Waktu Penyambungan dan Panjang Entris Berbeda. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Palu. Yuliasmara, F dan F. Ardiyani. 2013. Morfologi, Fisiologi, dan Anatomi Paku Picisan (Drymoglossum phyloselloides) serta Pengaruhnya pada Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.
LAMPIRAN FOTO
View more...
Comments