IRMA Panduan Pedoman Program DBD

August 18, 2018 | Author: haeril | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

tanda tangan...

Description

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Laporan Kementrian Kesehatan (KEMENKES) mencatat di tahun 2015 pada bulan Oktober ada 3.219 kasus DBD dengan kematian 32 jiwa, sementara November ada 2.921 kasus dengan 37 angka kematian dan Desember 1.104 kasus dengan 31 kematian. Ada penurunan jumlah kasus dan angka kematian penderita pende rita DBD di 34 propinsi di Indonesia di banding tahun 2014 pada bulan Oktober tercatat 8.149 kasus dengan 81 kematian, November 7.877 kasus dengan 65 kematian dan Desember 7.856 kasus dengan 50 kematian. Target pengendalian DBD

tertuang dalan dokumen

Rencana Pembangunan

Jangka menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Srategis (RENSTRA) Kementrian Kesehatan 2010 - 2014 dan KEPMENKES 1457 tahun 2003 tentang standar standar pelayanan minimal yang meguatkan pentingnya upaya

pengendalian peyakit DBD di Indonesia

Kabupaten / Kota bahkan sampai ke desa melalui pelaksanaan program pengendalian  penyakit DBD di harapkan

dapat

berkontribusi

menurunkan angka

kesakitan dan

kematian akibat penyakit menular di Indonesia Sejak di temukan pertamakali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah kasus DBD di laporkan

meningkat

dan

penyebarannya

menimbulkan. Kejadian Luar Biasa

semakin

meluas bahkan sering

(KLB) di beberapa daerah Data

Direktorat

Pengendalian Penyakit Vektor dan Zoonosis Kemenkes menyebutkan hingga akhir Januari Tahun 2016 KLB DBD dilaporkan ada di 12 Kabupaten dan 3 kota dari 11 Propinsi di Indonesia yang meliputi antara lain Provinsi Banten, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bali, Sulawesi Selatan, Provinsi Gorontalo, Papua Barat, Propinsi Papua,  NTT, Jawa tengah dan Provinsi Sulawesi Barat . Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada Usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan Usia 15-44 Tahun mencapai 33,25%.

1

B. TUJUAN

1. Urnum Untuk rneningkatkan kemampuan petugas kesehatan

dalam mencegah dan

melindungi diri dan masyarakat dari penularan DBD melalui perubahan perilaku (PSN DBD) dan kebersihan lingkungan. 2.

Khusus a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan

pengendalian DBD.

 b. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap

penularan

DBD. c. Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar. d. Menurunkan angka kesakitan DBD. e. Menurunkan angka kematian akibat DBD.

C. SASARAN PEDOMAN

Petugas pelaksana program pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja puskesmas.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Ruang lingkup pedoman pemberantasan penyakit demam berdarah secara garis  besar adalah meliputi upaya yang bersifat promotif, perventif, kuratf, dan rehabilitatif yang dilaksanakan oleh

petugas kesehatan

dengan melibatkan kader jumantik dan

tenaga sukarelawan lainnya.

E. BATASAN OPERASIONAL

Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides Aigepty dan Aides Albopictus. DBD adalah penyakit yang yang ditandai oleh demam yang mendadak disertai gejala lain seperti lemah, anoreksia, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala , dan perut akibat adanya virus Dengue yang masuk yang dapat menyebabkan kematian  bagi penderita.

2

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Untuk melaksanakan fungsinya dan d an menyelenggarakan men yelenggarakan pelayanan p elayanan di kecamatan Pakue terutama dalam pengendalian penularan penyakit DBD, Puskesmas Pakue memiliki tenaga kerja baik dari Puskesmas maupun dari masyarakat yaitu :

 No

JENIS TENAGA

1

Programer DBD

2

Supervisor Jumantik

KUALIFIKASI

JUMLAH

Perawat

1

Kader Jumantik Desa

10

Dengan melihat tabel ini dapat dilihat bahwa ketenagaan dalam program  pengendalian peyakit pe yakit DBD di Puskesmas Pakue sudah memenuhi standar, dengan den gan adanya satu tenaga perawat untuk menyelenggarakan pemantauan perkembangan pengendalian  penularan penyakit DBD kecamatan Pakue meliputi: Kuratif, Promotif, Preventif, dan Rehabilitatif dan dibantu 10 kader Jumantik untuk melaksanakan pemantauan jentik di desa masing-masing. .Adapun uraian tugas pengelola program pengendalian penyakit DBD Puskesmas Pakue berdasarkan tupoksi yang sesuai sesuai kompetensinya antara lain : 1. Menyusun rencana kerja P2 DBD berdasarkan data program puskesmas dan ketentuan  perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja. 2. Melaksanakan kegiatan P2 DBD meliputi penemuan dini penderita suspek DBD serta melakukan rujukan untuk penanganan lebih lanjut,  Pemantauan Jentik Berkala /  Abatisasi Selektif (PJB/AS), pembinaan peran serta masyarakat dalam kegiatan PSN ( Pemberantasan  Pemberantasan Sarang Nyamuk ), ), penyuluhan DBD, dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3. Mengevaluasi hasil kegiatan P2 DBD secara keseluruhan. 4. Menbuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai bahan informasi dan  pertanggung jawaban kepada kep ada atasan. 5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Pengelola program P2 DBD adalah tenaga kesehatan dari puskesmas yang ditunjuk oleh kepala puskesmas untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengelola program (programmer) pengendalian (programmer) pengendalian penularan penyakit DBD di wilayah kerja puskesmas.

3

Programer P2 DBD mendapatkan SK dari kepala puskesmas. Selain pemegang  program DBD dan jumantik jum antik pelaksanaan pemberantasan penyakit DBD juga melibatkan : 1. Dokter 2. Koordinator P2M dan PKM 3. Petugas Laboratorium 4. Petugas Administrasi 5. Kader aktif

C. JADWAL KEGIATAN PELAYANAN

 No 1

Bulan ke

Kegiatan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Surveilans epidemiologi

2

Penemuan dan tata laksana kasus

3

Pengendalian Vektor (PSN)

4

Peningkatan

peran

serta masyarakat 5

Sistem kewaspadaan dini

(SKD)

dan

 penanggulangan KLB (PJB) 6

Penyuluhan

7

Kemitraan/jejaring kerja

8

Monitoring

dan

evaluasi

4

BAB III STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

Dalam pelaksanaan

tugas

pemberantasan

ada ruang khusus karena merupakan program

penyakit

Demam Berdarah tidak

yang berbasis masyarakat.

B. STANDAR FASILITAS

Sarana dan prasarana termasuk fasilitas, dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kesehatan terutama mendukung pelayanan klinis diwilayah kerja  programmer DBD haruslah memadai. Sesuai standar fasilitas pelayanan penanggulangan penyakit DBD adalah sebagai  berikut: 1.

Perlengkapan medis: No

1

Jenis Alat

Poliklinik set : Stetoskop Tensimeter Timbangan berat badan Termometer suhu Senter

2

Alat pemeriksa hematocrit

3

Obat-obatan : Analgetik Antipiretik

4

Formulir KD-UPK-DBD

5

SOP pelaksanaan kegiatan

6

Larvasida

2. Perlengkapan non medis: No

Jenis Alat

1

Buku petunjuk program DBD

2

Alat penyuluhan kesehatan

3

Formulir hasil epidemiologi

5

4

Formulir hasil PJB

5

Bagan penatalaksanaan kasus DBD

6

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN

1. Lingkup kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah secara garis besar adalah adalah meliputi upaya yang bersifat promotif, perventif, kuratif, dan rehabilitatif diwilayah diwilayah kerja puskesmas Pakue. 2. Program pemberantasan penyakit Demam Berdarah sebagai jaringan Puskesmas harus : a. Bertanggung jawab pada kepala Puskesmas.  b. Bertanggung jawab kepada masyarakat dalam penanganan DBD. c. Berkoordinasi dengan lintas sektor dan jejaring pelayanan kesehatan lain di wilayah kerjanya. d. Membina Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dalam upaya  pemberantasan sarang nyamuk dan da n penaggulangan pen yakit DBD.

B. METODE

Terdapat metode untuk : 1.

Penemuan penderita tersangka DBD.

2.

Rujukan penderita DBD.

3.

Penyuluhan kesehatan pada masyarakat meliputi : a. Penyuluhan perorangan.  b. Penyuluhan kelompok.

4.

Surveilan kasus DBD. Angka Bebas Jentik (ABJ).

5.

Surveilan Vektor. Pengamatan jentik berkala.

6.

Pemberantasan vector. a. Abatisasi.  b. Kegiatan 3 M. c. Penanggulangan Fokus (fogging).

7.

Pencatatan dan pelaporan.

7

C. LANGKAH KEGIATAN

1.

Perencanaan Ada perencanaan tertulis mengenai : a. Penemuan penderita tersangka DBD Kasus dilihat dari jumlah suspek DBD yang datang ke puskesmas.  b. Rujukan penderita DBD Bila terdapat tanda-tanda penyakit DBD seperti mendadak

panas tinggi 2  –  7

hari, tampak lemah dan lesu, suhu badan antara 38º - 40º C atau lebih, tampak  bintik-bintik merah pada kulit direnggangkan bintik merah itu hilang, kadangkadang ada perdarahan hidung, mungkin terjadi muntah darah atau BAB darah, tes Torniquet positif. c. Penyuluhan kesehatan pada masyarakat meliputi : 1) Penyuluhan perorangan. Terhadap individu yang berobat melalui konseling. 2) Penyuluhan kelompok. Melalui diskusi, ceramah, penyuluhan melalui poster. d. Surveilan kasus DBD. Angka Bebas Jentik (ABJ); presentasi rumah yang bebas jentik dibanding dengan  jumlah rumah yang diperiksa. e. Surveilan Vektor Pengamatan jentik berkala ; presentasi jumlah rumah yang

diperksa jentik

dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa. f. Pemberantasan vector g. Abatisasi Pemberian bubuk abate paada tempat penampungan air yang tidak bisa dikuras. h. Kegiatan 3 M Dengan kegiatan 3M yang perwujudannya bisa melalui jum´at bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali. Dilakukan dengan pengawasan kader, Menguras,Menutup, dan Memanfaatkan barang bekasyang dapat menjadi sarang  berkembangbiaknya jentik nyamuk. n yamuk. i. Penanggulangan Fokus (fogging)  j. Pencatatan dan pelaporan. 2.

Pelaksanaan Adalah pelaksanaan dari seluruh kegiatan yang telah tertulis dalam perencanaan.

3.

Pengawasan dan pengendalian Melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan:

8

a. Bulanan  b. Tribulanan c. Tahunan 4. Keluaran a. Penemuan penderita tersangka DBD  b. Rujukan penderita DBD c. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk melakukan Pemberantasan Sarang  Nyamuk

(PSN).

Penyuluhan

/informasi

tentang

demam

berdarah

dan

 pencegahannya dilakukan dilakuk an melalui jalur-jalur informasi yang ada: 1) Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi social masyarakat lain, kelompok agama,

guru, murid

sekolah, pengelola tempat umum/ instansi, dll. 2) Penyuluhan perorangan: Kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, penderita/keluarga di puskesmas, kunjungan rumah oleh kader/ petugas puskesmas.Penyuluhan melalui media massa : TV, radio, dll. d. Surveilan kasus DBD Hasil angka bebas jentik. Survei jentik dilakukan dengan cara melihat atau memeriksa

semua

tempat

atau

bejana

yang

dapat

menjadi

tempat

 berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypty dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik, yaitu dengan cara visual. e. Surveilan vector Melalui pengamatan jentik berkala (PJB) yaitu merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan sekali ditiap desa/kelurahaan endemis pada 100 rumah /bangunan yang dipilih secara acak (Random Sampling). f. Pemberantasan vector Perlindungan perseorangan,yaitu memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk dengan meniadakan nyamuk didalam rumah dengan cara menyemprotkan obat anti serangga.

9

BAB V LOGISTIK

Daftar logistik yang dipersiapkan pelaksana program pemberantasan penyakit demam  berdarah dengue puskesmas Pakue : 1. Perlengkapan Perlengkapan medis:

No

1

Jenis Alat

Keterangan

Poliklinik set : Stetoskop

Ada

Tensimeter

Ada

Timbangan berat badan

Ada

Termometer suhu

Ada

Senter

Ada

2

Alat pemeriksa hematokrit

3

Obat-obatan :

Tidak ada

Analgetik

Ada

Antipiretik

Ada

4

Formulir KD-UPK-DBD

Ada

5

SOP pelaksanaan kegiatan

Ada

6

Larvasida

Ada

2. Perlengkapan Perlengkapan non medis:

No

Jenis Alat

Keterangan

1

Buku petunjuk program DBD

Ada

2

Alat penyuluhan kesehatan

Ada

3

Formulir hasil epidemiologi

Ada

4

Formulir hasil PJB

Ada

5

Bagan penatalaksanaan kasus DBD

Tidak ada

10

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue perlu diperhatikan keselamatan pasien dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap pasien harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan, antara lain : 1. Penatalaksanaan penderita DBD a.

Kolaborasi dengan medis dalam pemberian cairan harus adekuat dan seinbang antara intake dan out put untuk menghindari overload ataupun kekurangan cairan yang  berakibat memperparah keadaan pasien.

b.

Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan DL Sereal agar perubahan  perkembangan pasien dapat dap at terpantau.

2. Pemberian Temephos (Abate) Pemberian Abate harus sesuai dengan takaran yaitu 10 gram untuk 100 liter air, dan diutamakan pada penampungan air yang yang sulit di kuras dan bukan untuk minum untuk menghindari dampak dari pemakaian temephos. 3. Pemeriksaan Jentik nyamuk Dalam melakukan pemeriksaan harus menyeluruh dan cermat pada bagian sudut-sudut tempat penampungan air dan dengan pencahayaan yang cukup agar mendapatkan hasil yang maksimal. 4. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) PJB dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara acak (Random Sampling). Dalam melakukan pemeriksaan diharapkan dapat dilakukan secara cermat dan teliti agar hasil  pemeriksaan berupa Angka Bebas Beb as Jentik (ABJ) dapat dipertanggung jawabkan. jawabk an. 5. Pengendalian Fokkus (Fogging) a. Petugas penyemprot harus dilatih terlebih dahulu dan dinyatakan terampil dan paham  bekerja dengan insektisida.  b. Petugas mempersiapkan perlengkapan lain berupa: 1) 1 set pakaian lapangan/ werpak (2buah) untuk 1 orang penyemprot. 2) 1 buah masker per orang. 3) 1 buah topi lapangan. 4) 1 pasang sarung tangan yang standar (tahan bahan kimia dan lunak ditangan). 5) 1 pasang sepatu lapangan. Untuk keamanan petugas penyemprot.

11

c. Petugas menghimbau kepada warga sebelum penyemprotan: 1) Semua makanan dan minuman hendaknya disimpan ditempat yang aman dan tertutup. 2) Hewan peliharaan dikeluarkan dari rumah sedangkan untuk ikan hias bisa ditutup. 3) Tempat tidur/ kasur cukup dilipat, pakaian tergantung hendaknya diturunkan kemudian ditutup Koran atau penutup lain. 4) Barang-barang elektronik, mainan anak-anak, sepatu dan lain-lain ditutup dengan kertas Koran atau penutup lainnya. 5) Semua sumber api (kompor, lampu, AC, dll) harus dimatikan. 6) Semua jendela ditutup dan semua pintu dibuka. 7) Memberitahu kepada penyemprot/ kepala regu bahwa rumah/ bangunan siap untuk disemprot. d. Petugas menghimbau warga bahwa selama penyemprotan: 1) Semua penghuni rumah/ Bangunan hendaknya berada diluar. 2) Jangan mengikuti penyemprot saat penyemprotan berlangsung. e. Petugas menghimbau warga bahwa setelah penyemprotan: 1) Pintu rumah ditutup bila belum ditutup. 2) Semua penghuni rumah tetap diluar sampai lebih kurang 30 menit  –   1 jam selesai disemprot. 3) Menyapu lantai bila ada hewan seperti cicak, kecoak dllyang mati dan dikumpulkan dalam kantong plastik yang rapat jangan sampai dilakan oleh hewan piaraan. 4) Bila lantai kotor kena larutan insektisida atau solar supaya dilap dulu (bila licin dilap dengan bensin)

12

BAB VII KESELAMATAN KERJA

Untuk keamanan dan kenyamanan bagi petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan, terutama untuk mencegah tertularnya penyakit dimana banyak kasus-kasus penyakit menular, misalnya : TBC, Kusta, Hepatitis, HIV/ AIDS, dan bersinggungan langsung dengan bahan kimia, misalnya Abate atau obat Fogging, maka petugas dalam melaksanakan pelayanan diwajibkan memperhatikan keamanan diri dengan pemakaian alat perlindungan diri (APD), (APD), menggunakan masker, sarung tangan dan celemek plastik, jas operasi bila diperlukan. Dan selalu melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan atau pelayanan.

PEMAKAIAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

Pemeriksaan

Sanitasi tangan

Ya

Sarung tangan

Ya

Masker

Ya

Celemek (Apron)

Tidak

13

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pelayanan klinis merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait pelayanan atau mencegah terjadinya kesalahan tindakan yang diberikan yang  bertujuan untuk keselamatan pasien. Pengendalian mutu pelayanan klinis terintegrasi dengan program pengendalian mutu  pelayanan klinis Puskesmas yang dilaksanakan dilaksanak an secara berkesinambungan. Kegiatan pengendalian mutu pelayanan klinis meliputi : 1. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk  peningkatan mutu standar. 2. Pelaksanaan, yaitu : a. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan antara capaian dan rencana kerja).  b. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian. 3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu : a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan standar.  b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan. Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk memastikan bahwa aktifitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedik yang melakukan proses. Aktifitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan. Contoh : monitoring pelayanan pasien, monitoring kinerja tenaga kesehatan. Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis, dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperoleh melalui metode berdasarkan waktu, cara dan tehnis pengambilan data. 1. Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas ; a. Retrospektif Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan. Contoh : survey kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.  b. Prospektif Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan pelayanan. Contoh : waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan kebutuhan. 2. Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas : a. Langsung (data primer)

14

Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh pengambil data. Contoh : survey kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan klinis.  b. Tidak langsung (tidak langsung) Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung. Contoh : catatan riwayat penyakit yang lalu. 3. Cara pengambilan data ; a. Survei Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Contoh : survey kepuasan pelanggan.  b. Observasi. Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan menggunakan ceklist atau perekaman. 4. Pelaksanaan evaluasi terdiri dari : a. Audit Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan  pengukuran kinerja bagi yang memberikan me mberikan pelayanan pel ayanan dengan menentukan men entukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan klinis secara sistematis. Terdapat 2 macam audit yaitu : 1) Audit Klinis Audit Klinis yaitu analisis klinis sistematis terhadap pelayanan klinis, meliputi  prosedur yang digunakan untuk pelayanan, penggunaan sumberdaya, hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien. Audit klit klinis dikaitkan dengan  pengobatan berbasis bukti. 2) Audit Profesional Audit Provesional yaitu analisis kritis pelayanan klinis seluruh tenaga medis dan paramedis terkait dengan pencapaian sasaran yang disepakati, penggunaan sumberdaya dan hasil yang diperoleh. Contoh : audit pelaksanaan sister manajemen mutu.

 b. Review (pengkajian). Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelayanan klinis tanpa dibandingkan dengan standar. Contoh : kajian penggunaan antibiotik.

15

Indikator mutu Penanggulangan penyakit demam Berdarah meliputi : 1.

INPUT No

1

Uraian

Standar Kompetensi

Sumber Daya Manusia

Bila Pelaksana Program berasal dari

Target

Paramedis maka petugas harus memiliki : -

SIK

100 %

-

STR

100%

-

Sertivikat pelatihan Penanganan

100%

KLB

2.

PROSES No

3.

Standar Kompetensi

Target

1

SOP Pengukuran Tekanan darah

Ada

2

SOP Pemeriksaan jentik

Ada

3

SOP Penyuluhan kepada Individu / keluarga

Ada

4

SOP Pemeriksaan Penderita DBD

Ada

5

SOP Penyelidikan Epidemiologi Penderita DBD

Ada

6

SOP Pemberian Temephos (abatisasi)

Ada

7

SOP Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)

Ada

8

SOP Pengendalian Fokus

Ada

9

SOP Penanganan KLB DBD

Ada

10

SOP Pencatatan dan Pelaporan

Ada

11

SOP Rujukan Pasien

Ada

12

Kepatuhan Petugas Terhadap SOP

80 %

OUT PUT No

Uraian

1

Kepuasan Pelanggan

2

Terpenuhi target SPM :

Target

80 %

16

2.1. Angka Bebas Jentik (ABJ)

95 %

2.2. Penderita DBD ditangani

100 %

2.3. Cakupan PE Kasus DBD

100 %

17

BAB IX PENUTUP

Pedoman Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue Puskesmas Pakue ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan di Puskesmas Pakue diperlukan komitmen dan kerjasama semua pihak. Hal tersebut akan menjadikan pelayanan semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang diwilayah kerja puskesmas Pakue. Serta dapat meningkatkan citra Puskesmas dan kepuasan pasien atau masyarakat.

18

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF