Isi Laporan Praktikum Hiv Fix 2

December 26, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Isi Laporan Praktikum Hiv Fix 2...

Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

 Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang diakibatkan karena penurunan kekebalan tubuh akibat adanyainfeksi oleh Human oleh Human Imunodeficiency Virus (HIV) Virus  (HIV) yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. (Djoerban Z dkk, 2006). Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Seperti virus lain pada umumnya, HIV hanya dapat bereplikasi dengan memanfaatkan sel inang. Siklus hidup HIV diawali dengan penempelan  partikel virus (virion) dengan reseptor pada permukaan sel inang, di antaranya adalah CD4, CXCR5, dan CXCR5. Sel-sel yang menjadi target HIV adalah  sel dendritik, sel T,  T,  dan makrofaga.  makrofaga.  Sel-sel tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam (mukosa)  penis,   penis,  vagina,  vagina,  dan oral yang biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV. Selain itu, HIV juga dapat langsung masuk ke aliran darah dan masuk serta bereplikasi di noda di  noda limpa.  Acquired

Immunodeficiency

Syndrome

(AIDS)

pertama

kali

diidentifikasi pada tahun 1981 setelah muncul kasus-kasus pneumonia  Pneumocystiscarinii   Pneumocystiscarinii  dan sarcoma Kaposi pada laki-laki muda homoseks di  berbagai wilayah Amerika Serikat. Sebelumnya kasus tersebut sangat jarang terjadi, apabila terjadi biasanya disertai penurunan kekebalan imunitas tubuh. Kasus pertama di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1987, yaitu pada seorang warga Negara Belanda yang sedang berlibur ke Bali. Sebenarnya sebelum itu, yaitu pada tahun 1985 telah ditemukan kasus yang gejalanya gejalanya sangat sesuai dengan HIV/AIDS dan hasil tes ELISA tiga kali diulang dinyatakan positif. Tetapi tes Western Blot hasilnya negative, sehinga tidak dilaporkan. Kasus kedua ditemukan pada  bulan Maret 1986 di RS Cipto Mangunkusumo, pada pasien hemofilia. (Djoerban Z dkk, 2006) 1

Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia Indonesia dan banyak Negara di seluruh dunia. dunia. Tidak ada satupun negara di dunia ini yang terbebas dari HIV (Djoerban Z dkk, 2006). Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat  –   obatan obatan serta bahan  –   bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). 1999). Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg) merupakan material permukaan dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen ini dinamakan antigen Australia karena pertama kalinya diisolasi oleh seorang dokter peneliti Amerika, Baruch S. Blumberg dari serum orang Australia. HBsAg merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B  pertama yang muncul di dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai sa mpai 12 minggu

pasca

infeksi,

mendahului

munculnya

gejala

klinik

serta

meningkatnya SGPT. Selanjutnya HBsAg merupakan satu-satunya petanda serologik selama 3  –  5  5 minggu. Pada kasus yang sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi sedangkan pada kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6 bulan. HBsAg positif yang persisten lebih dari 6 bulan didefinisikan sebagai pembawa (carrier). Sekitar 10%  penderita yang memiliki HBsAg positif adalah carrier, dan hasil uji dapat tetap  positif selam bertahun-tahun.

1.2 TUJUAN

1. Untuk mempelajari pemeriksaan HIV menggunakan metode stik (rapid test strip) 2. Untuk mempelajari pemeriksaan HbsAg menggunakan metode stik (rapid test strip)

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HIV & AIDS 1. Definisi

 Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang diakibatkan karena penurunan kekebalan tubuh akibat adanya infeksi oleh  Human Imunodeficiency Virus  Virus  (HIV) yang termasuk famili retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. (Djoerban Z dkk, 2006) 2. Etiologi

AIDS disebabkan oleh infeksi HIV. HIV adalah suatu virus RNA  berbentuk sferis yang termasuk retrovirus dari famili Lentivirus.(Gambar 1). Strukturnya tersusun atas beberapa lapisan dimana lapisan terluar (envelop)  berupa glikoprotein gp120 yang melekat pada glikoprotein gp41. Selubung glikoprotein ini berafinitas tinggi terhadap molekul CD4 pada permukaan Thelper lymphosit  dan   dan monosit atau makrofag. Lapisan kedua di bagian dalam terdiri dari protein p17. Inti HIV dibentuk oleh protein p24. Di dalam inti ini terdapat dua rantai RNA dan enzim transkriptase reverse (reverse ( reverse transcriptase enzyme) enzyme). ( Merati TP dkk,2006) Gambar 1: struktur virus HIV-1

3

Ada dua tipe HIV yang dikenal yakni HIV-1 dan HIV-2. Epidemi HIV global terutama disebabkan oleh HIV-1 sedangkan tipe HIV-2 tidak terlalu luas penyebarannya. Tipe yang terakhir ini hanya terdapat di Afrika Barat dan  beberapa negara Eropa yang berhubungan erat dengan Afrika Barat. (Merati TP dkk,2006) 3. Cara Penularan

Infeksi HIV terjadi melalui tiga jalur transmisi utama yakni transmisi melalui mukosa genital (hubungan seksual) transmisi langsung ke peredaran darah melalui jarum suntik yang terkontaminasi atau melalui komponen darah yang terkontaminasi, dan transmisi vertikal dari ibu ke janin, transfusi darah yang sudah terkontaminasi, tatoatau tindik. CDC pernah melaporkan adanya  penularan HIV pada petugas kesehatan. Sebenarnya risiko penularan HIV melalui tusukan jarum maupun  percikan cairan darah sangat rendah. Risiko penularan melalui perlukaan kulit (misal akibat tusukan jarum atau luka karena benda tajam yang tercemar HIV) hanya sekitar 0,3% sedangkan risiko penularan akibat terpercik cairan tubuh yang tercemar HIV pada mukosa sebesar 0,09%. (Djauzi S dkk, 2002). 4. Patofisiologi •

Dasar utama terinfeksinya HIV : berkurangnya jenis limfosit T helper yang mengandung marker CD4 (sel T4)  –

Virus memiliki afinitas terhadap molekul permukaan CD4

 –

CD4 berfungsi mengkoordinasikan fungsi imunologis yang penting à hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang  progresif



Setelah virus HIV mengikatkan diri pada molekul CD4 à virus masuk ke dalam sel target dan melepaskan bungkusnya à enzim reverse transkriptase à merubah bentuk RNA agar bisa bergabung dengan DNA sel target  –

Satu kali seseorang terinfeksi HIV à tetap terinfeksi



Sel yang berkembang biak : mengandung bahan genetik virus



Infeksi HIV menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup

4



Masa inkubasi : waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai menunjukkan gejala AIDS  –

Window period   : virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan laboratorium ± 3 bulan sejak tertular virus HIV



Sebagian penderita memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut (3-6 minggu setelah terinfeksi)  –

Gejala yang terjadi : demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare atau batuk

 –



Setelah infeksi akut à infeksi asimtomatik (tanpa gejala)

Masa infeksi HIV asimtomatik bervariasi  –

Umumnya berlangsung 8-10 tahun

 –

Sekelompok kecil penderita dengan perjalanan penyakit amat cepat sekitar 2 tahun

 –

Berlangsung sangat lambat (non-progessor)

5. Tanda dan Gejala Gejala mayor :

-

Berat badan turun > 10% dalam 1 bulan/lebih.

-

Diare kronis > 1 bulan

-

Demam berkepanjangan > 1 bulan

-

Kesadaran menurun dan gangguan neurologis

-

Demensia / HIV ensefalopati

Gejala minor :

-

Batuk menetap > 1 bulan

-

Adanya herpes zoster multisegmental dan beberapa herpes zoster berulang

-

Kandidiasis orofaringeal

-

Herpes simplek kronis progresif

-

Limfadenopati generalisata

-

Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

-

Retinitis virus sitomegalo

Gejala dan tanda menurut WHO

a. Stadium klinis 1 5

o

Asimtomatik

o

Limfadenopati generalisata

o

Skala penampilan 1 : asimtomatik dan aktivitas normal

 b. Stadium klinis 2 o

Berat badan turun < 10%

o

Manifestasi mukokutaneus ringan (kelainan selaput lender dan kulit) seperti gatal, jamur, sariawan sudut mulut, herpes zoster.

o

Infeksi saluran pernafasan atas berulang

o

Skala penampilan 2 : simptomatik, aktifitas normal

c. Stadium klinis 3 o

Berat badan turun > 10%

o

Diare berkepanjangan > 1bulan

o

Jamur pada mulut

o

TB paru

o

Infeksi bacterial berat

o

Skala penampilan 3 : < 50% dalam masa 1 bulan terakhir terbaring

d. Stadium klinis 4 o

o

kelemahan  jamur pada mulut dan kerongkongan kerongkongan

o

radang paru, TB ekstra paru

o

radang gastrointestinal (diare kriptosporidiosis > 1 bln)

o

kanker kulit (sarcoma kaposi)

o

radang otak (toksoplasmosis, ensefalopati HIV)

o

skala penampilan 4 : terbaring ditempat tidur > 50% dalam masa 1  bulan terakhir



Di Indonesia, diagnosis AIDS untuk keperluan surveilans epidemiologi dibuat apabila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor

6. Diagnosis

-

ANAMNESIS

6

Identitas, pekerjaan, tempat tinggal seperti Papua, riwayat hubungan seksual,  penggunaan narkotika khususnya suntik, serta keluhan, gejala dan tanda yang terlihat. -

PEMERIKASAAN FISIK

Pada kasus ini ditemukan adanya bercak-bercak merah tak gatal, lidah tampak  bercak putih, dan nafas bau. -

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium untuk tes HIV •



Sesuai dengan panduan nasional : menggunakan strategi 3  –

Didahului konseling pra tes/informasi singkat

 –

Ketiga tes menggunakan reagen tes cepat/ELISA

 –

Tes pertama (A1) : tes dengan sensitifitas tinggi (> 99%)

 –

A2 dan A3 : tes dengan spesifisitas tinggi (> 99%)

Antibodi biasanya baru terdeteksi dalam 2 minggu-3 bulan setelah terinfeksi HIV (masa jendela)



Bila tes HIV selama masa jendela negatif à perlu dilakukan tes ulang a. Uji ELISA (Enthyme Linked Immunosurgen Assay), dengan sediaan darah. Dinyatakan positif bila : 1. Pemeriksaan tes ELISA / rapid test 3x dengan kandungan reagen yang berbeda memberi hasil  positif 2. Pemeriksaan tes ELISA 1x dan konfirmasi dengan western bolt memberi hasil positif 3. Pemeriksaan rapid test (abbot diagnostic) 1x dan konfirmasi dengan western bolt memberi hasil  positif 

Pemeriksaan antibodi



Pemeriksaan kultur / biakan



PCR-HIV RNA



Antigen P-24 7

 b. Uji Immunoblot atau Westery blot -

Tes cairan oral

-

Tes urine.

c. Biakan virus, pengukuran antigen p24, dan pengukuran DNA dan RNA

8

 Alur Pemerikaan Laboratorium Infeksi HIV Dewasa 7. Penatalaksanaan

HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total. Namun data selam 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang amat meyakinkan bahwa pegobatan dengan menggunakan kombinasi beberapa obat

9

anti HIV bermanfaat untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas dini akibat infeksi HIV. . (Djoerban Z dkk,2006)  PENATALAKSANAAN  PENATALAKSANAAN SETELAH DIAGNOSIS DIAGNOSIS HIV DITEGAKKAN •

Prinsip penatalaksanaan pada ODHA :  –

Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral (ARV)

 –

Pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV/AIDS seperti jamur, TB, hepatitis, toksoplasma, sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks

 –

Pengobatan suportif : makanan dengan gizi yang lebih baik, tidur yang cukup, menjaga kebersihan dan dukungan psikososial





Setelah dinyatakan pasien terinfeksi HIV dilakukan penilaian, berupa :  –

Penilaian stadium klinis

 –

Penilaian imunologi ( pemeriksaan jumlah CD4)

 –

Pemeriksaan laboratorium sebelum memulai terapi

Setelah dinyatakan pasien terinfeksi HIV dilakukan penilaian, berupa :  –

Penilaian stadium klinis

 –

Penilaian imunologi ( pemeriksaan jumlah CD4)

 –

Pemeriksaan laboratorium sebelum memulai terapi

 PENGOBATAN PENCEGAHAN PENCEGAHAN KOTRIMOKSASOL KOTRIMOKSASOL •

Beberapa infeksi oportunistik (IO) pada ODHA dapat dicegah dengan obat  profilaksis



Terdapat 2 macam pengobatan profilaksis, yaitu yaitu :  –

Profilaksis primer : mencegah infeksi yang belum pernah diderita

 –

Profilaksis sekunder : mencegah infeksi berulang

 PEMBERIAN KOTRIMOKSASOL KOTRIMOKSASOL SEBAGAI PROFILAKSIS PRIMER TATALAKSANA PEMBERIAN ARV •

Tidak tersedia pemeriksaan CD4 : memulai terapi ARV ARV didasarkan pada  penilaian klinis



Tersedia pemeriksaan CD4  –

Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD4 < 350 sel/mm3 tanpa memandang stadium klinisnya 10

 –

Terapi ARV dianjurkan pada semua pasien dengan TB aktif, ibu hamil dan koinfeksi hepatitis B tanpa memandang jumlah CD4

 PADUAN TERAPI ANTIRETROVIRAL ANTIRETROVIRAL

11

 PADUAN LINI PERTAMA YANG DIREKOMENDASIKA DIREKOMENDASIKAN N PADA ORANG  DEWASA YANG BELUM BELUM PERNAH MENDAPAT MENDAPAT TERAPI ARV

A. HEPATITIS 1. Definisi

Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang  berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang  berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan keracunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda) Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pa da jaringan yang dapat di sebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat

  obatan

 – 

serta bahan  –  bahan  bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas.

12

2. Jenis-jenis Hepatitis

1) Hepatitis A Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi  paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda. 2) Hepatitis B Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis. 3) Hepatitis C Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah  pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari. 4) Hepatitis D Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV  bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai mempunyai HBV, dan dan darah infeksius 13

melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian. 5) Hepatitis E Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga  pertengahan. 6) Kemungkinan Hepatitis F dan G Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini  para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik. 3. Penyebab dan Cara Penularan Hepatitis B Hepatitis B

Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang manusia. Pada ibu hamil bila terserang virus ini dapat menularkan pada bayinya yang ada dalam kandungan atau waktu menyusui bayi itu. Bentuk penularan seperti inilah yang banyak di di jumpai pada penyakit hepatitis B. Pada saat ini jenis hepatitis yang paling banyak di pelajari ialah hepatitis B dan telah dapat pula di cegah melalui vaksinasi. Walaupun infeksi virus ini jarang terjadi pada populasi orang dewasa, kelompok tertentu dan orang yang memiliki cara hidup tertentu  berisiko tinggi. Kelompok ini mencakup: mencakup: - Imigran dari daerah endemis hepatitis b - Pengguna obat IV IV yang sering bertukar bertukar jarum dan alat suntik

14

- Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang yang terinfeksi - Pria homoseksual yaang secara seksual aktif - Pasien rumah rumah sakit jiwa - Narapidana pria -

Pasien hemodialisis dan penderita penderita hemofilia yang menerima produk produk tertentu dari plasma

- Kontak serumah denag karier hepatitis

- Pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama yang banyak kontak dengan darah 4. Tanda dan Gejala

Semua Hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Dokter hanya dapat memperkirakan saja jenis hepatitis apa yang di derita pasiennya dan untuk membedakannya secara pasyi masih diperlukan bantuan melalui  pemeriksaan darah penderita.gejala penderita hepatitis virus mula mula  badanya terasa panas, mual dan kadang-kadang muntah, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian matanya terlihat kuning, dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis virus biasanya dapat sembuh setelah satu bulan. Hampir semua penderita hepatitis A dapat sembuh dengan sempurna, sedangkan penderita hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis delta dan dan E belum dapat di ketahui sevara pasti  bagaimana perjalanan penyakitnya. Sebagian besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi sebagian kecil (kira-kira 10%) akan mengalami kronis (menahun) atau meninggal.penderita hepatitis B yang menahun setelah 20-40 tahun kemudian ada kemungkinan hatinya mengeras(sirosis), dan ada pula yang berubah menjadi kanker hati. Gambaran klinis hepatitis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai  penyakit yang mencolok, kegagalan hati, dan kematian. Terdapat tiga stadium  pada semua jenis hepatitis yaitu : 15

a. Stadium Prodromal

Disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus  biasanya belum dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh : - Malese umum - Anoreksia - Sakit kepala - Rasa malas - Rasa lelah - Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas - Mialgia (nyeri otot) b. Stadium Ikterus

Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang stadium ini ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah: - Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal - Pembesaran dan nyeri hati - Splenomegali - Mungkin gatal (pruritus) dikulit c. Stadium Pemulihan

Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini: - Gejala-gejala mereda termasuk ikterus - Nafsu makan pulih - Apabila tedapat splenomegali, akan segera mengecil 5. Pencegahan

Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saat ini belum belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga sehingga satu-satunya jalan untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan dengan vaksinasi, tetapi pada saat ini baru ada vaksin hepatitis B saja, karena memang Hepatitis

16

B sajalah yang paling banyak diselidiki

baik mengenai perjalanan perjalanan

 penyakitnya maupun komplikasinya. komplikasinya. Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia yang telah kebal Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari  perekayasaan sel ragi. Vaksin hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan vaksin hepatitis b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada  penderita sebulan sekali sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5  bulan kemudian. Untuk memperkuat kekbalan yang telah ada, perllu diberi vaksinasi  penguat. Caranya bermacam-macam ada vaksin yang perlu di ulang setahun kemudian satu kali, lalu 4 tahun kemudian diberi sekali lagi, selanjutnya setiap 5 tahun sekali. Ada pula jenis vaksin yang perlu diberikan hanya setiap 5 tahun sekali saja. Vaksinasi hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini mungkin. mungkin. Bayi Bayi yang lahir dari ibu yang mengidap penyakit hpatitis B, harus di vaksinasi hepatitis B segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya boleh diberi setelah berumur sebulan. Secara keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah dengan memakai sarung tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh lainnya, dan harus hati-hati memasang kembali tutup jarum suntik. Perhatikan cara  pembuangan bahan-bahan terkontaminasi dan pembersihan alat-alat

dan

 permukaan yang terkontaminasi. Bahan pemeriksaan untuk untuk laboratorium harus diberi label jelas bahwa bahan berasal dari pasien hepatitis. Perlu juga menjelaskan pentingnya mencuci tangan kepada pasien, keluarga, dan lainnya.

17

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah : Hari/ Tanggal

:

Kamis, 6 Juli 2017

Pukul

:

09.40- 11.20 WITA

Tempat

:

Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas

Kedokteran

Universitas Islam Al-Azhar Mataram 3.2

Alat dan Bahan Pemeriksaan Pemeriksaan HIV A. Alat 

Tabung



Spuit



Stik HIV



Pipet tetes



Centrifuge



Timer

B. Bahan

3.3



Darah (serum) plasma



Alkohol stau swab alkohol



Tissue

Cara Kerja Pemeriksaan HIV

1. Letakkan stik HIV pada tempat yang bersih dan datar 2. Teteskan 1 tetes serum dengan pipet tetes secara vertikal pada stik HIV 3. Tambahkan 1 tetes buffer kemudian nyalakan timer 4. Tunggu 15 menit 5. Amati hasilnya (Jika terbentuk 2 garis merah maka berarti positif, Jika 1 garis merah maka berarti negative.

18

3.4

Alat dan Bahan Pemeriksaan Pemeriksaan HbsAg A. Alat 

Tabung



Spuit



Stik HIV



Pipet tetes



Centrifuge



Timer

B. Bahan

3.5



Darah (serum) plasma



Alkohol stau swab alkohol



Tissue

Cara Kerja Pemeriksaan HbsAG

1.

Letakkan stik HIV pada tempat yang bersih dan datar

2.

Teteskan 1 tetes serum dengan pipet tetes secara vertikal pada stik HIV

3.

Tambahkan 1 tetes buffer kemudian nyalakan timer

4.

Tunggu 15 menit

5.

Amati hasilnya (Jika terbentuk 2 garis merah maka berarti positif, Jika 1 garis merah maka berarti negatif)

19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini adalah : - PEMERIKSAAN HIV : METODE STIK (RAPID TEST STRIP) HASIL :

 NEGATIF Terdapat 1 garis merah ditengah

- PEMERIKSAAN HbsAG : METODE STIK (RAPID TEST STRIP) HASIL : NEGATIF Terdapat 1 garis merah ditengah

4.2 PEMBAHASAN

1. HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi 20

melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah,  jarum suntik yang terkontaminasi, ter kontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,  bersalin, atau menyusui, men yusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Pada praktikum kali yang kali lakukan yaitu mendeteksi adanya Adanya Human Imuno Defisiensi Virus pada Serum Pasien.

- Pada praktikum yang kami lakukan, diperoleh 1 garis control maka hasilnya dikatakan negatif.

- Jika pada praktikum diperoleh 2 garis control makan hasilnya dikatakan positif. Pemeriksaan antibody HIV dalam serum atau plasma merupakan cara yang umum yang lebih efisien untuk menentukan apakah seseorang tak terlindungi dari HIV dan melindungi darah dan elemen-elemen yang dihasilkan darah untuk HIV. Perbedaan dalam sifat-sifat biologis,aktifitas serologis, dan deretan genom, HIV 1 dan 2 positif sera dapat diidentifikasi dengan menggunakan tes serologis dasar HIV. 2. HBsAg (hepatitis B surface antigten) merupakan suatu tahap secara kualitatif yang menggunakan serum atau plasma dimana bertujuan untuk mendeteksi adanya HBsAg dalam serum atau plasma membrane yang dilapisi dengan anti HBsAg antibody pada daerah garis test selama proses  pemeriksaan, sampel serum atau plasma bereksi dengan partikel yang ditutupi dengan anti HBsAg antibodi, campuran tersebut akan meresap sepanjang membrane kromatografi dengan anti HBsAg, anti pada membrane dan menghasilkan suatu hasil posotif pada daerah test, jika tidak menghasilkan garis yang berwarna pada daerah test menunjukan hasil yang negatif   Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk

21

menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain.

- Pada praktikum yang kami lakukan, diperoleh 1 garis control maka hasilnya dikatakan negatif.

- Jika pada praktikum diperoleh 2 garis control makan hasilnya dikatakan positif.HBsAg positif.HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg  positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi rendah.

22

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

AIDS adalah kumpulan gejala atau penyakit yang diakibatkan karena  penurunan

kekebalan

tubuh

akibat

adanya

infeksi

oleh

 Human

 Imunodeficiency Virus (HIV) yang termasuk famili retroviridae.

AIDS

merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Hepatitis adalah suatu penyakit  peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dimana dalam menegakkan diagnosis kedua penyakit tersebut harus melalui serangkaian pemeriksaan dari pemeriksaan fisik hingga  pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan secara sederhana adalah pemeriksaan menggunakan stik HIV dan pemeriksaan HbsAg dalam serum darah.  darah.   Pemeriksaan antibody HIV dalam serum atau plasma merupakan cara yang umum yang lebih efisien untuk menentukan apakah seseorang tak terlindungi dari HIV dan melindungi darah dan elemen-elemen yang dihasilkan darah untuk HIV. HBsAg (hepatitis B

surface

antigten)

merupakan

suatu

tahap

secara

kualitatif

yang

menggunakan serum atau plasma dimana bertujuan untuk mendeteksi adanya HBsAg dalam serum.

23

DAFTAR PUSTAKA

Ester, Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah. Bedah. Jakarta: EGC Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, eds.  Buku ajar ilmu penyakit dalam. dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2006 Djauzi S, Djoerban Z. Penatalaksanaan Z.  Penatalaksanaan HIV/AIDS di pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 2002. Inayah, Iin. 2004.  2004.   Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem  Pencernaan.. Jakarta: Salemba Medika  Pencernaan Oswari, 2006. Penyakit 2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Penanggulangannya. Jakarta:  Jakarta: Gaya Baru Lan, Virginia M. Human Immunodeficiency Virus (HIV) and Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). In: Hartanto H, editor. Patofisiologi: Konsep Klinis proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: ECG ‘ 2006. Hal . 224 Merati, Tuti P.Respon Imun Infeksi HIV. In : Sudoyo Aru W: editor.  Buku ajar ilmu penyalit dalam.  dalam.   Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI: 2006. Hal 545-6 Mansjoer, Arif M.  Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). (AIDS).   In Triyanti Kuspuji, editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2000. Hal162-163 Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku 2001.  Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Vol 2. Jakarta : EGC Z. Djoerban, S. Djauri. Infeksi Djauri.  Infeksi tropical. Hiv aids. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam  FKUI. Edisi  FKUI.  Edisi IV. Jilid III. Hal. 1803-1807.

24

25

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF