Interaksi Obat Dengan Obat Lain
November 16, 2018 | Author: Erwin Skilly | Category: N/A
Short Description
Interaksi Obat Dengan Obat Lain...
Description
INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT LAIN. Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan eff ek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan effek yang merugikan atau membahayakan. Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan effek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan makin seringnya penggunaan apa yang dinamakan “ Polypharmacy Polypharmacy “ atau “ Multiple Drug Therapy “. Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari dokter yang memuat lebih dari dua macam obat. Belum lagi kebiasaan penderita yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang sama dan mendapat resep obat yang baru. Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dibeli di toko-toko o bat secara bebas. Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita sangka, mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima pengobatan polypharmacy cukup banyak. Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks. Pada dasarnya dapat digolongkan sebagai berikut:
PENGARUH OBAT TERHADAP TUBUH a. Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa kompleks antar senyawa obat yang mengakibatkan salah satu atau semuanya dari macam obat mengalami penurunan kecepatan absorpsi. Contoh: interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al2+ dalam antasid yang y ang menyebabkan jumlah absorpsi keduanya turun. b. Perubahan pH Interaksi dapat terjadi akibat perubahan harga pH oleh obat pertama, sehingga menaikkan atau menurukan absorpsi obat kedua. Contoh: pemberian antasid bersama penisilin G dapat meningkatkan jumlah absorpsi penisilin G c. Motilitas saluran cerna Pemberian obat-obat yang dapat mempengaruhi motilitas saluan cerna dapat mempegaruhi absorpsi obat lain yang diminum bersamaan. Contoh: antikolinergik yang diberikan bersamaan dengan par asetamol dapat memperlambat parasetamol. 4. Interaksi pada proses eliminasi a. Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat jika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan diberikan bersamaan obat-obat yang dapat merusak merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat menimbulkan efek toksik.
Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal (aminoglikosida, siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul efek toksik. c. Perubahan pH urin Bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal. Jika harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat asam lemah, sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah. Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan ammonium klorida maka akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi ammonium klorida akan mengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi pseudorfedrin dan eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.
I. INTERAKSI FARMASETIK Interaksi ini adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan / disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan. Bentuk interaksi ini ada 2 macam : Interaksi secara fisik : misalnya terjadi perubahan kelarutan Interaksi secara khemis : misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan. II. INTERAKSI FARMAKOKINETIKA Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam kelompok ini termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma, metabolisme dihambat atau dirangsang dan ekskresi dihalangi atau dipercepat. III. INTERAKSI FARMAKODINAMIK. Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja fisiologis obat lain. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi : a.Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ (sinergisme). b.Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan ( antagonisme ) . c.Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah
OBAT DENGAN TUBUH Distribusi merupakan perjalanan obat ke seluruhtubuh. pengikatan proteinplasma; kelarutan obat dalamlipid (yaitu, apakahobat tersebut larutdalam jaringanlemak); aliran darah kedalam organ dankeadaan sirkulasi; stadium dalam sikluskehidupan, misalnyakehamilan, masabayi; kondisi penyakit,misalnyapreeklampsia ataugagal jantung sifat-keterikatan obatProses ini dipengaruhi oleh: Distribusi obat dapat dibedakan menjadi 2 faseberdasarkan penyebaran di dalam tubuh, yaitu :Distribusi fase pertamaterjadi segera setelahpenyerapan, yaitu ke organyang perfusinya sangat baik,seperti jantung, hati, ginjaldan otak.Distribusi fase kedua jauh lebihluas lagi, yaitu mencakup jaringanyang perfusinya tidak sebaik organpada fase pertama, misalnya padaotot, visera, kulit dan jaringanlemak.12 Faktor-faktor Penting Yang BerhubunganDengan Distribusi ObatPerfusi darah melalui jaringan danorgan bervariasi sangat luas. Perfusiyang tinggi adalah pada daerah paru-paru, hati, ginjal, jantung, otak dandaerah yang perfusinya rendah adalahlemak dan tulang. Sedangkan perfusipada otot dan kulit adalah sedang.Perubahan dalam aliran kecepatandarah (sakit jantung) akan mengubahperfusi organ seperti hati, ginjal danberpengaruh terhadap kecepatanPerfusi darah melalui jaringan1
Efek Samping Obat Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran. Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal ini terjadi ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat y ang dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan di dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung k ematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat ini. Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi: 1. Aborsi atau keguguran, akibat Misoprostol, obat yang digunakan untuk pencegahan (gastric ulcer) borok lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non steroid. 2. Ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti diazepam serta morfin. 3. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane. 4. Pendarahan usus, akibat Aspirin.
5. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2. 6. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin. 7. Kematian, akibat Propofol. 8. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon. 9. Diabetes, yang disebabkan oleh obat -obatan psikiatrik neuroleptik. 10. Diare, akibat penggunaan Orlistat. 11. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan. 12. Demam, akibat vaksinasi. 13. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid. 14. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia. 15. Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan. 16. Kerusakan hati akibat Parasetamol. 17. Mengantuk dan meningkatnya naf su makan akibat penggunaan antihistamin. 18. Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan.
View more...
Comments