Indirect Restoration Adalah Restorasi Yang Dibuat Diluar Mulut Pasien Yang Akan Dilekatkan Atau Disemen Pada Gigi Pasien Yang Telah Dipreparasi Setelah Siap Dipasang

September 14, 2021 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Indirect Restoration Adalah Restorasi Yang Dibuat Diluar Mulut Pasien Yang Akan Dilekatkan Atau Disemen Pada Gi...

Description

Indirect Restoration adalah restorasi yang dibuat diluar mulut pasien yang akan dilekatkan atau disemen pada gigi pasien yang telah dipreparasi setelah siap dipasang. Indirect restoration dibagi menjadi dua yakni intra koronal (restorasi yang terdapat dalam kontur gigi, contoh inlay) dan ektra koronal (restorasi yang menutupi bagian mahkota gigi asli yang masih ada untuk mendapatkan montur anatomis, contoh onlay, veneer, dan mahkota pigura). Teknik yang digunakan untuk membuat restorasi melalui Indirect Restoration adalah teknik restorasi logam. Teknik restorasi logam adalah suatu restorasi yang dibuat berbahan dasar metal atau alloy. Macam-macam indirect restoration adalah: 1. Inlay Inlay adalah restorasi yang digunakan pada gigi yang di preparasi pada bagian Oklusal Distal (OD), Oklusal Mesial (OM) atau Mesio Oklusal Distal (MOD). Inlay sudah jarang digunakan untuk kavitas sederhana dan umumnya hanya digunakan untuk gigi-gigi yang berkebutuhan khusus, seperti gigi yang sudah lemah karena karies dan cenderung fraktur bila tidak dilindungi atau bila retensi sulit dibuat. Berikut ini merupakan macam klas pada inlay (JD Eccles, RM Green, 1994). A. Inlay Klas I Merupakan klas sederhana , yang jarang digunakan B. Inlay Klas II Misalnya digunakan pada gigi yang daerah MOD terkena, sehingga perlu adanya perlindungan edengan cara menghilangkan tonjolan-tonjolan lemah untuk kemudian di preparasi dengan menggunakan veneer . C. Inlay Klas III dan IV Misalnya digunakan pada jembatan atau attachnment untuk jembatan semi cekat. D. Inlay Klas V Misalnya untuk retensi pada geligi tiruan sebagian ,atau dapat digunakan pasak untuk perawatan kavitas uang dangkal akibat abrasi atau erosi. 2. Onlay Onlay adalah restorasi pada gigi yang morfologi oklusalnya mengalami perubahan karena restorasi sebeltorasi inumnya, karies, atau penggunaan fisik. Restorasi ini meliputi seluruh yang meliputi seluruh daerah oklusal yang meliputi cusp-cusp gigi (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997) 3. Mahkota/ crown Restorasi gigi yg menutupi atau mengelilingi seluruh permukaan gigi yg telah dipreparasi. Restorasi ini dibuat untuk gigi yang mengalami kerusakan sehingga tidak bisa ditambal lagi tetapi gigi tersebut masih vital. Restorasi ini biasanya digunakan pada gigi premolar dan molar rahang bawah karena karies yang luas atau tambalan yang rusak (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997). 4. Mahkota Pigura Mahkota tuang dimana bagian labial atau bukal diberi facing yang sama dengan warna gigi. Facing tersebut lebih mirip dengan veneers (JD Eccles, RM Green, 1994). Porselen Komposisi dari porselen konvensional adalah Silika (SiO2), felsdpar potas (K2O.Al2O3.6SiO2), feldspar soda (Na2O.Al2O3.6SiO2), dan pigmen. Porselen dapat

diklasifikasikan menurut temperatur pembakaran, aplikasi, teknik pembuatan, dan fase kristalin. Berdasarkan temperatur pembakaran, porselen diklasifikasikan menjadi high fusing, medium fusing, low fusing, dan ultra low fusing (Craig, 2002). High fusing merupakan porselen paling kuat dibandingkan dengan ketiga lainnya, translusensi baik, dan dapat menjaga keakuratan bentuk dalam proses pembakaran berulang. Tipe ini digunakan sebagai elemen gigi tiruan (Craig, 2002). Medium dan low fusing memiliki homogenitas bubuk yang baik, menguntungkan selama proses pembakaran. Tipe ini digunakan untuk restorasi all porcelain dan metal porselen. Ultra low dan low fusing digunakan sebagai restorasi mahkota dan jembatan (Craig, 2002). Berdasarkan aplikasi, porselen dibedakan menjadi porselen untuk mahkota dan jembatan, all porcelain sebagai restorasi inlay, onlay, mahkota, veneer, dan porselen untuk gigi tiruan. Berdasarkan bentuk kristalin, porselen dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase glassy dan fase kristalin. Nilai estetika dental porselen sangat tinggi, sehingga menjadi pilihan bahan restorasi untuk gigi anterior. Porselen bersifat rapuh dengan tingkat kekerasan yang sangat tinggi, melebihi enamel, sehingga dapat mengikis gigi antagonisnya, dan memiliki tensile strength rendah. Material ini resisten terhadap korosi dan abrasi. Terdapat dua pilihan dalam penggunaan bahan porselen, yaitu seluruhnya porselen (all porcelain), atau metal porselen. All porcelain digunakan untuk kavitas gigi yang dalam, sehingga restorasi porselen memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan tekanan kunyah (Qualthrough, 2005). Salah satu bahan inti dari all porcelain yang sedang berkembang saat ini adalah Zirconia. Zirconia merupakan bahan dengan sifat biokompatibel yang baik dan adhesi bakteri pada bahan minimal. Sifatnya rapuh namun memiliki daya transformation toughening, yang menyebabkan Zirconia memiliki ketahanan terhadap fraktur yang lebih baik sebagai bahan all porcelain dibandingkan dengan porselen lainnya. Bahan ini menjadi salah satu pilihan pada restorasi mahkota all porcelain. Bahan baru untuk porselen adalah porselen felspathic seperti In-Ceram, Cerec, IPS Empress, atau fabricated dari sistem keramik lain diantaranya alumina, zirconia, atau silika. Bahan yang lebih baru adalah lithium disilicate yang memiliki kekuatan lebih baik, ketahanan terhadap fraktur yang lebih baik, dan tingkat translusensi yang lebih tinggi. Bahan-bahan ini dapat menahan tekanan yang besar sebagai restorasi pada gigi posterior yang telah dirawat endodontik. Metal porselen merupakan restorasi yang menggabungkan sifat baik dari logam dan porselen. Memiliki kekuatan dari logam dan sifat estetik dari porselen (Cohen, 2011 ; Walmsley, 2007). Bahan yang sering digunakan untuk metal porselen adalah emas-porselen. Bentuk restorasi dengan bahan porselen dapat berupa inlay, onlay, dan mahkota prostetik (Brenna et al., 2009 ; Segovic, 2004). Bahan yang dapat digunakan untuk restorasi metal porselen salah satunya adalah emas porselen, pengurangan jaringannya sebanyak 1,8 hingga 2 mm. Metal porselen kuat terhadap fraktur karena didukung oleh logam (Brenna et al., 2009 ; Walmsley, 2007). Indikasi pemilihan bahan porselen disesuaikan dengan kebutuhan gigi dan keinginan pasien. Gigi posterior secara umum tidak membutuhkan restorasi dengan nilai estetika yang tinggi, namun jika pasien mengiginkan restorasi yang estetis maka bahan ini menjadi pilihan.

Porselen merupakan indikasi pada gigi yang membutuhkan nilai estetika tinggi, sebagai mahkota pada restorasi mahkota pasak, dan gigi dengan pewarnaan. Veneer merupakan pilihan restorasi pada gigi yang mengalami pewarnaan (Brenna et al., 2009). Veneer merupakan restorasi yang meliputi seluruh permukaan labial, incisal edge hingga seluruh kontak proksimal (Chong, 2004). Penggunaan restorasi mahkota setelah perawatan endodontik perlu pertimbangan karena membutuhkan pembuangan dinding, sehingga dinding yang tersisa pada gigi setelah dirawat endodontik cukup tipis. Terdapat beberapa keadaan yang menyebabkan restorasi porselen menjadi kontraindikasi. Gigi dengan oklusi edge to edge dan gigi dengan mahkota klinis yang pendek tidak diindikasikan untuk direstorasi dengan porselen.

Porcelain Fused to Metal Restorasi porcelain fused to metal melibatkan penggabungan dari kebaikan sifat mekanik logam dengan sifat estetik porcelain yang baik. Secara umum, restorasi terdiri dari sub-struktur logam campur yang berikatan dengan vinir porcelain. Restorasi logam-keramik telah berhasil digunakan untuk mahkota dan jembatan multiunit (multiunit bridge) selama 30 tahun. Restorasi ini digunakan lebih dari 60 persen pada kasus restorasi mahkota dan jembatan ( Anusavice, 2003 ). Schwartz et al (1970) melaporkan mahkota dengan bahan metal penuh mempunyai lifetime 10.3 tahun. Karies sekunder merupakan penyebab utama kegagalan untuk 58 persen dari mahkota. Kershbaum dan Voss (1977) memperkirakan bahwa hanya 3 persen dari restorasi PFM yang gagal dalam kurung waktu 10 tahun. Syarat utama bahan yang digunakan dalam restorasi PFM adalah kompatibilitas logam dan porcelain. Feldspathic porcelain yang digunakan untuk PFM biasanya mengandung jumlah leucite yang spesifik. Hal ini dapat menaikkan koefisien ekspansi termal dari porcelain yang hampir sama dengan logam. Hal ini dapat mencegah perkembangan tegangan termal selama pendinginan setelah pembakaran. Adanya leucite juga membantu menguatkan porselen. Minimal kekuatan flexural yang dibutuhkan untuk porselen pada PFM seperti yang telah ditentukan pada standar ISO adalah 50 MPa, sama seperti seperti pada restorasi all-ceramic pada dentin/enamel. Syarat-syarat logam campur untuk membentuk substruktur yang mirip dengan bahan pada ikatan non-porcelain antara lain: 1. Aloi logam, telah dikasting pada bentuk yang diinginkan sebelumnya, harus tahan dengan pembakaran porcelain berdiri tanpa meleleh atau terkena creep. Oleh karena itu, aloi harus mempunyai suhu fusi yang tinggi. 2. Aloi harus rigid untuk dapat menyokong vinir porcelain yang getas jika tidak fraktur tidak dapat terhindarkan 3. Aloi harus dapat membentuk ikatan dengan vinir porcelain sehingga nantinya tidak akan terlepas. 4. Aloi harus punya ekspansi koefisien termal yang hamper sama dengan porcelain yang terlibat ( McCabe & Walls, 2008 ) Porcelain dan logam campur yang digunakan dalam restorasi ini harus memenuhi syarat-syarat, antara lain:

1. porselen dan logam harus membentuk ikatan kuat (beberapa kegagalan disebabkan karena ikatan yang kurang adekuat) 2. porselen fusi pada suhu leleh yang lebih rendah dari suhu leleh logam. Logam tidak boleh leleh pada suhu fusi porselen. 3. porselen dan logam harus memiliki koefisien ekspansi termal yang sesuai, sehingga porselen tidak akan pecah atau terlepas dari alloy saat proses pendinginan. 4. Logam harus mempunyai modulus elastisitas yang tinggi sehingga dapat menyalurkan tegangan yang baik dari porselen. ( Chandra S., et al., 2007 ). Terdapat beberapa batasan pada penggunaan PFM dan cast metal restorations. Kebanyakan, PFM dan cast metal restorations hanya digunakan pada gigi permanen pada orang dewasa, karena penghilangan dari struktur gigi untuk fabrikasi yang baik akan merusak vitalitas pulpa pada anak-anak dan remaja. Terlebih lagi, restorasi dengan bahan tersebut mempunyai biaya hampir delapan kali lipat dari bahan amalgam. Aplikasi Porcelain Fused to Metal ( PFM ) dalam Bidang Kedokteran Gigi Crown Pada crown dengan bahan porcelain fused to metal (PFM), kekuatan diperoleh dari substruktur metal dan estetik didapatkan dari veneer porcelain. Crown PFM digunakan untuk mengembalikan gigi yang rusak sangat parah untuk melindungi struktur gigi yang tersisa, dan juga untuk mempertahankan oklusi dan menawarkan estetik. Crown PFM dapat diaplikasikan pada gigi anterior maupun gigi posterior (Sadaf dan Ahmad, 2011). Pada crown PFM terdiri dari beberapa lapis bubuk porselen dalam air yang kemudian difusikan dengan kerangka dari metal, melalui pembakaran (firing). Lapisan-lapisan ini memiliki tiga tingkatan translusensi yang berbeda. Lapisan pertama merupakan lapisan opaque yang digunakan untuk menutupi substrat metal yang gelap. Lapisan intermediate, disebut juga sebagai dentin, adalah konstruksi utama dari struktur gigi artifisial dan juga digunakan untuk menyediakan translusensi pada porselen. Lapisan paling atas atau superfisial, adalah lapisan paling translusen yang disebut sebagai porselen email atau insisal. Setiap lapisan difusikan dalam electric atau vacuum furnace pada sekitar 10000 C untuk memperoleh sifat yang optimal. Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum digunakan. Berdasarkan perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi yaitu 1. regular felspathic porcelain (temperatur tinggi 1200-1400 oC) 2. aluminous porcelain (temperatur sedang 1050-1200 oC) 3. metal bonding porcelain (temperatur rendah 800-1050 oC). PFM merupakan metal bonding porcelain. PFM terdiri atas beberapa lapisan yang difusikan secara kimia pada dasar kerangka metal. Substruktur metal mendukung keramik dan membuat keramik bertahan lama terhadap beban dari kekuatan mulut. Restorasi metal keramik harus memenuhi syarat–syarat, antara lain, adalah sebagai berikut: a. Metal dan keramik mempunyai ikatan yang kuat. b. Metal dan keramik mempunyai thermal expansi yang sesuai. c. Keramik yang dipakai relatif mempunyai low fusing.

d. Metal harus tahan terhadap deformasi pada saat keramik mencapai fusing. Pada saat fusing, keramik harus dapat bersatu dengan logam dan berikatan tanpa merubah bentuk logam. Pada saat mendingin, baik logam maupun keramik akan mengalami kontraksi yang akan menimbulkan retak atau bahkan terlepasnya keramik dari logam. e. Bahan–bahan yang dipakai harus bersifat biokompatibel terhadap jaringan. Pada prinsipnya, sifat–sifat restorasi metal keramik ditentukan oleh keadaan interfacenya. Bila didapati ikatan yang rapat antara metal dengan keramik maka akan terjadi penurunan energi bebas yang dapat memisahkan kedua komponen atau sebaliknya. ( Shillingburg HT, Jacobi R, Bracket SE. 1987 ) Gigi tiruan cekat/bridge GTC dari PFM dapat digunakan pada gigi anterior maupun posterior. Pada pembuatannya, pada gigi anterior kerangka logam hanya menutupi permukaan lingual dan incisal edge, sedangkan permukaan labial ditutup oleh porselen. Metal mencapai hingga area proksimal tetapi harus diperhatikan bahwa metal pada bagian lingual tidak mencapai hingga ruang proksimal lebih dari yang diperlukan untuk kekuatan. Pemanjangan proksimal dari kerangka logam hanya sampai area kontak, untuk alasan estetik. Kerangka metal lingual juga sampai area insisal sehingga mencapai incisal edge, tapi tidak menutupi permukaan labial. Pada penggunaannya, GTC dari PFM juga dapat dimodifikasi dengan resin-bonded, sehingga menghasilkan Metal-Ceramic Resin Bonded Fixed-Partial Denture (RBFPD), yang dapat digunakan pada gigi anterior dan posterior, untuk menggantikan satu atau dua gigi yang hilang. RBFPD ini dapat dilakukan pada gigi yang masih vital. Seperti dalam kasus misalnya ingin menggantikan gigi premolar dua yang hilang namun gigi molar pertama sudah memakai crown yang terbuat dari PFM, sementara gigi premolar pertama masih vital namun terdapat karies kecil pada bagian proksimal sebelah distal, maka gigi abutment dari RBFPD ini dapat diaplikasikan, karena PFM konvensional memerlukan pengurangan jaringan yang banyak. Keuntungan Porcelain Fused to Metal ( PFM ) dalam Bidang Kedokteran Gigi Adapun keuntungan dari PFM dalam bidang kedokteran gigi adalah : 1. Unggul sebagai bahan langsung pada daerah yang memerlukan tekanan tinggi 2. Kekuatan pemakaian baik 3. Tahan lama 4. Estetis ( Elvira Sinabutar, 2008 ) Keuntungaan PFM sebagai bahan crown adalah : 1. adanya metal core dapat mendukung gigi 2. tahan terhadap tekanan mastikasi dan resisten terhadap fraktur 3. tahan lama di dalam rongga mulut 4. Metal yang di lapisi dengan porselen membuat crown yang dipakai menjadi estetis karena memiliki warna yang sama dengan gigi. 5. Dapat digunakan dengan kavitas yang luas dan besar 6. Cocok untuk digunakan pasien yang memiliki kebiasaan bruxism 7. Warna PFM sebagai crown dapat bertahan lama (tidak dapat berubah warna) ( Elvira Sinabutar, 2008 ) Kekurangan Porcelain fused to Metal dalam bidang kedokteran gigi:

1. Lebih banyak jaringan gigi yang harus dihilangkan (lebih banyak dibandingkan porselen) untuk substruktur metal 2. Harga lebih mahal karena setidaknya membutuhkan dua kali kunjungan dan juga bila menggunakan alloi metal yang mahal 3. Teknis lab yang lebih sulit. Prosedur teknis dari pola wax investing dan casting alloi metal yang mahal meliputi banyak variabel teknis dan pertimbangan banyaknya langkah operatif dan siklus firing, membuat kualitas akhir dari restorasi yang sangat sensitif. 4. Chipping pada porselen ketika tekanan pada gigi yang ekstrim, tetapi dapat diatasi oleh dokter gigi dalam 20-30 menit 5. Dari sudut pandang estetik, PFM tidak menyerupai aspek natural dari gigi, karena inti metal yang menghalangi cahaya untuk masuk. Tidak adanya translusensi, karena faktanya restorasi PFM hanya dapat mengabsorbsi atau memantulkan cahaya, sementara jaringan gigi menunjukkan derajat translusensi yang tinggi. 6. Terbentuk bayangan gelap pada bagian servikal 7. Pada sistem logam-keramik, kegagalan terjadi pada daerah yang memiliki ikatan paling lemah, sehingga jika ikatan adhesif antara keramik dan logam sudah cukup, kegagalan akan kohesif di dalam keramik. 8. Pada noble alloy yang digunakan untuk PFM seperti emas, palladium, persentase kecil dari indium, harga lebih mahal dan kurang beradaptasi dengan sistem keramik yang berbeda. Sebagai contoh cairan palladium dapat mengabsorbsi gas dalam jumlah banyak yang kemudian dapat dilepaskan selama casting dan menyebabkan banyak mikroporositas. 9. Pada base metal alloy yang digunakan untuk PFM, terkadang menyebabkan pembentukan oksida yang besar, sulit saat finishing dan polishing dikarenakan ductility yang rendah, dan dapat menyebabkan shrinkage pada casting yang lebih besar. Sebagai contoh oksida Ni dan Cr dalam sistem base metal menurunkan koefisien ekspansi porselen Vita (Vident) dan diduga dapat memicu stres interfasial sehingga menyebabkan kegagalan. 10. Pada crown PFM, untuk kepentingan gigi sebelahnya, pembentukan dan lokasi serta ukuran area kontak sangat penting. Adanya diskrepansi pada area kontak dapat menyebabkan impaksi makanan. Pasien dapat merasa sangat kesulitan untuk mempertahankan area tersebut bersih yang dapat menyebabkan karies pada gigi sebelahnya. RESTORASI GIGI SULUNG Anatomi gigi molar sulung dengan ciri – ciri fisur pada permukaan oklusal dan kontak proksimal yang datar dan lebar menyebabkan kemungkinan terkena karies lebih besar. Gigi molar sulung penting dan perlu direstorasi karena untuk fungsi pengunyahan dan juga sebagai space maintainer gigi penggantinya. Restorasi gigi pada dasarnya yaitu tindakan penggantian jaringan keras gigi yang rusak dengan bahan restorasi. Prinsip – prinsip preparasi kavitas menurut Black yang telah dianut selama ini mungkin telah mengalami perubahan berdasarkan perkembangan dan penemuan bahan tumpatan maupun konsep dasar merestorasi gigi. Tujuan preparasi kavitas adalah membuang enamel dan dentin yang terkena karies, serta membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga bahan tumpatan dapat diletakkan di dalamnya secara sempurna. RESTORASI KLAS I

Restorasi klas I terdiri dari : 1. Klas I tersembunyi. 2. Klas I dalam. 1. Kavitas Klas I tersembunyi. Pada pemeriksaan berkala seorang anak usia 2 tahun, sering dijumpai karies tersembunyi di fosa sentral gigi molar satu dengan dikelilingi jaringan gigi yang sehat. Kasus demikian memerlukan suatu perawatan restorasi minimal. Pedodonsia Terapan 13 Orang tua diharapkan dapat menyertai anak selama perawtan dengan posisi memangku anak di kursi dental. Hal ini disebabkan karena anak masih terlalu kecil, secara psikologi belum matang serta belum mampu berkomunikasi. Preparasi kavitas dibuat dengan bur round kecil untuk membuka karies dan memperluas tepi kavitas hanya di daerah yang karies dan harus dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Restorasi dapat dilakukan dengan alloy silver amalgam, semen ionomer kaca gigi posterior atau resin – modified glass ionomer yang bersifat menghentikan proses karies atau merupakan tumpatan sementara untuk mencegah kerusakan lebih lanjut sampai perjanjian berikutnya. Bila anak bersifat koperatif, maka dianjurkan untuk melakukan preventive resin restorasi dengan dentin-bonding agent. 2. Klas I dalam. Klas I dalam pada gigi sulung dan gigi tetap muda dapat direstorasi dengan alloy silver, semen ionomer kaca gigi posterior atau resin-modified glas ionomer. Bila direncanakan melakukan restorasi alloy silver amalgam maka pada tahap awal preparasi adalah memperluas kavitas klas I sesuai dengan prinsip GV Black yakni membuang dinding email yang mengganggu. Memperluas kavitas meliputi seluruh grooves dan defek di oklusal. Dentin lunak dibersihkan dengan bur round kecepatan rendah atau ekskavasi dengan ekskavator sendok ukuran besar. Bila jaringan gigi yang terkena karies sangat luas, dinding kavitas dibuat sejajar dan dasar kavitas yang mendekati pulpa dilapisi bahan proteksi yang bersifat biokompatibel dan berfungsi sebagai proteksi pulpa terhadap perubahan suhu. Bila direstorasi dengan resin komposit, semen ionomer kaca gigi posterior, atau resin-modified glass ionomer, pit dan fisur yang bebas karies diberi penutup pit dan fisur sebagai pencegahan karies. RESTORASI KLAS I ALLOY SILVER AMALGAM 1. Menentukan outline form . 2. Memperluas kavitas sampai jaringan gigi yang sehat, resistance form . 3. Membangun retention form berupa dovetail , atau undercut . 4. Membentuk kavitas untuk memudahkan bekerja, convinience form . 5. Membulatkan tepi kavitas guna meminimalkan kebocoran tepi, beveling . 6. Membersihkan kavitas, toilet of cavity . RESTORASI KLAS I AMALGAM Aspek Oklusal ( Outline form eksternal) 1. Outline form merupakan dovetail , termasuk semua fisur, daerah karies, pit dan developmental groove , ujungnya dibulatkan, tidak boleh bersudut tajam. Semua groove yang dalam dan telah rusak diikutkan dalam preparasi. Lebarnya kira – kira 1/3 lebar bidang oklusal. 2. Outline form ke bagian distal dan mesial sejajar dengan marginal ridge . Ketebalan jaringan gigi di marginal ridge dipertahankan. Aspek oklusal dari preparasi Klas I pada gigi sulung

Penampang melintang (internal) 1. Dinding kavitas konvergen ke arah oklusal, dengan ketebalan kavitas 0,5 sampai 1 mm ke dalam dentin untuk menambah retensi. 2. Semua line angle dibulatkan, untuk mengurangi tekanan internal dan memudahkan kondensasi. 3. Dasar kavitas agak datar. 4. Sudut cavo surface tajam jelas (90°) untuk membantu pada waktu carving , polis dan mengurangi kemungkinan kerusakan tepi tambalan. Teknik preparasi kavitas klas I amalgam • Dengan menggunakan bur fisur berkecepatan tinggi lebih mudah menembus fosa dan groove yang terlihat karies atau menembus permukaan oklusal yang terkena karies dengan kedalaman lebih kurang 1,5 mm (yaitu kira – kira ½ mm ke dalam dentin). Jika karies pada groove meluas sehingga menyebabkan kerusakan enamel preparasi diperluas ke semua marginal ridge , sehingga bentuk dinding melebar ke bawah memiringkan preparasi pada groove. • Dinding preparasi dibuat sedikit konvergen ke arah permukaan oklusal untuk menambah retensi tumpatan. Penampang melintang dari preparasi Klas I pada gigi sulung • Untuk menyingkirkan seluruh karies dentin dapat digunakan bur bulat dengan kecepatan rendah atau ekskavator tajam. Bila kariesnya dalam dapat juga digunakan bur bulat yang besar dengan kecepatan rendah. • Sudut dan dasar preparasi diperiksa kembali dengan sonde untuk memeriksa apakah pulpa terbuka. • Kavitas dibersihkan dengan air, kemudian dikeringkan dengan semprotan udara. • Pada kavitas yang dalam diletakkan pelindung pulpa seperti kalsium hidroksida untuk memacu pembentukan dentin sekunder. Setelah itu di atasnya diletakkan lagi semen sebagai batas, dengan demikian gigi siap untuk diisi bahan tumpatan. Amalgam dicampur sesuai dengan kebutuhan dan diletakkan ke dalam kavitas dengan menggunakan amalgam karier. Terlebih dahulu diisi pada kedalaman ½ kavitas dan dipadatkan dengan plugger . Pertama sekali gunakanlah plugger yang kecil untuk menekan amalgam ke segala sudut preparasi, ini akan memberikan retensi yang baik bagi tumpatan. • Tepi tumpatan dilicinkan dengan burnisher untuk menghindari step pada cavosurface . • Prematur kontak diperiksa dengan menggunakan kapas yang sudah dilembabkan dan diperiksa kembali tepi tumpatan dengan eksplorer untuk memastikannya. • Tindakan terakhir bagi tumpatan amalgam, baru selesai setelah mengeras lebih kurang 24 jam. Sebelum dilakukan pemolisan, terlebih dahulu gigi tersebut harus dikeringkan. Kemudian dilakukan pemolesan dengan brush (sikat) menggunakan rubber cup atau bur bulat licin. Polis terakhir dengan menggunakan pumice atau zink oksid powder dengan air. Kegagalan restorasi amalgam klas I 1. Tidak menyertakan seluruh daerah fisura yang peka karies. 2. Preparasi terlalu dalam. 3. Undercut pada tepi ridge. 4. Pengukiran pembentukan anatomi oklusal terlalu dalam. 5. Amalgam terlalu tipis (
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF