Ilmu al-Qur'an. Kisah-Kisah al-Qur'an (Qashah al-Qur'an) oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2008)

December 23, 2018 | Author: ria_permata19 | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Ilmu al-Qur'an. Kisah-Kisah al-Qur'an (Qashah al-Qur'an) oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (M...

Description

‫ﻗﺼﺺاﻠﻗﺮاﻦ‬ (KISAH-KISAH AL-QUR’AN)

A. PENDAHULUAN Kisah-kisah dalam al-Quran ( qashash al-Qur’an ) merupakan salah satu cara untuk  menyampaikan dakwah Islam. Allah telah mengisahkan kepada kita dengan kisah-kisah yang sangat banyak dalam al-Qur’an. Yang demikian ini agar kita dapat berpikir, merenungkan kisahkisah tersebut dan menemukan hikmah dan nasihat di dalamnya, dalamnya, serta dapat menggali pelajaran pelajaran  pelajaran sebagai pedoman hidup. Begitu juga dalam qashahs al-Qur’an , Allah telah memberikan pada kita hiburan, ketabahan, keteguhan hati dan kesabaran untuk tetap melakukan usaha dan perjuangan. Kisah-kisah al-Qur’an dalam tema-temanya, dalam cara penyampaiannya, dan dalam alur kejadiannya tunduk dengan maksud tujuan keagamaan. Namun demikian masih tidak  menghalangi munculnya benih-benih keistimewaan seni dalam pemapaparannya. Pemapaparan al-Qur’an menyatukan antara maksud tujuan keagamaan dan maksud tujuan seni dalam segala gambaran dan fenomena yang dapat dipaparkannya. Bahkan bisa diperhatikan bahwa al-Qur’an menjadikan keindahan seni sebagai alat untuk mempengaruhi  perasaan. Dalam makalah ini akan dipaparkan tentang   Pengertian Qashash Al-Qur'an, Macammacam Qashash Al-Qur'an, Keistimewan-keistimewan Artistik Qashash Al-Qur'an, Tujuantujuan Qashash Al-Qur'an, Faidah Qashash Al-Qur’an Dan Contoh Kisah Nabi Yusuf dalam AlQur'an dan Hikmahnya

1

B. PENGERTIAN QASHASH AL-QUR'AN ‫ﻗﱠﺼ‬) yang berarti Secara etimologi qashash (‫ﻗﺼﺺ‬) merupakan bentuk jamak dari kata (‫ﻗﱠﺼﺔ‬  berita, kisah, perkara dan keadaan. 1 Sebagaimana firman Allah :                                                          

2

"Sesungguhnya "Sesungguhnya ini in i adalah kisah-kisah yang bear." 

(‫ﻗﱠﺼﺔ‬ ‫ﻗﱠﺼ‬) juga berarti mengikuti jejak. 3 Sebagaimana Sebagaimana firman Allah:                                                       

"Lalu keduanya mengikuti kembali jejak mereka sendiri." 4

Al-Qur’an telah menyebutkan kata kisah dalam beberapa konteks, pemakian dan tashrif  5 (konjugasi)nya; dalam bentuk  fi’il  fi’il madhi, fi’il mudhari’, fi’il amr  dan mashdar.

Secara terminologi, qashash al-Qur'an adalah kisah-kisah dalam al-Qur'an yang menceritakan keadaan umat-umat terdahulu dan Nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi masa lampau, masa Sekarang dan masa yang akan datang. 6 Sedangkan Mana' al-Qathan mendefinisikan qashash al-Qur'an adalah pemberitaan alQur’an tentang hal-ihwal umat yang telah lalu, kenabian yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. 7

C. MACAM-MACAM QASHASH AL-QUR'AN

1

Luwes, al-Munjid fi al-Lugha h (Bairut: Dar al-Masyriq, al-Masyriq, 1998), hal. 631. 631 . Surat Ali 'Imran: 62. 3 Luwes, al-Munjid fi al-Lugha h, hal. 631. 4 Surat al-Kahfi: 64. 5 Shalah Abdul Fattah al-Khaldi, Ma’a Qishash al-Sabiqin fi al-Qur’an , alih bahasa: Abdullah,  Kisahkisah al-Qur’an; Perjalanan dari Orang-orang Dahulu (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), jilid. I, hal. 21. 6 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), hal. ha l. 294. 7 Mana’ al-Qathan , Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (Bairut: al-Syirkah al-Muttahidah li al-Tauzi’, 1973), hal. 306. 2

2

Kisah-kisah di dalam al-Qur'an itu bermacam-macam, ada yang menceritakan para Nabi dan umat-umat terdahulu, serta ada pula yang mengisahkan berbagai macam peristiwa dan keadaan, baik dari masa lampau, masa kini, ataupun masa yang akan datang. Ini merupakan kebenaran kebenaran kisah-kisah kisah-kisah yang mana manusia tidak ti dak tahu pada masa Rasulullah kecuali sebagian sebagian saja s aja yang mereka katahui.8 Atau mereka tahu kisah-kisah tersebut akan tetapi banyak  memperselisihkannya. Dalam hal ini, penulis membagi kisah-kisah dalam al-Qur’an dengan berbagai tinjauan, yaitu: Ditinjau dari segi segi waktu, waktu, ditinjau dari segi materi materi dan ditinjau dari segi panjang dan  pendeknya.

1. Ditinjau dari segi Waktu Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam al-qur'an, maka qashash al-Qur'an itu terbagi menjadi tiga macam:

a. kisah-kisah hal-hal ghaib pada masa lalu ( al-qashah al-Ghuyub al-madhiyah ). Yaitu, kisah-kisah yang menceritakan kejadian-kejadian yang sudah tidak bisa ditangkap panca indra yang terjadi pada masa lampau. Contohnya seperti kisah-kisah pada Nabi Nuh,   Nabi Musa, dan kisah Maryam.9 Kisah-kisah ini merupakan hal gahib masa lampau, karena telah usai dan menjadi kisah-kisah klasik. 10 Begitu juga kita tidak  mengalaminya, mendengarnya dan menyaksikannya.  b. Kisah-kisah hal-hal ghaib pada masa kini ( al-qashah al-ghuyub al-hadhirah ). Yaitu, kisah-kisah yang menerangkan hal ghaib pada masa Sekarang, meski sudah Sejak  dahulu dan masih akan tetap ada sampai masa yang akan datang. Contohnya seperti kisah yang menerangkan tentang para Malaikat, Jin, Jin , Setan, siksaan s iksaan Neraka, kenikmatan Surga dan sebagainya. Kisah-kisah Kisah-kisah tersebut dari dahulu d ahulu sudah ada, Sekarang pun masih ada dan hingga masa yang akan datang pun masih tetap ada. 11 Bahkan, eksistensi wujud

8

Abdullah Mahmud Sahatah, Ahdaf Kulli Surah wa Maqashidiha fi al-Qur'an al-Karim (Mesir: al-Haiah al-Mishriyah al-Mishriyah al-'Ammah li al-Kitab, 1986), 1 986), jilid. I, hal. 140. 9 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an , hal. 296. 10 al-Qur’an, hal. 36. Shalah Abdul Fattah al-Khaldi, Ma’a Qishash al-Sabiqin fi al-Qur’an, 11 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, hal. 296

3

Allah termasuk dalam hal ghaib masa sekarang, karena Ia ada namun kita tidak bisa melihatnya melihatnya di dunia ini. 12 c. Kisah-kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang ( al-qashash al-ghuyub almustqbilah ). Yaitu, kisah-kisah yang menceritakan peristiwa yang akan datang yang

Belum terjadi pada waktu turunnya al-Qur'an, kemudian peritiwa tersebut betul-betul terjadi. Contohnya seperti kemenangan bangsa Romawi atas Persia, yang diterangkan ayat 1-4 surat al-Rum. 13 Di antara karekteristik orang mukmin yang paling menonjol adalah beriman kepada hal ghaib. Rasionalitas Islam adalah rasianalitas ilmiah ghaibiyah.

2. Ditinjau dari segi Materi Jika ditinjauu dari segi materi yang diceritakan, maka kisah al-Qur'an itu terbagi menjadi tiga macam: 14 a. Kisah-kisah para Nabi. Kisah ini mengandung dakwah mereka pada kaumnya, mu'jizatmu'jizat yang memperkuat dakwahnya, kisah sikap orang-orang yang memusuhinya, tapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diperkuat oleh yang mempercayai dan golongan mendustakan. Misalnya, kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Yusuf dan lain-lainnya.  b. Kisah-kisah Kisah-kisah yang berhubungan berhubungan dengan peristiwa yang terjadi t erjadi pada masa lalu dan d an orangorang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah Thalut dan Jalut, penghuni gua, Zulkaranain dan d an lain-lainnya. c. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tejadi pada masa Rasulullah. Seperti perang Badar dan perang Uhud dalam surat Ali Imran, Perang Hunain dan Tabuk dalam surat al-Taubah, Isra', dan lain-lain. lain-lain.

12

Shalah Abdul Fattah al-Khaldi, Ma’a Qishash al-Sabiqin fi al-Qur’an, al-Qur’an, hal. 36. Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, hal. 296 14 Mana’ al-Qathan , Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an , hal. 306. 13

4

3. Ditinjau dari segi Panjang Pa njang dan Pendeknya. Jika ditinjau dari segi panjang p anjang dan pendeknya, pendeknya, maka bisa dibagi menjadi empat macam: a. Panjang dan berikut rinciannya. Seperrti kisah Nabi Yusuf , Nabi Musa, Nabi Isa dan lainnya.  b. Kisah yang perinciannya sedang-sedang saja. Dalam hal ini termasuk cerita Nabi Nuh,  Nabi Adam dan lain-lannya. c. Kisah yang rinciannya pendek, bahkan pendek sekali. Seperti kisah yang pendek adalah kisah Nabi Hud, Nabi Shaleh dan lainnya. Sedangkan yang pendek sekali, seperti kisah   Nabi Zakariya yang disebutkan hanya ketika kelahiran Yahya dan ketika menanggung  biaya Maryam. d. Kisah yang hanya diisyaratkan (disinggung) saja. Tidak disinggung kecuali hanya sekilas sifat pelaku saja. Seperti kisah Nabi Idris, Nabi Ilyas, dan Nabi Zulkifli.

D. KEISTIMEWAN-KEISTIMEWAN KEISTIMEWAN-KEISTIMEWAN ARTISTIK QASHASH AL-QUR'AN Keindahan kisah-kisah dalam al-Qur’an bisa memudahkan masuk kedalam jiwa dan mampu meperdalam kesannya dalam perasaan. Secara umum keistimewaan-keistimewaan artistik kisah al-Quran mencakup empat tampilan sebagai berikut:

1. Keanekaragaman Cara Penyampaian Dalam hal ini ada ad a empat cara yang berbeda untuk memulai penyampaian kisah, yaitu: 15 a. Menyebut sinopsis kisah, kisah, kemudaian setelah itu memaparkan rincian-rinciannya dari awal hingga akhir. Seperti kisah Penghuni Gua dalam surat al-Kahfi ayat 9-12.

15

Sayyid Quthb,   Al-Tashwir al-Fanni fi al-Qur’an, alih bahasa: Fathurrahman,   Indahnya al-Qur’an  Berkisah (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 203-206.

5

  b. Menyebutkan kesimpulan kisah dan maksudnya, baru kemudian dimulai kisah itu dari awal dan terus berlanjut dengan memaparkan rincian-rincian episodenya. Seperti kisah  Nabi Musa dalam surat al-Qashah ayat 2-6. c. Menyebutkan Menyebutkan kisah kisah langsung tanpa tanpa pendahuluan, pendahuluan, juga tanpa sinopsis. sinopsis. Dalam ketibaketibatibaan ini memiliki keistimewaan tersendiri. Seperti kisah Maryam saat melahirkan  Nabi Isa. e. Terkadang kisah itu berubah menjadi seperti sandiwara, dan terkadang hanya disebutkan beberapa lafal yang memberitahukan awal paparan, kemudian kisah   bercerita tentang kisahnya dengan perantara pemainnya. Seperti adegan dari kisah Ibrahim dan Ismail dalam surat al-Baqarah ayat 127.

2. Keanekaragaman dengan Cara yang Tiba-tiba Dalam hal ini ada empat cara, yaitu: 16 a. Terkadang rahasia secara tiba-tiba disembunyikan dari pemain dan dari pemirsanya, hingga dibukakan untuk mereka berdua dengan tiba-tiba secara bersamaan dan waktu yang sama pula. Seperti kisah Musa dan hamba shalih dalam surat al-Kahfi ayat 60-78.  b. Terkadang rahasia dapat ditemukan oleh pemirsa dan para pemain. Mereka bertingkah laku tanpa diketahui apa rahasianya dan semua manusia menyaksikan akan tingkah laku mereka tersebut. Seperti kisah pemilik kebun dalam surat al-Qalam al-Qalam ayat 17-27. 17-27 . c. Terkadang di satu tempat, beberapa rahasia terbuka untuk pemirsa namun masih menjadi misteri bagi pemainnya, dan ditempat lain menjadi misteri bagi pemirsa dan   juga bagi pemainnya di dalam satu kisah. Sperti kisah singgasana ratu Balqis yang didatangkan dalam sekejap mata. Kita tahu bahwa singgasana itu ada di hadapan Sulaiman, tapi saat itu ratu Balqis tidak mengetahui apa yang sudah kita ketahui. Ini terdapat dalam surat al-Naml ayat 42-44. 42 -44. d. Terkadang tidak ada rahasia yang tersembunyi, namun di waktu yang sama kekagetan melanda pemirsa juga pemain, padahal di saat itu keduanya mengetahui akan 16

 Ibid., hal. 206-212.

6

rahasianya. Seperti kekagetan kisah Maryam ketika dia membuat tabir yang melindunginya. Di sana dia di kagetkan dengan munculnya Ruh al-Amin dalam bentuk  seorang laki-laki. Ini terdapat dalam surat Maryam ayat 18-24.

3. Perpindahan Episode Maksudnya celah-celah antara satu adegan dengan adegan lain yang mengakibatkan terjadinya pembagian dan pemotongan adegan-adegan, yang dalam kisah sandiwara modern dilakukan dengan penutupan tirai. Ini bisa diisi dengan hayalan dan dapat dinikmati dengan menebak-nebak apa yang akan terjadi, dalam waktu antara adegan yang lewat dan adegan yang akan datang. Seperti kisah Nabi Yusuf dalam surat Yusuf yang bisa terbagi menjadi dua puluh delapan adegan.17 Sungguh menakjubkan bahwa dengan pemisah adegan-adegan dapat memberikan memberikan nuansa istimewa terhadap alur cerita.

4. Ilustrasi Ilustrasi dalam Kisah Ilustrasi pada adegan-adegan dalam kisah ada beberapa warna.  Pertama, tampak pada kekuatan penyajian dan menghidupkan cerita.  Kedua, tampak pada pengimajinasian atau  pengilustrasian perasaan dan imosional.  Ketiga, tampak pada pelukisan karekter. Ketiga warna ini tidak bisa terpisahkan antara satu dengan lainnya, namun salah satunya bisa lebih tampak jelas di suatu kisah melebihi warna lainnya. Banyak pengakuan instingtif dari hati nurani insani yang luhur, yang tercengang menyaksikan keagungan fenomena al-Qur’an. Al-Qur’an adalah bangunan yang tiada   bandingannya yang mempunyai arsitektur dan konstruksi yang artistik, menantang setiap daya yang pernah dimiliki oleh manusia. 18 Rasio insani benar-benar akan berdiri dengan ketakjuban dihadapan kedalaman dan keluasan al-Qur’an.

17

 Ibid., hal. 212.

18

l-Qur’an (Bandung: alMalik bin Nabi, Dhahirah al-Qur’an, alih bahasa: Saleh Mahfoed, Fenomena a l-Qur’an Ma’arif, Ma’arif, 1987), hal. 232.

7

E. TUJUAN-TUJUAN QASHASH AL-QUR'AN Kisah-kisah di dalam al-Qur'an semata-mata untuk mewujudkan maksud tujuan keagamaan. Tujuan-tujuan ini Sangat banyak sekali hingga sulit untuk dihitung denga jari. 19 Menurut al-Biqa’i, tujuan utamanya adalah untuk membuktikan bahwa kitab suci al-Qur’an   benar-benar merupakan penjelasan menyangkut segala sesuatu yang mengatur pada petunjuk   berdasarkan  berdasarkan pengetahuan pengetahuan dan kekuasaan Tuhan secara menyeluruh. menyeluruh. 20 Dalam kisah-kisah al-Qur'an mempunyai tujuan agung yang dapat disimpulkan tujuan utamanya sebagai berikut: 21 1. Membenarkan wahyu dan rízala Allah 2. Menerangkan Menerangkan da'wah yang disampaikan para rasul. 3. Mengisyaratkan kesatuan semua agama samawi (yang disampaikan kepada para Rasul). 4. Sikap umat-umat yang dihadapai para Rasul. 5. Hubungan erat antara semua syariat dan agama. 6. Menerangkan Menerangkan kemenangan para Rasul dan kebinasaan kebinasaan yang mengingkari Para Rasul. 7. Menerangkan kekuasaan Allah dalam menampilkan hal-hal luar biasa (mukjizat). 8. Akibat kebajikan dan kebaikan, dan akiabat kejahatan kejahatan dan d an kedurjanaan. Al-Ghazali mengatakan, dalam kisah-kisah al-Qur’an menjelaskan kondisi orang yang menjalankan perintah Allah dan orang yang membangkang. Yang dimaksud yang  pertama adalah ahli akhirat dan yang mendapatkan keberuntungan. Sedangkan yang kedua adalah ahli dunia dan orang yang merugi. Dia mengatakan, kondisi orang yang menjalankan perintah Allah adalah cerita tentang para Nabi dan orang-orang shalih, seperti cerita Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan lain-lain. Sementara kondisi orang yang mengingkari dan membangkang adalah seperti cerita Fir’aun, Ad, Namrud, dan lain-lain. Ini perlu untuk menakut-nakuti, memperingati

19

Sayyid Sayyid Quthb, Al-Tashwir al-Fanni fi al-Qur’an , hal. 158. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, kesan dan Keserasian al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid. 6, hal. 377. 21 Muhammad Ali al-Shabuni, al-Nubuwwah wa al-Ambiya’ , alih bahasa: Alwi,  Kenabian dan Riwayat  Lentera Baritama, 2001), hal. 129. 129 .  para Nabi (Jakarta: Lentera 20

8

dan memberikan pelajaran. 22 Bagian ini juga mencakup misteri, simbol, dan isyarat-isyarat yang  perlu dipikir panjang p anjang.. Sedangkan Sayyid Quthb menuliskan tujuan-tujuan kisah-kisah al-Qur'an yang singkatnya adalah: Penetapan wahyu dan risalah dan penetapan keesaan Allah, menerangkan  pada dasarnya agama seluruhnya satu dasar yang bersumber dari Allah, memberikan penjelasan metode dakwah para rasul adalah sama dan penerimaan kaum mereka terhadap ajarannya hampir  sama, menerangkan bahwa Allah pada akhirnya akan menolong para Nabinya dan membinasakan orang yang mendustakannya, menerangkan peringatan dan kabar gembira, menerangkan nikmat  para Nabi dan orang-orang pilihannya yang diberikan oleh Allah, memberikan peringatan kepada anak Adam terhadap godaan setan, menampakkan permusuhan yang abadi terhadap setan, dan menerangkan kekuasaan Allah, menerangkan akibat perbuatan baik dan jahat dan juga juga nasihat dan wejangan-wejangan lainnya yang mewarnai kisah-kisah dalam al-Qur'an. 23 maksud tujuan keagamaan serat dengan tujuan-tujuan moral, semua itu sungguh telah dicakaup dicakaup ooleh leh kisah, dan kisah merupakan alat dan jalan untuk u ntuk semua itu.

F. FAIDAH QASHASH AL-QUR'AN Kisah-kisah dalam al-Qur'an mempunyai banyak faidah. Dengan mempelajari kisahkisah, minimal dapat memberikan informasi tentang kondisi perkembangan sesuatu masyarakat. Dengan mengetahui konteks kesejarahan mereka dalam ayat al-Qur’an, maka dengan mudah dapat diterapkan pada setiap ruang dan waktu. 24 Dengan kisah-kisah dalam al-Qur’an juga meberikan kepada kita alur perkembangan sejarah manusia; tentang interaksi manusia bersama Tuhan dengan ikatan akidah dan interaksi manusia melalui perundang-undangan tata pergaulan manusia. 25 Berikut ini penulis cantumkan cantumkan faidah-faidah faidah-faidah terpenting dengan rincian sebagai berikut:

22

hal. 14.

a l-Qur’an n (Bairut: Dar al-Afaq al-Jadidah, 1983), Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali ,  Jawahir al-Qur’a

23

Sayyid Sayyid Quthb, Al-Tashwir al-Fanni fi al-Qur’an, hal. 159-171 Umar Shihab,  Kontekstualitas al-Qur’an (Jakarta: Pernamadani, Pernamadani, 2005), hal. 26-27. 26 -27. 25 Muhammad Syahrur, al-Kitab wa al-Qur’an; Qira’ah wa al-Mu’ashirah (Bairut: Syirkat wa alMathbu’at li al-Tauzi’ al-Tauzi’ wa al-Nasyr, 2000), hal. 675. 675 . 24

9

1. Menjelaskan asas-asas menuju Allah dan menjelaskan pokok syariat yang dibawah oleh   para Nabi. Firman Allah: "Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami mewahyukan padanya, bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka 26 

 sembahlah  sembahlah olehmu o lehmu sekalian akan Aku." 

2. Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umatnya atas agama Allah, memperkuat kepercayaan oran mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan. Firman Allah: "Semua kisah para Rasul yang Kami ceritakan kepadamu, yang dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang  kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang yang beriman. "27

3. Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak peninggalannya.

4. Menampakkan kebeanran Nabi Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya diberitakannya tentang hal-ihwal orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.

5. Menyibak kebohongan Ahli Kitab dengan hujjah yang membenarkan keterangan dan   petunjuk yang mereka sembunyikan, dan menantang isi Kitab mereka sendiri sebelum Kitab itu dirubah dan diganti. d iganti. Firman Allah: "Semua makanan adalah haram bagi Bani   Israil, melainkan makanan yang diharamkan ole Israil (Ya'Kub) untuk dirinya sendiri   sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: (Jika kamu mengatakan ada makanan yang  diharamkan sebelum Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang orang-orang yang benar." 28

6. Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar  dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya kedalam jiwa. Firman Allah: "Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang yang  berakal." 29

Orang yang membaca kisah-kisah al-Qur’an dengan penuh tadabbur  tentunya akan menumukan arahan dan petunjuk untuk mengambil manfaat dalam berbagai bentuk.

26

Surat al-Anbiya': 25. 25 . Surat Hud: 120. 28 Surat Ali Imran: 93. 29 Surat Yusuf: 111. 27

10

G. CONTOH KISAH NABI YUSUF DALAM AL-QUR'AN DAN HIKMAHNYA Ada keistimewaan dalam kisah Nabi Yusuf dalam al-Qura'an dibandingkan dengan yang lain. Karena dalam kisah ini panjang lebar dan tersusun rapi dalam satu surat, sedangkan untuk kisah-kisah lainnya hanya sepotong-potong. Seperti kisah kelahiran Nabi Isa, kisah Nabi   Nuh dan lain-lainnya. Sedangkan untuk kisah Nabi Yusuf telah dipaparkan panjang lebar dari awal sampai akhir dalam satu surat. 30 Oleh karena itu Allah menggabarkan bahwa kisah ini adalah kisah yang terbaik dalam al-Qur'an. Allah berfirman: "Kami menceritakan kepadamu kisah yang terbaik dalam al-Qur'an ini, dan sesungguhnya 31

engkau engkau sebelumnya termasuk termasuk orang-orang orang-orang yang tidak mengetahui." 

Kemudian Kemudian di tutup dengan ayat: 32

"Sungguh dalam kisah-kisah mereka terdapat pengajaran pengajaran bagi orang yang berakal." 

Menurut Quraish Shihab, kisah ini dinamakan kisah yang terbaik, karena disamping kandungannya kaya dengan pelajaran, tuntunan dan hikmah, kisah ini juga kaya dengan gambaran yang sungguh hidup melukiskan gejolak hati pemuda, rayuan wanita, kesabaran, kepedihan dan kasih sayang ayah. Kisah ini juga mengandung imajinasi, bahkan memberi aneka ragam informasi tersurat dan tersirat tentang sejarah masah Islam. 33 Karenanya surah ini dibilang surat yang unik, ia menguraikan pribadi yang sempurnana dalam banyak episode. Adapun sebab turunnya kisah (surat) Yusuf ini adalah sebagai hiburan bagi Rasulullah atas perbuatan kaumnya, sebagimana yang telah diperbuat oleh saudara-sadara Nabi Yusuf   padanya. 34 Dalam riwayat lain disebutkan, karena orang-orang Yahudi bertanya pada Rasulullah tentang kisah Yusuf. Diriwayatkan juga, karena orang-orang Yahudi menyuruh orang-orang kafir   pada Rasulullah tentang tentang sebab Bani Israil tingal di Mesir. 35

30

Abdullah Mahmud Sahatah, Ahdaf Kulli Surah wa Maqashidiha fi al-Qur'an al-Karim , jilid. jilid. I, hal. 139. 139 . Surat Yusuf: 3. 32 Surat Yusuf: 111. 33 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, kesan dan Keserasian al-Qur'an , jilid. 6, hal. 377. 34 Sai’id Hawa, al-Asas fi al-Tafsir (Mesir: Dar al-Salam, 1999), jilid. 5, hal. 2622. 2622 . 35 Ibnu ‘Athiyah al-Andalusi, al-Muharrar al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-Aziz  (Katar: Muassasah Dar alUlum, 1984), jilid. jilid. 7, hal. 430. 430 . 31

11

1. Kisah Nabi Yusuf dalam aal-Qu l-Qur'an r'an Dalam makalah ini penulis akan menceritakan kisah Nabi Yusuf secara singkat  berdasarkan kisah dalam al-Qur’an sebagai berikut: Pada suatu hari yusuf bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan yang semuanya tunduk pada Yusuf. Mimpi ini disampaikan pada ayahnya, lalu ayahnya melarang agar  cerita ini jangan diceritakan pada saudara-saudaranya agar mereka tidak membuat tipu daya. Saudara-saudara Yusuf merasa bahwa ayah mereka lebih mencintai Yusuf ketimbang diri mereka. Maka, mereka pun merencanakan untuk menyingkirkan Yusuf. Ayahnya membiarkan Yusuf dibawah oleh saudara-saudaranya setelah adanya permintaan yang gencar dan terus menerus dari mereka. Lalu, mereka keluar membawa Yusuf yang kemudian dilemparkan ke dalam sebuah sumur.Kemudian mereka kembali dan menemui ayah mereka sambil berpura pura menangis. Mereka mengatakan bahwa srigala telah menerkam Yusuf. Saat itu adalah kafilah yang berasal dari Syam menuju Mesir. Mereka mengeluarkan Yusuf dari sumur dan membawanya ke Mesir. Penguasa Mesir membeli Yusuf dari tangan kafilah itu yang kemudian memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Yusuf tumbuh dan berkembang dengan fisik yang sangat indah dan ganteng. Istri   penguasa itu pun jaatuh cinta padanya. Namun, Yusuf menolak cintanya. Akibatnaya, istri   penguasa itu mengatakan kepada siapa saja bahwa Yusuflah yang telah berusaha mencuri cintanya. Akhirnya, mereka menjebloskan Yusuf ke dalam penjara dan mengurung di dalamnya selama beberapa tahun. Dalam penjara dia menakwilkan mimpi kedua kawannya setawanan. Yusuf baru dikeluarkan setelah berhasil menafsirkan mimpi penguasa dan kemudian wanita itu mengakuai kesalahan dan dosanya. Penguasa tadi melihat bahwa Yusuf memiliki kemampuan untuk menjalankan roda pemerintahan. Makanya, dia ditempatkan dalam bagian logistik dan ekspor barang. Saat itu datang kafilah dari Syam yang membeli gandum. Datang pula bersama mereka saudara-saudara Yusuf. Yusuf mengenali mereka, namun mereka sama sekali tidak mengenali Yusuf. Yusuf menjual barang-barang kepada mereka dan meminta agar pada saat kedatangannya yang akan datang membawa saudara mereka yang bungsu.

12

Setelah itu mereka kembali ke Syam dan memberitahukan kepada ayahnya apa yang menjadi permintaan Yusuf . Namun, sang ayah menolak. Dia tidak menyetujuinya kecuali setelah melalui perjanjian-perjanjian. Kemudian mereka berangkat ke Mesir dan membeli bahan makan yang mereka butuhkan. Pada saat akan kembali pulang mereka ditahan dengan tuduhan, bahwa mereka telah mencuri timbangan raja. Setelah diperiksa ternyata timbangan itu di dalam  bungkusan yang akan dibawah oleh Bunyamin. Dia pun ditangkap. Semua ini merupakan rencana yang dilakukan oleh Yusuf sendiri. Mereka kembali menemui ayah mereka dan menggambarkan apa yang terjadi. Ya’qub sangat sedih mendengar berita ini hingga dia harus kehilangan   penglihatannya akibat kesedihan yang sangat mendalam itu. Lalu, dia memerintahkan pada mereka untuk mencari Yusuf dan adiknya. Mereka pun kembali ke Mesir dan akhirnya mengenali Yusuf. Yusuf memaafkan apa yang mereka lakukan dan meminta mereka untuk kembali ke Syam dan datang kembali ke Mesir  dengan membawa semua anggota keluarga mereka. Mereka pun melakukan yang diminta Yusuf. Akhirnya Nabi Ya’kub beserta keluarga datang ke Mesir. Di Mesir Yusuf mengatakan  pada ayahnya atas kebenaran mimpinya waktu kecil.

