Jurnal Belajar Assesmen Pembelajaran Biologi

February 14, 2018 | Author: Luthfi fharuq Al Fairuz | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Jurnal Belajar Assesmen Pembelajaran Biologi...

Description

Pertemuan I: Pengantar Asesmen dan Konntrak Perkuliahan Hari/tanggal: Rabu/22-02-217 A. Pengertian Assesmen Palomba and Banta (1999), Assessment is the systematic collection, review, and use of information about educational programs undertaken for the purpose of improving student learning and development (Artinya: asesmen adalah pengumpulan, reviu, dan penggunaan informasi secara sistematik tentang program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan perkembangan siswa). Menurut Robert M Smith (2002), Assesmen merupakan suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Sedangkan menuru Richard I. Arends (2008), Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi tentang siswa dan kelas untuk maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional. Asesmen merupakan metode dan proses yang digunakan untuk mengumpulkan umpan balik tentang seberapa baik siswa belajardan dapat dilakukan di awal, di akhir (sesudah), maupun saat pembelajaran sedang berlangsung. Asesmen dapat berupa tes atau nontes, asesmen berupa nontes misalnya penggunaan metode observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dsb yang hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan bertujuan meningkatkan belajar (pembelajaran) dan perkembangan siswa. Maka disimpulkan bahwa asesmen adalah proses mengumpulkan informasi tentang objek (siswa) dengan menggunakan alat dan teknik yang sesuai untuk membuat penilaian atau keputusan mengenai objek tersebut. Berdasarkan kesimpulan definisi asesmen tersebut, maka untuk melakukan asesmen diperlukan suatu alat atau instrumen dan teknik sebagai pengumpul informasi dan pertimbangan penilaian mengenai objek.

B. Pengertian Tes Istilah tes berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piringan atau jambangan dari tanah liat. Istilah ini dipergunakan dalam lapangan psikologi dan selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi, yaitu suatu cara untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan tersebut dilakukan mulai dari pemberian suatu tugas kepada seseorang atau untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Pada hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Overton, Terry (2008), test is a method to determine a student’s ability to complete certain tasks or demontstrate mastery of a skill or knowledge of content. Some types would be multiple choice tests or a weekly spelling test. While it commonly used interchangeably with assesment, or even evaluation, it can be distinguished by the fact that a test is one form of an assesment. (Tes adalah suatu metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan sejumlah tugas tertentu

atau

mendemonstrasikan

penguasaan

suatu

keterampilan

atau

pengetahuan pada suatu materi pelajaran. Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan. Seringkali penggunaannya tertukar dengan asesmen, atau bahkan evaluasi (penilaian), yang mana sebenarnya tes dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan kenyataan bahwa tes adalah salah satu bentuk asesmen.) Tes adalah suatu cara atau alat (instrumen) dan teknik yang digunakan untuk mendapatkan informasi objek (siswa) yang berbentuk suatu tugas dengan aturan tertentu. Fungsi dari tes adalah sebagai alat ukur dan pengumpul informasi untuk asesmen dan evaluasi. Hasil dari tes tersebut berupa pengukuran dan umumnya mendapatkan informasi secara kuantitatif yang diolah untuk penilaian atau asesmen. Umumnya informasi hasil dari asesmen bersifat kualitatif atau deskripsi mengenai objek yang di asesmen. Dan dari hasil asesmen akan ada suatu keputusan untuk evaluasi objek berdasarkan tujuan yang telah difokuskan.

C. Perbedaan Pengkuran dan Penilaian Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.

Pengukuran merupakan proses atau

kegiatan untuk memberi kuantitas terhadap seusatu. Contoh: Seorang pendidik memberikan tes. Hasil tes tersebut akan menghasilkan nilai berdasarkan kriteria pengskoran. Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Penilaian merupakan proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi dalam rangka untuk mengambil keputusan dengan kriteria tertentu. Contoh: Si pendidik melakukan pengolahan skor dengan pendekatan tertentu sehingga nilai-nilai itu memiliki makna tidak menguasai, mengusai dan sangat menguasai. D. Fungsi Penilaian Fungsi penilaian dalam pembelajaran adalah: 1. Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran. 2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran, dll.

3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan pelajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya. 4. Menggambarkan sejauh mana peserta didik telah menguasai suatu kompetensi. 5. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk perencanaan program belajar, pengembangan kepribadian, maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan). 6. Menemukan kesulitan belajar, kemungkinan

prestasi

yang

bisa

dikembangkan peserta didik, dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik/guru menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan. 7. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya. 8. Pengendali bagi pendidik/guru dan sekolah tentang

kemajuan

perkembangan peserta didik. E. Tokoh perintis Pengukuran pendidikan Horace Mann (1796-1859) dikenal sebagai bapak pendidikan di Amerika Serikat yang mempelopori berdirinya sekolah negeri. Mann menyatakan bahwa sekolah negeri haruslah bersifat bebas, universal, non-partai, dan merupakan lembaga publik yang mampu menaikkan kualitas moral dan ekonomi sosial seluruh Amerika. Mann juga menyatakan bahwa dengan menempatkan semua murid dalam kelas bersama-sama akan memberikan para murid pengalaman belajar yang sama, hal ini juga akan memberikan kesempatan yang sama kepada murid yang berasal dari kelas sosial yang berbeda. Hal inilah yang dia sebut sebagai “menyetarakan kondisi setiap orang dalam bidang pendidikan.”

F.

Validitas dan Realibilitas

Menurut

Azwar

(1986)

validitas

berasal

dari

kata validity yang

mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Arikunto (1999) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Menurut Nursalam (2003) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian validitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu instrumen. Menurut Arikunto (1999) suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria. Asosiasi Psikologi Amerika (APA) (1974; dalam Anastasia, 1982) membedakan tiga tipe validitas, yaitu validitas isi, yang dikaitkan dengan criteria, dan konnstrak. Ketiga tipe validitas tersebut dapat diuji dengan dan atau tanpa menggunakan instrument yang telah teruji validitas maupun reabilitasnya. Menurut Sugiono (2005) Pengertian Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Menurut Sukadji (2000) reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi.

G. Prinsip Evaluasi Prinsip-prinsip Evaluasi menurut Rubiyanto, Rubini, dan Sri Hartini. Menurut Rubiyanto (2005), evaluasi memiliki beberapa prinsip, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Prinsip totalitas, keseluruhan, atau komprehensif. Evaluasi hasil belajar harus dilakukan untuk menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku peserta didik secara menyeluruh. Artinya, evaluasi mempu mengungkapkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. b. Prinsip kesinambungan. Evaluasi yang baik dilakukan secara teratur, berkesinambungan dari waktu ke waktu, terencana dan terjadwal. Evaluasi yang demikian akan menggambarkan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu. c. Prinsip Oblejtivitas. Evaluasi yang baik harus terlepas dari kepentingan subyek. Hasil evaluasi tersebut harus menggambarkan kondisi peserta didik secara obyektif. H. Teknik Evaluasi Dalam evaluasi secara garis besar, mempunyai dua macam teknik evaluasi, yaitu: teknik tes dan teknik non tes. Tes sebagai alat pengukur dan penilai, tes ada beberapa macam model menurut pemakain dan waktu atau kapan digunakannya tes tersebut. Modelmodel tes tersebut, yaitu: tes seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif dantes sumatif. Non tes adalah alat mengevaluasi yang biasanya di gunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa non-tes sebagai alat evaluasi, diantaranya:

skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok,

wawancara, pengamatan dan riwayat hidup.

Pertemuan II: Strategi Bertanya dan Penilaian Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom Hari/tanggal: Rabu/01-03-217 Strategi Bertanya A. Defenisi Strategi Bertanya Dalam proses pembelajaran, bertanya memainkan peranan penting dan suatu hal yang lazim dilakukan dalam proses pembelajaran. Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1985) “Bertanya merupakan proses meminta ketarangan atau penjelasan. Bertanya pada kondisi pembelajaran merupakan proses meminta ketarangan atau penjelasan untuk mendapatkan informasi yang belum diketahui dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Strategi bertanya merupakan pendekatan secara keseluruhan dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh informasi dan meminta keterangan atau penjelasan dalam pembelajaran. B. Strategi Bertanya yang Baik 1. Kriteria pertanyaan yang baik yaitu: a. Singkat dan jelas b. Menginspirasi jawaban c. Memiliki fokus d. Bersifat probing atau divergen e. Bersifat validatif atau penguatan f. Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang g. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif h. Merangsang proses interaksi Komponen-komponen keterampilan bertanya sebagaimana disampaikan Usman (2010), adalah: 1. Keterampilan Bertanya Dasar 2. Keterampilan Bertanya Lanjutan

Menurut Zaini

(2008) teknik-teknik bertanya yang harus dimilki oleh

guru adalah: 1. 2. 3. 4.

Menghindari pertanyaan ganda Memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir Mengatur lalu lintas bertanya jawab Menunjukkan keantusiasan dan kehangatan Menurut Uno (2009), strategi bertanya yang efektif dalam proses

pembelajaran adalah: 1. Menggunakan bahasa yang bisa dimengerti siswa 2. Mengajukan pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban yang benar 3. Mendorong berbagai jawaban dengan rekan atau kelompok kecil sebelum kelompok yang lebih besar 4. Memanggil siswa secara acak dan menginjinkan siswa untuk meminta siswa lain untuk memberi tanggapan 5. Mendengarkan secara aktif apa yang dikatakan siswa 6. Menghindari godaan untuk memotong atau memperbaiki kesalahan dengan segera 7. Menahan diri dalam memberikan penilaian dan menanggapi dengan cara yang tidak menghakimi 8. Mengarahkan kembali jawaban yang salah 9. Menyuruh satu siswa untuk merangkum gagasan siswa lain 10. Meminta kelanjutan, seperti mengapa? Bisa cerita lebih jauh lagi? Mungkin ada contoh yang lain? 11. Mengundang siswa untuk membuka

“pemikiran

mereka”

dan

mendiskusikan bagaimana mereka sampai pada jawaban tersebut 12. Membiarkan siswa mengembangkan pertanyaan untuk saling bertanya. Guru harus menguasai teknik dan strategi bertanya dalam berlangsungnya proses pembelajaran sebab mengajukan pertanyaan yang baik kepada siswa merupakan mengajar yang baik. Penguasaan keterampilan bertanya bagi guru adalah salah satu komptensi pedagogik guru yang harus dikuasai. Menurut Djamarah (2000), bertanya dalam pembelajaran berfungsi untuk: 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Mengembangkan minat dan keingintahuan Memusatkan perhatian pada pokok masalah Mendiagnosis kesulitan belajar Menguatkan kadar CBSA Kemampuan memahami informasi Kemampuan mengemukakan pendapat

7. Mengukur hasil belajar Penilaian Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom A. Pengertian Penilaian Menurut Akhmat Sudrajat penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Sementara menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Penilaian Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah disampaikan guru. penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik dengan memiliki beberapa tujuan. B. Tujuan Penilaian Kellough dan Kellough (Rasyid, 2007) mengidentifikasi tujuan penilaian adalah sebagai berikut: 1. Membantu belajar siswa 2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan 3. Menilai efektivitas strategi pengajaran 4. Menilai dan meningkatkan efektivitas program kurikulum 5. Menilai dan meningkatkan efektivitas pengajaran 6. Menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan 7. Komunikasi dan melibatkan orang tua siswa. C. Taksonomi Bloom Sudah banyak diketahui bahwa mula-mula taksonomi Bloom terdiri dari dua aspek yaitu ranah kognitif dan ranah afektif. Pencipta dari kedua taksonomi

tersebut merasa tidak tertarik pada ranah psikomotor karena menurut mereka hanya ada sedikit kegunaannya di sekolah menengah atau universitas (Bloom 1956). Akhirnya Simpson melengkapi dua ranah yang ada dengan ranah psikomotor (1966). Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh Bloom dan Krathwohl adalah sebagai berikut: 1. Prinsip metodologis, perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksikan kepada cara-cara guru dalam mengajar. 2. Prinsif psikologi, taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kewajiban yang ada sekarang 3. Prinsip logis, taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten 4. Prinsip tujuan, tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatantingkatan nilai-nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral. Saat ini sudah banyak diketahui oleh umum bahwa apa yang dikenal sebagai taksonomi Bloom sebenarnya merupakan hasil kelompok penilai di universitas yang terdiri dari B.S. Bloom editor M.D. Engelhart E. Furst, W.H. Hill, dan D.R. Krathwohl, yang kemudian didukung pula oleh Ralp W. Tyler. Ada tiga ranah atau domain besar yang terletak pada tingkatan kedua yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu: 1. Kognitif, (Menurut Bloom, Englehart, Furst, Hill, Krathwohl) meliputi: a. Pengetahuan (recalling), kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu kota, rumus). b. Pemahaman (Comprehension), kemampuan memahami (misalnya: menyimpulkan suatu paragraf) c. Aplikasi (application), kemampuan

penerapan

(misalnya:

menggunakan suatu informasi / pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah). d. Analisis (Analysis), kemampuan menganalisa suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (misalnya: menganalisis bentuk, jenis atau arti suatu puisi). e. Sintesis (syntesis). Kemampuan menggabungkan beberapa informasi

menjadi

suatu

kesimpulan

(misalnya:

memformulasikan

hasil

penelitian di laboratorium) f. Evaluasi (Evaluation), kemampuan mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang burukl dan memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu. 2. Afektif a. Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, respon, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. b. Menanggapi (responding): reaksi yang diberiokan: ketepatan aksi, perasaan, kepuasan dll. c. Menilai (evaluating):kesadaran menerima norma, system nilai dll. d. Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai organisasi system nilai e. Membentuk watak (characterization): system nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku 3. Psikomotor Psikomotor merupakan tindakan seseorang yang dilandasi penjiwaan atas dasar teori yang dipahami dalam suatu mata pelajaran. Ranah psikomotor yaitu: a. Meniru (perception) b. Menyususn (Manipulating) c. Melakukan dengan prosedur (precision) d. Melakukan dengan baik dan tepat (articulation) e. Melakukan tindakan secara alami (naturalization) D. Revisi Taksonomi Bloom Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada. Taksonomi Hasil revisi Anderson pada Ranah Kognitif adalah:

1.

Mengingat, kata-kata operasional yang digunakan adalah mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi,

menemukan kembali. 2. Memahami, kata-kata operasional yang digunakan adalah menafsirkan, meringkas

mengklasifikasikan,

membandingkan,

menjelaskan,

membeberkan. 3. Menerapkan, kata-kata operasional yang digunakan adalah melaksanakan, menggunakan, menjalankan,

melakukan,

mempraktekan,

memilih,

menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi. 4. Menganalisis, kata-kata operasional yang digunakan adalah menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan. 5. Mengevaluasi, kata-kata operasional yang digunakan adalah menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan. 6. Berkreasi, kata-kata operasional yang digunakan adalah merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah. Tabel 2.1 Perbandingan Taksonomi Bloom dan hasil revisinya untuk ranah kognitif. Taksonomi Bloom Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Evaluasi

Taksonomi Bloom Hasil Revisi Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisi Mengevaluasi Berkreasi/Mencipta

Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah (1) Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus

mengingatnya terlebih dahulu, (2) Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu, (3) Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai, (4) Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui.

E. Aplikasi Taksonomi Bloom Menurut Widodo (2003), penggunaan taksonomi revisi sangat membantu dalam penyusunan soal untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Terdapat dua kelebihan Taksonomi Bloom hasil revisi dalam kaitannya dengan asesmen. Pertama, dengan dipisahnya pengetahuan dengan proses kognitif, guru dapat segera mengetahui jenis pengetahuan mana yang belum diukur. Pengetahuan procedural dan metakognitif merupakan pengetahuan yang dalam Taksonomi Bloom lama kurang mendapat perhatian. Kedua, dengan taksonomi revisi, guru dapat mengembangkan pembuatan soal karena setiap jenis proses kognitif dapat divariasikan menjadi empat jenis soal dengan pengetahuan yang berbeda. Proses penerapan taksonomi Bloom Revisi tentu saja harus dianalisis berdasarkan tingkat kebutuhan dan karakteristis siswa/peserta didik yang kita ajar, proses pengetahuan gambaran awal kemampuan siswa tertera dalam Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) khususnya intake siswa. Gambar 2. 1 Alur sederhana aplikasi revisi Taksonomi Bloom

Pertemuan III: Sistem Kategori Pertanyaan untuk Sains Hari/tanggal: Rabu/08-03-217 A. Defenisi Strategi Bertanya Menurut pendapat Brown pengertian bertanya adalah…any statement which tests or creates knowledge in the learner (setiap pertanyaan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa-siswi merupakan pengertian dari bertanya) (Brown dalam Purwati, 2009). Menurut Hyman, bahwa pertanyaan dapat berupa susunan kata atau kalimat yang digunakan utnuk memperoleh respon secara verbal yang dapat merujuk pada pemenuhan yang diharapkan dari sebuah pertanyaan yaitu jawaban (Uno, 2009). B. Kategori Pertanyaan untuk Sains Menurut Para Ahli Morgan & Sutton (dalam Widodo, 2006) melakukan pengelompokan pertanyaan

menjadi questions which

understanding, press for reflection.

elicit

information,

shape

Jenis-jenis pertanyaan berdasarkan pola interaksi guru dengan siswa yaitu sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.

Pertanyaan Probing (melacak atau menggali) Pertanyaan Prompting (menuntun) Pertanyaan Redirecting (melengkapi) Pertanyaan Compliance (permintaan) Pertanyaan Retoric (tidak menghendaki jawaban siswa) Jenis-jenis pertanyaan berdasarkan luas sempitnya jawaban yaitu sebagai

berikut: 1. Pertanyaan konvergen (memerlukan satu jawaban benar) 2. Pertanyaan divergen (memerlukan beberapa alternatif jawaban benar) Jenis-jenis pertanyaan berdasarkan taksonomi BLOOM yaitu sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pertanyaan Hafalan (C1) Pertanyaan Pemahaman (C2) Pertanyaan Aplikasi (C3) Pertanyaan Analisis (C4) Pertanyaan Sintesis (C5) Pertanyaan Evaluasi (C6) Jenis-jenis pertanyaan berdasarkan taksonomi BLOSSER (Empat Aspek

Berpikir) untuk merangsang siswa yaitu: 1. Ingatan (Recall thinking) dalam mengingat /tahu apa yang tersimpan dalam struktur intelektual siswa. 2. Konvergen (Convergent thinking) merangsang kemampuan siswa dalam memanipula si fakta dan dituntut menyusun ide secara logis untuk satu jawaban yang benar. 3. Divergen (Divergent thinking) kemampuan siswa dalam menemukan kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang ada. Cirinya lebih dari satu jawaban yang benar. 4. Evaluatif (Evaluative thinking) pertanyaan divergen, siswa harus memilih di antara jawaban-jawaban yang mungkin disertai alasannya jadi bersifat open-ended. Kriteria pertanyaan yang baik yaitu sebagai berikut: 1. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa 2. Memberikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan. 3. Terfokus pada suatu masalah atau tugas tertentu.

4. 5. 6. 7.

Memberi waktu berpikir yang cukup. Ditujukan kepada seluruh siswa agar terjadi pemerataan. Menuntun siswa agar dapat menemukan sendiri jawabannya. Disajikan oleh guru dengan perangai wajah (mimik) ramah dan menyenangkan.

Pertemuan IV: Penerapan Teknik Bertanya dalam Kelas IPA Hari/tanggal: Rabu 15/-03-217 A. Pengertian Teknik Bertanya Menurut Mansur (2015), Teknik bertanya adalah metode atau cara pengajuan pertanyaan di dalam kelas. Teknik bertanya guru akan mempengaruhi partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Teknik bertanya yang efektif sangat penting dikuasai oleh guru untuk mengontrol proses pembelajaran agar mencapai tujuan yang telah direncanakan. Teknik bertanya adalah pertanyaan yang dirumuskan dan digunakan dengan tepat dan merupakan alat komunikasi yang ampuh antara guru dan siswa sehingga dapat mendorong, membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya B. Pentingnya Teknik Bertanya dalam Pembelajaran IPA Teknik bertanya guru dalam mengajukan pertanyaan menjadi aspek yang penting untuk diperhatikan. Tujuan dari penggunaan teknik bertanya yang efektif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Bertanya merupakan ciri dalam pembelajaran IPA, menemukan merupakan kegiatan inti dari pembelajaran IPA. Teknik bertanya dalam pembelajaran

merupakan salah satu unsur dalam ranah kompetensi pedagogik yang harus dipahami oleh guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas. Metode tanya jawab banyak digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah. Kegiatan tanya jawab dalam pembelajaran IPA digunakan untuk mengetahui atau mengecek pemahaman peserta didik mengenai suatu konsep dan merangsang peserta didik untuk berfikir kritis serta memperoleh umpan balik. Melalui penerapan metode tanya jawab, baik guru guru maupun peserta didik sama sama aktif, namun perlu diperhatikan dengan baik agar pemanfaatan metode tanya jawab dalam pembelajaran IPA lebih bermakna (Nurhayati, 2011). Untuk mengefektifkan pertanyaan guru dalam pembelajaran IPA dapat dipilih suatu alternatif yaitu penggunaan teknik probing/beberapa pertanyaan berseri yang terprogram, saling berhubungan dan berkesinambungan agar konpetensi siswa dapat tercapai. C. Penerapan Teknik Bertanya pada Kelas IPA Menurut Nana Sumarna (2010), terdapat tiga aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengkontruksi dan mengimplementasikan pertanyaan yang efektif yaitu: bentuk, waktu dan isi. Ketiga aspek tersebut dikonstruksi dan berkomfigurasi secara efektif dalam pembelajaran. Teknik bertanya dalam pembelajaran IPA yaitu sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.

Teknik jeda/waktu tunggu Teknik pengarahan ulang Teknik membimbing atau probing Teknik pelacakan Menanggapi jawaban siswa merupakan suatu hal yang ikut menentukan

efektifitas dari kegiatan bertanya dalam pembelajaran. Jika guru mampu memberikan tanggapan dengan tepat terhadap jawaban siswa, maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan tentunya akan berpengaruh positif terhadap hasil belajarnya Penerapan teknik bertanya yang tepat, akan berdampak pada terciptanya pembelajaran

yang

interaktif,

inspiratif,

menyenangkan,

menantang,

memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa dan kreativitas. Dengan demikian pembelajaran akan lebih produktif dan efektif. Jika guru menerapkan teknik bertanya dengan tepat, maka kegiatan pembelajaran akan berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Pertemuan V: Perencanaan Penyusunan dan Pegadministrasian Tes Pilihan Ganda Serta Pengelolaan Nilainya Hari/tanggal: Rabu/22-03-217 A. Pengertian Tes Pilihan Ganda Soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disedikan. Kontruksinya terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan jawaban benar atau paling benar sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun daya jebaknya harus berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilihnya jika tidak menguasai materinya (Balitbang Depdiknas, 2007). B. Perencanaan dalam Membuat Tes Pilihan Ganda Menurut Purwanto (2010) perencanaan tes yang dilakukan ialah sebagai berikut: 1. Menentukan atau merumuskan tujuan tes. 2. Mengidentifikasi hasil-hasil belajar (learning outcomes) yang akan diukur dengan tes itu. 3. Menentukan atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifik 4. Merinci mata pelajaran atau bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes itu.

5. Menyiapkan tabel spesifikasi (semacam blueprint). 6. Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes. C. Penyusunan Tes Pilihan Ganda Langkah-langkah penyusunan tes berdasarkan pedoman yang disusun Balitbang Depdiknas tahun 2007, adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan penilaian. 2. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). 3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. 4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal. D. Pengadministrasian Tes Pilihan Ganda Pengadministrasian tes adalah proses kegiatan pelaksanaan tes yang dimulai dari proses perencanaan, penyusunan naskah tes sampai dengan pelaksanaan tes (mengerjakan tes). Pertama, penyusunan perangkat tes, dalam penyusunan perangkat tes yang akan digunakan harus mempertimbangkan dua hal utama, yaitu: penyuntingan dan penggandaan naskah tes. Kedua, pelaksanaan tes, dalam pengadministrasian tes haruslah mempertimbangkan berbagai cara dalam pelaksanaan tes. E. Pengelolaan Nilai Tes Pilihan Ganda Setelah melakukan kegiatan tes terhadap siswa, kegiatan berikutnya adalah memberikan skor pada setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan ini harus dilakukan

dengan

cermat

karena

menjadi

dasar bagi

kegiatan

pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai prestasi siswa. Menurut Rofieq (2009) cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu: 1. Penskoran tanpa ada koreksi jawaban Skor =

Keterangan: B = banyaknya butir yang dijawab benar N = adalah banyaknya butir soal 2. Penskoran disertai koreksi jawaban

Skor = [(B-

/N)] x 100

Keterangan: B = banyaknya butir soal yang dijawab benar S = banyaknya butir yang dijawab salah P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir N = banyaknya butir soal 3. Penskoran dengan butir beda bobot, pemberian skor dengan memberikan bobot berbeda pada sekelompok butir soal. Biasanya bobot butir soal menyesuaikan dengan tingkatan kognitif. (metode yang ketiga ini jarang diaplikasikan dalam pengolahan nilai hasil belajar). Skor = [(B-

/N)] x 100

Keterangan: B = banyaknya butir soal yang dijawab benar S = banyaknya butir yang dijawab salah P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir N = banyaknya butir soal Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0

Pertemuan VI: Perencanaan Penyusunan dan Pegadministrasian Tes Essay dan Rubrik Penilaiannya Hari/tanggal: Rabu/29-03-217 A. Pengertian Tes Essay Tes essay adalah pertanyaan yang menuntut peserta didik untuk menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Tes esai digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas pada hasil belajar rendah. Soal tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar yang diukur bersifat kompleks (Silverius, 1991). Bentuk-bentuk pertanyaannya biasanya meminta pada peserta didik untuk menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan tersebut mengharapkan agar peserta didik menunjukkan pengertian mereka terhadap materi yang dipelajari. Tes essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relative panjang. Bentuk-bentuk pertanyaan yang mengharuskan siswa untuk menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan atau mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan mengharuskan siswa untuk mampu menunjukkan pengertian atau pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari (Nurkancana dan Sumartana, 1986). B. Jenis-jenis Pertanyaan dalam Tes Esai (Essay Test) Pertanyaan essay dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu: 1. Tes Uraian Terbatas (Restricted Response Essays). Peserta tes dibatasi oleh rambu-rambu yang ditemukan dalam butir soal. Keterbatasan mencakup format isi, dan ruang lingkup jawaban. Jadi soal tes uraian ini harus menentukan batas jawaban yang dikehendaki.

2. Tes Uraian Bebas (Extended Response Essays). Jawaban yang diberikan oleh peserta tes hampir tidak ada batasan. Peserta tes memiliki kebebasan yang luas sekali untuk mengorganisaikan dan mengekspresikan gagasan pikirannya dan gagasan dalam menjawab soal tersebut. Jadi jawaban siswa bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak berstruktur. C. Perencanaan dalam Membuat Tes Essay Secara umum perencanaan itu mencakup: 1. Merumuskan tujuan tes, untuk apa tes itu dilakukan. 2. Mengkaji/menganalisis: GBPP, pokok bahasan/topik/tema/konsep, buku sumber, rencana pembelajaran/satuan pelajaran, dan materi-materi pelajaran mana yang cocok untuk dibuat dengan soal uraian. 3. Membuat kisi-kisi 4. Penulisan soal disertai pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran 5. Penelaahan kembali rumusan soal (oleh sendiri atau orang lain) Selain itu, kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dalam rangka perencanaan yaitu: 1. Menentukan cakupan materi yang akan di ukur, Langkah ini biasanya dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar spesifikasi, 2. Memilih bentuk tes yang akan digunakan, Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. 3. Menetapkan panjang tes, langkah menetapkan panjang tes, meliputi berapa waktu yang tersedia untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan penetapan jumlah item-item tes yang akan dikembangkan. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal, yaitu bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, keandalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia. D. Penyusunan Tes Essay Kaidah menyusun soal uraian/esay yang baik adalah sebagai berikut : 1. Menentukan pengetahuan/ kecakapan apa yang akan kita evaluasi 2. Menentukan bahwa siswa tidak akan menjawab terlalu banyak atau terlalu panjang sehingga waktu tidak cukup. Tes essay bukan tes kecepatan menulis.

3. Memulailah

pertanyaan

dengan

”bandingkan”,

”berilah

alasan”,

”jelaskan”, ”terangkan bagaimana” jangan mulai pertanyaan dengan ”apa”, ”siapa”, ”berapa”, ”kapan” 4. Jika ada beberapa soal usahakan ada rentangan kesukaran dan kekompleksan soal. Kalimat jelas tidak mengandung arti ganda 5. Panjang pendek dan kompleksitas jawaban disesuaikan dengan tingkat kematangan siswa Ada paling tidak tiga syarat yang harus dipenuhi soal essay yang baik, yaitu: aspek materi soal, aspek konstruksi soal essay dan aspek bahasa soal. E. Pengadministrasian Tes Essay Langkah-langkahpengadministrasian soal uraian/esai antara lain sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan tes, tes uraian dapat dibuat untuk bermacam-macam tujuan, seperti: a. Pertama, tes yang bertujuan untuk mengadakan evaluasi belajar tahap akhir (EBTA) atau ujian lain yang sejenis dengan EBTA. b. Kedua, tes yang bertujuan untuk mengadakan seleksi, misalnya untuk saringan masuk perguruan tinggi atau untuk penerimaan beasiswa untuk murid yang berbakat. c. Ketiga, tes yang bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar murid, yang dikenal dengan tes diagnostic. 2. Analisis kurikulum atau garis-garis besar program pengajaran (GBPP). Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan yang akan dijadikan dasar dalam menentukan item atau butir soal dalam membuat kisi-kisi soal. 3. Analisis buku pelajaran dan sumber dari materi belajar lainnya. Analisis buku pelajaran digunakan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi belajar lainnya. 4. Mengidentifikasi materi-materi yang cocok untuk dibuat dengan soal uraian. Tes uraian biasanya dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan menganalisis yang dimiliki oleh siswa, atau menjelaskan

prosedur, hubungan sebab-akibat, atau memberikan argumen-argumen yang relevan. 5. Membuat kisi-kisi, Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam arti mencakup semua pokok bahasan secara proporsional. 6. Penulisan soal disertai pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran 7. Penelaahan kembali rumusan soal (bisa dilakukan sendiri atau orang lain) F. Target yang Dapat Dinilai dalam Tes Essay (Essay Test) Target yang dapat dinilai dalam tes essay yaitu: 1. Menilai Pengetahuan (Assessing Knowledge) 2. Menilai Kemampuan dalam Memberikan Alasan (Reasoning Assessment) 3. Menilai Keterampilan (Assessing Skill) 4. Menilai Produk (Assessing Product) 5. Menilai Tulisan sebagai Produk (Assessing Writing as a Product) 6. Menilai Sikap (Assesing Affect) 7. Rubrik Penilaian Tes Essay Untuk melakukan penilaian terhadap jawaban siswa pada hasil tes essay, sebaiknya mengikuti aturan-aturan berikut: 1. Penilaian berdasarkan tujuan pembelajaran yang diukur. 2. Gunakan kunci jawaban untuk soal essay tipe jawaban terbatas. 3. Gunakan metode peringkat berkriteria untuk soal essay tipe jawaban bebas 4. Periksa semua jawaban soal yang sama, baru periksa nomor soal berikutnya 5. Tutupi identitas siswa 6. Bila mungkin menggunakan dua penilai atau lebih

Tabel 6.1 Contoh Rubrik Penilaian Kompetensi Dasar

Indikator

Butir Soal

Mengaplikasikan pemahaman tentang sistem imun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dengan kekebalan yang dimilikinya melalui program imunisasi sehingga dapat terjaga proses fisiologis di dalam tubuh.

1.1. Mengidentifikasi sistem imun dalam tubuh.

Apa yang Anda ketahui tentang system imun?

1.4.Menjelaskan prinsip program imunisasi dan cara memberikan imunisasi.

C1

C2

C3

C4





Analisislah gambar diatas, aktivitas apa yang sedang terjadi, dan sebutkan tujuan dari kegiatan tersebut!

C5

C6

1.5.Menganalisis kelainan dan permasalahan yang bersangkutan dengan system imun dan program imunisasi.



Ciri-ciri: letih lesu, mata berair dan meradang, filek serta batuk, uncul demam yang tinggi, timbul bercak-bercak (bintik-bintik) berwarna merah di badan. Berdasarkan ciri-cirinya, menurut Anda penyakit apakah yang sedang menyerang anak tersebut? Pertolongan pertama yang seperti apa yang akan Anda lakukan jika menumui seseorang yang terkena penyakit ini?

Kunci Jawaban 1. Sistem imun adalah sistem pertahanan yang ada pada tubuh manusia yang berfungsi untuk menjaga manusia dari benda-benda yang asing bagi tubuh manusia. Pada sistem imun ada istilah yang disebut Imunitas. Imunitas sendiri adalah ketahanan tubuh kita atau resistensi tubuh kita terhadap suatu penyakit. Jadi sistem imun pada tubuh kita mempunyai imunitas terhadap berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan tubuh kita. Fungsi sistem imun: a. Pertahanan b. Homeostasi tubuh c. Peremajaan 2. Aktivitas yang sedang

terjadi:

Pemberian imunisasi, yakni pemberian

kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang melalui carapenyuntikan. Tujuan: upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit. 3. Penyakit Campak. Pertolongan pertama yang dapat diberikan yaitu: a. Beri obat penurun panas yang aman untuk anak-anak. b. Banyak makan nutri yang bergizi, untuk menjaga daya tahan tubuhnya. c. Banyak minum agar tidak dehidrasi. d. Istirahat yang cukup untuk stamina tubuhnya. e. Hindari terpapar angin, dan jauhkan anak atau orang lain untuk mencegah penularan atau tertular penyakit lain. f. Jika masih demam, sebaiknya tidak usah mandi dulu. g. Pastikan secepatnya membawa anak ke dokter agar segera dapat dilakukan tindakan medis atau pengobatan yang tepat.

Tabel 6.2 Pedoman Penskoran Kriteria jawaban tiap nomor soal Siswa menyebut semua kunci pokok jawaban dan dapat menjelaskan jawabannya secara runtut. Siswa menyebut semua kunci pokok jawaban, namun belom dapat menjelaskan dengan baik dan runtut.

Skor 4 3

Siswa menyebutkan sebagian kunci pokok jawaban dan dapat memberikan penjelasan. Siswa hanya mampu memberikan kunci pokok jawaban tanpa penjelasan. Siswa tidak menjawab.

2 1 0

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF