Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Poliketida
July 3, 2019 | Author: dincara | Category: N/A
Short Description
f...
Description
KELOMPOK : WIDYA WIDY A ISTIQOMAH ISTIQOMAH ( 1400023197 ) SITI RAHMATUL HUZAENI( 1400023198 ) FITRIA SARI WAHYUNI ( 1400023199 ) ORISA PUTRI DEWANTARI ( 1400023200 ) RICA ERLINA AFRIYANI ( 1400023201 ) RIZKI AMELIA( 1400023202 ) DINA VISCA TAMARA ( 1400023203 )
KLASIFIKASI POLIKETIDA Secara umum, poliketida terbagi dalam dua golongan yaitu poliketida aromatik (yang terdiri dari satu sampai enam cincin aromatik) dan poliketida kompleks yang terdiri dari makrolida dan ansamicin (yang memiliki cincin lakton atau laktam), poliena dan polieter. Poliketida aromatik digolongkan menjadi beberapa golongan berdasarkan pada pola-pola struktur tertentu yang berkaitan dengan jalur biogenesisnya. Secara umum terdapat empat golongan utama senyawa poliketida aromatik, yaitu : 1. Turunan Asil Floroglusinol 2. Turunan kromon 3. Turunan benzokuinon 4. Turunan antrakuinon
NAFTOKUINON Naftakuinon merupakan poliketida dari turunan benzokuinon. Sejumlah besar naftokuinon dijumpai di alam berupa pigmen tumbuhan merah-kuning. Naftokuinon merupakan bahan pewarna alamiah. Naftokuinon merupakan senyawa organik dari derivat naftalen. Vitamin K1 dan vitamin K yang sejenis, secara fungsional merupakan naftokuinon terpenting. Naftokuinon dianggap mempunyai peran dalam transpor electron. Naftokuinon bertanggung jawab untuk pigmentasi kayu batang berwarna. Turunan naftokuinon dimer dijumpai dalam Diospyros sp. Dan karena adanya senyawa inilah buahnya mempunyai aktivitas antihelmintik dan kayunya berwarna gelap.
CONTOH SENYAWA NAFTOKUINON
1,2-naftokuinon Memberikan warna merah pada tumbuhan.
Joglon adalah naftokuinon yang berperan sebagian dalam pewarnaan kulit biji walnut (semacam kenari). Junglon memberi warna kuning pada tumbuhan.
Lawson memiliki struktur serupa dengan junglon. Bedanya adalah letak gugus hidroksinya. Zat ini terdapat dalam daun pacar/henai india yang digunakan sebagai pewarna rambyt menjadi merah.
Plumbagin merupakan senyawa naftokuinon yang diturunkan dari tumbuhan dan memiliki berbagai aktifitas farmakologi. Diantaranya sebagai antimiroba, anti kanker, antimalaria. Plumbagian banyak terdapat didalam tumbuhan gunus Plumbagon.
Simplisia Bawang dayak Kerajaan : Plantae Ordo : Asparagales Famili : Iridaceae Genus : Eleutherine Herb Spesies : E. Bulbosa Nama binomial : Eleuterine bulbosa
Morfologi Tanaman Banyak tumbuh di daerah pegunungan dengan tinggi antara 600-1500 mdpl, merupakan tanaman berumpun atau bergerombol dan berbatang basah dengan ketingian tanaman mencapai 50 cm, umbi panjang berbentuk bulat telur berwarna merah seperti bawang merah dan tidak berbau, bunganya berwarna putih dan biasa mekar pada sore hari slama beberapa jam, daun bawang berbentuk pita dengan panjang antara 15-20 cm dan lebar 3-5 cm. Tanaman ini memiliki kandungan naftokuinon yang berkhasiat sebagai antioksidan
PENANAMAN :
PEMANENAN :
Bulbus bawang dayak yang ditanam mempunyai diameter 0,3-0,5 cm. Ditanam pada bak kayu ukuran 6 m x 1,5 m x 15 cm yang berisi 900 bulbus dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm, untuk sampel tanah dianalisis kandungan N, P, dan K di laboratorium tanah BALITTRA (Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa). Hasil analisis tanah digunakan sebagai data pendukung.
Pemanenan bulbus bawang dayak dilakukan pada waktu 6 mst (P1) dan 12 mst (P2). Untuk analisis uji aktivitas antioksidan diambil kurang lebih 100 gram berat basah bulbus tiap waktu panen.
Ekstraksi Sampel Ekstraksi sampel bulbus bawang dayak menggunakan metode maserasi. Serbuk bulbus bawang dayak sebanyak 31 g dimasukkan dalam labu erlenmeyer 200 mL dan ditambah pelarut etanol 70 mL. Selanjutnya, ekstrak dimaserasi selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah 24 jam, ekstrak dipisahkan (difiltrasi) dengan menggunakan kertas saring, ampasnya dimaserasi kembali selama 24 jam dan disaring, perlakuan diulang sampai tiga kali. Filtrat pertama, kedua, dan ketiga digabung dan dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.
Pengujian Aktivitas Antioksidan Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Ekstrak pekat bulbus bawang dayak ditimbang sebanyak 0,0085 g untuk sampel P1 (6 mst) dan 0,005 g untuk sampel P2 (12 mst) kemudian masing-masing dimasukkan kedalam gelas beaker dilarutkan dengan metanol. Selanjutnya dimasukkan kedalam labu dan ditambahkan metanol sampai tanda tera, hingga didapatkan konsentrasi larutan ekstrak metanol sampel pada sampel P1 (6 mst) sebesar 170 ppm dan sampel P2 (12 mst) sebesar 100 ppm. Dari konsentrasi 170 ppm sampel P1 (6 mst) kemudian diencerkan untuk didapatkan deret standar dengan konsentrasi 160 ppm, 120 ppm, 80 ppm, dan 40 ppm. Untuk konsentrasi 100 ppm sampel P1 (12 mst) diencerkan menjadi 70 ppm, 50 ppm, 30 ppm, dan 10 ppm. Pengenceran tersebut dilakukan menggunakan metanol pada labu ukur 10 ml. Selanjutnya dipindahkan ke gelas beaker ditambahkan kedalam 1 ml larutan DPPH 1 mM, diinkubasi selama 30 menit kemudian serapannya diukur pada panjang gelombang 515 nm. Sebagai kontrol positif dan untuk pembanding digunakan asam askorbat (konsentrasi 2, 3, 4 dan 5 ppm)
View more...
Comments