Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium
December 14, 2018 | Author: Terivenna Wijaya | Category: N/A
Short Description
coryno...
Description
isolasi dan identifikasi corynobacterium diptheriae { Maret 28, 2010 @ 2:23 pm } · { Uncategorized } { Tags: bakteri }
1. Dewasa ini, Indonesia sangat riskan polemic – polemic yang terjadi di masyarakat, terutama di lingkup Kesehatan Masyarakat. Dari berbagai aspek,kesehatan sangatlah penting dalam kehidupan, dan telah sangat banyak masyarakat yang memahami akan pentingnya kesehatan.Namun hal tersebut tarpati hanya pada kalangan atas yang memiliki tingkat perekonomian yang mencuupi,sedang kalangan menegah ke bawah tidak begitu besar kesadaran personal akan pentingnya kesehatan. Hal itu banyak disebabkan karena tingka perekonomian yang mencekik beleggu kesadaran tersebut. Sehingga belakangan ini banyak tersebar berbagai endemic penyakit di Indonesia,misalnya : Difteri. Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh carier atau pen derita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak – anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingk at sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang pen yakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
Untuk itulah sehingga dianggap perlu untuk menulis makalah ini yang berjudul “ISOLAS I DAN IDENTIFIKASI BAKTERI DIFTERIAE PADA SWAB TENGGOROK “.
1. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
Seperti apa Bakteri
berdasarkan pengklasifikasian dan
morfologinya ?
Bagaimana
itu sendiri secara abstrakturnya ?
Bagaimana Pemeriksaan
terhadap isolasi dan identifikasinya
dari pra analitik hingga pasca analitik ?
Bagaimana Pemeriksaan Bakteri
secara skematis ?
1. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae berdasarkan pengklasifikasiannya dan morfologinya.
Untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae secara abstraktur terhadap sifat patogenitasnya.
Untuk mengetahui pemeriksaan Corynobacterium diptheriae terhadap isolasi dan identifikasi dari pra analitik hingga pasca analitik.
Untuk mengetahui skema pemeriksaan bakteri Corynobacterium diptheriae agar memudahkan dalam pemeriksaannya nanti bagi pranata laboratorium.
1. Kingdom
:
Bacteria
Filum
:
Actinobacteria
Ordo
:
Actinomycetales
Famili
:
Corynebacteriaceae
Genus
:
Corynebecterium
Spesies
:
Corynebacterium diphtheria
Sub spesies
:
a. Corynebacterium diptheriae gravis
b. Corynebacterium diptheriae mitis c. Corynebacterium diptheriae intermedius 1.
Gram (+) batang, panjang/pendek, besar/kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua ujung badan bacteri.
Pada pewarnaan menurut Neisser, tubuh bacteri berwarna kuning atau coklat muda sedangkan granulanya berwarna biru violet ( meta chromatis ).
Preparat yang dibuat langsung dari specimen yang baru diambil dari pasien, letanya bakteri seperti huruf – huruf L, V, W, atau tangan yang jarinya terbuka atau sering di kenal sebagain Susunan sejajar / paralel / palisade / sudut tajam huruf V, L, Y / tulisan cina
Diameter 0,5 – 1 µm dan panjangnya 1 – 8 µm
Menggembung pada satu ujungnya berbentuk gada “club shape”
Berisi granula metakromatik Babes Berisi granula metakromatik Babes-Ernest dengan pewarnaan neisser / metilen blue loeffler
Tidak punya spora Non motil Basil, Gram positif , pleiomorfik
Tidak tahan asam Dinding sel mengandung asam meso diaminopimelik, arabinosa, galaktosa, asam mikolik 1.
Corynebacterium diphtheriae merupakan makhluk anaerobik fakultatif dan gram positif, ditandai dengan tidak berkapsul, tidak berspora, dan tak bergerak. Corynebacterium diphtheriae terdiri dari 3 biovar, yaitu gravis, mitis, dan intermedius. Di alam, bakteri ini terdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka-luka, pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang membawa bakteri. Bakteri yang berada dalam tubuh akan mengeluarkan toksin yang aktivitasnya menimbulkan penyakit difteri. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama terutama laring, amandel dan tenggorokan. Penyakit ini sering kali diderita oleh bayi dan anak-anak. Perawatan bagi penyakit in i adalah dengan pemberian antitoksin difteri untuk menetralkan racun difteri, serta eritromisin atau penisilin untuk membunuh bakteri difteri. Sedangkan untuk pencegahan bisa dilakukan dengan vaksinasi dengan vaksin DPT.
Patogenesis
Di alam, Corynebacterium diphtheriae terdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka – luka, pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang membawa bakteri. Bakteri disebarkan melalui droplet atau kontak dengan individu yang peka. Bakteri kemudian tumbuh pada selaput mukosa atau kulit yang lecet, dan bakteri mulai menghasilkan toksin. Pembentukan toksin ini secara in vitro terutama bergantung pada kadar besi. Pembentukan toksin optimal pada kadar besi 0,14 µg/ml perbenihan tetapi benar-benar tertekan pada 0,5 µg/ml. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya toksin in vitro adalah tekanan osmotik, kadar asam amino, pH, dan tersedianya sumber-sumber karbon dan nitrogen yang cocok. Toksin difteri adalah polipeptoda tidak tahan panas (BM 62.000) yang dapat mematikan pada dosis 0,1 µg/kg. Bila ikatan disulfida dipecah, molekul dapat terbagi menjadi 2 fragmen, yaitu fragmen A dan fragmen B. Fragmen B ti dak mempunyai aktivitas tersendiri, tetapi diperlukan untuk pemindahan fragmen A ke dalam sel. Frag men A menghambat pemanjangan rantai polipeptida (jika ada NAD) dengan menghentikan aktivitas faktor pemanjangan EF-2. Faktor ini diperlukan untuk translokasi polipeptidil- RNA t ransfer dari akseptor ke tempat donor pada ribosom eukariotik. Fragmen toksin A menghentikan aktivitas EF-2 dengan mengkatalisis reaksi yang menhasilkan nikotinamid bebas ditambah suatu kompleks adenosin difosfat-ribosa-EF-2 yang tidak aktif. Diduga bahwa efek nekrotik dan neurotoksik toksin difteria disebabkan oleh penghentian sintesis protein yang mendadak.
1.
“ PENGAMBILAN SPESIMEN, PENYIMPANAN, dan PENGIRIMAN ”
A.TUJUAN Untuk mendapatkan spsimen usap tenggorok yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan baktriologik
Waktu pngambilan
Setiap saat terutama pada phase akut , sebaiknya sebelum pemberian antimokroba. B.PERALATAN DAN BAHAN 1. Peralatan Spatula lidah 2. Bahan
Lidi kapas steril
Media transport (Amies/stuart Media)
Media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Tellurite, Agar Loeffler)
Pewarna gram dan Neisser
D.PROSEDUR PENGAMBILAN ü Penderita duduk ( kalau anak-anak dipangku) ü Penderita diminta membuka mulut ü Lidah ditekan dengan sptel liidah ü Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga menyentuh dinding belakang faring ü Usap kekiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar dengan hatihati, tanpa menyentuh bagian mulut yang lain.
ü Masukkan lidi kapas ke dalam media transport atau langsung tanam pada media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Telluritee, Agar L oeffler) dan di buat sediaan. E.PEMBERIAN IDENTITAS 1. Formulir permintaan pemeriksaaan Surat pngantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiiknya memuat secara lengkap :
Tanggal permintaan
Tanggal dan jam pengambilan specimen
Identitas pasien ( Nama, umurr, jenis kelamin, alamat, nomor rekam medik )
identtits pengirim ( nama, alamat, nomor telepon)
identits specimen ( jenis, volume, lokasi pengambilan)
pemeriksaan laboratorium yang di minta
nama pengambil spsimen
transport media
ketrangan klinis : diagnosis atau riwayat singkat pnyakit, riwayat peng obatan.
2. Label Wadah specimen yang dikirim ke laboratorium diberi label yang harus memuat : 1. Tanggal pengambilan specimen 2. Identitas pasien 3. Jenis Spesimen F. PENYIMPANAN SPESIMEN Bila specimen tidak dapat di simpan pada heri yang sama, specimen disimpan dalam refrigerator (20 – 80C).Untuk biiakan bakteri mikroaerofilikdisimpan dalam suasana CO 2 5-10 % ( Sungkup lilin ) G. PENGIRIMAN SPESIMEN Pengiriman specimen dilakukan dengan menggunakan “ cool box “(20 – 80C). kecuali jika
waktu perjalanan yang diperlukan kurang dari 24 jam.
Terlepas dari hal itu, proses analitik secara sistematis dan komprehensif adalah sebagai berikut : 1. Tumbuhnya aerob dengan suhu optimum 37 0C Untuk dapat tumbuh dengan baik medianya perlu diperkaya dengan darah atau serum Blood Agar Plate
:Koloni kecil-kecil,putih keruh,smooth,cembung,haemolytis atau
anhaemolytis Tellurite blood agar plate:Koloni kecil-kecil,abu-abu tengahnya hitam,hitam elabu atau hitam seluruhnya,mengkilat,smooth,cembung Loeffler Serum
:Koloni subur,smooth,putih cream,sedikit cembung
Nutrient Agar
:Koloni kurus,smooth,putih dengan bercak hitam
Media gula-gula
: Glucose
Lactose
: alkalis
Mannitol
: alkalis
Sucrose
: acalis
Trehalose
: asam
Maltose
: asam
: asam
Catalase Tes
: (+)
Urea hydrolysa
: (-)
Motility
: (-)
Nitrat reduksi
: (+)
Bahan pemeriksaan ditanam pada perbenihan di atas, kemudian di nkubasi 37°C selama 1 malam kecuali agar telurit selama 2 malam. Hasil biakan pada Loefler terlihat koloni-koloni barwarna putih, selanjutnya dibuat preparat Albert atau Neisser. Dari te lurit cair ditanam
pada loefler sebagai tanaman ulangan, dan pada agar darah diperiksa adanya kumankuman pathogen lainnya. 1. 1.
:
Melakukan isolasi dan identifikasi bakteri penyebab infeksi saluran
pernapasan bagian atas pada penderita dan pada carier. 1.
:
Inkubator, kaca objek, kaca penutup, lampu spiritus, mikroskop,
sengkelit, sungkup lilin. 1. -
Agar darah
-
Agar Loeffler
-
Agar Cysttin Tellurite
-
Pewarnaan Gran
-
Pewarnaan Neisser 1.
Hapus tenggorokan, hapus hidung atau dari tempat lain yng mencurigakan . Identifikasi berdasarkan atas :
1. Pemeriksaan mikroskopik
2. Pembiakan 3. Uji biokimia 4. Uji virulensi 1. Dibuat preparat hapus dari bahan pemeriksaan dan diwarnai dengan Neisser dan Gram, hasil yang diamatai adalah sebagai berikut : Bentuk Warna
Batang Granula Susunan Batang Seperti huruf cina atau membentuk hurup V, L, T 1. Dengan menggunakan Media antara ain : Media Loeffler Agar, agar tellurite, agar darah, gula-gula, tellurite cair, Blood Tellurite Agar. -
Loeffler : gunanya untuk menyuburkan bakteri sehingga bila dibuat preparatakan
tampak granula yang jelas. -
Blood Tellurite Agar
: Media selektif differensial.
-
Agar tellurit : gunanya untuk isolasi koloni-koloni Corynebacterium diphtheriae yang
selanjutnya ditanam pada gula-gula untuk difteri. -
Telurit cair : berguna sebagai media pengaya.
-
Agar darah : gunanya untuk membiak kuman-kuman lainnya seperti Streptococcus
haemolyticus dan Staphylococcus aerus -
Gula-gula untuk difteri : glukosa serum dan sakarosa serum untuk membedakan C.
diptheri dengan kuman sejenis Adapun proses pemeriksaan bakterinya adalah sebagai berikut : 1. Inokulasi Dari media Transport maupun secara langsung specimen ditanam pada : -
Agar darah untuk isolasi
-
Agar Loeffler untuk isolasi
-
Agar Cysttin Tellurite untuk isolasi 1. Inkubasi
-
Agar darah pada suhu 35 – 370C dalam sungkup lilin selama 24 – 48 jam.
-
Agar Cysttin Tellurite dan Agar Loeffler pada suhu 35 – 370C selama 24 – 48 jam 1. Amati Pertumbuhan koloni pada media isolasi : Koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan Neisser, bila dijumpai adanya granula dilanjutkan dengan uji identifikasi tes biokimia dan tes virulensi.
Koloni tersangka yang berwarna abu-abu hitam pada agar telurit ditanam pada glukosa serum dan sakarosa serum (atau bisa pula ditambahkan amylum), kemudian dieram pad suhu 370C selama 1 malam. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut : Glukosa Sakarosa Amylum C. diphteriae + – +/C. Xerosis
+++
C. hofmanii
–--
Tes ini digunakan untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae yang diisolasi adalah virulen arena menghasilkan eksotoksin, yang dilakukan dengan dua cara, yakni : a. in vivo
:
b. in vitro
:
caranya
Intrakutan dan tes subkutan Tes elek-Ouchterlony (gel difusi gel dari elek) :
pada medium gel yang mengandung serum, sebelum mengeras
diletakan 1 strip kertas yang telah dijenuhi dengan antitoksin pada tengah-tengah medium dan ditekan perlahan ke bawah permukaan dengan pingset steril.Kemudian medium dibiarkan mengeras.Setelah itu biakan dari bakteri difteri yang dicurigai digoreskan menyilang dengan tegak lurus pada strip kertas.Perlu juga digoreskan biakan bakteri sebagai control positif maupun negative.Setelah diinkubasi pada suhu 37 0C seama 24 – 48 jam, dilihat ada tidaknya garis presipitasi yang terjadi pada bakteri tes. 1.
1. Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan Gram Yakni : Gram Positif Batang, Panjang Pendek, Besar Kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, ada pool korrel pada salah satu atau kedua ujungnya. 1. Biakan
Koloni tersangka yang tumbuh pada media sebagai berikut :
Blood Agar Plate
:Koloni kecil-kecil,putih keruh,smooth, cembung,haemolytis atau
anhaemolytis Tellurite blood agar
:Koloni kecil-kecil,abu-abu tengahnya hitam,hitam kelabu atau
hitam seluruhnya,mengkilat,smooth,cembung Loeffler Serum
:Koloni subur, smooth,putih cream, sedikit cembung
Pembacaan dan interpretasi hasil disesuaikan terhadap sifat – sifat spesifikasi bakteri
seperti yang telah diutarakan sebelumnya.
Melakukan sterilisasi terhadap berbagai alat-alat yang telah digunakan ag ar dapat steril dan tidak mengkontaminasi benda-benda yang lain dengan dimasukan ke dalam autoklaf
Terhadap Media atau bahan-bahan hasil pemeriksaan yang infeksius dilakukan pemusnahan dengan pembakaran panas tinggi , dengan menggunakan incinerator.
Mencuci tangan dengan sabun setelah memeriksa agar steril dari zat -zat yang infeksius 1.
Spesimen ditanam pada Blood agar plate dan Tellurite Blood agar plate
Masuk incubator 370C selama 24 jam
Koloni yang tersangka Corynobacterium diptheriae o
Dibuat 2 preparat :
1. Satu dicat Gram
: untuk melihat adanya Gram (+) batang
2. Satu dicat Neisser : untuk melihat adanya granula bakteri
Ditanam Subcultur di media Loeffler Serum blood agar tube atau BHI agar tube
Koloni yang tumbuh di Loeffler Serum atau Blood agar tube atau BHI agar tube, di buat smear dicat menurut Neisser untuk melihat ada tidaknya granula/poalkorrel. Selain itu juga di tanam di dalam media gula-gula dan media identifikasi yang lain. Masuk Inkubator 370C selama 24 jam
Dibaca dan dicatat pertumbuhan media gula dan media identifikasi. Setelah dilakukan tes kimia kemudian dicocokan dengan sifat-sifat Culturil dan Biochemisnya, serta Morphologisnya untuk menentukan diagnosisnya.
v Bakteri Corynobacterium diptheriae : Gram (+) batang, panjang/pendek, besar/kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua ujung badan bacteri. v Pemeriksaan dilakukan : Pemeriksaan Mikroskopis, Pemeriksaan Biakan bakteri, Tes Biokimia, Tes Virulensi. v Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan gram dan neisser. v Biakan bakteri pada media, antara lain : Media Loeffler Agar, agar tellurite, agar darah, gula-gula, tellurite cair, Blood Tellurite Agar.
v Tes biokimia Corynobacterium diptheriae memberikan hasil terhadap Glukosa, v Sakarosa, Amylum yakni sebagai berikut : C. Xerosis
+++
C. hofmanii
–--
C. diphteriae + – +/-
v Tes virulensi dilakukan dengan dua cara yakni : in vivo dan in vitro.
1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1.
1. 1.
v v
v
v v v
v
.
1. 2. 3.
1. 2. 3. 4. 5.
1. Dewasa ini, Indonesia sangat riskan polemic – polemic yang terjadi di masyarakat, terutama di lingkup Kesehatan Masyarakat. Dari berbagai aspek,kesehatan sangatlah penting dalam kehidupan, dan telah sangat banyak masyarakat yang memahami akan pentingnya
kesehatan.Namun hal tersebut tarpati hanya pada kalangan atas yang memiliki tingk at perekonomian yang mencuupi,sedang kalangan menegah ke bawah tidak begitu be sar kesadaran personal akan pentingnya kesehatan. Hal itu banyak disebabkan karena tingka perekonomian yang mencekik beleggu kesadaran tersebut. Sehingga belakangan ini banyak tersebar berbagai endemic penyakit di Indonesia,misalnya : Difteri. Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak – anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap pe nyakit yang menyerang saluran pernafasan ini. Untuk itulah sehingga dianggap perlu untuk menulis makalah ini yang berjudul “ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI DIFTERIAE PADA SWAB TENGGOROK “.
1. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
Seperti apa Bakteri
berdasarkan pengklasifikasian dan
morfologinya ?
Bagaimana
Bagaimana Pemeriksaan
itu sendiri secara abstrakturnya ? terhadap isolasi dan identifikasinya
dari pra analitik hingga pasca analitik ?
Bagaimana Pemeriksaan Bakteri
secara skematis ?
1. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae berdasarkan pengklasifikasiannya dan morfologinya.
Untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae secara abstraktur terhadap sifat patogenitasnya.
Untuk mengetahui pemeriksaan Corynobacterium diptheriae terhadap isolasi dan identifikasi dari pra analitik hingga pasca analitik.
Untuk mengetahui skema pemeriksaan bakteri Corynobacterium diptheriae agar memudahkan dalam pemeriksaannya nanti bagi pranata laboratorium.
1. Kingdom
:
Bacteria
Filum
:
Actinobacteria
Ordo
:
Actinomycetales
Famili
:
Corynebacteriaceae
Genus
:
Corynebecterium
Spesies
:
Corynebacterium diphtheria
Sub spesies
:
a. Corynebacterium diptheriae gravis
b. Corynebacterium diptheriae mitis c. Corynebacterium diptheriae intermedius 1.
Gram (+) batang, panjang/pendek, besar/kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua ujung badan bacteri.
Pada pewarnaan menurut Neisser, tubuh bacteri berwarna kuning atau coklat muda sedangkan granulanya berwarna biru violet ( meta chromatis ).
Preparat yang dibuat langsung dari specimen yang baru diambil dari pasien, letanya bakteri seperti huruf – huruf L, V, W, atau tangan yang jarinya terbuka atau sering di kenal sebagain Susunan sejajar / paralel / palisade / sudut tajam huruf V, L, Y / tulisan cina
Diameter 0,5 – 1 µm dan panjangnya 1 – 8 µm
Menggembung pada satu ujungnya berbentuk gada “club shape”
Berisi granula metakromatik Babes Berisi granula metakromatik Babes-Ernest dengan pewarnaan neisser / metilen blue loeffler
Tidak punya spora Non motil Basil, Gram positif , pleiomorfik
Tidak tahan asam Dinding sel mengandung asam meso diaminopimelik, arabinosa, galaktosa, asam mikolik 1.
Corynebacterium diphtheriae merupakan makhluk anaerobik fakultatif dan gram positif, ditandai dengan tidak berkapsul, tidak berspora, dan tak bergerak. Corynebacterium diphtheriae terdiri dari 3 biovar, yaitu gravis, mitis, dan intermedius. Di alam, bakteri ini terdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka-luka, pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang membawa bakteri. Bakteri yang berada dalam tubuh akan mengeluarkan toksin yang aktivitasnya menimbulkan penyakit difteri. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama terutama laring, amandel dan tenggorokan. Penyakit ini sering kali diderita oleh bayi dan anak-anak. Perawatan bagi penyakit ini adalah dengan pemberian
antitoksin difteri untuk menetralkan racun difteri, serta eritromisin atau penisilin untuk membunuh bakteri difteri. Sedangkan untuk pencegahan bisa dilakukan dengan vaksinasi dengan vaksin DPT.
Patogenesis
Di alam, Corynebacterium diphtheriae terdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka – luka, pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang membawa bakteri. Bakteri disebarkan melalui droplet atau kontak dengan individu yang peka. Bakteri kemudian tumbuh pada selaput mukosa atau kulit yang lecet, dan bakteri mulai menghasilkan toksin. Pembentukan toksin ini secara in vitro terutama bergantun g pada kadar besi. Pembentukan toksin optimal pada kadar besi 0,14 µg/ml perbenihan tetapi benar-benar tertekan pada 0,5 µg/ml. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya toksin in vitro adalah tekanan osmotik, kadar asam amino, pH, dan tersedianya sumber-sumber karbon dan nitrogen yang cocok. Toksin difteri adalah polipeptoda tidak tahan panas (BM 62.000) yang dapat mematikan pada dosis 0,1 µg/kg. Bila ikatan disulfida dipecah, molekul dapat terbagi menjadi 2 fragmen, yaitu fragmen A dan fragmen B. Fragmen B ti dak mempunyai aktivitas tersendiri, tetapi diperlukan untuk pemindahan fragmen A ke dalam sel. Frag men A menghambat pemanjangan rantai polipeptida (jika ada NAD) dengan menghentikan aktivitas faktor pemanjangan EF-2. Faktor ini diperlukan untuk translokasi polipeptidil- RNA t ransfer dari akseptor ke tempat donor pada ribosom eukariotik. Fragmen toksin A menghentikan aktivitas EF-2 dengan mengkatalisis reaksi yang menhasilkan nikotinamid bebas ditambah suatu kompleks adenosin difosfat-ribosa-EF-2 yang tidak aktif. Diduga bahwa efek nekrotik dan neurotoksik toksin difteria disebabkan oleh penghentian sintesis protein yang mendadak. 1.
“ PENGAMBILAN SPESIMEN, PENYIMPANAN, dan PENGIRIMAN ”
A.TUJUAN Untuk mendapatkan spsimen usap tenggorok yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan baktriologik
Waktu pngambilan
Setiap saat terutama pada phase akut , sebaiknya sebelum pemberian antimokroba. B.PERALATAN DAN BAHAN 1. Peralatan Spatula lidah 2. Bahan
Lidi kapas steril
Media transport (Amies/stuart Media)
Media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Tellurite, Agar Loeffler)
Pewarna gram dan Neisser
D.PROSEDUR PENGAMBILAN ü Penderita duduk ( kalau anak-anak dipangku) ü Penderita diminta membuka mulut ü Lidah ditekan dengan sptel liidah ü Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga menyentuh dinding belakang faring ü Usap kekiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar dengan hatihati, tanpa menyentuh bagian mulut yang lain. ü Masukkan lidi kapas ke dalam media transport atau langsung tanam pada media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Telluritee, Agar Loeffler) dan di buat sediaan. E.PEMBERIAN IDENTITAS 1. Formulir permintaan pemeriksaaan Surat pngantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiiknya memuat secara lengkap :
Tanggal permintaan
Tanggal dan jam pengambilan specimen
Identitas pasien ( Nama, umurr, jenis kelamin, alamat, nomor rekam medik )
identtits pengirim ( nama, alamat, nomor telepon)
identits specimen ( jenis, volume, lokasi pengambilan)
pemeriksaan laboratorium yang di minta
nama pengambil spsimen
transport media
ketrangan klinis : diagnosis atau riwayat singkat pnyakit, riwayat pengobatan.
2. Label Wadah specimen yang dikirim ke laboratorium diberi label yang harus memuat : 1. Tanggal pengambilan specimen 2. Identitas pasien 3. Jenis Spesimen F. PENYIMPANAN SPESIMEN Bila specimen tidak dapat di simpan pada heri yang sama, specimen disimpan dalam refrigerator (20 – 80C).Untuk biiakan bakteri mikroaerofilikdisimpan dalam suasana CO 2 5-10 % ( Sungkup lilin ) G. PENGIRIMAN SPESIMEN Pengiriman specimen dilakukan dengan menggunakan “ cool box “(2 0 – 80C). kecuali jika
waktu perjalanan yang diperlukan kurang dari 24 jam.
Terlepas dari hal itu, proses analitik secara sistematis dan komprehensif adalah sebagai berikut : 1. Tumbuhnya aerob dengan suhu optimum 37 0C Untuk dapat tumbuh dengan baik medianya perlu diperkaya dengan darah atau serum Blood Agar Plate anhaemolytis
:Koloni kecil-kecil,putih keruh,smooth,cembung,haemolytis atau
Tellurite blood agar plate:Koloni kecil-kecil,abu-abu tengahnya hitam,hitam elabu atau hitam seluruhnya,mengkilat,smooth,cembung Loeffler Serum
:Koloni subur,smooth,putih cream,sedikit cembung
Nutrient Agar
:Koloni kurus,smooth,putih dengan bercak hitam
Media gula-gula
: Glucose
Lactose
: alkalis
Mannitol
: alkalis
Sucrose
: acalis
Trehalose
: asam
Maltose
: asam
: asam
Catalase Tes
: (+)
Urea hydrolysa
: (-)
Motility
: (-)
Nitrat reduksi
: (+)
Bahan pemeriksaan ditanam pada perbenihan di atas, kemudian di nkubasi 37°C selama 1 malam kecuali agar telurit selama 2 malam. Hasil biakan pada Loefler terlihat koloni-koloni barwarna putih, selanjutnya dibuat preparat Albert atau Neisser. Dari telu rit cair ditanam pada loefler sebagai tanaman ulangan, dan pada agar darah diperiksa adanya kumankuman pathogen lainnya. 1. 1.
:
Melakukan isolasi dan identifikasi bakteri penyebab infeksi saluran
pernapasan bagian atas pada penderita dan pada carier. 1.
:
Inkubator, kaca objek, kaca penutup, lampu spiritus, mikroskop,
sengkelit, sungkup lilin. 1.
-
Agar darah
-
Agar Loeffler
-
Agar Cysttin Tellurite
-
Pewarnaan Gran
-
Pewarnaan Neisser 1.
Hapus tenggorokan, hapus hidung atau dari tempat lain yng mencurigakan . Identifikasi berdasarkan atas :
1. Pemeriksaan mikroskopik
2. Pembiakan 3. Uji biokimia 4. Uji virulensi 1. Dibuat preparat hapus dari bahan pemeriksaan dan diwarnai dengan Neisser dan Gram, hasil yang diamatai adalah sebagai berikut : Bentuk Warna Batang Granula Susunan Batang Seperti huruf cina atau membentuk hurup V, L, T 1. Dengan menggunakan Media antara ain : Media Loeffler Agar, agar tellurite, agar darah, gula-gula, tellurite cair, Blood Tellurite Agar.
-
Loeffler : gunanya untuk menyuburkan bakteri sehingga bila dibuat preparatakan
tampak granula yang jelas. -
Blood Tellurite Agar
: Media selektif differensial.
-
Agar tellurit : gunanya untuk isolasi koloni-koloni Corynebacterium diphtheriae yang
selanjutnya ditanam pada gula-gula untuk difteri. -
Telurit cair : berguna sebagai media pengaya.
-
Agar darah : gunanya untuk membiak kuman-kuman lainnya seperti Streptococcus
haemolyticus dan Staphylococcus aerus -
Gula-gula untuk difteri : glukosa serum dan sakarosa serum untuk membedakan C.
diptheri dengan kuman sejenis Adapun proses pemeriksaan bakterinya adalah sebagai berikut : 1. Inokulasi Dari media Transport maupun secara langsung specimen ditanam pada : -
Agar darah untuk isolasi
-
Agar Loeffler untuk isolasi
-
Agar Cysttin Tellurite untuk isolasi 1. Inkubasi
-
Agar darah pada suhu 35 – 370C dalam sungkup lilin selama 24 – 48 jam.
-
Agar Cysttin Tellurite dan Agar Loeffler pada suhu 35 – 370C selama 24 – 48 jam 1. Amati Pertumbuhan koloni pada media isolasi : Koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan Neisser, bila dijumpai adanya granula dilanjutkan dengan uji identifikasi tes biokimia dan tes virulensi.
Koloni tersangka yang berwarna abu-abu hitam pada agar telurit ditanam pada gluk osa serum dan sakarosa serum (atau bisa pula ditambahkan amylum), kemudian dieram pad suhu 370C selama 1 malam. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut : Glukosa Sakarosa Amylum C. diphteriae + – +/C. Xerosis
+++
C. hofmanii
–--
Tes ini digunakan untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae yang diisolasi adalah virulen arena menghasilkan eksotoksin, yang dilakukan dengan dua cara, yakni : a. in vivo
:
b. in vitro
:
caranya
Intrakutan dan tes subkutan Tes elek-Ouchterlony (gel difusi gel dari elek) :
pada medium gel yang mengandung serum, sebelum mengeras
diletakan 1 strip kertas yang telah dijenuhi dengan antitoksin pada tengah-tengah medium dan ditekan perlahan ke bawah permukaan dengan pingset steril.Kemudian medium dibiarkan mengeras.Setelah itu biakan dari bakteri difteri yang dicurigai digoreskan menyilang dengan tegak lurus pada strip kertas.Perlu juga digoreskan biakan bakteri sebagai control positif maupun negative.Setelah diinkubasi pada suhu 37 0C seama 24 – 48 jam, dilihat ada tidaknya garis presipitasi yang terjadi pada bakteri tes. 1. 1. Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan Gram Yakni : Gram Positif Batang, Panjang Pendek, Besar Kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, ada pool korrel pada salah satu atau kedua ujungnya. 1. Biakan
Koloni tersangka yang tumbuh pada media sebagai berikut :
Blood Agar Plate
:Koloni kecil-kecil,putih keruh,smooth, cembung,haemolytis atau
anhaemolytis Tellurite blood agar
:Koloni kecil-kecil,abu-abu tengahnya hitam,hitam kelabu atau
hitam seluruhnya,mengkilat,smooth,cembung Loeffler Serum
:Koloni subur, smooth,putih cream, sedikit cembung
Pembacaan dan interpretasi hasil disesuaikan terhadap sifat – sifat spesifikasi bakteri
seperti yang telah diutarakan sebelumnya.
Melakukan sterilisasi terhadap berbagai alat-alat yang telah digunakan agar dapat steril dan tidak mengkontaminasi benda-benda yang lain dengan dimasukan ke dalam autoklaf
Terhadap Media atau bahan-bahan hasil pemeriksaan yang infeksius dilakukan pemusnahan dengan pembakaran panas tinggi , dengan menggunakan incinerator.
Mencuci tangan dengan sabun setelah memeriksa agar steril dari zat-zat yang infeksius 1.
Spesimen ditanam pada Blood agar plate dan Tellurite Blood agar plate
Masuk incubator 370C selama 24 jam
Koloni yang tersangka Corynobacterium diptheriae o
Dibuat 2 preparat :
1. Satu dicat Gram
: untuk melihat adanya Gram (+) batang
2. Satu dicat Neisser : untuk melihat adanya granula bakteri
Ditanam Subcultur di media Loeffler Serum blood agar tube atau BHI agar tube
Koloni yang tumbuh di Loeffler Serum atau Blood agar tube atau BHI agar tube, di buat smear dicat menurut Neisser untuk melihat ada tidaknya granula/poalkorrel. Selain itu juga di tanam di dalam media gula-gula dan media identifikasi yang lain. Masuk Inkubator 370C selama 24 jam
Dibaca dan dicatat pertumbuhan media gula dan media identifikasi. Setelah dilakukan tes kimia kemudian dicocokan dengan sifat-sifat Culturil dan Biochemisnya, serta Morphologisnya untuk menentukan diagnosisnya.
v Bakteri Corynobacterium diptheriae : Gram (+) batang, panjang/pendek, besar/kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua ujung badan bacteri. v Pemeriksaan dilakukan : Pemeriksaan Mikroskopis, Pemeriksaan Biakan bakteri, Tes Biokimia, Tes Virulensi. v Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan gram dan neisser. v Biakan bakteri pada media, antara lain : Media Loeffler Agar, agar tellurite, agar darah, gula-gula, tellurite cair, Blood Tellurite Agar. v Tes biokimia Corynobacterium diptheriae memberikan hasil terhadap Glukosa, v Sakarosa, Amylum yakni sebagai berikut : C. Xerosis
+++
C. hofmanii
–--
C. diphteriae + – +/-
v Tes virulensi dilakukan dengan dua cara yakni : in vivo dan in vitro
View more...
Comments