Industri Mebel

July 12, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Industri Mebel...

Description

 

L APORAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INDUSTRI MEBEL

Kelompok 3

Resi Yuliantina Raudhatun Nur Ledy Astridina Della Nur’aini  Nur’aini  Kiki Elviani Elsy Julian ti Billa Yuliati

(04021181621004) (04021181621004) (04021181621 (04021181621011) 011) (04021281621017) (04021281621017) (04021281621024) (04021381621 (04021381621030) 030) (04021382621 (04021382621034) 034) (04021381621040) (04021381621040)

Dosen Pembimbing : Putri Widita Muharyani, S. Kep., Ns., M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN AJARAN 2017/2018

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu sistem atau upaya yang dirancang untuk menjamin keselamatan pada semua personil di tempat kerja agar tidak mengalami luka ataupun penyakit penyakit akibat kerja. Secara umum, keselamatan dan kesehatan kerja kerja bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan serta memperoleh derajat kesehatan yang setinggitingginya, baik fisik, mental, maupun sosial bagi para pekerja dan masyarakat lingkungan indutri tersebut. Oleh karena itu, para pekerja dilindungi dari faktor-faktor yang mengganggu keselamatan dan kesehatan dirinya. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berkembang maju sangat pesat. Hal ini seiring dengan tuntutan berbagai macam kebutuhan produk bagi masyarakat. Penerapan teknologi  berbagai bidang tersebut selain membawa manfaat bagi efisiensi dan peningkatan  produktifitas juga dapat menimbulkan dampak atau risiko yang akan membahayakan keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat kerja. Di sektor industri mebel misalnya yang dapat mengubah kayu menjadi perabot rumah tangga dan peralatan kantor tentunya akan menimbulkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja mebel, serta lingkungan kerja yang tercemar oleh debu atau serpihan kayu dari proses produksi. Pengaruh Pengaruh dari debu atau serpihan kayu tersebut dapat menggangu sistem pernapasan ataupun sistem kesehatan tubuh lainnya. Risiko yang dihadapi pekerja yang terpapar oleh debu atau serpihan kayu tersebut adalah gangguan saluran napas yang dapat berupa batuk, dahak dan sesak napas. Sehubungan dengan munculnya berbagai risiko di industri mebel tersebut maka perlindungan terhadap tenaga kerja merupakan fokus utama dalam usaha meningkatkan derajat keselamatan dan kesehatan para tenaga kerja Di Indonesia perlindungan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dijamin sesuai dengan  pasal 86 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenakerjaan K etenakerjaan yang  berbunyi “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama dan untuk melindungi keselamatan  pekerja/buruh guna mewujudkan produktifitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja”. Ketentuan tentang jaminan perlindungan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana tersebut di atas dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-

 

Undang No. 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini memberikan  perlindungan hukum bagi tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja, orang-orang lain selain pekerja tetapi berada di tempat kerja.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah

sebagai berikut : a.  Bagaimana kondisi lingkungan kerja, tenaga kerja dan proses produksi pada industri mebel (Toko Sumber Jaya)?  b.  Bagaimana pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja? c.  Bagaimana penggunaan APD pada industri mebel (Toko Sumber Jaya)? d.  Apa saja masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang akan timbul akibat kecelakaan kerja? e.  Bagaimana cara pengendalian atau pencegahan kecelakaan kerja pada industri mebel (Toko Sumber Jaya)? f.  Bagaimana fasilitas kesehatan yang ada pada industri mebel (Toko Sumber Jaya)? 1.3 Tujuan

a.  Untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja, tenaga kerja dan proses produksi yang ada  pada industri mebel (Toko Sumber Sumber Jaya).  b.  Untuk mengetahui pengetahuan para pek pekerja erja tentang keselamatan dan kesehatan kerja. c.  Untuk mengetahui penggunaan APD di industri mebel (Toko Sumber Jaya). Ja ya). d.  Untuk mengetahui apa saja masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang mungkin akan terjadi. e.  Untuk mengetahui cara pengendalian atau pencegahan kecelakaan kerja pada industri mebel (Toko Sumber Jaya). f.  Untuk mengetahui fasilitas kesehatan yang ada pada industri mebel (Toko Sumber Jaya).

