Jenis Jenis Budaya Organisasi

December 28, 2016 | Author: rudiyuli | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Jenis Jenis Budaya Organisasi...

Description

Jenis Jenis Budaya Organisasi Jenis – jenis budaya organisasi dapat ditentukan berdasarkan proses informasi dan tujuannya. 1. Berdasarkan proses Informasi Robert E. Quinn dan Michael R. McGrath (dalam buku Moh. Pabundu Tika) membagi budaya organisasi berdassarkan proses informasi sebagai berikut. a. Budaya rasional DAlam budaya ini, proses informasi individual (klarifikasi sasaran pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kinerja yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas, dan keuntungan atau dampak). b. Budaya ideologis Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan yang dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan revitalisasi (dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan pertumbuhan). c. Budaya konsensus

Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipasi, dan consensus) diasumsikan untuk menjadi sarana bagi tujuan kohesi (iklim, moral, dan kerja sama kelompok). d. Budaya hierarkis Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal (dokumentasi, komputasi, dan evaluasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kesinambungan (stabilitas, control, dan koordinasi).

Sistem transaksi atau aturan pengelolaan keempat jenis budaya organisasi di atas dapat dilihat pada Tabel 1. Budaya Rasional

Penjelasan Keperluan/ tujuan organisasi

Kriteria kerja Lokasi otoritas Dasar kekuasaan

Budaya Ideologis

Budaya Konsensus

Budaya Hierarkis

Mengejar tujuan

Keperluan yang luas

Memelihara kelompok

Melaksanakan aturan

Produktivitas, efisiensi

Dukungan eksternal, pertumbuhan dan perolehann sumber daya

Moral kohesi

Kontrol stabilitas

Bos

Karisma

Keanggotaan

Aturan

Kompetensi

Nilai - nilai

Status informal

Pengetahuan teknis

Pernyataan formal atas keputusan Mengarahkan, Gaya berorientasi pada kepemimpinan sasaran Pengambilan keputusan

Pandangan dari Partisipasi dalam yang intuitif

Analisis faktual

Mengusulkan, berorientasi pada risiko

Hirau, mendukung

Konservatif, waspada/ hati hati

Pemberian pendapatan

Perjanjian kontrak

Komitmen pada nilai - nilai

Komitmen berasal Pengawasan dari proses dan kontrol

Evaluasi anggota

Keluaran yang tampak

Intensitas untuk berusaha

Kualitas hubungan

Kriteria formal

Motif - motif kepemilikan

Pemeliharaan

Pertumbuhan

Aplikasi

Keamanan

Sumber: Moh. Pabundu Tika (Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan), 2006.

2. Berdasarkan Tujuannya Talizuduhu Ndraha membagi budaya organisasi berdasarkan tujuannya, yaitu: a. Budaya organisasi perusahaan; b. Budaya organisasi public; c. Budaya organisasi social.

Mengukur Kekuatan Budaya Organisasi Dalam mengukur budaya organisasi kuat, Taliziduhu berpedoman pada pendapat Sathe (1985) dan Robins (1997). Menurut Sathe 1985 (dalam buku Taliziduhu), ciri khas budaya kuat adalah thickness, extent of ordering, dan clarity of ordering. Pendapat Robins mirip dengan pendapat Sathe yang mengatakan a strong culture is characterized by organization’s core values being intensely held, clearly ordered and widely shared. Berdasarkan pendapat kedua tokoh budaya organisasi di atas, Taliziduhu kemudian mendefinisikan budaya organisasi kuat sebagai budaya oraganisasi yang dipegang semakin intensif (semakin mendasar dan kokoh), semakin luas yang dianut dan semakin jelasa disosialisasikan dan diwariskan. Dari penjelasan di atas, unsur-unsur yang merupakan ciri khas budaya kuat adalah sebagai berikut. 1. Kejelasan Nilai-nilai dan Keyakinan (clarity of ordering)

Nilai-nilai dan keyakinan yang disepakati oleh anggota organisasi dapat ditentukan secara jelas. Kejelasan nilai-nilai ini ditentukan dalam bentuk filosofi usaha, slogan/moto perusahaan, asumsi dasar, tujuan umum perusahaan , dan prinsip-prinsip yang menjelaskan usaha. Perusahaan yang mempunyai nilai-nilai budaya yang jelas dapat memberikan pengaruh nyata dan jelas kepada perilaku anggota organisasi/perusahaan. 2. Penyebarluasan Nilai-nilai dan Keyakinan (extent of ordering)

Penyebarluasan nilai-nilai ini terkait dengan beberapa banyak orang/anggota organisasi yang menganut nilai-nilai dan keyakinan budaya organisasi. Penyebarluasan nilai-nilai sangat tergantung dari system sosialisasi atau pewarisan yang diberikan oleh pimpinan organisasi kepada anggota-anggota organisasi khususnya anggota-anggota yang baru. Sistem sosialisasi/pewarisan dapat dilakukan melalui orientasi yang menyangkut

pemberian bimbingan anggota-anggota baru oleh pejabat-pejabat organisasi secara berjenjang atau anggota senior organisasi kepada anggota baru. Di samping itu, orientasi juga dapat dilakukan melalui pelatiahn-pelatihan kepada anggota organisasi secara berkesinambungan. Keberhasilan orientasi (sosialisasi) ini sangat tergantung berapa banyak anggota organisasi yang menganut dan sekaligus mempraktikkan budaya organisasi dalam perilaku sehari-hari. 3. Intensitas Pelaksanaan Nilai-nilai inti ( core values being intensely held)

Intensitas dimaksudkan seberapa jauh nilai-nilai budaya organisasi dihayati, dianut, dan dilaksanakan secara konsisten oleh anggota-anggota organisasi. Adakah nilainilai dan keyakinan budaya organisasi dianut sepenuhnya oleh anggota organisasi atau hanya sebagian atau tidak dilaksanakan sama sekali. Di samping itu, intensitas juga dimaksudkan bagaimana cara organisasi/perusahaan memperlakukan anggota-anggota organisasi (karyawan) yang secara konsekuen menjalankan nilai-nilai budaya organisasi dan anggota organisasi yang hanya separuh atau sama sekali tidak menjalankan nilai-nilai budaya. Apakah bagi mereka yang menjalankan nilai-nilai budaya secara konsekuen diberi imbalan seperti kenaikan gaji, kenaikan jabatan (pangkat), penghargaan, hadiah, dan bentuk-bentuk imbalan lainnya. Sedangkan bagi mereka yang tidak menjalankan sma sekali apakah diberi hukuman. Berdasarkan ketiga unsur di atas, yakni kejelasan (clarity), penyebarluasan (extensity), dan intensitas (intensity), Tliziduhu membuat metode pengukuran budaya organisasi kuat. Tiap unsur diberi skor berupa rendah (R), sedang (S), dan tinggi (T). Kekuatan budaya organisasi sanagt ditentukan oleh jumlah jenis skor dari ketiga unsure di atas. Contoh, jika intensitas (I) nilainya T, kejelasan (C) nilainya T, dan penyebarluasan (E) nilainya T, maka dapat dikualifikasikan budaya organisasi sanagt kuat. Sebaliknya apabila I = R, C = R, dan E = R, maka dapat dikualifikasikan budaya organisasi sangat lemah. Pengukuran menurut Taliziduhu dapat dilihat dalam berikut:

Tabel 2. Metode Pengukuran Budaya Organisasi

II T

Kondisi III IV V T S S

VI VII S R

T

T

S

S

S

R

R

T

S

S

S

R

R

R

Unsur/ Kualifikasi Dimensi/unsur I

I T

C E Kualifikasi Q

SK K

AK S

AL L

SL

Sumber. Taliziduhu Ndraha : Budaya Organisasi, 1997 (Dalam buku Moh. Pabundu Tika, 2006) Keterangan : I : Intensitas; C : Kejelasan; E: Perluasan Kualifikasi: T = tinggi, S = sedang, R = rendah SK = sangat kuat; K = kuat; AK = agak kuat; AL = agak lemah; L = lemah; SL = sangat lemah.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF