Ion Exchange

May 19, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Ion Exchange...

Description

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan 1. Untuk menentukan efisiensi dari alat ion exchanger. 2. Untuk mengetahui proses dan mekanisme kerja dari ion exchanger. 1.2 Dasar Teori 1.2.1

Pengertian Ion Exchanger Ion exchanger merupakan alat yang digunakan sebagai tempat pertukaran bahan padat yang mengandung bahan aktif dengan ion-ion yang dapat dipertukarkan. Penukar ion dapat berupa penukar anion atau pula penukar kation. Penukar ion dapat dipandang sebagai bentuk khusus dari adsorpsi cairan dan dari segi teknik kedua proses memiliki banyak persamaan, perbedaannya terlebih pada perpidahan massa yang pada pertukaran ion tidak dihasilkan oleh gaya permukaan melainkan oleh reaksi ion. Ada dua tahapan utama dalam pertukaran ion. Dua tahap ini sangat menentukan kualitas air yang dihasilkan. Tahap – tahap utama tersebut adalah:



Demineralisasi Pada suatu industri biasanya teori demineralisasi (pengolahan air demin) digunakan untuk pengolahan air umpan boiler. Tujuannya adalah untuk menghilangkan atau mengeliminir sekecil mungkin adanya zat-zat yang menyebabkan permasalahan di dalam boiler (logam alkali menyebabkan terbentuknya kerak). Tahapan demineralisasi (demin water): 1. Kation Exchanger Ion Ca2+ & Mg2+ dalam air akan diikatresin, dan resin melepas ion H + ke dalam air. Reaksi yang terjadi: 2R-H + Ca2+ R2Ca + 2H+ Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 1

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger 2R-H + Mg2+R2Mg + 2H+ Agar resin tetap aktif atau mampu mengikat ion, maka harus dilakukan regenerasi dari bahan kimia yang digunakan oleh asam sulfat. 2. Degasifier Air dari kation exchanger dimasukkan dari bagian atas degasifier dengan pengembunan & oengusiran CO2 dilakukan dengan kipas. 3. Anion Exchanger Anion yang ada seperti CO32-, SO42-& Cl- diikat oleh resin dan resin melepas ion OH-. Reaksi yang terjadi: 2R-OH + SO42-  R2SO4 + 2OH2R-OH + CO32-  R2CO3 + 2OH2R-OH + Cl- R2Cl + 2OHAgar resin tetap aktif atau mampu mengikat ion, maka harus dilakukan regenerasi dari bahan kimia yang digunakan adalah natrium hidroksida. 4. Deaerator Berfungsi untuk menghilangkan O2 dan gas-gas yang tidak dapat dikondensasikan seerti CO2 dan NH3 yang masih terdapat didalam air. Pengeluaran gas – gas ini untuk mengurangi korosi terhadap karbon steel dan upper. 

Regenerasi Proses regenerasi pada ion exchanger dilakukan jika lapisan resin mulai kelewatan ion –ion yang seharusnya digantikan atau dengan kata lain mulai mengalami kejenuhan. Proses regenerasi melalui empat langkah utama, yaitu: 1. Backwash Backwash adalah proses awal dari regenerasi dimana air bersih dipaksa naik (dengan menggunakan tekanan) melalui lapisan resin dalam arah yang berlawanan dengan arah service. Hal ini

Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 2

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger diperlukan untuk menghilangkan kotoran – kotoran yang mungkin berkumpul selama melakukan service. 2. Penambahan Bahan Kimia Penambahan bahan kimia biasanya disebut juga regenerasi. Untuk regenerasi resin kation dengan menggunakan bahan kimia yang bersifat asam, sedangkan pada resin anion, maka digunakan bahan kimia yang bersifat basa. 3. Slow Rinse Tahap slow rinse merupakan kelanjutan dari tahap penambahan bahan kimia. Arus slow rinse akan membersihkan seluruh bahan kimia dari regenerasi pada lapisan resin. 4. Fast Rinse Merupakan tahap akhir dari pencucian dengan regenerant pada lapisan resin. Tahap ini dilakukan dengan cara pengaliran air bersih dengan kecepatan tinggi sesudah regenerant dicuci dan unit menghasilkan air dengan kualitas yang diterima, selanjutnya untuk unit siap dioperasikan. Partikel padatan yang digunakan sebagai penukar ion umumnya berasal dari mineral alam atau mineral sintesis dan harus memiliki pori – pori. Sebagai contoh mineral alam adalah zeolit dengan rumus kimia Na2O, Al2O3. Bila berada dalam larutan akan bermuatan positif (kation) reaksi pelunakan air (water softening) yang digunakan sebagai umpan boiler dalam pembuatan kukus (steam) yang ditulis sebagai berikut: Ca2+ + Na2Z

 CaZ

(Na-Zeolit)

+ 2Na+

(Ca-Zeolit)

Dengan Z adalah residu dari zeolit. Ion – ion Ca2+ dalam larutan dan diikat oleh senyawa zeolit yang tidak larut, sehingga ion – ion tersebut secara reversibel dan bila Ca2+ telah jenuh dengan zeolit, diregenerasi dengan cara penambahan larutan garam NaCl. Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 3

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger Reaksi yang terjadi sebagai berikut: CaZ + 2NaCl  Na2Z + CaCl2 Pada suatu industri biasanya teori demineralisasi (pengolahan air demin) digunakan untuk pengolahan air umpan boiler. Tujuannya adalah untuk menghilangkan atau mengeliminir adanya zat – zat yang dapat menyebabkan adanya permasalahan di dalam boiler, misalnya logam alkali yang menyebabkan adanya pembentukan kerak pada boiler. Bila cair mengandung kesadahan (hardness) bikarbonat relatif lebih tinggi maka air tersebut mengandung sejumlah besar senyawa bikarbonat Ca(HCO 3)2 dan karbonat (CO32-). Untuk mengurangi kesadahan karbonat ion Ca 2+ dalam larutan harus ditukar dengan ion lain, misalnya ion Na2+. Asam bikarbonat yang berarti dalam larutan harus ditukar dengan ion lain, misalnya Na+. Asam bikarbonat yang berada didalam larutan harus dihilangkan dengan cara pemanasan. Hingga sekarang sebagian besar pertukaran ion digunakan untuk pengolahan buangan limbah cair yang mengandung logam berat. Untuk jenis pertukaran ion sintesis antara polimer ataupun resin yang tak larut yang mengandung gugus karbonat, sulfonat atau gugus fenol yang mempunyai sejumlah besar suatu muatan negatif (anion) yang dapat ditukar kembali dengan kation. Reaksi yang terjadi sebagai berikut : Na+ + Hz



H+ NaZ

Semua proses penerapan yang melibatkan adsorbsi juga dapat diserapkan dalam proses pertukaran ion dapat berlangsung secara batch maupun kontinyu dengan menggunakan unggun drum (fixed bad) atau unggun terfluidisasi (fludized bad). Umumnya operasi dilaksanakan dengan unggun drum, dalam industri dapat digunakan untuk memperoleh kembali berbagai ion logam yang terdapat dalam buangan limbah industri. Bahan yang sering digunakan pada ion exchanger dalam water softening adalah resin sulfonat styrem yang dibuat dalam bentuk sodium resin ini memiliki afinitas yang besar untuk ion Ca dan Mg dan juga akan memindahkan ion fe Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 4

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger setelah ion Ca dan Mg selesai. Softening dapat dilakukan dengan proses batch dengan pengadukan suspensi pada resin didalam air untuk satu periode sampai mencapai keseimbangan atau setelah kesadahan tercapai Dengan demikian untuk mengalirkan proses alir secara kontinyu dilakukan dengan cara penurunan level air pada kolom resinnya. Perubahan reaksi dapat terjadi secara cepat pada lapisan atas butiran karena areal yang aktif pada pemindahan ion mampu bergerak ke bagian bawah kolom sampai resin pada bagian akhir keluar. Posisi bagian tengah pada kolom ini dapat dilihat pada Air Masuk gambar berikut:

Kesadahan

Ca2+ dan ion dalam air

Kemurnian

Ca2+ dan Na2+ serta ion

Na+ dan ion dalam air

Pada areal aktif mengalami perubahan pada bagian kolom air. Maka areal tersebut mengalami pengurangan kesadahan. Hal ini disebut break trough point didalam reagen pada resin dengan larutan sodium klorid pekat menjadi pelarut yang paling dalam proses ini. Pada saat operasi dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut dalam air akan teresap ke resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen, dengan melihat kondisi tersebut maka kita dapat mengatur jenis ion yang diikat dan dilepas. Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :  Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi.  Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat berulangulang. Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 5

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger  Resin akan beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena itu resin harus tahan terhadap air  Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range pH yang luas serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap oksidasi dan radiasi.  Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis, tekanan hidrostatis cairan serta tekanan osmosis. Resin penukar ion adalah suatu strukur polimer yang mengandung suatu gugus aktif yang terikat pada kerangka organik. Proses pembentukan resin terdiri dari dua tahap yaitu pembentukan kerangka dan pembentukan gugus aktif. Umumnya untuk pembentukan kerangka biasa dipakai cross linked polystirene yang dibentuk dari tetesan cairan monomer yang disuspensikan dalam air. Dari proses tersebut diperoleh butiran yang keras, transparan, tidak berwarna dan kedap air. Butiran-butiran ini belum memiliki sifat penukar ion. Tahap selanjutnya pembentukan gugus aktif pada butiran-butiran tsb. Untuk resin penukar ion (ion exchange) proses adsorpsi sebenarnya merupakan suatu reaksi kimia dimana suatu ion dibebaskan dari resin sedangkan ion yang lain diadsorpsi seperti pada persamaan reaksi d bawah. Sebagian besar resin kation terbuat dari bahan dasar DVB (Divinilbenzena) dengan gugus aktif sulfonat seperti ditunjukan pada gambar dibawah . Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu :  Anion exchange resin (resin penukar anion) resin yang mempunyai kemampuan menyerap/menukar anion-anion yang ada dalam air. Resin ini biasanya berupa gugus amin aktif. Misalnya : R – NH2 (primary amine), R – R1NH (secondery amine), R – R21N (tertiary amine), R – R31 NOH ( quartenary amine). Dalam notasi

diatas

R

menunjukan

polimer

hidrokarbon

dan

R1

menunjukkan gugus tertentu misalnya CH2.  Cation exchange resin (resin penukar kation) resin yang mempunyai kemampuan menyerap/ menukar kation-kation seperti Ca, Mg, Na dsb. Yang ada dalam air. Contoh : Hidrogen zeolith (H2Z), resin organic yang mempunyai gugus aktif SO3H(R.SO3H), dan sulfonated coal. Pada resin penukar kation, Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 6

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger misalnya RSO3H, gugus aktif SO3 mempunyai daya afinitas yang lebih besar terhadap kation-kation lain bila dibandingkan dengan H+. Tetapi sebaliknya dapat pula terjadi pada regenerasi. Hal ini mungkin dapat terjadi kalau konsentrasi H+ dalam larutan sangat tinggi. H+ RSO3H telah digantikan semua oleh kation-kation atau dengan perkataan lain bahwa resin itu sudah jenuh, maka resin itu tidak aktif lagi. Sehingga harus diaktifkan lagi dengan cara regenerasi. Sebagai regenerasi dapat dipakai HCl (konsentrasi 1-10 %). Lamanya waktu regenerasi bermacam-macam, tetapi pada umumnya berlangsung minimal 30 menit atau sesuai spesifikasi pembuat. Setelah tahap regenerasi maka perlu dilakukan pembilasan terhadap resin. Pembilasan yang dilakukan terdiri dua tahap yaitu pembilasan awal dan

pembilasan

akhir.

Pembilasan

awal

dilakukan

untuk

menghilangkan sisa-sisa regenerasi yang masih menempel pada resin. Pembilasan akhir dilakukan untuk menghilangkan kemungkinan garam yang terbentuk. 1.1.2

Macam – macam ion exchange Alat penukar ion ada 2 macam : 1. 2.

Alat penukar ion dengan kolom ganda Alat penukar ion kolom tunggal (unggun campuran)

Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 7

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger

Penukar Ion Kolom Ganda 

Prinsip kerja kolom ganda a. Pada proses kolom ganda, air mentah mula-mula masuk kedalam penukar kation. Disini semua kation yang terkandung dalam air (terutama ion kalsium, magnesium, dan natrium) ditukar dengan ion hidrogen. b. Dalam kolom berikutnya yang berisi penukar anion, maka anion (terutama ion khlorida, sulfat dan bikarbonat) ditukar dengan ion hidroksil. Ion hidrogen yang berasal dari penukar kation dan ion hidroksil dari penukar anion akan membentuk ikatan dan menghasilkan air. c. Setelah air terbentuk maka resin penukar ion harus diregenerasi. Pelaksanaan regenerasi pada proses kolom ganda sangat sederhana. Kedalam kolom penukar kation dialirkan asam khlorida encer dan kedalam kolom penukar anion dialirkan larutan natrium hidroksida encer. Regeneran yang berlebihan selanjutnya dibilas dengan air.

Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 8

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger

Penukar Ion Kolom Tunggal



Prinsip kerja kolom tunggal Pada proses kolom tunggal, resin penukar kation dan penukar anion dicampur menjadi satu dalam sebuah kolom tunggal. Dengan proses ini dapat dicapai tingkat kemurnian air yang jauh lebih tinggi daripada dengan proses kolom ganda. Sebaliknya, pada proses kolom tunggal regenerasi resin penukar lebih kompleks. Langkah-langkah kerja pada regenerasi kolom tunggal : Pemisahan resin penukar kation dan penukar anion dengan klasifikasi menggunakan air (pencucian kembali dari bawah ke atas). Dalam hal ini resin penukar anion yang lebih ringan (berwarna lebih terang) akan berada diatas resin

penukar

kation

yang

lebih

berat

(berwarna

lebih

gelap).

Proses regenerasi dalam kolom tunggal a. Untuk regenerasi, regeneran bersama dengan air dialirkan melewati kedua lapisan resin, asam khlorida encer (HCl) dialirkan dari bawah ke atas melewati resin penukar kation dan dikeluarkan dari kolom pada ketinggian lapisan pemisah. b. Larutan natrium hidroksida encer (NaOH) dialirkan dari atas ke bawah melewati resin penukar anion, juga dikeluarkan pada ketinggian lapisan pemisah. Kelebihan kedua regeneran kemudian dicuci dengan air. c. Ketinggian permukaan air dalam kolom diturunkan dan kedua resin penukar dicampur dengan cara memasukkan udara tekan dari ujung bawah kolom.

Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 9

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger d. Pencucian ulang kolom tunggal dengan air dari atas ke bawah sampai alat ukur konduktivitas menunjukkan kondisi kemurnian air yang diinginkan. e. Sekarang instalasi siap untuk dioperasi lagi, baik pada instalasi pelunakan maupun pada instalasi demineralisasi air, maka pengalihan dari kondisi operasi ke proses regenerasi, pelaksanaan regenerasinya sendiri, dan pengalihan kembali ke kondisi. Dalam proses resin penukar ion larutan yang akan dimurnikan dimasukkan kedalam kolom yang didalamnya terdapat resin dan glass woll. Glass woll sebagai salah satu komponen untuk menjernihkan larutan, glass woll dapat diganti dengan bulu angsa namun harga bulu angsa yang relatif mahal, menyebabkan glass woll banyak digunakan. Larutan yang melalui kolom

disebut influent,

sedangkan

larutan

yang

keluar

kolom

disebut effluent. (Khopkar, 1990). 1.2.3

Kesadahan Kesadahan adalah daya (kemampuan) air untuk mengendapakan sabun. Sabun diendapkan terutama oleh Ca2+ dan Mg2+ yang ada dalam air, satu diendapakan oleh logam polilaten seperti, Al3+, Fe3+, Sr2+, Zn2+, Mn2+ juga oleh ion hidrogen. Tetapi kerana ion selain Ca dan Mg kadarnya sangat sedikit di air alam maka kesadahan hanya ditentukan oleh Ca dan Mg. Tetapi bila ion-ion logam yang menimbulkan kesadahan berjumlah cukup besar, maka harus dimasukkan dalm perhitungan. Kesadahan ada 2 macam: 1. Kesadahan sementara ion Ca dan Mg berada sebagai HCO 3- , kesadahan ini dapat dihilangkan dengan pemanasan 2. Kesadahan tetap, ion Ca dan Mg berada sebagai CO3- , kesadahan ion tidak dapat dihilangkan dengan pemanasan, hanya dapat dilunakkan. 

Prinsip Kesadahan

Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 10

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger Etil Diamin Tetra Asetat (EDTA) dan garamnya membentuk senyawa kompleks yang larut bila bereaksi dengan kation logambila indikator Erichorm Black T (EBT) ditambahkan pada suatu larutan yang mengandung ion Cadan Mg maka larutan akan menjadi merah anggur. Bila kemudian dititrasi dengan EDTA. Ion Ca dan Mg akan menjadi biru. Rumus EDTA: CH2– COOH

HOOC – CH2 N- CH2-CH2-N HOOC – CH2

CH2 – COOH

Titrasi harus dilakukan kurang dari 5 menit untuk mengurangi kemungkinan terjadi endapan CaCO3. Suhu titrasi paling baik pada suhu kamar, karena pada suhu rendah perubahan warna agak lambat dan pada suhu tinggi akan terjadi kerusakan indikator. Reaksi: M2+ EBT  M2+ - EBT (merah) M2+ EBT + EDTA  1.2.4

M2+ - EDTA + EBT (biru)

Teknik Salinitas Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam

terlarut dalam air.

Salinitas juga dapat menyatu pemicu kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air ditempat ini dikatagorikan sebagai air payau. Istilah teknik untuk keasinan larutan adalah salinitas, dengan didasarkan bahwa halida-halida terutama halida adalah anion yang paling banyak dari elemenelemen terlarut. Dalam oserogresi, salinitas biasanya dinyatakan bukan G = 1/R Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 11

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger dalam persen tetapi dalam bagian perseribu. Salinitas (salinitas dinyatakan sebagai persen didasarkan pada resin konduktivitas elektrik sampel terhadap “ Copenhagen Water” air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia. 1.2.5

Total Dissolved Solid TDS adalah ukuran zat terlarut (baik zat organik maupun anorganik misalnya garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dari ppm atau mg/L. Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati jaringan yang berdiameter 2µm . Aplikasi yang digunakan adalah ukuran kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan, aquarium, kolam renang, proses kimia, dan pembuatan air mineral.

1.2.6

Conductivity Conductivity

adalah

ukuran

kemampuan

suatu

bahan

untuk

menghantarkan arus listrik. Konduksi (C) merupakan kebalikan dari resisitansi (R). Sehingga persamaan matematisnya adalah: Dimana hukum ohm, dapat didefinisikan V = I.R I = G.E Secara definisi di atas jika 2 plat yang diletakkan di dalam suatu larutan di berikan beda potensial listrik (normalnya berbentuk sinusida), maka kedua plat tersebut akan mengalir arus listrik.

Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 12

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger BAB II METODOLOGI 2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat - Gelas kimia 100 mL - Batang pengaduk - Indicator universal 2.1.2 Bahan - Aquadest - CaCO3 2.2 Cara Kerja 2.2.1 Tahap Ion Exchange  Back Wash 

Mengatur katup-katup yang akan dikontrol dan pompa, dengan cara menutup katup no. 1,2,3,4,12,13,15 dan yang membuka katup no. 3,11,14, sehingga arah aliran ke atas dan membuka katup 6 dan 9 sehingga aliran air destilat (aquadest) dapat langsung kepembuangan.



Mengalirkan air destilat dari gelas kimia (2) dengan membuka katup no.3 dan 6.



Melakukan proses pencucian selama beberapa menit.

 Service 

Mengatur katup-katup dari gelas kimia (2) dengan cara menutup katup no.1,3,4,6,8,9, dan 12. membuka katup no.2 sehingga aliraan dapat masuk ke katup no.5, membuka katup no.13 dan 15 sehingga aliran dari katup 5 dapat naik dan masuk ke katup no.7, kemudian dari katup 15 ke pembuangan.



Memindahkan pompa ke tangki (1).



Mengalirkan air keran dari gelas kimia (1) dengan menjalankan alat ion exchange apparatus dan mngatru laju alir 60 ml/min, dengan aliran

Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 13

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger melalui resin kation terlebih dahulu, kemudian ke resin anion dan menampung air keran ke dalam gelas kimia 100 ml. 

Mengambil sampel air setiap 5 menit



Melakukan pengambilan sampel sebanyak 2 L air senyak 8 kali

 Analisa 

Mengukur pH sampel dengan menggunakan indicator universal, kemudian mencatat nilai pH pada tiap-tiap sampel. .

Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 14

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1

Data pengamatan

Tabel 1.1 Data pengamatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jam 14:05 14:10 14:15 14:20 14:25 14:30 14:35 14:40 14:45

5 10 15 20 25 30 35 40 45

Konduktifitas 1.05 1.05 1.12 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1

10

14:50

50

1.00

11

14:55

55

1.00

12

15:00

60

1.00

13

15:05

65

1.00

14

15:10

70

1.00

15

15:15

75

0.99

16

15:20

80

0.99

17 18

15:25 15:30

85 90

0.98 0.98

19

15:35

95

0.98

20 21 22

15:40 15:45 15:50

100 105 110

0.96 0.96 0.95

23

15:55

115

0.95

24

16:00

120

0.95

Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Waktu

Page 15

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger 3.2

Pembahasan Pada praktikum ini bertujuan Untuk menentukan efisiensi dari alat ion exchanger dan untuk mengetahui proses dan mekanisme kerja dari ion exchanger. Ion exchange itu sendiri merupakan suatu metode penghilangan mineral dari ion-ion logam yang terkandung dalam air. Biasanya mineral dari ion-ion logam tersebut menimbulkan kesadahan dan akan menghasilkan kerak pada peralatan di industri proses. Maka dari itu diperlukan suatu proses penghilangan mineral–mineral tersebut melalui metode tertentu, bisa melalui penambahan Anti Sceeling Agent untuk menghilangkan kerak – kerak CaCO3, atau pun melalui proses pertukaran ion, dimana bahan yang dipakai adalah resin. Sampel yang telah dialirkan kedalam alat penukar ion atau ion exchange diukur nilai pH dan konduktivitasnya setiap 5 menit sekali sehingga diperoleh nilai seperti pada data pengamatan. Pada praktikum ini nilai seharusnya apabila sampel dilewatkan pada resin maka sampel tersebut akan mengalami penurunan nilai konduktivitasnya namun beda halnya dengan praktikum yang telah dilakukan mengalami sedikit perubahan nilai konduktivitas hal ini dikarenakan dua kemungkinan. Pertama, karena penggunaan indikator universal sebagai alat pengukur pH sehingga pada saat terjadi perubahan nilai pH yang terukur sangat kecil indikator universal tidak dapat membacanya karena kurangnya tingkat ketelitiannya, beda halnya dengan pHmeter yang sangat peka terhadap perubahan pH yang sangat kecil. Kedua karena resin yang digunakan telah jenuh sehingga resin sudah tidak dapat menukar ion- ion yang terkandung dalam sampel

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 16

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger  Semakin lama nilai konduktivitas semakin menurun.

DAFTAR PUSTAKA Alfonsina, dkk. 2013. Makalah Utilitas Demineralisasi. Malang: Universitas Brawijaya. Arman,

Yoni.

2013.

http://yoniarman.blogspot.com/2013/07/ion-exchanger-alat-penukar-

i0n.html diakses pada tanggal 15 Desember 2013 10:56 WITA Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 17

Laboratorium Kontrol Ion Exchanger Khopkar.1990.Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta. Setyowati,

Suparni.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/utilitas-

pabrik/mengoperasikan-alat-penukar-ion/diakses pada tanggal 15 Desember 10:56 WITA

Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Kimia

Page 18

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF