Interpersonal Deception Theory

October 12, 2017 | Author: AshiefKhanAlKareem | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Interpersonal Deception Theory...

Description

Kelompok : Habibul Muntaha

(933502111)

Mufidatul Khoiriyah

(933502311)

Rio Ghilman A. H.

(933502511)

INTERPERSONAL DECEPTION THEORY (Teori Penipuan Antar Individu) A. Penemu Teori Tokoh dibalik Interpersonal Deception Theory adalah Judee K. Burgoon dan David B. Buller. Kedua ilmuan komunikasi inilah yang mengemukakan dan mengembangkan teori ini. B. Penjelasan Teori Dalam kehidupan sehari – hari pastinya kita sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari interaksi antar individu. Tentunya dalam interakasi tersebut kita sebagai individu memasang settingan diri kita sebagus – bagusnya di depan individu yang lain. Dengan kata lain, pengakuan sosial tentunya jadi yang utama saat kita sedang berinteraksi antar individu. Dalam kegiatan kita sehari – hari tentunya kita menemui berbagai macam individu lain yang selalu berhubungan dengan kita, dan tentu intensitas kita untuk berinteraksi kepada tiap orang berbeda – beda. Ini menimbulkan pula sikap kita yang berbeda – beda pada setiap orang. Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat kita artikan bahwa setiap individu memiliki rasa ingin diakui di dalam kelompok maupun lingkungan sekitarnya, perasaan ini bisa diukur kuat tidaknya dari proses interaksi yang dilakukan individu tersebut pada individu lain yang berada disekitarnya. Melalui pernyataan tersebut kadangkala individu sebagai pelaku komunikasi dua arah, menghalalkan berbagai macam cara untuk tercapainya

tujuan tersebut, yaitu diakui benar, dan seolah – olah kredibel di depan lawan bicaranya. Cara yang ditempuh yang sudah sangat sering adalah dengan cara berbohong. Dalam

ilmu

komunikasi,

berbohong

mempunyai

teori

tersendiri

yang

membahasnya, yaitu “Interpersonal Deception Theory” atau Teori Penipuan Antar Individu. Kapan berbohong itu efektif digunakan ? bagaimana cara berbohong yang biasa dilakukan ? apa ciri – ciri pembohong ? kenapa orang harus berbohong ? ada berapa pembohong di sekitar kita ?, pertanyaan – pertanyaan tersebut akan coba dijawab dengan terbentuknya makalah ini, yang akan membahas tuntas tentang “Interpersonal Deception Theory” . Dan “Interpersonal Deception Theory” itu sendiri dikemukakan untuk berbagai alasan, biasanya teori ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana orang menghindari tindakan menyakiti orang lain dengan cara berbohong, atau bisa untuk menjelaskan bagaimana cara orang lain berbohong untuk menyerang orang lain, berpura – pura empati, menghindari masuk kedalam konflik, dan masih banyak lagi kebiasaan seseorang yang ada kaitannya dengan memanipulasi pernyataan mereka dengan kebohongan dijelaskan oleh teori “Interpersonal Deception” ini. Interpersonal deception merupakan teori yang sangat berguna bagi seseorang yang mencoba melakukan muslihat, atau berpikir seseorang akan melakukan muslihat kepada orang lain. Teori ini membantu melihat ke belakang, pada situasi yang telah lalu, guna mengevaluasi peristiwa dan perilaku komunikasi verbal ataupun nonverbal dengan tujuan untuk mengungkap apakah seseorang telah melakukan kebohongan atau tidak. Setiap orang pernah berbohong, juga dibohongi. Dengan alasan ini maka teori ini sangat berguna dan sangat praktis dilakukan. 1. Asumsi Metateoretis a. Asumsi ontologis

Sejauh sifat kenyataan, teori kebohongan bersifat sangat manusiawi karena memandang berbagai kenyataan saling bergantung pada berbagai faktor situasional pada individu yang terlibat b. Asumsi epistemologis: Dalam hal pengetahuan, teori ini juga bersifat manusiawi. Apa yang ditemukan dari penelitian sepenuhnya bergantung pada siapa yang mempunyai pengetahuan tentang apa yang dibicarakan. c. Asumsi aksiologis: Teori IDT bersifat manusiawi dalam segi nilai. Nilai dari individu yang terlibat disimpulkan dari nilai dan pengalaman mereka sendiri. “Human beings are poor lie detectors in interactive situations. Although strategic deception often results in cognitive overload that leaks out through a deceiver’s communication, respondents usually miss these telltale signs due to a strong truth bias. When respondents appear doubtful, deceivers can adjust their presentation to allay suspicion” (Griffin (pp. A-13-14) Dari pernyataan Griffin di atas, kita tahu bahwa sebenarnya manusia adalah “pendeteksi” kebohongan yang buruk dalam situasi interaktif. Manusia memiliki ketidakawasan dalam menangkap suatu kebohongan, kadangkala manusia terlalu tertutupi akan bias kebenaran yang diciptakan oleh si pembohong. Manusia sering tidak memperhatikan isyarat – isyarat yang dikeluarkan pembohong secara tidak sengaja, bahkan mungkin terkadang mengandung kelebihan kognitif sehingga pesan yang disampaikan tidak masuk akal. 2. Perspektif Teoritis Teori Interpersonal Deception membahas kebohongan melalui lensa teoretis komunikasi antar personal. Pada dasarnya, ia menganggap kebohongan sebagai suatu proses interaktif antara pengirim dan penerima. Berbeda dengan penelitian tentang

kebohongan sebelumnya yang memfokuskan pada pengirim dan penerima secara terpisah, IDT memfokuskan pada sifat dyadic (dual), relational (hubungan) dan dialogic (dialog) dari komunikasi penuh kebohongan. Perilaku antara pengirim dan penerima bersifat dinamis, multifungsi, multidimensi dan multimodal. a. Komunikasi dyadic berarti komunikasi antara dua orang. Dyad berarti sekelompok terdiri dari dua orang dimana pesan dikirim dan diterima. b. Komunikasi relational mengacu pada komunikasi dimana makna yang dibentuk oleh dua orang saling mengisi peran, baik pengirim dan penerima. c. Aktivitas dialogic mengacu pada bahasa komunikatif dari pengirim dan penerima, masing-masing mengandalkan satu sama lain dalam pertukaran tersebut. Sebagai contohnya adalah kerangka konseling psikoterapi dan psikologis. Aktivitas dyad, relasional dan dialogis antara pasien dan ahli terapi bergantung pada komunikasi yang jujur dan terbuka jika pasien ingin sembuh dan berhasil membina hubungan yang lebih sehat. Kebohongan menggunakan kerangka teori yang sama karena komunikasi dari satu peserta dengan sengaja salah. 3. Strategi kebohongan Teori Penipuan Antar Pribadi, mengatakan bahwa ada kalanya seseorang harus berbohong. Bohong merupakan manipulasi dari sebuah informasi. Seseorang yang akan berbohong memiliki strategi. Strategi tersebut diantaranya, adalah : a.

Falsification Yaitu menciptakan suatu fiksi kepada lawan bicara

b. Concealment Yaitu menyembunyikan suatu rahasia3. c.

Equivocation Mengalihkan permasalahan Bohong juga menciptakan perasaan bersalah dan keraguan, yang akan terlihat dari

tindak tanduk atau perilakunya. Keberhasilan dari bohong ini tergantung juga dari kecurigaan respondennya. Responden biasanya punya kecurigaan yang sayangnya dapat

dengan mudah dirasakan oleh si pembohong. Kecurigaan ini berada pada kenyataan dan fiksi. Padahal sebetulnya dengan melakukan kebohongan tersebut berarti kita telah menorehkan luka dan sekaligus dosa kepada yang kita bohongi. Seperti halnya dalam teori kebohongan antar pribadi (interpersonal Deception Theory) dari David Buller dan Judee Burgoon. Yaitu bahwasannya seseorang terkadang melakukan kebohongan. Bohong merupakan manipulasi dari sebuah informasi. Dalam teori ini bahwa apa yang disampaikan oleh pembohong terlihat berubah ubah, tidak konsisten dan pesannya tidak pasti. Apabila kita bohong sudah terlalu banyak, maka akan terjadi kebocoran / leakage, dan kebocoran ini akan tampak pada perilaku non verbal. Bahkan ada yang bilang sekalipun mulut kita diam terkadang mata kita mampu menyiratkan bahwa ada sesuatu yang kita tutupi. C. Contoh Kasus Putri adalah anak rumahan yang sangat jarang sekali keluar rumah kecuali untuk bekerja dan kuliah, diluar daripada itu Putri selalu ijin orang tua apabila ingin keluar rumah. Putri memiliki pacar bernama Beno. Suatu ketika sehabis pulang kuliah, putri dijemput oleh Beno tetapi kali ini tidak langsung pulang kerumah melainkan mampir dulu ke Mall untuk nonton film terbaru “Ayat-ayat cinta”, karena tahu pasti tidak diijinkan apabila memberitahukan alasan sebenarnya maka putri memberitahu kedua orang tuanya dengan alasan “Mau mampir ke Mall untuk lihat – lihat buku di gramedia dulu”. Dan Putripun bersama Beno mampir ke Gramedia dahulu sebelum nonton Ayat-ayat cinta. Contoh tersebut adalah gambaran “Teori Penipuan Antar Pribadi” yang berjalan dengan tetap mengatakan kejujuran tetapi tidak menceritakan secara keseluruhan. Dalam teori penipuan antar pribadi biasa disebut Concealment (Penyembunyian).

Putri dapat juga memberi alasan “Ada Matakuliah tambahan sehingga pulangnya telat”. Teori penipuan yang dilakukan oleh Putri adalah Falsification (pemalsuan), jauh dari kenyataan yang sebenarnya. Selain itu apabila putri ingin memberikan alasan yang meyakinkan dan tidak ingin terlihat adanya suatu penipuan atau tidak ingin terjadi kebocoran (Pengelakan), Putri bisa saja memberikan alasan yang tegas seperti “Pulang kuliah kali ini agak telat!”.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF