ISI STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN KAMAR BEDAH.pdf
February 23, 2018 | Author: Fahri Ari | Category: N/A
Short Description
Download ISI STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN KAMAR BEDAH.pdf...
Description
STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN KAMAR BEDAH DI RUMAH SAKIT
DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga tersusunnya Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah di rumah sakit. Standar ini disusun bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan Kamar Bedah di rumah sakit.
Pelayanan keperawatan kamar bedah merupakan pelayanan khusus yang diberikan pada pasien dengan berbagai masalah kesehatan yang membutuhkan tindakan bedah sehingga Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah diharapkan dapat mencegah komplikasi dan kematian kepada pasien. Standar ini disusun untuk dapat diterapkan di setiap rumah sakit agar dapat meningkatkan kualitas perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien di kamar bedah.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu dan fikirannya untuk mendukung dan berperan serta dalam penyusunan Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah dari awal sampai terbitnya buku ini. Semoga semua kerja keras yang telah kita lakukan menjadi amal dan kebaikan bagi kita semua.
Kami mengharapkan dukungan dari berbagai pihak agar standar ini dapat dijadikan acuan nasional dalam keperawatan kamar bedah di rumah sakit.
Jakarta, Agustus 2011
Suhartati,S.Kp.,M.Kes NIP. 196007271985012001
ii
DAFTAR ISI Hal
HALAMAN JUDUL ......................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................
iii
TIM PENYUSUN ..........................................................................
v
KONTRIBUTOR ..........................................................................
vi
DAFTAR ISTILAH .......................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................
1
B. Dasar Hukum ................................................................
3
C. Ruang Lingkup Pelayanan ............................................
3
BAB II KEBIJAKAN STRATEGI, TUJUAN DAN SASARAN A. Kebijakan Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah ........
5
B. Strategi dalam Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah ..........................................
5
C. Tujuan Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah ..........................................
6
D. Sasaran .........................................................................
6
BAB III KOMPONEN DAN INDIKATOR STANDAR Standar I Perencanaan Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah A. Ketenagaan...............................................................
7
B. Sarana, Prasarana dan Peralatan.............................
9
Standar II Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah .......................................
10
Standar III Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah .......................................
iii
11
Standar IV Asuhan Keperawatan Kamar Bedah A. Pengkajian Keperawatan ..........................................
12
B. Diagnosa Keperawatan ............................................
14
C. Perencanaan Keperawatan ......................................
14
D. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan .......................
15
E. Evaluasi Keperawatan ..............................................
16
Standar V Pembinaan Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah ......................................
17
Standar VI Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah .......................................
18
BAB IV PENUTUP .......................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA
iv
TIM PENYUSUN
Suhartati, S.Kp.,M.Kes Saida Simanjuntak, S.Kp., MARS Prayetni S.Kp., M.Kes Tutty Aprianti, S.Kp.,M.Kes Wahyu Wulandari, S.Kp Wiwi Triani, S.Kp Prof. Dr. Basrul Hanafi Dr. Hardjanto, Sp.B Suyatno, SKM I Nyoman Seriadi Linggar Listyowati Lili Komariah, SKM Heriyanti, S.Kp., M.Kes Anthoneta Palima, S.Kp Nina Karina Putri, S.Kep
v
KONTRIBUTOR
Ka. Dinkes Propinsi Jawa Timur Ka. Dinkes Propinsi Sumatera Selatan Kabid. Keperawatan RSUP. H. Adam Malik Medan Kabid. Keperawatan RSUD. Dr. Soetomo Surabaya Kabid. Keperawatan RSUP. Dr. M. Hoesin Palembang Kasie Pelayanan Khusus RSUP. H. Adam Malik Medan Kabid. Keperawatan RSUD. Labuang Baji Sulawesi Selatan Direktur Medik & Keperawatan RSUD. Banjar Baru Kalimantan Selatan Kabid. Keperawatan RSUD. Banjar Baru Kalimantan Selatan Direktur Medik & Keperawatan RSUD. Labuang Baji Sulsel Direktur Medik & Keperawatan RSUP. Sanglah Bali Kasie. Pelayanan Khusus RS. Hasan Sadikin Kabid. Keperawatan RS. Hasan Sadikin Kabid. Keperawatan RSUP. Sanglah Ka. Dinkes Propinsi Jawa Barat
vi
DAFTAR ISTILAH
1
Kamar Bedah
: Suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya
2
Kamar Operasi
: Ruangan tindakan didalam kamar bedah
3
Patien Safety
: Proses
dalam
suatu
rumah
sakit
yang
memberikan pelayanan pasien lebih aman termasuk
didalamnya
penilaian
risiko,
indentifikasi dan manajemen risko terhadap pasien,
pelaporan
dan
analisis
insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindak lanjuti insiden, menerapkan solusi mengurangi serta meminimalkan timbul resiko
4
Perawat Asisten 2
: Perawat yang melakukan kegiatan sebagai asisten ahli bedah
5
Scrub Nurse
: Perawat yang bertugas sebagai instrumentator
6
Drapping
: Mempersiapkan
area
insisi
dengan
menggunakan linen steril
7
Informed Consent
: Memberikan
penjelasan
tentang
prosedur
tindakan secara tertulis pada pasien /keluarga
8
Protesa
: Benda /alat yang dipasang pada tubuh pasien
vii
9
Kateter Uretra
10 Waktu tunggu
: Selang untuk mengeluarkan urin
: Waktu pergantian antara pasien di kamar bedah ideal 15 menit
13 Ners
: Gelar yang diberikan kepada seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan strata satu keperawatan dan telah melalui pendidikan profesi.
14 Diagnosa Keperawatan
: Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial,
pendidikan
dan
dimana
berdasarkan
pengalamannya,
perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Fungsi dan Peran Scrub Nurse
Lampiran 2.
Fungsi dan Peran Perawat Sirkuler
Lampiran 3.
Fungsi dan Peran Perawat Asisten II dan Kepala Ruangan
Lampiran 4.
Kompetensi Perawat Kamar Operasi
Lampiran 5.
Alur Sirkulasi Ruang
Lampiran 6.
Contoh Denah Bangunan Instalasi Bedah
Lampiran 7.
Pembagian Zona pada Sarana Instalasi Bedah
Lampiran 8.
Denah Ruang Penyiapan Peralatan (Preparation Room)
Lampiran 9.
Daftar SPO Klinis
Lampiran 10
Daftar SPO Manajerial
Lampiran 11.
Check List Keselamatan Operasi
Lampiran 12.
Kebutuhan Tenaga Perawat di Kamar Bedah
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam undang-undang RI no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberi perlindungan terhadap keselamatan pasien (Patient Safety), masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit, serta meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit. Oleh sebab itu rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
Perawatan bedah merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di seluruh dunia dengan perkiraan sebesar 234 juta operasi setiap tahunnya. Pembedahan dilakukan di setiap komunitas masyarakat yang kaya maupun yang miskin, masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Kejadian yang membahayakan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan diantaranya adalah prosedur pembedahan.
Resiko
komplikasi
setelah
pembedahan
dikarakteristikkan
diberbagai belahan dunia dan sebuah penelitian menunjukkan bahwa negara industri memiliki angka kematian 0,4 – 0,8 % yang diakibatkan karena pembedahan dan komplikasi setelah pembedahan sebesar 3 – 17,5 % dan angka ini jauh lebih tinggi pada negara berkembang termasuk Indonesia (Haynes et al, 2009). Penelitian lainnya menunjukkan bahwa 1 dari setiap 150 pasien yang dirawat di rumah sakit meninggal akibat peristiwa yang merugikan pasien dan hampir dua pertiga dari kejadian tersebut terkait dengan pembedahan (Vries et al, 2010). Kesalahan – kesalahan selama pembedahan antara lain kesalahan insisi pada posisi yang akan dilakukan pembedahan, kesalahan dalam pemberian label pada spesimen patologi, kesalahan transfusi dan obat – obatan sehingga pasien sangat rentan terhadap bahaya yang disebabkan oleh kesalahan – kesalahan tersebut
saat
menempatkan
menjalani memberikan
pembedahan kepercayaan
sedangkan kepada
pasien perawat
dan
keluarga
kamar
bedah
(perioperatif) dan tim bedah lainnya untuk meyakinkan bahwa pasien menerima pelayanan yang efektif dan mengutamakan keselamatan.
1
Perkembangan peralatan dan teknologi di rumah sakit juga memiliki dampak dalam meningkatkan resiko terhadap pasien dan petugas di kamar bedah yang merupakan salah satu unit khusus di rumah sakit. Teknologi canggih meningkatkan kebutuhan pasien untuk mengukur keselamatan sebagai peralatan dan instrumen yang dapat berdampak negative pada outcome pasien apabila tidak digunakan secara tepat guna dan perawat kamar bedah harus tahu menggunakan berbagai peralatan peralatan dan instrumen bedah secara cepat dan tepat. Bahaya yang dapat dihadapi perawat kamar bedah dan tim bedah lainnya antara lain terpotong, tertusuk, tergores dalam penggunaan pisau bedah, terpapar gas anastesi, obat – obatan dan radiasi, penggunaan cairan pembersih, desinfektan dan alat sterilisasi dapat merusak kulit, lapisan membran dan sistem pernafasan, kontak dengan pemukaan panas, peralatan listrik dapat menyebabkan kulit terbakar, masalah otot dan tulang serta nyeri punggung akibat posisi yang salah dalam memindahkan pasien, stres dan jenuh yang disebabkan oleh jadwal dinas, kerja malam dan faktor psikologis lainnya, waktu kerja yang melebihi batas waktu kerja yang telah ditentukan karena kekurangan tenaga perawat kamar bedah sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan kesalahan serta kecelakaan kerja. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa waktu kerja perawat tidak boleh melebihi 12 jam dalam setiap jadwal dinas atau 40 jam dalam satu minggu (ANA, 2011).
Meningkatkan keselamatan dan hasil / outcome yang optimal pada pasien yang menjalani pembedahan dapat dilakukan dengan memberikan dukungan dan kesempatan dalam pengembangan perawat kamar bedah secara professional dengan melakukan tindakan yang nyata dan salah satunya adalah penyusunan standar pelayanan keperawatan kamar bedah untuk mencegah terjadinya bahaya yang dihadapi perawat kamar bedah dan pasien yang menjalani pembedahan. Standar pelayanan keperawatan kamar bedah diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu acuan atau tolak ukur bagi perawat kamar bedah dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kamar bedah untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada pasien yang menjalani pembedahan. Standar pelayanan keperawatan kamar bedah meliputi perencanaan pelayanan keperawatan
kamar
bedah,
pengorganisasian,
pelaksanaan
pelayanan
keperawatan kamar bedah, asuhan keperawatan keperawatan kamar bedah, pembinaan dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah.
2
B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 3. Undang-Undang Republik Indonesia No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), 4. Undang-Undang Republik Indonesia No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, 7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, 8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 148 tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Keperawatan, 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 1045/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit 11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/XII/2003 tentang
Standar
Pelayanan
Minimal
Bidang
Kesehatan
di
Kabupaten/Kota. C. Ruang Lingkup Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah Praktek dalam penerapan standar pelayanan keperawatan kamar bedah dapat berbeda - beda, tergantung kepada populasi pasien, lingkungan praktek , persediaan pelayanan, akses dana dan sumber daya manusia, kebijakan dan peraturan pemerintah setempat. Berdasarkan hal tersebut maka dibuat standar pelayanan keperawatan kamar bedah untuk djadikan sebagai acuan dalam praktek penerapan standar pelayanan keperawatan kamar bedah di rumah sakit – rumah sakit di Indonesia dimana ruang lingkupnya meliputi antara lain : 1. Perencanaan
pelayanan
keperawatan
kamar
bedah
yang
meliputi
ketenagaan perawat kamar bedah, sarana dan prasarana kamar bedah. Ketenagaan perawat kamar bedah terdiri dari scrub nurse, perawat sirkuler, perawat asisten II dan kepala ruangan sedangkan sarana dan prasarana mengenai pengadaan dan pemeliharaan peralatan dan logistik di kamar bedah secara periodik atau berkala,
3
2. Pengorganisasian pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi struktur organisasi , tata hubungan kerja di kamar bedah, uraian tugas, tanggung jawab dan kewenangan perawat pengelola dan pelaksana secara jelas, 3. Pelaksanaan pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi standar asuhan keperawatan dan standar prosedur operasional baik standar prosedur operasional klinis maupun manajerial, 4. Pemberian asuhan keperawatan yang terdiri atas pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan kepada pasien baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) operasi, 5. Pembinaan pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi bimbingan teknis
terhadap
pelayanan
keperawatan
kamar
bedah
dan
sistem
peningkatan jenjang karir perawat kamar bedah, 6. Pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah yang meliputi program keselamatan pasien dan program pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah.
4
BAB II KEBIJAKAN, STRATEGI, TUJUAN DAN SASARAN
A. Kebijakan Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah 1. Penerapan standar pelayanan keperawatan kamar bedah di rumah sakit dilaksanakan dalam upaya meminimalkan angka Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) dan sentinel melalui peningkatan mutu pelayanan keperawatan, 2. Pengembangan dan peningkatan kemampuan teknis dan manajerial tenaga keperawatan dalam pelayanan keperawatan kamar bedah di rumah sakit untuk terwujudnya kompetensi yang diperlukan di kamar bedah, 3. Penerapan standar pelayanan keperawatan kamar bedah di rumah sakit memerlukan dukungan dari berbagai pihak terkait.
B. Strategi Dalam Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah Strategi dalam penerapan standar pelayanan keperawatan dimulai dari sebelum (pre) pembedahan, selama (intra) pembedahan dan setelah (post) pembedahan. 1. Pelayanan Keperawatan Sebelum (Pre) Pembedahan Merupakan periode yang diawali dengan persiapan dari ruang penerimaan sampai induksi anestesi. Perawat pada tahap ini mengintegrasikan dan mengkomunikasikan data yang dikumpulkan melalui pengkajian secara rinci, keterampilan dan observasi untuk membuat pilihan teraupetik agar dapat mengoptimalisasikan pelayanan keperawatan kamar bedah. Kegiatan berfokus pada menkonfirmasi persiapan ruang bedah dan ketersediaan peralatan, memverifikasi, menginterpretasi dan mengkomunikasikan data kepada tim multidisiplin kesehatan lainnya, persiapan untuk menghadapi situasi yang mengancam jiwa pasien saat pembedahan, menyiapkan strategi dalam mencegah infeksi,
2. Pelayanan Keperawatan Selama (Intra) Pembedahan Merupakan pelayanan yang dilakukan setelah induksi dan selama proses pembedahan. Kegiatan berfokus pada memeriksa tanda – tanda vital, membuka persediaan alat yang dibutuhkan, mengatur selang atau drain, menjaga kelancaran obat – obatan dan cairan melalui intravena, memastikan keselamatan selama pembedahan dengan memperhatikan lingkungan yang asepsis dan steril, memastikan posisi pasien tidak menyakiti pasien, menghitung jarum dan kasa yang digunakan selama pembedahan untuk memastikan
tidak
ada
yang
tertinggal
dalam
tubuh
pasien
setelah
pembedahan.
5
3. Pelayanan Keperawatan Setelah (Post) Pembedahan Merupakan pelayanan keperawatan selama periode setelah penutupan luka dan pindah ke ruang pemulihan. Kegiatan berfokus pada memeriksa bagaimana pasien dipindahkan ke ruang pemulihan, mengobservasi jalan nafas
dan
pernafasan
pasien
dengan
memeriksa
warna
bibir
dan
kuku,memeriksa tingkat kesadaran pasien, memeriksa tanda – tanda vital pasien, memeriksa balutan luka bekas operasi, mengukur keseimbangan cairan, memerikda cairan intravena setiap jam dan mengisi
grafik / Chart
berdasarkan pengkajian yang dilakukan kepada pasien.
C. Tujuan Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah Umum : Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di kamar bedah.
Khusus : 1. Adanya perencanaan pelayanan keperawatan kamar bedah, 2. Adanya pengorganisasian pelayanan keperawatan kamar bedah, 3. Adanya asuhan keperawatan kamar bedah, 4. Adanya pembinaan pelayanan keperawatan kamar bedah, 5. Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah.
D. SASARAN 1. Dinas Kesehatan Propinsi/ Kabupaten/ Kota, 2. Pimpinan rumah sakit, 3. Kepala bidang keperawatan rumah sakit, 4. Kepala instalasi bedah di rumah sakit, 5. Kepala instalasi anestesi dan reanimasi, 6. Departemen terkait di rumah sakit, 7. Organisasi profesi keperawatan.
6
BAB III KOMPONEN DAN INDIKATOR STANDAR
Standar I
: Perencanaan Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah
A. Ketenagaan Pernyataan
:
Perencanaan tenaga perawat kamar bedah mengacu pada fungsi dan peran serta kompetensi dengan ketentuan yang dipersyaratkan.
Rasional
:
Tenaga perawat yang sesuai kualifikasi, mendukung terwujudnya fungsi pelayanan keperawatan kamar bedah yang berkualitas, efisien dan efektif Kriteria Struktur : 1. Ada kebijakan pimpinan sarana kesehatan yang mengatur kualifikasi perawat yang bertugas di unit pelayanan kamar bedah: a. Kualifikasi Scrub Nurse : 1) Ners memiliki sertifikat kamar bedah dasar, dan Basic Life Support (BLS) dengan pengalaman kerja di kamar bedah minimal pengalaman 6 bulan, 2) D3 keperawatan, memiliki sertifikat kamar bedah dasar, dan Basic Life Support (BLS)
dengan
pengalaman kerja di kamar bedah minimal 1
tahun, 3) Dalam masa
transisi sampai dengan tahun
2015,
untuk yang
berpendidikan SPK dengan pengalaman kerja minimal 10 tahun memiliki sertifikat kamar bedah dasar, dan Basic Life Support (BLS), 4) Semua perawat yang memberikan pelayanan / asuhan keperawatan di kamar bedah harus mempunyai SIP dan SIK, 5) Fungsi dan peran scrub nurse ( lihat lampiran 1), 6) Kompetensi scrub nurse (lihat lampiran 4).
b. Kualifikasi Perawat Sirkuler: 1) Ners Memiliki sertifikat kamar bedah dasar dan sertifikat kamar bedah lanjut/ khusus, dan
BLS dengan pengalaman klinis di kamar bedah
minimal 3 tahun, 2) D3 keperawatan pengalaman klinis di kamar bedah minimal 5 tahun, 3) Dalam masa
transisi sampai dengan tahun
2015,
untuk yang
berpendidikan SPK dengan pengalaman kerja minimal 15 tahun memiliki sertifikat kamar bedah dasar, dan Basic Life Support ( BLS), 4) Memiliki kemampuan kepemimpinan dalam tim, 5) Semua perawat yang memberikan pelayanan/asuhan keperawatan di kamar bedah harus mempunyai SIP dan SIK,
7
6) Mampu melakukan supervisi, memberikan saran dan bimbingan 7) Fungsi dan peran perawat sirkuler (lihat lampiran 2), 8) Kompetensi perawat sirkuler (lihat lampiran 4).
c. Kualifikasi Perawat Asisten II 1) Ners memiliki sertifikat lanjut/khusus
kamar bedah dasar, sertifikat kamar bedah
BLS dan pengalaman 5 tahun menjadi perawat scrub
nurse di kamar bedah, 2) D3 keperawatan memiliki sertifikat kamar bedah dasar, sertifikat kamar bedah lanjut/khusus BLS dan pengalaman menjadi perawat scrub nurse di kamar bedah minimal 5 tahun, 3) Dalam masa
transisi sampai dengan tahun
2015,
untuk yang
berpendidikan SPK dengan pengalaman menjadi scrub nurse minimal 15 tahun memiliki sertifikat kamar bedah dasar, dan Basic Life Support ( BLS) serta memiliki sertifikat kamar bedah lanjut/khusus, 4) Fungsi dan peran perawat asisten II ( lihat lampiran 3), 5) Kompetensi perawat asisten II (lihat lampiran 4).
d. Kualifikasi Perawat Kepala Ruangan : 1) Diutamakan Ners dengan pengalaman kerja 5 tahun di kamar bedah, 2) D3 keperawatan dengan pengalaman kerja 10 tahun dikamar bedah, 3) Memiliki sertifikat
kamar bedah dasar,
sertifikat manajemen kamar
bedah, Basic Life Support (BLS), 4) Memiliki sertifikat manajemen keperawatan, 5) Fungsi dan peran perawat kepala ruangan ( lihat lampiran 3), 6) Kompetensi perawat kepala ruangan (lihat lampiran 4).
2. Adanya kebijakan pimpinan tentang kebutuhan perawat di kamar bedah dengan dasar perhitungan kebutuhan tenaga dengan memperhatikan jumlah dan jenis operasi, jumlah kamar bedah, pemakaian kamar bedah, tugas perawat di kamar bedah (scrub nurse, sirkuler) dan ketergantungan pasien (lihat lampiran 12), 3. Adanya kebijakan pimpinan tentang keselamatan kerja perawat dengan memperhatikan waktu istirahat setiap tindakan pembedahan maksimal 4 jam kemudian diberikan istirahat.
8
Kriteria Proses : 1. Menyusun
rencana
kebutuhan
tenaga
perawat
berdasarkan
kualifikasi
pendidikan, kompetensi dan pengalaman kerja yang dipersyaratkan pada pelayanan keperawatan kamar bedah, 2. Menyusun rencana program pengembangan SDM melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, program pengembangan profesi, 3. Menjadi anggota tim rekruitmen tenaga perawat yang memberikan pelayanan kamar bedah, 4. Melakukan monitoring keselamatan kerja perawat, 5. Menyusun rencana program orientasi pengawai baru, 6. Melakukan monitoring keselamatan pasien.
Kriteria Hasil : 1. Tersedia tenaga keperawatan di kamar bedah sesuai kualifikasi perawat yang ditetapkan, 2. Adanya
dokumen
perencanaan
kebutuhan
tenaga
perawat
dan
pengembangannya, 3. Adanya tenaga perawat yang terlibat dalam tim rekruitmen tenaga perawat di pelayanan keperawatan kamar bedah, 4. Ada dokumen evaluasi keselamatan kerja
B. Sarana, Prasarana dan Peralatan Pernyataan
:
Pengelolaan sarana dan prasarana, peralatan dan logistik kamar bedah yang tepat untuk
mendukung terwujudnya pelayanan keperawatan kamar bedah yang
berkualitas dan aman.
Rasional
:
Kesesuaian sarana dan prasarana, peralatan dan logistik kamar bedah, mendukung pelayanan keperawatan kamar bedah yang berkualitas, efisien dan efektif.
Kriteria Struktur : 1. Adanya kebijakan pimpinan yang mengatur sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan logistik dalam pelayanan kamar bedah, 2. Adanya standar sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan logistik (lihat lampiran 6 dan 7), 3. Adanya mekanisme/alur permintaan penggunaan dan pemeliharaan peralatan dan logistik,
9
4. Adanya perencanaan sarana dan prasarana yang melibatkan tenaga perawat, 5. Adanya tempat dekontaminasi dan penyimpanan sarana kesehatan dan logistik (lihat lampiran 6), 6. Adanya tenaga yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan tersedianya jadwal pemeliharaan secara berkala (harian, mingguan).
Kriteria Proses : 1. Menyusun rencana kebutuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan logistik berdasarkan spesifikasi yang dipersyaratkan di pelayanan keperawatan kamar bedah, 2. Menjadi anggota tim dalam pengadaan sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik di unit pelayanan kamar bedah, 3. Melaksanakan pemantauan terhadap pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan uji fungsi (kalibrasi) secara teratur dan berkala.
Kriteria Hasil : 1. Tersedianya sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik siap pakai sesuai kebutuhan, 2. Adanya dokumen inventaris sarana, prasarana, peralatan kesehatan dan logistik, 3. Adanya dokumen frekuensi pemakaian,pemeliharaan dan uji fungsi peralatan kesehatan secara periodik/berkala.
Standar II
: Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah
Pernyataan
:
Pengorganisasian pelayanan keperawatan kamar bedah mendukung tercapainya mutu pelayanan kamar bedah yang berkualitas.
Rasional
:
Pengorganisasian yang benar dikamar bedah dan tim yang solid menjamin kesinambungan pelayanan yang berkualitas, efektif dan efisien.
Kriteria Struktur : 1. Adanya kebijakan pimpinan tentang pelayanan keperawatan kamar bedah, 2. Adanya struktur organisasi dan tata hubungan kerja di kamar bedah, 3. Adanya kebijakan uraian tugas, tanggung jawab serta kewenangan perawat pengelola dan pelaksana (scrub nurse, sirkuler dan atau perawat asisten II) di kamar bedah.
10
Kriteria Proses : 1. Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggung jawab dan kewenangan perawat kamar bedah, 2. Melakukan koordinasi dengan anggota tim operator dan tim anestesi, 3. Melakukan koordinasi dengan tim keperawatan di kamar bedah.
Kriteria Hasil
:
1. Setiap perawat yang memberikan pelayanan keperawatan kamar bedah sesuai uraian tugas, tanggung jawab dan kewenangan, 2. Terlaksananya rapat koordinasi dengan unit terkait, 3. Terlaksananya koordinasi internal di kamar bedah.
Standar III
: Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah
Pernyataan
:
Pelaksanaan
pelayanan
keperawatan pasien selama
(intra)
dan
keperawatan
kamar
bedah
merupakan
pelayanan
yang menjalani prosedur pembedahan baik sebelum (pre), setelah
(post)
pembedahan
secara
terkoordinasi
dan
berkesinambungan.
Rasional
:
Pelaksanaan pelayanan keperawatan di kamar bedah sesuai tindakan pembedahan yang aman dan berkualitas.
Kriteria Struktur : 1. Adanya kebijakan pimpinan tentang penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan keperawatan, 2. Adanya kebijakan pimpinan tentang penerapan kesiapan perioperatif yang mengutamakan keselamatan pasien baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan di kamar bedah, 3. Adanya standar asuhan keperawatan perioperatif di kamar bedah meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi, 4. Adanya standar asuhan keperawatan khusus kasus terbanyak di kamar bedah, 5. Adanya Standar Prosedur Operasional klinis yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit, 6. Adanya Standar Prosedur Operasional manajerial yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
11
Kriteria Proses : 1. Melaksanakan pemantauan kesiapan perioperatif baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan, 2. Menyusun standar asuhan keperawatan baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan di kamar bedah meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, intervensi dan evaluasi, 3. Melaksanakan standar asuhan keperawatan sesuai kebutuhan di kamar bedah, 4. Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan Standar Asuhan Keperawatan, Standar Prosedur Operasional klinis dan Standar Prosedur Operasional manajerial yang berpedoman kode etik profesi.
Kriteria Hasil : 1. Adanya dokumen kesiapan perioperatif, 2. Tersedianya dokumen tindakan keperawatan
sesuai
Standar Prosedur
Operasional, 3. Tersedianya Standar Asuhan Keperawatan sesuai kebutuhan di kamar bedah.
Standar IV
: Asuhan Keperawatan Kamar Bedah
Asuhan keperawatan terdiri dari 5 langkah atau fase yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. A. Pengkajian Keperawatan Pernyataan
:
Pengkajian keperawatan di kamar bedah merupakan proses pengumpulan data tentang status kesehatan pasien baik
baik sebelum (pre), selama (intra) dan
setelah (post) pembedahan secara
sistematik, menyeluruh, akurat dan
berkesinambungan.
Rasional
:
Dengan melakukan pengkajian yang sistematis perawat dapat merumuskan masalah keperawatan pasien dan menentukan rencana tindakan.
Kriteria Struktur : 1. Adanya format pengkajian yang baku baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan untuk asuhan keperawatan di kamar bedah, 2. Adanya petunjuk teknis pengisian format pengkajian, 3. Adanya alat dan sarana untuk melakukan pengkajian di kamar bedah.
12
Kriteria Proses : 1. Melakukan pengumpulan data baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan meliputi : a. Pengkajian Sebelum (pre) Pembedahan Keadaan umum, tanda vital, status emosi pasien, formulir persetujuan (informed consent), protesa, kateter uretra, persiapan kulit, huknah, puasa, hasil pemeriksaan penunjang, obat-obat yang telah diberikan, riwayat alergi, premedikasi, penggunaan gelang identitas, persiapan darah, riwayat penyakit. b. Pengkajian Selama (intra) Pembedahan Jenis pembiusan, posisi operasi, jenis operasi, posisi lengan, kateter uretra, desinfeksi kulit, area insisi kulit, pemasangan diatermi, lokasi diatermi, pemeriksaan sebelum operasi dan setelah operasi, penggunaan monitor anestesi, penggunaan mesin anestesi, menggunaan unit pemanas dan tourniquet, pemakaian inplant, dilakukan irigasi luka, penggunaan tampon, jumlah kassa, roll kassa dan jarum yang digunakan sebelum dan sesudah operasi, jumlah dan nomor bisturi yang digunakan sebelum dan sesudah operasi, jumlah cairan masuk dan keluar, c. Pengkajian Setelah (post) pembedahan Tanda - tanda vital, keadaan umum, kesadaran, pernafasan, penggunaan oksigen, sirkulasi, turgor kulit, mukosa mulut, ekstremitas, posisi pasien, perdarahan, cairan drain yang keluar, keadaan emosi, skala nyeri, jaringan patologi anatomi dan patologi klinik, keseimbangan cairan, jam pasien pindah ke ruangan.
2. Melakukan pengumpulan data dengan cara pemeriksaan fisik dan anamnesa, 3. Mengelompokkan data yang diperoleh secara sistematis, 4. Melakukan validasi data.
Kriteria Hasil
:
1. Adanya dokumen pengkajian keperawatan kamar bedah, 2. Ditemukannya data-data patologis yang telah dikelompokkan, 3. Adanya rumusan masalah keperawatan kamar bedah.
13
B. Diagnosa Keperawatan Pernyataan
:
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dapat bersifat aktual maupun resiko.
Rasional
:
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan merupakan dasar penyusunan rencana keperawatan
dalam
mencapai
peningkatan
kesehatan,
pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
Kriteria Struktur : Adanya daftar masalah keperawatan / daftar diagnosa keperawatan sesuai dengan data dari pengkajian yang dilakukan baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan.
Kriteria Proses : 1. Membuat analisa data berdasarkan pengkajian kepada pasien baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan, 2. Membuat rumusan diagnosa keperawatan yang mencakup masalah, penyebab, tanda dan gejala (PES/PE).
Kriteria Hasil
:
1. Menegakkan diagnosa keperawatan baik aktual, resiko maupun potensial baik pada saat sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan, 2. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan kamar bedah pada format catatan keperawatan.
C. Perencanaan Keperawatan Pernyataan
:
Serangkaian langkah-langkah yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah keperawatan secara terstruktur dan terorganisir dengan melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rasional
:
Rencana tindakan keperawatan kamar bedah digunakan sebagai pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan yang sistematis dan efektif baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan.
14
Kriteria Struktur
:
1. Adanya format rencana keperawatan sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan baik sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan, 2. Adanya rumusan tujuan dari rencana keperawatan untuk setiap diagnosa keperawatan, 3. Adanya rumusan kriteria hasil dalam keberhasilan pencapaian tujuan rencana keperawatan.
Kriteria Proses : 1. Membuat tujuan dan kriteria hasil pada setiap diagnosa keperawatan, 2. Mengidentifikasi tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan, 3. Menetapkan prioritas rencana keperawatan berdasarkan kebutuhan pasien, 4. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dengan melibatkan anggota keluarga dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan, 5. Mengkomunikasikan rencana tindakan keperawatan dengan tim kesehatan lainnya 6. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan perawat dan tim kesehatan lainnya, 7. Mendokumentasikan rencana keperawatan.
Kriteria Hasil
:
1. Tersusunnya tindakan keperawatan kamar bedah untuk mencapai tujuan yang memenuhi kriteria SMART (Spesific, Measureable,Achievable, Reliable, Time), 2. Adanya rencana tindakan keperawatan kamar bedah bersifat mandiri dan kolaboratif, 3. Adanya rencana tindakan keperawatan yang didokumentasikan pada catatan keperawatan.
D. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pernyataan
:
Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan yang meliputi aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga.
15
Rasional
:
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan upaya mempercepat kesembuhan, mencegah komplikasi serta mempertahankan status kesehatan pasien.
Kriteria Struktur
:
1. Adanya format tindakan keperawatan berdasarkan perencanaan keperawatan pada
setiap
diagnosa
keperawatan
yang
mencakup
yang
mencakup
pelaksanaan tindakan keperawatan sebelum (pre), selama ( intra) dan setelah ( post) pembedahan, 2. Adanya Standar Asuhan Keperawatan pada kamar bedah, 3. Adanya Standar Prosedur Operasional klinis (SPO klinis) (lihat lampiran 9), 4. Adanya informed consent.
Kriteria Proses : 1. Melakukan tindakan keperawatan mengacu rencana tindakan sesuai Standar Operasional Prosedur (SPO) meliputi sebelum (pre), selama (intra) dan setelah (post) pembedahan 2. Melakukan monitoring respon klien terhadap tindakan keperawatan, 3. Melakukan modifikasi tindakan berdasarkan respon klien, 4. Mengutamakan prinsip keselamatan klien (patient safety), privacy, 5. Menerapkan prinsip kewaspadaan baku (standar precaution), 6. Mendokumentasikan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil
:
Adanya dokumen tentang tindakan keperawatan dengan mencantumkan nama jelas, tanda tangan dan waktu pelaksanaan.
E. Evaluasi Keperawatan Pernyataan
:
Penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil.
Rasional
:
Hasil evaluasi menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan di kamar bedah.
Kriteria Struktur
:
1. Adanya tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, 2. Adanya catatan perkembangan pasien.
16
Kriteria Proses : 1. Melakukan evaluasi terhadap respon pasien pada setiap tindakan yang diberikan (evaluasi proses), 2. Melakukan evaluasi dengan cara membandingkan hasil tindakan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan (evaluasi hasil). 3. Menggunakan peralatan yang tepat dalam melakukan evaluasi, 4. Melakukan revisi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan, jika tidak ada perbaikan pada pasien, 5. Mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi yang diberikan (evaluasi hasil).
Kriteria Hasil
:
Ada dokumen evaluasi formatif dalam tindakan keperawatan pre, intra dan paska operasi.
Standar V
: Pembinaan Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah
Pernyataan
:
Pembinaan pelayanan keperawatan kamar bedah meliputi pembinaan terhadap asuhan
keperawatan
dan
manajemen
keperawatan
kamar
bedah
yang
dapat
meningkatkan
berkesinambungan dan dilakukan secara berkala.
Rasional Pembinaan
: pelayanan
keperawatan
kamar
bedah
profesionalisme perawat sehingga tercapainya pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Kriteria Struktur
:
1. Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang pelaksanaan pembinaan pelayanan keperawatan di kamar bedah (Pre-Intra-Post pembedahan), 2. Adanya sistem bimbingan teknis pelayanan kamar bedah
Pre-Intra-Post
pembedahan), 3. Adanya kebijakan tentang peningkatan kemampuan klinik perawat kamar bedah, 4. Adanya sistem peningkatan jenjang karir perawat kamar bedah.
17
Kriteria Proses
:
1. Merencanakan program pembinaan keperawatan di kamar bedah (Pre-Intra-Post pembedahan), 2. Memberikan umpan balik hasil pembinaan keperawatan, 3. Merencanakan
program
peningkatan
kemampuan
perawat
kamar
bedah
(magang/apprentice, pelatihan terstruktur) dan pendidikan berkelanjutan, 4. Memberikan penghargaan dan sanksi sesuai dengan ketentuan, 5. Melaksanakan pembinaan terhadap kelalaian/kesalahan perawat kamar bedah, 6. Melaksanakan evaluasi kinerja perawat kamar bedah secara periodik.
Kriteria Hasil
:
1. Adanya dokumen hasil pembinaan keperawatan dikamar bedah, 2. Adanya dokumen tentang rencana program peningkatan kemampuan perawat kamar bedah, 3. Adanya dokumen prestasi untuk peningkatan jenjang karir, 4. Adanya dokumen evaluasi kinerja perawat kamar bedah, 5. Ada dokumen penghargaan (reward) dan pembinaan (punishment) perawat kamar bedah.
Standar VI
: Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah
Pernyataan
:
Pemantauan, penilaian pelayanan keperawatan kamar bedah yang dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Rasional
:
Pengendalian mutu pelayanan keperawatan menjamin keselamatan dan keamanan pasien pada pre, intra dan paska operasi untuk menghindari terjadinya Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan sentinel.
Kriteria Struktur
:
1. Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang program keselamatan pasien (patient safety), 2. Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit tentang program pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah, 3. Adanya indikator pelayanan kamar bedah meliputi : angka kematian pasien di kamar bedah, angka komplikasi paska operasi, angka kejadian operasi salah sisi, angka kejadian operasi salah pasien, angka kejadian salah tindakan pada operasi, angka kejadian tertinggal benda asing pada tubuh pasien paska operasi, angka komplikasi paska operasi, waktu tunggu operasi elektif dan infeksi luka operasi (bersih, bersih terkontaminasi).
18
4. Adanya
perawat yang terlibat dalam program pengendalian mutu pelayanan
kamar bedah
Kriteria Proses
:
1. Membuat rencana program pengendalian mutu pelayanan keperawatan kamar bedah, 2. Membuat instrumen pemantauan dan penilaian indikator pelayanan keperawatan kamar bedah, 3. Melaksanakan upaya keselamatan pasien dengan menggunakan check list : pre, intra dan post pembedahan, 4. Menganalisis dan menginterprestasikan data untuk peningkatan mutu pelayanan keperawatan kamar bedah sebagai bukti baru (evidence), 5. Menyusun program perbaikan dan tindak lanjut pelayanan keperawatan kamar bedah.
Kriteria Hasil
:
1. Tidak ada kejadian : a. Operasi salah sisi, b. Operasi salah pasien, c. Salah tindakan pada operasi d. Tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien paska operasi 2. Meminimalkan insiden keselamatan pasien meliputi dan situasi yang mengancam kehidupan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) dan atau Kejadian Nyaris Cedera (KNC), sentinel a. Presentase angka kulit terbakar karena diatermi, pasien jatuh, b. Presentase angka kematian pasien di meja operasi. 3. Meminimalkan waktu tunggu dikamar bedah.
19
BAB IV PENUTUP
Dengan ditetapkannya standar pelayanan keperawatan kamar bedah diharapkan dapat menjadi acuan nasional dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, asuhan keperawatan kamar bedah dan pembinaan pelayanan keperawatan kamar bedah.
Dalam penerapan standar pelayanan keperawatan kamar bedah di rumah sakit perlu dilengkapi Standar Prosedur Operasional (SPO) baik klinis maupun manajerial yang dikuti dengan pemantauan dan evaluasi dan dilakukan secara berkesinambungan.
20
View more...
Comments