Indikasi Dan Kontra Indikasi Pencabutan Gigi
April 28, 2019 | Author: Suci Rahmawati | Category: N/A
Short Description
Pencabutan gigi...
Description
Indikasi dan Kontra indikasi Pencabutan Gigi By Drg. Erma Mahmiyah, M.Kes Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Pontianak
•
Pencabutan gigi yang ideal –
–
–
pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin pada jaringan peny pe nyanggany angganya a
bekas
pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan problema prostetik pasca bedah
•
•
Pencabutan gigi pertama kali hanya menggunakan tang. Timbulnya berbagai masalah dalam prosedur pencabutan gigi , gigi sulit dicabut /dikeluarkan dilakukan pembedahan. Pencabutan gigi dengan pembedahan dilakukan bila pencabutan dg tang tidak mungkin dilakukan, gagal atau apabila gigi impaksi(terpendam).
•
Baik untuk pencabutan gigi erupsi yang menimbulkan masalah, atau impaksi molar ketiga, prinsip-prinsip pembedahan biasanya relatif serupa. Diawali dengan pembuatan pembuat an flap untuk mencapai jalan masuk ke tulang rahang, kemudian jalan masuk ke gigi dicapai dengan mengasah tulang secara konservatif. konservatif. Akhirnya, jalan masuk yang tidak terhalang diperoleh dengan pengasahan kembali ke tulang atau s ecara lebih baik dengan memotong gigi secara terencana. Pada akhir prosedur ini jaringan lunak dikembalikan dikembalikan ke ke tempatnya tempatnya dan distabilkan dengan jahitan.
Indikasi Pencabutan Gigi Gigi mungkin perlu di cabut untuk berbagai alasan, karena sakit, sakit pada gigi yang mempengaruhi jaringan di sekitarnya, atau letak gigi yang salah. Contoh indikasi pencabutan gigi: a. Karies yang parah Alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk pencabutan gigi adalah karies yang tidak dapat dihilangkan kecuali dg cara pencabutan. Termasuk sisa akar •
•
b. Nekrosis pulpa/ Gangren pulpa Tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik. pasien yang daya tahan sangat menurun atau perawatan endodontik saluran akar yang berlikuliku, kalsifikasi dan tidak dapat diobati dengan tekhnik endodontik standar. Perawatan endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk pencabutan. •
•
c. Penyakit periodontal yang parah resorbsi tulang alveolar ( kehilangan tulang) yang berlebihan dan mobilitas gigi yang irreversibel. Dalam situasi seperti ini, gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi sulit dipertahankan harus dicabut d. Gigi sebagai fokus infeksi pada pasien yang akan dilakukan operasi jantung tidak boleh ada gigi karies sama sekali
e. Alasan orthodontik –
–
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering membutuhkan pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi yang paling sering diekstraksi adalah premolar satu rahang atas dan bawah,
e. Gigi yang mengalami malposisi –
Gigi yang mengalami malposisi dapat diindikasikan untuk pencabutan dalam situasi yang parah. Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan tidak dapat ditangani oleh perawatan ortodonsi,
Contoh : M3 rahang atas yang keluar kearah bukal yang parah dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan lunak di pipi.
–
f. Gigi yang retak Indikasi ini jelas untuk dilakukan pencabutan gigi karena gigi yang telah retak. Pencabutan gigi yang retak bisa sangat sakit dan rumit dengan tekhnik yang lebih konservatif. Bahkan prosedur restoratif endodontik dan restorasi kompleks tidak dapat mengurangi rasa sakit akibat gigi yang retak tersebut. g. Pra-prostetik ekstraksi (sebelum perawatan prostodonti) gigi yang mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari peralatan prostetik
h. Gigi impaksi Jika terdapat impaksi sebagian gigi oklusi fungsional tidak optimal karena ruang yang tidak memadai, dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut. Namun, jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat kontraindikasi seperti pada kasus kompromi medis, impaksi tulang penuh pada pasien yang berusia diatas 35 tahun atau pada pasien dengan usia lanjut, maka gigi impaksi tersebut dapat dibiarkan.