2. Pelajaran-pelajaran (Hikmah) dari Kisah Nabi Yusuf dalam al-Qur'an Banyak sekali pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Yusuf, secara garis besar sebagai berikut:

1. Mimpi 

Dalam kisah Nabi Yusuf, terdapat kebenaran mimpi Nabi Yusuf tatkala dia masih kecil,36 mimpi shahabat setawanan, 37 dan mimpi sang Raja 38 ini telah membuktikan bahwa mimpi adakalanya memang benar-benar suatu isyarat yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah, "Mimpi ada tiga macam: berita gembira dari Allah Yang Maha  Pengasih,  Pengasih, bisikan hati dan sesuatu bisikan dari setan."  (HR. Ibnu Majjah)

36

Surat Yusuf: 4. Surat Yusuf: 36. 38 Surat Yusuf: 42. 37

13

Mimpi yang dialami manusia biasa sering kali dalam bentuk tersirat, dan baru disadari kebenarannya setelah terbukti dalam kenyataan. 39 Dalam Islam mimpi diakui sebagai sumber dan prosedur untuk memperoleh kebenaran. Tentu saja ini diberikan oleh orang-orang pilihan Allah, 40sperti mimpi Nabi Yusuf, 41 mimpi Rasulullah,42 dan mimpi orang o rang-orang -orang shalih. Ini dipertegas lagi dalam sebuah hadits: "Apabila di antara kalian bermimpi melihat sesuatu yang menyenangkan, maka itu dari   Allah dan hendaknya memuji-Nya. Apabila selain dari itu (tidak menyenangkan), maka itu merupakan dari setan dan hendaknya dia memohon perlindungan Allah dari keburukan mimpinya, mimpinya, dan jangan dia sampaikan pada seseoran s eseorang  g .” (HR. Bukhari)

Syekh Usamah Muhammad al-Awadi mengklasifikasikan mimpi yang benar menjadi lima macam:43 (1) ilham yang diberikan oleh Allah kepada hati seorang hamba-Nya; (2) adanya Malaikat yang membawa mimpi kepada seorang hamba; (3) bertemunya roh yang tidur dengan arwah orang yang telah wafat; (4) roh orang yang tidur itu naik kehariban Allah dan bercakapcakap dengan-Nya; dan (5) masuknya roh orang yang tidur ke dalam surga atau ke tempat lain. Rasulullah bersabda, "Tidak tersisa dari kenabian kecuali al-mubasysyirat.' Shahabat bertanya, 'Apakah al-mubasysyirat al-mubasysyirat itu?' Beliau menjawab, menjawab, 'Mimpi baik dari orang shalih."  (HR. Bukhari)

Dengan demikian mimpi dianggap sangat berharga karena membantu manusia dalam   perjalanan menuju Allah dan dalam menyingkap benang emas yang menghubungkan manusia dengan cinta dalam kalbu. Karena mimpi merupakan sebuah bimbingan Allah yang ditujukan  pada hamba pilihan.

2. Hubungan Kasih Sayang Keluarga dan Kedengkian

Dalam surat ini terdapat kasih sayang seorang ayah terhadap anak dan anak terhadap ayahnya. Kita bisa melihat pemakaian sebutan seorang anak pada ayahnya, ‫( ﯿﺂأﺒﺖ‬wahai

39 40

hal. 27.

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, kesan dan Keserasian al-Qur'an , jilid. 6, hal. 387. Tim UIN Syarif Hidayatullah,   Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), Jilid. 5,

41

Surat Yusuf: 4. Surat al-Fath: 27. 43 Tim UIN Syarif S yarif Hidayatullah, Hidayatullah, Ensiklopedi Islam , jilid. 5, hal. 27. 42

14

ayahku), ayahku),‫( ﯿﺂأﺒﺎﻧﺎﺎ‬wahai ayah kami), dan panggilan seorang ayah pada anaknya ‫( ﯿﺎﺒﻧﻲ‬wahai anakku), ‫( ﯿﺎﺒﻧﻲ‬wahai anak-anakku). anak-anakku). Quraish Shihab menulis dalam tafsirnya, kedekatan anak kepada ayahnya diakui pada surat Yusuf ini, sehingga bukan nama ayahnya yang disebut, tetapi kedudukannya sebagai orang tua.44 Syahatah mengatakan, dalam kisah Nabi Yusuf terdapat unsur kasih sayang yang   beragam; kasih sayang Ya’kub terhadap Yusuf dan saudaranya (Bunyamin), serta kasih sayang Ya’kub pada saudara-sau saudara-saudara dara Yusuf lainnya. 45 Walaupun secara garis besar Nabi Ya'kub sangat sayang terhadap anak-anaknya akan tetapi sayangnya pada Yusuf ada nilai lebih. Karena sifat Yusuf dibandingkan dengan saudarasaudaranya lebih baik maka kasih sayang Nabi Ya'kub terhadap Yusuf lebih besar. Ini sesuai dengan pengakuan mereka, "Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya lebih dicintai oleh ayah kita 46 

daripada kita."  Saudara-saudara Yusuf merasa bahwa kasih saying ayah mereka lebih besar 

untuk Yusuf daripada untuk mereka. Inilah yang menyebabkan kedengkian mereka, sehingga timbul rencana-rencana tindak kejahatan. Dari kisah ini orang tua bisa belajar, agar tidak terlalu tampak kasih sayang pada anakanaknya yang tidak seimbang, karena ini akan menimbulkan kecemburaan dan kedengkian.

3. Tipu Daya dan Persatuan dalam dalam Kejahatan Ke jahatan

Dalam kisah Nabi Yusuf juga disebutkan tipu daya saudara-saudaranya 47 dan Zulaikha48 dan pada akhirnya kebohongan mereka pun terbongkar dan mereka mengakui kesalahan yang mereka perbuat. 49 Sebenarnya dengan kisah ini Allah memperingatkan kita, agar kita menjahui tipu daya, karena pada akhirnya tipu daya itu akan terungkap juga. Ini sesuai dengan ungkapan, "Sedalam-dalam mengubur bangkai akan tercium juga baunya."  Begitu juga Allah tidak akan

44

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, kesan dan Keserasian al-Qur'an , jilid. 6, hal. 382. Abdullah Mahmud Sahatah, Ahdaf Kulli Surah wa Maqashidiha fi al-Qur'an al-Karim , jilid. jilid. I, hal. 141. 141 . 46 Surat Yusuf: 8. 47 Surat Yusuf: 16-18 48 Surat Yusuf: 25. 49 Untuk pengakuan tipu daya daya saudara-saudara Nabi Yusuf, lihat lihat Surat Yusuf: 97 dan Zulaikha, Zulaikha, lihat surat Yusuf: 51. 45

15

memberi petunjuk bagi orang yang berbuat tipu daya dan kebohongan. Firman-Nya, "Sesungguhnya "Sesungguhnya Allah tidak menyukseskan menyukseskan tipu daya orang-orang yang berkhianat." 50

Dalam kisah ini kita juga bisa mengambil mengambil pelajaran untuk waspada dari kekompakan dan persatuan dalam kejahatan, karena persatuan tersebut akan membuahkan hasil. Seperti   persatuan saudara-saudara Yusuf untuk melemparkan Yusuf ke dalam sumur. Ini membuktikan  bahwa, berapa banyak kejahatan yang tersusun rapi yang bisa mengalahkan kebenaran yang  tidak terkoordinir . Walaupun pada akhirnya kebenaran akan selalu menang. Allah berfirman: "Telah datang kebenaran kebenaran dan musnalah musnalah kebatilan. Sesungguhnya Sesungguhnya kebatilan pastilah b inasa."  inasa." 51

4. Demokrasi 

Dalam kisah Nabi Yusuf juga dikisahkan, bahwa saudara-saudara Yusuf akan membunuhnya atau membuangnya pada suatu tempat yang tidak dikenal, sehingga tidak ada yang mengenal dan dia akhirnya mati di sana. Sesungguhnya mereka tahu dosa, tetapi anggapan mereka Tuhan Maha Pengampun, tentunya akan memafkan kesalahan jika bertaubat. Sedangkan usulan salah satu dari mereka, yang rupanya takut melakukan pembunuhan atau masih ada rasa kasih sayang pada Yusuf berkata, "Kalau maksud kita mengharapkan kasih  sayang dan perhatian ayah pada kita, janganlah membunuh Yusuf. Ini terlalu kejam dan dosanya amat besar. Tetapi lemparkanlah dia kedalam dasar sumur yang dalam, dengan demikian tujuan kita tercapai dan Yusuf tidak mati, tapi suatu saat dia akan dipungut oleh orang musafir dan nanti mereka akan membawanya jauh atau akan menjualnya pada siapapun." 52 Akhirnya mereka

setuju dengan usulan yang terakhir yang dasampaikan oleh Yahudi. 53 Ini merupakan bentuk demokrasi yang masing-masing orang bisa mengusulkan suatu  pendapat,  pendapat, dan pendapat yang terbaiklah yang dipili d ipilih. h.

50

Surat Yusuf: 52 Surat al-Isra': 81 52 Untuk ayatnya dapat dilihat dalam surat Yusuf: 10. 53 Abdullah Mahmud Sahatah, Ahdaf Kulli Surah wa Maqashidiha fi al-Qur'an al-Karim , jilid. jilid. I, hal. 143. 143 . 51

16

5. Permainan

Dalam kisah Nabi Yusuf kita juga menjumpai kata ‫ ﯿﻟﻌﺐ‬54 (agar Yusuf bisa bermain) yang saudara-saudara Yusuf ucapkan pada ayahnya agar ayahnya mengizinkan untuk bermainmain dan Ya'kub pun mengizinkannya. mengizinkannya. Bermain adalah suatu kegiatan yang menggembirakan untuk menghilangkan kejenuhan serta dapat digunakan untuk memperoleh manfaat. Bermain juga merupakan salah satu cara  belajar bagi anak.55 Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa permainan dalam agama tidak dilarang  jika pemainan itu tidak mengakibatkan mengakibatkan lupa pada kewajiban yang telah diteta d itetapkan. pkan.

6. Kesabaran 6. Kesabaran dalam Ujian

Untuk meraih kesuksesan tentunya banyak cobaan yang akan ditemui. Sehingga dikatakan, "Tidak diperoleh suatu kemulyaan kecuali setelah menempuh berbagai coboaan."  Demikian halnya dengan Yusuf, sebelum dia berhasil, dia telah melewati berbagai cobaan: semasa kecil dia telah dilempar ke dalam sumur untuk dipisahkan dengan orang tuanya, 56 mendapatkan godaan dari wanita yang canti jelita 57 dan dipenjar d ipenjara. a.58 Dengan kesabaran kesabaran atas ujianujian yang menimpanya akhirnya dia pun bias mencapai puncak kesuksesan. Nabi Yusuf berkata dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka  sesungguhnya  sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan menyia-nyiakan pahala orang-orang orang-orang yang berbuat berbuat baik "59

Ujian dan cobaan pasti akan menimpa seorang hamba. Syekh Abdul Qadil Jailani mengatakan, Jika tidak ada ujian dan cobaan tentunya tidak akan diakuai kewaliannya oleh kebanyakan manusia. Di antara cirri-ciri wali adalah kesabaran atas hinaan orang lain dan dia memaafkannya. Dia berpura-pura buta dari melihat orang lain dan berpura-pura tuli dari apa yang didengar dari orang lain. Dia berpaling dari semua itu, karena kecintaanya pada Allah membuat

54

Surat Yusuf: 12. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, kesan dan Keserasian al-Qur'an , jilid. 6, hal. 392. 56 Surat Yusuf: 15. 57 Surat Yusuf: 23. 58 Surat Yusuf: 35. 59 Surat Yusuf: 90. 55

17

dia buta dan tuli dari selain Dia. Dia menemui orang lain dengan perkataan baik, lemah lembut dan penuh perhatian.60 Al-Qusyairi mengatakan, sabar terbagi menjadi dua: (1) sabar yang berkaitan dengan usaha. Ini terbagi menjadi dua: (a) sabar terhadap apa yang diperintah oleh Allah dan (b) sabar  terhadap apa yang dilarang oleh-Nya. (2) sabar yang tidak berkaitan dengan usaha. maksudnya adalah sabar terhadap penderitaan yang terkait dengan hukum karena mendapatkan kesulitan. 61 Sedangkan Said Hawa dalam mukaddimah bab sabar  mengatakan, sabar ada tiga macam: (1) sabar atas ketaatan, (2) sabar dari kema'siatan, dan (3) sabar menerima cobaan. 62 Sedangkan mengenai keutamaan sabar, Allah telah menyebutkan dalam al-Qur'an di sembilan puluh tempat lebih. Allah telah menyandarkan banyak derajat dan kebaikan pada kesabaran, dan menjadikan semua itu buah darinya. 63 Jika seseorang telah dapat bersabar, sesunggahnya sesunggahnya dia mendapatkan anugerah yang sangat besar b esar dari Allah. Rasululla Rasu lullahh bersabda: "Tidaklah seorangpun yang diberi oleh Allah suatu pemberian lebih baik dan luas daripada daripada sabar." (HR. Bukhari Muslim) 64

Sabar itu bagaikan jamu yang pahit, akan tetapi pengaruhnya lebih hebat daripada madu. Karena sabar adalah sumber segala kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat. Memang sabar merupakan sikap yang sangat berat atau sangat sulit, tapi masih bisa diperoleh dengan adonan adonan ilmu il mu dan amal.

7. Cinta Anak Manusia Manusia dan Ketakwaan

Dalam kisah ini juga diceritakan kisah anak manusia yang sedang jatuh cinta, yaitu Zulaikha. Telah dikisahkan dalam surat Yusuf ini, bahwa Zulaikha telah jatuh cint pada Yusuf. Jika pada mulanya dia bisa merendam perasaannya, namun desakan asmara tidak lagi dapat 60

Abdul Qadir Jailani, al-Fath al-Rabbani wa a l-Faid l-Faid al-Rahmani al-Rahmani , alih bahasa: Arif Iskandar,  Percikan Cahaya Ilahi (Bandung: Pustaka Hidayah, Hidayah, 2002), 2002) , hal. 32. 61 Al-Qusyairi, al-Risalah al-Qusyairiyah, alih bahasa: Umar Faruq,  Risalah Qusyairiyah; Sumber Kajian  Ilmu Tasawuf  (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), hal. 258. 62 Said Hawwa, al-Mustakhlash fi Tazkiyah al-Anfus , alih bahasa: Ainurrafiq Shalih, Mensucikan Jiwa (Jaktim: Robbani Press, 2006), hal. 370. 63 Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali, Mukasyafah al-Qulub , alih bahasa: M. Syamsi Hasan (Surabaya: (Surabaya: Amelia, t.t), hal. 4 03. 64 Imam al-Nawawi,  Riyadh al-Shalihin; min Kalam Sayyid al-Mursalin (Bairut: Dar al-Fikr, 1993), hal. 28.

18

dibendungnya. Hatinya bergejolak bila memandangnya dan pikirannya kacau bila tidak  melihatnya. Sedangkan keadaan Yusuf jauh berbeda dengan Zulaikha. Sejak kecil hatinya telah   bertalian dengan Allah; hatinya telah diselimuti mahabbatullah dan takwa kepada-Nya. Pengalaman menghadapi cobaan sudah banyak dan dia berhasil mengahadapi cobaan-cobaan tersebut. Keberhasilan mengahadapi cobaan diyakininya pertolonan dari Allah. Ketika tidak mampu menahan perasaannya, Zulaikha akhirnya memberanikan diri untuk  merayu Yusuf yang tinggal di rumahnya dan menutup pintu rapat-rapat kemudian (mengajaknya berbuat mesum) dengan berkata, 'Marilah ke sini, aku untukmu.' Akan tetapi Yusuf menjawab, 'Perlindungan Allah. Sungguh Dia adalah Tuhanku, Dia telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang dhalim tidak akan beruntung.'  65

Quraish Shihab mengatakan, Yusuf menyebutkan tiga hal setelah tiga hal pula dilakukakan oleh wanita itu; merayu, menutup pintu dan mengajak berbuat. Dijawabnya dengan memohon perlindungan pada Allah, mengingat anugerah Allah dan menyebutkan orang dhalim tidak akan beruntung.66 Dari sini bisa diambil pelajaran dari sikap Nabi Yusuf ketika mendapatkan mendapatkan godaan godaan dari d ari wanita, dia langsung teringat Allah dan tidak mau melakukan tindakan yang senonoh. Walaupun wanita itu (Zulaikha) sangat cantik dan lagi berkuasa, kebaikannya pada Yusuf tentu sangat   banyak, Zulaikha tentu sudah berhias dan memakai wangi-wangian yang sangat menggoda (karena rencananya sudah terencena), pintu telah ditutup, gorden telah ditarik suasananya tentu aman dan dengan rayuan yang dilakukan berkali-kali, namun Yusuf masih tidak mau melakukan. Jadi kunci untuk aman dari godaan wanita dalam kisah ini adalah adalah ingat in gat Allah atas bukti kebesaran-Nya dan bertakwa kepada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam surat yusuf ini, "Andakata dia (Yusuf) tidak melihat bukti dari Tuhannya dia akan berbuat juga." 67

Wanita adalah godaan yang paling berbahaya bagi pria. Sabda Rasulullah, "Aku tidak  meninggalkan terhadap umatku suatu fitnah (godaan) yang lebih berbahaya bagi seorang laki68

laki dari pada godaan wanita."  Karenanya bagi yang takut pada Allah daripada mengikuti

65

Surat Yusuf: 23. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, kesan dan Keserasian al-Qur'an , jilid. 6, hal. 412. 67 Surat Yusuf: 24. 68 HR. Bukhari dan Muslim. 66

19

rayuan wanita, maka Allah menjanjikan akan menaunginya diantara tujuh golongan pada hari kiamat. Sebagaimana yang tertera dalam hadits: "Ada tujuh golangan yang mendapatkan naungan dari Allah pada hari kiamat.   Diantaranya…Lelaki jika diajak oleh wanita yang cantik (uuntuk berbuat mesum), dia berkata: aku takut Allah.

8. Cinta Ilahi 

Dalam kisah Nabi Yusuf disebutkan bahwa cinta Nabi Yusuf pada Allah adalah segalanya. Walaupun dia memiliki birahi sebagai laki-laki normal, karena dia melihat bukti-bukti yang bersumber dari-Nya yang menyebabkan cintanya pada-Nya di atas segalanya, maka   jangankan tekad atau keinginan, perhatian dan pandangannya pun tak tertuju pada Zulaikha. Dengan cintanya pada Allah maka Allah pun membalas cintanya dan memberikan kemulyaan dan keduduka k edudukan. n. Dari sini kita bisa mengambil pelajaran dari cintanya yusuf pada Allah yang mengantarkannya pada kedudukan yang dekat dengan-Nya. Menurut Al-Junaid, “Mahabbah “Mahabbah adalah masuknya sifat-sifat Dzat yang dicintai sebagai   pengganti dari sifat-sifat yang dicintai.69 Ini searti dengan sabda Nabi dalam sebuah Hadits Qudsi: ’’…Sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Maka Aku jadi matanya   yang ia gunakan untuk melihat, telinganya yang ia gunakan untuk mendengar dan tangannya  yang ia gunakan untuk memegang.’’  (HR. Bukhari dan Ahmad)

Maksud dari pernyataan Al-Junaid tersebut adalah bila seorang sufi telah benar-benar    jatuh cinta kepada Tuhan, maka perhatiannya hanya benar-benar tertuju pada-Nya. Tiada lagi  perasan yang tertuju pada hal-hal lain, yang masih tertinggal pada dirinya. Pada saat yang sama, dia akan menjadikan tempat di segala sudut dalam hatiny h atinyaa hanya untuk Tuhan. 70 Al-Ghazali mengatakan, Cinta tidak dapat muncul kecuali setelah terjadi proses  pengenalan. Seseorang tidak akan mencintai kecuali terhadap yang diketahuinya. Maka setiap apa yang diketahui itu terdapat kelezatan dan kesenangan. Disamping itu terdapat kesakitan dan 69

Abu Nashr al-Sarraj, al-Luma’ , alih bahasa: Wasmukan, al-Luma'; Rujukan Lengkap Ilmu Tasawwuf  (Surabaya: (Surabaya: Risalah Gusti, 2002), 20 02), hal. 59 70 Hamdani Anwar, Sufi al-Junaid  (Jakarta: Fikahati Aneska, Aneska, 1995), hal. 73. 7 3.

20

kepedihan. Maka cinta merupakan ketertarikan watak alami seseorang terhadap perkara yang menimbulkan rasa lezat. Apabila ketertarikan itu semakin menguat, maka itu disebut dengan cinta yang meluap-luap (al-‘syq). Adapun benci merupakan penolakan watak seseorang terhadap   perkara yang menderitakannya dan menyusahkannya. Apabila penolakan tersebut semakin kuat, maka ia di sebut muqt  (sangat benci; kesal). 71 Dengan demikian, setiap perkara yang dicintai terasa lezat bagi orang o rang yang mengetahui rasa kelezatannya dan begitu pula sebaliknya. Kesempurnaan cinta kepada Allah adalah mencintai-Nya sepenuh hati. Selama masih melirik kepada selain Allah, ruang hati seseorang akan terganggu oleh selain-Nya. Seukuran ketergangguan hati oleh selain Allah, seukuran itu pula berkurangnya kecintaan seseorang. Jadi, mencintai Allah harus benar-benar spesial.

9. Da'wah

Dalam kisah Yusuf ini juga disebutkan, bagaimana Yusuf telah berda'wah sebelum menakwilkan mimpi dalam penjara yang menyerukan pada ajaran tauhid pada dua kawan setahanan. Dia berkata, "Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama kaum yang tidak beriman kepada  Allah."  Kemudian dipertegas lagi  , "Sesungguhnya aku mengikuti agama bapak-bapakku yaitu  Ibrahim, Ishaq dan Ya'kub. Tidaklah bagi kami mempersekutukan dengan suatu apapun dengan 72

 Allah.

  Nabi Yusuf berda’wah sebagaimana para Rasul berda’wah, yaitu menyerukan untuk  menyembah Tuhan Yang Esa (Allah). Kita bisa melihat bagaimana Nabi Yusuf berdakwah, didalam penjara pun dia juga   berdakwah. Dari sini kita bisa mengambil pelajaran, bahwa dalam berdakwa tidak mengenal mengenal tempat, “Dimana kaki menginjak kita bertanggung jawab terhadap Islam”. Dalam artian kita  berdakwah menurut kadar kemampuan kita. Al-Qur’an telah mengajarkan kepada kita metodologi dakwah dengan jelas dalam  beberapa ayat al-Quran yang banyak, yang secara global tersirat dalam firman Allah: 288.

71

Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali,   Ihya’ Ulum al-Din (Bairut: Dar al-Fikr, 1991), jilid. 4 , hal.

72

Surat Yusuf: 37-38.

21

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” 73 “Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat  memberi penjelasan penjelasan dengan terang kepada mereka.” mereka.”

74

Dari ayat tersebut di d i atas, secara garis besar bes ar metodologi dakwah dakwah sebagi berikut: a. Membidik hati dan rasio. Maksud dari membidik hati yaitu melalui mau’idhah hasanah . Sedangkan membidik rasio yaitu dengan hikmah. Dalam berdakwah tidak ada larangan mengkombinasikan antara rasio dan hati (mau’idhah dan hikmah).75  b. Berdialog dengan cara yang terbaik. Ini mengindikasikan melalui dialog dengan para lawan melalui pendekatan dialog yang terbaik. c. Berkomunikasi dengan bangsa mereka. Petunjuk al-Qur’an dalam berda’wah diserukan mengunakan mengunakan bahasa yang mereka pahami. Begitu juga dalam d alam berdakwah berdakwah diseruka d iserukann sesui dengan kapasitas dan level mereka, dengan cara yang pas bagi mereka dan dengan bahasa yang mampu dicerna.76 Sedangkan tujuan terakhir dalam berda’wah adalah beribadah kepada Allah dengan menunjukkan manusia ke jalan yang benar, membimbing pada jalan kebaikan dan menerangi duni dengan cahaya Islam.

G. PENUTUP Al-Qur’an telah menelusuri sisi-sisi gelap yang terjauh di dalam kalbu insani, dan menyusup sejauh-jauhnya dalam jiwa orang yang beriman dan orang yang kafir dengan suatu layang pandang yang menyentuh perasaan yang paling halus dalam jiwa. Al-Qur’an telah   berjalan ke arah masa lampau kemanusiaan yang jauh, dan berjalan pula ke arah depan kemanusiaan untuk mengajarkan tugas-tugas kehidupan 73

Surat al-Nahl: 125. Surat Ibrahim: 4. 75 Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata’amal ma’a al-Quir’an al-‘Adhim, alih bahasa: Abdul Hayyi,  Berinteraksi dengan al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani Press, Press, 2000), hal. 622. 622 . 74

76

 Ibid.

22

Al-Qur’an telah melukiskan suatu lukisan yang menarik dari suatu pemandangan  berbagai peradaban yang beriring-iringan. Kemudian ia mengundang agar kita merenungkannya sepaya kita dapat mengambil manfaat dari akibat-akibatnya. Al-Qur’an telah banyak mengisahkan kisah orang-orang dahulu dari para Nabi, orangorang shalih, dan juga kisah orang mukmin dan kafir. dengannya Allah memerintahkan kepada kita untuk meneladani orang-orang shalih dan mushlih dari orang-orang dahulu, yang kisahkisahnya telah dipaparkan kepada kita serta telah diajarkan kepada kita metode mereka dalam  berdakwah, ishlah , perlawanan terhadap musuh-musuh Allah, perjuangan jihad dan lain-lain. Sedangkan dalam kisah orang kafir kita diserukan untuk mengambil ibrah agar kita tidak  mengikuti langkah-langkah mereka. Jadi kisah-kisah dalam al-Qur’an tidak hanya sekedar  dongeng belaka, akan tetapi keberadaannya ada maksud dan tujuan sehingga kita dapat memetik  faidah-faidahnya.

23

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim Al-Andalusi, Ibnu ‘Athiyah, al-Muharrar al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-Aziz  (Katar: Muassasah Dar al-Ulum, 1984), jilid. 7 Al-Ghazali, Al-Ghazali, Abu Hamid bin Muhammad, Muhammad,  Ihya’ Ulum al-Din (Bairut: Dar al-Fikr, 1991), jilid. 4 ----------, Jawahir al-Qur’an (Bairut: Dar al-Afaq al-Jadidah, 1983) ----------, Mukasyafah al-Qulub , alih bahasa: M. Syamsi Hasan (Surabaya: Amelia, t.t)

Al-Khaldi, Shalah Abdul Fattah, Ma’a Qishash al-Sabiqin fi al-Qur’an , alih bahasa: Abdullah,  Kisah-kisah al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani Press, 1999)

Al-Nawawi, Imam,   Riyadh al-Shalihin; min Kalam Sayyid al-Mursalin (Bairut: Dar al-Fikr, 1993) Al-Qathan, Al-Qathan, Mana’  , Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (Bairut: al-Syirkah al-Muttahidah li al-Tauzi’, 1973) Al-Qusyairi, al-Risalah al-Qusyairiyah al-Qusyairiyah , alih bahasa: Umar Faruq,   Risalah Qusyairiyah; Sumber   Kajian Ilmu Tasawuf  (Jakarta: Pustaka Amani, 1998)

Al-Sarraj, Abu Nashr, al-Luma’ , alih bahasa: Wasmukan, al-Luma'; Rujukan Lengkap Ilmu Tasawwuf  (Surabaya: (Surabaya: Risala Gusti, Gust i, 2002)

Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998) Hawa, Sai’id, al-Asas fi al-Tafsir (Mesir: Dar al-Salam, 1999), jilid. 5 ----------, al-Mustakhlash fi Tazkiyah al-Anfus , alih bahasa: Ainurrafiq Shalih, Mensucikan Jiwa

(Jaktim: Robbani Press, 2006) Jailani, Abdul Qadir, al-Fath al-Rabbani wa al-Faid al-Rahmani , alih bahasa: Arif Iskandar,  Percikan Cahaya Ilahi (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002)

Luwes, al-Munjid fi al-Lugha h(Bairut: Dar al-Masyriq, 1998)

24

Muhammad Ali al-Shabuni, al-Nubuwwah wa al-Ambiya’ , alih bahasa: Alwi,   Kenabian dan  Riwayat para Nabi (Jakarta: (Jakarta: Lentera Baritama, Baritama, 2001) 2 001)

  Nabi, Malik bin,   Dhahirah al-Qur’an, alih bahasa: Saleh Mahfoed,   Fenomena al-Qur’an (Bandung: (Bandung: al-Ma’arif, al-Ma’arif, 1987) Qardhawi, Yusuf,   Kaifa Nata’amal ma’a al-Quir’an al-‘Adhim, alih bahasa: Abdul Hayyi,  Berinteraksi dengan al-Qur’an (Jakarta: Gema Insani Press, 2000)

Quthb, Sayyid,   Al-Tashwir al-Fanni fi al-Qur’an, alih bahasa: Fathurrahman,   Indahnya alQur’an Berkisah (Jakarta: Gema Insani, 2004)

Sahatah, Abdullah Mahmud,   Ahdaf Kulli Surah wa Maqashidiha fi al-Qur'an al-Karim (Mesir: al-Haiah al-Mishriyah al-'Ammah li al-Kitab, 1986) Shihab, Umar,  Kontekstualitas  Kontekstualitas al-Qur’an (Jakarta: Pernamadani, 2005) Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah; Pesan, kesan dan Keserasian al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), jilid. 6 Syahrur, Muhammad, al-Kitab wa al-Qur’an; Qira’ah wa al-Mu’ashirah (Bairut: Syirkat wa alMathbu’at Mathbu’at li al-Tauzi’ wa al-Nasyr, al-Nasyr, 2000) 2 000) Tim UIN Syarif Hidayatullah,   Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), Jilid. 5

25

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF