Jenis Perdarahan Dan Ciri

March 29, 2017 | Author: Meila Satria Dewi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Jenis Perdarahan Dan Ciri...

Description

Jenis perdarahan dan ciri-cirinya: Perdarahan terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh ruda paksa (trauma) atau penyakit. Ada 2 jenis perdarahan yang dapat terjadi pada tubuh manusia, yaitu: a. Perdarahan Luar (External Bleeding) Jenis perdarahan ini terjadi akibat kerusakan dinding pembuluh darah disertai dengan kerusakan kulit, yang memungkinkan darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut. Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, pendarahan luar dibedakan menjadi: Pendarahan Nadi (Arteri) Darah yang keluar dari pembuluh nadi keluar menyembur sesuai dengan denyut nadi dan berwarna merah terang karena masih kaya dengan oksigen. Bila tekanan sistolik menurun, maka pancarannya akan berkurang. Tekanan ini menyebabkan perdarahan arteri lebih sulit dikendalikan. Pendarahan Vena Darah yang keluar dari pembuluh vena mengalir lambat, berwarna merah gelap karena mengandung karbon dioksida. Walau terlihat luas dan banyak tetapi umumnya lebih mudah dikendalikan. Pendarahan Kapiler Berasal dari pembuluh darah kapiler, darah yang keluar merembes perlahan. Pendarahan

ini

sangat

kecil

sehingga

hampir

tidak

memiliki

tekanan/semburan. Seringkali perdarahannya membeku sendiri. Warnanya bervariasi antara merah terang dan merah gelap. b. Perdarahan Dalam (Internal Bleeding) Kehilangan darah dalam perdarahan internal tidak terlihat karena kulit masih utuh. Perdarahan internal mungkin terjadi didalam jaringan-jaringan, organ-organ, atau di rongga-rongga tubuh termasuk kepala, dada, dan perut. Perdarahan internal terjadi ketika kerusakan pada arteri atau vena menyebabkan darah terlepas dari sistim sirkulasi dan terkumpul didalam tubuh. Jumlah perdarahan tergantung pada jumlah

kerusakan pada organ dan pembuluh-pembuluh darah yang mensuplainya, serta kemampuan tubuh untuk memperbaiki pecahan-pecahan pada dinding-dinding dari pembuluh-pembuluh darah. Perdarahan internal paling sering terjadi disebabkan oleh : Blunt trauma (trauma tumpul) Jika tenaga tumpul terlibat, bagian luar tubuh mungkin tidak perlu rusak, namun tekanan yang cukup mungkin terjadi pada organ-organ internal (dalam) untuk menyebabkan luka dan perdarahan. Deceleration trauma (trauma perlambatan) Perlambatan mungkin menyebabkan organ-organ dalam tubuh digeser didalam tubuh. Ini mungkin memotong pembuluh-pembuluh darah dari organ-organ dan menyebabkan terjadi perdarahan contohnya intracranial bleeding seperti epidural atau subdural hematomas. Tenaga yang dikerahkan pada kepala menyebabkan luka percepatan/perlambatan pada otak, menyebabkan otak untuk "memantul ke sekeliling" didalam tengkorak. Ini dapat merobek beberapa venavena kecil pada permukaan otak dan menyebabkan perdarahan. Karena otak dibungkus didalam tengkorak, yang adalah struktur yang padat, bahkan sejumlah kecil darah dapat meningkatkan tekanan didalam tengkorak dan mengurangi fungsi otak. Fractures (patah/retak tulang) Perdarahan mungkin terjadi dengan tulang-tulang yang patah. Tulang-tulang mengandung sumsum tulang (bone marrow) dimana produksi darah terjadi. Mereka mempunyai suplai-suplai yang kaya darah, dan jumlah-jumlah darah yang signifikan dapat hilang dengan fractures. 1.

Perdarahan secara spontan

Perdarahan internal mungkin terjadi secara spontan, terutama pada orang-orang yang mengkonsumsi obat-obat anti-penggumpalan (anticoagulation) atau yang mempunyai penyakit-penyakit perdarahan yang diturunkan (diwariskan). Benturan-benturan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mungkin menyebabkan persoalan-persoalan perdarahan yang signifikan.

Obat dan penggunaan alkohol Perdarahan internal mungkin disebabkan sebagai efek sampingan dari obat-obat (paling sering dari obat-obat antiperadangan nonsteroid seperti ibuprofen dan aspirin) dan alkohol yang menyebabkan peradangan dan perdarahan dari esophagus, lambung, dan duodenum (usus dua belas jari), bagian pertama dari usus kecil ketika ia meninggalkan lambung. Beberapa tanda perdarahan internal, antara lain : •

Cedera pada bagian luar tubuh



Adanya memar disertai nyeri pada tubuh



Nyeri, bengkak, perubahan bentuk pada alat gerak



Nyeri tekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar



Muntah darah



Buang air besar berdarah, bak darah segar, maupun darah hitam seperti kopi



Luka tusuk, khususnya pada batang tubuh



Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga



Batuk berdarah



Buang air kecil campur darah



Gejala atau tanda syok. (Darwis Allan, 2001 : 57-61)

Berdasarkan waktu terjadinya pendarahan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: •

Pendarahan primer, ialah pendarahan yang terjadi pada waktu terputusnya pembuluh darah karena kecelakaan atau operasi. Di dalam pendarahan primer darah tidak berhenti setelah 4 -5 menit sesudah operasi selesai.



Pendarahan intermediet, terjadi dalam waktu 24 jam setelah kecelakaan atau setalah operasi. Selama operasi tekanan darah pasien mungkin akan turun karena semisyok. Dan ketika tekanan darah kembali normal, sejalan dengan membaiknya pasien, inilah yang disebut pendarahan intermediet atau rekuren.



Pendarahan sekunder, pendarahan yang terjadi setelah 24 jam atau beberapa hari setelah kecelakaan atau operasi. Ini yang biasanya menyebabkan pembekuan darah terbongkar diikuti infeksi.

Perdarahan ini terbagi menjadi empat kelas oleh American College of Surgeons Advanced Trauma Life Support (ATLS) : •

Kelas I Pendarahan melibatkan sampai 15% dari volume darah. Biasanya tidak ada perubahan dalam tanda-tanda vital dan resusitasi cairan biasanya tidak diperlukan.



Kelas II Pendarahan melibatkan 15-30% dari total volume darah.. Pasien sering tachycardic (denyut jantung cepat) dengan penyempitan perbedaan antara sistolik dan diastolik

tekanan

darah.

Tubuh

mencoba

untuk

mengkompensasi

dengan

vasokonstriksi perifer. Kulit mungkin mulai tampak pucat dan dingin bila disentuh. Pasien dapat menunjukkan perubahan-perubahan kecil dalam perilaku. Volume resusitasi dengan kristaloid (solusi Saline atau Ringer Lactated solusi) adalah semua yang biasanya diperlukan. Transfusi darah biasanya tidak diperlukan. •

Kelas III Pendarahan melibatkan hilangnya 30-40% dari volume darah yang bersirkulasi. Tekanan darah pasien turun, maka detak jantung meningkat, perfusi perifer (syok), seperti isi ulang kapiler memburuk, dan status mental memburuk. Cairan resusitasi dengan kristaloid dan transfusi darah biasanya diperlukan.



Pendarahan melibatkan kelas IV kehilangan> 40% dari volume darah yang bersirkulasi. Batas kompensasi tubuh tercapai dan resusitasi agresif diperlukan untuk mencegah kematian.

Penanganan Internal Bleeding menggunakan teknik RICE: •

Tindakan Rest artinya pasien harus mengistirahatkan dan melindungi wilayah

otot yang cedera. Jika terasa sakit saat menahan beban, gunakanlah penopang, dan jika terasa sakit untuk menggerakan bagian yang cedera, lindungi dengan splint atau kayu belat.



Tindakan Ice artinya kompres bagian cedera dengan es atau sesuatu yang dingin.

Pendinginan dapat mengurangi reduce pembengkakan dan rasa sakit di bagian cedera. Langkah ini sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. Tempelkan kain dingin atau es yang dibalut pada bagian cedera selama 20 menit tiga kali sehari dalam 24 jam pertama. •

Tindakan Compress artinya tekan bagian yang mengalami cedera dengan

menggunakan perban khusus (ace bandage). Kompres ini dapat mengurangi pembengkakan di sekitar cedera. Meskipun balutan ini harus rapi, pastikan bahwa perban ini tidak terlalu ketat karena dapat menimbulkan mati rasa, geli atau bahkan menambah rasa sakit. •

Pada tindakan Elevation, pasien sebisa mungkin harus mengangkat bagian cedera

lebih tinggi di atas jantung. Misalnya jika yang cedera pergelangan kaki, upayakan pasien dalam posisi tidur kemudian pergelangan kaki diangkat atau ditopang dengan alat supaya posisinya lebih tinggi dari jantung. Teknik ini mengacu pada prinsip bejana berhubungan dan berguna untuk mengurangi pembengkakan pada bagian cedera. Teknik mengontrol perdarahan luar dikendalikan dengan metode DEPP dan lainnya, yaitu: 1.

Direct Pressure adalah Menekan langsung sumber perdarahan.

Teknik ini merupakan penanganan awal saat terjadinya perdarahan yang efektif, idealnya teknik penekanan langsung dapat menggunakan balutan steril untuk menghindari infeksi. Apabila tidak terdapat balutan yang steril dapat menggunakan kain yang bersih. Caranya yaitu tekan bagian yang berdarah tepat diatas luka. Jangan buang waktu untuk mencari penutup luka. Umumnya perdarahan akan terhenti sekitar 5 – 15 menit kemudian. Beri penutup yang tebal pada akan terhenti sekitar 5 – 15 menit kemudian. Beri penutup yang tebal pada tempat perdarahan. Bila belum berhenti dapat ditambah penutup lain, tanpa melepas penutup pertama. Khusus pada alat gerak, setelah melakukan penekanan perlu dilakukan pemeriksaan nadi distal untuk memastika aliran darah tidak terganggu. Bila nadi hilang maka penekanan perlu diperbaiki.

Gambar 2. Menekan Langsung 2.

Elevation (Dilakukan bersamaan dengan Tekanan Langsung).

Setelah dilakukan penekanan langsung, maka tinggikan area perdarahan lebih tinggi dari pada jantung untuk mengurangi volume darah yang mengalir ke areal luka yang menyebabkan perdarahan. Teknik elevasi ini dilakukan dengan catatan tidak terjadi fracture (Patah Tulang), karena apabila sebelum fracture tersebut di Imobilisasi, dapat mengakibatkan perdarahan yang lebih banyak lagi, dikarenakan dapat merusak jaringan disekitar fracture karena terlalu banyak digerakkan.

Gambar 3. Meninggikan Daerah Luka 3.

Pressure Point (Titik Tekan).

Apabila perdarahan sulit untuk dikontrol dengan teknik direct pressure (Penekanan langsung pada sumber perdarahan), lakukanlah teknik ini dengan menekan arteri besar yang mengarah ke areal sumber perdarahan. cara mencari titik arteri dengan meraba (Palpasi) dan yang lebih mudah dilakukan adalah meraba daerah pangkal, karena letak arteri tidak dalam, sehingga lebih mudah dicari dan lebih cepat. Ada beberapa titik tekan, yaitu : a.

Arteri Temporalis

Terletak di pangkal atas (di atas) telinga kiri dan telinga kanan kita. b.

Arteri Karotis

Berada di sebelah kiri dan kanan (Berjarak sekitar 2 jari) dari jakun kita. c.

Arteri Brakhialis

Berada di sendi siku ( Bagian dalam) tangan kiri dan tangan kanan kita. d.

Arteri Radialis

Berada di sendi antara lengan bagian bawah dengan telapak tangan kanan dan kiri kita. e.

Arteri Femoralis

Berada di bagian selangkangan atas kiri dan kanan kita.

Gambar 4. Tekanan Pada Titik Luka 4.

Pressure Bandage.

Cara lain menghentikan perdarahan yaitu imobilisasi dengan atau tanpa pembidaian. Pressure Bandage (Penakanan dengan menggunakan Bebatan), fungsinya akan memudahkan apabila kita melakukan sendiri pertolongan perdarahan dengan lebih dari satu

sumber

langsung

sumber

perdarahan. perdarahan

Tekniknya

dengan

adalah

menggunakan

kain/

menekan balutan

steril

dan di bebat (dapat menggunakan tencocreepe atau elastic bandage). Selain itu juga dilakukan dengan torniket dan kompres dingin. (Darwis Allan, 2001 : 58-59) 5.

Immobilisasi

Immobilisasi bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun. 6.

Tekanan dengan torniket (torniquet)

Torniket ialah balutan yang menjepit sehingga aliran darah di bawahnya terhenti sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut segi tiga yang dilipat-lipat, atau sepotong karet ban sepeda dapat dipergunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket haruslah

cukup untuk dua kali melilit bagian yang hendak dibalut.Tempat yang terbaik untuk memasang torniket ialah lima jari di bawah ketiak (untuk perdarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki).

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF