ISOLASI DAN MORFOLOGI JAMUR.docx
April 23, 2019 | Author: Mhd Aliaman | Category: N/A
Short Description
ISOLASI DAN MORFOLOGI JAMUR.docx...
Description
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Nama Nim Kelas Kelompok Hari, Tanggal Waktu PJP Asisten
: Mhd ali aman siregar : J3L112002 : KIM A P1 :7 : Sabtu, 23 November November 2013 : 09.00-12.20 : M. Arif Mulya, S.Pi. : 1. Ramdhani 2. Yesi Septiani
ISOLASI DAN MORFOLOGI JAMUR
ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Pendahuluan Isolasi mikroba pada prinsipnya adalah memisahkan suatu jenis mikrobia dengan jenis mikroba lainnya dengan asal mikroba yang terdiri dari berbagai macam spesies. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkan pada media padat. Pada media padat ini sel-sel akan membentuk suatu koloni sel yang tetap. Jika selsel tersebut tertangkap oleh media pada beberapa tempat yang terpisah maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya. (Postlethwait dan Hopson 2006). Pada percobaan ini akan dilakukan isolasi pada jamur atau fungi. Jamur atau fungi merupakan makhluk hidup yang sudah mempunyai membran inti (eukariot). Jamur memiliki dinding sel yang mengandung kitin. Jamur tidak dapat membuat makanan sendiri karena tidak mengandung klorofil, jamur memperoleh makanan dari lingkungan disekitarnya (heterotrof). Jamur ada yang bersel satu (uniseluler), tetapi umumnya bersel banyak (multisesluler) (Pratiwi et al 2006). Struktur tubuh jamur bersel banyak terdiri atas miselium dan spora. Jamur bersel banyak tubuhnya terdiri atas benang-benang halus yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Jamur ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler. Namun, sebagian besar jamur multiseluler. Jamur uniseluler berukuran mikroskopis, contohnya Saccharomyces cerevisiae. Jamur multiseluler ada yang berukuran mikroskopis dan ada yang berukuran makroskopis, contohnya Volvariella volvacea. (Rahayu 1988) Fungi terbagi menjadi tiga antara lain khamir, kapang dan cendawan (Aryulina 2004). Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan(budding). Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya (Coyne 1999). Kapang merupakan jenis jamur multiseluler yang bersifat aktif karena merupakanorganisme saprofit dan mampu memecah bahan – bahan organik kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang terdiri dari benang yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai miselium (Coyne 1999). Jamur tersusun dari benang-benang yang panjang yang dihubungkan bersama dari ujung keujung. Benang-benang itu disebut hifa. Banyak jamur mempunyai dinding sekat (septat) dalam hifanya yang membagi masing-masing hifa menjadi banyak sel dengan nucleus pada masing-masing sel, susunan semacam ini disebut sebagai hifa bersekat. Dalam beberapa klas fungi, benang benang itu tidak mempunyai septat jadi kelihatan sebagai satu sel panjang yang mengandung banyak nucleus. Hifa semacam ini disebut hifa sinositik (Hadioetomo 1990). Tiap sekat terdapat satu sel yang terdiri atas satu atau beberapa inti sel. Adapun pada hifa yang tidak bersekat, inti selnya tersebar di dalam sitoplasma yang disebut dengan sinositik. Dinding sel jamur ini terbuat dari kitin yang dapat memberikan bentuk dari sel-sel jamur. Kumpulan hifa-hifa ini
akan membentuk suatu miselium, dan miselium inilah yang tumbuh menyebar di atas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungannya (Dwidosaputro 2003). Tujuan Percobaan bertujuan mempelajari kultur teknik mikologis, mempelajari dan mengidentifikasi komponen sturktur kapang. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan ialah pembakar bunsen, cawan petri yang berisi potongan kertas saring, pipa U, gelas objek, cover glass, ose, pinset, mikropipet. Bahan-bahan yang digunakan ialah roti yang telah berjamur, oncom bagus, oncom busuk, tape busukagar sabouraud.,lakto fenol blue, gliserol. Prosedur Percobaan Percobaan isolasi dan morfologi jamur dilakukan 2 tahap pengerjaan yaitu isolasi dan mengamati. Pada percobaan isolasi dilakukan dengan cara menetesi media pada gelas objek yang berda pada cawan petr i, tunggu hingga dingin. Jamur yang berada pada roti busuk digoreskan sedikit saja menggunkan ose, kemudian diinokulasikan pada gelas objek yang telah diberi media sabourad yang berada pada cawan petri yang telah berisi potongan kertas saring, pipa U, gelas objek, dan cover glas yang sebelumnya telah disterilisasi. Teknik inokulasi dilakukan dengan cara aseptik. Jamur yang berada pada media sabouraud kemudian di tutup menggunakan cover glas yang berada pada cawan petri tersebut. Kertas saring pada cawan petri tersebut kemudian ditetesi dengan gliserol secukupnya. Biarkan selama 2-3 hari dengan suhu 27-30 oC. Setelah 3 hari gelas objek tersebut diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 dan 10x10. Apabila kurang jelas maka ditambahkan pewarna yaitu Lactophenol Cotton Blue atau metilen Blue. Percobaan selanjutnya mengamati. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan cara menggoreskan atau memberikan sedikit jamur yang berada pada sampel menggunakan pinset yang telah di sterilkan terlebih dahulu pada gelah objek, kemudian tetesi dengan lakto fenol blue, dan amati dengan mikroskop pada perbesaran 4x10 dan 10x10. Data dan Hasil Pengamatan Tabel 1 Hasil pengamatan secara mikroskopik No
Gambar Mikroskopis
Keterangan
1
Jenis sampel : Khamir Nama sampel : Roti Keterangan Gambar : 1. Konida 2. Sporangium 3. spora 4. hifa 5.miselium
4
2
Pewarna yang digunakan: Lactofenolcotton blue 3 5
Perbesaran 10 x 100 2
Jenis sampel : Khamir Nama sampel : Roti Keterangan Gambar : 1. Konida 2. Sporangium 3. spora 4. hifa 5.miselium Pewarna yang digunakan: Lactofenolcotton blue
Perbesaran 10x100
3
Jenis sampel : Kapang Nama sampel : Oncom bagus Keterangan gambar : 1.Sacharomyces cerevisae 2. Ascospore 3. Ascus 4. Budding
Perbesaran 100 x 10
4
Pewarna yang digunakan: Lactofenolcotton blue
Jenis sampel : Kapang Nama sampel : Oncom bagus Keterangan gambar : 1.Sacharomyces cerevisae 2. Ascospore 3. Ascus 4. Budding
Perbesaran 40 x 10
Pewarna yang digunakan: Lactofenolcotton blue
Pembahasan
Fungi merupakan nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam mengenal sebagian besar anggota Fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau ragi, meskipun seringkali yang dimaksud ialah penampilan luar yang tampak, bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang sama sekali berbeda. Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual (Madigan 2005). Jamur atau fungi merupakan makhluk hidup yang sudah mempunyai membran inti (eukariot). Jamur memiliki dinding sel yang mengandung kitin. Jamur tidak dapat membuat makanan sendiri karena tidak mengandung klorofil, jamur memperoleh makanan dari lingkungan disekitarnya (heterotrof). Jamur ada yang bersel satu (uniseluler), tetapi umumnya bersel banyak (multisesluler). Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi (Pratiwi et al 2006).
Dinding sel jamur tersusun dari kitin. Jamur tidak memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis. Jamur multiseluler memiliki sel-sel memanjang berupa benang-benang yang disebut hifa. Hifa pada jenis jamur tertentu memiliki sekat antar sel yang disebut septum. Septa memiliki celah sehingga sitoplasma antara sel yang satu dengan sel lainnya dapat saling berhubungan. Jenis jamur yang lain, hifanya tidak memiliki septa sehingga tubuh jamur tersebut merupakan hifa panjang dengan banyak inti. Hifa tanpa septa disebut hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma (Rahayu 1988). Prinsip isolasi mikroba ialah memisahkan suatu jenis mikroba dengan jenis mikroba lainnya dengan asal mikroba yang terdiri dari berbagai macam spesies. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkan pada media padat. Pada media padat ini sel-sel akan membentuk suatu koloni sel yang tetap. Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media pada beberapa tempat yang terpisah maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya. (Postlethwait&Hopson 2006). Pada percobaan ini dilakukan isolasi pada jamur yang terdapa pada roti. Jamur yang terdapat pada roti yaitu Rhizhopus stolonifer , karena jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu, terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon. Rhizopus stolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur Zygomycotina. Jamur ini terdapat pada roti karena spora tersebut berada pada udara, tanah ataupun diri kita, yang kemudian apabila jatuh pada roti maka spora tersebut akan tumbuh dengan sangat cepat. Organisme ini menyebabkan cetakan roti menjadi hitam dengan membentuk permukaan halus dari roti yang lembab menggembung ke angkasa (Rahayu 1988). Rhizhopus stolonifer dapat tumbuh pada suhu 5 oC – 37oC, tetapi pertumbuhan optimumnya yaitu pada suhu 25 oC dan dapat tumbuh di bawah kondisi anaerobik. Berdasarkan hasil percobaan jamur tersebut ialah jamur Rhizhopus Stolonifer karena pada perbesaran 10x10 terlihat hifa yang pendek dan bercabang-cabang serta memiliki sporaiofor. Perbedaan antara roti busuk dan roti bagus terletak pada hifa dan spora. Pada roti bagus tidak memiliki hifa dan spora, sedangkan pada roti busuk terdapat sporngiofor, spora, dan hifa vegetatif. Penambahan gliserol pada isolasi berfungsi sebagai penjaga kelembapan pada cawan petri agar jamur tersebut tetap tumbuh, dan gliserol juga tidak mudah menguap. Pada jamur roti memiliki hifa vegetatif yang terus memanjang sehingga membentuk miselium. Menurut Birsyam (1992) jamur pada roti busuk tersebut masuk kedalam divisi dari Zygomycota, Clasis Zygomycetes, Familia Mucoraceae, Genus Rhizopus, Spesies Rhizopus Stolonifer, dan Ordo Mucorales. Dalam percobaan ini, pewarnaan dengan methylen blue tidak bertujuan agar Saccharomyces cereviseae terlihat, tetapi memiliki tujuan differensial yaitu agar sel yang mati dan sel yang hidup terlihat memiliki warna berbeda. Lactofenolcotton blue merupakan indikator berbentuk kristal yang bila larut
dalam air akan membentuk cairan berwarna biru. Sel-sel khamir memperbanyak diri dengan cara aseksual dengan tunas. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan bahwa jamur pada roti busuk mempunyai spora,sporangium,hifa, miselium, dan tidak memiliki septa,hal ini dapat dilihat berdasarkan gambar teori sebagai berikut:
Gambar Jamur Pada Roti Busuk (Rahayu 1988) Menurut Tambunan dan Nandika (1989), ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan jamur antara lain: Temperatur Kelembaban Konsentrasi hidrogen (pH ) Bahan makanan (nutrisi). Pada umumnya fungi lebih tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan mikroorganisme lainnya. Khamir dapat tumbuh dalam kisaran suhu yang luas, fungi saprofit mempunyai suhu optimum 22-30oC, sedangkan fungi patogen mempunyai suhu optimum 30-37 oC. Beberapa spesies fungi dapat tumbuh pada suhu 0 oC, dengan demikian dapat menyebabkan kerusakan pada bahan makanan yang disimpan dalam lemari pendingin. Simpulan
Berdasarkan hasil pengataman dapat disimpulkan bahwa isolasi dan morfologi jamur yang terdapat pada roti busuk ialah yaitu Rhizhopus Stolonifer yang memiliki hifa vegetatif dan sporangifor,dan tidak memiliki septa. Daftar Pustaka Birsyam, IL. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB Press.
Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. USA : Delmar Publisher. Dwidjoseputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan Hadioetomo RS. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek . Jakarta: Gramedia
Madigan. 2005 Brock Biology of Microorganisms. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings. Postlethwait dan Hopson. 2006. Modern Biology. Texas: Holt, Rinehart and Winston Pratiwi DA. Maryati. Bambang S. 2006. Biologi Jilid 1.Jakarta: Erlangga Rahayu K. 1988. Bahan Pengajaran Mikrobiologi Pangan PAU Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM Press. Tambunan B dan Dodi Nandika. 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Bogor: IPB Press.
View more...
Comments