IVA test

May 22, 2018 | Author: Samson Nelson | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

bagus...

Description

1.1. IVA TEST

1.1.1.

Definisi IVA adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan asam asetat 3 - 5 % secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan mata langsung (mata telanjang). Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, mudah , murah dan informasi hasilnya langsung. Tingkat Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi dini kanker servik yaitu 60-92%. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada Pap Smear. Dalam waktu 60 detik kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak putih disebut aceto white epithelium  (WE )yang bisa dicurigai sebagai lesi kanker. IVA positif jika terdapat WE dan negatif jika tidak terjadi perubahan warna.

Porsio sebelum dipulas

Gambaran bercak putih

dengan asam asetat

pada lesi pra-kanker

Pemeriksaan IVA pada WUS yaitu wanita yang berusia antara 15 sampai 49 tahun. wanita yang sudah pernah melakukan senggama atau sudah menikah juga menjadi sasaran pemeriksaan IVA. Penderita kanker servik berumur antara 30  – 60  – 60 tahun, terbanyak antara 45  – 50  – 50 tahun, frekwensinya masih meningkat sampai kira  –   –  kira golongan umur 60 tahun dan selanjutnya frekwensi ini sedikit menurun kembali. Hal tersebut menjadikan alasan WUS menjadi sasaran deteksi dini kanker serviks. 

Keunggulan Test IVA a.

Hasil segera diketahui saat itu juga

b. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan, aman karena pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu yang memeriksa, dan praktis c.

Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat kesehatan yang sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja

d. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah e. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi f.

Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih

1

1.1.2.

Persiapan alat. Alat dan Bahan a. Sarung tangan / Handscoen b. Spekulum vagina c.

Tampon tang

d. Kom kecil e. Swab- Lidi kapas f.

Asam asetat 3-5% dalam botol

g. Kapas DTT dalam kom h. Waskom berisi larutan klorin 0,5%

1.1.3.

i.

Selimut

 j.

Lampu sorot

k.

Tempat sampah medis dan non medis

Prosedur pelaksanaan Metode IVA tergolong sederhana, nyaman dan praktis. Dengan mengoleskan asam cuka (asam asetat) pada leher rahim dan melihat reaksi perubahan yang terjadi, prakanker dapat dideteksi. Biaya yang dikeluarkan pun juga relatif murah. Selain prosedurnya tidak rumit, pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus dan juga tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Letak kepraktisan penggunaan metode ini yakni dapat dilakukan di mana saja, dan tidak memerlukan sarana khusus. Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3-5 % akan berwarna putih (epitel putih). Dalam waktu 1-2 menit setelah diolesi asam asetat efek akan menghilang sehingga pada hasil ditemukan pada serviks normal tidak ada lesi putih.

Prosedur IVA

1) Memberi penjelasan pada ibu atas tindakan yang akan dilakukan. 2) Menjaga privasi pasien 3) Menyiapkan alat yang diperlukan 4) Menyiapkan ibu dengan posisi lithotomi pada tempat tidur ginekologi 5) Mengatur lampu sorot ke arah vagina ibu 6) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dengan cuci tangan tujuh langkah dan mengeringkan dengan handuk bersih

2

7) Menggunakan sarung tangan steril 8) Melakukan vulva hygiene dengan kapas DTT 9) Memasukkan spekulum ke dalam vagina a. Tangan kiri membuka labia minora, spekulum dipegang dengan tangan kanan, dalam keadaan tertutup kemudian masukkan ujungnya ke dalam introitus b. Putar kembali spekulum 45º ke bawah sehingga menjadi melintang dalam vagina kemudian didorong masuk lebih dalam ke arah forniks posterior sampai puncak vagina c. Buka spekulum pada tangkainya secara perlahan-lahan dan atur sampai porsio terlihat dengan jelas d. Kunci spekulum dengan mengencangkan bautnya kemudian ganti dengan tangan kiri yang mmemegang spekulum 10) Memasukkan lidi kapas yang telah diberi asam asetat 3-5% ke dalam vagina sampai menyentuh porsio. 11) Mengoleskan lidi kapas ke seluruh permukaan porsio, lihat hasilnya. 12) Membersihkan porsio dengan kasa steril menggunakan tampon tang. 13) Mengeluarkan spekulum dari vagina. 14) Merapikan ibu dan merendam alat dalam larutan klorin 0,5% 15) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir 16) Beritahu hasilnya dan beritahu rencana selanjutnya dengan jelas dan lengkap.

Kategori Pemeriksaan IVA

Terdapat empat kategori yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan dengan metode IVA yaitu : a.

Pertama, IVA negatif artinya tidak ada tanda atau gejala kanker mulut rahim atau serviks normal berbentuk licin, merah muda, bentuk porsio normal.

b. Kedua, IVA radang artinya serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya seperti polip serviks. c.

Ketiga, IVA positif yaitu ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan screening kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks prakanker.

3

d. Keempat, IVA kanker serviks, pertumbuhan seperti bunga kol, dan pertumbuhan mudah berdarah. Ini pun masih memberikan harapan hidup bagi penderitanya jika masih pada stadium invasive dini.

1.1.4.

Peran perawat di tahap pre, intra dan post dari masing – masing  – masing  masing prosedur tindakan A. Pre -

Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.

-

Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan

-

Inform consent

B. Intra -

Membantu memposisikan ibu dengan posisi lithotomi pada tempat tidur.

-

Mengatur lampu sorot ke arah vagina ibu

C. Post -

Merapikan peralatan yang sudah digunakan

-

Memberikan informasi hasilnya dan beritahu rencana selanjutnya dengan jelas dan lengkap.

-

Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan (respon klien, jenis sampel, hasil dari pemeriksaan)

4

1.2. PAP SMEAR

1.2.1.

Definisi Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker. Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim Tingkat Keberhasilan Papsmear dalam mendeteksi dini kanker rahim yaitu 65-95 %. Pap Smear hanya bisa dilakukan oleh ahli patologi atau si-toteknisi yang mampu melihat selsel kanker lewat mikroskop setelah objek glass berisi sel- sel epitel leher rahim dikirim ke laboratorium oleh yang memeriksa baik dokter, bidan maupun tenaga yang sudah terlatih.

Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005): a.

Diagnosis dini keganasan Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.

b. Perawatan ikutan dari keganasan Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat kemoterapi dan radiasai. c.

Interpretasi hormonal wanita Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran pada hamil muda.

d. Menentukan proses peradangan Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan jamur. American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes setiap tahun.

5

Selain itu wanita yang telah mendapat histerektomi total tidak dianjurkan melakukan tes Pap Smear lagi. Namun pada wanita yang telah menjalani histerektomi tanpa pengangkatan serviks tetap perlu melakukan tes Pap atau skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (1989) dalam Feig (2001), merekomendasikan setiap wanita menjalani Pap Smear setelah usia 18 yahun atau setelah aktif secara seksual. Bila tiga hasil Pap Smear dan satu pemeriksaan fisik pelvik normal, interval skrining dapat diperpanjang, kecuali pada wanita yang memiliki partner seksual lebih dari satu. Pap Smear tidak dilakukan pada saat menstruasi. Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Pada pasien yang menderita peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai pengobatan tuntas. Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini dikarenakan obat tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut juga dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear .

1.2.2.

Persiapan alat Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan Pap test yaitu: a. Formulir konsultasi sitologi b. Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush c.

Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label

d. Spekulum cocor bebek (gravels) kering e. Tabung berisikan larutan fiksasi alkohol 95% f.

1.2.3.

Sarung tangan. (Rahayu, 2010)

Prosedur pelaksanaan Cara pengambilan sediaan 1. Sebelum memuali prosedur, pastikan bahwa label wadah specimen diisi, pastikan bahwa preparat diberi label yang menulis tanggal dan nama serta nomor identitas wanita. 2. Gunakan sarung tangan

6

3. Insersi spekulum dengan ukuran tepat, visualisasi serviks, fiksasi speculum untuk memperoleh pajanan yang diperoleh. Pastikan secara cermat membuang setiap materi yang menghalangi visualisasi serviks/mengganggu studi sitologi. 4. Salah satu dari 4 metode pengumpulan spesimen berikut untuk apusan Pap dapat digunakan: a. Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang ujungnya sedikit runcing/pengerik plastik mengenai dan masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan. Ambil spesimen kanalis servikalis dengan memutar spatula satu lingkaran penuh. b. Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan dengan normal saline, insersi aplikator tersebut ke dalam saliran serviks 2 cm dan putar 360 c.

0 0

Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran serviks dan putar 90-180 .

d. Gunakan kombinasi metode untuk metode memasukkan spatula 5. Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label. Apabila sel-sel dikumpulkan pada spatula kayu, tempatkan satu sisi diatas dekat label diatas setengah bagian atas preparat dan usap 1 kali sampai ke ujung preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi datar lain dekat label pada setengah bagian bawah preaparat dan usap satu kali sampai ujung preparat. 6. Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/masukkan bahan tersebut didalam tabung berisi larutan fiksasi. 7. Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan baik serta pengamatan mikroskopik yang cermat, merupakan langkah yang memadai dalam menegakkan diagnosis. (Rahayu, 2010)

7

Klasifikasi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas , yaitu: I.

Kelas I : tidak ada sel abnormal.

II.

Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.

III.

Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.

1.2.4.

IV.

Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.

V.

Kelas V : keganasan.

Peran perawat di tahap pre, intra dan post dari masing – masing  – masing  masing prosedur tindakan A. Pre -

Edukasi pasien: : 1. Hindari berhubungan seksual atau menggunakan obat vaginal atau busa/krim/gel spermisid selama 2 hari sebelum melakukan Pap smear karena ini dapat menyembunyikan sel abnormal. 2. coba untuk tidak menjadwalkan Pap smear selama periode haid anda, walaupun tes dapat dilakukan lebih baik untuk menghindari waktu tertentu dari siklus anda.

-

Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan

B. Intra

C. Post -

Dokumentasi (respon klien, jenis sampel, hasil dari pemeriksaan)

-

Merapikan alat yang telah digunakan

-

Memberikan informasi hasilnya dan beritahu rencana selanjutnya dengan jelas dan lengkap.

1.3. HCg

1.3.1.

Definisi Uji kehamilan didasarkan pada adanya produksi chorionic gonadotropin  (hCG) oleh sel-sel sinsitiotrofoblas pada awal kehamilan. Hormon ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan melalui urin. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dapat dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia kehamilan diantara 30-60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60-70

8

hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari. Pemeriksaan kuantitatif hCG cukup bermakna bagi kehamilan. Kadar hCG yang rendah, ditemui pada kehamilan ektopik dan abortus iminens. Kadar yang tinggi dapat dijumpai pada kehamilan majemuk, mola hidatidosa atau korio karsinoma. Nilai kuantitatif dengan pemeriksaan radio immunoassay dapat membantu untuk menentukan usia kehamilan. Semua tes kehamilan bekerja dengan mendeteksi suatu hormon tertentu dalam urin atau darah yang hanya ada ketika seorang wanita sedang hamil. Hormon ini disebut human chorionic gonadotropin atau hCG. Hal ini juga disebut hormon kehamilan. hCG dibuat ketika sebuah implan telur dibuahi di dalam rahim. Hal ini biasanya terjadi sekitar enam hari setelah telur dan sperma bergabung. Tetapi studi menunjukkan bahwa pada sampai dengan 10 persen wanita, implantasi tidak terjadi. Ada dua jenis tes kehamilan. Satu tes darah untuk hormon kehamilan, hCG, yang lain memeriksa urine untuk hormon hCG. (Desmiwarti, & Ermawati; 2012) A. Tes Urin Pemeriksaan dengan tes urin adalah untuk mengukur kadar HCG (Human Chorionic gonadotropin) yaitu hormon yang dihasilkan oleh plasenta pada saat kehamilan, yang akan

meningkat

dalam

urin

dan

darah

selama

minggu

pertama

setelah

konsepsi/pembuahan. B. Tes Darah Pemeriksaan HCG dalam darah akan terdeteksi beberapa hari lebih awal dari HCG dalam urin. Pemeriksaan HCG dalam darah adalah mengukur secara kuantitatif nilai dengan angka mlU/ML (mili international Units per mililiter). Pemeriksaan HCG dalam darah hanya dapat dilakukan di laboratorium atau atas permintaan dokter. Dokter akan menyarankan pemeriksaan HCG dalam darah bila tidak cukup data untuk memastikan kehamilan atau tidak. (suririnah, 2008) 1.3.2.

Persiapan alat A. Vena 1. Sarung tangan 2. Tornikuet 3. Spuit 3 cc 4. Alkohol swab

9

5. Tabung bertutup merah B. Urin 1. KIT pemeriksaan kehamilan, botol urin 2. Kertas, pensil, dan pena. (Desmiwarti, & Ermawati; 2012) 1.3.3.

Prosedur pelaksanaan A. Vena 1. Lakukan uji kehamilan tidak lebih cepat dari 5 hari setelah pertama kali terlambat menstruasi 2. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah. Cegah terjadinya hemolisis B. Urin 1. Ucapkan salam dengan sopan dan tanyakan identitas ibu 2. Terangkan mengenai prinsip pemeriksaan tes kehamilan kepada ibu 3. Terangkan indikasi dan kegunaan pemeriksaan tes kehamilan 4. Minta ibu untuk mengambil contoh urinnya dengan memasukan kedalam botol urin 5. Buka KIT pemeriksaan tes kehamilan dan terangkan cara penggunaannya. 6. Celupkan KIT pemeriksaan kedalam urin ibu sesuai dengan petunjuk penggunaan KIT 7. Menginterpretasikan Hasil pemeriksaan KIT tes kehamilan. (Desmiwarti, & Ermawati; 2012) Penilaian Hasil pemeriksaan HCG dalam darah 

Hasil pemeriksaan HCG dalam darah di bawah 5 mlU/ml artinya tidak hamil



Hasil pemeriksaan antara 5-25 mlU/ML ada kemungkinan hamil dan tidak dan harus mengulang pemeriksaan beberapa hari kemudian



Hasil pemeriksaan di atas 25 mlU/ml artinya hamil. (suririnah, 2008)

10

1.3.4.

Peran perawat di tahap pre, intra dan post dari masing – masing  – masing  masing prosedur tindakan A. Pre -

Anamnesa : tanyakan pada klien kapan haid terakhirnya. Uji harys dilakukan 5 hari atau lebih setelah klien terlambat haid untuk menghindari temuan negatif palsu. Darah dalam urine dapat menyebabkan temuan uji positif palsu

-

Edukasi : beri tahu klien yang ingin menggunakan alat penentu kehamilan yang banyak dijual bebas untuk mengikuti petunjuk yang cermat. Beri tahu klien bahwa ia akan menerima hasil temuan uji dalam beberapa menit. Beberapa uji, seperti kadar serum, mungkin memerlukan waktu 1 sampai 2 jam. Menginstruksikan bahwa pasien harus puasa cairan selama 8-12 jam; tidak ada pembatasan asupan makanan untuk sampel urin.

-

Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan

-

Inform Consent

B. Intra Perawat membantu klien untuk mengambil sampel urin pada pagi hari (sebanyak 60 ml) dengan berat jenis >1,010 dan membawa m embawa sampel ke laboratorium dengan segera. C. Post -

Merapikan alat

-

Dokumentasi 

Keluhan pasien selama prosedur dilakukan



Jenis sampel yang digunakan



Mencatat nama klien, ruangan, dan sampelnya untuk pemeriksaan apa

1.4. TORCH

1.4.1.

Definisi Pemeriksaan TORCH adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi infeksi TORCH, yang disebabkan oleh parasit TOxoplasma, virus Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan virus Herpes simpleks. Uji ini merupakan suatu uji skrining untuk mendeteksi organisme tersebut pada ibu dan bayi. Selama kehamilan, infeksi TORCH dapat menembus sawar plasenta dan dapat menyebabkan malformasi kongenital ringan atau berat, aborsi, atau lahir mati. Efek berbahaya dari organisme tersebut terjadi selama kehamilan trimester pertama.m pada masa prenatal, uji skrining TORCH hanya dilakukan jika dicurigai terjadi infeksi TORCH, seperti adanya infeksi rubela.

11

Uji skrining TORCH lebih sering dilakukan jika dicurigai terjadi infeksi kongenital pada bayi. Titer igG dibandingkan antara serum ibu dan bayi. Jika kadar titer igG lebih tinggi pada bayi daripada yang didapati pada ibu, dan titer IgM terdapat pada bayi, infeksi TORCH kongenital cenderung terjadi. Uji ini dapat diulang dalam beberapa

minggu. Uji ini

diperlukan beserta data mengenai informasi klinis lainnya untuk mengidentifikasi infeksi TORCH , infeksi rubela dan CMV adalah yang terumum. 1.4.2.

Persiapan alat 1. Tabung darah bertutup merah 2. Spuit 3 cc 3. Tornikuet 4. Alkohol swab 5. Sarung tangan

1.4.3.

Prosedur pelaksanaan Cara mengetahui infeksi TORCH adalah dengan mendeteksi adanya antibodi dalam darah pasien, yaitu dengan pemeriksaan : -

Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG ( untuk mendeteksi infeksi Toxoplasma)

-

Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)

-

Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)

-

Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)

Infeksi toksoplasma dan CMV dapat dapat bersifat laten tetapi yang berbahaya adalah infeksi primer (infeksi yang baru pertama terjadi di saat kehamilan, terutama pada trimester pertama). Jadi, bila hasil pemeriksaan (yang dilakukan saat hamil) positif maka perlu dilihat lebih lanjut apakah infeksi baru terjadi atau telah lama berlangsung. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan : -

Aviditas Anti-Toxoplasma IgG

-

Aviditas Anti-CMV IgG

Prosedur

1. Kumpulkan 7 ml darah vena dalam tabung bertutup merah 2. Tidak terdapat pembatasan asupan makanan atau cairan 3. Perangkat TORCH : Ikuti petunjuk yang ada pada perangkat tersebut. Nilai Rujukan

Ibu : Antibodi Titer IgG : Negatif. Antibodi Titer IgM : Negatif Bayi : sama dengan nilai ibu, bayi harus di bawah usia 2 bulan.

12

1.4.4.

peran perawat di tahap pre, intra dan post dari masing – masing  – masing  masing prosedur tindakan A. Pre -

Anamnesa : kaji riwayat klien k lien tentang infeksi sebelumnya

-

Edukasi : beri tahu klien bahwa jika hasil uji positif, uji yang lain akan dilakukan.

-

Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan

-

Inform Consent

B. Intra -

Perawat mengambil sampel darah vena

-

Membawa sampel ke laboratorium

C. Post -

Kaji respon klien

-

Merapikan alat

-

Dokumentasi tindakan

1.5. Tes hormone

1.5.1.

Definisi Pemeriksaan hormon reproduksi diperlukan sekali dalam menilai kelainan semenjak lahir, prepubertas, pubertas, dewasa sampai menopause, dan dari saat tidak mempunyai keturunan sampai telah hamil, serta setelah melahirkan pun perlu pemeriksaan hormonal ini. Pemeriksaan hormon reproduksi ini bertujuan untuk membuat dan menkonfirmasi diagnosis pada kelainan organ reproduksi, keadaan fertilitas dan memantau selama masa terapi . (Anwar, 2005)

Pemeriksaan hormon dapat menggunakan sampel serum, plasma, saliva, dan urine. Sebelum pemeriksaan pasien dianjurkan untuk puasa dan tidak boleh mengkonsumsi preparat hormon seperti kortikosterold, estrogen, progesteron, anti prolaktin, dan gonadotropin. Hormon FSH dan LH dikeluarkan secara episodik sehingga dianjurkan pengambilan BP dilakukan sebanyak 3x selang waktu 1 5-20 menit kemudian ketiga spesimen dicampur, tetapi dapat juga sarnpel diambil hanya satu kali saja . Hormon akan stabil selama 8 jam pada suhu ruangan, 40C selama dua minggu, dan -20'C dalam jangka waktu yang lama. Sampel serum harus dalam keadaan baik, tidak terjadi hemolisis atau ikterik. Untuk sampel urine pemberian pengawet dan penyimpanan pada suhu -20'C harus dihindari. (Anwar, 2005)

13

A. Tes Hormon Estrogen Hormon estrogen yang dapat diperiksa yaitu estrone (El), estradiol (E2), dan estriol (E3). Pemeriksaan estadiol dipakal , untuk mengetahui aksis hipotalamus-hipofise-gonad (ovarium dan testis), penentuan waktu ovulasi, menopause dan monitoring pengobatan fertilitas. Waktu pengambilan sampel untuk pemeriksaan estradiol adalah pada fase folikular (preovulasi) dan fase luteal. Kadar estrogen meningkat pada keadaan ovulasi, kehamilan, pubertas prekoks, ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium., dan tumor adrenal. Kadarnya akan menurun pada keadaan menopause, disfungsi ovarium, infertilitas, sindroma turner, amenorea akibat hipopituitari, anoreksia nervosa, keadaan stres, dan sindroma testikular ferninisasi pada wanita. Faktor interfeernsi yang meningkatkan estrogen adalah preparat estrogen, kontrasepsi oral, dan kehamilan. Serta yang menurunkan kadarnya yaitu obat clomiphene. (Anwar, 2005) B. Tes Hormon Progesteron Pada umumnya pemeriksaan kadar progesteron dilakukan untuk pemeriksaan fungsi plasenta selama kehamilan, fungsi ovarium pada fase luteal, dan monitoring proses ovulasi. Pada pemeriksaaan ini sampel diambil satu sampai dua kali pada fase luteal. Kadarnya meningkat pada kehamilan, ovulasi, kista ovarium, tumor adrenal, tumor ovarium, mola hidatidosa. Dan menurun pada keadaan amonorea, aborsi mengancarn, dan kematian janin. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan hormon progesteron adalah penggunaan steroid, progesteron, dan kontrasepsi oral. (Anwar, 2005) C. Tes Hormon Testosteron Testosteron merupakan hormon seks pria, yang dihasilkan oleh testis dan kelenjar aderenal pada pria serta dihasilkan oleh ovarium dan kelenjar adrenal pada wanita. Uji ini berguna untukmenentukanprekoksitas seksual pada pria yang berusia bi bawah 10 tahun, dan mendapatkan infertilitas pria. Pada pria kadar testosteron serum tertinggi ditemukan di pagi hari. Kadar testosteron serum rendah ditemukan pada kasus hipogonadisme primer dan sekunder. D. Tes Hormon Prolaktin Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan 3-4 jam setelah pasien bangun tidur. Faktor interferensi yang mempengaruhi pemeriksaan prolaktin adalah penggunaan steroid, kontrasepsi oral, progesteron, metil dopa, fenotoazid, antidepresan, morfin, haloperidol, levodopa, dan ergot alkaloid. (Anwar, 2005) 1.5.2.

Persiapan alat

14

1. Sarung tangan 2. Spuit 3 cc 3. Tornikuet 4. Tabung bertutup merah 5. Alkohol swab 1.5.3.

Prosedur pelaksanaan A. Tes Estrogen 1. Lakukan pungsi vena dan kumpulkan sampel pada tabung aktivator-bekuan 10 ml 2. Bila pasien dalam fase pramenopause, catat fase daur haidnya pada lembar formulir laboratorium 3. Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti 4. Bila timbul hematoma pada tempat pungsi v ena, berikan kompres hangat 5. Bertahukan kepada pasien bahwa ia dapat minum kembali obat-obatan yang sebelumnya dihentikan sebelum uji

B. Tes Hormon Progesteron 1. Lakukan pungsi vena dan kumpulakn sampel pada tabung heparin 7 ml

15

2. Penuhi tabung pengumpul. Lalu balikkan perlahan-lahan paling sedikit 10 kali untuk mencampur sampel dan anikoagulan dengan benar 3. Tuliskan tanggal daur haid terakhir dan fase daur haidnya pada lembar formulir laboratorium. Bila pasien sedang hamil, tuliskan juga bulan kehamilannya 4. Kirimkan sampel segera ke laboratorium

C. Tes Hormon Testosteron 

Kumpulkan 5 sampai 7 mil darah vena dalam tabung bertutup merah atau hijau. Cegah terjadinya hemolisis



Bila akan mengumpulkan plasma gunakan g unakan tabung berheparin



Catat usia, jenis kelamin pasien, dan riwayat terapi hormon pada formulir laboratorium



Tekan tempat pungsi vena sampai perdarahan berhenti



Bila timbul hematom pada tempat pungsi vena berikan kompres hangat

D. Tes Prolaktin 1. Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah atau lembayung. Cegah terjadinya hemolisis. Klien harus dibangunkan 1 sampai 2 jam sebelum uji pengambilan sampel darah. Tidur dapat meningktkan kadar prolaktin serum 2. Tahan pemberian makanan, cairan, dan obat selama 12 jam sebelum uji dilakukan. Jika klien tetep memerlukan konsumsi obat tertentu yang diberikan dalam waktu 12  jam, obat tersebut harus dicatat dalam formulir laboratorium dan dicatat pada lembar informasi tentang klien. 16

1.5.4.

Peran perawat di tahap pre, intra dan post dari masing – masing  – masing  masing prosedur tindakan A. Pre -

Persiapan Pasien tes Hormon Estrogen o

Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini membantu menentukan apakah sekresi hormon seks perempuannya perempuannya normal dan uji ini ini dapat diulang selama berbagai fase daur haid

o

Beritahukan bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau minuman

o

Beritahukan bahwa uji ini memerlukan sampel darah. Jelaskan kapan dan siapa yang akan melakukan pungsi vena

o

Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum dan turniket

o

Hentikan semua steroid dan hormon-hormon yang berdasarkan steroid, sebagaimana diminta. Bila obat-obat ini harus diteruskan, catat pada lembar formulir laboratorium.

-

Persiapan Pasien pada tes Hormon Progesteron o

Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini membantu menentukan apakah sekresi hormon seks perempuannya normal

o

Beritahukan bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau minuman

o

Beritahukan bahwa uji ini memerlukan sampel darah. Jelaskan kapan dan siapa yang akan melakukan pungsi vena

o

Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum dan turniket

o

Beritahu bahwa uji ini dapat diulangi pada waktu tertentu yang bertepatan dengan fase daur haidnya atau dengan setiap kunjungan pranatal

o

Periksa riwayat pasien apakah ia sedang minum obat yang dapat mengganggu hasil uji, termasuk progesteron dan estrogen. Catat temuan ini pada lembar hasil uji laboratorium

-

Persiapan pasien tes Hormon Testosteron 17

Jelaskan kepada pasien bahwa uji ini membantu menentukan apakah sekresi

o

hormon laki-lakinya mencukupi o

Beritahu bahwa ia tidak pperlu membatasi makanan atau cairan

o

Beritahukan kepada pasien bahwa uji ini memerlukan sampel darah. Jelaskan kapan dan siapa yang akan melakukan pungsi vena Jelaskan kepada pasien bahwa ia dapat merasa tidak nyaman akibat tusukan jarum

o

dan turniket, tetapi pengumpulan sampel hanya membutuhkan waktu beberapa menit. -

Persiapan pasien pada tes hormon prolaktin Menanyakan kepada pemberi layanan kesehatab untuk memastikan obat yang

o

dapat mempengaruhi temuan uji, dan harus ditunda pemberiannya selam 12 jam sebelum uji dilakukan. Obat uyang harus diminum sebelum uji dilakukan, harus tercatat pada formulir laboratorium. Beri tahu klien bahwa sampel darah akan diambil setelah klien terbangun

o

sekurangnya 1 jam, akan lebih baik jika dilakukan setelah 2 jam. Tidur dapat meningkatkan temuan positif palsu Beri tahu klien bahwa temuan uji tersebut tidak dapat diketahui sampai beberapa

o

hari. -

Inform Consent

-

Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan

B. Intra -

Mengambil sampel darah vena

-

Membawa sampel ke laboratorium

C. Post o

Jelaskan kepada klien untuk menghindari stres dan latihan fisik sebelum uji dilakukan. Jika klien mengalami stres atau nyeri, laporkan keadaan tersebut kepada pemberi layanan kesehatan dan catat dalam formulir laboratorium karena dapat terjadi temuan uji positif palsu

o

Dengarkan semua kekhawatiran klien.

1.6. Tes sperma

1.6.1.

Definisi Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Pengertian

18

semen berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil yang berenang-renang di dalam semen disebut sperma. 1.6.2.

Persiapan alat 1.

Wadah/pot dengan penutup

2.

Kertas Label

3.

Gelas ukur 5 atau 10 ml

4.

Kertas indikator

5.

Mikroskop binokuler

6.

Kamar Hitung Improved Neubauer

7.

Pipet Leukosit

8.

Aquadestilata

9.

Minyak Imersi

10.

Objective dan Cover Glass

11.

Gelas Bejana

REAGEN

1.6.3.

1.

Eosin 0,5%

2.

Giemsa

3.

Wright

4.

Metil alkohol/ methanol

Prosedur pelaksanaan Ada dua tahap penting pada pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap pemeriksaan sperma. Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : 1) Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam keadaan letih atau lapar. 2) Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas

seksual

yang

mengakibatkan

keluarnya

semen.

WHO

bahkan

merekomendasikan 2  –   –  7 hari harus puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara apapun. 3) Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan tempat khusus). Sperma kemudian ditampung pada tabung terbuat dari gelas.

19

4) Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll. Sedangkan pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan sampel semen di laboratorium. Beberapa hal yang diperiksa antara lain : Hitung Sperma (Sperma Count) Semen normal biasanya mengandung 20 juta sperma per mililiternya dan 8 juta diantaranya bergerak aktif. Sperma yang bergerak aktif ini sangat penting artinya, karena menunjukkan kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat dia disemprotkan menuju tempat pembuahan (tuba fallopi, bagian dari kandungan wanita). Memperoleh Sampel: 1) Pasien diminta selama 3 – 3  – 5  5 hari tidak melakukan kegiatan sexual 2) Pengeluaran ejakulat sebaiknya pagi hari 3) Jarak dengan laboratorium sedekat mungkin 4) Air mani ditampung di dalam gelas atau plastik bermulut lebar (sebelumnya dibersihkan dan dikringkan terlebih dahulu) dan diberi label yang tertulis: Nama, Waktu (Jam) pengeluaran air mani dicatat serta segera diantar ke laboratorium

Pemeriksaan Makroskopis: 1. Terhadap volume, warna, pH, kekeruhan dan kentalnya air mani 2. Hitung (ukur) volume air mani dengan memindahkan ejakulat ke dalam gelas ukur 5 atau 10m dan volume baru dapat diukur setelah mani mencair 3. Catat warna dan kekeruhan air mani 4. Celupkan kertas indikator ke dalam wadah yang berisi air mani dan cocokkan de ngan skala war pH kemudian catat pH nya.

Pemeriksaan Mikroskopis: Uji Motilitas :

1) Teteskan air mani sebanyak 1 tetes yang sudah mencair di atas objective glass dan tutup dengan cover glass 2) Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif 40 X 3) Perhatikan berapa % spermatozoa yang bergerak aktif dan hitung pula waktu yang sudah berlalu sejak saat ejakulasi, karena semakin banyak banyak waktu lewat semakin berkurang motilitas spermatozoa Berkurangnya motolitas banyak dipengaruhi oleh cara menyimpan sampel

20

4) Campurlah sedikit air mani dengan larutan Eosin 0,5% dalam air, untuk membeda-kan spermatozoa yang tidak bergerak aktif dari yang mati. Untuk spermatozoa yang mati akan memberi warna kemerah-merahan dan yang non-aktif saja tidak berwarna  Jumlah Spermatozoa:

1. Menghitung spermatozoa dengan menggunakan kamar hitung Improved Neubauer dan teteskanlah air mani dengan pipet leukosit 2. Untuk mengencerkan mengencerkan dapat digunakan aquadestilata, isilah pipet pipet leukosit leukosit dengan dengan

air

mani yang sudah mencair dengan aquadest sampai garis bertanda 0,5 dan kemudian aquadest sampai garis bertanda 11 3. Hitunglah spermatozoa spermatozoa dalam kamar hitung Improved Neubauer seluas 1 mm2

pada permukaan permukaan

Jumlah yang dihitung dikalikan 200.000 untuk mendapatkan mendapatkan jumlah

spermatozoa dalam1 ml mani 4. Pemeriksaan jumlah spermatozoa perlu disarankan untuk dilakukan hitung ulang pada lain waktu karena kualitas air mani seseorang akan berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain Morfologi:

1. Buatlah apusan air mani seperti membuat apusan darah tepi biarkan mengering pada hawa udara 2. Kemudian lakukan fiksasi dengan dengan metilalkohol (methanol) selama 5 menit 3. Selanjutnya diwarnai dengan Reagen Giemsa/Wright atau lainnya 4. Periksalah morfologi spermatozoa dengan perbesaran 100 X menggunakan minyak Imersi (kepala dan ekor spermatozoa) 5. Hitung % kelainan (abnormal) bentuk kepala (terlalu besar, terlalu kecil, terlalu memanjang, inti terpecah dsb) dan bentuk ekor (tidak ada ekor, ada dua ekor, ekor amat pendek dsb)  Jumlah Leukosit:

1) Hitunglah Leukosit yang ditemukan dalam kamar hitung Improved Neubauer seperti hitung sel leukosit pada sediaan darah dan 2) Catat jumlah leukositnya

21

HASIL

NILAI NORMAL

SATUAN

1. Volume

2,5 ml

2-5

ml

2. pH

8

7,2 - 7,8

3. Warna

Putih

Putih

kekuningan

kuningan

4. Kekentalan

Kental

Kental

5. Bau

Khas

Khas (Chlor)

MAKROSKOPIS

kekuning-

(Chlor) 6. Pencairan

20 menit

10 – 10  – 20

menit

Pergerakan Aktif

70

> 50

%

Pergerakan Lemah

20

< 30

%

Tak Bergerak

10

< 20

%

65.650.000

60 - 150 Juta

ml

- Kepala

70

> 60

%

- Ekor

65

< 40

%

MIKROSKOPIS

1.Uji Motilitas

2. Jumlah Sperma 3.

Morfologi

Spermatozoa a. Normal

b. Abnormal: - Kepala

30

- Ekor

35

4. Jumlah Lekosit

85

100

ul

5. Aglutinasi

Negatif

NEGATIF

+/-

Hasil pemeriksaan biasanya disajikan dalam istilah sebagai berikut : • Polyzoospermia : Konsentrasi sperma sangat tinggi • Oligozoospermia : Jumlah sperma kurang dari 20 juta/ml • Hypospermia : Volume semen < 1,5 ml • Hyperspermia : Volume semen > 5,5 ml • Aspermia : Tidak ada semen

22

• Pyospermia : Ada sel darah putih pada semen • Hematospermia : Ada sel darah merah pada semen • Asthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 40%. • Teratozoospermia : > 40% sperma mempunyai bentuk yang tidak normal • Necozoospermia : sperma yang tidak t idak hidup • Oligoasthenozoospermia : Sperma yang mampu bergerak < 8 juta/ml

1.6.4.

Peran perawat di tahap pre, intra dan post dari masing – masing  – masing  masing prosedur tindakan A. Pre -

Persiapan Pasiem Tidak boleh mengalami ejakulasi baik melalui aktivitas seksual, masturbasi ataupun pengeluaran sperma pada saat mimpi dalam waktu 5 hari sebelum pemeriksaan karena akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas sperma.

-

Inform konsent

-

Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan

B. Intra -

Memberikan privasi pada klien

-

Segera membawa sampel ke laboratorium

C. Post -

Kaji respon klien

-

Merapikan alat

-

Dokumentasi tindakan

1.7. Amniocentesis

1.7.1.

Definisi Amniocentesis adalah suatu prosedur diagnosa prenatal di mana jarum panjang digunakan untuk mendapatkan cairan amniotik dari dalam kandungan. Cairan ini dapat digunakan untuk uji genetik atau diagnosa yang lain. Amniocentesis dilakukan pada fetus yang berumur enam belas sampai dua puluh mi nggu. Amniocentesis bertujuan untuk diagnosa genetik fetus yang dikandung. Diagnosa ini mendeteksi keabnormalan kromosom yang biasa disebut Downs Syndrome, atau ratusan penyakit genetik yang lain semacam sicle-cell anemia, penyakit Tay Sachs, atau kelainan syaraf semacam hydrochepalus dan spina bifida. (Wing, 2006)

23

Salah satu prosedur yang paling umum untuk mendeteksi kelainan gen sebelum kelahiran adalah amniosentesis. Dalam prosedur ini, sampel cairan yang mengelilingi janin (cairan ketuban) diambil. Amniocentesis biasanya dilakukan pada kehamilan 14 minggu atau setelahnya. Jika diduga tingkat alfa-fetoprotein tinggi dalam darah wanita hamil tersebut, prosedur ini sebaiknya dilakukan antara 15 dan 17 minggu umur kehamilan. Amniosentesis memungkinkan dokter untuk mengukur tingkat alfa-fetoprotein dalam cairan ketuban. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui apakah janin memiliki cacat otak atau cacat sumsum tulang belakang berdasarkan dari pengukuran tingkat alfa-fetoprotein dalam darah wanita hamil tersebut 1.7.2.

Persiapan alat 1. Cairan antiseptik 2. Spuit 3 cc 3. Alat ultrasonografi 4.  jarum spinal amniocentesis 5. kawat kaku

1.7.3.

Prosedur pelaksanaan

• Tahap pratest Amniocentesis perlu diawali dengan tahap ini supaya setiap pasien perlu menyiapkan diri sebelum dilakukannya pengambilan aspirasi cairan amnion. • Tahap konseling genetik dimana pihak keluarga perlu mengetahui informasi amniocentesis tentang prosedur, kelebihan, serta kekurangannya. Mengenai juga kesepakatan dokter dan pasien. 

Tahap Aspirasi Cairan Amnion,

setelah pasien mengetahui berbagai informasi dan menyetujui kesepakatan tes amniocentesis yang ada kemudian pasien diperbolehkan melakukan tes tersebut, antara lain; 1. Pasien dipersilakan berbaring (telentang) di tempat tidur, kemudian perut ibu dibersihkan dengan cairan antiseptik 2. Tim medis memberikan bius local yang di suntik di area perut ibu. Bius local ini berfungsi untuk membuat area yang akan dijadikan tempat penusukan jarum menjadi mati rasa. 3. Dengan bantuan ultrasonografi tim medis akan memeriksa letak janin. Sehingga diharapkan agar jarum tidak mengenai plasenta, tali pusat dan janin (menetukan zona

24

aman). Selanjutnya jarum spinal amniocentesis ditusuk pada dinding abdomen di tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. Jarum spinal tersebut diarahkan tegak lurus menuju pusat rongga uterus. Setalah masuk dalam rongga rahim(cavum uteri), mandarin atau kawat kaku pada bagian dalam kawat dan cairan amnion diaspirasi sebanyak 1-2 ml). Alasanya yaitu hasil aspirasi awal mudah terkontaminasi dengan darah ibu (yang jika tercampur akan mempengaruhi hasil tesnya) 4. Jarum spinal dicabut setelah proses aspirasi selesai. Tim medis akan membersihkan tempat bekas penusukan. Pasien dipersilakan beristirahat sebentar selalam 1 menit. secara keseluruhan, proses aspirasi cairan amnion ini memakan waktu 10-15 menit. 1.7.4.

Peran perawat di tahap pre, intra dan post dari masing – masing  – masing  masing prosedur tindakan A.

Pre •

Jelaskan prosedurnya kepada pasien dan jelaskan behwa uji mendeteksi kelainan pada janin



Nilai pemahaman pasien tentang uji ini, dan jawab pertanyaan yang diajukan pasien



Beritahukan bahwa ia tidak perlu membatasi makanan atau cairan



Beritahu pasien bahwa uji ini memerlukan spesimen cairan amnion dan siapa yang akan melakukan uji ini



Beritahu pasien bahwa hasil uji uji normal tidak menjamin menjamin janin janin normal karena beberapa kelainan janin tidak dapat diditeksi



Pastikan pasien telah menandatangani persetujuan tindakan medis



Jelaskan bahwa ia akan merasakan sensasi nyeri saat penyuntikan anastesi lokal

B.

Intra 

Memberikan suntikan bius lokal



Mengatur posisi pasien selama pemeriksaan dilakukan



Memberikan privasi pada klien

C.

Post -

Kaji respon klien

-

Merapikan alat

-

Dokumentasi tindakan

25

Daftar Pustaka

Anwar, R. (2005). Sintesisi, Fungsi Dan Intrepretasi Pemeriksaan Hormon Reproduksi . Subbagian Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung. Desmiwarti, & Ermawati. (2012). Seri Keterampilan Anamnesis Dan Pemeriksaan Obstetri. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.

Rahayu, S. (2010). Peran Kader Paguyupan Perempuan Waspada Kanker (PPWK) Dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Untuk Deteksi Dini Knker Cerviks . Program

Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Wing, B. P. K. (2006). Merekayasa Generasi Penerus . STFT Widya Sasana, Malang, 6(2). Kee, J.L . (2003). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik , Ed.6. Jakarta: EGC Suririnah. 2008. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

26

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF