ISLAM dan GLOBALISASI

November 7, 2018 | Author: Satya Fattah Ibrahim | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download ISLAM dan GLOBALISASI...

Description

Islam, Umat Islam dan Globalisasi

Disusun oleh : Khuria Sandiana (1011080005) Maryati (1011080093) Nissa Putri Utami (1011080028) Rudi Ertanto (1011080041) Rohyan (1011080023) Satya Fattah Ibrahim (1011080008)

BKI Kelas A, Semester 1

IAIN Raden Intan Lampung Fakultas Tarbiyah Tarbiyah Jurusan Bimbingan Konseling 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Masalah

Sebagai Sebag ai um umat at Isl Islam am kita bersifat terbuka terbuka kep kepada ada Bar Barat at sesu sesuai ai den dengan gan anjuran agam. Hal yang mendorong mendorong kita untuk menilai sifat itu itu adalah : (1). Kita adalah pemiliki risalah Islamiyah (global) yang datang untuk seluruh manusia manu sia

diseluru dis eluruh h penjuru penjuru dunia. Benar Benar bahwa kit kitaa suci kita kita berb berbhasa hasa Arab.

Rasul kita seorang Arab, dan Islam tumbuh di dunia Timur (Arab), tetapi ini   bukan berarti bahwa Islam di tujukan hanya untuk bangsa tertentu, melainkan untuk segenap penduduk bumi.

Beberapa tahun sebelumnya, istilah gloablisasi sudah mengg menggema ema di seluruh dunia. Kal alaa

itu se seak akan an

men enja jad di

buah

bib ibiir

seti se tiap ap

inssan in

yan ang g

berf rfik ikiir

dan

membanyang memb anyangkan kan terwujudny terwujudnyaa kehid kehidupan upan global global di era sekarang ini. ini. Kemaj Kemajuan uan sains dan teknologi sudah mencapai perkembangan yang sanagt sana gt pesat te t ermasuk di negara kita Indonesia. Indonesia. Kini pembangunan pembangunan di negara kita telah mencapai kemajuan kemajuan yang sangat pesat, terlebih sejak bergulirnya era reformasi hingga saat sekarang ini.

Keadaan ini tidak lain adalah disebabkan karena minimnya sumber daya manusia (SDM) (SD M) da dari ri um umat at Isl Islam. am. Sesu Sesung ngguh guhny nyaa ki kita ta seb sebagai agai um umat at Isl Islam am mem memili iliki ki kekayaan sumber daya manusia cukup, tetapi di lain pihak kita masih miskin dengan sumber daya manusia, bahkan sa mpai saat ini kita belum memiliki tenaga t enaga-tenaga yang profesional

2

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan dari permasalah ini adalah : 1. Apakah Globalisasai itu ? 2. Bagaimana Islam di era globalisasi ? 3. Bagaimana dampak globalisasi terhadap umat Islam ? 4. Bagaimana sikap umat Islam dalam menghadapi tantangan globalisasi ?

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Globalisasi

Dr. Jalal Amien Amien,, seoran seorang g pakar ilmu sos sosial ial dan eko ekonom nomii men mengatak gatakan, an, bahwa globalisasi adalah kata yang baru, namun fenomenanya sendiri sudah lama ada. Dia melanjutkan: kita memahami globalisasi ini sebagai satu peruntuhan yang maha cepat terhadap jarak yang mem memisahkan isahkan antara masyarakat masyarakat man manusia usia.. Baik  yang be berupa rupa transp transportasi ortasi barang barang-baran -barang, g, mod modal, al, manusi anusia, a, ilmu peng pengetahu etahuan, an,  pemikiran, dan nilai-nilai. Maka dalam pandangan kami, hal ini serupa dengan munculnya peradaban peradaban di masa lalu.1

Globalisasi adalah terjemahan dari bahasa Perancis monodialisation yang berarti menjadikan sesuatu pada level dunia, atau perubahan dari posisi yang terbatas dan terkontrol menjadi sesuatu yang tidak terbatas (borderless) dan tidak terkontrol. Yang Yan g dim dimaksud aksud den dengan gan terb terbata atass adalah bat batas as-ba -batas tas Neg Negara ara-ne -negar garaa seca secara ra geograf geo grafis is den dengan gan pen pengaw gawasan asan yan yang g de demik mikian ian ke ketat tat be berup rupaa be beaa cuk cukai ai dal dalam am masalah pemasukan dan pengeluaran barang. Di samping juga penjagaan yang demikian ketat terhadap masuknya unsur-unsur yang dianggap berbahaya yang  berasal dari luar. Baik hal tesebut berhubungan dengan masalah ekonomi, politik  atau-pun ataupun budaya. budaya. Sedang Sedangkan kan yang dim dimaksud aksud dengan tanpa batas adalah a lam semesta, atau globe (bola dunia) ini. 2

Masalah Mas alah glob globalisasi alisasi ini buk bukan an saja men menyangk yangkut ut seru seruan an kep kepada ada pe perkemban rkembangan gan kapitalisme modern, namun juga seruan untuk mambangun sebuah model dan gayaa hi gay hidu dup p te terten rtentu. tu. Mak Maknan nanya ya ial ialah ah di samp samping ing seb sebagai agai sis sistem tem ek ekon onom omi, i, globalisasi juga adalah sebuah ideologi. Sebagian penulis juga menggandengkan

1

2

Yusuf Al-Qaradhawi, ISLAM ABAD 21, 2001, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Hal. 215 Ibid, hal 216

4

antara globalisasi dengan Amerikanisasi. Yakni mengglobalkan karakter-karakter  yang serba Amerika.3

Globalisasi juga berarti pemaksaan dominasi cultural mereka yang berdasarkan falsaf fal safah ah ma materi terili liali alistik stik,, prag pragmati matism sm,, ke kebeb bebasan asan yan yang g sam sampai pai pad padaa tin tingk gkatan atan  permisif. Amerika serikat menggiring penduduk dunia untuk setuju dengan apa yang mereka inginkan melalui lecutan ancaman ataupun janji-janji palsu. Ini bias kita lihat pada International Population Conference (Konferensi Kependudukan Internasion Inte rnasional) al) yang diselenggarak diselenggarakan an di Kairo pada mu musim sim panas tahun 199 1994. 4. Dalam muktamar ini Amerika serikat mengingink menginginkan an agar dikelu dikeluarkan arkan satu resolusi r esolusi yang yan g me meng nghal halalkan alkan abo aborsi rsi seca secara ra mu mutlak tlak,, mem membol bolehk ehkan an adan adanya ya pe perkawi rkawinan nan sejen se jenis is (h (hom omose oseks ksu ual at atau au le lesb sbia ian) n),,

memb me mbeb ebask askan an ana anak k-an -anak ak

melak me lakuk ukan an

hubungan seksual, pengakuan sah terhadap hasil pernikahan di luar perkawinan yang yan g leg legal al dan lai lain n-lai -lain, n, yang sem semuan uanya ya be berseb rseberan erangan gan sec secara ara ke kesel seluru uruhan han seba se bagai gaim man anaa hal it itu u san sanga gatt be berte rtent ntan angan gan de deng ngan an apa yan yang g ada ada di dal dalam am masyarakat kita dan telah menjadi bagian dan darah daging kehidupan mereka. Oleh Ole h seb sebab ab itu itulah lah un unive iversi rsitas tas Al Al-Azh -Azhar ar men menya yatakan takan pen penen entang tangann annya ya yang demikian keras terhadap usulan ini.4

Global Glo balisa isasi si dal dalam am fo formatn rmatnya ya yan yang g sek sekaran arang g ini pad padaa uj ujun ungn gnya ya han hanya ya akan menguntungkan Negara-negara kuat dan merugikan Negara-negara lemah. Yang kaya ka ya sem semakin akin kay kaya, a, dan yan yang g mis iskin kin se sem maki akin n ki kian an me meran rana. a. Se Sert rtaa un untuk  tuk  kepentingan Negara-negara Utara yang kaya dan kerugian bagi Negara-negara Selatan yang miskin.5

Global Glo balisa isasi si yan yang g men menekan ekankan kan pad padaa pri priva vatisa tisasi, si, an anti ti in interv tervens ensii neg negara ara dal dalam am eko ek ono nom mi, da dan n ke kepe perc rcay ayaan aan ab abso solu lutt pa pad da

meka me kan nism ismee pa pasa sarr in ini, i, mun uncu cull

  berbarengan dengan bangkitnya paham neo-liberalisme di Amerika Serikat pada masa Presiden Ronald Reagan dan di Inggris pada masa PM Margaret Thatcher. 3 4 5

Ibid, hal. 217 Ibid, hal. 219 Ibid, hal, 221

5

Secara Sec ara pak paksa sa age agend ndaa glo global balis isasi asi ini diim diimplem plement entasik asikan an ata atass ne negar garaa-ne -negar garaa  berkembang lewat badan-badan dunia seperti WTO, IMF dan Bank Dunia. 6 Apakah globalisasi berhasil mewujudkan kemakmuran? Jawabnya iya, jika yang dimaksu dim aksud d adal adalah ah kem kemakmu akmuran ran un untuk tuk neg negara ara-n -nega egara ra Ba Barat. rat. Me Merek rekaa mem memang ang menikmati kemakmuran kemakmuran yang ya ng luar biasa. Tapi, masyarakat di negara-negara negara-negara Dunia Ketiga Ke tiga tet tetap ap hid hidup up dal dalam am kem kemisk iskinan inan dan ke keterb terbel elakan akangan gan.. Men Menuru urutt lap lapor oran an UNDP tahun 1999, seperlima orang terkaya dari penduduk dunia mengkonsumsi 86 % barang dan jasa dunia. Sebaliknya seperlima penduduk termiskin hanya 7

mendapatkan 1 persen lebih sedikit barang dan jasa dunia.

Dari seluruh uraian di atas, terbukti bahwa modernisasi dan globalisasi hanyalah istil is tilahah-is istil tilah ah ko koson song g yan yang g tid tidak ak me memb mber erii ko kont ntri ribu busi si ap apaa pu pun n ba bagi gi du duni nia, a, khusu kh ususny snyaa Dun Dunia ia Isl Islam, am, ke kecual cualii han hanya ya mem memberi beri jal jalan an bag bagii im impe perial rialisme isme itu sendi sen diri ri un untuk tuk teru teruss me mencen ncengk gkeram eram dan me menge ngeksp ksploi loitasi tasi du dunia nia dem demii naf nafsu su serakahnya yang tidak pernah kenyang. Kenyataan ini semakin gamblang terlihat semenjak lahirnya dominasi tunggal Amerika Serikat pasca runtuhnya Uni Soviet tahun 1991 dan munculnya agenda anti terorisme yang digalang Amerika Serikat  pasca Tragedi WTC 9/11 tahun ta hun 2001.

Globalisasi Glob alisasi menurut menurut pand pandangan angan sebagai orang adalah melen melenyapkan yapkan dinding dinding atau  jarak antara satu bangsa dengan bangsa lain, dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. Sehingga semuanya menjadi dekat dengan kebudayaan dunia,  pasar dunia dan keluarga dunia.

Dr. Yusuf Al-Qardhawi , mengatakan bhawa adanya persamaan antara makna globali glo balisasi sasi yang yang dipahami dipahami du duni niaa Ba Barat rat dan globali globaliasi asi yang dimaksud dimaksud den dengan gan Islam.

6

Budi Winarno, Globalisasi Wujud Imperialisme Baru : Peran Negara dalam Pembangunan (Yogyakarta : Tajidu Press, 2004), hal. 95 -98. 7 International Forum on Globalization. 2003. Globalisasi Kemiskinan Kemiskinan dan Ketimpangan (Does Globalization Help The Poor?), terjemahan oleh A. Widyasmara dan AB Widyanta, (Yogyakata : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. 2003).

6

Akan tetapi tetapi seb sebena enarny rnyaa

ada pe perbed rbedaan aan yan yang g be besar sar antara keduany keduanya, a, art artiny inyaa

dipahami oleh Islam mengenai globalisasi adalah sesuatu yang berdsatkan nilainilai pengho penghormatan rmatan dan persamaan persamaan kepada kepada sekuruh dunia dunia (Al (Al-Isro -Isro : 70) bahwa bahwa setiap set iap man manusi usiaa mem memilik ilikii hak dan tang tanggun gung g jw jwab ab yan yang g sama dih dihadap adapan an Al Allah lah SWT. Berbed Be rbedaa den dengan gan pe pemah mahaman aman Bar Barat at men mengen genai ai glo globali balisasi sasi yai yaitu tu seb sebagai agai sua suatu tu keharusan untuk menguasai menguasai politik, ekonomi, ekonomi, kebudayaan, sosial masyarakat masyarakat..

2.2. Islam dan Globalisasi

Islam adalah agama global dan universal. Tujuannya adalah menghadirkan risalah   beradab beradaban an isl islam am yan yang g sem sempu purna rna dan menyelu menyeluruh ruh,, bai baik k sec secara ara spi spirit rit,, akh akhlak  lak  mau aupu pun n mate ateri ri.. Did Didalam alamny nyaa ada as aspe pek k du duni niaw awii dan uk ukhr hraw awii ya yang ng sa sali ling ng melengkapi. Keduanya ada;ah satu kesatuan yang utuh dan integral. Universal atau globalisasi Islam menyeru semua semua manusia, tanpa memandang bangsa, suku suku  bangsa, warna kulit dan deferensiasi lainya. Hal ini di jelaskan Allah Swt dalam Al-Qur¶an. ´All Qur ´A Qur'aan 'aan it itu u tiad tiadaa lai lain n han hanyal yalah ah pe perin ringat gatan an bag bagii sem semesta esta Al Alam´ am´ (Q (QS. S. At At-Takwir : 27) Semenj Sem enjak ak abad ke 7, Nab Nabii Muh Muhamm ammad ad SAW SAW,, su sudah dah men mener erapk apkan an glo globali balisasi sasi dalam dal am be berbag rbagai ai aspe aspek k keh kehidu idupan pan,, mi misaln salnya ya

Ketika Ket ika be beliau liau men menge gerim rim utu utusaan saan

membawa suart-surat beliau kepada para raja dan para pemimipin di berbagai negara neg ara tetangga. tetangga. Diantara Diantara para raja dan pemimpin pemimpin itu adalah adalah raja Romawi Romawi dan dan kisra persia.

Deng De ngan an de demik mikian ian,, ke ketik tikaa waf afat at maka se selu luruh ruh bag bagsa sa ar arab ab su suda dah h mamp ampu u menerusk men eruskan an glob globalisasi alisasi yang telah dirin dirintis tis oleh Beliu. Perlu dip dipahami ahami bahwa   blobalis blobalisasi asi Islam berangkat berangkat dari kesatuan antara tatarn konseptual konseptual dan tataran aktual dan ini merupakan salah salah satu keistimewaan Islam.

7

Menurut Menu rut Fathi Yakan Yakan,, glo globalisa balisasi si

Isalm memiliki memiliki keistimewaan keistimewaan-ke -keistimew istimewaan aan

yaitu : 1. Memiliki keseimbangan antara hak dan kewajiban 2. Membangun suatu suatu masyarakat yang adil dan memiliki kekauatan kekauatan 3. memilik memilikii land landasan asan atau kon konsep sep kese kesetaraan taraan manu manusia sia tanpa desk deskriminasi riminasi,,  baik status, sosial, ernis, kekayaan, warna kulit dan sejenisnya 4. Menjadikan musyawarah sebagai landasan sistem politik  5. menjad adik ikan an

Ilm lmu u

seb se bag agai ai

kewaj ajiiban

bag agii

mas asy yarak akaat

untu tuk  k 

mengemabangkan bakat-bakat kemanusiaan

Globalisasi Glob alisasi Islam adalah prose prosess meng mengglob globalisasik alisasikan an nilai nilai-nila -nilaii univ universal ersal sepe seperti rti toleran tol eransi si,, ke kebers bersama amaan, an, ke keadi adilan, lan, ke kesatu satuan, an, mu musyaw syawarah arah dan lai lain n-lai -lai..

Islam Is lam

sebagai sebag ai agama samawi yang turun dari Allah Allah Swt dan buk bukan an merupakan merupakan buah   pikiran manusia semata, dengan demikian aturan-aturan Islam terperinci dengan  jelas dalam Al-Qur¶an dan Hadits. Seir Se irin ing g de deng ngan an pe perke rkemb mbang angan an zam zaman, an, ag agama ama Is Islam lam sem semaki akin n be berke rkemb mbang ang keseluruh penjuru dunia dengan cara perdagangan, perkawinan dan lain-lain. lain-lain.

Melihat strategi yang ya ng dicangkan Barat dalam isu Globalisasi sungguh sungguh amat busuk. Mereka mempunyai agenda terselubung dalam mengkikis habis ajaran Islam yang di anut ban bangsa gsa Timur. Timur.

Penye Pen yebar baran an itu mereka mereka lak lakuk ukan an mel melalu aluii pen penye yebar baran an

informasi info rmasi dengan dengan sis sistem tem teknolo teknologi gi

mode mo dern rn yan yang g dap dapat at men mengirim girim informasi informasi

keseluruh penjuru dunia. Melalu Mel aluii jal jalur ur ini mereka mereka men mengu guasai asai publik publik

opini op ini yang tidak jarang jarang be berisi risikan kan

serangan, hinaan, pelecehan dan hujatan terhadap Islam dan mengesankan agam Islam sebagai teroris. Perang Perang yang mereka lancarkan bukan hanya perang perang senjata namun jug jugaa perang agama. agama. Mereka berusaha berusaha meracuni meracuni dan men menodai odai kesuci kesucian an Islam Isl am lew lewat at Edio Ediolog logii sek sekule uler, r, po politi litik, k, Ek Ekon onom omi, i, sos sosial ial bu buday daya, a, tek tekno nolog logi, i, komunikas kom unikasi, i, keam keamanan anan dan sebg sebgainya ainya.. Secara berl berlahan ahan-lahan tapi pasti merek merekaa menggerogoti Islam dari dalam dan tujuan akhirnya adalah melenyapkan Islam dari Muka bumi .

8

Di Indonesia, globalisasi dan liberalisasi makin  jauh masuk  utamanya melalui LOI (Letter  of  Intent) tahun 1998 yang ditandatangani  bersama oleh Soeharto,  presiden Indonesia ketika itu, dan Camdessus, mewakili IMF menyusul krisis moneter  yang melanda Indonesia. Diantara Diantara butir   butir LOI LOI adalah adalah penghapusan  penghapusan subsidi,  privatisasi dan liberalisasi. Beberapa  butir   butir  penting  penting itu kini sudah dilaksanakan. Subsidi  pupuk  dihapus,  begitu  juga BBM yang membuat kedua komoditas strategis itu melambung terus harganya. Tentu saja rakyat sangat menderita karenanya. Bersama dengan liberalisasi sektor  migas yang dilakukan melalui UU Migas tahun 2001 yang memuat  pasal  penghentian  peran monopoli Pertamina mulai tahun 2005 ini,  penghapusan subsidi itu ternyata  berujung  pada masuknya  perusahaan asing di dalam dalam bisnis  bisnis migas di Indonesia. Artinya, melalui tangan IMF dan  para kompradornya di dalam negeri Indonesia, kapitalis global  bisa masuk  dengan legal dan leluasa untuk  menghisap kekayaan Indonesia. Apa yang akan kita katakan katakan bila  bila itu itu bukan  bukan merupakan merupakan penjajahan  penjajahan atau imperialisme ekonomi?

Contoh lain dari dari makin merasuknya  paham neo liberal ke tubuh ekonomi Indonesia adalah UU UU No  No 7 Tentang Sumber  Daya Air  Air (SDA) (SDA) tahun 2004. UU itu dalam banyak  dalam  banyak  pasal  pasal membuka  peluang terjadinya  privatisasi sektor  air, sekaligus memungkinkan pengalihan memungkinkan  pengalihan fungsi air  air secara secara fundamental dari fungsi  publik  yang  bersifat sosial menjadi fungsi komoditas yang yang bersifat  bersifat komersial. Maka, Maka, bersama  bersama dengan berbagai dengan  berbagai komponen umat Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) pada (FUI)  pada 29 April 2005 di Jakarta, HTI mengadakan diskusi  publik  dan demo  besar  bertema  bertema Menolak  Menolak Liberalisasi Liberalisasi Air  Air dalam dalam UU Sumber  Sumber Daya Daya Air. FUI sepakat  bahwa UU tersebut harus ditolak  dan diganti dengan  pengaturan yang sesuai dengan syariah Islam yang mampu mempertahankan hak  hak dasar  dasar rakyat rakyat atas air  air dan dan memungkinkan pengelolaan memungkinkan  pengelolaan air  air secara secara adil.

Proses globalisasi ini memiliki  pengaruh yang sangat  besar   besar  bagi  bagi  perkembangan nilai-nilai agama. Realitas ini mendapat respon yang cukup cukup beragam  beragam dari kalangan  pemikir  dan aktivis agama. Agama sebagai sebuah  pandangan yang terdiri dari

9

 berbagai doktrin dan nilai memberikan memberikan pengaruh  pengaruh yang yang besar   besar  bagi  bagi masyarakat. Hal ini diakui oleh  para  pemikir, antara lain Robert  N. Bellah dan Jose Casanova, mereka mengakui  pentingnya  peran agama dalam kehidupan sosial  politik  masyarakat dunia. Dalam konteks ini agama memainkan memainkan peranan  peranan yang yang penting  penting di dalam proses dalam  proses globalisasi. Agama Agama bukan  bukan hanya hanya pelengkap  pelengkap tetapi menjadi salah satu komponen penting komponen  penting yang cukup cukup berpengaruh  berpengaruh di dalam dalam berbagai  berbagai proses  proses globalisasi. Karena begitu Karena  begitu pentingnya  pentingnya  peran agama dalam kehidupan masyarakat, maka  perlu kiranya kita memahami sejauh mana  posisi agama di dalam merespon  berbagai  persoalan kemasyarakatan.8

2.3. Dampak Globalisasi Terhadap Umat Islam

Sebagaimana telah kita ketahui, era globalisasi ditandai dengan kemajuan di  bidang teknologi komunikasi, transportasi dan informasi yang sedemikian cepat. Kemajuan di  bidang ini membuat segala kejadian di negeri yang  jauh  bahkan di  benua yang lain dapat kita ketahui saat itu  juga, sementara  jarak  tempuh yang sedemikian  jauh dapat dijangkau dalam waktu yang singkat sehingga dunia ini menjadi seperti sebuah kampung yang kecil, segala sesuatu yang terjadi  bisa diketahui dan tempat tertentu tertentu bisa  bisa dicapai dalam waktu yang amat singkat.9

Dengan adanya globalisasi ini telah menimbulkan  banyak  sekali akibat yang sangat buruk  sangat  buruk dan dan tidak  tidak akan akan mungkin dapat dilupakan oleh sejarah umat manusia. Mulai dari  penghisapan kekayaan alam negara-negara terjajah secara semenamena hingga tewasnya tewasnya jutaan  jutaan manusia yang tak  berdosa  berdosa akibat ulah negara-negara kapitalis penjajah kapitalis  penjajah biadab  biadab 8, termasuk  termasuk tragedi tragedi kemanusiaan yang terjadi di Irak  Irak saat saat ini akibat invasi invasi brutal  brutal Amerika Serikat Serikat bulan  bulan Maret 2003.10

8

Bachtiar Effendi, Masyarakat Agama dan Tantangan Globalisasi : Mempertimbangkan Konsep Bachtiar Effendi, Deprivatisasi Agama, Makalah tidak  tidak diterbitkan, diterbitkan, hal. 5 9 Dunia,, (terj.), Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, hal. 21-23 Yusuf al-Qardhawi, Yusuf  al-Qardhawi, Islam dan Globalisasi Dunia 10 Suparman dan Sobirin Malian, Ide-Ide Besar  Besar Sejarah Sejarah Intelektual Amerika, Yogyakarta : UII Press, 2003, hal. X.

10

Pembangunan di negara kita kita juga  juga telah mencapai kemajuan yang demikian demikian pesat,  pesat, terutama sejak  bergulirnya  bergulirnya era reformasi hingga sat ini, karena, seiring dengan itu Marilah kita umat Islam secara secara bersama-sama  bersama-sama ikut ambil ambil bagian  bagian dengan cara aktif, terutama dalam  pembangunan mental spritual, agar  umat Isalmv tidak  sekedar  maju dalam segi  pisik  saja, namun  juga kokoh mentalnya, tidak  mudah terjebak  dalam pemikiran dalam  pemikiran yang rusak.

Dalam abad teknologi modern sekarang ini, manusia telah diruntuhkan eksistensinya sampai ketingkat mesin akibat  pengaruh globalisasi. Roh dan kemanusian manusia telah diremahkan diremahkan bigitu  bigitu rendah. Manusia adalah mesin yang dikendalikan oleh kepentingan  pinacial untuk  menuruti arus hidup yang materialistis dan sekuler. Globalisasi adalah merupkan gerakan yang telah dan sedang di lakukan oleh negara-negara Barat sekuler  untuk  untuk secara secara sadar  atau tidak, akan menggiring kita  pada kehancuran kehancuran peradaban.  peradaban.

Sebagaimana telah kita saksikan dalam kehidupan seh sehaari ri-har -hari, i,  baik  secara langsung maupun melalui media cetak  dan elektronik, mulai dari dari perilaku,  perilaku, gaya hidup, norma  pergaulan dan kehidupan yang dipraktikan oleh ora orang ng-or -orang ang Barat akhir-akhir ini akhir-akhir  ini semakin menjurus menjurus pada  pada kemaksiatan. Apa yang mereka suguhkan snagt berpengaruh snagt  berpengaruh terhadap terhadap pola  pola pikir   pikir umat umat Islam.

Tidak  sedikit dari orang-orang Islam yang secara  berlahan-lahan menjadi lupa akan tujuan hidupnya, yang senantiasa untuk  ibadah,  berbalik  menjadi malas ibadah dan lupa akan Tuhan yang telah memberikannya kehidupan. Akkbat  pengaruh

modernisasi dan globalisasi  banyak  manusia khususnya umat Islam

yang lupa lupa bahwa  bahwa sesungguhnya ia diciptakan diciptakan bukan  bukan sekedar  sekedar ad, ad, namun ada tujuan mulia yaitu yaitu biribadah  biribadah kepada Allah SWT. Di zaman sekarang ini, tidak  sedikit dari umat slam yang lemah Iman, karena telah

salah kepada dlam menyikapi isu globalisasi, mereka seakan-akan

kedatangan tamu istimewa, tamu tamu pujaan  pujaan hati yang telah lama di agung-agungkan.

11

Sehingga di dalam  bayangan mereka, globalisasi adalah segala-galanya dan merupakan puncak  merupakan  puncak  dari modernisasi,  pada hal ia sesungguhnya adalah tipu daya dari  bangsa Barat  belaka yang sengaja menjerat dan akan menjerumuskan umat Islam. Nasib Islam.  Nasib Islam modern atau globalisasi ini sangat di tentukan oleh sejauh man kemampuan umat Islam merepon secara tepat tuntutan dan  perubahan sejarah 11

terjadi di era ini (era globalisasi) .

Umat manusia telah terbentuk  sebagaimana  produk  industri itu sendiri tidak  tidak ada ada lagi ke unikan, yang ada hanyalah kekauan yang seragam sehingga secra sadar  atau tidak  sadar  manusia  berlangsun-angsur  kehilangan asas kemerdekaanya, 12

 padahal itulah yang dijadikan tumpuan tumpuan bagi  bagi ilmu ilmu pengetahuan  pengetahuan dan teknologi

Dengan adanya globalisasi ini membawa dampak   positif 

dan negatif   bagi

kepentingan  bangsa dan umat Islam. Dampak  Dampak  positif   positif  misalnya makin mudahnya memperoleh informasi dari luar  sehingga dapat membantu menemukan alternatifalternatif  baru alternatif   baru dalam usaha

memecahkan masalah yang dihadapi. Misalnya,

melalui internet kita dapat menakses informasi-informasi yang dibutuhkan. Dibidang ekonomi,  perdagangan  bebas antara negara  beraarti makin terbukanya  pasar dunia  pasar  dunia bagi  bagi produk-produk,  produk-produk,  baik  berupa barang  berupa  barang atau atau jasa.  jasa.

Dalam kaitannya dengan umat Islam di Indonesia , dampak  negatif  yang  paling nyata adalah terbentuknya nilai-nilai asing yang

masuk  lewat  berbagai cara.

Dengan nilai-nilai agama yang di anut oleh sebagian sebagian besar   besar  bangsa  bangsa kita, mengingat agama Islam adalah agama yang  berdasarkan hukum (syari¶ah),

maka

 pembenturan nilai itu akan sangat terasa di di bidang  bidang syari¶ah ini.

Globalisasi informasi telah membuat umat kita mengetahui  praktik  hukum (terutama hukum keluarga) di negeri lain, terutama di negri maju yang sebagian sama dan sebagia lagi lagi berbeda  berbeda dari hukum Islam

11 12

ama, 2006, Bandung : PT. Remaja Rosadakarya, hal. 304 Kahmad Dadang, Sos Sosiiolog i A g ama,  Ibid , hal. 96

12

2.4. Sikap Umat Islam dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi

Menghadapi era globalisasi, sikap kaum muslim  bisa dikatakan terbagi menjadi  beberapa macam yaitu ; 1. Mengikuti secara mutlak, mereka meyakini meyakini bahwa  bahwa apa yang ada di  balik  globalisasi dan semua hal yang yang berbau  berbau westernisasi adalah sebuah standar  edial yang  perlu untuk  di tiru. Sikap seperti inilah yang akan menenggelamkan umat Islam dari dari peredarannya.  peredarannya. 2. mereka yang menolak  secara keseluruhan. Golongan ini lah yang diistilahkan oleh Prof. Dr  Yusuf  Qaedawi sebagai kelompok  ´penakut´. Mereka takut untuk  untuk  berhdapan  berhdapan secara langsung dengan dengan peradaban  peradaban Barat. Hal ini dinlai tidak  ´Fair´ karena dianggap lari dari kenyataan yang ada. Mereka menutup  pintu rapat-rapat terhadap hembusan angin globalisasi karena takut terkena debu dan dan polusi  polusi peradaban  peradaban  padahal sejatinya mereka membutuhkan udara. 3. golongan moderat (berada di tengah-tengah). Golongan inilah yang menjadi cerminan sikap ideal seorang muslim. Mereka sadar   bahwa menutup diri serta mengisolasi diri dari dunia luar  hanyalah usaha yang sia-sia  belaka dan tidak  tidak  berguna.  berguna. Mereka meyakini  bahwa Islam adalah agama yang selaras dengan kemajuan zaman.

Pertanyaan yang selanjutnya yang mengemukan adalah tentang masa depan umat Islam. Setidaknya ada dua dua prediksi  prediksi yaitu : 1.  pesimistik, sikap ini muncul karena melihat realita yang ada dalam tubuh umat Islam sekarang. Dimana untuk  ukuran  perkembangan sains dan teknologi

umat Islam  berada dalam  posisi

Permasalah

umat

Islam saat ini semakin

yang  paling  bawah. kompleks.

Terjadinya

kesenjangan sosial, keterbelakangan HAM tealh tealh begitu  begitu memperhatinkan 2. optimesme, sikap ini didasari  pada  pengamatan sejarah, dimana kita mengukir  kejayaan dimasa lampau, dengan sikap ini, mereka meyakini

13

 bahwa kemajuan  peradaban akan terus  berputar  dan  bergantian diantara manusia.

Sebagai umat Islam, kita  berkewajiban untuk  untuk  berjuang  berjuang dan menjunjung tinggi agama Islam Ada beberapa Ada  beberapa tawaran alternatif  alternatif :: 1.

mengembalikan keadaan umat Islam yang selama ini ´ tertidur´

2.  bersikap inklusif  terhadap  budaya luar, karena sikap mengisolasi diri

adalah sikap yang  bertentangan dengan ajaran Islam. Al-Qur¶an surat AlHujarat ayat 13 ´ Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang  perempuan dan menjadikan kamu  berbangsa - bangsa dan dan bersuku-suku  bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

3. Berpegang teguh teguh pada  pada ajaran Islam sebgai sumber  sumber isprirasi isprirasi peradaban  peradaban dan yang terpenting adalah merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari

Globalisasi  bagi umat Islam tidak  tidak  perlu  perlu diributkan, diterima ataupun di tolak, namun yang yang paling  paling penting  penting dari semua adalah seberapa seberapa besat  besat peranan  peranan Islam dalam menata umat manusia menuju tatanan dunia  baru yang lebih maju dan  beradab. Bagi kita semua, ada atau tidaknya istilahglobalisasi tidak  menjadi masalah yang  penting ajaran Islam sudah sudah benar-benar   benar-benar  diterima secara globa, secara manusaiwi oleh segenap umat manusia, diterapkan dalam kehidupan masing-masing  pribadi, dalam berkeluarga, dalam  berkeluarga, bertetangga,  bertetangga, bermasyrakat,  bermasyrakat, berbangsa  berbangsa dan dan bernegara.  bernegara.

Sebagai umat Islam hendaknya nilai modern  jangan kita ukur  dari moderennya,  pakaiannya,  perhisan dan  penampilannya namun modern modern bagi  bagi umat Islam adalah modern dari segi segi pemikiran,  pemikiran, tingkah laku, laku, pergaulan,  pergaulan, ilmu ilmu pengetahuan,  pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial sosial budaya,  budaya, politik   politik dan dan ekinomi.

14

2.5. Berbagai Paradigma Islam dalam Menghadapi Globalisasi

Pada mulanya agama-agama muncul dari unsur  kebudayaan sebuah masyarakat sebagai  bagian ritus transendental yang didominasi kekuatan mistis. Agama ini lahir  dalam dalam bentuk-bentuk   bentuk-bentuk  yang  plural sesuai dengan corak  ekonomi sosial tiaptiap masyarakat  pada masanya. Meskipun tidak  secara linier  linier  bentuk   bentuk  tersebut sesuai dengan kondisi transformasi sosioekonominya, setidaknya fakta telah menunjukkan bahwa menunjukkan  bahwa agama agama pada  pada era kini telah mengalami mengalami perubahan  perubahan yang cukup signifikan dibandingkan awal kemunculannya. Perubahan nonlinier  ini kemudian membentuk   beragam kategori.  Namun, secara general kualifikasinya hanya menjadi dua  bentuk   bentuk  paradigma  paradigma yang sekarang ada dalam umat Islam. Perspektif  ini hampir  hampir  berlaku  berlaku  pada setiap agama. Demikian  pula dengan Islam yang  berdiri di atas tiga  pilar  doktrin dasarnya yaitu akidah, syariah dan akhlak. Dalam  perkembangannya mengalami mengalami perubahan  perubahan  bentuk   bentuk aplikasi aplikasi  pemaknaan di kalangan umatnya.

13

Sejalan dengan  perubahan tersebut, dapat dikemukakan  bahwa  pada saat ini ada dua  paradigma fundamental yang  berkembang di kalangan umat Islam dalam menghadapi globalisasi yaitu : 1. Paradigma Konservatif  Paradigma  pertama ini adalah  paradigma yang cenderung  bersifat konservatif, yang memposisikan Islam sebagai agama yang memiliki doktrin dan ikatan-ikatan tradisi lama yang yang belum  belum mau mau bersentuhan  bersentuhan dengan wacana keilmuan selain Islam. Unsur-unsur  sosial selain Islam dalam hal ini dianggap sebagai  bagian yang senantiasa  berlawanan  bahkan mengancam. Dalam dimensi teologi, Tuhan menempati pokok  menempati  pokok segala segala kekuasaan yang telah diterjemahkan dalam kajian-kajian  pendahulunya dengan dengan peletakan  peletakan unsur  unsur mazhab mazhab yang dianggap representatif. Tuhan dengan segala kekuasaannya telah memberikan ukuran dan solusinya sesuai

13

Berba g ai ai A sp ek Jil  Jil id id I , Jakarta : UI Press, Cet. V, 1985, hal. Harun  Nasution, Islam ditinjau Dari Berba g  Harun Nasution,  spek 11-14

15

dengan ajaran yang tertulis. Bagi mereka menafsirkan ayat yang yang berkaitan  berkaitan dengan ketuhanan dengan metode metode baru  baru adalah kesesatan. Demikian pula Demikian  pula dalam dalam bidang  bidang syariat yang menjadi menjadi pusat  pusat kajian hukumnya. Aspek  hukum yang telah ada dalam kitab-kitab tersebut sudah menjadi final untuk  dijadikan acuan hukumnya. Alasannya, hukum tersebut murni  bersumber  dari Alquran dan hadis. Oleh karenanya, tidak  ada yang  perlu disempurnakan lagi. Realitas sosial  politik  yang menandai kemunculan hukum-hukum tersebut nyaris tak  mendapatkan tempat kajian yang mendalam. Dalam kategori sosiologis Islam seperti di atas, menurut Ali Syariati (1933-1977), Islam hanya menjadi kumpulankumpulan dari tradisi asli dan kebiasaan masyarakat yang memperlihatkan suatu semangat kolektif  suatu kelompoknya. Ia  berisi kumpulan kepercayaan nenek  moyang,  perasaan individual, tata cara, ritual, aturan, kebiasaan, dan  praktik praktik  dari suatu masyarakat yang telah mapan,  berlangsung dari generasi ke generasi. Kebiasaan inilah yang  biasanya dipelihara oleh  penguasa  politik  untuk  melegitimasi kekuasaan. Karena indoktrinasi menjadi  bagian yang kuat dalam  pemaknaan ajaran agama maka  paradigma ini sering  pula disebut  paradigma konservatif. Bagi

orang-orang

Islam  berpaham

konservatif  ini,

³ ketidakberubahan´

(unchangingness) merupakan suatu hal yang ideal  bagi individu dan masyarakat serta

merupakan

³Ketidakberubahan´

suatu  persepsi

hakikat

manusia

dan

lingkungannya.

merupakan asumsi asumsi berpengaruh  berpengaruh luas yang mewarnai hampir 

seluruh aspek  pemahaman  pemahaman kelompok  kelompok ini. ini. Doktrin

³ ketidakberubahan´,

 baik  sebagai fakta maupun sebagai cita-cita,

 barangkali  bermula dari  pengalaman kehidupan nomadik  nomadik  bangsa  bangsa Arab, yang mengakibatkan timbulnya  paham  bahwa keselamatan terletak   pada upaya mengikuti  jejak   para leluhur. Bangsa nomad Arabia tentu saja menyadari  perubahan. Suku-suku  berhasil dan  berkembang semakin meningkat, lalu mengalami nasib  pahit, mundur  dan terkadang lenyap sekaligus.  Namun variasi  perubahan seperti itu tidak  tidak  berarti  berarti  bahwa  pada dasarnya kehidupan mengalami

16

 perubahan. Dengan demikian, lebih lebih baik   baik melakukan melakukan apa-apa yang telah dilakukan ³ nenek 

moyang´ sebab dalam  banyak  hal, cara itu membuahkan hasil yang

memuaskan. Iklim Arabia itu tidak  tidak menentu menentu dan tak  tak teratur  teratur sehingga sehingga orang nomad tidak dapat tidak  dapat menghindari menghindari bencana  bencana dengan membuat rencana-rencana cermat, tetapi 14

terpaksa membiasakan diri menerima apa saja yang terjadi terjadi pada  pada dirinya.

Corak   berpikir  seperti itu mengakibatkan doktrin mengikuti ³ jejak  leluhur´ menjadi opini  paling kuat. Segala yang  baru  pasti akan dicurigai. Dalam teologi Islam, kata yang lazim dipakai untuk ³hal hal baru´  baru´ ialah ialah bid¶ah.  bid¶ah. Berlandaskan corak   pemikiran tersebut akhirnya kelompok  Konservatif   pun memandang  bahwa globalisasi adalah unsur  unsur yang yang sangat mengancam mengancam bagi  bagi keberlangsungan nilai-nilai Islam. Bentuk  pemahaman Bentuk   pemahaman konservatif  ini dapat dilihat melalui melalui pemahaman  pemahaman kelompok  ini

di dalam memahami hubungan agama dengan negara. Kelompok  ini

 berpendirian  bahwa Islam  bukanlah semata-mata agama dalam dalam pengertian  pengertian Barat, yakni hanya menyangkut hubungan antara manusia dan Tuhan, sebaliknya Islam adalah satu agama yang sempurna dan yang lengkap dengan  pengaturan  bagi segala aspek  kehidupan manusia termasuk  kehidupan  bernegara. Para  penganut  paham ini  pada umumnya  berpendirian  bahwa : (1). Islam adalah suatu agama yang serba lengkap. Di dalamnya terdapat  pula antara lain sistem ketatanegaraan atau  politik. Oleh karenanya dalam  bernegara umat Islam hendaknya kembali kepada sistem ketatanegaraan Islam, dan tidak  perlu  perlu atau  bahkan  jangan meniru sistem ketatanegaraan Barat. (2). Sistem ketatanegaraan atau  politik  Islam yang harus diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh  Nabi  besar  15

Muhammad dan oleh empat al-Khulafa al-Rasyidin.

Melihat  pemahaman tersebut dapat kita mengerti  bahwa kelompok  ini, sebagaimana telah  penulis  jabarkan di atas cenderung memposisikan Islam

14

undamenta l i s dal  am  Islam, terj. dari William Montogomery Watt,  F undamental   s dan M odernita s da l am dari buku  buku  I  sl amic amic  F undamental  undamenta l i s dernity,, Jakarta : CV. Pustaka Setia, Cet. I, 2003, hal. 11-15  stt and M odernity 15 ara, Ajaran, S ejarah ejarah d an Pemikiran,, Jakarta : UI Press, Munawir Sjadzali, Munawir  Sjadzali, Islam dan Tata Ne g ara, an Pemikiran Edisi kelima, 1993, hal. 1

17

sebagai agama yang serba lengkap, sehingga doktrin dan ikatan-ikatan tradisi lama yang ada tidak  tidak dapat dapat bersentuhan  bersentuhan dengan wacana keilmuan selain Islam. 2. Paradigma Liberal Paradigma kedua adalah adalah paradigma  paradigma yang yang bersifat  bersifat antagonistik  antagonistik dengan dengan paradigma  paradigma konservatif. Islam diasumsikan sebagai agama yang dapat dapat berperan  berperan sebagai agen  perubahan sosial. Unsur-unsur  sosial selain Islam dalam hal ini menjadi komponen yang diterima  bahkan menjadi acuan  penting di dalam merumuskan  berbagai solusi terhadap  persoalan kekinian yang dihadapi umat. Dalam dimensi teologi paradigma teologi  paradigma ini mengedepankan aspek  aspek rasionalisme. rasionalisme. Teologi Teologi bukan  bukan semata menjadi objek  kajian  bagaimana meyakinkan umat secara doktriner, melainkan sebagai  pembimbing tindakan  praksis sosial. Selain itu, teologi  juga harus lepas dari  paradigma kekuasaan negara,  bahkan harus menjadi  bagian transformasi sosial yang terus menyuarakan kepentingan mayoritas umat. Paradigma ini  berpendirian  bahwa walaupun Islam memiliki doktrin dan ikatan-ikatan tradisi lama tapi harus dilakukan  banyak  dekonstruksi terhadap  pemahaman doktrin tersebut melalui  pengembangan wacana keilmuan yang dapat diperoleh  pada sumber-sumber  eksternal. Berkebalikan dengan teologi kaum konservatif  yang gigih membela Tuhan, dimensi

teologi

yang

mereka

ajukan  justru

menginginkan

konsistensi

menjelmakan nilai tauhid sebagai ajaran yang membebaskan umat dari dari penindasan  penindasan kultural dan struktural. Mereka lebih menekankan menekankan pembelaan  pembelaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, sehingga terkadang melampaui garis-garis

³larangan´

demi

mewujudkan teologis humanisnya. Dalam dimensi syariat  paradigma ini mengambil

hukum-hukum

melalui  pemahaman

yang

cenderung

terlalu

kontekstual, sehingga terkadang mengabaikan tekstualitas dan latar  latar  belakang  belakang munculnya doktrin-doktrin agama. Mereka  juga mengajukan  berbagai wacana tentang perlunya tentang  perlunya tafsir  ulang terhadap al-Qur¶an dan hadis. Paradigma Paradigma pemikiran  pemikiran yang cenderung sangat liberal ini sering diistilahkan dengan dengan paradigma  paradigma liberal.

18

Secara ringkas,  penulis  berpendapat  bahwa

"mazhab"

liberal ini sebenarnya

 berakar  pada  berakar   pada ide demokrasi. Pemikiran-pemikiran lain sebagai derivatnya akan terlihat sangat sangat bertumpu  bertumpu di atas atas paham  paham demokrasi ini; seperti gagasan  pemisahan negara dengan agama, hak-hak  wanita dalam kepemimpinan  politik  dan kekuasaan, kebebasan  penafsiran teks-teks agama, kebebasan  berpikir  dan  berpendapat, toleransi toleransi beragama,  beragama, dialog dan keterbukaan antar  antar agama, agama, pluralisme,  pluralisme, demokrasi religius, dan lain-lain. Pemikiran mengenai hubungan negara dengan agama (Islam) merupakan  persoalan krusial yang  paling  banyak  mendapat  penolakan dan tantangan dari  pengusung Islam liberal. Argumentasi yang sering dipakai: (1)  Negara Islam tak   pernah dikenal dalam sejarah; (2)  Negara adalah kehidupan duniawi,  berdimensi rasional, dan kolektif; sedangkan agama  berdimensi spiritual dan  pribadi; (3) Masalah kenegaraan tidak  menjadi  bagian integral dari Islam; (4) Islam tidak  mengenal konsep  pemerintahan definitif, misal dalam suksesi kekuasaan; (5) Rasulullah Muhammad hanya menjadi menjadi penyampai  penyampai risalah, tidak  tidak mengepalai mengepalai suatu institusi  politik; (6) Al-Quran dan Sunnah tidak  tidak  pernah  pernah menyebut, "Dirikanlah negara Islam!" dan sebagainya. Penolakan gagasan

ini,  pada

akhirnya

mengantarkan  pada  penerimaan secara total atas ide demokrasi dalam urusan kekuasaan,politik,

dan  pemerintahan.

Konsekuensi  berikutnya,

menolak 

kebolehan seorang wanita terlibat dalam urusan kekuasaan adalah  bertentangan dengan  prinsip demokrasi. Menolak  keterlibatan warga negara  berdasarkan  perbedaan  prinsip agama adalah tidak  sesuai dengan demokrasi.

"Memasung "

 pikiran dan  pendapat  bertentangan dengan hak  kebebasan dan demokrasi. Mengambil  peraturan dan hukum-hukum kemasyarakatan dari satu agama saja (baca: Islam) merupakan diskriminasi atas agama lain, yang  berarti sama saja dengan tidak  demokratis. Kebebasan dan kebolehan  beragamnya menafsirkan teks-teks agama (dalil-dalil) menjadi imbas dari gagasan liberalisasi dan kebebasan  berpikir  serta  berpendapat. Demikianlah, semua  pemikiran derivat ini akan berlindung akan  berlindung di di balik   balik induknya: induknya: pemikiran  pemikiran "demokrasi."

19

Dapat disimpulkan  bahwa kelompok  ini dalam memahami hubungan Islam dan negara  berpendirian  bahwa Islam adalah agama dalam  pengertian  barat, yang tidak ada tidak  ada hubungannya dengan urusan kenegaraan. Kelompok  Kelompok ini ini meyakini meyakini bahwa  bahwa  Nabi Muhammad hanyalah seorang Rasul  biasa seperti halnya Rasul-rasul sebelumnya, dengan tugas tunggal mengajak  manusia kembali kepada kehidupan yang mulia dengan menjunjung tinggi tinggi budi  budi  pekerti luhur, dan dan Nabi  Nabi tidak  pernah  pernah dimaksudkan untuk  untuk mendirikan mendirikan dan mengepalai satu negara. Berbagai  penjelasan di atas dengan  jelas memperlihatkan  bahwa di dalam  pemahaman kelompok  ini unsur-unsur  sosial selain Islam dapat menjadi komponen yang diterima  bahkan menjadi acuan  penting di dalam merumuskan  berbagai solusi terhadap terhadap persoalan  persoalan kekinian yang dihadapi umat. Dua  paradigma di atas sesungguhnya telah menjadi  bagian internal Islam di Indonesia. Paradigma  pertama  biasanya mengakar  mengakar  pada  pada kalangan kelas  bawah yang  belum sepenuhnya tersentuh oleh tradisi keilmuan  positivisme seperti di  pesantren. Sementara  paradigma liberal lahir  dari rahim generasi muda yang cukup  paham terhadap wacana Islam.  Namun,  juga tersentuh oleh tradisi  positivisme dari  barat serta memiliki motivasi kuat untuk  untuk  perubahan  perubahan sosial.  Namun, apakah  perkembangan  paradigma Islam ini akan hanya  berhenti di sini? Inilah sesungguhnya yang harus kita kaji secara mendalam. Yang harus diingat adalah  bahwa  perubahan kajian ijtihad tersebut  berlandaskan aspek  aspek  perubahan  perubahan sosial dan mengembalikan semangat  pembelaan Islam terhadap umat manusia. Oleh karena itu,  pilihan  baru harus segera diadakan sebab situasi kekinian telah mengubah transformasi sosial dengan adanya globalisasi. 3. Paradigma Alternatif  Untuk  mengintegrasikan dua kubu  paradigma yang  paradoks ini maka  perlu kiranya

dikembangkan

satu  paradigma

alternatif,

yang

mungkin

dapat

mengkompromikan dua dua pandangan  pandangan di atas. Sebab dengan mengkompromikan dua  pandangan tersebut  paling tidak  kita  berusaha menjembatani adanya titik  temu sebagai salah satu upaya mencari konsepsi final yang  paling ideal dalam Islam,

20

meski memang untuk  mengejawantahkannya dalam tataran realitas  bukanlah  persoalan mudah. Paradigma alternatif  yang coba  penulis tawarkan adalah  paradigma moderat yakni yakni paradigma  paradigma yang cenderung mencoba mengintegrasikan  pandangan-pandangan yang antagonistik  dalam melihat hubungan Islam dan  persoalan kemasyarakatan. Di  pihak  lain,  pandangan ini  juga ingin melunakkan Paradigma Konservatif  yang seringkali melakukan generalisasi  bahwa Islam selalu mempunyai kaitan atau hubungan yang tak  terpisahkan dengan mas masal alah ah-masalah

kemasyarakatan.

Serta  berusaha

mengakomodasi

dilakukannya

 pembaruan wacana sesuai dengan diinginkan kalangan liberal dengan tetap memperhatikan nilai-nilai luhur  luhur dan dan keislaman. Dalam dimensi teologi  paradigma ini selain mengedepankan aspek  rasionalisme namun  juga tidak  melupakan aspek  keimanan, sebab aspek  keimanan ini merupakan salah satu faktor  faktor  penting  penting di dalam menyikapi  berbagai  persoalan kekinian. Teologi selain menjadi obyek  kajian  bagaimana meyakinkan umat secara doktriner, tetapi  juga sebagai  pembimbing tindakan  praksis sosial. Selain itu, teologi  juga harus lepas dari  paradigma kekuasaan negara,  bahkan harus menjadi  bagian transformasi sosial yang terus menyuarakan kepentingan mayoritas umat. Berbeda dengan teologi kaum konservatif  yang gigih membela Tuhan dan kaum liberal yang terlalu humanis,  paradigma ini selain  berusaha memelihara nilai-nilai ketauhidan yang  bersifat formalistik  tetapi  juga  berusaha secara konsisten menjelmakan nilai tauhid sebagai ajaran yang membebaskan umat dari  penindasan kultural dan struktural. Dalam arti nilai tauhid harus ³ membumi´

dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dimensi syariat,  paradigma ini

selain mengambil hukum-hukum Islam dari aspek  nilai/substansi tetapi  berusaha  pula memahami secara tekstual kitab-kitab Islam lama yang dimapankan oleh kalangan konservatif. Alquran dan Hadis memang harus ditafsir  ditafsir ulang ulang tetapi harus dengan pertimbangan dengan  pertimbangan ilmiah teoretis dalam dalam pertimbangan  pertimbangan praksis  praksis sosialnya. Karena paradigma Karena  paradigma ini  berusaha mengintegrasikan dua kubu kubu paradigma  paradigma yang antagonistik  maka maka paradigma  paradigma ini lebih cenderung  penulis istilahkan dengan  paradigma moderat. Karena istilah moderat cenderung  pada  pemahaman mencari

21

 jalan tengah dari kecenderungan-kecenderungan yang  bersifat antagonistik. Hal ini  juga sesuai dengan konsep Islam sebagai agama Wasathan (moderat). Dalam melihat

hubungan Islam dan negara negara paradigma  paradigma

moderat menolak   pendapat

 bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap dan  bahwa dalamIslam terdapat sistem ketatanegaraan. Tetapi kelompok  kelompok ini ini juga  juga menolak  menolak anggapan anggapan bahwa  bahwa agama adalah dalam  pengertian  barat yang hanya mengatur  hubungan manusia dengan Tuhan. Paradigma ini ini juga  juga berpendirian  berpendirian bahwa  bahwa dalam Islam tidak  tidak terdapat terdapat sistem ketatanegaraan tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika  bagi kehidupan  bernegara. Paradigma ini tidak  tidak hanya hanya ingin menonjolkan isu seputar  konsep " Negara Islam" dan "Pemberlakuan syariat", tetapi yang yang paling  paling  penting  penting bagaimana  bagaimana substansi dari nilai dan ajaran agama itu sendiri. Agama adalah sejumlah ajaran moral dan etika sosial, serta fungsinya mengontrol negara. Paradigma moderat moderat berpandangan,  berpandangan, keterlibatan agama secara  praktis ke dalam negara  jangan sampai memandulkan nilai luhur  yang terkandung dalam agama karena agama akan menjadi ajang  politisasi dan kontestasi. Di sisi lain,  paradigma moderat mengampanyekan dimensi kelenturan, kesantunan, dan keadaban Islam. Islam sebagai agama  penebar 

kasih,

cinta

dan

sayang

(rahmatan

li

al-¶alamien)

harus

menjadi paradigma menjadi  paradigma yang mengakar  di tengah masyarakat. Hal ini  penting guna meminimalisir  pandangan  pandangan keagamaan yang selalu selalu berwajah  berwajah sangar  sangar dan dan keras yang digunakan secara sistematis oleh oleh beberapa  beberapa kalangan Muslim. Hanya, yang menjadi tantangan tantangan paradigma  paradigma moderat di masa datang adalah situasi global

yang

kian

tidak  menentu

serta

menampakkan

hegemoni

yang

memungkinkan munculnya resistensi kultural yang  bersifat radikal dan anarkis, selain kebijakan kebijakan politik   politik nasional nasional yang tidak  tidak memihak  memihak  kaum lemah, seperti gejala  penggusuran dan hilangnya hilangnya pekerjaan  pekerjaan bagi  bagi sejumlah sejumlah buruh  buruh perusahaan  perusahaan dan dan pabrik.  pabrik. Hal-hal seperti ini akan turut menghambat kampanye kampanye paradigma  paradigma moderat di tanah air. Wacana Wacana paradigma  paradigma moderat akan selalu tampil ke  permukaan dengan tradisi dan khazanah keagamaan yang dimilikinya. dimilikinya.Paradigma Paradigma akan kian sempurna  bila mendapat "ruang  publik " yang memungkinkan terwujudnya wawasan keagamaan

22

yang terbuka dan damai, yaitu kondisi obyektif  yang dapat memayungi keadilan  bagi tiap warga, kesetaraan kesetaraan bagi  bagi keragaman suku dan agama, serta kedamaian di antara  pelbagai konflik  konflik horizontal horizontal yang menyelimuti masyarakat kita  belakangan ini.  Namun

untuk  merealisasikan  bentuk  paradigma  paradigma

alternatif  tersebut,

yang

merupakan respon terhadap dua  paradigma yang sudah cukup  berkembang di Indonesia  bukanlah  persoalan mudah, tetapi memerlukan  banyak  upaya guna mengaktualisasikan ide tersebut. Dan  juga yang harus kita sadari sepenuhnya,  bahwa

agama

"kesempurnaan"

Islam

telah

lengkap

dan

komprehensif.

 Namun,

Islam hanyalah sebatas dalam tataran teoretis. Pada tataran

 praksisnya -- terutama ketika era globalisasi  bergerak  -- Islam  belumlah cukup memiliki konsepsi final dan  pengalaman  praktik   praktik  perjuangan  perjuangan melawan hegemoni kapitalisme. Untuk  itulah kita harus senantiasa melakukan kajian mendalam dan intens guna mencari solusi dan  jawaban terhadap  berbagai  persoalan yang dihadapi oleh umat saat ini.

23

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Dengan adanya Era Globalisasi ini kita umat Islam terutama harus  bisa menghadapai dan memperkuat iman dan takwa. Kita harus menghadapi menghadapi perubahan  perubahan zaman yang telah kita  jalani sekarang ini.

Zaman

moderen serba mesin yang

mungkin memanjakan kita dalam setiap setiap pekerjaan  pekerjaan dan langkah kita.

Menurut kami kita sebagai

generasi umat Islam tidak  tidak  boleh  boleh lengah dalam

menghadapi masalah modernisasi dan globalisasi, mari kita membentengi diri kita dengan ke imanan dan ketakwaan serta akhlatul karimah yang disertai dengan sumber  daya yang kuat, terampil dan di dukung dengan semangat  persatuan dan kebersamaan. Insyaallh kita akan di di berikan  berikan kekuatan dan kemenangan oleh Allah Swt dalam membela dan mempertahankan kejayaan agama yang suci.

Kita menyadari  bahwa globalisasi adalah tren sekaligus  prodak  sejarah yang sedang terjadi dan kita alami. Kita tidak  mempunyai kekuatan untuk  menolak  apalagi lari dari kenyataan sejarah ini. Yang mesti kita lakukan adalah melakukan gerakan dinamis dinamis bersama  bersama arus ini yaitu dengan menjaga diri agar  agar tidak  tidak kehilangan kehilangan kendali serta serta jati  jati diri.

24

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR  PUSTAKA

Ak-Qardhawi, Yusuf,  I  sl am am dan Glo Globa bal  l i s  sa a s  sii dunia, dunia, 2001. Jakarta: CV. Pustaka Al-Kausar  Hakim Atang Abdul, dkk,  Met ode delog  log i S tudi tudi I  sl am, am, 1999. Bandung : PT. Remaja Rosdakaraya. Dadang, Kahmud, Sos Sosiiolog i A g  A g ama, ama, 2006, Bandung : PT. Remaja Rosadakarya Http: //  baradikal. Multiply.com/  journal/item/3 Fakih Mansour, ul umul  umul  Qur¶an, 1997.  Nata, Abudin, Abudin, Met   Met ode S tudi tudi I  sl am, am, 2009. Jakarta : Rajawali Pres. Rozak, Nasrudin, Rozak,  Nasrudin, Dienu  Dienul  l I  I  sl am, am, 1982. Bandung : PT-Al-Ma¶arif  Al-Qaradhawi, Yusuf. Yusuf. I   I SL SL AM ABAD 21, 21, 2001, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Winarno, Budi. Glo loba bal  l i s  sa a s  sii Wujud Im p Im peria erial  l i s  sme me Baru : Peran Ne g  Ne g ara ara dal  dal am am  Pemban g   Pemban  g unan, unan, Yogyakarta : Tajidu Press, 2004. International Forum on Globalization. 2003. Glo loba bal  l i s  sa a s  sii Kemi s Kemi skinan kinan dan  Ketim p  pan an g an an (Do (Doe s Glo loba bal  l izatio ization Help Help The P oor?) oor?),, terjemahan oleh A. Widyasmara dan AB Widyanta, Yogyakata : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas. 2003. Effendi, Bachtiar. Bachtiar. Ma  Ma s yarakat A g  A g ama ama dan Tantan g  Tantan g an an Glo Globa bal  l i s  sa a s  sii :  Mem p  pertimban ertimban g kan kan K on s  see p De p  privati rivati s  sa a s  sii A g  A g ama, ama, Makalah tidak  diterbitkan. Suparman dan Sobirin Malian, Malian, Ide-Ide  Ide-Ide Be s  sar  ar S  S ejarah ejarah Intel  Intel ektual  ektual Amerika Amerika,, Yogyakarta : UII Press, 2003. Mansour,  F akih akih dal  dal am am ul  ul umul  umul  Qur¶an, 1997.  Nasution, Harun. Harun. I   I  sl am am ditinjau Dari Berba g  Berba g ai ai A sp A spek ek Jil  Jil id id I , Jakarta : UI Press, Cet.

V,

1985.

Watt, William Montogomery.  F undamental  undamenta l i s dan M odernita dernita s  s da dal  l am am I  sl am, am, terj. dari buku dari  buku I   I  sl amic amic  F undamental  undamenta l i s  stt and M odernity dernity,, Jakarta : CV. Pustaka Setia, Cet. I, 2003. Sjadzali, Munawir. Munawir. I   I  sl am am dan Tata Ne g  Ne g ara, ara, Ajaran, S ejarah ejarah dan Pemikiran, Pemikiran , Jakarta : UI Press, Edisi kelima, 1993.

25

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF