Indera rasa Kulit
September 20, 2017 | Author: Annisa Hatfiana | Category: N/A
Short Description
anatomi fisiologi manusia...
Description
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori A. Pengertian Indra Setiap makhluk hidup berhubungan dengan dunia luarnya. Untuk mengenalidunia itu, setiap makhluk hidup dilengkapi dengan alat indra. Sistem indra padamanusia juga dikenal dengan nama panca indra. Panca indra adalah lima buah organyang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf.merupakan alat perantara yang membawa rangsangan dari indra menuju otak tempatrangsangan tersebut ditafsirkan. Beberapa rangsangan timbul dari luar tubuh antaralain sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara. Rangsangan lainnyayang berasal dari dalam tubuh antara lain rasa haus, lapar dan rasa sakit.Panca
indra
meliputi
mata
sebagai
indra
penglihatan
yang
peka
terhadaprangsangan cahaya, telinga sebagai indra pendengaran yang peka terhadaprangsangan bunyi atau suara, hidung sebagai indra penciuman dan indra pembauyang peka terhadap rangsangan gas atau uap, lidah sebagai indra pengecap yang peka terhadap rangsangan rasa, serta kulit sebagai indra peraba dan perasa yang peka terhadap rangangan sentuhan, rabaan, suhu dan tekanan.
B. Kulit Kulit merupakan indera peraba yang memiliki reseptor khusus untuk rangsangan panas, dingin, sentuhan, sakit, dan tekanan. Kulit memiliki beberapa lapisan : 1. Epidermis Epidermis adalah lapisan bagian terluar kulit yang tersusun dari jaringan epitel, dimana pada lapisan ini tidak terdapat pembuluh darah dan sel syaraf. Epidermis tersusun dari beberapa lapisan tipis (epitel skuamosa) yang mengalami tahap diferensiasi pematangan (keratinisasi), dari luar ke dalam lapisan tersebut adalah :
Stratum korneum
; selnya sudah mati, tidak mempunyai
intisel dan mengandung zat keratin
Stratum lusidum
: lapisan jernih dan tembus
cahaya, hanya terdapat di telapak tangan dan telapak kaki 1
Stratum granulosum
: terdiri dari sel-sel pipih , Dalam
sitoplasma terdapat butir-butir keratohialin yang berfungsi dalam pembentukan keratin
Stratum germinativum (basalis)
: menggantikan sel-sel di atasnya yg
merupakan sel induk. 2. Dermis Dermis adalah lapisan yang mingikat epidermis dengan struktur yang ada di bawahnya. Dermis tersusun dari 2 lapisan :
Bagian atas, papilaris (Stratum papilaris)
: lapisan yang memberikan
nutrisi pada epidermis
Bagian bawah, retikularis (stratum retikularis)
3. Hipodermis ( Lapisan Subkutan)
Selain sebagai alat indra kulit juga berfungsi sebagai pelindung bagian dalam seperti otot dan tulang, sebagai alat ekskresi, dan berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh. Sebagai indera peraba kulit memiliki reseptor- reseptor khusus yang berada pada dermis kulit. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor tekan berada di dermis jauh dari epidermis. Rangsangan untuk sentuhan panas berada di dekat dermis. Turgo reseptor dalam kulit ada : 1. Ruffini peka terhadap rangsangan suhu panas 2. Krause peka terhadap rangsangan suhu dingin 3. Paccini peka terhadap rangsangan tekan dan sentuhan 4. Meissner peka terhadap rangsangan tekanan dan sentuhan 5. Ujung saraf bebas, peka terhadap rangsangan tekanan ringan dan rasa sakit. Ujung saraf bebas merupakan serat saraf sensorik aferen berakhir sbagai 2
ujung akhir saraf bebas pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama pada kulit. Serat saraf ini merupakan serat saraf tak bermielin atau nermielin berdiameter kecil yang di lanjutkan dengan serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Beberapa berhubungan dengan epitel khusus, sedangkan pada epidermis berhubungan dengan folikel rambut dan mukosa oral, akar saraf membentuk diskus. Korpuskula peraba (Ujung saraf sekeliling rambut) terletak pada papilla dermis khususnya ujung jari, bibir, puting, dan genetalia. Memiliki bentuk silindris, tegak lurus dengan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya 40 mikron. Korpuskula ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi dua titik. Korpuskulus berlamel (vater pacini) di temukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuk bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat di lihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang. Setiap korpuskulus di suplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini di kelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam. Korpuskulus gelembung (krause) di temukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpus ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endonerium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap di selubungi dengan sel schwan. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada. Korpus ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya usia. Korpus ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
3
Kerja kelima saraf tersebut dapat di kelompokkan menjadi tiga tipe reseptor, yaitu : a. Termoreseptor Terdiri dari Ruffini dan Krause. b. Mekanoreseptor Terdiri dari Meisner dan Paccini. c. Reseptor rasa sakit Merupakan ujung saraf bebas. Mekanoreseptor banyak terdapat di ujung jari, bibir, telapak kaki dan alat kelamin. Ujung-ujung reseptor rabaan juga terdapat pada folikel rambut di dalam lapisan dermis. Reseptor rasa sakit atau nyeri dibedakan dari mekanoreseptor karena memang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda. Reseptor rasa sakit dapat dikatakan sebagai reseptor kimia yang berbeda di luar hidung dan lidah. Reaksi kerja yang terjadi akibat sensasi rasa sakit di kulit diciptakan oleh pelepasan enzim dari jaringan yang rusak atau terluka sehingga akan mengubah protein tertentu di dalam darah menjadi suatu zat kimia yaitu bradikinin yang mengaktifkan reseptor rasa sakit. Penyebaran ujung-ujung saraf tidak merata pada seluruh permukaan kulit. Bagian ujung jari, telapak tangan, dan telapak kaki memiliki ujung-ujung saraf lebih banyak dibandingkan bagian tubuh yang lain sehingga kita dapat merasakan permukaan yang halus dan kasar. Sel-sel saraf peraba juga terdapat pada pangkal rambut. Bila rambut muncul di permukaan kulit tersentuh oleh suatu benda asing maka sel-sel saraf akan terangsang. Karena kulit memiliki beberapa macam reseptor 4
khusus dan setiap reseptor menanggapi satu rangsangan seperti reseptor sentuhan, panas, dingin, tekanan, sedangkan rasa sakit dan nyeri disebabkan oleh rangsangan dari salah satu atau beberapa reseptor.
C. Klasifikasi Reseptor Reseptor sensorik berperan untuk mentransduksikan stimulus lingkungan menjadi impuls saraf. Reseptor ini dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber stimulus yang mempengaruhi ujung reseptor , jenis sensasi yang terdeteksi reseptor, distribusi reseptor atau ada-tidaknya lapisan pada ujung reseptor.
1. Sumber (lokasi) Sensasi a. Eksternoreseptor. Sensitive terhadap stimulus eksternal terhadap tubuh dan terletak pada atau di dekat permukaan tubuh. Misalnya sentuhan, tekanan, nyeri pada kulit dan suhu , penciuman, pnglihatan serta pendengaran. b. Proprioreseptor. Terletak pada tubuh dalam otot, tendon dan persendian, juga mencakup reseptor ekuilibrium pada area telinga dalam. Jika distimulasi, bagian tersebut akan menyampaikan kesadaran akan posisi bagian tubuh, besarnya tonus otot dan ekuillibrium. c. Interoreseptor. Dipengaruhi oleh stimulus yang muncul dalam organ visceral dan pembuluh darah yang memiliki inervasi motoric dari SSO. Misalnya adalah stimulus yang terjadi selama proses digesti, eksresi dan sirkulasi. 2.
Jenis Sensasi yang Terdeteksi a. Mekanoreseptor sensitive terhadap regangan, vibrasi, tekanan, propriosepsi, pendengaran, ekuilibrium dan tekanan darah. b. Termoreseptor sensitive terhadap perubahan suhu. c. Reseptor nyeri (nosireseptor) sensitive terhadap kerusakan jaringan. 5
d. Fotoreseptor mendeteksi energy cahaya. e. Kemoreseptor sensitive terhadap perubahan konsentrasi ion, pH, kadar gas darah dan glukosa darah. Jenis ini juga mencakup reseptor untuk indra pengecap dan pnciuman. 3.
Distribusi Reseptor a. Pengindraan umum mengacu pada informasi dari tubuh sebagai satu kesatuan b. Pengindraan khusus mengacu pada organ indra yang terletak dalam kepala
4.
Ujung reseptor sensorik. Terbagi menjadi dua jenis: a. Ujung saraf bebas. Tidak memiliki lapisan selular da terdapat dalam kulit, jaringan ikat dan pembuluh darah. Saraf ini merasakan nyeri , sentuhan ringan dan suhu. b. Ujung saraf berkapsul. Terbungkus dalam bermacam jenis kapsul dan terletak di kulit, otot, tendon, persendian dan organ tubuh. Reseptor yang berkapsul adalah Korpuskel Paccini, Korpuskel Meisner dan diskus Merkle, Korpuskel Ruffini, Ujung bulbus Krause, dan Spindle neuromuscular. Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi menjadi dua
golongan menurut phylogenesisnya, jalur-jalur saraf spinalnya, dan daerah integrasi pada korteks serebri. Golongan pertama, yaitu paleo-sensibilities. Golongan ini meliputi rasa-rasa primitif atau rasa-rasa vital, yaitu rasa raba, tekan, nyeri, dingin dan panas. Sarafsaraf afferen dari rasa-rasa ini bersinap dengan interneuron-interneuron, kemudian akan bersinap lagi dengan motor-motor neuron dari medula spinalis, thalamus, dan korteks serebri melalui traktus spinothalamikus. Terdapat dua jalur yang tergabung dalam sistem ini, yaitu traktus spinotalamikus lateral dan traktus spinotalamikus anterior. Traktus spinotalamikus lateral berfungsi membawa sensasi nyeri dan suhu, sedangkan traktus spinotalamikus anterior berfungsi membawa sensasi raba dan tekanan ringan. 6
Golongan kedua adalah gnostic atau neo-sensibilities. Golongan ini meliputi rasa-rasa yang diferensiasikan. Saraf-saraf afferen dari rasa-rasa ini menghantarkan impuls-impuls yang terutama dialirkan melalui traktus dorsospinalis ke daerah sensoris di dalam korteks serebri setelah diintegrasikan seperlunya. C. Diskriminasi Dua Titik Dengan menggunakan sebuah jangka, kemampuan orang percobaan untuk membedakan sentuhan pada satu titik atau dua titik secara simultan dapat diperiksa. Jarak minimum di mana stimulus dikenali sebagai dua titik berbeda dapat dipastikan saat orang percobaan diminta dapat menutup matanya. Jarak ini bervariasi tergantung dari lokasi tubuh yang diperiksa, tetapi normalnya adalah 2-3 mm pada bantalan jari. Tubuh memilki variasi dalam membedakan diskriminasi dua titik ini. Sensasi taktik dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron sensorik ; serat tipe A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe C yang paling kecil. Kedua jenis serat A memiliki mielin dan menyalurkan potensial aksi dengan cepat. Kemudian potensial aksi ini dikirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis dan bersinaps di talamus. D. Stimulus Taktil Reseptor kinaesthesi menerima rangsangan kinaesthesi, yaitu gerakan – gerakan dan ketegangan pada otot – otot serta selubung persendian. Kegunaannya adalah untuk mengetahui sikap anggota badan dan beban yang di bawa ( berat atau ringan ). Sensasi – sensasi lain berupa pencampuran rangsangan pada beberapa reseptor secara bersama – sama dalam kondisi tertentu. \sensasi – sensasi tersebut berupa geli, gatal, dan pedih. Kita dapat membedakan benda – benda dengan reseptor panas, dingin, dan atau tekanan tanpa melihat bendanya. Bentuk dan besar benda dapat di bedakan dengan reseptor tekanan yang di geserkan. Pada tempat – tempat dimana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan besar terhadap stimulus taktil, terdapat banyak corpuseulum tractus. Perasaan taktil dapat di bedakan menjadi perasaan taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar di hantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior, sedangkan impuls taktil halus dihantarkan melalui faciculus geracilis dan facicuclus cunneatus.Sensasi taktil yang
7
terdiri dari raba, tekanan dan getaran sering di golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua di deteksi oleh jenis reseptor yang sama. Satu satunya perbedaan di antara ketiganya adalah sensasi raba umumnya di sebabkan oleh reseptor taktil di dalam kulit atau di dalam jaringan tepat di bawah kulit, sensasi tekanan biasanya di sebabkan oleh sinyal sensori yang berulang dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang di gunakan untuk raba dan tekan. Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, karena akhiran syaraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil sehingga kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya. Disini yang berperan adalah reseptor kinasthesi. Bentuk dan berat benda dapat di bedakan dengan reseptor tekanan yang di gesekkan. Pada tempat di mana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan yang besar terdapat stimulus taktil dan corpuscullum tactus. 1.2. Tujuan Mahasiswa mampu mengerti dan mempelajari dua golongan mekanisme sensoris yang dapat dirasakan menurut filogenesisnya, yaitu jalur – jalur saraf spinalnya dan daerah korteks serebral.
8
BAB II METODE KERJA 2.1 Paleo-sensibilitas : 2.1.1.
Rasa Panas dan Dingin : Rasa panas dan dingin tidak ditentukan oleh suhu suatu benda yang sebenarnya, melainkan oleh kecepatan hilangnya panas atau mendapatkan panas oleh kulit. 1a. Sediakanlah 3 buah bak yang masing masing berisi air es, air bersuhu 40 oC dan air bersuhu ± 30oC 1b. Masukkan telunjuk kanan ke dalam air es dan telunjuk kiri ke dalam air 40 oC. Catatlah perasaan yang di alami. 1c. Kemudian segera masukkan kedua telunjuk ke dalam bak berisi air yang bersuhu ± 30oC. Catatlah dan terangkanlah perasaan yang saudara alami. 2a. Tempatkanlah punggung tangan saudara ± 10 cm di depan mulut dan tiuplah kulit punggung tangan itu berlahan lahan. Catatlah rasa yang saudara alami. 2b. Basahilah punggung tangan itu dengan air terlebih dahulu kemudian tiuplah seperti percobaan tersebut di atas. Catatlah pula rasa yang di alami. 2c. Oleskan punggung tangan itu dengan alkohol atau eter dahulu, kemudian tiuplah lagi. Rasa yang bagaimanakah yang saudara alami ? Terangkan ! Pertanyaan : 1.
Pada percobaan dengan alkohol atau eter pada kulit. Mula – mula di timbulkan perasaan dingin dahulu kemudian di susul dengan perasaan pana ? Terangkan!
2.
Apakah rasa -rasa panas atau dingin itu di rasakan terus – menerus ?
2.1.2. Reaksi – Reaksi di Kulit Rasa – rasa panas, dingin,raba / tekan dan nyeri di hantarkan oleh serat serat 9
saraf yang terpisah, yang menghubungkan titik di kulit. Kepadatan titik – titik rasa di berbagai tempat di kulit tidaklah sama. 1.
Letakkanlah telapak tangan kiri di atas meja dan tandailah suatu daerah 3 x 3 cm dengan menggunakanstempel yang tersedia.
2.
Selidikilah secara teraturmengikuti garis garis sejajar titi – titik panas dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah di rendam di dalam air panas bersuhu 50oC ( sebelum di letakkan pada telapak tangan, keringkan dahulu kerucut itu dengan handuk). Berilah tanda pada titik titik itu dengan tinta hitam.
3.
Lakukan percobaan tersebut di atas untuk menentukan titik – titik dingin dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah di rendam di dalam air es.
4.
Buatlah gambar tangan di atas kertas putih dan tuliskan titik rasa itu ke dalamnya.
5.
Lakukan percobaan tersebut ( no. 2 s/d 3 ) untuk daerah – daerah lengan bawah, kuduk, dan pipi.
Pertanyaan :
Di daerah manakah dari tubuh masing masing rasa itu terpadat ?
2.2. Sensibilitas 2.2.1.
Lokalisasi rasa tekan 1.
Tutuplah mata manusia coba, kemudian tekanlah ujung pensildengan kuat pada ujung jarinya.
2.
Suruhlah manusia coba menunjukkan dengan pensil tempat yang telah di rangsang itu. Tentukan jarak antara titik rangsang dengan titik tunjuk dalam mm.
3.
Ulangi percobaan tersebut 3 kali dan tentukan jarak rata – ratanya.
4.
Lakukan percobaan tersebut untuk daerah – daerah telapak tangan , lengan 10
bwah, lengan atas, pipi, dan kuduk. 2.2.2. Diskriminasi rasa tekan 1. Tutuplah mata manusia coba, kemudian tekanlah kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada ujung jarinya. 2.
Ambillah mula mula jarak ujung jangka yang kecil sehingga manusia coba belum dapat membedakan dua titik. Kemudian perbesarlah jarak ujung jangka setiap kali dengan 2 mm, hingga tepat dapat di bedakan 2 titik oleh orang percobaan.
3.
Ulangi percobaan ini dengan jarak ujung jangka yang besar dahulu, kemudian di kecilkan setiap kalidengan 2 mm sampai ambang diskriminasi. Ambillah jarak rata – rata dari tindakan no 2 s/d 3.
4.
Lalukan percobaan no 1 s/d 3, tetapi sekarang dengan menekan ke dua ujung jangka secara berturut – turut (suksesif).
5.
Tentukanlah dengan cara – cara tersebut di atas ambang diskriminasi dua titik untuk daerah – daerah kuduk, pipi, bibir, dan lidah.
6a. Ambilah sekarang jarak terbesar antara ujung – ujung jangka yang masih di rasakan sebagai satu titik oleh kulit depan telinga 6b.
Gerakkanlah jangka tersebut mulai dari kulit depan telinga ke arah pipi, bibir atas dan bibir bawah. Catatlah yang di alami.
Pertanyaan :
Adakah perbedaan diskriminasi, bila ujung – ujung jangka di tekankan secara simultan dan suksesif ?
2.2.3
Diskriminasi kekuatan rangsangan. Hukum Weber – Fechner Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsangan rasa – rasa pada umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya.
11
1.
uplah mata manusia coba dan letakkan tangannya menghadap ke atas.
2.
Letakkan kotak timbangan dengan beban 5 gram di dalamnya pada ujung – ujung jarinya.
3.
Tambahkanlah setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu beban, sampai manusia coba tepat dapat membedakan tambahan berat. Catatlah beban permulaan (di tambah kotak timbangan) dan berat terakhir.
4.
Lakukan percobaan no 2 dan no 3 dengan beban mula – mula di dalam kotak berturut-turut 10 gram, 50 gram dan 100 gram.
Pertanyaan :
Bagaimanakah bunyi hukum Weber – Fechner ? Dapatkah hukum ini di perlihatkan dengan percobaan tersebut di atas ?
2.2.4.
Kemampuan Diskriminasi Dalam melakukan praktikum ini seringkali timbul kesukaran karena yang di pakai adalah orang orang sehat dan normal diskriminasinya. Oleh sebab itu di lakukan perbandingan kemampuan diskriminasi antara tangan ( yang normal ) dengan lengan bawah atau kuduk
Kemampuan diskriminasi kekasaran : 1. Suruhlah manusia coba dengan mata tertutup meraba – raba dengan ujung jarinya kertas penggosok yang berbeda – beda derajat kekasarannya. 2. Bagaimanakah daya pembedaannya ? Ulangi percobaan tersebut dengan lengan bawahnya.
Kemampuan diskriminasi ukuran : a. Tekanlah pada telapak tangan manusia coba (mata tertutup) cincin logam dari bermacam – macam ukuran. b. Ulangi percobaan itu dengan lengan bawahnya. 12
Kemampuan diskriminasi bentuk : a. Dengan mata tertutup suruhlah manusia coba memegang benda keccil yang tersedia dan suruhlah menyebutkan benda – benda tersebut (lingkaran, empat persegi panjang, segi tiga, bulat lonjong, dll.) b. Ulangi percobaan ini dengan lengan bawahnya.
Pertanyaan : -
Gambarlah jalur – jalur dari semua rasa – rasa sensoris : raba, tekan, nyeri,
panas, dan dingin !
13
BAB III HASIL PERCOBAAN A.
Tabel pengamatan rasa panas dan dingin 1. Jari tangan Lokasi
Stimulus
Uraian Rasa
Kanan
Es
Dingin
Kiri
Air 40oC
Panas
o
Kanan – Kiri
Air ± 30 C
Normal kembali
Punggung tangan
B.
Lokasi
Keterangan
Stimulus
Uraian Rasa
Punggung tangan
-
Hembusan/tiupan
Hangat
Pungung tangan
Di basahi dengan air
Hembusan/tiupan
Dingin
Pungung tangan
Di oleskan dengan alkohol
Hembusan/tiupan
Dingin seperti terkena es
Tabel Pengamatan Reaksi – Reaksi di Kulit
P
PD
PD
D
P
P
X
X
PD
PD
P
PD
X
X
PD
P
PD
P
Telapak Tangan
Lengan Bawah
14
D
PD
D
X
X
PD
X
D
PD
PD
X
D
X
PD
X
P
X
D
Pipi
Kuduk
Jumlah Reseptor Rasa-rasa Kulit
N O
Perlakuan
Telapak Tangan
Lengan Bawah
Kuduk
Pipi
1
Suhu Dingin
4
4
4
6
2
Suhu Panas
5
8
3
3
Keterangan : P : Panas D : Dingin X : Tidak terasa panas/dingin C.
Tabel Percobaan Neo – Sensibilitas 1.
Lokasi Rasa Tekan
Lokasi
Jarak Titik Tunjuk (mm) I
II
III
Rata – Rata
Ujung jari
1 mm
0
0
0,3 mm
Telapak tangan
8 mm
7 mm
5 mm
6,7 mm
Lengan bawah
3 mm
5 mm
4 mm
5 mm
Lengan atas
12 mm
18 mm
13 mm
14,3 mm
Pipi
11 mm
12 mm
11 mm
11,3 mm
Kuduk
19 mm
7 mm
17 mm
14,3 mm
15
2.
Diskriminasi Rasa Tekan A. Neosensibilitas Diskriminasi Rasa Tekan Rangsangan Simultan Dari kecil ke besar
No
1
2
3
Lokasi
Ujung jari
Kuduk
Pipi
Dari besar ke kecil
Jarak
Diskriminan rasa tekan
Jarak
Diskriminan rasa tekan
0 mm
1 titik
4 mm
2 titik
2 mm
1 titik
2 mm
2 titik
4 mm
2 titik
0 mm
1 titik
0 mm
1 titik
12 mm
2 titik
2 mm
1 titik
10 mm
1 titik
4 mm
1 titik
8 mm
1 titik
6 mm
1 titik
6 mm
1 titik
8 mm
1 titik
4 mm
1 titik
10 mm
1 titik
2 mm
1 titik
12 mm
2 titik
0 mm
1 titik
0 mm
1 titik
10 mm
2 titik
2 mm
1 titik\
8 mm
1 titik
4 mm
1 titik
6 mm
1 titik
6 mm
1 titik
4 mm
1 titik
8 mm
1 titik
2 mm
1 titik
10 mm
2 titik
0 mm
1 titik
Rata - rata
3 mm
6 mm
5 mm
16
B. Diskriminasi Rasa Tekan Rangsangan Suksesif Dari kecil ke besar No
1
Lokasi
Ujung jari
2
Kuduk
3
Pipi
C.
3.
Dari besar ke kecil
Jarak
Diskriminan rasa tekan
Jarak
Diskriminan rasa tekan
0 mm
1 titik
4 mm
2 titik
2 mm
1 titik
2 mm
1 titik
4 mm
2 titik
0 mm
1 titik
0 mm
1 titik
12 mm
2 titik
2 mm
1 titik
10 mm
1 titik
4 mm
1 titik
8 mm
1 titik
6 mm
1 titik
6 mm
1 titik
8 mm
1 titik
4 mm
1 titik
10 mm
1 titik
2 mm
1 titik
12 mm
2 titik
0 mm
1 tiik
0 mm
1 titik
4 mm
2 titik
2 mm
1 titik\
2 mm
1 titik
4 mm
2 titik
0 mm
1 titik
Rata - rata
2 mm
6 mm
2 mm
Jarak Terbesar Satu Titik 2 mm
No.
Lokasi
Diskriminasi rasa tekan
1
Depan Telinga
1 titik
2
Pipi
2 titik
3
Bibir atas
2 titik
4
Bibir bawah
2 titik
Diskriminasi Kekuatan Rangsangan. Hukum Weber – Fechner No
Beban awal
Beban akhir
1
5 gram
50 gram
2
10 gram
100 gram
3
50 gram
200 gram
4
100 gram
300 gram 17
4.
Kemampuan Diskriminasi A. Kemampuan Diskriminasi Kekasaran No 1
2
Lokasi
Kertas Penggosok
Perasa
Halus
√
Sedang
√
Kasar
√
Halus
√
Sedang
√
Kasar
√
Kertas Penggosok
Perasa
Kecil
√
Sedang
√
Besar
√
Kecil
√
Sedang
-
Besar
√
Ujung jari
Lengan bawah
B. Kemampuan Diskriminasi Ukuran
No 1
2
Lokasi Telapak tangan
Lengan bawah
18
C.Kemampuan Diskriminasi Bentuk NO
1
2
Lokasi
Telapak tangan
Lengan bawah
Bentuk
Perasaan
Lingkaran
√
Segitiga
√
Persegi panjang
√
Setengah lingkaran
√
Persegi
√
Lingkaran
√
Segitiga
√
Persegi panjang
√
Setengah lingkaran
√
Persegi
√
19
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. 4.1.1.
Rasa Panas Dan dingin Pada Jari Tangan Saat telunjuk di celupkan ke dalam air dingin, maka terasa dingin. Karena pada saat tersebut tubuh melepaskan kalor, pada saat di masukkan ke dalam air dengan suhu kamar terasa biasa saja atau kembali normal karena kemungkinan, saat itu kalor di serap kembali oleh tubuh hingga mencapai suhu normal tubuh (berhomeotasis). Saat telunjuk di celupkan ke dalam air panas, maka akan terasa panas karena terjadi penyerapan kalor pada lingkungannya. Setelah dicelupkan suhu yang ada pada air dan udara berbeda, pada saat itu akan mengikuti lingkungannya. Maka akan terjadi penyerapan kalor. Saat di masukkan ke dalam air dengan suhu kamar yaitu 30oC suhu pada telunjuk kembali normal karena terjadi pelepasan kalor.
4.1.2.
Pada Punggung Tangan Saat punggung tangan ditiup akan terasa panas, hal ini disebabkan karena meniupkan udara dari dalam mulut dan tertekan antara mulut dengan punggung tangan. Udara dari dalam mulut sendiri bersifat hangat, maka akan menyebabkan rasa panas. Saat punggung tangan ditup setelah dibasahi air, maka akan terasa dingin, udara yang ditiup dapat mengurangi penguapan air. Untuk menguapkan air diperlukan kalor dari kulit punggung tangan, sehingga panas dari punggung tangan akan menghilang shingga suhu punggung tangan akan menurun. Saat punggung tangan ditiup setelah dibasahi alkohol, pada mulanya akan terasa dingin karena alcohol yang berada di kulit menguap, rasa dingin timbul karena kulit kehilangan panas untuk menguapkan alcohol, kondisi ini didukung lagi dengan diberikan tiupan sehingga kulit terasa lebih dingin. Karena alkohol menguap sangat cepat maka setelah itu akan terjadi perubahan suhu dengan cepat pula sehingga menyebabkan punggung tangan terasa panas seketika yang lama-lama rasa tersebut hilang, hal ini terjadi karena alcohol yang berada dikulit sudah habis menguap.
4.1.3.
Reaksi - Reaksi di Kulit
20
Setelah melakukan percobaan ini dapat diketahui bahwa kulit memiliki jumlah dan penyebaran reseptor penerima rangsang pada kulit tidak merata. Berdasarkan percobaan ini, dapat dibuktikan bahwa kepadatan titik reseptor rasa diberbagai tempat dikulit tidak sama. Pada percobaan menggunakan air panas, dapat dibandingkan bahwa dari kotakkotak berjumlah sembilan yang telah diberikan pada daerah telapak tangan, lengan bawah, pipi, dan kuduk, diketahui bahwa telapak tangan dan lengan bawah lebih peka dibandingkan pipi dan kuduk. Hal ini disebabkan karena kepadatan titik-titik reseptor pada telapak tangan dan lengan bawah terhadap panas lebih padat dibandingkan pipi dan kuduk sehingga telapak tangan dan lengan bawah lebih peka. Kepekaan yang berbeda ini juga dirasakan saat tubuh diberi air dingin. Pada pemberian air dingin terhadap daerah telapak tangan, lengan bawah, pipi, dan kuduk, menunjukkan pipi lebih peka dibandingkan dengan telapak tangan, lengan bawah dan kuduk. Hal ini dapat dijelaskan karena kepadatan titik reseptor di pipi terhadap dingin lebih padat pada daerah tersebut. 4.2.
Neo-sensibilitas 4.2. 1. Lokalisasi Rasa Tekan Pada praktikum ini, kedua mata orang coba ditutup kemudian ujung pensil ditekan dengan kuat pada ujung jari. Lalu, orang coba diminta untuk menunjukkan titik rangsangan tersebut dengan menggunakan ujung pensil. Percobaan dilakukan di beberapa tempat seperti ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, pipi dan kuduk. Rata-Rata jarak yang didapat antara lain, 0,3 mm ; 6,7 mm ; 5 mm ; 14,3 mm ; 11,3 mm ; 14,3 mm. Perbendaan antara lokasi penekanan dan lokasi yang ditunjuk orang coba dipengaruhi oleh lapangan reseptif yang berada di bawah bagian tengah ujung pensil tempat rangsangan paling kuat segera terangsang, namun lapangan reseptif yang berada disekitarnya juga terangsang, walaupun dengan tingkat yang lebih rendah karena lapangan-lapangan tersebut tidak perlu terdistorsi. Saat informasi dari seratserat aferen yang terangsang secara marginal di bagian tepi daerah rangsangan ini sampai ke korteks, lokalisasi ujung pensil akan menjadi kabur. Hal ini yang menyebabkan pada percobaan ini terdapat jarak antara tempat ditekankannya pensil dan tempat yang ditunjuk oleh orang coba. Berdasarkan rata-rata pada hasil percobaan yang telah kita lakukan bagian yang paling peka terhadap rasa tekan adalah pada ujung jari. Hal ini ditunjukan 21
dengan hasil rata-rata pada daerah ujung jari yang paling kecil yaitu sebesar 0,3 mm. Hal ini dikarenakan reseptor badan meissner terdapat di daerah tubuh tidak berambut serta ujung jari. Lokalisasi rasa tekan secara otomatis dipengaruhi oleh reseptor tersebut. 4.2.2. Diskriminasi Rasa Tekan Apabila dua titik yang ditekankan oleh sebuah jangka yang ditempelkan ke permukaan kulit memiliki lapangan perspektif yang berbeda maka akan dirasakan 2 titik yang terpisah. Sebaliknya, jika dua titik pada jangka yang ditekankan memiliki lapangan perspektif yang sama maka akan dianggap sebagai satu titik. Percobaan ini memiliki nilai ambang dua titik, dimana meskipun menggunakan cara simultan atau serentak jika melewati nilai ambang dua titik maka orang coba akan merasakan bahwa ada dua titik yang ada. Saat menggunakan cara successif orang akan lebih merasakan bahwa dua titik, karena jangka ditekankan ke permukaan kulit secara bergantian tidak bersama. Sebaliknya, jika menggunakan cara simultan orang akan merasakan satu titik, namun jika jaraknya sudah melewati ambang dua titil maka tetap akan dirasakan dua titik. Pada percobaan dapat terlihat pada bagian ujung jari dan pipi terjadi perbedaan diskriminasi antara simultan dan successif dengan rata -rata simultan pada ujung jari 3 mm dan successif 2 mm, sedangkan simultan pada pipi 5 mm dan successif 2 mm. Sedangkan tingkat diskriminasi terendah terjadi di daerah kuduk dengan rata-ratanya simultan dan successif 1 mm. Pada percobaan berikutnya menggunakan jarak terbesar di rasakan 1 titik oleh kulit depan telinga yaitu 2 mm. Hasil percobaan yang di dapat pada jarak 2 mm tersebut pada pipi, bibir bawah, dan bibir atas percobaan mencapai nilai ambang 2 titik, yang artinya pada kulit depan telinga memiliki rangsangan yang lebih peka atau sensitiv di bandingkan di daerah pipi, bibir atas dan bibir bawah. 4.2.3. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan- Hukum Weber-Fechner Pada percobaan yang dilakukan sesuai dengan hukum Weber-Frechner. Saat orang coba melakukan percobaan ini ia harus mengenali kenaikan berat benda pada kotak penimbang. Saat awal orang coba belum dapat mengenali kenaikan beban yang ada pada kotak penimbang. Namun setelah ditambahkan beberapa beban lagi, orang coba mengerti penambahan beban yang diberikan pada kotak penimbangnya. 4.2.4. Kemampuan Diskriminasi 4.2.4.1.
Kemampuan Diskriminasi Kekasaran 22
Pada percobaan, masing-masing bagian pada tubuh diberi perlakuan untuk mengidentifikasi rasa halus dan kasar. Dari hasil percobaan didapatkan hasil kemampuan diskriminasi kekasaran menunjukkan bhwa manusia coba dapat membedakan tingkat ke kasaran kertas penggosok pada bagian ujung jari maupun lengan bawah. 4.2.4.2.
Kemampuan Diskriminasi Ukuran Pada percobaan ini manusia coba di suruh untuk mengidentifikasi ukuran koin yang berbeda – beda. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa bagian telapak tangan sensitif dalam membedakan ukuran, sedangkan pada lengan bawah manusia coba tidak dapat membedakan ukuran koin kecil dengan sedang.
4.2.4.3.
Kemampuan Diskriminasi Bentuk Telapak tangan memiliki lapangan reseptif yang lebih kecil dibandingkan pada lengan bawah. Namun pada hasil praktikum bagian lengan bawah dapat mengidentifikasi bentuk dengan tepat.
4.3.
Diskusi Jawaban Pertanyaan 4.3.1. Reaksi panas dan Dingin : 1.
Pada percobaan dengan alkohol atau eter pada kulit. Mula – mula di timbulkan perasaan dingin dahulu kemudian di susul dengan perasaan pana ? Terangkan!
Jawaban : Setelah punggung tangan dibasahi dengan alkohol lalu dalam jarak 10 cm ditiup maka akan terasa dingin kemudian panas. Hal ini disebabkan karena alkohol akan menyerap energi panas tubuh dan energi panas itu digunakan untuk mengubah fase cair alkohol menjadi uap dan menguapkan alkohol ke udara luar. Alkohol yang dioleskan pada tubuh akan dengan cepat menguap. Saat proses penguapan, tubuh akan melepaskan energi panas yang dimiliki untuk penguapan tersebut sehingga menyebabkan tangan terasa dingin, namun penguapan alkohol yang sangat cepat mengakibatkan perubahan suhu dan menyebabkan tangan terasa panas. 2.
Apakah rasa -rasa panas atau dingin itu di rasakan terus – menerus ?
Jawaban : Rasa panas dan dingin yang dirasakan oleh tubuh saat mencelupkan tangannya ke dalam air panas ataupun air dingin tidak akan dirasakan secara terus 23
menerus. Hal ini disebabkan karena indera suhu berespons terhadap perubahan suhu. Bila dengan tiba-tiba reseptor dingin mengalami penurunan suhu, maka mula-mula reseptor akan terangsang dengan kuat sekali, namun selama beberapa detik pertama rangsangan ini dengan cepat akan memudar dan selama 30 menit atau lebih berikutnya secara progresif akan melambat. Ini berarti, bila suhu kulit secara aktif menurun, maka orang itu akan merasa lebih dingin daripada bila suhu itu tetap tingginya. Sebaliknya bila suhu secara aktif naik maka orang itu akan merasa lebih hangat daripada bila suhu tetap konstan. Dengan kata lain reseptor akan mengalami adaptasi. 4.3.2. Reaksi-reaksi di kulit 1. Di daerah manakah dari tubuh masing masing rasa itu terpadat ? Jawaban Telapak tangan adalah salah satu daerah kulit yang paling sering mendapatkan rangsangan sehingga daerah ini menjadi sangat sensitif. Ujung saraf bebas adalah yang paling banyak ditemui persebarannya. Karena serat saraf sensoris banyak yang berakhir sebagai ujung saraf bebas. Hal ini mengakibatkan hampir di seluruh daerah kulit peka terhadap rasa nyeri atau sakit. Berbeda dengan paccini, mereka banyak ditemukan di daerah lapis retikuler dermis, terutama di bawah ujung-ujung jari. Sehingga daerah ini peka terhadap tekanan. Namun badan paccini hanya berespon terhadap perubahan cepat dalam tekanan, dan tidak dalam tekanan yang berkepanjangan. Badan meissner terdapat pada papila dermis tertentu pada daerah kulit yang terutama sensitif ---telapak tangan, telapak kaki, ujung jari tangan dan kaki, bibir, dan genitalia externa. Telah dijelaskan pula bahwa kulit sebagai alat indra yang peka rangsang memiliki jumlah dan penyebaran reseptor penerima rangsang pada kulit tidak merata. Pada hasil percobaan di atas juga terbukti bahwa masingmasing daerah di kulit memiliki kepekaan yang berbeda. Misal, daerah yang peka terhadap rasa panas (ruffini) adalah telapak tangan dan pipi. Daerah yang peka terhadap rasa dingin (krause) adalah telapak tangan dan kuduk. Daerah yang peka terhadap rasa nyeri adalah hampir semua memiliki kepadatan yang hampir sama. Karena reseptor rasa nyeri hampir tersebar merata di seluruh daerah kulit. 4.3.4.
Lokalisasi Rasa Tekan 24
1. Adakah perbedaan diskriminasi, bila ujung- ujung jangka ditekankan secara simultan dan suksesif ? Jawab Ada perbedaan ditekan secara simultant (serentak) dan secara succesif (berturut-turut). Apabila dilakukan secara simultant, perasaan akan 2 titik lebih kecil atau sedikit disbanding dengan yang dilakukan secara successif, meskipun jarak yang dibuat lebih cukup kecil, masih bisa terasa sebagai 2 titik. Apabila dua titik dari sebuah jangka yang ditempelkan ke permukaan kulit yang memiliki dua lapangan reseptif yang berbeda maka akan dirasakan sebagai dua titik yang terpisah sedangkan apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama keduanya akan dirasakan satu titik. 4.3.5.
Diskriminasi kekuatan rangsangan. Hukum Weber-Fechner 1. Bagaimanakah bunyi Hukum Weber – Fechner ? Jawab : Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsang rasa-rasa, pada umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya. 2. Dapatkah hukum ini diperlihatkan dengan percobaan tersebut di atas? Jawab : Hukum ini dapat diperlihatkkan dengan percobaan tersebut. Menurut hukum Weber-Fechner sensor perasa memiliki pengaruh langsung pada perilaku. Pada reaksi sensor perasa akan ditemukan dua macam perilaku. Bergantung pada kondisi organ dan sifat perangsangnya,
maka
dampaknya
mungkin
menjadi
semakin
bertambah atau makin berkurang dalam kepekaannya. Pada hasil percobaan didapatkan bahwa sebuah rangsang / stimulus yang didapatkan akan lebih rendah daripada rangsang / stimulus yang diberikan sehingga beban akan terasa lebih ringan dari beban asalnya.
25
4.3.6.
Gambarlah jalur jalur rasa-rasa sensoris : panas dan dingin Input STIMULUS
Signaling transduction RECEPTOR
SENSORIC
afferent SENSORIC AREA
ASOSIATION
Cortex cerebri
PERCEPTION
NERVE
MOTORIC AREA
MOTORIC
Cortex cerebri
NERVE efferent
RESPONS
output
EFECTOR
26
27
BAB V KESIMPULAN Kulit merupakan salah satu alat indera manusia, yakni indera peraba. Kulit merupakan indera peraba yang memilki reseptor khusus untuk rangsangan panas, dingin, sentuhan, sakit, dan tekanan. Kulit memilki lapisan-lapisan, lapisan luar disebut epidermis dan lapisan dalam disebut dengan epidermis. Sebagai alat indra kulit juga berfungsi sebagai pelindung bagian dalam semisal otot, dan tulang, alat ekskresi, dan pengatur suhu tubuh. Sebagai indera peraba kulit memilki resptor-reseptor khusus, antara lain ujung saraf bebas, korpuskulus peraba, korpuskulus berlamel, korpuskulus gelembung, korpuskulus ruffini, dan spindel neuromuskular. Kulit memilki reseptor lain yang terklasifikasi yakni termoreseptor, mekanoreseptor, kemoreseptor, dan osmoreseptor. Diskriminasi titik merupakan kemampuan membedakan rangsan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung benda. Tubuh memilki variasi dalam membedakan diskriminasi dua titik ini. Pada tempat – tempat dimana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan besar terhadap stimulus taktil, terdapat banyak corpusculum tractus. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil kasar dan perasaan taktil halus. Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, karena akhiran syaraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil sehingga kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya .
28
DAFTAR PUSTAKA 1. CAHYA, SURYANA (2012) TRAINER DISPENSER HOT AND COOL UNIT PROYEK AKHIR. Other thesis, UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2. Barrett, K. E , Barman, S. M, Boitano, S, & Brooks,H. L. Ganong’s Review of Medical Physiology. 23rd edn, USA: The McGraw-Hill Companies; 2010: 177. 3. Guyton & Hall.Textbook of Medical Physiology, 11st. Jakarta : EGC; 2007: 585, 594. 4. Sherwood, L. Human Physiologi: From Cells to Systems, 7th edn, USA: Yolanda Cossio; 2010: 191-192. 5. Sloane, Ethel. Anatomi dan fisisologi. Jakarta:EGC; 2003. 6. Fawcett, Don W. Buku ajar histologi. Jakarta:EGC; 2002
29
View more...
Comments