Jenis-jenis ikan Baronang
July 2, 2019 | Author: Damar Firdauzi | Category: N/A
Short Description
Jenis-jenis ikan baronang yang berada di Pulau Panggang...
Description
Si ganid nida ae) DAMPAK PENANGKAPAN IKAN BARONANG ( Siga TERHADAP IKAN TARGET DAN KESEIMBANGAN RANTAI MAKANAN DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU
DAMAR FIRDAUZI
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Penangkapan Ikan Baronang (Siganidae (Siganidae)) terhadap Ikan Target dan Keseimbangan Rantai Makanan di Perairan Kepulauan Seribu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2017 Damar Firdauzi NIM C44120018 C44120018
ABSTRAK DAMAR FIRDAUZI, C44120028. Dampak Penangkapan Ikan Baronang (Siganidae) Siganidae) terhadap Ikan Target dan Keseimbangan Rantai Makanan di Perairan Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh AM AZBAS TAURUSMAN dan SULAEMAN MARTASUGANDA. Sumberdaya ikan baronang di perairan Kepulauan Seribu memiliki nilai ekonomis yang tinggi, mendorong peningkatan intensitas penangkapan, sehingga berdampak terhadap keberlanjutan ikan target dan fungsi ekosistem (keseimbangan rantai makanan). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aspek teknis penangkapan ikan baronang, jenis-jenis ikan baronang target dan mengevaluasi dampak kegiatan penangkapan ikan baronang terhadap ikan target dan keseimbangan rantai makanan. Data diperoleh dengan metode survei dengan parameter dianalisis: morfometrik, ukuran panjang ikan yang layak tangkap, dan dampak penangkapan terhadap keseimbangan rantai makanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap ikan baronang oleh nelayan di Kepulauan Seribu adalah jaring tegur, bubu dan senapan tembak . Terdapat enam jenis ikan baronang yang tertangkap di lokasi studi yaitu ikan baronang lingkis ( Siganus canaliculatus), canaliculatus), ikan baronang garis (Siganus ( Siganus javus), javus), ikan baronang totol (Siganus ( Siganus guttatus), guttatus), ikan baronang kalung (Siganus ( Siganus virgatus), virgatus ), ikan baronang tompel (Siganuns punctatus), punctatus ), dan ikan baronang batik ( Siganus vermiculatus). vermiculatus). Tiga jenis ikan baronang yang dominan tertangkap, ukuran, serta porsi layak tangkapnya tangkapnya yaitu: ikan baronang totol dengan panjang total berkisar 18 – 18 – 32 32 cm, dengan porsi 100% layak tangkap; ikan baronang lingkis, panjang total berkisar 12 – 22 cm, 96,8% layak tangkap; dan ikan baronang baronang kalung panjang total 14 – 20 20 cm, 98% layak tangkap. Hasil tangkapan ketiga jenis alat tangkap tersebut didominasi oleh ikan kelompok jenis omnivora cenderung pemakan tumbuhan (TL2) dan omnivora cenderung hewan (TL3), sementara itu ikan kelompok jenis TL4 dan TL5 relatif lebih sedikit. Dalam jangka panjang hal ini berpotensi mengancam keberlanjutan ekosistem terkait sumberdaya ikan di lokasi studi.
Kata kunci : Ikan baronang (Siganidae ( Siganidae), ), keseimbangan rantai makanan, Kepulauan Seribu, ukuran layak tangkap, tingkat tr ofik.
DAMAR FIRDAUZI, C44120028. Fishing Impact of Rabbitfish ( Siganidae) Siganidae) on Fish Target and Food Chain Balance in Seribu Islands Water. Supervised Supervised by AM AZBAS TAURUSMAN and SULAEMAN MARTASUGANDA. High economic value of rabbitfish in Seribu Islands has been promoting intensive catch these fish groups. groups. Therefore, it is potentially impacting the sustainability of the fish target by food chain balance. The aim of this research are to study the technical aspect of rabbitfish fishing, species target of rabbitfish group, and to evaluate the fishing impact on fish target and to food chain balance. The methods used in this study were survey, with parameter analyses of morfometrik, sustainable catch which indicated by length at firs t maturity, and fishing impact on the food chain (trofik level). There were three fishing gears operated by fishermen in Seribu Island to catch the rabbit fish, namely encircling gillnet, bambo trap, and speargun. Six species of siganidae were identified during the study as target species: orange-spotted spinefoot (Siganus (Siganus guttatus), guttatus ), white-spotted spinefoot (Siganus canaliculatus), canaliculatus ), barhead spinefoot (Siganus (Siganus virgatus), virgatus), streaked spinefoot (Siganus javus), javus ), goldspotted spinefoot (Siganus (Siganus punctatus), punctatus ), and vermiculated spinefoot (Siganus (Siganus vermiculatus). vermiculatus). The first three of those species were dominantly caught (Siganus (Siganus guttatus, guttatus , S. canaliculatus, S.virgatus), with total length, and sustainable length size, respectively were: the orange-spotted spinefoot (18 – (18 – 32 32 cm, 100% sustainable size/SC), the white-spotted spinefoot (total length 12 – 22 cm, SC 96,8% ), and the barhead spinefoot (total length 14 – 20 – 20 cm, SC 98%). In term of ecosystem impact, the total catchs of those fishing gears were dominated by omnivores, preference for plants (TL2) and omnivores, preference for animals (TL3), and groups of TL4 – TL4 – TL5 TL5 were low, indicating that these fishing gear types are more exploite the group fish of TL2 and TL3. It is in turn potentially threaten the ecological balance of fish resources in the study area. Keywords : food chain balance, rabbitfish (Siganidae ( Siganidae),sustainable ),sustainable catch size, Seribu Islands, trofik level
DAMPAK PENANGKAPAN IKAN BARONANG ( Siganidae) TERHADAP IKAN TARGET DAN KESEIMBANGAN RANTAI MAKANAN DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU
DAMAR FIRDAUZI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
Judul Skripsi : Dampak Penangkapan Ikan Baronang (Siganidae) terhadap Ikan Target dan Keseimbangan Rantai Makanan di Perairan Kepulauan Seribu Nama : Damar Firdauzi NIM : C44120028 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Dr Am Azbas Taurusman, SPi, MSi Pembimbing I
Dr Sulaeman Martasuganda, B. Fish.Sc, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Buddy Wiryawan, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia- Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Dampak Penangkapan Ikan Baronang (Siganidae) terhadap Ikan Target dan Keseimbangan Rantai Makanan di Perairan Kepulauan Seribu” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakutas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perairan. 2. Beasiswa Gubernur Sumatera Barat yang telah memberikan bantuan dana selama perkuliahan. 3. Proyek penelitian IPB tahun 2014-2016 “ Pengembangan Sea Farming Udang dan Baronang untuk meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kepulauan Seribu, DKI Jakarta kerja sama FPIK IPB dengan PKSPL IPB yang di biayai oleh Kementrian DIKTI RI dan IPB” . 4. Ir Wawan Oktariza, MSi selaku pembimbing akademik yang telah memberi saran selama perkuliahan. 5. Dr Am Azbas Taurusman, SPi, MSi dan Dr Sulaeman Martasuganda, B. Fish.Sc,MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, saran, arahan serta bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, MSi selaku dosen penguji. 7. Dr Iin Solihin, SPi, MSi selaku komisi pendidikan PSP. 8. Keluarga Besar Bani Noor Faqih yang selalu memberikan dukungan. 9. Staf Tata Usaha Pak Zulfa dan Bu Fina Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. 10.Seluruh tim penelitian di Kepulauan Seribu, keluarga Pak Rusli, Keluarga PSP 49, Denta, Bang tejo, Martinus, Bang Gugi, Anwar Jundi atas semangat,dukungan, dan bantuannya serta An Nisa Pratiwi atas doanya, bantuannya dan dukungannya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, April 2017
Damar Firdauzi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Bahan dan Alat
3
Metode Penelitian
3
Analisis Data
5
Hubungan panjang dan berat
5
Indikator ukuran panjang ikan dan ukuran pertama matang gonad (length at first maturity)
6
Dampak aktifitas penangkapan terhadap keseimbangan rantai makanan
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Dekripsi Unit Penangkapan Ikan
7 7
Deskripsi dan Klasifikasi Taksonomis Ikan Baronang Tangkapan
11
Komposisi Hasil Tangkapan di Pulau Panggang
16
Analisis Tingkat Trofik Hasil Tangkapan
17
Analisis Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Baronang Totol
22
Analisis Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Baronang Lingkis
24
Analisis Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Baronang Kalung
26
SIMPULAN DAN SARAN
28
Simpulan
28
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29
DAFTAR TABEL 1 Metode dan teknik pengumpulan data 2 Keunggulan dan permasalahan pada tiga sumber metode indikator tingkat trofik 3 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap 4 Analisis tingkat trofik hasil tangkapan menurut jenis ikan dan alat tangkap 5 Hasil jenis dan tingkat trofik (trophic level ) ikan hasil tangkapan nelayan di Kepulauan Seribu
4 6 17 18 20
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Peta lokasi penelitian Kontruksi jaring insang di Kepulauan Seribu Kontruksi bubu tambun di Kepulauan Seribu Kontruksi senapan tembak di Kepulauan Seribu Ikan baronang tompel (Siganus punctatus) Ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) Ikan baronang garis (Siganus javus ) Ikan baronang totol (Siganus guttatus) Ikan baronang kalung ( Siganus virgatus) Ikan baronang batik (Siganus vermiculatus) Jumlah hasil tangkapan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2016 Komposisi tingkat trofik (trophic level ) hasil tangkapan yang didaratkan di Pulau Panggang Komposisi presentasi tingkat trofik hasil tangkapan nelayan bubu dan jaring tegur di Pulau Panggang Panjang ikan baronang totol (Siganus guttatus) yang didaratkan di Pulau Panggang Frekuensi panjang total ikan baronang totol (Siganus guttatus) Frekuensi bobot ikan baronang totol (Siganus guttatus) Hubungan panjang dan bobot ikan baronang totol ( Siganus guttatus) yang didaratkan di Pulau Panggang Panjang ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) yang didaratkan di Pulau Panggang Frekuensi panjang total ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) Frekuensi bobot ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) Hubungan panjang dan bobot ikan baronang lingkis ( Siganus canaliculatus) yang didaratkan di Pulau Panggang Panjang ikan baronang kalung ( Siganus virgatus) yang didaratkan di Pulau Panggang Frekuensi panjang total ikan baronang kalung (Siganus virgatus) Frekuensi bobot ikan baronang kalung (Siganus virgatus)
3 8 10 11 11 13 13 14 15 16 16 19 20 22 23 23 24 24 25 25 26 26 27 27
25 Hubungan panjang dan bobot ikan baronang kalung ( Siganus virgatus) yang didaratkan di Pulau Panggang
28
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Alat tangkap ikan baronang di Pulau Panggang Jenis - jenis ikan baronang di Pulau Panggang Data panjang dan berat ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) Data panjang dan berat ikan baronang kalung (Siganus virgatus) Data panjang dan berat ikan baronang totol (Siganus guttatus) Data komposisi hasil tangkapan alat tangkap jaring tegur Data komposisi hasil tangkapan alat tagkap bubu Persentasi komposisi hasil tangkapan jaring tegur Persentasi komposisi hasil tangkapan bubu Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pulau Panggang tahun 20112015
32 33 34 35 36 37 38 39 39 40
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki perairan karang yang kaya dengan berbagai jenis ikan. Banyaknya jenis ikan yang hidup di perairan tersebut menimbulkan kegiatan penangkapan ikan. Salah satu jenis komoditi ikan yang ditangkap pada Kepulauan Seribu adalah ikan baronang (Siganus sp). Potensi sumberdaya ikan baronang yang terdapat di Kepulauan Seribu cukup tinggi karena habitat lamun dan karang terdapat di beberapa kawasan Pulau Seribu, selain itu penangkapan ikan baronang pada daerah penangkapan ikan mengalami peningkatan (SDKPP 2015). Kegiatan penangkapan ikan memiliki dampak langsung dan tidak langsung terhadap ekosistem. Dampak ini diidentifikasi pada skala waktu dan level yang berbeda pada organisasi biologis, yaitu populasi, komunitas dan ekosistem. Aspek ekosistem dapat dilihat dari jumlah dan jenis hasil tangkapan (Kaiser dan Groot 2000). Ekosistem adalah suatu sistem yang di dalamnya terkandung komunitas hayati dan lingkungan nonhayati, yang saling mempengaruhi satu sama lain. Salah satu aktivitas yang terjadi dalam suatu ekosistem adalah rantai makanan. Kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan akan berdampak pada ekosistem perairan yang mengalami penurunan kondisi alaminya, baik degradasi keragaman spesies maupun penurunan biomassa. Penurunan kondisi ini mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan rantai makanan. Meningkatnya aktivitas manusia di sekitar perairan laut dangkal dan di daerah pantai, seperti adanya tempat rekreasi, pangkalan perahu nelayan dan juga pengambilan secara terus menerus tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan, dapat mempercepat terjadinya kerusakan ekosistem itu sendiri (Widodo dan Suadi 2006). Kegiatan penangkapan ikan harus memperhatikan manajemen atau pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem. Parameter yang dapat menggambarkan kondisi ekosistem diantaranya tingkat trofik, hubungan panjang dan bobot ikan serta perbandingan panjang ikan pertama kali tertangkap dan panjang ikan pertama kali matang gonad (Gislason 2003). Selama ini penelitian tentang hubungan antara kegiatan penangkapan ikan dan dampaknya terhadap ekosistem telah dilakukan, walaupun masih sangat terbatas antara lain Mahaza (2003) tentang kerusakan ekosistem terumbu karang akibat penangkapan ikan hias dan pengambilan bunga karang di Kelurahan Pulau Panggang Kepulauan Pulau Seribu, Jakarta, Yulianto (2010) penelitian tentang pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan karang di Pulau Weh, Nangroe Aceh Darussalam. Ristiani (2012) penelitian tentang dampak penangkapan ikan terhadap keseimbangan trofik level pada habitat lamun di Kepulauan Seribu, Ningrum (2011) penelitian tentang tingkat trofik ikan hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap yang di gunakan oleh nelayan di Teluk Jakarta. Abudi (2014) dampak ekologi dan ekonomis kegiatan perikanan tangkap di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat dan Kusnadi (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh penangkapan ikan terhadap komposisi tingkat trofik di Kepulauan Seribu, tetapi untuk spesies khusus ikan baronang belum terdapat
2 penelitian lebih lanjut akan dampak penangkapannya. Berdasarkan penelitian tersebut, maka penelitian ini penting untuk dilakukan dalam kerangka mewujudkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dan diharapkan menjadi masukan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan tentang penangkapan ikan baronang. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui dampak penangkapan ikan baronang (Siganidae) terhadap ikan target dan keseimbangan makanan di perairan Kepulauan Seribu.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, adalah : 1. Mengetahui alat penangkapan ikan baronang di Kepulauan Seribu. 2. Menentukan jenis-jenis ikan baronang yang tertangkap oleh nelayan di lokasi studi. 3. Mengevaluasi dampak kegiatan penangkapan ikan baronang sebagai target dan terhadap keseimbangan rantai makanan. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, yaitu : 1. Menghasilkan informasi ilmiah tentang penangkapan ikan baronang serta dampaknya terhadap ekosistem di Pulau Seribu, Jakarta. 2. Memberikan masukan terhadap pengelola perikanan di lokasi penelitian dalam rangka mewujudkan perikanan yang berkelanjutan informasi tentang dampak kegiatan penangkapan ikan baronang di Kepulauan Seribu sehingga dapat menentukan kebijakan yang akan dibuat.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2016. Pengambilan data dilakukan setiap bulan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Titik koordinat lokasi penangkapan ikan baronang didapatkan dengan menggunakan GPS. Titik koordinat untuk alat tangkap jaring tegur adalah 106o 36’ 23,169” BT – 5o 43’ 2,259” LS. Sedangkan untuk alat tangkap bubu memiliki tiga titik koordinat lokasi penangkapan yaitu 106 o 34’ 13,084” BT – 5o 41’ 13,456” LS, 106 o 33’ 55,162” BT – 5 o 40’ 43,625” LS, dan 106 o 34’ 51,395” BT – 5 o 38’ 44,021” LS. Kedua lokasi penangkapan tersebut merupakan perairan karang dan perairannya dangkal.
3
Gambar 1 Peta lokasi penelitian Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit penangkapan ikan baronang beserta kelengkapannya dan hasil tangkapan ikan baronang. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain kuesioner , laptop, alat tulis, papan ukur (measuring board ), timbangan, GPS dan kamera serta perlengkapan lainnya yang digunakan dalam membantu pengumpulan dan pengolahan data.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang di gunakan adalah survei, menurut Mubyarto dan Suratno (1981) metode survei adalah cara untuk mengumpulkan data primer bila data sekunder dianggap belum cukup lengkap untuk menjawab suatu pertanyaan. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung (pengukuran morfologi dan penimbangan bobot hasil tangkapan ikan baronang), hasil wawancara dengan nelayan atau hasil pengisian kuesioner oleh responden yang digunakan sebagai sampel. Adapun data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait serta literatur yang relevan. Untuk lebih lengkap, metode dan teknis pengumpulan data disajikan pada Tabel 1. Wawancara dilakukan secara langsung responden di lokasi penelitian dengan metode snowball sampling pada nelayan jaring tegur, bubu dan senapan tembak. Snowball sampling adalah teknik sampling seperti bola salju yang menggelinding yang lama – lama menjadi besar, di mana penentuan sampel, dengan memilih satu atau dua orang nelayan sebagai sampel terlebih dahulu, selanjutnya peneliti mencari nelayan lainnya berdasarkan informasi dari nelayan sebelumnya untuk melengkapi data yang dibutuhkan hingga memenuhi jumlah responden yang diperlukan untuk tujuan penelitian ini. J umlah sampel nelayan jaring tegur sebanyak enam orang dengan populasi nelayan sebesar 6 orang,
4 nelayan bubu sebanyak empat orang dari populasi nelayan sebesar enam orang dan nelayan speargun sebanyak 2 orang dari populasi nelayan 15 orang. Tabel 1 Metode dan teknik pengumpulan data No Jenis data
Metode pengumpulan
Alat dan bahan
Keterangan
1
Unit penangkapan ikan
Wawancara dan pengamatan di lapangan
Kuesioner, alat tulis, dan kamera
Data primer
2
Hasil tangkapan ikan baronang
Wawancara dan pengamatan di lapangan
Kuesioner, alat tulis, dan kamera
Data primer
3
Panjang dan bobot ikan
Pengukuran
Papan ukur dan timbangan
Data primer
4
Komposisi hasil tangkapan ikan baronang
Instansi terkait dan pengamatan di lapangan
Alat tulis dan kamera
Data primer dan Sekunder
5
Keadaan umum daerah penelitian
Instansi terkait
Alat tulis
Data Sekunder
Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data pada penelitian ini yaitu : 1. Wawancara (kuesioner) Wawancara yang dilakukan mengacu kepada kuesioner yang telah dibuat agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara sesuai dengan tujuan yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan wawancara dengan nelayan yang melakukan kegiatan operasional penangkapan ikan baronang di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan identitas responden, kapal yang digunakan responden, alat tangkap yang digunakan responden, operasi penangkapan ikan baronang, hasil tangkapan, musim penangkapan, dan lokasi penangkapan. 2. Pengumpulan data sekunder Data sekunder diperoleh terutama dari instansi atau lembaga terkait serta literatur yang relevan. Data yang diperoleh dikelompokkan dan diolah berdasarkan : 1. Komposisi hasil tangkapan ikan baronang Hasil tangkapan setiap alat tangkap diidentifikasi terlebih dahulu dan dikelompokkan berdasarkan jenis-jenis ikan baronang, lalu diukur panjang dan beratnya. Analisis perbandingan panjang dan berat hasil tangkapan menggunakan software Microsoft Excel 2013 untuk mengetahui hubungan panjang dan berat hasil tangkapan yang diperoleh. Panjang tubuh ikan dapat diukur dengan sistem morfometrik (Effendie, 1997). Ada tiga macam pengukuran, yaitu : panjang total, panjang baku, dan panjang cagak. Panjang total adalah panjang tubuh ikan mulai dari ujung mulut depan ikan sampai
5 ujung ekor ikan. Panjang baku adalah panjang ikan yang diukur mulai dari ujung terdepan dari kepala sampai ujung terakhir dari tulang punggungnya. Panjang cagak adalah panjng ikan yang diukur dari ujung terdepan sampai ujung bagian luar lekukan ekor. Pada penelitian ini hanya digunakan panjang total pada ikan yang diukur. 2. Jenis dan ukuran alat tangkap Data jenis dan ukuran alat tangkap diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan dan pengukuran langsung di lapangan. Analisis Data Analisis karakteristik teknis penangkapan ikan baronang Analisis dilakukan cara mendiskripsikan keragaan unit penangkapan, desain dan kontruksi serta metode pengoperasiannya, kemudian di bandingkan dengan literatur dari Martasuganda (2008). Analisis deskripsi spesies ikan baronang Analisis dilakukan melalui identifikasi jenis berdasarkan buku petunjuk identifikasi ikan baronang yaitu Siganidae FAO Identification dari Woodland (1983) dengan cara mengukur secara morfometrik dan meristik yang dilakukan sesuai petunjuk buku identifikasi tersebut. Evaluasi dampak kegiatan penangkapan ikan baronang terhadap ikan target dan keseimbangan rantai makanan Menggunakan tiga analisis berikut yaitu : a. Mengetahui hubungan panjang dan berat
Panjang dan berat ikan hasil tangkapan utama setiap alat tangkap diukur, kemudian dianalisis hubungannya dengan menggunakan model Hile (1936) vide Effendie (1997) yaitu W = aLb
(1)
Keterangan : W : Bobot ikan (gram) L : Panjang total (cm) a dan b : Konstanta regresi hubungan panjang dan berat. Persamaan linear untuk model hubungan panjang dan bobot menurut formula tersebut adalah ln W = ln a + b ln L.
(2)
Hubungan konstanta regresi panjang dan bobot memungkinkan untuk membandingkan individu dalam satu populasi maupun antar populasi ( Ricker 1975 vide Effendie 1997) :
6 1). Nilai b=3 menunjukkan pola pertumbuhan bersifat isometrik, yaitu pertambahan panjang dan pertambahan bobotnya relatif seimbang. 2). Nilai b≠3 menunjukkan pola pertumbuhan bersifat allometrik, yaitu : a) b>3 menunjukkan pola pertumbuhan bersifat allometrik positif, yaitu pertumbuhan bobot ikan relatif lebih tinggi dari pertumbuhan panjangnya. b) b isi kolom Common Name (Nama umum) contoh Rabbitfish > kemudian klik search > pilih jenis ikan yang diinginkan contoh Siganus canaliculatus > kemudian pilih bagian More Information dan klik menu Ecology > lihat bagian Trophic levels dan terdapat nilai pada kolom From individual food items contoh 2.76. setelah mendapatkan nilai tersebut, kemudian di kelompokkan menurut Stergiuo et al. (2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN Dekripsi Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan yang mendaratkan hasil tangkapan di Pulau Panggang Kepulauan Seribu berjumlah tiga jenis diantaranya unit penangkapan bubu, jaring insang lingkar, dan senapan tembak. Namun terdapat dua jenis alat tangkap yang dominan menangkap ikan baronang yaitu bubu dan jaring insang lingkar. Berikut deskripsi tiga jenis alat tangkap yang menangkap ikan baronang di Kepulauan Panggang : 1. Unit penangkapan jaring insang lingkar
Jaring insang lingkar (encircling gillnet ) atau masyarakat di Kepulauan Seribu menyebutnya jaring “tegur”, termasuk ke dalam klasifikasi alat tangkap jaring insang lingkar (encircling gillnet) (Martasuganda 2008). Jaring tegur di Kepulauan Seribu berukuran panjang 300 m dan tinggi 1,5 m. Ukuran mata jaring adalah 1,5 inchi. Jarak antar pelampung adalah 30 cm sedangkan jarak antar pemberat adalah 7 cm, perbandingan pelampung dan pemberat adalah 1: 4. Kapal
8 yang digunakan memiliki ukuran panjang sekitar 7 meter, lebar 2 meter dan draft 1,75 meter. Mesin kapal yang digunakan memiliki kekuatan 20 PK. Metode pengoperasin jaring tegur sebagai berikut : nelayan berangkat menuju daerah penangkapan ( fishing ground ) sekitar pukul 07.00 pagi hari dan pulang sekitar pukul 17.00. Waktu yang dibutuhkan menuju daerah penangkapan sekitar 1 - 2 jam tergantung jarak daerah penangkapan yang ditempuh. Penggunaan tenaga kerja pada alat tangkap jaring tegur berkisar antara 4-7 orang nelayan. Pengoperasian jaring tegur dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, pemasangan jaring ( setting ), perendaman jaring (soaking) dan pengangkatan jaring (hauling ). Tahap persiapan antara lain persiapan bahan bakar, pengecekan mesin, perbekalan makanan,air tawar dan keperluan melaut lainnya. Penurunan jaring dimulai dari ujung jaring di tarik melingkari daerah karang. Waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan jaring adalah 40-60 menit. Tahap ketiga adalah perendaman jaring. Jaring yang sudah dipasang akan di diamkan, kemudian alat bantu tegur di gunakan untuk menegur atau menggiring ikan ke arah jaring, waktu yang di butuhkan untuk soaking adalah 30-60 menit. Tahap yang terakhir adalah pengangkatan jaring. Proses pengangkatan jaring diawali dengan menurunkan kantong untuk mengambil ikan yang telah berkumpul di tengah badan jaring, kemudian sisi jaring di kerutkan dan di geser menuju arah kantong. Setelah itu jaring diangkat, selanjutnya melepaskan hasil tangkapan yang tertangkap pada kantong jaring. Pada saat pengangkatan jaring, ada nelayan yang bertugas menyusun pemberat dan pelampung secara teratur untuk proses setting selanjutnya. Hasil tangkapan yang diperoleh jaring tegur adalah ikan karang. Hasil tangkapan utamanya adalah ikan baronang ( Siganus sp), sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu ikan lencam (Lethrinus sp ), ikan jarang gigi (Choerodon anchorago), ikan kakatua (Scarus quoyi) dan ikan julung-julung ( Hemiramphus balao).
Gambar 2 Kontruksi jaring insang lingkar di Kepulauan Seribu
9 2. Unit penangkapan bubu
Bubu yang digunakan di Kepulauan Seribu terdapat tiga jenis yaitu bubu tambun, bubu jaring dan bubu kawat. Adapun bubu yang paling dominan di Kepulauan Seribu khusunya untuk menangkap baronang adalah bubu tambun, termasuk ke dalam klasifikasi alat tangkap perangkap (Subani dan Barus 1988). Bubu di Kepulauan Seribu berukuran panjang 75 cm, lebar 80 cm ,tinggi 30 cm dan panjang mulut 58 cm. Alat penangkapan ikan ini dioperasikan dengan menggunakan perahu/kapal motor dengan bahan kayu. Kapal yang digunakan memiliki ukuran panjang sekitar 7 meter, lebar 2 meter dan draft 1,5 meter. Mesin kapal yang digunakan memiliki kekuatan 23 PK. Proses pengoperasian bubu tambun dilakukan secara harian (one day fishing ). Nelayan berangkat menuju daerah penangkapan ( fishing ground ) sekitar pukul 07.00 pagi hari dan pulang sekitar pukul 14.00. Waktu yang dibutuhkan menuju daerah penangkapan sekitar 30-60 menit tergantung jarak daerah penangkapan yang ditempuh. Pada setiap trip, jumlah bubu yang dipasang dapat mencapai 18 bubu dan di rendam sekitar 24 jam. Penggunaan tenaga kerja pada alat tangkap bubu tambun hanya satu orang nelayan saja. Pengoperasian bubu tambun dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap persiapan, pemasangan bubu ( setting ), perendaman bubu (soaking) dan pengangkatan bubu (hauling ). Tahap persiapan yang dilakukan meliputi persiapan perbekalan melaut, persiapan alat tangkap, persiapan alat bantu penangkapan ikan serta persiapan perahu dan perlengkapannya. Persiapan alat tangkap meliputi persiapan bubu. Tahap pemasangan bubu dilakukan dengan cara ditimbun menggunakan batu karang, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, dan menyingkirkan benda-benda yang menutupi jalan agar ikan dapat masuk menuju bubu, tahap pemasangan bubu dibutuhkan waktu selama 3 jam, tergantung dari banyaknya bubu yang di pasang. Tahap ketiga adalah perendaman bubu. Bubu yang sudah dipasang akan dibiarkan di dalam air selama sekitar 24 jam setelah bubu terpasang. Tidak ada tanda khusus untuk mengetahui posisi bubu, karena di khawatirkan jika diberi tanda maka bubu akan diambil orang, sehingga seringkali bubu yang terpasang tidak ditemukan atau hilang. Bubu yang dipasang tidak menggunakan umpan sama sekali, sehingga ikan masuk ke dalam bubu karena tingkah laku ikan seperti sebagai tempat berlindung, tempat tinggal dan keingintahuan (Baskoro et al. 2011). Tahap yang terakhir adalah pengangkatan bubu. Proses pengangkatan bubu diawali dengan menyingkirkan batu karang yang digunakan untuk menimbun bubu. Setelah itu, bubu diangkat dan selanjutnya pintu bubu dibuka untuk mengeluarkan hasil tangkapan. Hasil tangkapan ditampung dalam wadah. Ikan target tangkapan biasanya langsung dipisahkan dalam wadah khusus yang memungkinkan ikan tetap hidup. Selain itu hasil tangkapan bubu memiliki kualitas bagus, dan bernilai ekonomis tinggi (Martasuganda 2008). Berdasarkan wawancara hasil tangkapan utama bubu tambun adalah ikan kerapu ( Epinephelus sp), sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu ikan pasir-pasri (Pentapodus trivittatus), ikan kakatua (Scarus quoyi), ikan baronang (Siganus sp). Daerah penangkapan di sekitar karang berpasir. Jenis ikan baronang yang tertangkap bubu bambu adalah jenis baronang lingkis (Siganus canaliculatus), baronang totol (Siganus guttatus), baronang tompel (Siganus punctatus), baronang batik (Siganus vermiculatus),
10 baronang garis (Siganus javus) dan baronang kalung (Siganus virgatus). Sedangkan jenis ikan baronang yang paling banyak tertangkap dengan menggunakan alat tangkap bubu adalah ikan baronang totol (Siganus guttatus) dengan total tertangkap sebanyak 115 ekor. Alat tangkap bubu menangkap ikan baronang totol paling banyak pada bulan Maret sebesar 18 ekor kemudian bulan April sebesar 9 ekor dan bulan Mei sebesar 7 ekor. Total ikan baronang totol yang tertangkap dengan alat tangkap bubu sebanyak 34 ekor.
Gambar 3 Kontruksi bubu tambun di Kepulauan Seribu 3. Senapan tembak Senapan tembak (Speargun) yang digunakan di Kepulauan Seribu, termasuk ke dalam klasifikasi alat tangkap lain-lain (Subani dan Barus 1988). Senapan tembak berukuran panjang hingga 1,5 m, memiliki lima bagian yaitu pelatuk, laras,pengait, karet pelontar dan anak panah. Alat penangkapan ikan ini dioperasikan dengan menggunakan perahu/kapal motor dengan bahan kayu. Kapal yang digunakan memiliki ukuran panjang sekitar 7 meter, lebar 2 meter dan draft 2,5 meter. Mesin kapal yang digunakan memiliki kekuatan 20 PK. Nelayan berangkat menuju daerah penangkapan ( fishing ground ) sekitar pukul 07.00 pagi hari dan pulang sekitar pukul 17.00. Waktu yang dibutuhkan menuju dampak penangkapan sekitar 1-2 jam tergantung jarak daerah penangkapan yang ditempuh. Penggunaan tenaga kerja pada alat tangkap senapan tembak adalah satu orang nelayan. Satu kali penyalaman biasa mencapai waktu 60 menit, tergantung dari kondisi gerombolan ikan. Hasil tangkapan yang diperoleh senapan tembak adalah ikan karang. Hasil tangkapan utamanya adalah ikan baronang ( Siganus sp), sedangkan hasil tangkapan sampingannya yaitu ikan lencam (Lethrinus sp ), ikan jarang gigi (Choerodon anchorago), dan ikan kakatua (Scarus quayi).
11
Gambar 4 Kontruksi senapan tembak di Kepulauan Seribu Deskripsi dan Klasifikasi Taksonomis Ikan Baronang Tangkapan
Jenis ikan baronang yang tertangkap selama penelitian ini di Kepulauan Seribu terdiri dari enam jenis yaitu ikan baronang lingkis ( Siganus canaliculatus), ikan baronang garis (Siganus javus), ikan baronang totol (Siganus guttatus), ikan baronang kalung (Siganus virgatus), ikan baronang tompel (Siganuns punctatus), dan ikan baronang batik (Siganus vermiculatus). Sedangkan jenis yang dominan tertangkap oleh nelayan adalah ikan baronang totol (Siganus guttatus), ikan baronang kalung (Siganus virgatus) dan ikan baronang tompel (Siganus punctatus). Berikut klasifikasi ikan baronang secara umum menurut Nelson (1994) dan Romero (2002) adalah : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Perciformes Famili : Siganidae Genus : Siganus
Gambar 5 Ikan baronang tompel (Siganus punctatus) Sumber: Dokumentasi ribadi
12 1. Ikan baronang tompel ( Siganus punctatus)
Spesies Nama lokal
: Siganus punctatus (Valenciennes, 1835) : Ikan baronang manggilala
Ikan baronang tompel (Gambar 5) memiliki rumus kunci identifikasi yaitu 1a, 2b, 3b, 7b, 8b, 9a, 10a, 11b, 12a dengan ciri-ciri sebagai berikut jari-jari sirip dorsal keras sejumlah 13 buah, jari-jari sirip dorsal lunak 10 buah, jari-jari sirip anal 7 buah, dan jari-jari sirip dubur lunak 9 buah. Ikan dewasa melakukan schooling hingga 50 ekor dan memiliki duri yang kokoh dan beracun. Ikan ini memiliki ciri khas yaitu bercak hitam atau seperti tompel pada belakang operculum sehingga menjadi perbedaan dengan ikan baronang totol, pada bagian dada terdapat bintik-bintik orange yang satu sama lain kerapatannya lebih tinggi daripada ikan baronang totol. Bewarna abu-abu pada bagian badan dan warna perak di bagian bawah. Ikan baronang tompel termasuk ikan herbivora dan memakan alga bentik. Berdasarkan penelitian ikan ini rata-rata memiliki panjang 20,5 cm dengan panjang maksimum 28,0 cm. Habitat ikan baronang tompel berada di perairan pantai diantara mangrove dan terumbu karang. Alat tangkap yang di gunakan yaitu jaring tegur dan bubu. Berdasarkan metadata fishbase (Froese dan Pauly 2017) distribusi ikan baronang tompel menempati sebaran habitat yang luas pada daerah pesisir tropis sampai subtropis di Pasifik Barat. 2. Ikan baronang lingkis ( Siganus canaliculatus)
Spesies Nama lokal
: Siganus canaliculatus (Park, 1797) : Ikan baronang lingkis, ikan baronang susu
Ikan baronang lingkis (Gambar 6) memiliki rumus kunci identifikasi yaitu 1a, 2b, 3a, 4b, 5b, 6b dengan ciri-ciri sebagai berikut jari-jari sirip dorsal keras sejumlah 13 buah, jari-jari sirip dorsal lunak 10 buah, jari-jari sirip anal 7 buah, dan jari-jari sirip dubur lunak 9 buah. Ikan ini memiliki duri yang kokoh dan beracun. Ikan ini memiliki moncong lebih runcing dan jumlah sirip dada lebih banyak. Berwarna abu-abu di bagian punggung, keperakan di bagian bawah, pada permukaan atas terdapat motif bewarna hijau, serta tubuh yang berbintik-bintik bewarna putih dan cokelat tua, habitat ikan baronang lingkis berada di perairan pantai diantara mangrove dan terumbu karang. Ikan baronang lingkis termasuk ikan herbivora dan dapat tahan dalam kondisi air yang keruh. Berdasarkan hasil penelitian ikan ini rata-rata memiliki panjang 19,2 cm dengan panjang maksimum 22 cm. Ikan baronang lingkis memiliki sifat bergerombol atau Schooling Ikan baronang lingkis banyak di tangkap oleh alat tangkap jaring tegur dan bubu. Harga jual baronang lingkis lebih rendah daripada jenis baronang yang lain. Berdasarkan metadata fishbase (Froese dan Pauly 2017) distribusi ikan baronang lingkis menempati sebaran habitat yang luas pada daerah pesisir tropis sampai subtropis di Samudera Hindia dan Pasifik Barat.
13
Gambar 6 Ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) Sumber: Dokumentasi pribadi 3. Ikan baronang garis ( Siganus javus)
Spesies Nama lokal
: Siganus javus (Linnaeus, 1766) : Ikan baronang garis, ikan baronang smadar
Gambar 7 Ikan baronang garis (Siganus javus) Sumber: Dokumentasi pribadi Ikan baronang garis memiliki kunci rumus identifikasi yaitu 1a, 2b, 3b, 7b, 8a dengan ciri-ciri sebagai berikut jari-jari sirip dorsal keras sejumlah 13 buah, jari-jari sirip dorsal lunak 10 buah, jari-jari sirip anal 7 buah, dan jari-jari sirip dubur lunak 9 buah. Ikan ini memiliki duri yang kokoh dan beracun. Ikan ini berwarna perunggu pada bagian punggung, warna putih di bagian bawah,serta tubuh bergaris pada bagian dada, sedangkan pada bagian perut bewarna agak pucat. Bintik-bintik biru terdapat pada kepala dan sisi tubuh bagian atas. Ikan baronang garis termasuk ikan herbivora dan memakan alga bentik. Berdasarkan penelitian ikan ini rata-rata memiliki panjang 30,0 cm dengan panjang maksimum 53 cm. Habitat ikan baronang garis berada di terumbu karang dan sering di jumpai berada pada area rumpon yang letaknya berada di tengah-tengah pulau, sehingga alat tangkap yang di gunakan adalah bubu jaring modifikasi. Harga ikan baronang garis lebih mahal daripada ikan baronang lingkis . Berdasarkan metadata Fishbase (Froese dan Pauly 2017) distribusi ikan baronang garis menempati sebaran habitat yang luas pada daerah pesisir tropis sampai subtropis di Samudera Hindia dan Pasifik.
14 4. Ikan baronang totol ( Siganus guttatus)
Spesies Nama lokal
: Siganus guttatus (Bloch, 1766) : Ikan baronang totol
Ikan baronang totol memiliki kunci rumus identifikasi yaitu 1a, 2b, 3b, 7b, 8b, 9a, 10b, 14a, 15b dengan ciri-ciri sebagai berikut jari-jari sirip dorsal keras sejumlah 13 buah, jari-jari sirip dorsal lunak 10 buah, jari-jari sirip anal 7 buah, dan jari-jari sirip dubur lunak 9 buah. Ikan ini memiliki duri yang kokoh dan beracun. Ikan baronang totol dapat mentolerir salinitas rendah. Ikan dewasa melakukan schooling 10 hingga 15 ekor. Ikan ini berwarna abu-abu pada bagian badan, warna perak di bagian bawah. Bintik-bintik oren terdapat pada badan dan sisi tubuh bagian atas, pada bagian ujung terdapat bercak kuning yang memberikan perbedaan dengan ikan baronang tompel. Berdasarkan penelitian ikan ini rata-rata memiliki panjang 27,0 cm dengan panjang maksimum 32,0 cm. Habitat ikan baronang totol berada di perairan pantai diantara mangrove dan terumbu karang. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring tegur, bubu dan speargun. Ikan baronang totol termasuk ikan herbivora dan memakan alga bentik. Berdasarkan metadata Fishbase (Froese dan Pauly 2017) distribusi ikan baronang totol menempati sebaran habitat yang luas pada daerah pesisir tropis sampai subtropis di Samudera Hindia timur dan Pasifik Barat.
Gambar 8 Ikan baronang totol (Siganus guttatus) Sumber : Dokumentasi pribadi 5. Ikan baronang kalung ( Siganus virgatus)
Spesies Nama lokal
: Siganus virgatus (Valenciennes, 1835) : Ikan baronang kea-kea
Ikan baronang kalung memiliki kunci rumus identifikasi yaitu 1a, 2b, 3a, 4b, 5b, 6b dengan ciri-ciri sebagai berikut jari-jari sirip dorsal keras sejumlah 13 buah, jari-jari sirip dorsal lunak 10 buah, jari-jari sirip anal 7 buah, dan jari-jari sirip dubur lunak 9 buah. Ikan ini memiliki duri yang kokoh dan beracun. Ikan baronang kalung dapat mentolerir air keruh. Ikan ini memiliki ciri khas yaitu garis melengkung pada bagian belakang operculum berwarna cokelat, pada bagian dada
15 bewarna kuning, warna perak di bagian bawah. Ikan baronang kalung termasuk ikan herbivora dan memakan alga bentik. Berdasarkan penelitian ikan ini rata-rata memiliki panjang 17,7 cm dengan panjang maksimum 20,0 cm. Habitat ikan baronang kalung berada di perairan pantai diantara mangrove dan terumbu karang. Ikan baronang kalung memilliki sifat bergerombol atau Schooling . Alat tangkap yang di gunakan yaitu jaring tegur dan bubu. Harga baronang kalung tidak terlalu mahal karena ukuran tubuhnya yang kecil. Berdasarkan metadata Fishbase (Froese dan Pauly 2017) distribusi ikan baronang kalung menempati sebaranhabitat yang luas pada daerah pesisir tropis sampai subtropis di Samudera Hindia dan Pasifik Barat.
Gambar 9 Ikan baronang kalung (Siganus virgatus) Sumber : Dokumentasi ribadi 6. Ikan baronang batik ( Siganus vermiculatus) Spesies Nama lokal
: Siganus vermiculatus (Valenciennes, 1835) : Ikan baronang batik
Ikan baronang batik memiliki kunci rumus identifikasi yaitu 1a, 2b, 3b, 7b, 8b, 9a, 10b, 14b, 16a dengan ciri-ciri sebagai berikut jari-jari sirip dorsal keras sejumlah 13 buah, jari-jari sirip dorsal lunak 10 buah, jari-jari sirip anal 7 buah, dan jari-jari sirip dubur lunak 9 buah. Ikan ini memiliki ciri khas yaitu garis – garis yang tidak teratur yang mengelilingi seluruh tubuh seperti motif batik . Bewarna kecoklatan atau kuning keemasan pada bagian badan dan warna perak di bagian bawah. Ikan ini memiliki duri yang kokoh dan beracun. Habitat ikan baronang batik berada di perairan pantai diantara mangrove dan terumbu karang. Ikan baronang batik dapat mentolerir salinitas rendah. Ikan baronang batik termasuk ikan herbivora dan memakan alga bentik. Berdasarkan penelitian . Ikan ini ratarata memiliki panjang 30,0 cm dengan panjang maksimum 45,0 cm. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring tegur, bubu dan speargun. Harga ikan baronang batik lebih mahal daripada ikan baronang lain karena ukuran yang lebih besar dan sudah mulai jarang untuk di temukan. Berdasarkan met adata Fishbase (Froese dan Pauly 2017) distribusi ikan baronang batik menempati sebaran habitat yang luas pada daerah pesisir tropis sampai subtropis di Samudera Hindia dan Pasifik Barat.
16
Gambar 10 Ikan baronang batik (Siganus vermiculatus) Sumber : Dokumentasi ribadi Komposisi Hasil Tangkapan di Pulau Panggang
Ikan yang tertangkap dengan alat tangkap jaring tegur dan bubu, selama tiga bulan penelitian berlangsung (Maret - Mei 2016) berjumlah total 786 ekor yang terdiri dari 27 spesies. Jumlah hasil tangkapan tertinggi dengan jaring tegur pada bulan April 2016 yaitu berjumlah 213 ekor jika dibandingkan dengan hasil tangkapan pada bulan Maret dengan jumlah 182 ekor dan bulan Mei dengan jumlah 194 ekor. Sedangkan jumlah hasil tangkapan bubu pada bulan Maret dengan jumlah 76 ekor jika dibandingkan dengan hasil tangkapan bulan April dengan jumlah 70 ekor dan bulan Mei 62 ekor. Perbandingan jumlah total hasil tangkapan padam asing-masing alat tangkap jaring tegur dan bubu dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Jumlah hasil tangkapan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2016
Komposisi hasil tangkapan selama penelitian pada alat tangkap jaring tegur didominasi jenis ikan baronang sebesar 36,5%, jenis ikan kakatua sebesar 22,7% dan jenis ikan pasir-pasir sebesar 9,2%. Sedangkan hasil tangkapan pada alat tangkap bubu juga didominasi ikan baronang sebesar 44%, jenis ikan kakatua sebesar 17,9%, jenis ikan suwanggi sebesar 10,2%. Komposisi hasil tangkapan pada alat tangkap jaring tegur dan bubu didominasi ikan karang, karena daerah penangkapan kedua alat tangkap tersebut berada pada daerah karang, sehingga
17 beberapa jenis hasil tangkapan memiliki kesamaan. Keragaman hasil dan jenis tangkapan pada alat tangkap jaring tegur lebih tinggi daripada bubu. Hasil tangkapan utama dari alat tangkap bubu adalah jenis ikan kerapu, namun pada penelitian ini ikan kerapu yang tertangkap hanya berkisar 3,6% sehingga terjadi penurunan pada hasil tangkapan utama. Berdasarkan wawancara dengan nelayan, penurunan kondisi hasil tangkapan ikan kerapu karena banyaknya nelayan lain yang juga melakukan penangkapan terhadap kerapu, selain itu kondisi habitat yang tidak baik sepeti dulu, sehingga untuk mengatasi penurunan kondisi ikan kerapu di laut, nelayan mulai melakukan budidaya ikan kerapu. Hal ini bisa saja terjadi pada jenis ikan lainnya salah satunya adalah ikan baronang, jika belum ada pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, ikan baronang akan mengalami penurunan hasil tangkapan. Komposisi hasil tangkapan keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3. Komposisi Hasil Tangkapan Tabel Komposisi tangkapan Alat 3 Tangkap IkanhasilNama Ikan berdasarkan alat tangkap (%) Baronang 36,5 Kakatua 22,8 Jaring tegur ( Encircling Gillnet)
Pasir-pasir Lencam Ekor kuning Kuwe Cendro Lemuru Lain-lain
Baronang Kakatua Bubu (Trap)
Suwanggi Ekor kuning Lencam Kerapu Lemuru Lain-lain
9,2 7,8 5,7 5,5 4,2 3,6 4,7 44,9 17,9 10,2 7,2 6 3,6 2,4 7,8
Analisis Tingkat Trofik Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan nelayan di Kepulauan Seribu dengan menggunakan alat tangkap jaring tegur dan bubu didominasi oleh jenis omnivora yang cenderung pemakan hewan ( zooplankton) di tulis oleh Stergiou et al. (2007) sebagai TL3 dan termasuk ke dalam selang kelas 2,9 – 3,7 menurut Froese dan Pauly 2016. Jenis ikan dominan kedua yang ditangkap menggunakan jaring tegur dan bubu didominasi oleh ikan jenis omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan (TL2 yaitu 2,1-2,9), seperti ikan baronang dan kakatua. Nilai trofik level berasal dari metadata fishbase (2017), pengertian nilai yang didapat dari metadata fishbase adalah hasil analisis kebiasaan makan suatu jenis ikan tertentu. Hal ini digambarkan dengan komposisi dominan jenis kelompok makanan (pada rantai makanan) yang terdapat dalam lambung jenis ikan sampel.
18 Jika satu jenis ikan memiliki nilai 2,7 dalam metadata fishbase, memiliki arti bahwa komposisi makanan yang terdapat di lambung ikan adalah cenderung herbivora (rantai kedua) dan mendekati rantai makanan ketiga (karnivora), sehingga dikelompokkan oleh Stergiou et al. (2007) sebagai omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan. Nilai dalam metadata fishbase tidak ada satuan, karena nilai tersebut berdasarkan kebiasaan makan, untuk kategori makanan setiap jenis ikan. Tabel 4 Analisis tingkat trofik hasil tangkapan menurut jenis ikan dan alat tangkap
No
Nama lokal (spesies)
Jenis alat tangkap
Trofik levels
Jaring tegur
Bubu
Fishbase
Kel. TL
1
B Lingkis (Siganus canaliculatus)
1
1
2,76
2
2
B Kea-Kea (Siganus virgatus)
1
1
2,73
2
3
B Totol ( Siganus guttatus)
1
1
2,68
2
4
B Tompel (Siganus punctatus)
1
1
2,0
2
5
B Batik (Siganus vermiculatus)
1
1
2,0
2
6
B Garis (Siganus javus)
1
1
2,4
2
7 8
Ragan (Scolopsis lineata) Suwanggi ( Priacanthus tayenus)
1 0
1 1
3,76 3,8
4
9
Jarang Gigi (Choerodon anchorago)
1
1
3,32
3
10
Pasir-pasir ( Pentapodus trivittatus)
1
0
3,6
3
11
Kakatua (Scarus quoyi)
1
1
3,38
3
12
Lencam ( Lethrinus reticulatus)
1
1
3,78
4
13
Pari ( Dasyatis uarnak )
1
0
3,67
3
14
Alu - Alu (Sphyraena jello)
1
0
4,29
5
15
Bentong (Selar crumenophthalmus)
0
1
3,57
3
16
Cendro (Tylosurus strongylura)
1
0
4,20
5
17
Cucut Lutung (Stegostoma fasciatum)
1
0
3,69
3
18
Ekor Kuning (Caesio cuning )
1
1
3,40
3
19
Golok Golok (Chirocentrus dorab)
0
1
4,40
5
20
Julung ( Hemiramphus far)
1
0
2,9
2
Kerapu Lumpur ( Epinephelus tauvina) Kerapu Macan ( Epinephelus 22 fuscoguttatus)
0
1
4,13
5
0
1
4,14
23
Kuwe ( Caranx sexfasciatus)
1
0
3,58
3
24
Lemuru (Sardinella lemuru)
1
1
2,48
2
25
Tanda-tanda ( Lutjanus ehrenbergii)
1
1
3,9
4
26
Tetengkek ( Megalaspis cordyla)
1
0
3,9
4
27
Gora ( Myripristis pralinia) Jumlah
0 21
1 19
3,46
3
21
4
5
19 Keterangan: 1 = tertangkap; 0 = tidak tertangkap Kel TL (Stergiou et al. 2007) Fishbase ( Froese and Pauly, 2017) 2,1 ≤ TL2 ≤ 2,9 = omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan 2,9 < TL3 ≤ 3,7 = omnivora yang cenderung pemakan hewan ( zooplankton) 3,7 < TL4 ≤ 4,0 = k arnivora yang menyukai decapoda dan ikan 4,0 < TL5 ≤ 4,5 = karnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda Komposisi tingkat trofik hasil tangkapan nelayan di Pulau Panggang didominasi oleh ikan kelompok jenis TL3 memiliki persentase 33%. Komposisi tingkat trofik terkecil yaitu ikan kelompok jenis TL4 memiliki persentasi 18%. Sementara sisanya yaitu kelmpok jenis TL5 dan TL2 berturut-turut memiliki persentasi sebesar 19% dan 30% (Gambar 12).
Gambar 12 Komposisi tingkat trofik hasil tangkapan yang didaratkan di Pulau Panggang Alat tangkap jaring tegur banyak menangkap ikan kelompok jenis TL3 (2,93,7) omnivora yang cenderung pemakan hewan ( zooplankton) , dan TL2 (2,1 – 2,9 ) omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan. Alat tangkap bubu banyak menangkap ikan kelompok jenis pada TL3 (2,9-3,7) yaitu omnivora yang cenderung pemakan hewan ( zooplankton) (Tabel 5). Alat tangkap bubu dan jaring tegur sedikit menangkap ikan pada TL5 (4,0-4,5) karnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda. Namun yang perlu diperhatikan adalah kelompok jenis TL2 banyak tertangkap pada kedua alat tangkap tersebut yaitu jaring tegur dan bubu, sehingga kelompok jenis ikan TL2 menjadi target utama penangkapan ikan. Peningkatan intensitas penangkapan terhadap TL2 yang di dominasi ikan baronang karena permintaan pasar yang tinggi terhadap ikan tersebut.
20
Tabel 5 Hasil jenis dan tingkat trofik ikan hasil tangkapan nelayan di Kepulauan Seribu Jumlah Spesies/Jenis Tingkat Trofik
Jaring Tegur
Bubu
TL 2
8
7
TL 3
7
5
TL 4
4
4
TL 5
2
3
Jumlah
21
19
Alat tangkap jaring tegur menangkap 21 jenis ikan dari 27 jenis ikan hasil tangkapan dengan TL2 sebanyak 52,3 %, TL3 sebanyak 33%, TL4 seban yak 19%, dan TL5 sebanyak 9,5%. Hal ini menunjukan bahwa alat tangkap jaring tegur didominasi oleh hasil tangkapan dengan kelompok jenis TL2 yaitu omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan dan TL3 yaitu omnivora yang cenderung pemakan hewan ( zooplankton), sedangkan pada alat tangkap bubu menangkap 19 jenis ikan dari 27 jenis ikan hasil tangkapan dengan kelompok jenis TL2 sebanyak 33%, TL3 sebanyak 23,9%, TL4 sebanyak 19,4%, dan TL5 sebanyak 14,3% (Gambar 13). Hal ini menunjukan bahwa alat tangkap bubu didominasi oleh hasil tangkapan dengan TL2 yaitu omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan.
Gambar 13 Komposisi presentasi tingkat trofik hasil tangkapan nelayan jaring tegur dan bubu di Pulau Panggang Struktur tingkat trofik (trophic level ) adalah mengidentifikasikan posisi suatu organisme (atau kelompok organisme) dalam rantai makanan, dengan cara mengidentifikasikan sumber energi bagi setiap organisme (Shannon et al. 2014). Struktur tingkat trofik (trophic level ) yang seimbang membentuk sebuah piramida yang stabil. Sebuah piramida makanan berbentuk dari transfer energi dari produsen untuk herbivora, karnivora dan predator (Odum 1971). Panjang setiap
21 tingkat trofik di tentukan oleh efisiensi energi yang di transfer dari suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya. Struktur tingkat trofik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan hasil tangkapan di lokasi studi didominasi pada TL3 dan TL2, Gambar 12 terlihat bahwa kegiatan penangkapan ikan yang cenderung lebih mengeksploitasi ikan TL3 dan TL2 seperti kasus di Kepuluan Seribu berpotensi menggangu keseimbangan rantai makanan. Analisis ini dilakukan terhadap hasil tangkapan dengan asumsi stok ikan pada semua tingkat trofik tersedia secara proporsional Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan Aprilia (2011) yang melakukan penelitian mengenai tingkat trofik hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap yang digunakan nelayan di Bojonegoro Kabupate Serang, Banten dan Kusnadi (2013) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh penangkapan ikan terhadap komposisi tingkat trofik (trophic level) di Kepuluan Seribu. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan di dominasi ikan TL3 dan TL5. Hal ini terjadi karena ikan pada tingkat tersebut merupakan ikan target penangkapan yang ekonomis tinggi dan alat tangkap yang di gunakan dirancang untuk menangkap ikan pada kelompok rantai makanan tersebut. Namun penelitian ini pada TL2 dan TL3 memiliki persentasi penangkapan yang lebih tinggi daripada TL5, pada gambar 12 terlihat presentasi TL2 sebesar 30% dan TL3 sebesar 33%, sehingga penangkapan pada TL2 dan TL3 dominan di Kepulauan Seribu. Secara teoritis, jika diasumsikan sistem tertutup, ketika komposisi TL5 mengalami penurunan maka akan terjadi peningkatan pada komposisi TL4. Peningkatan pada TL4 mengakibatkan penurunan pada TL3. Penurunan TL3 mengakibatkan peningkatan pada TL2. Peningkatan TL2 mengakibatkan penurunan TL1. Namun dinamika perairan pesisir tropis, maka produsen (TL1) relatif tersedia sepanjang tahun untuk mendukung konsumen (TL2). Menurut Cury dan Shin (2000) penurunan mangsa-mangsa dominan dapat menimbulan perubahan drastis pada bagian trofik level yang lebih tinggi (karnivora), tetapi juga terjadi perubahan keseimbangan pada bagian trofik level yang lebih rendah. Pada Gambar 13 terlihat bahwa dampak penangkapan ikan baronang, mengakibatkan peningkatan tingkat pemanfaatan pada TL3 sebesar 33%, dan TL2 30%, sedangkan TL4 dan TL5 cenderung sedikit. Sehingga alat tangkap jaring tegur dan bubu jika tidak ada pengelolaan terhadap hasil tangkapan, dalam jangka panjang berpotensi mengakibatkan ketidakseimbangan rantai makanan pada ekosistem tersebut. Namun data yang di gunakan dalam penelitian ini di peroleh dalam waktu pengamatan yang relatif pendek, yaitu bulan Maret – Mei 2016. Dan faktanya sumber daya ikan di lokasi penelitian berada dalam sistem terbuka, sehingga terdapat ikan yang keluar dan masuk ke dalam sist em perairan. Penelitian ini menggunakan metode pendaratan ikan untuk mengetahui trofik level, namun metode hasil pendaratan belum bisa memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai tingkat trofik dalam suatu ekosistem, karena hasil pendaratan ikan dipengaruhi oleh permintaan pasar, terbatas pada populasi ikan yang di eksploitasi dan perilaku nelayan. Metode hasil pendaratan tetap dapat di gunakan untuk menjadi salah satu acuan dalam menentukan kebijakan dalam suatu kerangka pengelolaan ekosistem. Menurut Pauly et al. (1998), metode
22 berbasis hasil pendaratan dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan keseimbangan tingkat trofik, jika data tersebut memiliki berupa time series yang panjang lebih dari 20 tahun. Untuk mengetahui tingkat trofik suatu komunitas ikan dalam suat ekosistem, lebih baik menggunakan tiga metode tersebut bersamaan, sehingga hasil yang di peroleh dapat menggambarkan kondisi terkini dalam suatu komunitas. Penelitian ini telah dapat menggambarkan status terkini kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan di lokasi studi berdasarkan alat tangkap dan hasil tangkapan beserta fungsinya secara ekologis. Oleh karena itu, pengelolaan dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan mengacu pada sistem pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ramah lingkungan dan memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya dan lingkungan. Penelitian ini telah menghasilkan suatu indikasi dampak penangkapan terhadap ekosistem khususnya keseimbangan rantai makanan. Analisis Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Baronang Totol
Ikan baronang totol merupakan hasil tangkapan yang dominan ditangkap menggunakan alat tangkap jaring tegur dan bubu. Ikan ini merupakan hasil tangkapan utama alat tangkapan jaring tegur. Panjang total maksimal ikan baronang yang tertangkap di lokasi penelitian yaitu sebesar 32 cm, sedangkan panjang total minimal ikan baronang yang tertangkap yaitu sebesar 18 cm (Gambar 14). Seluruh ikan baronang yang didaratkan nelayan di Pulau Panggang berada di atas ukuran layak tangkap menurut indikator length at first at maturity (lm) atau ukuran pertama kali matang gonad ikan baronang betina dan jantan yaitu 15,3 cm dan 18,5 cm (Widiana 2015) dengan presentasi 100%, sehingga dalam jangka panjang tidak berpotensi mengganggu keberlanjutan sumberdaya ikan (Gambar 14).
lm 18 5 cm 15,3 cm
Gambar 14 Panjang ikan baronang totol (Siganus guttatus ) yang didaratkan di Pulau Pan an Panjang ikan baronang totol yang tertangkap berkisar antara 18 – 32 cm dengan panjang rata-rata 26,5 cm. Ikan baronang yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang 25,75 – 28,5 cm dengan jumlah mencapai 66 individu, sedangkan ikan paling sedikit tertangkap terdapat pada kisaran bobot 20,25 – 23 cm dengan jumlah 1 ekor (Gambar 15).
23
n = 115
Gambar 15 Frekuensi panjang total ikan baronang totol (Siganus guttatus) (Maret – Mei 2016) Bobot ikan baronang totol yang tertangkap berkisar antara 134 – 558 gram dengan bobot rata-rata 378,8 gram. Ikan baronang yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang 303,5 – 359,5 gram dengan jumlah mencapai 41 individu, sedangkan ikan paling sedikit tertangkap terdapat pada kisaran bobot 247 – 302,5 gram dan 529-585 gram dengan jumlah 2 ekor (Gambar 16). n = 115
Gambar 16 Frekuensi bobot ikan baronang totol (Siganus guttatus) (Maret-Mei 2016) Hubungan panjang-bobot hasil tangkapan nelayan diketahui dengan menggunakan regresi dari nilai panjang total ikan (cm) dan bobot (gram). Model regresi linier antara panjang-bobot ikan baronang totol (Siganus guttatus) pada bulan Maret – Mei 2016 adalah y = 0,12017 x – 2,422851 atau ln W = 0,12017 ln L – 2,422851 dan nilai R 2 = 94,8% (Gambar 17). Hubungan panjang-bobot ikan baronang totol juga memiliki nilai b kurang dari 3 yaitu 2,4228. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ikan baronang yang ditangkap di Pulau Panggang bersifat allometrik negatif yaitu pertambahan panjangnya relatif lebih cepat dari pada pertambahan bobotnya (Effendie 1997).
24
Gambar 17 Hubungan panjang dan bobot ikan baronang totol ( Siganus guttatus) yang didaratkan di Pulau Panggang (Maret-Mei 2016) Analisis Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Baronang Lingkis
Ikan baronang lingkis merupakan hasil tangkapan yang banyak ditangkap menggunakan alat tangkap jaring tegur. Ikan ini merupakan hasil tangkapan sampingan alat tangkapan jaring tegur karena harganya lebih murah daripada jenis ikan baronang lain. Panjang total maksimal ikan baronang yang tertangkap di lokasi penelitian yaitu sebesar 22 cm, sedangkan panjang total minimal ikan baronang yang tertangkap yaitu sebesar 12 cm (Gambar 18). Sebagian besar ikan baronang yang didaratkan oleh nelayan di Pulau Panggang berada di atas ukuran layak tangkap menurut indikator length at first at maturity (lm) atau ukuran pertama kali matang gonad ikan baronang betina dan jantan yaitu 18 cm dengan presentasi 96,8% layak tangkap, sehingga dalam jangka panjang tidak berpotensi mengganggu keberlanjutan sumberdaya ikan (Gambar 18).
lm 18 cm
Gambar 18 Panjang ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) yang di daratkan di Pulau Panggang Panjang ikan baronang lingkis yang tertangkap berkisar antara 12 – 22 cm dengan panjang rata-rata 19,9 cm. Ikan baronang yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang 16,8 – 19,5 cm dengan jumlah mencapai 16 individu, sedangkan ikan paling sedikit tertangkap terdapat pada kisaran bobot 11,5 – 14,2 cm dan 14,2 – 16,8 cm dengan jumlah 1 ekor (Gambar 19).
25
n = 32
Gambar 19 Frekuensi panjang ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) (Maret-Mei 2016) Bobot ikan baronang lingkis yang tertangkap berkisar antara 47 – 148 gram dengan bobot rata-rata 109,9 gram. Ikan baronang yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang 81-97 gram dengan jumlah mencapai 10 individu, sedangkan ikan paling sedikit tertangkap terdapat pada kisaran bobot 47- 63 gram dan 64-80 gram dengan jumlah 1 individu (Gambar 20).
n = 32
Gambar 20 Frekuensi bobot ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) (Maret-Mei 2016) n = 32 Hubungan panjang-bobot hasil tangkapan nelayan diketahui dengan menggunakan regresi dari nilai panjang total ikan (cm) dan bobot (gram). Model regresi linier antara panjang-bobot ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) pada bulan Maret – Mei 2016 adalah y = 0,4049 x – 1,8928 atau ln W = 0,4049 ln L – 1,8928 dan nilai R 2 = 95,8% (Gambar 21). Hubungan panjang-bobot ikan baronang totol juga memiliki nilai b kurang dari 3 yaitu 1,8923. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ikan baronang yang ditangkap di Pulau Panggang bersifat allometrik negatif yaitu pertambahan panjangnya relatif lebih cepat dari pada pertambahan bobotnya (Effendie 1997).
26
Gambar 21 Hubungan panjang dan bobot ikan baronang lingkis ( Siganus canaliculatus) yang didaratkan di Pulau Panggang (Maret-Mei Analisis Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Baronang Kalung
Ikan baronang kalung merupakan hasil tangkapan yang banyak menggunakan alat tangkap jaring tegur dan bubu. Ikan ini merupakan hasil tangkapan sampingan alat tangkap jaring tegur. Panjang total maksimal ikan baronang yang tertangkap di lokasi penelitian yaitu sebesar 20 cm, sedangkan panjang total minimal ikan baronang yang tertangkap yaitu sebesar 14 cm (Gambar 22). Sebagian besar ikan baronang yang didaratkan oleh nelayan di Pulau Panggang berada di atas ukuran layak tangkap menurut indikator length at first at maturity (lm) atau ukuran pertama kali matang gonad ikan baronang betina dan jantan yaitu 15 cm dengan presentasi 98% layak tangkap, sehingga dalam jangka panjang tidak berpotensi mengganggu keberlanjutan sumberdaya ikan (Gambar 22).
lm 15 cm
Gambar 22 Panjang ikan baronang kalung ( Siganus virgatus) yang didaratkan di Pulau Panggang (Maret-Mei 2016) Panjang ikan baronang kalung yang tertangkap berkisar antara 14 – 20 cm dengan panjang rata-rata 17,7 cm. Ikan baronang yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang 15,25 – 17 cm dengan jumlah mencapai 38 individu, sedangkan ikan paling sedikit tertangkap terdapat pada kisaran bobot 13,5 – 14,25 cm dengan jumlah 8 ekor (Gambar 23).
27
n = 101
Gambar 23 Frekuensi panjang ikan baronang kalung (Siganus virgatus) (Maret-Mei 2016) Bobot ikan baronang kalung yang tertangkap berkisar antara 52 – 179 gram dengan bobot rata-rata 104,9 gram. Ikan baronang yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang 84-99 gram dengan jumlah mencapai 24 individu, sedangkan ikan paling sedikit tertangkap terdapat pada kisaran bobot 164 – 179 gram dengan jumlah 1 individu (Gambar 24).
n = 101
Gambar 24 Frekuensi bobot ikan baronang kalung (Siganus virgatus) (Maret-Mei 2016) Hubungan panjang-bobot hasil tangkapan nelayan diketahui dengan menggunakan regresi dari nilai panjang total ikan (cm) dan bobot (gram). Model regresi linier antara panjang-bobot ikan baronang kalung (Siganus virgatus) pada bulan Maret – Mei 2016 adalah y = 0,0096 x – 3,2283 atau ln W = 0,0096 ln L – 3,2283 dan nilai R 2 = 82,5% (Gambar 25). Hubungan panjang-bobot ikan baronang totol juga memiliki nilai b lebih dari 3 yaitu 3,2283. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ikan baronang yang ditangkap di Pulau Panggang bersifat Isometrik negatif yaitu pertambahan panjang dan pertambahan bobotnya seimbang (Effendie 1997).
28
Gambar 25 Hubungan panjang dan bobot ikan baronang kalung ( Siganus virgatus) yang didaratkan di Pulau Panggang (Maret-Mei 2016)
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
1. Ada tiga jenis alat tangkap yang digunakan nelayan Pulau Panggang Kepulauan Seribu untuk menangkap ikan baronang yaitu bubu, jaring tegur, dan senapan tembak. 2. Terdapat 6 jenis ikan baronang yang tertangkap oleh nelayan di Pulau Panggang yaitu ikan baronang totol ( Siganus guttatus), ikan baronang kalung (Siganus virgatus), ikan baronang garis (Siganus javus), ikan baronang tompel (Siganus punctatus), ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) dan ikan baronang batik (Siganus vermiculatus ). 3. Tiga jenis ikan baronang yang dominan tertangkap, ukuran, serta porsi layak tangkapnya yaitu: ikan baronang totol dengan panjang total berkisar 18 – 32 cm, dengan porsi 100% layak tangkap; ikan baronang lingkis, panjang total berkisar 12 – 22 cm, 96,8% layak tangkap; dan ikan baronang kalung panjang total 14 – 20 cm, 98% layak tangkap. 4. Secara keseluruhan hasil tangkapan alat tangkap jaring tegur dan bubu didominansi jenis-jenis ikan omnivora atau kelompok TL3 dan TL2, sementara kelompok jenis TL lainnya berjumlah relatif sedikit dan tidak proporsional tertangkap, sehingga dalam jangka panjang berpotensi berdampak terhadap keberlanjutan sumberdaya ikan dan keseimbangan rantai makanan.
Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai ukuran pertama kali matang gonad, kebiasaan makan untuk setiap jenis ikan baronang dengan sampel
29 yang langsung diambil dari perairan Kepulauan Seribu dan sampel reproduksi dan lambung kemudian di analisis labotarium. 2. Kebijakan pengelolaan perikanan ikan karang perlu mempertimbangkan keseimbangan rantai makanan sebagai salah satu perangkat pengelolaan di Pulau Seribu.
DAFTAR PUSTAKA Abudi. 2014. Dampak Ekologis dan Ekonomis Kegiatan Perikanan Tangkap di Palabuhanratu Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Aprilia S. 2011. Trofik Level Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan Nelayan di Bojonegoro, Kabupaten Serang, Banten [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Baskoro MS, Taurusman AA dan Sudirman. 2011 . Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap . Bandung (ID): Lubuk Agung. Barani HM. 2006. Pelaksanaan dan Evaluasi Kebijaksanaan Teknologi Penangkapan Ikan yang Bertanggung Jawab di Indonesia. Di dalam: Sondita, Editor. Seminar Nasional PerikananTangkap;Auditorium Rektorat Institut Pertanian Bogor, 10-11 Agustus 2006, Bogor : IPB Press Hal 6. Cury P, L Shannon dan YJ Shin. 1995. The Functioning of Marine Ecosystems: a Fisheries Perspective. Journal of Marine Science. No. 57: 603 – 618. Effendie MI. 1997. Metoda Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID) : Yayasan Pustaka Nusatama. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2017. Siganidae FAO identification [internet]. [diacu 24 Mei 2017]. Tersedia dari: http://www.fao.org/dorcep/009/y0870e/y0870e00.htm Froese R and Pauly D. 2017. FishBase. Wold Wide Web electronic Publication. Tersedia pada www.fishbase.org. Gislason H. 2003. The Effect of Fishing on Non-Target Species and Ecosystem Structure and Function. Journal of CABI publishing . Vol 15 : 255-270. Kaiser MJ dan de Groot SJ. 2000. Effect of Fishing on Non- Target Species and Habitats Biological, Conservation, and Socio-economic Issues. Journal of The European Commission Fisheries Agriculture and Agroindustrial Research Programme (FAIR). Part vii. Kuiter RH. 1992. Tropical Reef Fishes of the Western Pacific Indonesia and Adjacent Waters. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Kusnadi. 2013 Pengaruh Penangkapan Ikan terhadap Komposisi Tingkat Trofik (Trophic Level ) di Kepulauan Seribu [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Mahaza NS. 2003. Kajian Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Akibat Penangkapan Ikan Hias dan Pengambilan Bunga Karang di Kelurahan Pulau Panggang Kepulauan Pulau Seribu, Jakarta Utara [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.
30 Manalu M. 2003.Kajian Output yang Dihasilkan Operasi Unit Penangkapan Jaring Kejer di Teluk Banten [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Marasabessy MD dan Natan Y. 1987. Analisa pertumbuhan anakan samandar Siganus guttatus, Bloch 1787) yang dibudidaya di Teluk Ambon. Perairan Maluku dan sekitarnya. Teluk Ambon (ID): Balitbang Sumberdaya LautPuslitbang Oseanologi LIPI. Martasuganda S. 2002. Bubu (Trap). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Bogor (ID): Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Martasuganda, S. 2008. Jaring Insang (Gillnet ) Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Bogor (ID): Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Mubyarto dan Suratno. 1981. Metodologi Penelitian Ekonomi. Yogyakarta (ID) : Yayasan Agro Ekonomika. Munira. 2010. Distribusi dan Potensi Stok Ikan Baronang ( Siganus canaliculatus) di Padang Lamun Selatan Lonthoir Kepulauan Banda Maluku [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB. Ningrum NAP. 2011. Tingkat Trofik Ikan Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap yang Digunakan oleh Nelayan di Teluk Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Nelson JS. 1994. Fishes of World. Third Edition [terhubung berkala] www.fishbase.org (12 Desember 2016). Nurhakim. 2006. Peran Lembaga Riset DKP dalam Mewujudkan Perikanan Tangkap yang Bertanggung Jawab. Di dalam:Sondita, Editor. Seminar Nasional Perikanan Tangkap,Auditorium Rektorat Institut Pertanian Bogor, 1011 Agustus 2006. Bogor (ID): IPB Press. Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology Third Edition. Philadelphia (US) : W.B. Saunders Company Pauly D, Christensen V, Dalsgaard J, Froese R, dan Torres F Jr. Fishing Down Marine Food Webs. Journal of Science .Vol 279 : No. 5352, 860 -863. Ristiani. 2012. Dampak Penangkapan Ikan terhadap Keseimbangan Trofik Level pada Habitat Lamun di Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Romero P. 2002. An Etymological Dictionary of Taxonomy [terhubung berkala] www.fishbase.org (12 Desember 2016). Subani W dan Barus HR. 1988. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia ( Fishing Gear for Marine and Shrimp in Indonesia ). Balai Penelitian Perikanan Laut. Departemen Pertanian. Jakarta. Jurnal Penelitian Perikanan Laut 50: hal 233-240. Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan Seribu. 2015. Laporan Statistik Perikanan 2015. Kepulauan Pramuka: Suku Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan Seribu. Sobarudin M. 2014. Dampak Penangkapan Terhadap Ekosistem Struktur Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap di PPN Palabuhanratu Sukabumi [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
31 Shannon, L, Coll M, Bundy A, Gascuel D, Heymans JJ, Kleisner K, Lynam CP, Piroddi C, Tan J, Trolet MT, Shin Y. 2014. Trophic Level-Basedindicators to Track Fishing Impact Across Marine Ecosystems. Journal of Marine Ecology Progress Series. Vol. 512 : 115-140. Stergiou KI, Moutopoulus DK, Casal HJA, Erzini K. 2007. Trophic Signatures of Small-Scale Fishing Gears: Implications for Conservation and Management. Journal of Marine Ecology Progress Series. Vol. 333. P 117-128. Widiana. 2015. Biologi Reproduksi Ikan Baronang ( Siganus guttatus Bloch 1787) di Kepulauan Seribu, Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Widodo J dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut . Yogyakarta (ID) : Gajah Mada University Press White WT, Last PR, Dharmadi R, Faizah U. Chodrija BI. Prisantoso JJ. Pogonoski M, Puckridge SJ, Blaber MJ. 2013. Market fishes ofIndonesia. Australia (AUS): Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). Woodland DJ. 2001. FAO Species Identification Guide For Fishery Purposes. The Living Marine Resources of The Western Central Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae), Estuarine Crocodiles, Sea Turtles, Sea Snakes and Marine Mammals. Rome (IT) : FAO Yulianto I. 2010. Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Perikanan Karang di Pulau Weh,Nangroe Aceh Darussalam [Tesis]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
32
Lampiran 1 Alat tangkap ikan baronang di Pulau Panggang
Bubu tambun
Senapan tembak
Jaring tegur
Bubu jaring modifikasi
33 Lampiran 2 Jenis-jenis ikan baronang di Pulau Panggang
Ikan baronang kalung (Siganus virgatus)
Ikan baronang tompel (Siganus punctatus)
Ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus)
Ikan baronang totol (Siganus guttatus)
Ikan baronang batik Si anus vermiculatus
Ikan baronang garis (Siganus javus)
34 Lampiran 3 Data panjang dan berat ikan baronang lingkis (Siganus canaliculatus) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Panjang (cm) 22 17 18 19 12 22 16 18 18 17 17 18 18 18 18 19 19 19 19 20 20 20 21 21 21 19 20
Berat (gram) 140 87 91 110 47 138 77 93 89 86 81 102 92 96 91 93 109 111 107 125 128 127 126 127 130 112 119
28 29 30 31 32
20 22 22 22 22
125 137 143 139 140
35 Lampiran 4 Data panjang dan berat ikan baronang kalung (Siganus virgatus) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Panjang 17 20 17 18 17 19 17 14 14 17 17 17 17 18 18 18 18 18 19 19 19 19 17 17 17 18 18 18 18 18 19 16 18 18 18 17 17 17 18 18
Bobot 93 153 94 82 93 126 67 52 52 92 89 96 94 111 104 99 119 123 129 131 126 129 88 95 94 111 104 99 119 123 119 172 126 134 127 92 91 90 106 113
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
18 18 18 18 18 19 19 19 19 19 20 20 17 17 17 17 17 17 17 20 20 20 15 15 15 16 16 16 17 17 17 17 17 17 17 17 17 17 18 18 18
115 121 107 99 107 126 131 135 127 130 154 157 78 81 92 98 97 83 91 140 139 155 57 54 59 66 68 62 78 81 92 98 97 83 91 92 91 90 106 113 115
82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
18 18 18 18 19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 15 15 15 16 16 16
121 97 93 107 126 131 135 127 130 154 157 140 139 155 57 54 59 66 68 62
36 Lampiran 5 Data panjang dan berat ikan baronang totol (Siganus guttatus) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Panjang Berat 21 187 19 147 20 153 18 134 30 453 30 458 29 397 31 433 31 487 28 377 28 353 29 412 30 467 31 488 28 388 29 413 29 422 27 354 27 367 26 325 27 365 26 351 26 303 26 314 26 331 29 417 30 455 29 442 29 436 29 439 29 412 28 399 28 366 28 365 29 431 32 578 32 511 29 422 29 437
No 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Panjang 30 30 26 26 27 27 28 27 25 26 27 27 27 26 29 29 29 28 28 27 27 27 27 30 26 29 28 28 26 28 27 27 27 27 27 27 26 28 29
Berat 471 477 347 343 307 352 387 356 312 327 371 343 363 347 396 387 377 368 361 350 352 360 369 442 305 395 386 338 314 370 345 355 344 357 351 358 341 388 413
No 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115
Panjang 29 27 27 26 27 26 26 26 26 29 30 29 29 29 29 28 28 28 29 32 32 29 29 30 30 26 26 27 27 28 27 25 26 27 27 27 26
Berat 422 354 367 325 365 351 303 314 331 417 455 442 436 439 412 399 366 365 431 578 511 422 437 471 477 347 343 307 352 387 356 312 327 371 343 363 347
37
Lampiran 6 Data komposisi hasil tangkapan alat tangkap jaring tegur No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama lokal (spesies) B. lingkis (Siganus canaliculatus) B. kalung (Siganus virgatus) B. totol ( Siganus guttatus) B. Tompel (Siganus punctatus) B. batik (Siganus vermiculatus) B. garis (Siganus javus) Ragan (Scolopsis lineata) Suwanggi ( Priacanthus tayenus) Jarang Gigi (Choerodon anchorago) Pasir-pasir ( Pentapodus trivittatus) Kakatua (Choerodon schoenleinii) Lencam ( Lethrinus reticulatus) Pari ( Dasyatis uarnak ) Alu - Alu (Sphyraena jello) Bentong (Selar crumenophthalmus) Cendro (Tylosurus strongylura) Cucut Lutung (Stegostoma fasciatum) Ekor Kuning (Caesio cuning ) Golok Golok (Chirocentrus dorab) Julung ( Hemiramphus far) Kerapu Lumpur ( Epinephelus tauvina) Kerapu Macan ( Epinephelus fuscoguttatus) Kuwe ( Caranx sexfasciatus) Lemuru (Sardinella lemuru) Tanda-tanda ( Lutjanus ehrenbergii) Tetengkek ( Megalaspis cordyla) Gora ( Myripristis pralinia)
Jumlah per bulan
Jaring Tegur Maret April 8 9 25 27 19 34 3 7 3 3 15 20 10 15 20 23 29 41 3 1 3 4 8 20 4 3 2
Mei 3 21 28 6 1 4 6 17 19 13 42 2 8 1 3 3
Total 20 73 81 16 1 7 9 0 52 44 56 112 6 3 0 20 1 27 0 8
-
-
-
0
-
-
-
0
10 5 5 182
8 8 213
8 4 5 194
26 17 5 5 0 589
38 Lampiran 7 Data komposisi hasil tangkapan alat tangkap bubu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 26 27 28
Nama lokal (species) B. lingkis (Siganus canaliculatus) B. kalung (Siganus virgatus) B. totol ( Siganus guttatus) B. tompel (Siganus punctatus) B. batik (Siganus vermiculatus) B. garis (Siganus javus) Ragan (Scolopsis lineata) Suwanggi ( Priacanthus tayenus) Jarang Gigi (Choerodon anchorago) Pasir-pasir ( Pentapodus trivittatus) Kakatua (Choerodon schoenleinii) Lencam ( Lethrinus reticulatus) Pari ( Dasyatis uarnak ) Alu - Alu (Sphyraena jello) Bentong (Selar crumenophthalmus) Cendro (Tylosurus strongylura) Cucut Lutung (Stegostoma fasciatum) Ekor Kuning (Caesio cuning ) Golok Golok (Chirocentrus dorab) Julung ( Hemiramphus far) Kerapu Lumpur ( Epinephelus tauvina) Kerapu Macan ( Epinephelus fuscoguttatus)
Maret 5 10 18 5 1 3 8 3 9 6 4 1 1 1
Bubu April 4 8 9 6 2 5 6 5 2 11 1 5 2 -
Mei 2 10 7 6 4 3 8 3 5 1 3 1 -
2
2
5
2 3 62
0 4 1 0 3 207
Kuwe ( Caranx sexfasciatus) Lemuru (Sardinella lemuru) Tanda-tanda ( Lutjanus ehrenbergii) Tetengkek ( Megalaspis cordyla) Gora ( Myripristis pralinia)
Jumlah per bulan
1 76
1 1 70
Total 11 28 34 17 2 1 12 17 16 0 14 22 0 0 1 0 1 12 4 0 1
39 Lampiran 8 Persentase komposisi hasil tangkapan jaring tegur Jaring tegur Nama Ikan
Jumlah ikan
Persentasi komposisi (%)
Baronang
174
36,5
Kakatua
108
22,6
Pasir-pasir
44
9,2
Ekor Kuning
27
5,6
Lencam
37
7,7
Cendro
20
4,2
Julung
8
1,7
Kuwe
26
5,5
Lemuru
17
3,6
Lain-lain
15
3,2
Total
476
100
Lampiran 9 Persentase komposisi hasil tangkapan bubu Bubu Nama Ikan
Jumlah ikan
Persentasi komposisi (%)
Kerapu
6
3,6
Baronang
75
44,9
Kakatua
30
17,9
Ekor Kuning
12
7,2
Suwanggi
17
10,2
Lencam
10
5,9
Lemuru
4
2,4
Lain-lain
13
7,9
Total
167
100
40 Lampiran 10 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pulau Panggang tahun 20112015 No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis alat tangkap Payang Jaring insang hanyut Bagan tancap Pancing Bubu Muroami Lain-lain Total
Sumber : SDKP 2015
Tahun 2011 165 19 150 600 610 40 253 1837
2012 150 15 124 604 628 23 242 1786
2013 152 15 24 644 628 9 223 1695
2014 153 18 24 702 643 7 224 1771
2015 156 20 23 784 678 3 254 1918
View more...
Comments