JURNAl EKTOPARASIT PADA IKAN SUMATERA
March 12, 2019 | Author: MuhammadNurSihabuddi | Category: N/A
Short Description
PARASIT DAN PENYAKIT IKAN...
Description
IDENTIFIKASI I chthyo PADA IKAN SUMATRA (Punt iu s tetrazona PADA ) YANG chthyopht phthiriu hiriu s multifil is DIBUDIDAYAKAN DI BANYUMANIK, SEMARANG
Identification Ichthyophthirius multifilis o f Sumatra’s Fish ( Puntius tetrazona) tetrazona) The Cultivated In Banyumanik , Semarang Muhammad Nur Sihabuddin, Amanda Damai Setyani, Suci Sriyani, Bima Eka Sutisna, Nailul Fahim Ilmi dan Nuri Nia Yanti
Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah – 50275, 50275, Telp/Fax. +6224 7474698 ABSTRAK
Ikan sumatra ( P. tetrazona) tetrazona) merupakan ikan hias yang berasal dari perairan tawar dan memiliki corak warna seperti warna tubuh macan, sehingga disebut tiger berb. berb. Infeksi ektoparasit pada ikan sumatra ( P. ( P. tetrazona) tetrazona) biasanya berada di kulit dan insang. Parasit I. multifiliis adalah multifiliis adalah parasit protozoa kosmopolitan protozoa kosmopolitan yang menyebabkan insang dan penyakit kulit pada semua ikan air tawar, misalnya ikan sumatra ( P. ( P. tetrazona). tetrazona). Praktikum yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang gejala klinis, parasit ektoparasit yang menginfeksi ikan sumatra ( P. ( P. tetrazona) tetrazona) dan tingkat intensitas dan prevanlesi dari serangan parasit . Metode yang yang digunakan dalam praktikum ini adalah dengan pengambilan metode sampling. Pengamatan dilakukan dengan memeriksa beberapa organ dari kulit, mata, insang sampai usus dan ronggo tubuh ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 33,3% dari sampel ikan sumatra yang diperiksa terinfeksi parasit yaitu I. multifilis multifilis yang ditemukan di organ insang. Nilai intensitas (2,5) dan nilai prevalensi (33,3%). Kata kunci: Ikan sumatra ( P. tetrazona);, tetrazona );, I. I. multifilis;, Intensitas;, Prevalensi ABSTRACT
Sumatra’s Sumatra’s fish (P. tetrazona) is an ornamental fish originating from freshwater and have a pattern of colors like a tiger's body, so-called tiger berb. Ectoparasite infections Sumatra’s fish Sumatra’s fish (P. tetrazona) usually are in the skin and gills. I. multifiliis parasite is cosmopolitan protozoan parasite that causes the gills and skin diseases in all freshwater fish like Sumatra’s fish Sumatra’s fish (P. tetrazona). This practice aims to find an overview of the clinical symptoms, the parasite that infects fish ectoparasites sumatra ’s fi sh sh (P. tetrazona) and the level of intensity and prevanlesi of parasites. The method used in this lab is by making sampling method. Observations made by examining several organs of the skin, eyes, gills and intestines and body ronggo fish. The results showed that 33.3% of the examined fish samples sumatra’s sumatra ’s fish parasite fish parasite that infected I. multifilis found in the gills. Intensity values (2.5) and the prevalence (33.3%). Keywords : Sumatra’s Sumatra’s Fish Fish (P. tetrazona);, I. multifilis;, Intensity;, Prevalence PENDAHULUAN Ikan sumatra ( P. tetrazona) tetrazona ) merupakan ikan hias dari perairan tawar yang mempunyai corak warna yang indah. Kegiatan budidaya ikan hias ( P. ( P. tetrazona) tetrazona) sangat banyak dilakukan diberbagai daerah karena memiliki nilai ekonomi tersendiri bagi pecinta ikan hias. Ikan sumatra sebelumnya memiliki nama Barbus tetrazona. tetrazona. Sekarang berganti nama menjadi di P. tetrazona, tetrazona, genus Puntius Puntius (Hamilton, 1822). Protozoa yang sering menyerang atau menyebabkan menyebabkan kematian pada ikan ikan budidaya menurut Irianto (2005), antara lain adalah I. multifiliis, multifiliis, Trichodina sp, Trichodina sp, Oodinium sp, Oodinium sp, Monogenea Monogenea.. Adanya infeksi ektoparasit pada bagian tubuh tertentu dapat menyebabkan berbagai perubahan baik pada organ, jaringan tubuh maupun perubahan perilaku inang secara umum. Tubuh ikan akan memberikan reaksi terhadap parasit tersebut, sehingga terjadi pembengkakan dan terbentuknya zat pertahanan tubuh. Lendir sebagai pertahanan paling luar dari ikan mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan dan kehidupan parasit pada permukaan tubuh ikan. Ikan sumatra ( P. tetrazona) tetrazona ) yang terinfeksi ektoparasit biasanya berada di kulit dan insang. Menurut Wilson (2005), melaporkan bahwa I. multifiliis adalah multifiliis adalah parasit protozoa parasit protozoa kosmopolitan kosmopolitan yang menyebabkan insang dan penyakit kulit pada semua ikan air tawar. Infeksi I. multifiliis pada multifiliis pada ikan dapat menurunkan sistem kekebalan pada ikan sumatra. Menurut Wilson (2005), (200 5), mencatat bahwa sejumlah besar patogen dan da n parasit pada ikan hias menyebabkan penyakit sehingga mempengaruhi pergerakan, pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ikan dan beberapa kali kematian dapat terjadi karena infeksi parasit. Tanda infeksi I. multifiliis multifiliis pada ikan secara umum
terdapat bintik- bintik putih ‘white spot ’. Menurut Pellitero (2004), melaporkan bahwa I. multifiliis memiliki infeksi eksternal paling khas yaitu adanya bintik-bintik putih pada kulit dan insang, karena trophonts parasit terletak di bawah lapisan atas kulit. Ikan yang terkena bisa menggosok dan menunjukkan masalah pernapasan. Infeksi bintik-bintik putih yang khas terlihat dengan mata telanjang. Parasit ini tersebar luas di banyak spesies ikan air tawar, terutama di dalam akuarium dan dalam kondisi budidaya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui gejala klinis ikan s umatra ( P. tetrazona) yang terinfeksi parasit, parasit yang ditemukan pada ikan sumatra ( P. tetrazona). dan mengetahui tingkat intensitas dan prevalensi dari I. multifiliis pada ikan sumatra ( P. tetrazona). MATERI DAN METODE PENELITIAN Pemeriksaan ektoparasit ini dilakukan di Laboratorium Basah Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro pada tanggal 19 Oktober 2014 dengan menggunakan sampel Ikan sumatra ( P. tetrazona) yang berasal dari budidaya ikan hias di Banyumanik, Semarang. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling atau langsung. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil ikan sumatra sebanyak 6 ekor. Prosedur yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan parasit adalah mematikan ikan sampel dengan cara serebrasi. Selanjutnya dicatat panjang (cm) dan bobot (gram) setiap ikan sampel dengan panjang total antara 3,125±0,15 cm dan berat antara 0,233±0,043 gram. Tanda klinis yang dapat diamati dari ikan sumatra secara tingkah laku ikan yaitu ikan berenang dengan gesit, sedangkan secara kenampakan yaitu tubuh ikan berlendir, warna tubuh cerah dan mempunyai bentuk normal, tidak ada struktur seperti benang. Prosedur pemeriksaan untuk mengetahui ektoparasit pada ikan dilakukan dengan cara men- smear kulit ikan dengan cover glass, kemudian dipindahkan ke slide glass yang sudah ditetesi aquades dan diamati menggunakan mikroskop. Selanjutnya organ-organ dipisahkan mulai dari insang, lambung dan usus. Organorgan tersebut kemudian di smear secara perlahan dengan menggunakan cover glass dan diletakkan pada slide glass yang telah ditetesi aquades kemudian diamati menggunakan mikroskop. Selanjutnya diamati dan diidentifikasi secara morfologi berdasarkan buku Kabata (1985), Grabda (1981) dan Mol ler dan Anders (1986). HASIL 1. Gejala klinis pada ikan sumatra ( P. tetr azona ) Pengamatan pada ikan sumatra ( P. tetrazona) menunjukkan bahwa secara morfologi masih terlihat sehat dan masih berenang dengan gesit. Pengamatan lebih lanjut yang dilakukan di mikroskop. Ikan sumatra telah terinfeksi I. multifilis.Ektoparasit I. multifilis ini termasuk dalam parasit protozoa. Menurut Schholz (1999), parasit protozoa secara lebih rinci meliputi Ciliata, I. multifiliis sebagai contoh yang terkenal dan patogen penting serta sebagai masalah hewan yang baru muncul yang membutuhkan banyak perhatian oleh parasitologis ikan. 2. Ektoparasit yang ditemukan pada ikan sumatra (P. tetrazona ) Berdasarkan pengamatan ektoparasit yang dilakukan pada ikan sumatra ( P. tetrazona) terdapat 1 jenis ektoparasit yang ditemukan yaitu I. multifilis yang ditemukan pada organ insang. Ciri-ciri dari I. Multifilis adalah memiliki bentuk oval dan memiliki makronukleus seperti tapal kuda. Parasit I. Multifilis ini dapat bergerak dengan pergerakan memutar-mutar.
A B
C
D
1
2
Gambar 1. Morfologi Ichthyophthirius multifilis Perbesaran 4 x 10 (1), dan Perbesaran 10 x10 (2), Cytostome (A), Contractile Vacuole (B), Macronucleus (C) dan Food Granule (D)
3. Perhitungan intensitas dan prevalensi ektoparasit pada ikan sumatra (P. tetrazona ) Berdasarkan pengamatan ektoparasit pada ikan sumatra ( P. tetrazona) yang diamati, didapatkan jenis ektoparasit yang menyerang pada bagian insang. Ektoparasit yang didapatkan berupa I. multifilis selengkapnya data disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Perhitungan Nilai Intensitas dan Prevalensi pada Ikan Sumatra ( P. tetrazona) di Banyumanik, Semarang Nilai Jumlah Ikan Total Sampel No Nama Parasit Jumlah Parasit Terinfeksi Ikan Intensitas Prevalensi 1. I. multifilis 5 2 6 2,5 33,3 %
Nilai intensitas infeksi I. multifilis pada ikan sumatra ( P. tetrazona) adalah 2,5 yang menunjukkan angka aman, karena nilai intensitas tersebut < 5. Nilai prevalensi adalah 33,3%, nilai tersebut juga masih menunjukkan kisaran aman, karena nilai prevalensi < 50%. Parasit yang ditemukan pada ikan sumatra ( P. tetrazona) didominasi oleh I. multifilis. PEMBAHASAN 1. Gejala klinis pada ikan sumatra ( P. tetr azona ) Gejala klinis pada ikan sumatra ( P. tetrazona) yang terinfeksi I. multifilis yaitu berenang dengan gesit, tubuh ikan berlendir, warna tubuh cerah dan mempunyai bentuk normal, tidak ada struktur seperti benang serta tidak ada luka atau borok. Ikan yang berlendir merupakan salah satu mukus yang digunakan untuk pertahanan diri dari pengaruh lingkungan. Salah satunya menghambat pertumbuhan parasit yang menginfeksi tubuh ikan. Menurut Murray, et al. ( 2000), mukus atau lendir merupakan bagian yang sangat penting dalam menghambat kolonisasi dan pertumbuhan parasite yang menempel pada kulit ikan yang sehat dan juga yang sedang terluka, hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak mukus diproduksi pengurangan kolonisasi hifa pun semakin meningkat. 2. Ektoparasit yang ditemukan pada ikan sumatra (P. tetrazona ) Ikan sumatara ( P. tetrazona) yang diamati ada yang terinfeksi parasit I. multifiliis yang ditemukan di organ insang. Parasit I. multifiliis dari jenis protozoa. Menurut Maki et al . (2001) melaporkan bahwa protozoa parasit I. multifiliis menginfeksi air tawar di dunia luas yang menyebabkan penyakit pada ikan ekonomis penting yang disebut sebagai ' Ich' atau 'white spot '. Infeksi parasit I. multifiliis menyebabkan infiltrasi limfosit, nekrosis dan berbagai tingkat proliferasi epitel. I. multifiliis merupakan parasit yang banyak ditemukan di perairan tawar. Ikan sumatara ( P. tetrazona) merupakan salah satu inang yang terinfeksi I. multifiliis. Menurut Kim et al. (2002), menyatakan bahwa ikan sumatra ( P. tetrazona) telah ditemukan suatu parasit yaitu I. multifiliis. Parasit I. multifiliis berbentuk oval, hidup membenamkan diri dibawah lendir pada kulit, insang dan terlihat seperti bintik putih, cirinya memiliki makronukleus yang seperti tapal kuda (Puspowardoyo, 1992). Parasit ini cenderung bersifat musiman dan pertumbuhan serta perkembangannya dipengaruhi oleh suhu (Huisman, 1988). 3. Perhitungan intensitas dan prevalensi ektoparasit pada ikan sumatra (P. tetrazona ) Berdasarkan perhitungan nilai intensitas menunjukan bahwa nilai tersebut 2,5. Hal ini berarti tingkat kebahayaan infeksi parasit I. multifilis terhadap ikan sumatra masih tergolong aman karena masih dalam kisaran aman yaitu nilai intensitas < 5. Penanganan yang dilakukan cukup dengan pemisahan individu yang terinfeksi. Nilai prevalensi sendiri juga menunjukkan 33,3%. Hal ini berarti tingkat popuasi ikan sumatra masih aman dari infeksi parasit I. multifilis, sehingga tidak perlu dilakukan perlakuan secara populasi. Perlakuannya cukup dengan memisahkan ikan yang terinfeksi dan melakukan pencegahan dan pemutusan siklus hidup dari parasit I. multifilis. Menurut Kabata, (1985) melaporkan bahwa faktor kualitas air dapat mempengaruhi banyak tidaknya telur yang dihasilkan oleh parasit yang bertelur. Jumlah telur yang dihasilkan bergantung kepada kadar oksigen terlarut dalam air. Pada kadar oksigen terlarut rendah, maka telur yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika kadar
oksigen terlarut dalam air tinggi, maka jumlah telur yang dihasilkan sedikit. Telur yang menetas akan membentuk kista, trofon pecah maka tomit akan keluar dan akan menempel ke inang. Jika tidak menemukan inang dalam waktu 48 jam maka akan mati parasit tersebut. Berdasarkan nilai intensitas dan prevalensi, secara umum infeksi dari parasit I. multifiliis masih tergolong aman, namun perlunya pengendalian pertumbuhan dan perkembangan dari I. multifiliis itu sendiri. Salah satu pengendaliannya bisa dilakukan dengan pemisahan individu yang terinfeksi dari lingkungna budidaya atau bisa dilakukan dengan perlakuan secara kimia. Pengendalian penyakit ini s ebagian besar didasarkan pada penggunaan pengobatan kimia formalin, malasite green, chloramine T dan toltrazuril (Scholz, 1999).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Gejala klinis pada ikan sumatra ( P. tetrazona) yang terinfeksi I. multifilis pada organ insang yaitu berenang dengan gesit, tubuh ikan berlendir, warna tubuh cerah dan mempunyai bentuk normal, tidak ada struktur seperti benang serta tidak ada luka atau borok. 2. Ektoparasit yang ditemukan pada ikan sumatra ( P. tetrazona) yaitu I. multifilis yang ditemukan di insang. 3. Nilai intensitas (2,5) dan prevalensi (33,3%) I. multifilis yang ditemukan di insang masih dalam zona aman. Saran yang dapat diberikan adalah pengambilan sampel perlu dilakukan secara acak agar dapat mewakili keseluruhan kondisi sebenarnya di lapangan dan perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara gejala klinis yang ditimbulkan terhadap jenis parasit yang menginfeksi ikan sumatra ( P. tetrazona). DAFTAR PUSTAKA
Adel. A., F. Ghasempour., H. R. Azizi., A. R. Safian dan A. A. Amiri. 2013. Parasitic Fauna of Six Species of Ornamental Freshwater Fish Species from the North of Iran. Journal of Fisheries International , vol. 8 (3 – 6): 78 – 80. Dunn, A. M and J. E. Smith. 2001. Microsporidian Life Cycles and Diversity the Relationship Between Virulence and Transmission Microbes and Infection. Microbes in , vol 3 (5): 381-388. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. UGM Press. Yogyakarta. Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in the Tropics. Taylor and Francis, London Philadelphia. Kim, J., C. J. Hayward., S. J. Joh and G. J. Heo. 2002. Parasitic Infections in Live Freshwater Tropical Fishes Imported to Korea. Diseases Of Aquatic Organisms,vol. 52: 169 - 173. Maki, J. L., Brown, C. C. and Dickerson, H. W. 2001. Occurrence of Ichthyophthirius multifiliis within the PeritonealCcavities of Infected Channel Catfish Ictalurus punctatus. Diseases of Aquatic Organisms , vol 44(1):41- 45. Pellitero P, A., Barja J. L., Basurco B., Berthe F and Toranzo A. E. 2004. Report About Fish Parasitic Diseases. Mediterranean Aquaculture Diagnostic Laboratories Série B. Etudes et Recherches, (49): 103 – 130. Scholz, T. 1999. Parasites in Cultured and Feral Fish. Institute of Parasitology, Academy of Sciences of the Czech Republic, Branišovská 31, 370 05 Ceské Budejovice, Czech Republi. Veterinary Parasitology, 84: 317 – 335. Wilson, D. 2005. A Proactive Approach to Reducing Accidental and Intentional Introductions of Ornamental Fish Species into Natural Waters of the Northern Territory: A Case for Control Through Minor Lgislative Changes and a Public Education Program. Alice Springs. Australia.
View more...
Comments