Insect Bite
August 19, 2018 | Author: Maizola Putri | Category: N/A
Short Description
i...
Description
LAPORAN KASUS
* Pendidikan Profesi Dokter / G1A216025 / Maret 2018 ** Preseptor
INSECT BITE *Tridesi Hutasoit, S.Ked, ** dr. Nuriyah, M. Biomed
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS TAHTUL YAMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
INSECT BITE
Oleh: Tridesi Hutasoit, S.Ked G1A216025
Sebagai salah satu tugas program pendidikan profesi dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi 2018
Jambi, Maret 2018 Preseptor,
dr. Nuriyah, M.Biomed
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“
Insect Bite
”
sebagai kelengkapan persyaratan
dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Tahtul Yaman di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Nuriyah, M.Biomed yang telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Jambi, Maret 2018
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................
i
KATA PENGANTAR ...........................................................................
ii
DAFTAR ISI
iii
.......................................................................................
BAB I STATUS PASIEN .......................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
10
BAB III ANALISA KASUS ...................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
24
4
BAB I STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama
: Tn. M
Umur
: 43 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Nelayan
Pendidikan
: SD
Alamat
: RT 10 no. 04 Arab Melayu
2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga
a. Status perkawinan
: Tidak Kawin
b. Jumlah anak
:-
c. Saudara
: anak ke dua dari lima bersaudara
d. Status ekonomi keluarga : cukup e. Kondisi rumah
:
Pasien tinggal dirumah panggung semipermanen berukuran 4x3m, lantai kayu, dinding kayu, atap genteng dan seng. Rumah pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 2 ruang tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi di bagian belakang. Sumber air bersih berasal dari PDAM air yang digunakan cukup bersih, jernih dan tidak berbau sedangkan untuk minum dengan air yang dimasak. Pencahayaan di dalam rumah cukup baik, dikarenakan banyaknya ventilasi di dalam rumah, sedangkan sumber listrik dari PLN.
5
f. Kondisi lingkungan sekitar rumah Lingkungan sekitar rumah padat penduduk.
3. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga
Pasien belum menikah dan tinggal bersama kedua orangtuanya. Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga, hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya cukup baik.
4. Keluhan Utama :
Bentol-bentol kemerahan di tangan sejak 1 jam sebelum ke puskesmas
5. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan timbul bentol-bentol berwarna kemerahan sejak 1 jam sebelum ke puskesmas. Bentol-bentol tersebut di daerah tangan serta belakang telinga. Terasa panas, sedikit nyeri namun tidak gatal. Awalnya bentol-bentol muncul saat pasien hendak memancing kemudian ia disengat oleh beberapa ekor lebah. Pasien sebelumnya tetap melanjutkan
aktivitasnya
namun
bekas
gigitan
tersebut
semakin
membengkak dan terasa panas. Bentol hanya muncul ditempat gigitan dan tidak menyebar ke daerah tubuh lainnya. Sesak (+) nyeri ulu hati (-)
6
bengkak (+) mual (-) muntah (-) riwayat terkena cairan kimia (-) demam (). . 6. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Alergi (+) amoxicilin
Riwayat penyakit Diabetes Melitus (-)
Keluhan serupa (-)
7. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga yang menderita penyakit seperti pasien (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Melitus (-)
8. Riwayat Makan, Alergi dan Perilaku Kesehatan
Riwayat alergi makanan atau obat-obatan (+)
Riwayat penggunaan obat-obatan jangka panjang (-)
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: tampak sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
:
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x permenit
RR
: 22 x permenit
Suhu
: 36,80C
BB
: 57 kg
TB
: 163 cm
IMT
:
Kepala
:
Mata
: Konjunctiva anemis (-/-). Sklera ikterik (-/-). Pupil isokor. Refleks cahaya (+/+)
THT
: Tidak ada kelainan 7
Leher
Pulmo
: Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
:
Pemeriksaan
Kanan
Kiri
Inspeksi
Simetris
Simetris
Palpasi
Stem fremitus normal
Stem fremitus normal
Perkusi
Sonor
Sonor
Auskultasi
Vesikuler (+)
Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-)
Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung
:
Inspeksi
Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak kuat angkat.
Perkusi
Batas-batas jantung : Atas : ICS II kiri Kanan : Linea sternalis kanan Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi
Abdomen
BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
:
Inspeksi
Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Palpasi
Nyeritekan (-),defans musculer (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi
Timpani
Auskultasi
Bising usus (+) normal
Ekstremitas Superior
: akral hangat, edema (-/-)
Ekstremitas Inferior
: akral hangat, edema (-/-)
8
Status Dermatologi 1. Inspeksi Lokasi : Regio Brachii Dextra dan Antebrachii Dextra, Regio o Mastoid
2. Palpasi
: hangat pada perabaan
3. Auskultasi
: tidak dilakukan
4. Lain-lain
:
Efloresensi
:
Papul
eritematous,
nummular
hingga
plakat,
berbatas tegas, diskret, multiple, dibagian tengah lesi terdapat bitnik hitam, daerah sekitar tidak terdapat kelainan
10. Pemeriksaan Penunjang
Tidak Dilakukan
11. Usulan Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Prick Test
9
12. Diagnosa Kerja
Insect Bite (T63.4) 13. Diagnosa Banding
Reaksi anafilaksis (T78.2)
Urtikaria (L50)
Prurigo (L28)
14. Manajemen a. Promotif
Memberikan informasi kepada pasien bahwa keluhan yang dialaminya adalah akibat reaksi dari gigitan serangga
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan penatalaksanaannya
Makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang banyak mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-buahan.
Menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan sekitar
b. Preventif
Menggunakan baju lengan panjang serta celana panjang saat akan bekerja (memancing)
Jangan menggaruk daerah yang bengkak
c. Kuratif Non farmakologi
Diet makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang banyak mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-buahan.
Mengompres dengan air dingin daerah yang bengkak dan merah
10
Farmakologi
Pengobatan yang diberikan di Puskesmas : -
Chlorpeniramin maleat 4mg 1x1
-
Betametason salep 0,5% 2x1
d. Rehabilitatif
Menjalani pengobatan sampai tuntas
Menjalani perilaku hidup bersih dan sehat
11
Resep puskesmas
Resep ilmiah 1
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman
Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi 36265
Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi 36265
dr. Tridesi Hutasoit
dr. Tridesi Hutasoit
SIP. 123456 STR. 78910
SIP. 123456 STR. 78910
Tanggal :
Tanggal :
Resep ilmiah 2 Pro : Umur : BB : Alamat :
Resep ilmiah 3 Pro : Umur : BB : Alamat :
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman
Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi 36265
Jl. H. Tomok, Tahtul Yaman, Pelayangan, Kota Jambi, Jambi 36265
dr. Tridesi Hutasoit
dr. Tridesi Hutasoit
SIP. 123456 STR. 78910
SIP. 123456 STR. 78910
Tanggal :
Tanggal :
Pro : Umur : BB : Alamat :
Pro : Umur : BB : Alamat : 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Insect bite ( gigitan serangga) adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau allergen yang dikeluarkan artropoda penyerang. 2 Insect bite reaction (reaksi gigitan serangga) adalah reaksi yang disebabkan oleh gigitan yang biasanya berasal dari bagian mulut serangga dan terjadi saat serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau saat serangga tersebut mencari makanannya.1
2.2 Epimediologi
Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sama diseluruh dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena musiman, meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi di sekitar kita. Prevalensi antara pria dan wanita sama. Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena gigitan serangga dibandingkan orang dewasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini adalah lingkungan sekitar seperti tempat mencari mata pencaharian yaitu perkebunan, persawahan dan lain-la in.1
2.3 Etiologi
Insect bite reaction disebabkan oleh artropoda kelas insekta. Insekta memiliki tahap dewasa dengan karakter eksoskeleton yang keras, 3 pasang kaki, dan tubuh bersegmen dimana kepala, toraks, dan abdomennya menyatu. Insekta merupakan golongan hewan yang memiliki jenis paling banyak dan paling beragam. Oleh karena itu, kontak antara manusia dan serangga sulit dihindari. Paparan terhadap gigitan atau sengatan serangga dan sejenisnya dapat berakibat ringan atau hampir tidak disadari ataupun dapat mengancam nyawa.2
10
Secara sederhana gigitan dan sengatan serangga dibagi menjadi 2 grup yaitu Venomous (beracun) dan non-venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah. Ini merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikkan racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak beracun menggigit atau menembus kulit dan masuk menghisap darah, ini biasanya yang menimbulkan rasa gatal. 1 Ada 30 lebih jenis serangga tetapi hanya beberapa saja yang bisa menimbulkan kelainan kulit yang signifikan. Kelasa arthopoda yang melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas : 1. Kelas Arachnida a. Acarina b. Araniae (Laba-laba) c. Scorpionidae (Kalajengking) 2. Kelas Chilopoda (Lipan) dan Diplopoda (Luing) 3. Kelas Insekta a. Anoplura (Pthyreus pubis, Pediculus humanus, Capitis et corporis) b. Coleoptera (Kumbang) c. Dipthera (Nyamuk dan Lalat) d. Hemiptera (Kutu busuk) e. Hymenoptera (Semut, Lebah dan Tawon) f. Lepidoptera (Kupu-kupu)
2.4 Patogenesis
Gigitan atau serangan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit, lewat gigian atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi
11
yang timbul dapat dibagi dalam dua kelompok : reaksi imediate dan reaksi delayed.1,2 Reaksi imediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan reaksi lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang dihasilkan oleh gigitan atau sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas dapat disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan neutrofil. Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilk. Enzim hyluronidase yang juga ada pada racun serangga akan merusak lapisan dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran racun tersebut.3
2.5 Diagnosis a. Anamnesis
Kebanyakan pasien sadar dengan adanya gigitan serangga ketika terjadi reaksi atau tepat setelah gigitan, namun paparannya sering tidak diketahui kecuali terjadi reaksi yang berat atau berakibat sistemik. Pasien yang memiliki sejarah tidak memiliki rumah atau pernah tinggal di tempat penampungan mungkin mengalami paparan terhadap organisme, seperti serangga kasur. Pasien dengan penyakit mental juga memungkinkan adanya riwayat paparan dengan parasit serangga. Paparan dengan binatang liar maupun binatang peliharaan juga dapat menyebabkan paparan terhadap gigitan serangga.3
b. Gejala Klinis
Pada reaksi lokal, pasien mungkin akan mengeluh tidak nyaman, gatal, nyeri sedang maupun berat, eritema, panas, dan edema pada jaringan sekitar gigitan. Pada reaksi lokal berat, keluhan terdiri dari eritema yang luas, urtikaria, dan edema pruritis. Reaksi lokal yang berat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi sistemik serius pada paparan berikutnya.1
12
Gambar : Papular urtikaria: Bekas gigitan kutu, sangat gatal, urtikaria seperti
papula di lokasi gigitan kutu pada lutut dan kaki seorang anak, papula biasanya berdiameter
View more...
Comments