 

BAB II HASIL PENGKAJIAN

2.1 Sejarah Pendirian

Toko Sumber Jaya merupakan salah satu toko mebel yang terletak di Jl. Lintas Timur Sumatera Km.32-Simpang Indralaya. Tepatnya toko ini berada di sebelah kiri jalan sebelum puskemas Indralaya jika di tuju dari arah Palembang menuju arah Kayu Agung. Toko ini mulai dibuka pada tahun 2004 dan pendirinya adalah Bapak Masturi. Bangunan tempat pengerjaan mebel bergabung dengan bagian rumah Bapak Masturi, yaitu di bagian  belakang rumah nya. Toko mebel ini buka setiap hari dengan jam buka mulai dari pagi hari sekitar jam delapan pagi hingga sore hari, tergantung borongan dari pesanan yang di dapat. Toko Sumber Jaya melayani pembuatan dan perbaikan mebel salah satu produk andalan mereka adalah lemari dengan ukuran dan model yang bervariasi. Harga yang ditawarkan  pun beragam, tergantung dari ukuran ukuran dan kerumitan lemari yang dipesan.

2.2 Tempat Kerja

Toko mebel Sumber Jaya memiliki luas tanah 7m x 26 m, namun bangunan yang dijadikan tempat kerja, tempat pemajangan beserta rumah ialah 6m x 19 m. Tempat kerja pada tokoh ini bercampur dengan beberapa barang bekas yang disimpan di sana dan terdapat beberapa  jemuran pakaian yang digantung di langit-langit. Tempat pemajangan barang pun juga  bercampur dengan garasi motor, sehingga memungkinkan jika pelanggan tidak terlalu leluasa. Di dalam tempat kerja juga terlihat serbuk kayu yang bertaburan dimana-mana. Tempat kerja dari rumah pemilik hanya dibatasi sebuah pintu, sehingga memungkinkan adanya debu-debu ataupun serbuk kayu yang bisa masuk ke dalam rumah dan dapat menimbulkan risiko untuk menganggu aktivitas pemilik rumah. Tempat kerja tersebut memiliki sumber cahaya alami yang kurang dan sedikit pengap karena ventilasi yang kurang, namun tempat kerja ini memiliki pintu di salah satu sisi nya, selain pintu yang membatasi tempat kerja dengan rumah. Menurut Pak A. tempat itu sudah cukup baik dan cukup luas baginya untuk mengerjakan pesanan-pesanan mebel yang didapat toko Sumber Jaya.

 

2.3 Tenaga Kerja

Satu-satunya pegawai yang bekerja di toko Sumber Jaya adalah Pak A. yang sudah memiliki dua anak dan satu istri. Pak A. bekerja sendiri dalam membuat mebel-mebel yang ada di toko Sumber Jaya, mulai dari proses menghaluskan permukaan kayu hingga pengantaran  barang tersebut, namun tetap dibantu dan diawasi oleh Pemilik toko. Pak A. bisa mengerjakan hal itu dengan bakat yang dia asah sendiri tanpa mengikuti pelatihan sekalipun, dia juga menganalogikan mengerjakan mebel bagaikan menyelasaikan soal matematika, semakin kita sering menemukan soal-soal yang baru maka semakin mahir kita menyelesaikan nya, sama hal nya juga dengan mebel. Sistem penggajian yang diakui oleh Pak A. adalah sistem kerja harian dengan borongan, semakin besar pesanan yang di dapat toko pada hari itu semakin besar juga gaji yang didapatnya, begitupun sebaliknya. Gaji Pak A. yang diterima paling kecil bisa mencapai Rp. 10.000,00 per hari, karena saat itu toko hanya mendapatkan pesanan untuk memperbaiki memperbaiki

lemari berukuran 5 cm x 10 cm,

sedangkan yang paling besar bisa mencapai Rp. 500.000,00 bahkan lebih, tergantung dengan model model dan ukuran lemari yang yang dipesan. Bagi P Pak ak A. gaji yang sekarang ia terima sudah cukup bagi nya, namun dia menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan suatu yang  bersifat situasional.

2. 4 Waktu Istirahat

Dari hasil wawancara Pak A.mengungkapkan jika setiap hari ia mendapatkan waktu istirahat,waktu istirahat yang diberikan yaitu satu jam. Mulai dari pukul 12.00  –  13.00.  13.00. Hal yang biasa dilakukan Pak A ketika istirahat adalah sholat, makan siang atau bahkan tidur dan sekedar meluruskan badan. Makan siang Pak A. beliau nikmati bersama pemilik toko, karena Pak A. tinggal bersama dengan pemilik toko. Untuk kecukupan waktu istirahat Pak A. merasa hal itu cukup relative, bagi nya ketika pesanan sangat banyak beliau membutuhkan waktu istirahat yang lebih panjang sebenarnya, sedangkan jika pesanan sedang sedikit beliau merasa tidak terlalu perlu mendapat waktu istirahat. Meskipun demikian, pemilik toko tetap memberikan waktu istirahat yang sama tanpa ada  perpanjangan atau pemendekan waktu waktu istirahat.

2.5 Proses Produksi

Proses diartikan sebagai suatu cara, metode, dan teknik bagaimana sesungguhnya sumbersumber (tenaga kerja, mesin, bahan, dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau  jasa (Assauri,1995)

 

Menurut Ahyari (2002) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan factor produksi yang ada. Adapun proses produksi pembuatan mebel pada toko Sumber Jaya adalah sebagai berikut : a.  Penyediaan bahan Bahan pokok dari pembuatan mebel adalah kayu. Pada toko Sumber Jaya, kayu didapatkan dengan cara membeli dengan penebang kayu di daerah Keramasan, lalu mereka akan mengambil kayu tersebut lalu dibawa ke toko. Mereka meminta kayu-kayu yang sudah  berupa papan dengan ketebalan yang bermacam-macam. Setelah kayu yang dipesan sampai, pegawai yang ada akan mengangkut kayu tersebut ke tempat kerja. Pengangkutan kayu dilakukan dengan cara manual, yaitu diangkut di bahu tanpa APD, karena menurut Pak A. dia tidak terbiasa menggunakan APD dan akan menghambat pekerjaannya. Selain itu keselamatan kerja masih dianggap sepele,bahkan keluhan-keluhan yang dirasakan Pak A. saat mengangkut kayu hanya diobati di rumah dengan cara yang konvensional. Selain kayu, peralatan yang dibutuhkan adalah mesin-mesin pendukung dalam pembuatan mebel yaitu mesin penggergaji, ketam meja, ketam listri,dsb.  b.  Penggergajian Penggergajian dilakukan dengan mesin. Proses ini bertujuan memotong bahan untuk menyesuaikan ukuran yang dibutuhkan dalam pembuatan mebel. Proses dilakukan di dalam tempat kerja dengan posisi berdiri atau berjongkok sesuai kenyamanan. Penggergajian dilakukan oleh Pak A. tanpa APD dengan alasan yang sama, dia pernah  bercerita bahkan pernah beberapa serbuk ser buk kayu masuk ke dalam matanya. Selain itu, suara suar a mesin gergaji berpotensi memberikan efek bising dan risiko terluka pada tangannya, namun beliau tidak merasa terganggu dengan hal itu karena mengaku sudah biasa. c.  Pengetaman Kayu-kayu yang sudah digergaji selanjutnya akan diketam dengan menggunakan ketam meja. Alat ini bertujuan untuk menghaluskan permukaan kayu. Pada proses pengetaman biasanya dilakukan secara jongkok atau berdiri, namun sedikit membungkuk. Potensi yang mungkin terjadi dari proses ini adalah serbuk-serbuk kayu bisa masuk ke mata atau saluran  pernapasan, risiko cedera pada panggul, tulang belakang maupun kaki, risiko terluka pada tangan dan kebisingan yang ditimbulkan mesin. d.  Pemakuan Kayu-kayu yang permukaannya telah halus lalu dirakit dengan cara dipaku untuk menyatukan  bahan agar membentuk mebel sesuai pesanan. Posisi pemakuan adalah jongkok dan membungkuk. Pada proses ini terdapat potensi mencederai tangan atau jari jika tidak  berhati-hati.

 

e.  Pemerataan dan Finishing Pemerataan adalah proses menghaluskan setiap sudut mebel yang telah dibuat dengan ketam listrik. Posisi ketika melakukan proses ini adalah membungkuk dan berpotensi masuknya debu-debu sisa pemerataan mebel ke dalam saluran pernapasan ataupun mata dan suara  bising yang ditimbulkan mesin. Finishing biasanya dilakukan dengan memberikan cat  plitur agar mebel yang dibuat terlihat lebih mengkilap. Proses ini dapat menimbulkan  potensi terhirup bau cat plitur dan dapat menganggu menganggu pernapasan. f.  Pengantaran Setelah mebel yang di pesan sudah jadi maka pemiliki toko akan mengantarkan nya, namun  pemesan harus membuat perjanjian terlebih dahulu. Pengantaran dilakukan sendiri oleh sang pemilik dan satu pegawai nya. Pengantaran terjauh yang pernah mereka tempuh  bahkan sampai ke Ogan Komering Ilir. Ilir.

2.6 Kecelakaan dan Penyakit di Tempat Kerja

Pak A. mengaku jika ia tidak pernah mengalami kecelakaan yang serius yang mengharuskan dia untuk mencari pelayanan kesehatan. Kecelakaan yang pernah ia alami adalah luka ditangan akibat tertusuk serpihan kayu, debu-debu yang masuk ke mata, nyeri-nyeri  beberapa bagian tubuh seperti punggung, bahu dan tangan, merasa hidung gatal karena terdapat serbuk yang masuk. Kecelakaan-kecelakaan tersebut hanya ditangani di rumah, tanpa pengobatan medis. Bahkan, beliau bercerita ketika ada debu yang masuk ke mata, ia akan berusaha untuk mencongkel debu tersebut dan membiarkan perih di matanya. Kecelakaan yang menurut Pak A. paling parah adalah ketika serpihan kayu masuk ke mata nya, beliau bahkan harus dua hari menahan perih di matanya.

 

2.7 Pendokumentasian Pendokumentasian

Keterangan : Foto Toko Sumber Jaya tampak kiri.

Keterangan : Foto Foto tampak depan Toko Toko Sumber Jaya.

 

  Keterangan : Foto Foto tempat pemajangan hasil dari produksi.

Keterangan : Foto tampak belakang Toko Sumber Jaya.

Keterangan : Foto tempat proses produksi atau tempat pengerjaan.

 

BAB III PEMBAHASAN

3.1.  Pengetahua Pengetahuan n Kesehatan dan Keselamatan Kerja  

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pengetahuan tentang K3. Dari hasil wawancara baik dari pemilik pemilik usaha mengatakan bahwa tidak pernah mendengar tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun demikian mereka berpendapat bahwa “kesehatan dan keselamatan kerja adalah bagaimana agar kita terhindar dari penyakit akibat bekerja”. Dari pendapat tersebut dapat dap at disimpulkan bahwa mereka mengetahui tujuan kesehatan dan keselamatan kerja meskipun tidak pernah mendengarnya. Pendapat tersebut sesuai dengan tujuan K3 menurut Rachman,1990 yaitu agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat.

3.2. 

Kondisi Lingkungan Kerja 

1.  Potensial Hazard Lingkungan Fisik  

Lingkungan fisik meliputi keadaan fisik seperti kebisingan, radiasi, getaran, iklim (cuaca ) kerja, tekanan udara, penerangan, bau-bauan serta hal-hal yang berhubungan di tempat kerja. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan potensial hazard lingkungan fisik dari usaha industri mebel kusen yaitu kebisingan, cahaya, dan debu.

a.

Kebisingan

Kebisingan adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat  proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmennaker, 1999). Sesuai Keputusan Menteri Menter i Tenaga Kerja  Nomor : KEP-51/MEN/1999 adalah 85 desi Bell A( dBA ), untuk waktu pemajanan pemaj anan 8 jam j am  perhari. Dan untuk kebisingan lebih dari 140 dBA walaupun sesaat pemajanan tidak diperkenankan. Suara bising yang terdapat dalam proses industri berasal dari peralatan yang digunakan, seperti

mesin

penggeregajian,

mesin

pengetaman,

ketam

tangan

listrik

dan

 profil, Namun, dari hasil wawancara yang telah tel ah dilakukan di lakukan suara bising dari dar i mesin mes in tersebut menurutnya tidak menganggu pengerjaanya karena telah terbiasa. Dan selama bekerja menurutnya tidak ada kelainan pada alat pendengaran. Meskipun, pada saat pengamatan

 

suara yang dikeluarkan dari alat tersebut cukup bising yang akan mempengaruhi kesehatan apabila melewati nilai ambang batas.

 b.

Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi : 1) Pencahayaan alami Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan  penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas intensit as cahaya caha ya yang tidak tetap, t etap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. 2) Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh  pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok  pencahayaan buatan buata n baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut: a)

Menciptakan lingkungan lingkungan yang yang memungkinkan memungkinkan penghuni penghuni melihat secara detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.

 b) Memungkinkan penghuni penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman. c)

Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja. kerja.

d) Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak  berkedip, tidak menyilaukan, dan dan tidak menimbulkan bayang-bayang bayang-bayang.. e)

Meningkatkan lingkungan visual yang yang nyaman dan meningkatkan prestasi.

Untuk pembuatan pintu, jendela dan kusen dibutuhkan paling sedikit mepunyai penerangan 200 luks. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan usaha ini menggunakan 2 sumber  penerangan yaitu pencahayaan alami yang digunakan pada siang hari dan pencahayaan  buatan yang digunakan digunakan pada malam hari.

 

c.

Debu Debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah zat padat yang berukuran 0,1  –   25 mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat. Yang dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara, misalnya embun, debu, asap, fumes dan fog.(putraprabu.wordpress.com) fog.(putraprabu.wordpress.com)   Partikel debu yang dihasilkan dari proses pembuatan pintu, jendela dan kusen berasal dari proses penggeregajian, pengetaman, dan profil.

2.  Potensial Hazard Lingkungan Fisiologis 

Potensial

hazard

lingkungan

fisiologis

dari usaha

industri

mebel adalah

egonomi. Ergonomi disebut sebagai human factor  yang berarti berar ti menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi  perangkat keras (hardware) (har dware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras berkaitan dengan mesin

(perkakas kerja/tools kerja/tools,, alat peraga/display peraga/display,, conveyor dan lain-lain)

sedangkan perangkat lunak lebih berkaitan dengan sistem kerjanya seperti penentuan  jumlah istirahat, pemilihan jadwal pergantian shift  pergantian shift   kerja, rotasi pekerjaan, prosedur kerja dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan industri mebel, ergonomic juga mempunyai peranan penting. Ini dapat dilihat dari kesesuaian posisi pada saat bekerja. Berdasarkan hasil wawancara,  pada saat pesanan banyak menuntut pekerja untuk bekerja lebih dari hari biasanya. Menurutnya keadaan tersebut membuatnya merasa lelah ketika berdiri lama pada saat  pengetaman. Namun, jika hal itu dialami maka pekerja langsung berstirahat. Dan melanjutkan

pekerjaanya

setelah

merasa

membaik.

Menurut

informan

dalam

 pengerjaannya tidak ada waktu yang menentu. Tergantung dari banyaknya pesanan. Jika  pesanan banyak maka, pekerja dapat bekerja hingga larut malam.

3.3.  Penggunaan Alat Pelindung Diri 

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Dalam usaha mebel

ini, penggunaan alat pelindung diri masih perlu ditingkatkan. ditingkatkan.

Pekerja hanya menggunakan masker karena menurutnya hanya debu yang berbahaya bagi

 

dirinya. Sementara kebisingan hanya dianggap hal yang biasa sehingga tidak digunakan APD seperti ear plug atau ear mup (sumbat telinga). Selain itu pada saat pangangkatan  bahan seharusnya menggunakan sarung tangan untuk mengurangi bahaya yang dapat menyederai tangan. Karena menurut informan terkadang bahan atau kayu yang diangkat meyederai tangannya. Namun hal tersebut menurtnya biasa saja. Bahkan menurutnya jika menggunakan APD membuatnya repot.

3.4 Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Yang Mungkin Akan Terjadi

Beberapa masalah yang mungkin terjadi akibat dari kecelakaan kerja adalah sebagai berikut: a.  Gangguan pada sistem pernapasan  b.  Alergi terhadap kulit c.  Iritasi pada mata d.  Luka ditangan akibat tertusuk serpihan kayu e.  Risiko cedera pada panggul, tulang belakang maupun kaki f.   Nyeri pada beberapa bagian tubuh. Misalnya: nyeri pada pungg punggung, ung, bahu, dan tang tangan an g.  Kebisingan

3.5.  Pencegahan / Pengendalian Kecelakaan Kerja dan PAK  

Jika ditinjau dari hasil penelitian, kecelakaan kerja terjadi karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung sehingga menyebabkan tangan serta mata Pak A dimasuki serpihan kayu, dan juga hal tersebut dapat terjadi karena Pak A tidak menganggap penting  penggunaan APD dengan kata lain terlalu menganggap sepele tentang pentingnya  penggunaan APD. APD. Selain itu juga karena Untuk mengatasi masalah yang yang terjadi ada beberapa hal yang menjadi pusat perhatian yakni masalah kendali tata ruang kerja, alat pelindung diri dan lingkungan kerja. a.  Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di sekitarnya. Barang-barang dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan dari gangguan yang ditimbulkan oleh orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. s ekitarnya.  b.  Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu se patu atau sarung tangan, alat  pelindung telinga. Alat pelindung diri ini sangat penting untuk mengh menghindari indari atau mengurangi resiko kecelakaan kerja. Tapi sayangnya, para pekerja terkadang enggan

 

memakai alat pelindung diri karena terkesan merepotkan atau justru mengganggu mengganggu aktivitas kerja. c.  Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan warna. Udara yang baik dalam suatu ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara tidak boleh terlalu banyak mengandung CO2, ventilasi udara juga harus diperhatikan. Untuk mesinmesin yang menimbulkan kebisingan, tempatkan di ruangan yang dilengkapi peredam suara. Pencahayaan disesuaikan dengan kebutuhan dari pekerja.

 

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi yang telah t elah dilakukan di industri mebel dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ; a. 

Pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dimiliki pemilik dan

tenaga kerja masih minim. Hal ini karena mereka tidak pernah mendengar tentang kesehatan dan keselamatan kerja.  b. 

Belum menggunakan APD

c. 

Untuk mengatasi masalah yang yang terjadi ada beberapa hal yang menjadi pusat perhatian

yakni masalah kendali tata ruang kerja, alat pelindung diri dan lingkungan kerja.

4.2 Saran

a.   b.  c.  d. 

Lengkapi persediaan alat pelindung diri (APD) Setiap pekerja wajib menggunakan APD untuk keselamatan kerja Periksa mesin produksi secara rutin agar tidak menyebabkan kecelakaan kerja Lebih menjaga kondisi lingkungan agar tetap aman dan nyaman

 

  DAFTAR PUSTAKA

 Ana nalisi lisiss ko kom mpetensi nsi p pe eke kerj rj a dan pengusa ngusaha ha terha rhad dap ke kese sela lam matan dan Setiawan S. 2010. A keseha kese hata tan n kerj kerja a bi dang pe pem mane nena nan n kayu kayu d dii K PH C i anj njur ur Perum Perhuta Perhutani ni Uni t I I I  Ja  J awa B arat dan B ante nten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Diakses 25 September 2017 Yovi EY, Nurrochmat DR, Saleh MB. 2013. Arah Kebijakan Perlindung Perlindungan an K3 Bagi Pelaku IKRT Mebel dan TPK Skala Kecil di Kabupaten Jepara. Bogor (ID): IPB Press Ragil setiyabudi, SKM.2010.K ese sehat hatan an da dan n kese selam lamat ata an ker kerjj a di li ngkun ng kungg an ind i ndustri  ustri . Di akses dari: http/ http/// ttheb hebachti achtiar ar.wor .wordp dprr ess.com. Diakses 25 September 2017

 

sehat hatan an L i ngkun ng kunggan dan Triwibowo, Cecep dan Mitha Erlisya. 2013. K ese K 3.Yogyakart .Yogyakarta:Nuha a:Nuha Medika Subaris, Heru dan Haryono. 2007. H ygi ene L i ngkungan K erj a. Jogjakarta: Mitra Cendikia

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF