Jurnal Hidrokel

February 7, 2018 | Author: deadcorpses | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

hidrokel...

Description

Hydrocelectomy melalui Pendekatan Inguinal dibandingkan Pendekatan skrotum untuk Hidrokel Idiopatik pada orang dewasa Adel Lasheen Department of General Surgery, Al-Azhar University Hospitals, Faculty of Medicine, Al-Azhar University, Cairo, Egypt Correspondence to Adel Lasheen, Department of General Surgery, El-Hussein University Hospital, Faculty of Medicine, AlAzhar University, 11651 Cairo, Egypt Tel: + 20 1115840316; fax: + 2 02 25104146; e-mail: [email protected] Received 22 July 2012 Accepted 3 September 2012 Journal of the Arab Society for Medical Research 2012, 7:68–72

Latar Belakang Hidrokel adalah suatu kondisi kronis umum pada pria yang menyebabkan gangguan fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil hydrocelectomy melalui pendekatan inguinal dibandingkan dengan pendekatan skrotum pada orang dewasa. Subyek dan metode Penelitian prospektif ini dilakukan pada 40 pasien yang dilakukan di El-Hussein University Hospital dengan hidrokel idiopatik dan menjalani hydrocelectomy. Pasien-pasien ini dibagi menjadi dua kelompok: kelompok I (kelompok pendekatan inguinal) termasuk 20 pasien dengan usia rata-rata 30,75 ± 10,76 tahun dan yang menjalani hydrocelectomy melalui pendekatan inguinal, kelompok II (kelompok pendekatan skrotum) termasuk 20 pasien dengan usia rata-rata 29,35 ± 8,93 tahun dan yang menjalani hydrocelectomy melalui pendekatan skrotum. Sebuah perbandingan dibuat antara kedua kelompok dalam hal volume kantung hidrokel, waktu operasi, morbiditas pasca operasi, lama tinggal di rumah sakit, dan waktu kembali ke kehidupan sehari-hari. Hasil Volume rata-rata Hidrokel adalah 196.00 ± 30.28ml pada kelompok pendekatan inguinal dan 197,75 ± 26.72ml pada kelompok pendekatan skrotum. Waktu operasi rata-rata adalah 25.50 ± 4.60min pada kelompok pendekatan inguinal dan 24.40 ± 4.08min pada kelompok pendekatan skrotum. Lama rawat di rumah sakit adalah 1,35 ± 0,48 hari di kelompok pendekatan inguinal dan 2,50 ± 0,68 hari pada kelompok Pendekatan skrotum. Komplikasi pascaoperasi pada kelompok pendekatan skrotum termasuk satu luka sepsis, satu luka dehisendi parsial, dua edema presisten, dan satu perlengketan testis ke scrotum. Tidak ada komplikasi pasca operasi atau ketidaknyamanan yang diamati pada kelompok Pendekatan inguinal. Waktu yang dibutuhkan untuk 1

kembali ke aktivitas normal adalah 12.10 ± 1.33 hari pada kelompok pendekatan inguinal dan 17.70 ± 4.13 hari pada kelompok pendekatan skrotum. Kesimpulan Hydrocelectomy melalui pendekatan inguinal pada orang dewasa dikaitkan dengan rendah atau tidak adanya morbiditas pasca operasi dan ketidaknyamanan. Hal ini mudah diterapkan dan difasilitasi pada kasus yang berurusan dengan lesi yang terkait dalam kanalis inguinalis. Kata kunci: dewasa, hidrokel, Pendekatan inguinal J Arab Soc Med Res 7:68-72 & 2012 Arab Society for Medical Research 1687-4293

PENDAHULUAN Hidrokel adalah salah satu penyebab paling umum dari pembengkakan skrotum [1]. Hidrokel testis adalah keadaan patologis karena akumulasi cairan serosa antara lapisan tunika vaginalis yang terjadi ketika produksi cairan di tunika vaginalis meningkat atau resorpsi menurun. Hidrokel dapat ditemukan pada beberapa mamalia dan juga pada manusia, muncul pada satu sisi atau bilateral dalam berbagai variabel derajat pembesaran cairan dari skrotum tanpa disertai rasa sakit

[2]

. Penyebab penyakit ini dikategorikan sebagai bawaan atau didapat.

Hidrokel kongenital, yang disebabkan hubungan antara tunical dan rongga peritoneal karena prosesus vaginalis paten, biasanya sembuh dalam 18-24 bulan [3,4], sedangkan hidrokel karena didapat biasanya idiopatik dan dapat terjadi setiap saat selama kehidupan dewasa [3,5,6]. Mekanisme yang jelas dari pembentukan hidrokel idiopatik tidak diketahui. Faktor-faktor seperti peningkatan cairan serosa sekresi, kurangnya limfatik eferen, dan tidak memadainya reabsorpsi cairan yang disekresi oleh mesothelium adalah penyebab yang mungkin [5]. Selain idiopatik penyebab lainnya adalah infeksi, infark, torsi, tumor, radioterapi, TBC, atau filariasis

[5,7]

. Ini mempengaruhi 1% dari laki-laki dewasa, dan hidrokel pada dewasa terlihat

sebagian pada pria lebih dari 40 tahun

[8]

. Hidrokel bilateral pada7-10% pasien. Pengaruh

hidrokel pada Gonad belum diteliti secara luas. Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa Hidrokel mungkin berhubungan dengan infertilitas karena dapat mengganggu spermatogenesis [9,10]. Pendekatan yang biasa dilakukan pada hydrocelectomy orang dewasa adalah Pendekatan skrotum. Artikel-artikel terbaru masih menggambarkan prosedur hydrocelectomy melalui sayatan skrotum [11]. 2

Faktanya bahwa masalah yang utama pada hydrocelectomy tersebut adalah pembengkakan skrotum, yang berlangsung selama tidak kurang dari 1 bulan dan kadang-kadang berlangsung sampai beberapa bulan [12]. Pembengkakan ini biasanya besar, kadang-kadang lebih besar dari sebelumnya [12], sangat tidak menyenangkan, dan dapat mengakibatkan gangren skrotum pada beberapa pasien yang tidak mematuhi instruksi atau mereka yang memiliki beberapa faktor predisposisi akan mudah terjadi prkembangan gangren [12]. Pembengkakan skrotum biasanya terjadi karena kombinasi dari edema akibat inflamasi, sebagai respon dari kulit skrotum sangat sensitif terhadap insisi dan pembedahan, dan akumulasi serosanguinus yang merembes dari tempat hydrocelectomy. Disposisi dari skrotum dapat membantu kedua faktor ini dalam mengakibatkan terjadi pembengkakan besar skrotum, sangat tidak menyenangkan, dan sulit untuk ditangani [12]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil hydrocelectomy melalui Pendekatan inguinal dibandingkan dengan Pendekatan skrotum pada orang dewasa. SUBJEK DAN METODE Penelitian prospektif ini dilakukan pada 40 pasien dengan diagnosis unilateral ( idiopatik ) hidrokel vagina primer selama periode Oktober 2010 sampai Oktober 2011. Semua pasien dirawat di Departemen Bedah Umum , Rumah Sakit Universitas El - Hussein, dan menjalani hydrocelectomy. Pasien-pasien ini dibagi menjadi dua kelompok : kelompok I (kelompok Pendekatan inguinal) terdiri dari 20 pasien yang usianya berkisar antara 17 sampai 52 tahun , dengan usia rata-rata 30,75 ± 10,67 tahun , dan yang menjalani hydrocelectomy melalui pendekatan inguinal, Kelompok II ( kelompok Pendekatan skrotum ) terdiri dari 20 pasien, dengan usia mulai dari 16 sampai 48 tahun dan usia 29,35 ± 8,93 tahun , yang menjalani hydrocelectomy melalui pendekatan skrotum. Gejala pembengkakan skrotum yang timbul pada kasus tersebut, 12 di sisi kiri dan delapan di sisi kanan dalam kelompok Pendekatan inguinal, dan 11 di sisi kiri dan sembilan di sisi kanan dalam kelompok Pendekatan skrotum. Semua pasien mengalami anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan rutin, dan ultrasonografi skrotum. Kriteria inklusi termasuk pasien dengan unilateral ( idiopatik ) hidrokel vagina primer. Kriteria eksklusi meliputi pasien dengan dugaan temuan klinis atau ultrasonografi tumor testis , skrotum terkait atau lesi inguinal, riwayat skrotum ipsilateral atau operasi inguinal, radioterapi inguinal sebelumnya, hipoalbuminemia, nontransilluminated Hidrokel, Hidrokel raksasa , atau multilokular dan Hidrokel berulang. Semua pasien yang dioperasi dengan menggunakan anestesi spinal setelah mendapat informed consent tertulis . 3

Yang dibandingkan antara kedua kelompok adalah ukuran kantung hidrokel, waktu operasi, morbiditas pasca operasi, lama tinggal di rumah sakit, dan waktu yang diperlukan untuk kembali ke aktivitas sehari-hari. Follow up pasien pasca operasi pada 2 minggu, 1, 3, dan 6 bulan. Teknik Operasi Hydrocelectomy menggunakan Pendekatan inguinal dilakukan melalui irisan kulit pada lipatan inguinal diatas cincin inguinal eksternal. Irisan dilakukan sampai ke cincin eksternal dan otot oblikus externa (m. aponeurosis). Cincin inguinal eksternal dibuka dengan memisahkan otot oblikus externa. Saraf ilioinguinal terletak miring dibawah otot oblikus externa harus dilindungi agar meminimalkan risiko mati rasa pascaoperasi dan rasa sakit. Spermatik cord dimobilisasi dan dislokasi lateral dan ke atas. Traksi lembut diterapkan pada spermatic cord dan hemiscrotum mengandung kantung hidrokel diberi dorongan ke atas sampai kantung hidrokel muncul pada sayatan inguinal (Gambar 1b). Cairan hidrokel yang disedot dari sayatan inguinal menggunakan jarum 16G dengan spuit 50ml untuk mengurangi ukuran lukanya sehingga dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam sayatan inguinal (Gambar 1c). Setelah pelepasan testis ke dalam sayatan inguinal, kantung hidrokel dibuka dan dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kontaminasi luka oleh cairan hidrokel. Testis dan struktur lain di sekitarnya kemudian diperiksa untuk kemungkinan keganasan atau lesi lainnya . Hydrocelectomy diselesaikan dengan menggunakan prosedur Jaboulay atau Lord (Gambar 1d). Testis tersebut direposisi ke hemiscrotum (Gambar 1e) dan sayatan inguinal ditutup dalam lapisan otot oblikus externa dan jaringan subkutan menggunakan Vicryle 3/0 dan kulit dengan menggunakan jahitan subkutikular dengan 3/0 polypropylene tanpa penyisipan drain. Sebuah penyangga skrotum digunakan dan jahitan subkutikular akan dilepas setelah 10 hari. Hydrocelectomy menggunakan pendekatan skrotum dilakukan melalui irisan pada lipatan transversal kulit skrotum. Kulit, dartos, dan fascia cremasteric yang tipis di insisi seperti biasa. Eversi tunika vaginalis dilakukan dengan metode yang sama digunakan dalam pendekatan inguinal. Setelah pencapaian hemostasis, drain penrose dimasukkan melalui sayatan yang terpisah dibagian bawah skrotum. Luka ditutup per lapisan menggunakan Vicryle 3/0, dan kulit ditutup dengan penjahitan terus menerus menggunakan Vicryle 4/0.

4

Sebuah penyangga skrotum digunakan. Drain dilepas setelah penghentian drainase, dan tidak ada jahitan yang diangkat. Gambar 1

(a) hidrokel idiopatik kanan pada anak laki-laki 17 tahun yang menjalani hydrocelectomy melalui Penatalaksanaan inguinal. (b) traksi Gentle diaplikasikan pada korda spermatika dan hemiscrotum mengandung kantung hidrokel diberi dorongan ke atas sampai kantung hidrokel muncul di inguinal yang luka. (c) Aspirasi cairan hidrokel bawah visi melalui luka inguinal. (d) Pemasukkan dari testis kedalam luka inguinal dan eversi tunika vaginalis selesai. (e) Reposisi dari testis ke hemiscrotum tersebut.

HASIL Usia pasien dalam kelompok pendekatan inguinal berkisar antara 17 sampai 52 tahun (ratarata 30,75 ± 10,67), sedangkan pasien termasuk dalam kelompok pendekatan skrotum 5

memiliki rentang usia 16-48 tahun (rata-rata 29,35 ± 8,93). Perbedaan usia rata-rata antara kedua kelompok secara statistik tidak signifikan. Volume rata-rata kantung hidrokel adalah 196 ± 30.28 ml (kisaran, 155-250 ml) dalam Pendekatan inguinal kelompok dan 197,75 ± 26,72 ml (kisaran, 150-260 ml) dalam kelompok Pendekatan skrotum. Perbedaan volume rata-rata hidrokel antara kedua kelompok secara statistik tidak signifikan. Semua prosedur berhasil diselesaikan tanpa komplikasi intraoperatif yang berkaitan dengan operasi atau anestesi pada kedua kelompok. Tidak ada komplikasi terkait dengan aspirasi cairan hidrokel intraoperatif dikelompok pendekatan inguinal dan semua kantung hidrokel dilepaskan dengan mudah ke dalam luka inguinal setelah aspirasi. Tidak ada penyebab yang mendasari untuk terjadinya hidrokel pada salah satu pasien pada kedua kelompok. Rata-rata waktu operasi adalah 25.50 ± 4.60 menit (kisaran, 20-35 min) pada kelompok pendekatan inguinal dan 24.40 ± 4.08 min (kisaran, 18-30 min) dalam kelompok pendekatan skrotum. Perbedaan waktu operasi rata-rata antara kedua kelompok secara statistik tidak signifikan. Rata-rata lama rawat di rumah sakit adalah 1,35 ± 0,48 hari (kisaran, 1-2 hari) pada kelompok pendekatan inguinal dan 2.50 ± 0.68 hari (kisaran, 2-4 hari) dalam kelompok pendekatan skrotum. Perbedaan lama rata-rata tinggal di rumah sakit antara kedua kelompok secara statistik signifikan. Artinya, waktu untuk kembali ke aktivitas normal adalah 12.10 ± 1.33 hari pada kelompok pendekatan inguinal dan 17.70 ± 4.13 hari pada kelompok pendekatan skrotum. Perbedaan rata-rata waktu untuk kembali ke aktivitas normal antara kedua kelompok secara statistik signifikan. Komplikasi pasca operasi pada kelompok pendekatan skrotum termasuk sepsis luka pada satu pasien, robeknya kulit pada garis jahitan dengan dehiscence luka parsial dalam pada satu pasien, edema skrotum ringan sampai sedang pada semua pasien, sedangkan edema skrotum yang presisten berlangsung lebih dari 2 bulan diamati pada dua pasien, dan perlengketan testis ke skrotum pada satu pasien (Tabel 1 dan 2). Ada ketidaknyamanan pasca operasi terkait dengan semua pasien dari kelompok pendekatan skrotum dibandingkan dengan kelompok pendekatan inguinal. Periode pasca operasi pada kelompok pendekatan inguinal lancar tanpa komplikasi atau ketidaknyamanan. Rata-rata follow-up 2.80 ± 1.88 bulan pada

6

kelompok pendekatan inguinal dan 2.90 ± 1.83 bulan pada kelompok pendekatan skrotum, dan tidak ada bukti kekambuhan diamati pada kedua kelompok. DISKUSI Hidrokel, merupakan kondisi kronis umum pada pria, akan menyebabkan gangguan psikologis, sosial, dan ekonomi. Banyak pria dengan hidrokel berpikir bahwa mereka tidak akan dapat disembuhkan, sering malu dengan kondisinya, dan sering kehilangan harapan hidup normal

[13]

. Hidrokel umumnya tidak menyakitkan. Namun, jika rasa sakit hadir, dapat

mengganggu aktivitas sehari-hari dan jika hidrokel berukuran besar bahkan dapat menyebabkan pasien mengalami kesulitan dengan hubungan seksual [14].

Table 1 Demographic characteristics of patients under study Mean ± SD Data

Group 1

Mean age Volume of hydrocele sac Operative time Hospital stay Time of return to daily life Follow-up period

Group 2

P-value

30.75 ± 10.67

29.35 ± 8.93

0.503

196 ± 30.28

197.75 ± 26.72

0.868

25.50 ± 4.60

24.40 ± 4.08

0.334

1.35 ± 0.48

2.50 ± 0.68

0.000

12.10 ± 1.33

17.70 ± 4.13

0.000

2.80 ± 1.88

2.90 ± 1.83

0.797

Table 2 Postoperative complications in scrotal approach group Complications

N (%)

Wound sepsis Wound dehiscence Persistent scrotal edema Adherence of the testis to the scrotum Total

1 1 2 1 5

(5%) (5%) (10%) (5%) (25%)

Indikasi untuk mengobati hidrokel termasuk rasa sakit, penampilan kosmetik skrotum, atau preferensi pasien sclerotherapy

[15]

[13,14]

. Manajemen konservatif hidrokel meliputi pengamatan, aspirasi, dan

. Metode ini konservatif, sclerotherapy merupakan yang paling banyak

disukai dan dapat diindikasikan pada pasien dengan ukuran hidrokel kecil sampai sedang, yang tidak bersedia menjalani operasi, atau yang mempunyai toleransi operasi yang buruk. Operasi konvensional untuk hidrokel idiopatik adalah eksisi dan eversi beserta kantungnya, dan prosedur ini tetap menjadi metode bedah yang paling populer

[16]

. Teknik lain untuk 7

mengobati hidrokel pada orang dewasa adalah teknik lipatan dan drainase internal hidrokel [17]

.

Pendekatan sering dilakukan untuk hydrocelectomy pada orang dewasa adalah cara skrotum. Masalah yang paling merepotkan dalam metode ini adalah seringnya terjadi pembengkakan skrotum yang sangat tidak menyenangkan, yang menciptakan banyak kesulitan bagi pasien dan kesulitan dalam penanganan oleh ahli bedah. Masalah ini dapat dihindari dengan melakukan hydrocelectomy menggunakan pendekatan inguinal pada orang dewasa. Terlepas dari hampir menghilangkan masalah pasca operasi yaitu ketidaknyamanan skrotum karena pembengkakan, metode ini memungkinkan inspeksi, penemuan keganasan testis, dan mengambil tindakan yang aman dan tepat. Hal ini juga memungkinkan pemeriksaan yang mudah, penemuan, dan kinerja tindakan yang tepat bersama hernia inguinalis [12]. Dalam penelitian kami, kami anggap pada pembengkakan skrotum ringan sampai sedang sebagai sekuel normal atau diterima setelah dilakukannya hydrocelectomy, tetapi edema presisten lama dianggap komplikasi pasca operasi. Komplikasi yang dilaporkan pada kelompok pendekatan skrotum adalah sebagai berikut: satu sepsis luka, satu luka dehiscence parsial, dua edema skrotum persisten, dan perlengketan dari testis ke skrotum pada satu pasien. Tidak ada komplikasi pasca operasi atau ketidaknyamanan yang diamati pada kelompok pendekatan inguinal. Tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dalam waktu operasi rata-rata antara kedua kelompok dan pasien dalam kelompok pendekatan inguinal menunjukkan lama rawat di rumah sakit singkat dan cepat kembali ke aktivitas normal. Dalam penelitian ini, penerapan Pendekatan inguinal untuk hydrocelectomy pada orang dewasa dikaitkan dengan beberapa keterbatasan, seperti tidak cocok untuk pasien dengan operasi inguinal ipsilateral sebelumnya, radioterapi inguinal ipsilateral sebelumnya, dan Hidrokel berulang karena adhesi terkait, melainkan juga tidak cocok untuk pasien dengan hidrokel dengan penebalan tunika vaginalis (hidrokel nontransilluminated) dan bagi mereka yang mengalami Hidrokel raksasa karena massa besar tunika vaginalis setelah pengeluaran kantung hidrokel dikaitkan dengan kesulitan dalam pelepasan testis melalui sayatan inguinal. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menunjukkan hubungan antara ukuran hidrokel dan kelayakan Pendekatan inguinal untuk hydrocelectomy pada orang dewasa. Ceylan et al.

[18]

membandingkan Pendekatan skrotum dan Pendekatan inguinal dalam

perbaikan hidrokel di 32 pasien dewasa dan hasilnya menunjukkan bahwa hematoma terjadi pada empat pasien dalam kelompok Pendekatan skrotum dan pada satu pasien pada kelompok 8

Pendekatan inguinal. Mereka menyimpulkan bahwa pendekatan inguinal adalah pilihan yang layak dalam pengobatan bedah dewasa dengan hidrokel karena kemungkinan terjadinya edema dari lebih sedikit dibandingkan pendekatan skrotum. Nweze

[12]

melakukan hydrocelectomy pada 11 pasien dewasa dengan menggunakan

pendekatan inguinal dengan membuat sayatan sejajar inguinal ke ligamentum inguinal dan aspirasi kantung hidrokel melalui skrotum selama persiapan praoperasi dalam atau di luar ruangan, hasilnya menunjukkan minimal atau tidak ada pembengkakan skrotum dan hampir tidak ada ketidaknyamanan pada semua pasien dan luka inguinal, seperti yang diharapkan, tidak menyebabkan banyak masalah dan disembuhkan dengan mudah - seperti yang terlihat pada luka herniorrhaphy. Hasil kami setuju dengan hasil Ceylan et al. [18] dan Nweze [12], tapi kami tidak setuju dengan mereka pada metode aspirasi, dan kami lebih suka sayatan kulit pada lipatan transversal inguinal bukan sayatan sejajar inguinal ke ligamentum inguinal karena sayatan melintang memberikan lebih banyak eksposur dan aksesibilitas ke leher skrotum dan memungkinkan mudahnya aspirasi kantung hidrokel. Selain itu, kami lebih suka aspirasi kantung hidrokel melalui luka inguinal bukan aspirasi buta melalui skrotum untuk menghindari cedera testis dan skrotum postaspiration ecchymosis atau hematoma karena cedera pembuluh skrotum. KESIMPULAN Hydrocelectomy menggunakan pendekatan inguinal pada orang dewasa dikaitkan dengan rendahnya morbiditas pasca operasi, nyaman, masa rawat inap pendek, dan cepat kembali aktivitas normal. Hal ini mudah diterapkan dan memungkinkan manajemen dari setiap lesi terkait dalam kanalis inguinalis. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada anggota bedah dan OR staf El-Hussein University Hospital, atas bantuan mereka dalam melakukan penelitian. KONFLIK KEPENTINGAN Tidak ada konflik kepentingan.

9

DAFTAR PUSTAKA 1. Krone KD, Carroll BA. Scrotal ultrasound. Radiol Clin North Am 1985; 23:121–139. 2. Caspari K, Henning H, Schaller C, Ku¨hn N, Ku¨mmerlen D. Semen quality and quantity in a boar with a complex hydrocele. J Swine Health Prod 2012; 20:174–178. 3. Rubenstein RA, Dogra VS, Seftel AD, Resnick MI. Benign intrascrotal lesions. J Urol 2004; 171:1765–1772. 4. Dogra VS, Gottlieb RH, Oka M, Rubens DJ. Sonography of the Scrotum.Radiology 2003; 227:18–36. 5. Woodward PJ, Schwab CM, Sesterhenn IA. Extratesticular scrotal masses: radiologic–pathologic correlation. Radiographics 2003; 23:215–240. 6. Madlala TSL, Rencken RK, Bornman MS, Reif S, Joubert HF, Van der Merwe CA. Biochemical analysis of tunica vaginalis fluid in patients with or without idiopathic Hidrokel. Br J Urol 1994; 74:511–514. 7. Streit CC, Richie JP, Clyde HR, Sargent CR. Hydrocele formation after sandwich irradiation therapy for testicular tumor. Urology 1978; 12: 222–224. 8. Leung ML, Gooding GAW, Williams RD. High-resolution sonography of scrotal contents in asymptomatic subjects. Am J Roentgenol 1984; 143:161–164. 9. Bhatnagar BN, Dube B, Shukla AP. Testicular histology in tropical vaginal hydrocele. Int Surg 1970; 53:167–170. 10. Mangoud AM, Emara MW, Ghobish A, Khalil OM, Mossad A, el Feky HM,et al. Hydrocele in filarial and non filarial patients. Histopathological, histochemical and ultrastructural studies. J Egypt Soc Parasitol 1993; 23: 43–54. 11. Cimador M, Castagnetti M, De Grazia E. Management of hydrocele in adolescent patients. Nat Rev Urol 2010; 7:379–385. 12. Nweze CC. Hydrocelectomy: experience with inguinal approach in the adult. Niger Med J 2009; 50:12–13. 13. Amuyunzu M. Community perception regarding chronic filarial swellings: a case study of the duruma of coastal Kenya. East Afr Med J 1997; 74: 411–415. 14. Gyapong M, Gyapong J, Weiss M, Tanner M. The burden of hydrocele on men in Northern Ghana. Acta Trop 2000; 77:287–294. 15. Beiko DT, Kim D, Morales A. Aspiration and sclerotherapy versus hydrocelectomy for treatment of Hidrokel. Urology 2003; 61:708–712. 16. Ku JH, Kim ME, Lee NK, Park YH. The excisional, plication and internal drainage techniques: a comparison of the results for idiopathic hydrocele. BJU Int 2001; 87:82–84. 17. Middleton WD, Thorne DA, Melson GL. Color Doppler ultrasound of the normal testis. Am J Roentgenol 1989; 152:293–297. 18. Ceylan K, Yu¨ ksel Y, Hasan G, Alpaslan K. Inguinal approach in adult hydrocele surgery: preliminary randomized study. Adv Ther 2006; 23: 159–162.

10

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF