February 11, 2019 | Author: Sutrisno Sirezha | Category: N/A
TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DAN CARA MENGONTROL HALUSINASI DI POLIKLINIK RS ERNALDI BAHAR PROVINSI SUATERA SELATAN...
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PASIEN DALAM MENGONTROL HALUSINASI DI POLIKLINIK JIWA RUMAH SAKIT SAKIT ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2014 1
Sutrisno, 2Sri Maryatun, 3Muhamm Muhammad ad Bahori Bahori 1. Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Palembang 2. Dosen PSIK Fakultas Kedokteran UNSRI sebagai Pembimbing I 3. Kepala Ruangan Merpati II Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai Pembimbing II Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Palembang, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK Halusinasi adalah salah satu gejala sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien halusinasi adalah ketidakmapuan pasien mengontrol halusinasi dan tidak dilakukannya perawatan oleh keluarga dirumah. Salah satu jenis respon yang dialami keluarga dalam merawat pasien halusinasi adalah cemas. Data jumlah pasien dalam masalah perawatan utama halusinasi di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tercatat jumlah pasien halusinasi rawat jalan pada tahun 2013 yaitu 129 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling dengan jumlah sampel 39 responden dan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-31 Maret 2014. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 33,3% keluarga mengalami kecemasan ringan, 46,2% kecemasan sedang dan 20,5% mengalami kecemasan berat dan 74,4% pasien mampu mengontrol halusinasi serta 25,6% pasien tidak mampu mampu mengontrol halusinasi. Analisis dilakukan dengan dengan uji Chi-Square didapatkan ρ value 0,028 ( ρ value < α 0,05) menunjukan ada hubungan signifikan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Rekomendasi kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai intervensi kecemasan keluarga, bagi petugas kesehatan di Poliklinik Jiwa untuk memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara mengurangi kecemasan. Kata kunci : Tingkat Tingkat Kecemasan, Keluarga, Mengontrol, Halusinasi. Halusinasi.
ABSTRACT Hallucinations are one of the symptoms of sensory perception experienced by mental patients. Factors affecting recurrence of hallucinations hallucinations patients is the inability of of patients to control hallucinations and didn’t didn’t care by the family at home. One type of response that is experienced by families in caring for the patient is anxious hallucinations. Data in Polyclinic Ernaldi Bahar Hospital South Sumatra Province recorded the number of patients in the outpatient hallucinations are 129 people in 2013. The purpose of this study was to determine the relationship of the family with the level of anxiety in the patient's ability to control hallucinations. Sampling technique using Accidental using Accidental Sampling with a sample of 39 respondents and the research carried out on march 17 to 31 , 2014. Results showed 33.3 % of families experiencing mild anxiety, anxiety was 46,2 % and 20,5 % had severe anxiety and 74,4 % of patients were able to control hallucinations and 25,6 % of patients are not able to control the hallucinations . The analysis by Chi-Square test obtained ρ value 0,028 ( ρ ( ρ value < α 0,05 ) showed no significant relationship with the family anxiety levels in a patient's ability to control hallucinations. Recommendations for further teams of researchers to conduct research on anxiety intervention families, for health workers in Mental Clinic to provide counseling to families on how to reduce anxiety. Keywords : Levels of anxiety, Family, Controlling, Hallucinations.
1
kesehatan, sebanyak 30% dari 235 juta
A. PENDAHULUAN
Permasalahan
hidup
yang
berat
jiwa
warga
Indonesia
mengalami
dialami oleh semua kalangan masyarakat
gangguan jiwa. Data Profil Kesehatan
mulai dari masalah rumah tangga, stress
Indonesia pada tahun 2008 menunjukkan
di
bahwa dari 1000 penduduk terdapat 185
tempat
kerja,
tingginya
tingkat
pengangguran, sampai sulitnya mencari
penduduk mengalami
penghasilan,
diantaranya
pekerjaan,
menyebabkan
gangguan
dapat
jiwa
seperti
gangguan jiwa
halusinasi
(Depkes
RI,
2005).
cemas, stres, depresi, bahkan kasus-kasus
Berdasarkan rekam medik Rumah
bunuh diri (Suprajitno, 2004).
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari
Selatan Tahun 2009 jumlah kunjungan
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik
pasien skizofrenia berjumlah 1535, 2010
yang berhubungan fisik maupun mental.
berjumlah 2040, 2011 berjumlah 2049
Keabnormalan gangguan jiwa tersebut di
dan
bagi
yaitu:
penderita skizofrenia berjumlah 1570
gangguan jiwa (neurosa) dan gangguan
diantaranya mengalami halusinasi, dan
jiwa (psikosa), terlihat dalam berbagai
pada tahun 2013 data jumlah pasien
macam
dengan
kedalam
dua
gejala
golongan
yang
terpenting
di
2012
jumlah
masalah
kunjungan
perawatan
pasien
utama
antaranya adalah: ketegangan, hysteria,
halusinasi berjumlah 129 orang (Medical
rasa lemah dan tidak mampu mencapai
Record Rumah Sakit Ernaldi Bahar
tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan
Provinsi Sumatera Selatan, 2014).
sebagainya (Yosep, 2007).
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari
World Health Organization (WHO)
keadaan-keadaan yang tidak normal, baik
tahun 2001 menyatakan bahwa sekitar
yang berhubungan fisik maupun mental,
450
salah
juta
orang
di
dunia
memiliki
gangguan mental. Fakta lainnya adalah 25%
penduduk
diperkirakan
satu
akan
Halusinasi persepsi
tertentu selama hidupnya (Hawari, 2009).
terdapatnya
Gangguan penyakit
di
berdasarkan
mencapai
dunia, data
jiwa
adalah
halusinasi.
mengalami gangguan jiwa pada usia
jiwa
gangguan
adalah
seseorang stimulus
terganggunya dimana
tidak
dari
lima
ke
13%
dari
pancaindra, penderita halusinasi pasca
Sementara
itu
rawat di rumah sakit dapat kembali
survei
kementrian
kambuh
2
apabila
pasien
tidak
dapat
mengontrol
halusinasinya
tidak
Berdasarkan studi pendahuluan di
dilakukannya perawatan oleh keluarga di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang
rumah.
dengan menggunakan kuesioner pada 10
Kemampuan
dan
pasien
dalam
keluarga
yang
anggota
keluarganya
halusinasi,
didapatkan
mengontrol halusinasi merupakan faktor
mengalami
utama yang menentukan keberhasilan
keluarga yang di wawancarai mengatakan
tindakan medis dan keperawatan dalam
cemas
mengobati
pasien
dikarenakan keluarga merasa takut akan
(Maramis,
2004).
dengan
halusinasi utama
6,
cemas
kekambuhan
jika
terjadinya kekambuhan pasien halusinasi
mengontrol
halusinasi
ketidakmampuan
pengobatan
mengontrol
Penyebab
ringan
pasien
halusinasi
dalam
serta
keluarga
yang
pasien
cukup
sedang
4,
tidak
dapat
dan
biaya
mahal
bagi
masyarakat menengah kebawah.
yang merasa cemas dengan kondisi
Berdasarkan
pasien (Nurdiana, 2010).
uraian
diatas,
maka
penulis merumuskan permasalah belum
Kecemasan merupakan salah satu
diketahuinya
“Hubungan
tingkat
masalah yang teridentifikasi dialami oleh
Kecemasan keluarga dengan kemampuan
keluarga
anggota
pasien dalam mengontrol halusinasi di
dengan
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi
halusinasi, dalam menghadapi keluarga
Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun
yang cemas ada beberapa cara untuk
2014.
yang
keluarga
mempuanyai
gangguan
mengatasi
cemas
jiwa
sehingga
Tujuan umum penelitian ini adalah
keluarga tidak lagi merasakan kecemasan
untuk mengetahui Hubungan Kecemasan
terhadap
Keluarga
pasien
tersebut
yang
mengalami
dengan
Kemampuan
gangguan jiwa (Notosoedirdjo & Latipun,
dalam
2005).
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi
Penelitian ini juga sejalan dengan
Mengontrol
Pasien
Halusinasi
di
Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun
penelitian Aditya (2012) yang berjudul
2014.
Gambaran tingkat kecemasan keluarga
Tujuan
khusus
penelitian
ini
dengan Pasien Skizofrenia Residual di
Diketahuinya tingkat kecemasan keluarga,
Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
kemampuan pasien dalam mengontrol
Palembang,
halusinasi, hubungan tingkat kecemasan
dari
41
keluarga
yang
menjadi responden bahwa 23 responden
keluarga
(56,1%)
dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik
memiliki
tingkat
kecemasan
sedang.
dengan
kemampuan
pasien
Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014. 3
Hasil penelitian ini beranfaat sebagai
Responden pada penelitian ini berjumlah
masukkan untuk keluarga mengetahui
39 responden.
tentang gangguan jiwa, cara mengontrol halusinasi
dan
mengurangi
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
perasaan
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi
cemas keluarga, dan anfaat untuk petugas
Bahar Sumatera Selatan. Penelitian ini
kesehatan
dilakukan dengan beberapa rangkaian
dapat
informasi/data
menambah
yang
berguna
dala
kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal
pemberian asuhan keperawatan
17 sapai dengan 31 Maret 2014. Tehnik pengumpulan data yaitu data primer
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
yang
wawancara
diperoleh
dan
melalui
pengisian
lembar
kuantitatif dengan desain yang digunakan
kuesioner yang telah disiapkan. Lembar
dalam penelitian ini adalah desain survey
kuesioner mengacu pada GAD (General
analitik dengan metode cross sectional
Anxiety Disorder) yang terdiri dari 7
adalah suatu penelitian dimana variabel-
pertanyaan yang sudah di uji validitas
variabel yang termasuk efek di observasi
dan redibilitas dan sudah baku oleh
sekaligus
peneliti
pada
waktu
yang
sama
(Med,
2006).
(Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui
kemampuan
hubungan tingkat kecemasan keluarga
pertanyaan
dengan
kemampuan pasien dalam mengontrol
kemampuan
pasien
dalam
pasien
Kuesioner
terdiri
dari
pertanyaan
10
meliputi
mengontrol halusinasi di Poliklinik Jiwa
halusinasi
diantaranya
mengenal
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
halusinasi,
menghardik
halusinasi,
Sumatera Selatan tahun 2014.
berinteraksi
bercakap-cakap
Populasi pada penelitian ini adalah keluarga inti yang salah satu anggota
Beraktivitas
keluarganya
menyusun
yang
pernah
dengan
mengalami
orang
dengan
secara kegiatan
lain
orang
teratur harian
atau lain,
dengan dan
gangguan jiwa dengan halusinasi yang
menggunakan obat atau teratur minum
rawat jalan di Poliklinik Jiwa Rumah
obat (Keliat, 2005). Data sekunder terdiri dari data yang
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
didapat dari catatan Medical Record
Selatan Tahun 2014.
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sampel dalam penelitian ini diambil
Sumatera Selatan Tahun 2014.
dengan cara accidental sampling , yaitu mengambil kasus atau responden yang
Analisa data yang dilakukan adalah
kebetulan ada dan tersedia di suatu
analisa univariat dan bivariat. terhadap
tempat sesuai dengan konteks penelitian.
tiap variabel dari hasil penelitian dengan 4
maksud
untuk
frekuensi
dari
mengetahui
disribusi
variabel-variabel
Tabel 4.1
yang
Distribusi frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Keluarga di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera Selatan Tahun 2014 (n = 39)
diteliti adalah variabel mengenai tingkat kecemasan keluarga. Penyajian data akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
No
Tingkat kecemasan
N
%
Analisis Univariat bertujuan untuk
1
Ringan
13
33,3
mendeskripsikan masing-masing variabel
2
Sedang
18
46,2
yaitu
3
Berat
8
20,5
Jumlah
39
100
variabel
independen
:
tingkat
kecemasan keluarga sedangkan variabel dependen : kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi.
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat
Analisis bivariat dilaksanakan untuk
dilihat mengenai proporsi tingat kecemasan
mendapatkan nilai kemaknaan hubungan
keluarga.
(korelasi) antara variabel independen
Proporsi
responden
terbanyak
terdapat pada tingkat kecemasan keluarga
dengan variabel dependen. Uji statistik
responden kecemasan sedang 46,2% dan
yang digunakan untuk menguji data
proporsi responden terkecil terdapat pada
kategorik pada penelitian ini dilakukan
responden kecemasan berat sebesar 20,5 %.
dengan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan
95%
atau
alpha
0,05.
Tabel 4.2
Apabila p value ≤ 0,05 berarti Ho ditolak,
Distribusi frekuensi Berdasarkan Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Responden di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera Selatan Tahun 2014 (n = 39).
dapat disimpulkan terdapat hubungan bermakna antara variabel Independen dengan Dependen. Apabila p value > 0,05 berarti Ho diterima.
No
Kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
N
%
dan
1
Mampu
29
74.4
independen
2
Tidak Mampu
10
25.6
Jumlah
39
100
C. HASIL PENELITIAN
Analisa
yang
mengetahui persentase (tingkat
dilakukan
distribusi dari
frekuensi
variabel
kecemasan
keluarga)
untuk
dan
variabel dependen (kemampuan pasien dalam
mengontrol
halusinasi)
di Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat
Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi
dilihat mengenai proporsi kemampuan pasien
Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun
dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik
2014. 5
Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
mengontrol halusinasi sebanyak 3 orang
Sumatera
responden
(7,7%), sedangkan proporsi sedikit adalah
terbanyak terdapat pada responden pasien
responden yang mengalami kecemasan berat
mampu mengontrol halusinasinya sebesar
(20,5%)
74,4%
mengontrol halusinasi sebanyak 3 orang
Selatan.
Analisis
Proporsi
ini
dilakukan
untuk
(8,3%)
ternyata
dan
pasien
pasien
yang
yang
mampu
tidak
dapat
mengetahui apakah ada hubungan antara
mengontrol halusinasi sebanyak 5 orang
variabel independen (Tingkat Kecemasan
(12,8%). Berdasarkan Hasil uji statistik chi-
Keluarga)
square dengan batas kemaknaan
dengan
(Kemampuan
variabel
Pasien
Dalam
dependen Mengontrol
= 0,05
diperoleh nilai p value = 0,028. Dengan hasil
Halusiasi) dengan menggunakan Uji Statistik
p value < α, ini menunjukkan ada hubungan
dengan
dengan
yang bermakna antara tingkat kecemasan
keputusan bermakna dengan C1 95% atau
keluarga dengan kemampuan pasien dalam
nilai α = 0,05.
mengontrol
metode
Chi
–
Squere
halusinasi.
Dengan
demikian
Tabel 41.2
hipotesis menyatakan ada hubungan yang
Hubungan Tingkat Kecemasan Keluarga Dengan Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera Selatan Tahun 2014 (n = 39).
bermakna antara tingkat kecemasan keluarga
No
Tingkat Cemas
Kemampuan Pasien dalam mengontrol Halusinasi Mampu n
1 2 3
Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Jumlah
11 15 3
% 28 ,2 38 ,5 8, 3
29
Total
Tidak Mampu n % n 1 2 5,1 3 1 3 7,7 8 12, 5 8 8 1 3 0 9
% 33, 3 46, 2 20, 5 10 0
dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi terbukti secara statistik.
p Va lu e
D. HASIL PEMBAHASAN
Berdasarkan telah
hasil
dilakukan
responden
penelitian
bahwa,
yang
yang
proporsi
terbanyak
adalah
kecemasan sedang 46,2% dan proporsi 0, 0 2 8
responden responden
terkecil dengan
terdapat
pada
kecemasan
berat
sebesar 20,5 %. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suci (2013),
Berdasarkan tabel 5.6 di dapat diketahui dari
41
terbanyak
responden adalah
proporsi reponden
yang
responden
berjudul
kecemasan
mengalami
gambaran
keluarga
dalam
tingkat merawat
anggota yang mengalami gangguan jiwa
kecemasan sedang (46,2%) ternyata pasien
di poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
dapat mengontrol halusinasi sebanyak 15
Palembang tahun 2013, responden yang
orang (38,5%) dan pasien yang tidak dapat
mempunyai tingkat kecemasan sedang 6
sebanyak 28 orang (46,67%), dari 60
perasaan
Responden.
kecemasan akan mendominasi perilaku
Kecemasan
memungkinkan
sedang
seseorang
untuk
menyerah
atau
Kemampuan
dan
Mengontrol Halusinasi
yang
dan
keluarga.
memusatkan pada masalah yang penting mengesampingkan
apatis
lain
sehingga seseorang mengalami perhatian
Pasien
Berdasarkan
hasil
penelitian
telah
sesuatu yang terarah (Videbeck, 2009).
terbanyak terdapat pada pasien mampu
merupakan
respons
proporsi
yang
yang selektif, namun dapat melakukan
Kecemasan
dilakukan,
dalam
responden
dalam mengontrol halusinasinya sebesar
individu terhadap suatu keadaan yang
74,4%
dengan
keluarga
mengalami
tidak menyenangkan dan dialami oleh
kecemasan
sedang
semua makhluk hidup dalam kehidupan
responden
terkecil
sehari-hari. Kecemasan dapat dirasakan
responden pasien tidak mampu dalam
oleh individu ataupun sekelompok orang
mengontrol halusinasi sebesar 25,6 %
termasuk keluarga, kecemasan meliputi
dengan keluarga mengalami kecemasan
keluarga dan mereka sangat terbebani
berat.
dan
proporsi
terdapat
pada
dengan kondisi penderita. Bahkan tidak
Penelitian yang dilakukan oleh Qodir
sedikit keluarga yang sama sekali tidak
(2012) yang berjudul hubungan stres
mengetahui rencana apa yang harus
keluarga
mereka
lakukan
menghadapi
mengontrol
masalah
gangguan
salah
halusinasi
untuk jiwa
satu
dengan
kemampuan
halusinasi di
RSUP
pada Dr.
pasien klien Amino
anggota keluarganya. Kecemasan akan
Gondohutomo Semarang, pasien yang
semakin meningkat tanpa pemahaman
mampu mengontrol halusinasi sebanyak
yang jernih mengenai masalah besar yang
36 responden (65,5%) dengan keluarga
dihadapi keluarga.
mengalami stres ringan sedangkan pasien
Keluarga mengalami cemas ketika
yang tidak mampu mengontrol halusinasi
anggota keluarganya mengalami sakit.
sebanyak 19 responden (24,5%) dengan
Pasien yang dirawat di Rumah dalam
keluarga yang mengalami stres sedang.
waktu yang lama akan lebih membuat
Stres merupakan salah satu gangguan
cemas. Hal ini karena mereka takut
kesehatan jiwa, respon dari stres adalah
terjadinya kekambuhan pada pasien, serta
cemas atau kecemasan, kecemasan yang
biaya yang banyak. Semua stresor ini
dialami keluarga
menyebabkan
terhadap
keluarga
jatuh
pada
kemampuan
kondisi krisis dimana mekanisme koping
mengontrol
yang digunakan menjadi tidak efektif dan
adalah 7
berdampak negatif pasien
dalam
halusinasi.
Kemampuan
kesanggupan,
kecakapan,
kekuatan manusia untuk berusaha dengan
mampu mengontrol halusinasi sebanyak
diri sendiri. Kemampuan pasien dalam
(28,2%), tidak mampu (5,1%) serta
mengontrol
halusinasi
keluarga yang mengalami kecemasan
kesanggupan
(potensi)
menguasai
persepsi
langsung,
kemampuan
merupakan pasien
sensori pasien
dalam
berat sebanyak 8 responden
secara
ternyata
dalam
halusinasi sebanyak (8,3%), tidak mampu (12,8%).
mengontrol
halusinasi
sangat
mempengaruhi
kekambuhan
pasien
pasien
mampu
(20,5)
mengontrol
Hasil uji statistik chi-square dengan
halusinasi, jika tidak dapat mengontrol
batas kemaknaan
halusinasi
nilai p value = 0,028. Dengan hasil p
kecenderungan
terjadinya
kekambuhan akan besar.
value
<
α,
ini
= 0,05 diperoleh
menunjukkan
ada
Nurdiana (2007), Penyebab utama
hubungan yang bermakna antara tingkat
terjadinya kekambuhan pasien halusinasi
kecemasan keluarga dengan kemampuan
ketidakmampuan
pasien dalam mengontrol halusinasi.
mengontrol
pasien
halusinasi
dalam keluarga
Penelitian ini juga diperkuat dengan
yang merasa cemas dengan kondisi
penelitian yang dilakukan oleh Sopyan
pasien. Kemampuan dalam mengontrol
(2008)
halusinasi
Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan
pasien
serta
dengan
dipengaruhi
keadaan
mengalami
suatu
halusinasi
individu
gangguan
yang
yang
keluarga
dalam
berjudul
dengan
Hubungan
kemampuan
pasien
mengontrol halusinasi pasca rawat inap di
aktivitas mental seperti berpikir sadar.
Rumah
Analisa Bivariat
sebanyak 58 responden 78% keluarga
Sakit
Jiwa
Sumatera
Utara
kecemasan
dengan pengetahuan kurang baik pasien
keluarga dengan kemampuan pasien
tidak dapat mengontrol halusinasi pasca
dalam mengontrol halusinasi.
rawat inap dan 64% memiliki kecemasan
Hubungan
tingkat
Berdasarkan hasil penelitian yang
sedang dan pasien tidak dapat mengontrol
dilakukan menunjukan bahwa keluarga yang
mengalami
ringan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
sebanyak 18 responden (42,2%) ternyata
teori (Nurdiana, 2010), penyebab utama
pasien mampu mengontrol halusinasi
terjadinya kekambuhan pasien halusinasi
sebanyak (38,5%), pasien yang tidak
adalah ketidakmampuan pasien dalam
tidak
halusinasi
mengontrol halusinasi. Keluarga yang
sebanyak (7,7%) dan keluarga yang
merasa cemas dengan kondisi pasien,
mengalami kecemasan sedang sebanyak
cemas yang rasakan oleh keluarga dapat
13 responden (33,3%) ternyata pasien
dirasakan anggota keluarga yang lainnya
mampu
kecemasan
halusinasi.
mengontrol
8
salah satunya adalah pasien dan cemas
ketika ada stresor yang mempengaruhi
bisa mempengaruhi pola pikir seseorang.
proses pola pikir pasien maka akan
Kecemasan keluarga terjadi karena adanya
stresor
keluarga
kurang
dalam
berdampak terhadap kemampuan pasien
pengetahuan
perawatan
dalam tindakan, namum masih dalam
keluarga
perilaku yang terarah dan sadar. Hal ini
dirumah keluarga takut dan merasa cemas
diperkuat
jika anggota keluarganya yang menderita
Kecemasan
halusinasi
mengontrol
sesorang
berdampak
masalah
tidak
halusinasinya
dapat
maka
akan
teori
Videbeck
sedang untuk
(2008),
memungkinkan
memusatkan
yang
pada
penting
dan
kekambuhan. Cemas yang dirasakan oleh
mengesampingkan yang lain sehingga
keluarga
seseorang
dapat
menular ke
anggota
mengalami
perhatin
yang
keluarga salah satunya adalah pasien,
selektif, namun dapat melakukan sesuatu
karena
yang terarah.
cemas
dapat
meningkatkan
hormon yang mempengaruhi proses pola
Menurut peneliti, Kecemasan yang
fikir (Serotonin dan dopamin) untuk
dialami oleh anggota keluarga dapat
mengatasi
tersebut.
mempengaruhi kemampuan pasien dalam
Kecemasan dapat mempengaruhi proses
mengontrol halusinasi, apalagi keluarga
pola
dengan tingkat kecemasan berat.
halusinasi
pikir
seseorang
yang
ada
disekitarnya,
khususnya
orang-orang
yang lebih dekat pasien seperti keluarga,
E. KESIMPULAN
keluarga cemas maka salah satu anggota
Setelah
keluarga juga akan dirasaka kecemasan.
bahwa
keluarga
penelitian
mengenai hubungan tingkat kecemasan
Pada hasil penelitian ini, peneliti berpendapat
melakukan
keluarga
yang
dengan
kemampuan
pasien
dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik
mengalami kecemasan sedang namun
Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Provinsi
masih ada pasien yang tidak dapat
Sumatera Selatan Tahun 2014, maka
mengontrol halusinasi disebabkan bahwa
ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
kesemasan sedang juga mempengaruhi
1. Tingkat
pola
proses
berfikir
keluarga
di
atau
poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar
individu yang ada disekitar keluarga yang
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014
mengalami kecemasan, ketika kecemasan
terbanyak
itu dirasakan oleh keluarga maka anggota
kecemasan
keluarga
kecemasan
yang
lain
seseorang
kecemasan
juga
mengalami
kecemasan, hal ini sangat berdampak
terdapat
pada
keluarga sedang
responden
sebanyak
responden atau sebesar 46,2%.
pada kondisi pasien dengan halusinasi, 9
tingkat
18
2. Proporsi kemampuan pasien dalam
perpustakaan
bagi
mengontrol halusinasi di Poliklinik
Program
Ilmu
Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar
STIKes Muhammadiyah Palembang
Provinsi Sumatera Selatan terbanyak
di masa yang akan datang.
pasien
mampu
mengontrol
Diharapkan
atau sebesar 74,4%.
meningkatkan
hubungan
kecemasan
antara
keluarga
keluarga
untuk
pengetahuan
tentang
tingkat
halusinasi dan cara merawat untuk
dengan
mengurangi
tingkat
kecemasan
kemampuan pasien dalam mengontrol
keluarga serta ebantu partisipasiaktif
halusinasi di Poliklinik Jiwa Rumah
keluarga
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
dengan halusinasi .
Selatan Tahun 2014 dengan p value
Bagi
merawat
pasien
peneliti
selanjutnya
diharapkan agar dimasa yang akan
SARAN
Dari
untuk
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
0,028. F.
Keperawatan
3. Bagi Keluarga
halusinasinya sebanyak 29 responden
3. Ada
Studi
Mahasiswa
kesimpulan
diatas,
datang
peneliti
lebih lanjut tentang intervensi pada
Bagi petugas kesehatan Rumah
kecemasan keluarga.
Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Palembang kesehatan
di
G. DAFTAR REFERENSI
Aditya. 2012. Gambaran tingkat kecemasan keluarga dengan Pasien Skizofrenia Residual di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang . KTI STIKES Muhammadiyah palembang Hawari. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizoprenia. Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas Indonesi Keliat, B. A. 2005. Keperawatan Jiwa ( Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa). Jakarta: EGC Maramis, F. 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 9). Surabaya: Univeraitas Airlangga Med, A, Robert, S , MD. 2006. The (General Anxiety Disorder) GAD – 7 (Http//www. Patient.co.uk)
poliklinik jiwa rawat jalan diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang cara mengurangi kecemasan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. 2. Bagi Institusi Pendidikan Bagi
Sekolah
Kesehatan Palembang
Tinggi
Ilmu
Muhammadiyah diharapkan
dapat
meningkatkan sumber-sumber bacaan baik buku keperawatan yang berkaitan dengan tingkat kecemasan yang dapat digunakan
untuk
melengkapi
penelitian
berbeda serta melakukan penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
petugas
dilakukan
lebih lanjut dengan metode dan desain
memberikan saran-saran sebagai berikut:
khususnya
dapat
dan
digunakan sebagai bahan referensi 10
Medical Record, 2014. Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014. Palembang Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Jakarta: Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta Notosoedirdjo & Latipun. 2005 . Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press Nurdiana. 2007. Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat kekambuhan Klien gangguan jiwa Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol.3 no.1 Qodir, A. 2012. Hubungan stres keluarga engan kemampuan pasien mengontrol halusinasi pada klien halusinasi di RSUP Dr. Amino Gondohutomo Semarang. JNS. Semarang. 3(2). November 14. 2013 Singgih. 2008. Cara mengurangi ansietas dalam kehidupan keluarga. Bandung: Media kesehatan Sopyan. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan Keluarga dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Pasca Rawat Inap Rumah Sakit Sumatera tara. JNS. Medan. 9(1). April 03. 2014 STIKes Muhammadiyah Palembang. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun 2013. Palembang. Desember. 2013 Stuart & Laraia. 2001. Principles and Practice of Psychiatric Nursing . USA: Mosby Suci. R. 2013. Gambaran tingkat kecemasan keluarga dalam merawat anggota yang mengalami gangguan jiwa di poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun 2013. KTI STIKes uhamadiyah Palebang tahun 2013 Videbeck. 2008. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC WHO. 2001. The World Health Report: 2001: Mental Health : New Understanding, New Hope. Diunduh pada 10 Desember 2013 dari www.who.int/whr/2001/en/ Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama 11