ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI KULIT BUAH JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C)
July 15, 2019 | Author: Bella Na Fhory | Category: N/A
Short Description
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI KULIT BUAH JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C)...
Description
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
LAPORAN PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN SENYAWA BAHAN ALAM
PERCOBAAN IV ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI KULIT BUAH JERUK PURUT ( C itrus hyst D.C) hystrr ix D.C)
Disusun oleh:
Bella Na Fhory J1E115002
KELOMPOK V
PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU OKTOBER 2017
PERCOBAAN IV ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI KULIT BUAH JERUK PURUT ( Citrus hystrix D.C)
KELOMPOK V
Mengetahui, Asisten
(Gita Meliawati) J1E114012
Nilai Laporan Awal
Tanggal : 19 Oktober 2017
Nilai Laporan Akhir
Tanggal : 03 November 2017
PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU OKTOBER 2017
PERCOBAAN IV ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI KULIT BUAH JERUK PURUT ( Citrus hystrix D.C)
I.
LATAR BELAKANG
Bebagai jenis tumbuhan obat berada di Indonesia diketahui lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat tersebar di seluruh wilayah negara ini namun, baru 1.000 jenis tanaman telah terdata dan baru sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan secara tradisional. Terdapat beberapa tumbuhan yang mempunyai nama sama walaupun jenisnya berbeda. Hal tersebut dikarenakan beberapa tumbuhan belum teridentifikasi secara lengkap. Oleh sebab itu, perlu dikenalkan jenis-jenis tumbuhan obat berikut cara pemakaiannya supaya dapat digunakan sebagai bagian dari sistem pengobatan yang murah dan aman. Penggunaan tanaman sebagai bahan obat tradisional memerlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui kebenaran khasiatnya. Penggunaan tanaman sebagai obat dapat dijamin kebenarannya dengan didapatkannya data yang meyakinkan secara ilmiah (Guenther, 1998). Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan yang demikian pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan cabang-cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri-sendiri (Tjitrosoepomo, 2009). Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki tersebut kemudian banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan hidup sehari-hari diantara sebagai tanaman obat (Isnania et al ., 2014). Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber minyak atsiri. Kebutuhan minyak
atsiri
dunia
semakin
meningkat
seiring
dengan
meningkatnya
perkembangan industri modern seperti industri parfum, kosmetik, makanan, aroma terapi dan obat-obatan. Minyak atsiri dibidang kesehatan digunakan sebagai anti septik, anti inflamasi, analgetik, dan sedatif. Minyak atsiri saat ini sudah dikembangkan dan menjadi komoditas ekspor Indonesia yang meliputi minyak atsiri dari nilam, akar wangi, pala, cengkeh, serai wangi, kenanga, kayu putih, cendana, lada, dan kayu manis (Dewi, 2015).
Ditinjau
dari
segi
pengolahan
minyaknya,
maka
hanya
dengan
menggunakan peralatan sederhana dan murah serta tidak memerlukan keahlian yang mendalam, pengolahan minyak tersebut dapat dilakukan. Penerapan kegiatan pengolahan minyak atsiri diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan lahan kosong, menyerap tenaga kerja, meningkatkan nilai jual komoditas penghasil minyak atsiri yang sekaligus dapat meningkatkan pendapatan. Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150 – 200 spesies tanaman yang termasuk famili
Pinaceae,
Labiateae,
Compositae,
Lauraceae,
Myrtaceae,
dan
Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome. Minyak atsiri dari tanaman yang berasal dari batang antara lain adalah kulit cendana, masoi; dari daun misalnya cengkeh, sereh wangi, nilam; dari akar misalnya akar wangi; dari bunga misalnya cengkeh, kenanga dan dari buah misalnya pala (Sastrohamidjojo, 2004). Penanganan dan perlakuan awal terhadap bahan baku sangat dibutuhkan untuk meningkatkan rendemen dan mutu minyak atsiri yang dihasilkan, baik dari segi mutu fisik dan kimia. Selain itu proses pengolahan minyak atsiri juga memegang peranan penting dalam menghasilkan minyak atsiri yang berkualitas tinggi. Minyak atsiri pada umumnya dihasilkan melalui 4 macam metode pengolahan, yaitu metode penyulingan, pressing , ekstraksi dengan pelarut menguap dan ekstraksi dengan lemak padat. Untuk minyak atsiri yang berasal dari daun, akar dan kulit batang, sebaiknya dihasilkan melalui cara penyulingan (destillation).