i. Supernumary gigi Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi impaksi yang harus dicabut. mengganggu erupsi gigi dan memiliki potensi untuk menyebabkan resorpsi gigi tersebut. j. Gigi yang terkait dengan lesi patologis Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan pencabutan. Dalam beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi endodontik dapat dilakukan. Namun, jika mempertahankan gigi dengan operasi lengkap pengangkatan lesi, gigi tersebut harus dicabut.
k. Terapi pra-radiasi Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral harus memiliki pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan pencabutan. l. Gigi yang mengalami fraktur rahang Pasien yang mempertahankan fraktur mandibula atau proses alveolarkadang-kadang harus merelakan giginya untuk dicabut. Dalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat dipertahankan, tetapi jika gigi terluka maka pencabutan mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi.
m. Estetik Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik.Contoh kondisi seperti ini adalah yang berwarna karena tetracycline atau fluorosis, atau mungkin malposisi yang berlebihan sangat menonjol. Meskipun ada tekhnik lain seperti bonding yang dapat meringankan masalah pewarnaan dan prosedur ortodonsi atau osteotomy dapat digunakan untuk memperbaiki tonjolan yang parah, namun pasien lebih memilih untuk rekonstruksi ekstraksi dan prostetik.
n. Ekonomis Indikasi terakhir untuk pencabutan gigi adalah faktor ekonomi. Semua indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan diatas dapat menjadi kuat jika pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk mendukung keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut. Ketidak mampuan pasien untuk membayar prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan pencabutan gigi
Kontra indikasi Pencabutan Gigi •
•
Kontra indikasi pencabutan gigi atau tindakan bedah lainnya disebabkan oleh faktor lokal atau sistemik. Dikatakan menjadi kontra indikasi pencabutan gigi bila dokter gigi / dokter spesialis akan memberi ijin atau menanti keadaan umum penderita dapat menerima suatu tindakan bedah tanpa menyebabkan komplikasi yang membahayakan bagi jiwa penderita.
A. Kontra Indikasi (KI) Sistemik •
•
Pasien dg KI bersifat sistemik pertimbangan khusus untuk dilakukan pencabutan gigi. Faktor-faktor ini meliputi pasien dg riwayat penyakit khusus. pencabutan
gigi, dg persyaratan pasien berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit terkontrol dengan baik. menghindari komplikasi sebelum, saat dan setelah pencabutan gigi.
1. Diabetes Mellitus Diabetes dan Infeksi Diabetes yang terkontrol tidak perlu terapi antibiotik profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol penyembuhan lebih lambat & cenderung mengalami infeksi, perlu pemberian antibiotik profilaksis. Pasien dengan riwayat kehilangan berat badan yg penyebabnya tidak diketahui, terjadi bersamaan dg kegagalan penyembuhan infeksi dengan terapi yang biasa dilakukan dicurigai menderita diabetes. –
–
–
2. Kehamilan Kehamilan bukan kontraindikasi thd pembersihan karang gigi / pencabutan gigi, karena tidak ada hubungan antara kehamilan dengan pembekuan darah. Perdarahan gusi manifestasi dr pregnancy gingivitis o.k. pergolakan hormon selama kehamilan. perlu diwaspadai kondisi hipertensi dan diabetes mellitus ( kadar gula darah yang tinggi ) yang meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap setelah melahirkan, cukup dpt menimbulkan masalah saat dilakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan perusakan jaringan dan pembuluh darah. Kesulitan keadaan psikologisnya, biasanya tegang, dll. Status umum pasien yang kurang jelas maka dokter gigi akan meng konsulkan dulu ke dokter obsgin-nya. •
•
•
3. Penyakit Kardiovaskuler Diperoleh melalui rekam medisnya atau wawancara dengan pasien. Jika ditemukan tanda-tanda sesak napas, kelelahan kronis, palpitasi, sukar tidur dan vertigo perlu dicurigai menderita penyakit jantung. pemeriksaan lanjut yg teliti & akurat, misalnya pemeriksaan tekanan darah. untuk mendukung diagnosa menyusun rencana perawatan yang tepat dan tidak menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. •
•
•
•
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi ↑, tekanan darah ↑ bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan. Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi pencabutan gigi. namun dalam penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung.
4. Kelainan Darah a. Purpura hemoragik riwayat perdarahan pasca pencabutan giginya, atau pengalaman pendarahan lain. diteruskan pemerikasaan darah yi. waktu pendarahan dan waktu penjedalan darah, & konsentrasi protrombin. b. Leukemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya dalam darah dan sumsum tulang. mudah infeksi dan terjadi perdarahan.
c. Anemia Ciri-ciri : rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah kemampuan darah mengangkut oksigen berkurang. d. Hemofilia perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada penderita
5. Hipertensi denyut
nadi pasien meningkat, tekanan darah ↑ menyebabkan bekuan darah yang terbentuk terdorong perdarahan terus menerus.
6. Jaundice
“prolonged hemorrahage” ( perdarahan berlangsung lama) bila penderita akan menerima pencabutan gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau premediksi dahulu dengan vitamin K.
7. AIDS Manifestasi infeksi HIV pada mulut dapat berupa infeksi jamur, infeksi bakteri, infeksi virus dan neoplasma. Luka pencabutan lebih mudah mengalami infeksi yang lebih parah. Bila pasien sudah terinfeksi dan memerlukan premedikasi, upayakan untuk mendapatkan perawatan medis dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut gigi. •
•
•
•
8. Sifilis, penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Penderita sifilis, daya tahan tubuhnya rendah,mudah terjadi infeksi penyembuhan luka terhambat. 9. Nefritis ( penyakit ginjal ) Pencabutan beberapa gigi pada penderita nefritis, keadaan nefritis bertambah buruk (keadaan akut). Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli sebelum melakukan pencabutan gigi. •
•
•
•
10. Malignansi Oral ( Keganasan ) Di daerah perawatan malignansi suatu rahang melalui radiasi sel jaringan mempunyai aktivitas yang rendah daya resisten kurang terhadap suatu infeksi.
11. Hipersensitivitas Alergi pada beberapa jenis obat, shock anafilaksis perlu melakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan dan menghindari obat-obatan pemicu alergi.
12. Toxic Goiter /multinodular goiter pembesaran kel thyroid yg menyebabkan
•
•
hyerthyroidism, penyebab : defisiensi yodium, mutasi TSH reseptor Faktor resiko : usia > 60 th , wanita Ciri-ciri : tremor, emosi tidak stabil, tachycardia (pompa jantung ↑) dan palpitasi , keringat keluar berlebihan, glandula tiroidea membesar secara difus (kadang tidak ada), exophthalmos (bola mata melotot), berat badan susut, rata-rata basal metabolic naik, kenaikan pada tekanan pulsus, gangguan menstruasi (pada wanita), nafsu makan berlebih.
gb. A gb. B A. Pembesaran kel tiroid B. goiter (struma) klas II C. Goiter (Struma) klas III
gb. C
•
•
Tindakan bedah mulut, termasuk mencabut gigi, dapat krisis tiroid, tanda-tandanya yaitu setengah sadar, sangat gelisah ,tidak terkontrol meskipun telah diberi obat penenang. Pada penderita toxic goiter jangan dilakukan tindakan bedah mulut, termasuk tindakan pencabutan gigi, karena dapat menyebabkan krisis tiroid dan kegagalan jantung.
13. Rahang yang baru saja telah diradiasi, pada keadaan ini suplai darah menurun sehingga rasa sakit hebat dan bisa fatal 14. Psychosis dan neurosis pasien yang mempunyai mental yang tidak stabil karena dapat berpengaruh pada saat dilakukan ekstraksi gigi
15. Terapi dengan antikoagulan
B. Kontra Indikasi lokal Radang akut. Disertai cellulitis, keradangan harus dikontrol untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Tidak boleh langsung dicabut. Infeksi akut. Pericoronitis akut, penyakit ini sering terjadi pada saat M3 RB erupsi terlebih dahulu Malignancy oral. Adanya keganasan (kanker, tumor dll),dikhawatirkan pencabutan menyebabkan pertumbuhan lebih cepat dari keganasan itu. luka bekas ekstraksi gigi sulitsembuh. Jadi keganasannya harus diatasi terlebih dahulu. Gigi yang masih dapat dirawat /dipertahankan dengan perawatan konservasi, endodontik dan sebagainya •
•
•
•
INDIKASI / KONTRA INDIKASI PENCABUTAN GIGI SULUNG sebelum mencabut gigi sulung harus mengetahui dulu umur anak untuk mengetahui gigi tersebut tanggal atau diganti dengan gigi tetap. INDIKASI : 1. Natal tooth / neonatal tooth 2. Natal tooth , gigi erupsi sebelum lahir
3. Neonatal tooth, gigi erupsi setelah 1 bulan dan biasanya gigi : - Mobility - Dapat mengiritasi – menyebabkan ulserasi pada lidah - Mengganggu untuk menyusui
4. Gigi dengan karies yang parah 5. Infeksi periapikal – intraradikuler yang tidak dapat di sembuhkan kecuali pencabutan 6. Gigi yang sudah waktunya tanggal 7. Gigi sulung yang persistensi 8. Gigi sulung yang impacted , menghalangi erupsi gigi tetap 9. Gigi dengan ulkus decubitus 10. Supernumerary teeth
KONTRA INDIKASI : 1. Anak yang sedang menderita infeksi akut di mulutnya Misalnya : - acute infection stomatitis - Herpetic stomatitis Infeksi ini di sembuhkan dulu baru di lakukan pencabutan. 2. Blood diserasia atau kelainan pada darah Di mana bisa mengakibatkan terjadinya perdarahan, dan infeksi setelah pencabutan. Pencabutan dilakukan setelah konsultasi dengan dokter ahli tentang penyakit darah.
BEBERAPA KOMPLIKASI YANG MUNGKIN TERJADI PADA WAKTU PENCABUTAN GIGI SULUNG 1. Fraktur akar Perlu tehnik yg hati-hati dlm pencabutan gigi Cara mengatasi : - Kalau terlihat : di keluarkan sedapat mungkin / dengan tang khusus / bein - Kalau tidak terlihat : Ro”foto untuk melihat posisi sisa akar terhadap benih gigi tetap, jika jauh di ambil segera.
2. Trauma pada benih gigi tetap Harus di ingat posisi benih gigi tetap sebelum pencabutan Cara mengatasi : - Kalau benih tercabut, dikembalikan ketempatnya kemudian mukosa dijahit - Kalau benih berubah posisi – observasi, reposisi
PERSIAPAN SEBELUM PENCABUTAN PADA PASIEN ANAK 1. Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis dari orang tua (Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien anak. 2. Kunjungan untuk pencabutan sebaiknya dilakukan pagi hari (saat anak masih aktif) dan dijadwalkan, sehingga anak tidak menunggu terlalu lama karena anak cenderung menjadi lelah menyebabkan anak tidak koperatif. Anak bertoleransi lebih baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan ± 2 jam sebelum pencabutan.
3. Penjelasan lokal anastesi tergantung usia pasien anak, teknik penanganan tingkah laku anak yang dapat dilakukan. 4. Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja. Letakkan pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat akan digunakan. Jangan mengisi jarum suntik di depan pasien, dapat menyebabkan rasa takut dan cemas.
5. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk dengan jarum (disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak boleh dibohongi. 6. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh darah, juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
View more...
Comments