INSTALASI TEGANGAN MENENGAH
May 14, 2018 | Author: Achmad Nuriel Anwar | Category: N/A
Short Description
yogs...
Description
INSTALASI TEGANGAN MENENGAH INDUSTRI SEMEN
yang dibina oleh bapak Anang Oleh : Satria Heldin Arrad .P. (1541150086)
POLITEKNIK NEGERI MALANG JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI D4 SISTEM KELISTRIKAN KELISTRIKAN 2017
Pemilihan Genset A. Daya Genset Daya yang dipilih pada trafo adalah 1600 kVA, maka kita juga harus memilih genset yg standby dengan daya yang sama agar bisa memenuhi suplay yang diinginkan apabila PLN terjadi gangguan atau ketidaknormalan ( abnormal ) pada trafo. Daya yang digunakan Genset :
Kapasitas Daya
= Fk × Beban Total Terpasang × 121% = 0,8 × 1650 × 121% = 1. 597,2 kVA kVA
Sehingga dipilih genset dengan merk Caterpilar dengan daya sebesar 1000 kVA
B. Kabel Genset ke MDP
In =
1000 × 10 √ 3 × 400
= 1443,4 A
KHA
= 125% × 1443,4 A = 1804 A
Karena dipasaran tidak ada kabel yang KHA nya sampai 1804 A, maka jumlah kabel ditambah dengan luar penampang yang dipilih Dipilih Kabel NYY ( 1 × 150 mm2 ) dengan KHA 430 A di udara dengan suhu 300 C tegangan pengenal 0,6 / 1 ( 1,2 kV ) kabel merk Supreme
Jumlah Kabel
∈ =
1804 430
= 4,1 A -> 4 Kabel
Jumlah kabel 4 buah per fasa
Faktor penempatan = 0,94
Faktor suhu Variation in air temperature 35 0 C XPLE Insulation 0,96
Pemilihan Genset A. Daya Genset Daya yang dipilih pada trafo adalah 1600 kVA, maka kita juga harus memilih genset yg standby dengan daya yang sama agar bisa memenuhi suplay yang diinginkan apabila PLN terjadi gangguan atau ketidaknormalan ( abnormal ) pada trafo. Daya yang digunakan Genset :
Kapasitas Daya
= Fk × Beban Total Terpasang × 121% = 0,8 × 1650 × 121% = 1. 597,2 kVA kVA
Sehingga dipilih genset dengan merk Caterpilar dengan daya sebesar 1000 kVA
B. Kabel Genset ke MDP
In =
1000 × 10 √ 3 × 400
= 1443,4 A
KHA
= 125% × 1443,4 A = 1804 A
Karena dipasaran tidak ada kabel yang KHA nya sampai 1804 A, maka jumlah kabel ditambah dengan luar penampang yang dipilih Dipilih Kabel NYY ( 1 × 150 mm2 ) dengan KHA 430 A di udara dengan suhu 300 C tegangan pengenal 0,6 / 1 ( 1,2 kV ) kabel merk Supreme
Jumlah Kabel
∈ =
1804 430
= 4,1 A -> 4 Kabel
Jumlah kabel 4 buah per fasa
Faktor penempatan = 0,94
Faktor suhu Variation in air temperature 35 0 C XPLE Insulation 0,96
KHA
= 6 × 430 × 0,94 × 0,96 = 2328 A
perfasa 6 (1 × 150 mm2) merk supreme Jadi kabel perfasa kabel netral 3 (1 × 150 mm2) merk supreme kabel perfasa 3 (1 × 150 mm2) merk supreme kabel merk supreme NYY 1 × 240 mm 2
Busbar In
= 1443,4 A
KHA
= 1804 A
Dari Katalog isoflexx dipilih busbar 3 × 2 × 1 (96 mm 2)
∈ busbar =
1804 477
= 3,7 A -> 4 Batang
KHA 477 A dengan suhu 35 0 C / 850 C
KHA
= 477 × 4 = 1908 A
Jadi busbar perfasa 4 (3 × 32 × 1) mm 2
Busbar netral 2 (3 × 32 × 1) mm2 Busbar PE / BC 2 (3 × 32 × 1) C. Data Genset
CATERPILAR C32
Power rating @ 0,8 PF
= 1000 kVA
Frekuensi
= 50 Hz
Rpm
= 1500 rpm
Tegangan
= 400 V
D. Pemilihan ATS Pemilihan ATS digunakan sebagai saklar otomatis pada saat PLN terjadi gangguan, karena itu ATS harus bisa memutuskan dan menghubungkan dengan kondisi berbeban kemampuan ATS minimal sama dengan arus nominal beban. Dari data diatas :
Merk
= CATERPILAR
Standart
= NEMA
Ampere Rating
= 1600 A
Poles
=3
Tinggi
= 229
Berat
= 188
Depth
= 152
Refence figure
=C
NEMA 1
= 848 C 1870
Application Rating
= 1-7
PERHITUNGAN CELAH VENTILASI PADA TRAFO
Dalam kerjanya transformator tidak lepas dari kerugian salah satunya adalah panas, panas yang berlebihan pada trafo dapat mengakibatkan hal – – hal yang tidak diinginkan antara lain:
Drop tegangan
Pemanasan pada minyak trafo yang berlebih, sehingga menyebabkan turunnya kualitas minyak trafo yang dapat mengakibatkan tegangan tembus minyak trafo turun. Untuk itu kita diharuskan memperhitungkan seberapa besar celah ventilasi
yang dibutuhkan agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Celah ventilasi pada trafo dihitung pada saat load losses pada suhu 75
o
C
dengan losses sebesar 5000 Watt = 5 kW hal tersebut dapat dilihat pada data trafo. Data lain yang diketahui adalah sebagai berikut:
Temperatur udara masuk (t 1) 20 oC.
Temperatur udara keluar (t 2) 35 oC.
Koefisiensi muai udara ( )
Tinggi ruangan = 4 m.
1 273
Dengan data diatas dapat memperoleh volume udara yang dibutuhkan untuk mensirkulasi panas adalah sebagai berikut:
V
860 Pv
1116 (t 2
t 1 )
x(1
t
1
)
Dimana: Pv = rugi trafo (kW) / no load losses + load losses = 4000 + 25000 = 25,4 kW. t1 = temperatur udara masuk ( oC). t2 = temperatur udara keluar ( oC). α = koefisien muai udara H = ketinggian ruangan (m) Sehingga:
V
V
V
V
860.25,4
1116 (35
21844
16740
x (1
20)
x(1
1
273
.20)
0,07326)
= 0,9
0,9 m
3
s
Kemampuan pemanasan udara yang mengalir disepanjang tangki trafo adalah
v
dimana: H=ketinggian (m) ζ = koefisien tahanan aliran udara
H
Koefisien tahanan aliran udara berbeda-beda tergantung pada kondisi daripada tempat diletakkannya trafo itu sendiri.
Kondisi tempat
Ζ
Sederhana
4.....6
Sedang
7.....9
Baik
9.....10 (jaringan konsen)>20
Apabila kondisi tempat dimisalkan adalah baik maka ζ = 9. Sehingga:
v
v
4
9
0,444
Maka dapat kita hitung celah ventilasi sebagai berikut:
qc (penampang celah udara yang masuk) :
qc
:
0,9 m
3
0,444
s
: 2,027
m
V v
3
Karena udara yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi daripada udara yang masuk yang diakibatkan proses pendinginan trafo dalam ruangan sehingga
terjadi pemuaian maka ventilasi udara keluar yang dibutuhkan harus lebih besar daripada celah ventilasi udara masuk, dengan kata lain:
q A q C Sehingga:
q A
1,1. qC
q A 1,1. 2,027
q A
2,229 m
2
Nilai perhitungan diatas adalah nilai minimum, sehingga pemakaian ventilasi udara bisa memakai ukuran yang lebih besar dari ukuran perhitungan diatas. Menurut PUIL 2000, celah udara ventilasi yang diijinkan pada Gardu Induk adalah sebesar 20 cm 2/kVA. Maka dari itu, perhitungan luas celah udara untuk ventilasi pada GI adalah sebagai berikut :
Daya 3 trafo
= 1600 kVA
Celah udara total
= 1600 x 20 = 32000 cm2
Ruangan yang digunakan sebagai tempat peletakkan transformator, mempunyai dimensi panjang x lebar x tinggi, 7m x 10m x 5m. Celah udara ini dirancang pada dinding sisi 5m. Celah udara seluas 32000 cm 2 ini dibagi 4 celah ventilasi, 2 celah ventilasi terdapat di dinding sisi bawah sebagai tempat masuknya udara, dan 2 celah ventilasi terdapat sisi atas dinding sebagai tempat keluarnya udara.
Celah udara sisi bawah : Ventilasi udara sisi bawah adalah qc =20270 c
m
2
/16000 cm2.
Berdimensi 80 cm x 200 cm = 16000 cm2. 2 = 32000 cm 2 Perancangan celah ventilasi sisi bawah ini didisain agak miring dan
dipasang kassa yang terbuat dari bahan stainless steel agar benda benda atau hewan dari luar tidak dapat masuk ke ruangan transformator.
Celah udara sisi atas : Ventilasi udara sisi atas adalah q A
22297 cm
2
/17000 cm2.
Berdimensi 85 cm x 200 cm = 17000 cm 2. 2 = 34000 cm 2 Perancangan celah ventilasi sisi atas ini didisain lebih luas dari
ventilasi sisi bawah karena udara yang memuai akibat pemanasan trafo memiliki volume yang lebih besar daripada udara yang masuk. Selain itu, dipasang besi-besi teralis agar benda-benda atau hewan dari luar tidak dapat masuk ke ruangan transformator. Luas total ventilasi sebesar 32000 cm 2. Celah ventilasi pada perancangan ini sudah memenuhi persyaratan PUIL 2000 karena luas ventilasi minimum untuk 2 transformator 2500 kVA sudah terpenuhi. Tata letak ventilasi udara ruangan transformator pada GI bisa dilihat pada lampiran.
Detail gambar celah udara (ventilasi)
qa
qc
PERHITUNGAN TIANG TM , CUT OUT DAN ARRESTER
A. TIANG TM Untuk pemasangan tiang TM pada trafo distribusi dipasang pada struktur H setinggi – tingginya.
B. CUT OUT Karakteristik utama suatu cut-out adalah sehubungan dengan kebuuhan antara waktu dan arus. Hubungan antara minimum melting dan maksimum clearing time.
Melting time adalah interval waktu antara permulaan arus gangguan dan pembusuran awal. Interval selama dalam masa pembusuran berakhir adalah arching time.
Clearing time adalah melting time ditambah dengan arching time.
Factor-faktor dalam pemilihan fuse cut-out
Penggunaan cut-out tergantung pada arus beban, tegangan, type system, dan arus gangguan yang mungkin terjadi.
Keempat factor diatas ditentukan dari tiga buah rating cut-out, yaitu : arus kontinyu, tegangan dan kapasitas pemutusan.
Pemilihan rating arus kontinyu
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya akan sama dengan atau lebih besar arus arus beban kontinyu maksimum yang diinginkan akan ditanggung.
Dalam menentukan arus beban dari saluran, pertimbangan arus diberikan pada kondisi normal dan kondisi arus beban lebih ( over load ).
Pada umumnya outgoing feeder 20 kV dari GI dijatim mampu menanggung arus beban maksimum 630 A, maka arus beban sebesar 100 A.
Dalam pemilihan Cut Out,tergantung dari pemakaian trafo apakah minyak atau trafo kering , Didalam PUIL 2000 Hal.190 apabila menggunakan trafo kering In CO dikalikan 125 % ( nilai maksimal ) . Sehingga nilai maksimum dari CO diperoleh :
I co
I co
KVA(trafo)
2,5
2,5
3 20kV
1600kV 3 20kV
= 115.47A Dari data diatas maka dipilih CO dengan spesifikasi berikut : Rating Arus
: 115.47 A
Rating Tegangan
: 20 kV
Untuk lebih jelasnya lihat lampiran
C. ARESTER Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Oleh karena pemilihan arrester harus sesuai dengan peralatan yang dilindunginya. Karena kepekaan arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem. Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan perlindungan yang baik. Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1 μs, jarak titik penyambaran dengan transformator 5 Km. Tegangan dasar arrester
Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi (primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah
20 KV sama seperti tegangan pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester tersebut masih bisa bekerja sesuai dengan karakteristinya yaitu tidak bekerja pada tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi masih tetap mampu memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif. Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga
tegangan nominal sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah : Vmaks
= 110% x 20 KV = 22 KV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 28 KV.
Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam keadaan gangguan pada tempat dimana penangkal petir, dengan tegangan rms fasa ke fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan Untuk menetukan tegangan puncak (Vrms) antar fasa den gan ground digunakan persamaan :
Vrms
=
Vm 2
=
22 2
= 15,5 KV Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :
Vm(L - G)
=
=
Vrms
2
3 15,5 3
= 12,6 KV
2
Koefisien pentanahan
=
12,6 KV 15,5 KV
= 0,82 Keterangan : Vm
= Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)
Vrms
= Tegangan nominal sistem (KV)
Tegangan pelepasan arrester
Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir. Tegangan yang sampai pada arrester :
E
=
E
=
e K .e. x 400 KV 0,0006 5 Km
= 133,3 KV Keterangan : I e
= arus pelepasan arrester (A) = tegangan surja yang datang (KV)
Eo = tegangan pelepasan arrester (KV) Z
= impedansi surja saluran (Ω)
R
= tahanan arrester (Ω) Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari
saluran yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi teganagn
flasover dan probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e adalah : e =1,2 BIL saluran
(23)
Keterangan : e
= tegangan surja yang datang (KV)
BIL = tingkat isolasi dasar transformator (KV) Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)
I
=
2e Eo Z R
Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan sambaran tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang GTT yang lain berjarak antara 8 KM sampai 10 KM.
(SPLN 52-3,1983 : 11)
R =
=
teganganke jutimpuls100% aruspemuat 105 KV 2,5 KA
= 42
I =
2 400 KV 133,3KV 0 42
= 15,8 KA Keterangan : E
= tegangan yang sampai pada arrester (KV)
e
= puncak tegangan surja yang datang
K
= konsatanta redaman (0,0006)
x
= jarak perambatan
Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : V = Ix R Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan : ea = Eo + (I x R)
(25)
Keterangan : I
= arus pelepasan arrester (KA)
Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV) ea = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z
= impedansi surja (Ω)
R
= tahanan arrester (Ω)
Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL) “Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 μs. Sehingga isolasi dari peralatan -peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E adalah :
e =1,2 BIL saluran e = 1,2 x 150 KV e = 180 KV Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 μs. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL arrester yang sama dengan BIL transformator yaitu 150 KV Margin Perlindungan Arrester
Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : MP = (BIL / KIA-1) x 100% MP = (150 KV/ 133,3 – 1) x 100% = 125.28 % Keterangan : MP = margin perlindungan (%) KIA = tegangan pelepasan arrester (KV) BIL = tingkat isolasi dasar (KV) Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya. Kriteria yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi transformator . Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan
Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi digunakan persamaan sebagai berikut :
Ep = ea +
125
2 A x
v
= 133,3 KV+
8,3
= 26,6x
x
= 0,31 m
2 4000 KV / s x 300m / s
jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi. Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator tiang. Namun di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di permukaan tanah dengan menggunakan kabel tanah. Transformator tersebut berada dalam tempat terpisah dengan pengaman arresternya. Transformator diletakkan di atas tanah dan terhubung dengan arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui kabel tanah.
Tabel Batas Aman Arrester
IMPULS
BIL
PETIR
ARRESTER
(KV)
(150 KV)
BIL TRAF0
KONDISI
KETERANGAN
(125 KV)
Tegangan masih di bawah rating transformator 120 KV
< 150 KV
150 KV
>125 KV
Tidak
Arrester
rusak,
aman
transformator rusak
Berdasarkan keterangan diatas maka pemilihan BIL arrester harus mempunyai kemampuan yang sama atau diatas tegangan BIL petir (150 kV), sedangkan untuk BIL trafo dapat menggunakan BIL yang lebih rendah yaitu 125 kV.
PERHITUNGAN TIANG TM , CUT OUT DAN ARRESTER
Single Line Diagram Kubikel
FEEDER INCOMING Cut Out
OUTGOING
Busbar 20 kV LBS (SF6)
Arester
METERING
Earth switch (SF6)
Earth switch (SF6)
Mof ujung
CT double sekunder Coupling capacitor
Mof ujung
Fuse PT PT
CB (SF6) CT double sekunder Coupling capacitor
Mof ujung
Ke incoming kubikel PLN
Kubikel 20 kV adalah komponen peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran, tegangan, arus maupun daya, peralatan proteksi dan control. Didalam perencanaan ini, pelanggan memesan daya kepada PLN sebesar 2180 kVA, pelanggan ini termasuk pelanggan TM / TM / TR sehinga trafo milik pelanggan, rugi-rugi di tanggung pelanggan, pengukuran di sisi TT dan trafo ditempatkan di gardu distribusi. Kubikel terdiri dari dua unit. Pertama adalah milik PLN (yang bersegel) dan kubikel milik pelanggan (hak pelanggan sepenuhnya). Setiap kubikel terdiri dari incoming, metering dan outgoing. Pada perencanaan ini, kubikel pelanggan dan PLN disamakan spesifikasinya, karena selain PLN, pelanggan juga perlu memonitoring metering milik pelanggan itu sendiri. Spesifikasi ku bikel ialah: 1. Incoming : IMC 2. Metering : CM2 3. Outgoing : DM1-A Dari schneider / Merlin Gerin
1. INCOMING (IMC) Terdiri atas LBS (load break switch), coupling kapasitor dan CT
-
LBS Ialah pemutus dan penyambung tegangan dalam keadaan berbeban, komponen berbeban terdiri atas beberapa fungsi yaitu: 1. Earth Switch 2. Disconnect Switch 3. Load Break Switch Untuk meng-energized, proses harus berurutan (1-2-3) dan memutus beban harus dengan urutan kebalikan (3-2-1).
-
Coupling Capasitor Dalam penandaan kubikel membutuhkan lampu tanda dengan tegangan kerja 400 kV. Karena pada kubikel mempunyai tegangan kerja 20 kV, maka tegangan
tersebut harus diturunkan hingga 400 V menggunakan coupling capasitor dengan 5 cincin yang menghasilkan output tegangan = 20 kV/5 = 400 V
-
Current Transformator (CT) Trafo yang digunakan adalah trafo dengan daya 2500 kVA. Sehingga arus nominalnya ialah:
IN =
1600VA
= 46,18 A
3 x 20 KV
meter yang digunakan hanya mampu menerima arus sampai 5 A. Sehingga dibutuhkan trafo arus (CT) dengan spesifikasi: 1. Transformer For 630 A units DMV-A, DMV-D Transformer ARJP2/N2F 2. Single Primary Winding 3. Double Secondary Winding Untuk Pengukuran dan Pengaman 4. Arus rating : 200 A / 5 5. Burden : 15 VA 6. Class : 0,5 Lihat katalog kubikel
2. METERING (CM2) Terdiri atas LBS type CS, busbar 3 phasa, LV circuit isolation switch, LV fuse, 3 fuse type UTE atau DIN 6.3 A, heater 150 W (karena daerah degan tingkat kelembaban tinggi).
-
Load Break Switch type CS Dioperasikan dengan pengungkit yang terdiri atas : 1. Earth switch 2. Disconnect switch Auxiliary kontak untuk CM2 yaitu 10 + 2c
lihat katalog kubikel halaman 44
-
Voltage transformator
Transformer For Units CM2, GBC-A, GBC-B, VRC2 / S1 phase to phase 50 Hz
Reted voltege
: 24 kV
Primary voltage
: 20 kV
Secondary voltage
: 100 V
Thermal power
: 500 VA
Kelas akurasi
: 0,5
Lihat katalog kubikel
-
Fuse Fuse yang digunakan pada kubikel metering tergantung dari tegangan kerja dan transformator yang digunakan. Setelah melihat tabel seleksi fuse (katalog
kubikel), fuse CF dengan rating 80 A (standart DIN). Ukuran dan detail lihat katalog kubikel
-
Heater 150 W Heater digunakan sebagai pemanas dalm kubikel. Sumber listrik heater ini berdiri sendiri 220 V-AC. Difungsikan untuk menghindari flash over akibat embun yang ditimbulkan oleh kelembaban di sekitar kubikel.
3. OUTGOING (DM1-A) Terdiri atas:
SF1 atau SF set circuit breaker (CB with SFG gas)
Pemutus dari earth switch
Three phase busbar
Circuit breaker operating mechanism
Dissconector operating mechanism CS
Voltage indicator
Three ct for SF1 CB
Aux- contact on CB
Connections pads for ary-type cables Downstream earhting switch.
Dengan aksesori tambahan:
Aux contact pada disconnector
Additional enclosure or connection enclosure for cabling from above
Proteksi menggunakan stafimax relay atau sepam progamable electronic unit for SF1 – CB.
Key type interlock
150 W heating element
Stands footing
Surge arrester
CB dioperasikan dengan motor mekanis. Lihat katalog kubikel
PEMILIHAN KOMPONEN KUBIKEL 1. Single Line Diagram Kubikel PLN
Busbar 20 kV
LBS (SF6)
Earth Switch (SF6)
Earth Switch (SF6)
Fuse PT
CT Double Sekunder
CB (SF6) CT Double Sekunder
PT
Coupling Capacitor
Coupling Capacitor
1)
Pemilihan Fuse
Fuse = 400% x Ip = 400 x 46,10 = 184,43 A Dipilih fuse dengan Inominal = 184,43 A 2)
Pemilihan Disconnecting Switch (DS).
Disconnecting switch merupakan peralatan pemutus yang dalam kerjanya (menutup dan membuka) dilakukan dalam keadaan tidak berbeban, karena alat ini hanya difungsikan sebagai pemisah bukan pemutus. Jika DS dioperasikan pada saat keadaan berbeban maka akan terjadi fla sh over atau percikan-percikan api yang dapat merusak alat itu sendiri.
Fungsi lain dari disconnecting switch adalah difungsikan sebagai pemisah tegangan pada waktu pemeliharaan dan perbaikan, sehingga dperlukan saklar pembumian agar tidak ada muatan sisa. Karena DS dioperasikan sebagai saklar maka perhitungannya adalah : I
I
KVA(trafo)
3 20kV 1600kVA
1,15
1,15
3 20kV
= 53,11 A Sehingga dipilih DS dengan type SF 6 with earthing switch.
3)
Pemilihan Load Break Switch.
Kemampuan pemutus ini harus disesuaikan dengan rating nominal dari tegangan kerja, namun LBS juga harus mampu beroperasi saat arus besar ( Ics ) tanpa mengalami kerusakan. Cara pengoperasian LBS bisa secara manual yaitu digerakkan melalui penggerak mekanis yang dibantu oleh sisitem pegas dan pneumatic.pemilihan LBS ditentukan berdasarkan dengan Rating arus nominal dan tegangan kerjannya : I
I
KVA(trafo)
3 20kV
1600VA 3 20kV
1,15
1,15
= 53,11 A 4)
Pemilihan Current Transformer.
Berdasarkan data dari trafo, dengan mengetahui tegangan kerja dan daya trafo maka dapat dipilih CT dengan perhitungan sebagai berikut : -
Daya trafo
= 1600 kVA
-
I primer
= 46,10A
-
V primer
= 20 kV
-
I sekunder
= 2005,5 A
-
Vsekunder
= 230 / 380 V
Dari data pemilihan kubikel dapat dipilih ct sebagai berikut:
For 630 A units DMV-A, DMV-D Transformer ARJP2/N2F
Single primary winding Double secondary winding for measurement and protection Maka dipilih CT dengan spesifikasi sebagai berikut: Type CT
: ARJP2/N2F
IN
: 200 A
Ith
: 25 kA
t
:1
measurement 5A
: 15 VA – class 0,5
and protection 5A
: 5 VA – 5P10
Lihat lampiran Dari perhitungan diatas maka dipilih trafo arus dengan spesifikasi sebagi berikut: 5)
Pemilihan Potential Transformer
Berdasarkan data dari trafo, dengan mengetahui tegangan kerja dan daya trafo maka dapat dipilih PT dengan perhitungan sebagai berikut : -
Daya trafo
= 1600 kVA
-
I primer
= 46,10 A
-
V primer
= 20 kV
-
I sekunder
= 2005,5 A
-
Vsekunder
= 230 / 380 V
Dari data pemilihan kubikel dapat dipilih ct sebagai berikut: Pemilihan ini berdasarkan data trafo dari kubikel 20kV. Maka rating standard PT adalah =
20 √ 3
=
100 √ 3
= 11560 : 57,8 jadi PT dipilih dengan spesifikasi
For units TM Transformer RV9 (phase to phase) 50 or 60 Hz
6)
Reted voltage
= 20 kV
Primary voltage
= 20 kV
Secondary voltage
= 220 V
Pemilihan CB
CB = 250% x Ip = 250% x 46,10 =115,25 A
Dipilih CB dengan Inominal = 400-630 A 7) Pemilihan Load Break Switch ( LBS ) :
IN = 115% x In primer = 115% x 46,10 = 53,015 A Spesifikasi pada kubikal IMC terdapat:
1. Peralatan pokok:
Saklar dan saklar pentanahan
Busbar 3 fasa
Indicator tegangan
Busbar tiga fasa bagian bawah untuk line outgoing.
Tiga buah CT
2. Accessories:
3.
Motor untuk mengoperasikan saklar mekanik
Kontak Bantu
Pengunci interlock
Pemanas dengan daya elemen 50W
Enclosure atau hubungan enclosure untuk pengawatan
Phase comparator
Indicator kesalahan
Surge arrestors (hanya untuk kubikal 500 mm) Dimensi dan berat IMC :
Panjang
: 375 mm
Lebar(kedalaman)
: 500 mm
Tinggi
: 1600 mm
Berat
: 200k g (hanya panel)
Jarak pengkabelan
Cable-connection height H measured from floor (mm) 630 A
IM,NSM-
1250 A
950
cables, NSM busbars SM
950
IMC
450
PM, QM
400
950
QMC
340
CRM
430
DM1-A SF1
370
DM1-A
430
650
SFset, DM1S DMV-A,
324
324
DM1-W
360
650
GAM2
760
GAM
470
DMV-S
620
Pada Panel QMC
untuk pengukuran arus = 5A 15 VA kelas alat ukur = 0,5 untuk pengaman
arus = 5A 5 VA untuk tipe 5P15
Pada panel CM2
Terdapat trafo tegangan VRC2/S1 (phase to phase) 50 atau 60 Hz.
Tegangan maksimal
Terminal tegangan primer
Tegangan sekunder
Burden/ thermal power
: 24 kV
: maksimal 100 V
Kelas accuracy
Kubikel Saklar dan Pengaman (IMC)
: 10/15/20 kV
: 500 VA : 0,5
KETERANGAN : 1.Switchgear : Saklar diskonnector dan saklar pentanaham dalam sebuah isi (jadi satu) dengan SF6 dan dilengkapi “pengunci system tekanan". 2.Busbar : semua dirancang horizontal, dilengkapi panel saklar peringatan. 3.Penghubung : hubungan dari depan, hubungan untuk saklar disconnector dan terminal saklar pentanahan (IM cubicles) atau low-fuses holder (kubikal PM dan QM) 4.Pengoperasian mekanis: memiliki bagian bagian yang digunakan untuk mengoperasikan saklar disconnector dan saklar pentanahan serta dilengkapi indikasi bahwa “telah aman” (tidak bertegangan). 5.Tegangan rendah : Instalasi sebuah terminal blok (jika motor dipasang) fuse LV dan perlengkapan relay. Jika dibutuhkan tempat lebih besar, sebuah enclosure tambahan mungkin dapat ditambahkan di bagian atas dari kubikal
Kubikel Circuit Breaker SF6
KETERANGAN :
1.Switchgear : Saklar diskonnector dan saklar pentanahan dalam sebuah isi (jadi satu) dengan SF6 dan dilengkapi “pengunci system tekanan’. 2.Busbar : semua dirancang horizontal, dilengkapi panel saklar peringatan 3.Penghubung dan Switchgear : masukan dari depan, hubungan untuk terminal bawah lantai dari circuit breaker. SF1 :dikombinasikan dengan sebuah relay elektronik dan sensor standard (dengan atau tanpa sebuah power supply tambahan). SF set : sudah dilengkapi seperangkat system pengaman elektronik dan sensor special (tanpa dilengkapi power supply tambahan). 4.Pengoperasian mekanis: memiliki bagian-bagian yang digunakan untuk mengoperasikan saklar disconnector dan saklar pentanahan serta dilengkapi indikasi bahwa “tela h aman” (tidak bertegangan). 5.Tegangan rendah : pemasangan compact relay devices ( Statimax) dan test box terminal. Jika dibutuhkan tempat lebih besar, sebuah enclosure tambahan mungkin dapat ditambahkan di bagian atas dari kubikal
Saklar Disconnector dan Saklar Pentanahan
Tabung Udara Tiga kontak putar ditempatkan dalam satu enclosure dengan tekanan gas relative 0,4 bar
Operasi Keamanan Saklar memiliki tiga posisi, yaitu: - Tertutup - Terbuka - Ditanahkan Dengan system operasi interlock, mencegah terjadinya kesalahan pengoperasian
Kubikel Pelanggan
IMC (incoming)
CM 2 Metering
DM1A Outgoing
DM1A Outgoing
500 mm
500 mm
750 mm
750 mm
1600 mm
Kubikel PLN
IMC (incoming)
CM 2 Metering
DM1A Outgoing
500 mm
500 mm
750 mm
1600 mm
Detail Kubikel Incoming
1 6 0 0
500
840
30 70
9 4 0
Dimensi dan Cable Connection Incoming IMC (500 mm)
Detail Kubikel Metering
1 6 0 0
500
840
30 70
9 4 0
Dimensi dan Cable Connection Metering IMC (500 mm)
Detail Kubikel Outgoing
0 0 6 1
0 3 3
750
832
80
0 2 2 1
200
840
200
100
Dimensi dan Cable Connection Outgoing DM 1-A (750 mm)
PENTANAHAN BODY TRAFO, SANGKAR FARADAY, BODY CUBICLE
Pada pentanahan body trafo, sangkar faraday, dan body cubicle harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan:
Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m
Luas penampang elektroda adalah 150 L
50
.r
mm
2
dengan Cu telanjang 50. (Lihat Tabel)
2
3,14.r
2
150 r
r
3,14
6,91mm
Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal
Panjang elektroda ( l ) = 3 meter
Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
R pentanahan =
ln 2. .
4 L a
1
100 4 x3 1 ln 2. .3 0,00691
= 39,132
Tidak memenuhi syarat karena kurang dari 5Ω
Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGH T k In
x
l r
1 L L
3
In
0,00691
1 3 3
1,33
6,073
m
In. x
In
l r
In.1,33
6,073
0,046
Factor pengali konfigurasi
Rpt
100 2 x3
x0,546
2 L
1 2m 2
1 20,046 2
=0.546
x factor pengali konfigurasi
2,898 memenuhi persyaratan karena Rpt
View more...
Comments