Metode
penyulingan
dapat
dilakukan
dengan
tiga
sistem
penyulingan yaitu dengan penyulingan air (water destillation), penyulingan dengan air dan uap (water and steam destillation) dan penyulingan dengan uap ( steam destillation) (Sastrohamidjojo, 2004). Sastrohamidjojo (1981) telah melakukan identifikasi konstituen penyusun minyak sereh wangi. Menurut Wijesekera (1973), komponen penyusun minyak sereh yaitu sitronelal, sitronelol dan geraniol dapat diubah menjadi turunanturunannya yang digunakan secara luas dalam industri parfum. Minyak sereh dapat ditingkatkan nilai ekonominya dengan cara mengisolasi komponen utamanya yaitu sitronelal, sitronelol dan geraniol dan mengkonversi komponen utamanya yaitu sitronelal menjad turunannya (Wijayanti, 2015).
II.
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menerapkan cara pemakaian tas oven dan alat destilasi stahl.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak atsiri dikenal dengan istilah minyak mudah menguap atau minyak terbang, merupakan senyawa yang umumnya berwujud cairan, diperoleh dari bagian tanaman akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan cara penyulingan. Minyak atsiri diperoleh secara ekstraksi menggunakan pelarut organik maupun dengan cara dipres atau dikempa dan secara enzimatik. Minyak atsiri dibagi menjadi dua kelompok yaitu minyak atsiri yang mudah dipisahkan menjadi komponen atau penyusun murninya (contohnya minyak serai, daun cengkeh, minyak permen, dan minyak terpentin), dan minyak atsiri yang sukar dipisahkan menjadi komponen murninya (contoh minyak nilam dan kenanga. Hasil minyak atsiri yang berbeda dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu umur tanaman dan jumlah curah hujan (Dewi, 2015). Dalam kehidupan sehari-hari, buah jeruk umumnya hanya dimanfaatkan bagian daging buah untuk kepentingan konsumsi. Kulit buah jeruk biasanya hanya dibuang sebagai sampah, tetapi saat ini dapat diolah suatu bahan yang menghasilkan produk bernilai tinggi, produk ini digunakan untuk keperluan kesehatan dan bahan pengharum. Jenis minyak atsiri jeruk dibedakan berdasarkan varietasnya. Semua kulit jeruk sebenarnya dapat diambil atau diekstrak minyak atsirinya. Kulit jeruk yang tersedia cukup banyak adalah kulit jeruk manis, jeruk besar, jeruk siam, jeruk siam madu, jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk keprok (Sastrohamidjojo, 2004). Kulit jeruk mengandung minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil ) banyak dimanfaatkan oleh industri kimia parfum, menambah aroma jeruk pada minuman dan makanan, serta di bidang kesehatan digunakan sebagai anti oksidan dan anti kanker. Dalam kurun waktu tersebut teknologi yang digunakan telah berkembang dari semula penyulingan dilakukan dengan alat yang sederhana dari drum biasa sekarang ini sudah ada yang menggunakan ketel yang terbuat dari stainless steel . Bahkan, teknologi tersebut dikembangkan dengan
menggunakan microwave dimana dapat menjadi alternatif pengganti teknik penyulingan yang konvensional sehingga lebih efektif dan efisien (Muhtadin et al ., 2013). Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, tanaman daun belimbing wuluh termasuk ke dalam klasifikasi sebagai b erikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Subdivisi
: Spermatophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Sapindales
Famili
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Spesies
: Citrus hystrix D.C
(Sastrohamidjojo, 2004).
Gambar 3.1 Daun jeruk purut (Mayasari et al ., 2013).
Salah satu kelompok tanaman genus Citrus adalah Citrus hystrix (jeruk purut). Tanaman ini berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri yang mempunyai nama dagang kaffir lime oil . Minyak atsiri yang berasal dari daun jeruk purut disebut combava petitgrain oil . Penggunaan daun jeruk purut telah dikenal oleh masyarakat sejak dahulu sebagai obat tradisional dan juga untuk penyedap masakan kandungan senyawa kimia yang utama dari minyak daun jeruk purut adalah senyawa sitronelal 81,49 %. Adapun beberapa komposisi lainnya yang dihasilkan dari identifikasi dan karakterisasi yaitu meliputi sitronelal, linalool, sitronelil-asetat, sitronelol, geraniol (Mayasari et al ., 2013).
Minyak atsiri merupakan senyawa yang mudah menguap tidak larut dalam air yang dari tanaman. Minyak atsiri dapat dipisahkan melalui proses destilasi. Pada proses ini jaringan tanaman dipanasi dengan air ata uap air. Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air yang dilewatkan pada bahan campuran uap air dan minyak atsiri dikondensasikan pada suatu saluran yang suhunya relatif rendah. Hasil kondensasi berupa campuran air dan minyak atsiri yang sangat mudah dipisahkan kedua bahan tidak saling melarutkan (Hasbullah, 2001). Bahan baku yang sudah terkumpul kemudian dipilah, serta dibersihkan dari kotoran mekanis, sisa-sisa serangga atau bagian tanaman yang lain. Jika ada bagian tanaman lain yang terikut maka akan mengganggu komposisi minyak atsiri. Jika minyak atsiri tersebut harus diambil dari tanaman segar maka sebaiknya segera ditangani sebelum mengalami perubahan komposisi. Dalam proses lebih lanjut, ada beberapa jenis tanaman yang perlu dipotong-potonh, tetapi ada pula yang dapat langsung digunakan. Usaha memisahkan minyak atsiri dari tanaman atau bagian tanaman minyak atsiri dalam tanaman terdapat pada bagian dalam rambut kelenjar, sel kelenjar dan kanal-kanal minyak. Bila tanaman itu tetap utuh, minyak atsiri tetap berada dalam kelenjar tanaman sehingga sukar dipisahkan. Minyak atsiri hanya dapat dipisahkan dari sel tanaman bila ada uap air atau pelarut lain yang sampai ke tempat minyak tersebut yang selanjutnya akan membawa butir-butir minyak menguap secara bersamaan (Koen somardiyah, 2010). Ada beberapa cara untuk memproduksi minyak atsiri, antara lain : 1.
Penyaringan dengan lemak dingin (enfleurage) Metode ini dapat disamakan dengan penyaringan secara “maserasi dingin dengan lemak padat” suatu pelat kaca diberi bingkai.
2.
Penyaringan dengan pelarut yang mudah menguap Metode ini juga kurang umum dilakukan karena pelarut yang memenuhi syarat agak terlalu mahal untuk digunakan yang dapat mengakibatkan harga minyak menjadi mahal.
3.
Penyaringan dengan lemak panas Metode ini juga kurang umum dilakukan karena pemanasan dapat merusak komposisi
minyak
atsiri
serta
membutuhkan
memisahkan minyak atsiri dengan pelarutnya.
metode
tertentu
untuk
4.
Hidrodistilasi atau destilasi uap (hydridistillation) Metode ini paling banyak dilakukan, meskipun ada beberapa metode baru lain yang digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri dalam tanaman. Metode ini berupa metode penyulingan dengan bantuan uap air. Destilasi atau penyulingan adalah pendidihan cairan yang diikuti pendinginan uap sehingga terjadi cairan kembali. Cairan yang terbentuk tersebut diembunkan ditempat lain.
(Koensoemardiyah, 2010). Hidrodistilasi merupakan metode yang umum dipakai untuk mengekstrak minyak atsiri dari suatu tanaman. Metode hidrodistilasi masih sangat potensial untuk diaplikasi di negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia karena metode ini cukup praktis, peralatannya sederhana, murah, aman dalam pengoperasiannya serta ramah lingkungan. Metode ini sudah banyak diaplikasikan pada skala industri kecil maupun besar. Metode hidrodistilasi mempunyai keuntungan karena dapat mengekstrak minyak dari bahan yang berbentuk bubuk (akar, kulit, kayu dan sebagainya) dan beberapa bahan yang mudah menggumpal jika disuling dengan uap seperti jenis bunga-bungaan (bunga mawar dan orange blossom). Pengolahan minyak atsiri dengan metode hidrodistilasi dikenal sebagai metode konvensional yang didasarkan pada prinsip bahwa campuran (uap minyak dan uap air) mempunyai titik didih sedikit lebih rendah dari titik didih uap air murni, sehingga campuran uap mengandung minyak memiliki jumlah yang lebih besar. Dengan pengurangan kecepatan kohobasi, maka kandungan minyak dalam destilat akan lebih besar disebabkan oleh uap yang keluar akan lebih jenuh oleh uap minyak. Rendemen yang diperoleh dari metode hidrodistilasi sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ukuran bahan, jumlah (rasio) bahan dan air yang digunakan, perlakuan pengadukan serta waktu proses (Ketaren, 1985). Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis, indeks bias yang tinggi, bersifat optis aktif. 1.
Bau yang karakteristik minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai
dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air. 2.
Bobot jenis Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri.
3.
Indeks bias Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan (perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian.
4.
Putaran optik Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran optik menggunakan alat Polarimeter.
5.
Kelarutan dalam alkohol Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian minyak atsiri. Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang larutdalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan etanol pada berbagai tingkat konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri jugatergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Hal ini disebabkan
karena
proses
polimerisasi
menurunkan
daya
kelarutan,
sehinggauntuk melarutkannya diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi. Kondisipenyimpanan
kurang
baik
dapat
mempercepat
polimerisasi
diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa menimbulkan pengaruh yang tidak baik. 6.
Warna Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama.
(Guenther, 1998). Adapun sifat kimia minyak atsiri antara lain : 1.
Bilangan asam Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak.
2.
Bilangan ester Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa minyak tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode rebus menghasilkan bilangan ester terendah.
(Ketaren, 1985).
IV.
METODE PRAKTIKUM
IV.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain 1.
Chamber
2.
Corong kaca
3.
Gelas beker 100 ml
4.
Gelas ukur 10 ml
5.
Kompor
6.
Perangkat alat destilasi
7.
Pipa kapiler
8.
Pipet tetes
9.
Vial
IV.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain 1.
Etanol
2.
Etil asetat
3.
Kertas saring
4.
Kulit buah jeruk purut
5.
n-heksan
IV.3.
Cara Kerja
Kulit jeruk purut
Dipisahkan kulit dan dagingnya
Dicuci
Ditimbang sebanyak 2,8 kg
Dimasukkan ke dalam panci
Alat destilasi Stahl
Dipasang
Dinyalakan kompor
Didestilasi selama 2 jam
Minyak atsiri
Dipisahkan dengan air
Dimasukkan
ke
dalam
vial
dan
disimpan di dalam kulkas Hasil
Plat KLT
Diaktifkan pada oven dengan suhu 105°C selama 15 menit
Hasil
n-heksan : etil asetat
Dibuat dengan perbandingan 9 : 1 sebanyak 10 ml
Hasil
Eluen
Dimasukkan
ke
dalam
bejana
kromatografi
Dimasukkan kertas saring ke dalam bejana kromatografi sampai bagian atas
kertas
keluar
dari
bejana
kromatografi
Ditutup
bejana
kromatografi
dan
diamati sampai kertas saring basah oleh eluen yang naik ke bagian atas kertas saring yang menandakan eluen telah jenuh
Dikeluarkan kertas saring dari bejana kromatografi
Hasil
Minyak atsiri
Diambil dengan pipa kapiler dan ditotolkan pada plat KLT
Minyak atsiri
Ditambah etanol
Diambil dengan pipa kapiler dan ditotolkan pada plat KLT
Dimasukkan plat KLT yang telah ditotol
sampel
ke
dalam
bejana
kromatografi yang sudah jenuh
Diamati profil KLT minyak atsiri di bawah lampu UV 254 nm dan 366 nm
Hasil
Dihitung nilai Rf
V.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, I. K. 2015. Identifikasi Kualitatif dan Kontrol Minyak Atsiri pada Herba Kering Serai Wangi dengan Destilasi Air. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. 4: 11-14. Guenther, E. 1998. Minyak Atsiri Jilid I PEdisi Ke 4. Jakarta. Universitas Indonesia Press. Hasbullah. 2001. Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat . Dewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Industri, Sumatera Barat. Isnania, F., & F. Wehantouw. 2014. Aktivitas Diuretik dan Skrinning Fitokimia Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar ( Rattus norvegicus). Jurnal Ilmiah Farmasi. 3: 188-195. Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta. Koensoemardiyah. 2010. A To Z Minyak Atsiri untuk Industri Makanan Kosmetik dan Aromaterapi. Andi Publisher, Yogyakarta. Mayasari, D., Jayuska A. & Wibowo M.A. 2013. Pengaruh Variasi Waktu dan Ukuran Sampel Terhadap Komponen Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C). JKK. 2: 74-77. Muhtadin, A. F., Wijaya R., Prihatini P. & Mahfud. 2013. Pengambilan Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Segar dan Kering dengan Menggunakan Metode Steam Distillation. Jurnal Teknik Pomits. 2: 98-100. Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atrisi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan Cetakan I. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Wijayanti, W. A. 2015. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) di, Pabrik Gula Tjoekir Ptpn X , Skripsi Program Studi Biologi, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
View more...
Comments