Ikhtisar Risalah: catatan awal mengenali Islam secara jernih dan kaffah

July 26, 2018 | Author: Pustaka Stambul | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Sebuah bacaan sederhana untuk mendapatkan intisari Islam di taraf paling awal. Ringkas namun padat. Berusaha memotret Is...

Description

‫َّ‬ ‫ٱلر� َّ‬ ‫ٱ�ِ َّ‬ ‫ِيم‬ ‫�‬ ‫ٱلرح ِ‬

judul buku:

IKHTISAR RISALAH:

catatan awal mengenali Islam secara jernih & kaffah penulis:

[ Hamba Allah ] penyunting, penyelia, penata-letak, pewajah sampul:

Tim Pustaka Stambul

hak syiar dilindungi Allah ‫ﷻ‬

untuk kalangan sendiri BUKAN untuk diperjualbelikan

edisi perdana: Ramadhan/Syawal 1437 H (Juli 2016) cetakan I: Safar 1438 H (November 2016) diterbitkan oleh:

• Blok Lolocengan Tonggoh No. 1, Desa Mekarmanik, Cimenyan, Kab. Bandung 40196 • Jalan Antapani 40, Bandung 40282 • www.pustakastambul.weebly.com

َ ْ ُ ُ ۡ ْ ٗ َّ ٓ َ ۡ ّ َ �‫يَٰٓ� ُّ� َها َّٱ‬ ‫ٱلسل ِم �فة‬ ِ �ِ ‫ِين َء َام ُنوا ٱدخلوا‬ Wahai orang-orang yang beriman, masuklah engkau ke dalam Islam secara kaffah. 1 QS al- Baqarah [2]: 208

1

kaffah = menyeluruh, utuh, total, holistik

anatomi buku I.

II.

Alualuan: cara memandang & menempatkan buku ini

MUKADIMAH: wacana nan nyata

Bagaimana Kita Melihat: parsial vs holistik Muslim, yang Kelihatannya: keanehan yang tak aneh Apatah Pula Agama: pertanyaan-pertanyaan tak

mustahil

AD-DÎN AL-ISLAM: cerita panjang tentang ‘jalan

keselamatan’

Alkisah Muasal: penciptaan manusia & asal mula agama penghuni bumi sebelum manusia | penciptaan adam | pembangkangan & permusuhan Iblis | warisan ilmu pertama dari Allah

Menelusuri Jejak Islam: semua agama (mulanya)

satu & sama

mata rantai 124.000 nabi di seluruh penjuru bumi dari zaman ke zaman | kabar masa silam tentang sang Nabi Penutup | nama ‘Yang Terpuji’ dan ‘Yang Memuji’ di kitab-kitab Bani Israil, Zoroasterian, serta Hindu & Buddha

Di Antara Banyak Agama: dinamika sejarah risalah &

pemurniannya

semua nabi mengajarkan hakikat yang sama | pergeseran & penyimpangan hakikat ajaran seiring sejarah | janji para nabi pada Allah | tugas pemurnian agama di akhirzaman

Nama & Makna ‘Islam’: berserah untuk selamat pemberian nama Islam | wahyu terakhir & isyarat kesempurnaannya

III.

KUNCI-KUNCI KEBENARAN Fitrah: bawaan lahiriah untuk bertuhan satu

kesempatan yang sama atas kebenaran & sebab penyangkalan atasnya

Iqra’!: jalan pembuka ilmu, khabar shadiq

perintah pertama | keutamaan ilmu, menuntut ilmu, mengamalkan & menyebarkan ilmu

Cahaya (Ilmu): petunjuk dari sumber pengetahuan

yang hakiki

risalah yang dibawa oleh para nabi sebagai puncak segala ilmu

Hati, Akal, & Indera: perangkat menuju kebenaran

perintah untuk memanfaatkannya, ancaman bagi yang abai

IV.

BERSERAH DIRI: islam, iman, ihsan

Rukun Islam: lima ‘pilar’ ibadah

#1 Syahadat | #2 Shalat | #3 Zakat | #4 Puasa | #5 Haji

Rukun Iman: enam ‘fondasi’ keyakinan

#1 Iman kepada Allah | #2 Iman kepada Para Malaikat-Nya | #3 Iman kepada Kitab-Kitab-Nya | #4 Iman kepada Para Rasul & Nabi-Nya | #5 Iman kepada Hari Akhir | #6 Iman kepada Takdir-Nya

V.

Rukun Ihsan: satu ‘puncak’ kebaikan

HAKIKAT KEHIDUPAN: tujuan & embanan manusia

Ibadah: menghamba dengan sepenuh makna tauhid

tujuan penciptaan & ujian atasnya | mahdhah & ghairumahdhah | dzikrullah: tanda nilai kebaikan dalam hidup | syarat niat & keikhlasan | kunci basmallah

Khalifah Bumi: mengampu peradaban Bumi

mengambil peran kebaikan di antara anugerah & ujian

IKH T IS AR R IS AL AH | 3

Akhlak & Adab: menjalani kehidupan dengan segenap sifat dan sikap terpuji

uswah hasanah: ukuran kebaikan perilaku | makna serta klasifikasi akhlak & adab | cakupan akhlak mulia | cakupan adab islam

Amar Ma’ruf Nahi Munkar: menyeru kebaikan & mencegah keburukan, di atas landasan iman

misi rahmatan lil alamin | agama = nasihat | perintah agar aktif, ancaman bagi yang pasif | hakikat & cakupan jihad

Tazkiyatunnafs: menjaga kesucian jiwa

fujur vs taqwa: antara pengetahuan, petujuk & pilihan | taubat & kebajikan: sarana pembersih | zuhud | pahala utama vs dosa besar

Sasana Dunia: singgah sekejap, jalani ujian

dunia jika dibandingkan akhirat | Ibarat pengembara | ujian penentu

Menggapai Bahagia: satu kebahagiaan sejati, di antara berjuta bahagia

kebahagiaan palsu vs kebahagiaan hakiki | ciri kebahagiaan orang mukmin | puncak kebahagiaan

VI.

PANDUAN KEHIDUPAN: pijakan, patok-patok, pengunjuk arah al-Qur’an: induk segala ilmu & pedoman hidup mengenal al-qur’an | hikmah proses turunnya al-quran | mukjizat al-qur’an | gambaran | isi al-qur’an | intisari al-qur’an & keutamaan al-fatihah

as-Sunnah: petunjuk & teladan dari sang rasul

penjelas & perinci al-qur’an | uswah hasanah = al-qur’an berjalan | kemuliaan & kedudukan as-Sunnah

Kisah: ibrâh & hikmah sirâh para nabi hingga sejarah peradaban islam

1/3 panduan hidup adalah kisah | kerangka sejarah umat manusia: protagonis vs antagonis

Khazanah Ilmu Islam: warisan kebijaksanaan & keluasan ilmu para alim-ulama

4 | IK HT IS AR R IS ALA H

VII.

MENJALANI PENGHUJUNG ZAMAN:

menyibak tabir-tabir muslihat Nubuat Akhirzaman: panduan untuk memahami & merespon zaman mengenal nubuat | kilas gambaran fenomena yang dinubuatkan | kerangka fase-fase akhirzaman

Mulkan Jabariyyan: menghadapi tirani yang memaksakan kehendak

mulkan jabariyyan di tiap lini kehidupan: penjajahan yang sistemik | hakikat fitnah dajjal: ujian penuh tipu-muslihat | mempertahankan iman ibarat menggenggam bara | menyongsong fase kelima

Menyongsong Kebangkitan Islam: menghidupi hakikat juang

nasihat nabi & janji tentang kejayaan di penghujung zaman

Inspirasi Strategi: gambaran langkah konkret menghadapi keruhnya zaman

hijrah ke sistem kehidupan yang maslahat | pangkal & tahap perubahan | langkah hijrah di setiap lini kehidupan

Kunci-Kunci Waspada

wahn: cinta keduniawian & takut mati | jauh dari al-qur’an & as-sunnah, jauh dari ilmu, berlepas dari sejarah | cerai-berai | jerat riba (dengan segala bentuknya) | pembiasan & syubhat | syirik (yang tak disadari)

VIII. PENUTUP: catatan tambahan Dilema Kebenaran: ‘ketulusan’ vs ‘sekadar kepuasan’ Dilema Mengaji: seputar tabiat kita dalam belajar agama Agama Prasmanan?: potongan-potongan & campur-aduk keislaman di keseharian KILAS WAWASAN PENGGENAP manhaj & mazhab | aneka golongan muslim? | kerukunan, toleransi & akidah

IKH T IS AR R IS AL AH | 5

#

Alualuan

cara memandang & menempatkan buku ini

Bismillahirahmanirahim.. Alhamdulillahirabil’alamin.. Segenap puji bagi Allah Tuhan Sarwa Sekalian Alam yang telah memperkenankan niat baik ini. Sebuah niat sederhana untuk menuliskan sedikit dari khazanah ilmu yang menjadi bagian dari risalah ilahi. Buku mungil ini adalah sebuah upaya kecil untuk merangkum intisari ajaran Islam dari tiap sisinya. Berusaha sebisa mungkin memotret Islam dalam ujudnya yang utuh dalam narasi yang ringkas dan sederhana. Sehingga pengenalan awal atasnya tetap mendekati apa yang sesungguh-sungguhnya. Tujuannya semata agar agama yang mulia ini tak lagi dikenali secara salah kaprah, khususnya oleh umatnya sendiri, serta bagi siapa saja yang berkenan untuk mulai kembali mengenali dan mempelajari Islam secara terarah, sistematis, serta kaffah—utuh menyeluruh. Walau demikian, tidaklah pantas jika karya sederhana ini dijajarkan dan dikategorikan sebagai sebuah ‘buku IKH T IS AR R IS AL AH | 7

agama’. Buku ini tak lain hanyalah sebuah sumbangsih kecil dari sekelumit wawasan penyusunnya yang masih sangat terbatas. Ibarat ‘catatan awal seseorang yang baru belajar Islam’. Setidaknya anggaplah demikian, dan memang sesederhana itulah cara melihat buku kecil ini. Sesuai namanya, Ikhtisar Risalah, buku ini tak lain adalah kumpulan ayat al-Qur’an dan matan hadits yang dirangkai dalam balutan narasi ringan agar mudah dipahami pembaca. Diperuntukkan bagi kalangan yang masih awam dengan Islam atau dapat pula dijadikan kerangka awal bagi siapa yang ingin mempelajari kembali Islam sedari tahap yang paling dasar—sebelum kemudian belajar lebih lanjut lewat karya para ulama sembari berguru kepada para ustadz. Walau betapa sederhananya, semoga pembaca sekalian masih berkenan untuk memetik sesuatu dari buku ini. Untuk itu, mari kita bukakan pintu nurani, semoga cahaya dan hikmah-Nya senantiasa menyertai kita, ketika dan setelah membaca buku ini. Segala yang baik di dalamnya semata hanya dari Allah dan rasul-Nya, sementara yang buruk dan cela tak lain adalah dari kami yang menyusunnya. Semoga menjadi maklum. Selamat membaca, selamat mengenali kembali Islam, dan semoga berkenan. [] Hamba Allah, Bandung, Ramadhan-Syawal 1437 8 | IK HT IS AR R IS ALA H

TIPS BACA cara memanfaatkan buku mungil ini

# Mulailah dengan basmalah serta do’a agar dilimpahkan hikmah ilmu oleh-Nya. Luruskan niat untuk mencari dan menemukan kebenaran, serta mencari ridha-Nya. # Dapatkan terlebih dulu gambaran besar isi buku melalui daftar isi (anatomi buku). # Bacalah secara berurut dan runtut, bab demi bab secara sabar dengan penghayatan, perlahan tak perlu terburu-buru. Sebisa mungkin jangan lewatkan pula apa yang tertera di ‘catatan kaki’. # Tempatkan buku ini sekadar sebagai kerangka dasar untuk belajar mengenali dan memahami Islam secara kaffah (bukan sebagai ‘rujukan utama’). # Silakan untuk selalu merujuk pada ayat al-Qur’an

dan matan haidts seperti yang kami lampirkan setiap membuka suatu topik atau yang tercatat di catatan kaki (teks terjemahan ayat dan matan hanya mewakili ‘makna umum’ dengan bahasa Indonesia yang sangat terbatas; silakan lebih lanjut membuka kitab tafsir al-Qur’an dan syarah hadits).

IKH T IS AR R IS AL AH | 9

I

MUKADIMAH wacana nan nyata

#

Bagaimana Kita Melihat parsial vs holistik

َ ْ ُ ُ ۡ ْ ٗ َّ ٓ َ ۡ ّ َ �‫يَٰٓ� ُّ� َها َّٱ‬ ‫ٱلسل ِم �فة‬ ِ �ِ ‫ِين َء َام ُنوا ٱدخلوا‬

Wahai orang-orang yang beriman, masuklah engkau ke dalam Islam secara kaffah. 2 QS al- Baqarah [2]: 208

Ibarat cerita tentang orang yang sedang mengintip seekor gajah. Gajah itu dikurung dalam kandang tertutup, dan ada lubang-lubang kecil di beberapa sisinya. Orang dari sisi depan mengira yang dikurung dalam kandang itu adalah ular besar, karena yang terlihat belalainya saja. Yang dari samping kanan menyangkanya tembok, karena melihat sisi perutnya yang lebar dan tebal. Ada pula yang mengira pohon, karena kakinya memang yang mirip batang pohon, dan seterusnya.

2

kaffah = menyeluruh, utuh, total, holistik IKH T IS AR R IS AL AH | 13

Dalam banyak hal, kita memang seringkali demikian. Sehingga pandangan dan pengenalan kita akan sesuatu pun tak sesuai hakikat sesungguhnya. Begitu pula kala melihat Islam. Mungkin karena mengenalinya secara sekilas dan sepotong-sepotong, maka kita (baik muslim maupun non-muslim) bisa saja salah mengenali Islam. Ibarat hidup di atas prasangka: menyangka Islam begini, menyangka Islam begitu, tanpa sempat benar-benar mendekatinya agar lebih kenal baik. Terlebih bagi kita yang muslim, jangan sampai justru salah dalam mengenali agama sendiri—apa ini memanglah sesuatu yang pantas buat dianut? []

14 | IKH T ISA R R IS AL AH

#

Muslim, yang Kelihatannya keanehan yang tak aneh Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, tapi kalian ibarat buih-buih di genangan air ... HR Abu Daud: 3745; HR Ahmad: 21363

Tak mungkin dimungkiri bahwa Islam memang telah galib dikenali dengan pelbagai kemuliaannya. Dengan sedikit menelisik sejarah saja kita bisa mendapati kisahkisah kemuliaan itu. Ya! Ini memanglah ajaran luhur yang diturunkan Allah Tuhan Semesta Alam. Namun sungguh sayang, kemuliaan itu ternyata cukup banyak dinodai oleh tabiat penganutnya sendiri. Umat muslim saat ini agaknya memang dalam kondisi memprihatinkan. Kita akan sulit sekali mengenali hakikat Islam jika hanya berkaca pada keadaan mayoritas muslim saat ini. Walhasil, Islam pun memang lebih sering salah dikenali. Semua seakan telah tau, di zaman ini muslim justru seringkali dipandang sebagai kaum yang terbelakang, IKH T IS AR R IS AL AH | 15

keras dan radikal, kaku dan tidak modern, sekaligus terpuruk dan kalah—sangat sulit untuk dibanggakan. Banyak yang mengusung bendera agama, berbuat atas nama agama, tapi perilaku hampir tak mencerminkan apa yang diusungnya. Walhasil, banyak di antara muslim sendiri yang justru kecewa dengan agamanya sendiri: kecewa melihat perilaku para haji yang menjadi pejabat korup; kecewa melihat polah ‘ustadz selebriti’ yang centil berlagak di televisi, juga pemuka agama yang bergelimang kemewahan; kecewa dengan keadaan muslim yang berpecah belah dan sibuk dengan kepentingan masingmasing. 3 Sungguh ajaran mulia ini sedang tercorengmoreng oleh tindak laku sebagian penganutnya. Lalu apa sebetulnya masalahnya? Di paruh masa belakangan ini, muslim memang makin menjauh dari ilmu tentang Islam. Ya! Jauh dari ILMU. Sampai-sampai umat ini seolah telah terlepas dari hakikat keislaman itu sendiri. Yang masih banyak tersisa tinggalah ritual, fanatisme yang dibawa secara emosional, bahkan sekadar label di KTP. Islam juga lebih banyak dihidupi sebagai tradisi agama keturunan. Ilmu

Sebagian misalnya sibuk dengan perbedaan sepele seputar tatacara ritual ibadah, sementara ukhuwah terkoyak-koyak (semisal detail soal fikih, mazhab, yang nyatanya pun telah bercampur-aduk dengan tradisi turun temurun, hingga menjadi hal sensitif dan bisa mengusik ego/harga diri).

3

16 | IKH T ISA R R IS AL AH

tentang Islam ibarat ada di awang-awang, jauh tak terjangkau para penganutnya. 4 Sebagian dari umat ini bahkan seperti ada dalam kegamangan: tak mau disebut tak beragama (kafir) dan masih mau memeluk Islam, tapi di sisi lain juga merasa rikuh dan malu menjadi muslim, maka hampir tak mungkin pula memperjuangkan Islam dan keislamannya—bahkan mungkin saja tak begitu yakin apakah Islam memang layak untuk diperjuangkan? Hanya sedikit sekali yang (masih mau untuk) benar-benar memilih teguh menggenggam keislamannya secara utuh—yakni sebagaimana mestinya iman Islam dijaga dan diperjuangkan. Apakah kita termasuk yang

demikian? Sungguh pertanyaan yang mengerikan dan mengusik nurani—tapi semoga Allah memberikan cahaya-Nya agar demikian adanya. ‫ۮ‬

Menjadi mayoritas, tapi juga terpuruk dan terpinggirkan, bahkan tercela. Bagaimana bisa demikian? Sebetulnya Nabi ‫ ﷺ‬sendiri yang sejak belasan abad lalu telah mengisyaratkan akan terjadinya fenomena ini. Bahwa akan ada suatu masa di mana umat ini akan 4 Maka hati-hatilah memilah antara ‘agama’ dengan sebagian ‘penganut’nya yang salah kaprah. Kita bisa saja mempersalahkan orang yang mengaku muslim tapi perilaku bejat tak beradab. Namun janganlah pernah menyalahkan Islam sebagai sebuah ajaran luhur yang diturunkan Allah Sang Pencipta Semesta Alam.

IKH T IS AR R IS AL AH | 17

mengalami ujian sangat besar, di mana kaum muslim berpecah-belah menjadi sekian puluh golongan, di mana ‘oknum pengusung agama’ berkeliaran dan merajalela, 5 di mana umat dalam keadaan hilang arah karena jauh dari ilmu, di mana muslim mengalami keterpurukan yang senyata-nyatanya, kalah dan terjajah. Digambarkan bahwa bangsa-bangsa akan memperbutkan dan merecoki umat ini layaknya orang yang makan dan mengajak orang lain untuk ikut mengerubuti makanan itu. Nabi ‫ ﷺ‬menjelaskan bahwa di ‘masa itu’ sebetulnya muslim berjumlah sangat banyak, tetapi banyaknya mereka tak berguna, tak berarti dan tak membuat musuh takut. Ibarat buih yang terombang-ambing tak menentu. Sahabat yang mendengar apa yang digambarkan Nabi ‫ﷺ‬ pun lantas heran, bagaimana bisa terjadi yang demikian, sementara muslim berjumlah sangat banyak. Nabi ‫ ﷺ‬lalu menjelaskan bahwa di masa tersebut umat Islam terjangkiti oleh apa yang Nabi ‫ ﷺ‬sebut sebagai wahn, yakni penyakit kecintaan terhadap keduniawian dan takut 5 Sekilas gambaran di sisi ekstrim tentang situasi pelik ini, misalnya, Nabi ‫ ﷺ‬mengisyaratkan bahwa di suatu zaman kelak (yakni zaman yang kita alami sekarang) akan ada sebagian ‘ulama’ (baca: ‘oknum pemuka agama’) yang disebutkan sebagai ‘makhluk yang derajatnya paling rendah di bawah langit’ (baca: sangat hina-dina). Inilah gambaran para pemuka agama yang justru menyesatkan umatnya sendiri demi kepentingan keduniawian, entah kedudukan, pamor, kekuasaan, harta, dan apapun itu. Maka sebetulnya ‘tak aneh’ jika ada ustadz yang menjadi bintang infotainment, ada pemuka agama yang menjadi pejabat dan korup, ada ‘ulama’ yang memberi fatwa ini-itu sesuai kepentingan kelompok tertentu, bahkan menyematkan label-label syari’ah untuk hal yang jelas haram.

18 | IKH T ISA R R IS AL AH

akan kematian, sehingga umat ini pun enggan untuk berjuang hingga titik darah penghabisan demi keislamannya (dan malah lebih lekat dengan keduniawian). 6 Zaman yang telah lama diisyaratkan itu pun tiba, dan kita tengah menjadi bagian dari kisah kelam tersebut. Inilah keanehan yang tidak aneh, karena walaupun keadaannya sungguh tak pantas dan tak keruan, tapi telah jelas diisyaratkan Nabi ‫ ﷺ‬sejak jauh hari. Kabar gembiranya, isyarat dari Nabi ‫ ﷺ‬toh tak berhenti sampai di situ. Selain memberitakan tentang akan

tibanya zaman pelik yang penuh ujian ini, Nabi ‫ﷺ‬ juga memberikan nasihat-nasihat tentang bagaimana cara untuk menyikapinya, sekaligus janji tentang masa kejayaan kembali. Maka, panduan inilah yang semestinya kita pahami. 7 Kabar gembira lainnya, Nabi ‫ ﷺ‬juga menyebutkan, bahwa ganjaran (pahala) bagi umat yang berbuat dan berjuang di tengah peliknya zaman yang disebutkan itu adalah bernilai limapuluh kali lipat. 8 Karena dalam pemahaman Islam, embanan akan selalu sepadan dengan ganjaran yang akan diberikan. Wallahu a’lam bishawab []

HR Abu Dawud: 4276, 3745, 4297; HR Ahmad: V/278; dsb. Topik ini diulas lebih lanjut pada bagian “Menjalani Penghujung Zaman”. 8 HR at-Tirmidzi: 2984; HR Abu Daud: 3778 6 7

IKH T IS AR R IS AL AH | 19

#

Apatah Pula Agama?

pertanyaan-pertanyaan tak mustahil

ّ � َ‫َ�ٓ إ ۡك َراه‬ ّ َ ۡ َ ُ ۡ ُّ َ َّ َ َّ َ �‫ٱ‬ ِ ِ ۚ� ِ ‫ِين� قد �ب� ٱلرشد مِن ٱل‬ ِ

Tak ada paksaan dalam agama. Sungguh telah jelas antara jalan petunjuk dan jalan yang sesat. QS al-Baqarah [2]: 256

Apa itu agama? Mengapa pula mesti ada agama? Bagaimana bisa ada banyak agama? Tidakkah semua sama saja? Bukankah semuanya menyembah Tuhan yang sama? Apa mungkin Tuhan membuat agama yang berbeda-beda bagi umat manusia? Kenapa tak memilih sesuai selera dan rasa suka saja? Apatah pula agama? Barangkali ada baiknya jawaban atas pertanyaan semacam itu digali dan ditemukan oleh para penganut agama, supaya ia yakin atas apa yang dianutnya, tak sekadar menjalani ritus-ritus dalam keseharian dan menyematkan nama agama tertentu di kartu identitasnya. Maka buku mungil ini akan memulai ulasannya dengan menelusuri kisah muasal penciptaan manusia serta awal keberadaan agama dan kisahnya dari zaman ke zaman. [] 20 | IKH T ISA R R IS AL AH

I

AD-DÎN AL-ISLAM

cerita panjang tentang ‘jalan keselamatan’

#

Alkisah Muasal

penciptaan manusia & asal mula agama

ّ َ ٰٓ َ ۡ َ َ َ ۡ ٞ َۡ َ ُْٓ َۖٗ َ َ ِ َ ۡ َ � ‫� َع ُل‬ ‫ِيها‬ � ‫�ذ قال َر ُّ�ك ل ِل َمل�ِكةِ إ ِ ِ� َجاعِل ِ� ٱ��ض خل ِيفة قالوا‬ َ َ ُ ّ َُ َ َ َۡ ُ ّ َُ َۡ َ ٓ َ ّ ُ َۡ َ َ ُ ُۡ َ ۖ ‫من �فسِد �ِيها و�سفِك َٱ�ِما َء و� ُن �سبِح ِ�مدِك و�قدِس لك‬ َ ۡ ّٓ َ َ َ َ َ َ ۞ ‫� أعل ُم َما � � ۡعل ُمون‬ ِ ِ ‫قال إ‬

Ingatlah kala Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di Bumi." Mereka pun berkata, "Mengapa Engkau menciptakan makhluk yang membuat kerusakan dan menumpahkan darah di sana? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu. Tuhan berfirman, "Sungguh Aku mengetahui apa yang tak kau ketahui." QS al-Baqarah [2]: 30

Alkisah di masa yang sangat-sangat silam, Allah Sang Maha Pencipta menciptakan Alam Semesta yang sangat luas ini. Ia pun telah mencatatkan segala kisah kehidupan yang akan berlangsung di dalamnya bahkan sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan tersebut. 9 Kehidupan pun bergulir, hingga kemudian di suatu masa, sesuai rencana takdir-Nya, Allah hendak menciptakan 9 HR Muslim: 2653; at-Tirmidzi; 2156, Ahmad: II/169. Hitungan waktu di sisi Allah sangat berbeda, jauh lebih lama dibanding ukuran kita.

IKH T IS AR R IS AL AH | 23

makhluk baru yang juga akan menghuni Alam SemestaNya ini. Ialah Adam, yang beserta seluruh keturunannya telah ditetapkan akan menjadi penghuni Bumi dan dijadikan khalifah di sana.

Khalifah berarti ‘pengganti’, sekaligus ‘penguasa’ dan ‘pemimpin’. Manusia diberi embanan untuk menggantikan makhluk lain yang di masa sebelumnya pernah berkuasa di Bumi. 10 Seluruh keturunan Adam ini akan terus saling 10 Kita memang tak tau persis siapa yang digantikan. Namun dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, dikisahkan bahwa makhluk tersebut adalah dari kalangan jin, yang memang telah ada sejak ribuan tahun sebelum penciptaan Adam. Mereka telah membuat kerusakan di muka Bumi dan membuat Allah murka, hingga dikirimlah pasukan malaikat dari langit untuk menumpas dan menutup peradaban mereka di Bumi (lihat Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir).

َ َ ‫ِيدهُۥ َو ۡع ًدا َعلَ ۡي َنا ٓۚ إنَّا ُك َّنا َ�ٰعل‬ ُ ُّ ۡ َ َ َ ٓ َ ۡ َ ۞ �ِ ِ ۚ ‫ك َما بَد�نا أ َّول خل ٖق نع‬ ِ

Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sungguh Kamilah yang akan melakukannya." QS al-Anbiya [21]: 104

Bicara tentang kisah penciptaan, hal ini merupakan misteri tersendiri. Kita tidak pernah tau kisah penciptaan yang terdahulu, seperti adakah alam dan kehidupan lain sebelum alam yang kita tinggali saat ini, seperti apa kenyataannya dan siapa makhluk yang menjadi pelakonnya. Sungguh, hal itu merupakan rahasia ilahi. Terserah Allah Yang Maha Berkehendak dan Maha Mengetahui. Kita tidak berhak mengusik dan mencari tau lebih lanjut, kecuali sedikit saja yang memang Allah beri taukan dalam kitab suci dan lisan para nabi. Kita sebagai mahkluk hanya diperintahkan untuk menjalani kehidupan di alam yang sedang kita hidupi ini sesuai petunjuk yang diberikan oleh Allah Sang Khalik, Sang Maha Pencipta, Sang Maha Mengetahui. Setiap yang mengusik kisah penciptaan di masa terdahulu, tentu akan sangat mudah terjerumus dalam kesesatan, yakni kesesatan melalui berita-berita gaib penuh muslihat yang dibisikkan oleh Iblis dan para syaitan dari bangsa jin, yang memang hendak menjebak manusia 24 | IKH T ISA R R IS AL AH

menggantikan peran satu sama lain dari generasi ke generasi. Kehendak-Nya ini kemudian dikabarkan kepada para malaikat. Kala itu mereka pun bertanya, “Mengapa Engkau hendak menjadikan makhluk yang membuat kerusakan di Bumi?” Malaikat sesungguhnya ialah makhluk yang sangat taat dan tidak pernah membantah, tapi pertanyaan ini muncul karena mungkin mereka pernah melihat apa yang pernah dilakukan para penghuni Bumi sebelumnya. “Sungguh aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui,” demikianlah jawaban yang sungguh agung dari Allah. Ya, karena selalu ada hikmah dari apa yang ditetapkan-Nya. Ada rahasia tak terjangkau di balik penciptaan ini dan hanya Sang Pencipta saja yang mengetahui. Para makhluk tidak mungkin menjangkau apa-apa yang dirahasiakan oleh penciptanya. Allah pun kemudian secara khusus memerintahkan penduduk langit untuk memberi sujud penghormatan kepada sang Adam yang baru diciptakan tersebut. Namun, di antara barisan para malaikat ternyata ada satu yang

(seperti melalui ramalan, serta berita-berita gaib yang seolah membuka rahasia takdir manusia dan rahasia alur kisah penciptaan). Padahal telah dijelaskan bahwa hanya Allah saja yang mengetahui hal gaib, dan Ia hanya memberikan sedikit pengetahuan tentang hal gaib itu kepada para rasul saja (lihat QS 72: 26-27; QS 06: 50).

IKH T IS AR R IS AL AH | 25

menolak. Ialah Azazil, yang sebetulnya berasal dari bangsa jin, namun kala itu ikut dalam barisan para malaikat. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Azazil awalnya ialah pemimpin tertinggi bangsa jin yang sebelumnya berkuasa di muka Bumi. Setelah peradaban jin ditumpas karena kezaliman mereka, Azazil bertaubat dan menjadi makhluk penghuni langit yang sangat taat beribadah, kemudian hidup bersama-sama dengan malaikat. 11 Ketika Azazil membangkang dengan menolak untuk menghormat kepada Adam, Allah kemudian menjulukinya sebagai Iblis, yang artinya kira-kira ialah ‘sang penyesal’ atau ‘yang akan menyebabkan penyesalan’. Ia membangkang semata karena kesombongannya. Karena ia diciptakan dari api sedangkan Adam dari tanah, maka ia merasa dirinya lebih mulia ketimbang sang makhluk baru tersebut. 12

َۡ َ ۡ َ‫�ض َو َ�ُ ۡغو َ� َّن ُه ۡم أ‬ َّ َ �ّ ‫قَ َال َر ّب ب َما ٓ أَ ۡغ َو ۡ� َت� َ�ُ َز‬ َ ‫�ع‬ ۡ ‫ن ل َ ُه‬ ِ �‫ٱ‬ � ‫م‬ ۞ �ِ ِ ِ ِ ِ َ ۡ ُ ۡ ُ ُ ۡ َ ِ َ َ َِّ َ ۞ �‫إِ�عِبادك مِنهم ٱلمخل ِص‬ Iblis berkata, "Ya Tuhanku, karena Engkau memutuskan bahwa aku ini sesat, aku pasti akan jadikan kejahatan tampak sebagai sesuatu yang indah bagi mereka di Bumi. Dan pasti aku akan (berusaha) menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis. QS al-Hijr [15]: 39

11 12

Lihat Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir. QS 7: 12

26 | IKH T ISA R R IS AL AH

Sejak itu sang Iblis pun menjadi musuh bebuyutan Adam dan seluruh keturunannya. Ia secara terang-terangan menyatakan permusuhan dengan manusia. Iblis memang tidak bisa sertamerta menyesatkan manusia. Ia dan pengikutnya hanya bisa berusaha menjebak dan membisikan ide-ide kesesatan kepada manusia. Lewat berbagai jalan yang diupayakannya, membuat sebanyakbanyaknya manusia mengikuti langkahnya, yakni pembangkangan terhadap Allah. 13 ‫ۮ‬

Singkat cerita, diawali dengan perseteruan antara sang Iblis dan sang Adam, kehidupan yang baru pun akhirnya mulai bergulir di muka Bumi. Sebagai bekal untuk menjalani kehidupan tersebut, Allah pun telah mengajari Adam segenap ilmu. Ilmu yang diajarkan secara langsung oleh Allah kepada Adam tersebut adalah ilmu pertama bagi manusia, yang kemudian diwariskan secara turuntemurun. Para pewaris utama yang kelak akan menjaga kemurnian dan keluhuran ilmu tersebut adalah manusiamanusia terpilih yang diutus sebagai nabi. Dari masa ke masa, ilmu tersebut terus diajarkan, dan selalu ada pengetahuan baru serta petunjuk yang disampaikan oleh Allah seiring zaman yang dilalui manusia. Selanjutnya memang bukan lagi Allah yang mengajarkan langsung, melainkan melalui wahyu yang 13

QS 7: 16-17 IKH T IS AR R IS AL AH | 27

dibawa malaikat kepada para nabi, untuk disebarkan kepada seluruh manusia. Inilah yang kemudian kita kenal sebagai Risalah Allah, atau risalah ilahi, yakni khazanah ilmu yang bersumber dari Allah dan kemudian terkumpul dalam berbagai kitab suci. Ilmu ini mencakup keseluruhan pedoman kehidupan. Tentang untuk apa kita diciptakan; apa tujuan hidup di dunia ini dan apa yang semestinya dilakukan dalam hidup; bagaimana bersikap terhadap sesama; mana yang sesungguhnya benar, dan mana yang salah; dsb. Namun, yang paling penting di antara semua ialah ilmu yang mengajarkan tentang siapa Tuhan kita dan bagaimana kita sebagai makhluk mesti menghamba kepada-Nya.

ََ ََ َ َ َ َ َ ٗ َ ٰ َ ٗ َّ ُ ُ َّ َ َ ُ َّ ‫ث‬ َ �ِ ّ ‫ٱ� ٱ�َّب ّ� َن ُم َب‬ ‫نزل‬ ‫�ن َو ُمنذِرِ�ن وأ‬ ‫�ن ٱ�اس أمة �حِدة �بع‬ ِِ ِ ْ َُ ۡ َ ُ ۡ َ ّ َۡ َ ۡ َ‫� َم ب‬ َ ٰ�َِ ‫َم َع ُه ُم ۡٱلك‬ ِ َّ�‫� ٱ‬ ۞ ِ‫ِيما ٱخ َتلفوا �ِي �ه‬ � ‫اس‬ ‫ب بِٱ� ِق ِ�ح‬

Manusia adalah umat yang satu. Allah mengutus para nabi untuk membawa kabar gembira serta memberi peringatan. Allah pun menurunkan bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan bagi manusia atas apa yang mereka perselisihkan. QS al-Baqarah [2]: 213

Segenap ilmu inilah yang disebut sebagai ad-dîn, yakni sebuah ‘jalan hidup’ atau ‘cara hidup’ yang sesuai dengan panduan yang diberikan oleh Allah. Inilah yang dalam bahasa kita lebih lazim kita kenal sebagai 'agama'. Wallahu a’lam bishawab []

28 | IKH T ISA R R IS AL AH

#

Menelusuri Jejak Islam

semua agama (mulanya) satu & sama

َ َّ ُ ُ ۡ َ ۡ ُ ُّ َ ۠ َ َ َ ٗ َ َ ٗ َّ ُ ۡ ُ ُ َّ ُ ۞ ‫ون‬ ِ ‫إِن �ٰ ِذه ِۦٓ أمت�م أمة �ٰحِدة و�نا ر��م فٱ�بد‬ Sesungguhnya ini adalah agama kalian semua. Agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu. Maka sembahlah Aku. QS al-Anbiya [21]: 92

Ya! Pada hakikatnya seluruh agama (mulanya) adalah satu dan sama. Yang satu itulah pedoman hidup yang murni dan sesuai fitrah, seperti apa yang telah ditetapkan Allah Sang Maha Pencipta. Inilah yang terkandung dari setiap risalah yang dibawa dan diajarkan oleh seluruh nabi utusan-Nya dari zaman ke zaman. Ada sekitar 124.000 nabi yang pernah diutus di muka Bumi, dan di antaranya ada 315 rasul. 14 Bersama mereka ada seratusan kitab suci yang diturunkan. Namun hanya 14

HR Ahmad: 22288 IKH T IS AR R IS AL AH | 29

25 nabi dan hanya tiga kitab suci terdahulu yang disebutkan secara lugas dalam al-Qur’an.

ٗ ۡ َ ََ َ َ َ ‫َولق ۡد أ ۡر َسل َنا ُر ُس� ّمِن � ۡبل ِك م ِۡن ُهم َّمن ق َص ۡص َنا‬ َ ۡ َ َ ۡ ُ ۡ َ ۡ َّ َّ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ ۗ ‫عليك ومِنهم من لم �قصص عليك‬ Dan sungguh telah Kami utus sekian rasul sebelum engkau. Di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. QS Ghafir [40]: 78

Kisah agama yang satu ini berjalan sambung menyambung, dimulai oleh Adam sebagai Bapak Umat Manusia, hingga Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai sang nabi terakhir yang bertugas di penghujung zaman. Kisahnya senantiasa tersambung oleh mata rantai risalah dari masa ke masa. Para nabi bahkan selalu saja menceritakan tentang nabi-nabi yang diutus sebelumnya, khususnya pula tentang sang Adam sebagai cikal-bakal umat manusia. Mereka juga memberitakan tentang akan diutusnya nabi-nabi di masa-masa kemudian, serta secara spesifik tentang akan adanya seorang Nabi Penutup yang bertugas di penghujung zaman. Mengenai sang Nabi Penutup ini, nama, ciri-ciri, serta sebagian kisahnya bahkan disebutkan secara khusus dalam kitab-kitab suci yang mereka bawa.

30 | IKH T ISA R R IS AL AH

َ ُ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ ُ َ ۡ َ َ َ َّ ُ ََٓۡ َ ُ ۡ ٰ�ِ‫ٱ�ِين ءا�ي�ٰهم ٱلك‬ ۖ‫ب َ�عرِفونهۥ ك َما َ�عرِفون ��نا َءه ۡم‬ َ ُ َ ۡ َ ۡ ُ َ َّ َ ۡ َ ُ ُ ۡ َ َ ۡ ُ ۡ ّ ٗ َ َّ ۞ ‫�ن فرِ�قا مِنهم �كتمون ٱ�ق وهم �علمون‬

Orang-orang yang telah Kami beri kitab mengenal ia (Muhammad) sebagaimana mereka mengenali anaknya sendiri. Sungguh sebagian dari mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. QS al-Baqarah [2]: 146

Penelusuran naskah-naskah kuno yang dilakukan awal abad ke-20 pun semakin menegaskan fakta bahwa nama Muhammad ‫ ﷺ‬memang telah disebutkan di banyak kitab suci di berbagai penjuru dunia—yakni kitab suci yang termasuk risalah langit (agama samawi, yakni agama yang bersumber dari wahyu Tuhan dan dibawa oleh malaikat). Semua kitab suci tersebut bercerita tentang sosok sang Nabi Penutup, yang bertugas di penghujung zaman. 15 Nubuat atau ‘berita tentang masa depan’ mengenai kemunculan sang Nabi Penutup ini menjadi khazanah pengetahuan yang sungguh menarik. Ada sebuah ciri khas, bahwa penyebutan nama atau julukannya hampir selalu terkait makna kata dasar hamd dalam bahasa Arab yang artinya ‘puji’. Kadang mengacu langsung pada makna nama Muhammad (‘Yang Terpuji’), kadang pula pada makna Ahmad (‘Yang Memuji’).

Hal ini sebetulnya telah lama terungkap. Misalnya pada penelitian yang dilakukan oleh Maulana Abdul Haque Vidyarthi dalam karyanya yang berjudul Misakan Nabi, yang telah dipublikasikan di tahun 1936. 15

IKH T IS AR R IS AL AH | 31

Hal ini misalnya bisa kita temukan dalam naskah asli kitab Yahudi dan Nasrani (Kristen). Dalam kitab berbahasa Ibrani atau Aram yang masih serumpun dengan bahasa Arab ini, nama Muhammad bisa dengan mudah dikenali. Seperti dalam Taurat Kitab Shir-HaShirim 5: 16, 16 nama itu sangat jelas disebutkan sebagai ‘‫ ’מחמד‬yakni susunan empat aksara Ibrani mem-khet-mem-dalet yang dibaca ‘Ma-Kh-MaD’ atau ‘Mukhammad’. Sepadan dengan ‘‫’ﻣﺣﻣد‬ dalam aksara Arab yang juga terdiri dari susunan empat huruf mim-ha-mim-dal yang dibaca ‘Muhammad’. 17 16F

Banyak kitab suci lain juga menggambarkan sosok Nabi Penutup ini dengan pelafalan atau bahkan istilah yang berbeda-beda, sesuai bahasa yang dipergunakan dalam kitab suci tersebut. Di Kitab Purana kaum Hindu misalnya, diceritakan tentang sosok Kalky Autar yakni ‘Sang Pembawa Risalah 16

Berikut petikan ayatnya dalam teks aslinya:

‫חכו ממתקים וכלו מחמדים זה דודי וזה רעי בנות ירושלם‬ Dibaca: “Khikko mamtaqqim wekhullo Mukhammadim ze dodee weze r’ee baynot Yerushalam” yang artinya 'Tutur katanya hanyalah yang manis saja. Mukhammad, dialah kekasihku dan temanku, (wahai) PutraPutri Yerusalem.” 17 Temuan semacam ini hanya bisa ditelusuri lewat bahasa aslinya. Sementara dalam versi-versi terjemahan, nama ini seringkali menjadi bias karena ikut diterjemahkan. Seperti dalam Injil terjemahan bahasa Inggris di mana nama sang Nabi malah diterjemahkan sebagai ‘beloved’, ‘lovely’, ‘altogether lovely’—yakni kata-kata yang memang mengacu pada arti kata dari nama ‘Muhammad’. Namun bukan demikian cara menerjemahkan pesan pada sebuah risalah. Nama adalah nama dan bukan untuk sertamerta diterjemahkan. 32 | IKH T ISA R R IS AL AH

Terakhir’ yang disebut sebagai Mahamad. 18 Sedangkan di Kuntap Sukt (Atharva Veda) sosok ini disebut sebagai Mamah, dan di Kitab Sama Veda disebut nama Ahmad. Nama ‘Muhammad’ juga kadang dieja sebagai ‘Mahamet’ atau berbagai ejaan/dialek lain. Dalam naskah Majusi (Zoroasterian) yang berbahasa Zendi dan Pahlvi, sosok sang Nabi Penutup ini disebut sebagai Astvat-ereta yang artinya ‘Dia Yang Suka Memuji’ serta Saoshyant yang berarti ‘Dia Yang Terpuji’. 19 Selain banyak menggambarkan ciri dan kisah sang Nabi Penutup, sangat banyak pula ayat dalam kitab kaum Majusi yang memiliki makna selaras dengan al-Qur’an, termasuk tentang konsep ke-Mahatunggal-an Tuhan. 20 Sementara dalam naskah Buddha, mahsyur pula ramalan

Bhavishya Puran: 5, Prati Sarg Parv III: 3, 3: 5-27, yang dalam ayat ini juga terdapat istilah muslim dilafalkan sebagai musalmans. 19 Misalnya yang terdapat dalam Bundahish 30: 4-27, petikan terjemahannya: “Saoshyant, akhir dari utusan di masa depan, ketika sekiranya Alam Semesta akan diperbarui, dan kebangkitan pun akan terjadi” Atau dalam Yasht 28:28, petikan terjemahannya: “Kelak ialah Saoshyant yang berjaya. Dan namanya kelak Astvatereta. Dialah Saoshyant karena dia akan membawa kemaslahatan bagi dunia ragawi. Dialah Astvat-ereta karena sebagai ciptaan ragawi sekaligus makhluk, dia akan berteguh menghancurkan berhala dan sejenisnya, serta memperbaiki kekhilafan kaum Majusi.” 20 Misalnya ayat-ayat dalam Nama Shat Vakhshur Zarthusht Dasatir: “Tak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya,” dan juga “Dia tanpa asal atau akhir, (...) tanpa ayah, ibu, isteri, putra,” yang makna kalimatnya sangat mirip Surat al-Ikhlas dalam al-Qur’an. Serta banyak ayat-ayat lainnya yang maknanya senada dengan al-Qur’an. 18

IKH T IS AR R IS AL AH | 33

tentang ‘Dia yang Dijanjikan’ yang diistilahkan sebagai sosok ‘Meteya’. Yang jelas dan pasti, dalam bahasa apapun nama atau julukan sang Nabi Penutup itu disebutkan, akan selalu mengacu pada makna yang serupa, yakni Yang Terpuji, Yang Memuji, 21 atau makna-makna lain yang mengacu pada sosok yang akan muncul membawa risalah terakhir di akhirzaman. Di sebagian naskah, penggambaran sosoknya disampaikan dengan sangat jelas dan cukup merinci, sama persis dengan profil dan kisah hidup Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. 22 Namun seperti sebagian bentuk kemukjizatan lainnya yang seringkali hadir sebagai ‘sebuah misteri yang terungkap’, nubuat tentang kedatangan sang Nabi Penutup pun memang seringkali 21F

Kata maho atau maha dalam bahasa Pali dan Sansekerta berarti juga berarti ‘agung dan mulia’. 22 Veda bahkan menjelaskan secara detail mengenai nama ayah dan ibu dari sang Nabi, gambaran sosok para sahabatnya, tempat lahirnya, jenis kendaraan (hewan tunggangan) yang digunakannya, serta misi besar dan peristiwa-peristiwa besar yang dialaminya—penceritaannya terbilang sangat rinci. Misalnya, sang Nabi Terakhir tersebut disebutkan akan lahir dari ayah yang bernama Vishnu Bhagat yang artinya ‘Hamba Tuhan’— sama persis dengan arti Abdullah dalam bahasa Arab yang merupakan nama ayah dari Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Veda juga menyebutkan bahwa sang Nabi Terakhir itu akan lahir dari ibu yang bernama Somanib yang artinya adalah ‘aman’ atau ‘damai’, yakni persis dengan nama Amimah yang merupakan nama ibu dari Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Dalam kitab Dasatir kaum Majusi (Zoroasterian) bahkan disebutkan secara spesifik bahwa sang Nabi Terakhir ini akan datang dari wilayah Arabia, dan ajarannya akan dianut oleh sebagian bangsa Persia. Serta banyak penjelasan spesifik lainnya. 21

34 | IKH T ISA R R IS AL AH

diisyaratkan secara agak tersembunyi. Tidak selalu dibeberkan secara gamblang dan lugas. Kadang sang Nabi tersebut disebutkan langsung namanya, tapi lebih banyak disebutkan julukannya, dan kadang pula melalui simbolisasi, lambang atau perumpamaan. 23 Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Jarak antara waktu diutusnya aku dan waktu terjadinya kiamat seperti ini

—beliau berisyarat dengan [menggabungkan] kedua jarinya lantas merenggangkan keduanya HR al-Bukhari: 6503; HR Muslim: 2950

Ialah sosok terpuji yang senantiasa memuji Tuhannya,

sang Nabi Penutup pembawa Risalah Terakhir, sosok mulia yang telah dijanjikan sejak ribuan tahun lalu. Ialah sang Nabi Akhirzaman yang telah dikabarkan akan berjuang mengembalikan kemurnian risalah ilahi, yang kedatangannya juga adalah tanda bermulanya babak akhirzaman dalam sejarah umat manusia. Wallahu a’lam bishawab []

Ibarat teka-teki yang menguji keimanan manusia, karena keimanan kepada para nabi dan kebenaran yang dibawanya tak lain merupakan bagian dari ‘keimanan kepada hal yang gaib’. Maka jika diterangkan dengan terlalu jelas, tak pantaslah pahala besar bagi orang yang mengimaninya. Sebagaimana tak ada ganjaran bagi orang percaya adanya Matahari yang setiap mata bisa menyaksikannya sangat jelas setiap pagi.

23

IKH T IS AR R IS AL AH | 35

#

Di Antara Banyak Agama

dinamika sejarah risalah & pemurniannya

ُ َ َ َّ َ ۡ ّ ۡ ُ َۡ َ ََ َ َ َ ۡ ُ ٰ ََ ۡ َ ُ ‫ج ّمِلة أ�ِي� ۡم‬ � ٖ ‫ِين مِن ح َر‬ ِ �‫هو ٱجتبٮ�م وما جعل علي�م ِ ۡ� ٱ‬ ُ َ ُ ٰ َّ َ َ ُ َ ٰ َ ۡ َ ‫� ُم ٱل ُم ۡسلِم‬ ‫� مِن � ۡبل‬ ‫ِيم هو سمٮ‬ ِ ۚ ‫إِب�ه‬ Allah telah memilih kalian, dan sungguh Dia tidaklah membuat kalian sulit dalam beragama. (Ini pula lah) Agama leluhurmu Ibrahim. Allah telah menyebut engkau sekalian sebagai muslim sejak masa yang terdahulu. QS al-Hajj [22]: 78

Jelas bahwa pada hakikatnya Islam bukanlah sekadar agama yang lahir di abad ke-7 M. Apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬tak lain ialah kelanjutan dari apa yang telah diusung ratusan ribu nabi sebelumnya. Membenarkan seluruh nabi terdahulu adalah salah satu pokok keimanan dalam Islam. Mengingkari salah satunya sama dengan mengingkari seluruhnya—khususnya nabinabi yang namanya disebutkan jelas di al-Qur’an (yakni yang memang dipastikan status kenabiannya).

36 | IKH T ISA R R IS AL AH

Contoh paling gamblang misalnya: seseorang tidak bisa disebut muslim jika tidak mengimani kerasulan Isa al Masih (Yesus) atau Musa; mengingkari kerasulan mereka sama dengan keluar dari Islam. Semata karena semua nabi memang mengajarkan intisari ajaran yang sama, yakni tauhid: mempertuhankan Allah semata sebagai

satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, serta ketundukan atas aturan yang ditetapkan-Nya.

ُ ُ ۡ َ ۠ َ َ ٓ َّ َ َ ٓ َ ُ َّ َ ۡ َ ٓ ِ ُ‫َو َما ٓ أَ ۡر َس ۡل َنا مِن َ� ۡبل َِك مِن َّر ُسول إ َّ� ن‬ ۞ ‫ون‬ ِ ٍ ِ ‫و� إِ�هِ �نهۥ � إِ�ٰه إِ� �نا فٱ�بد‬ Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan telah Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku. Maka sembahlah Aku. QS al-Anbiya [21]: 25

Inilah ajaran murni yang dibawa oleh Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, bahkan sangat mungkin pula Zoroaster, Krishna dan nabi-nabi umat Hindu di masa lampau, juga kemudian Sidharta Gauthama, serta ratusan ribu nabi lainnya yang bertugas menebarkan risalah langit di tiap penjuru Bumi dari zaman ke zaman. Sementara Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai Nabi Penutup mengemban tugas khusus untuk memurnikan kembali agama yang telah ada sejak lama tersebut. Sungguh jelas dan sangat logis, karena segala yang disebut sebagai ‘agama’, yakni ‘ajaran tentang pedoman hidup manusia’, tentu mesti bersumber dari Tuhannya IKH T IS AR R IS AL AH | 37

manusia itu sendiri, yakni Allah Sang Maha Pencipta. Selama mengakui keberadaan Tuhan, seluruh agama semestinya adalah satu dan semestinya tak mungkin berseberangan satu sama lain. Namun kenyataannya, seiring sejarah ribuan tahun, dari generasi ke generasi, ajaran yang luhur itu seringkali tercoreng dan tak murni lagi, bahkan terlencengkan terlalu jauh sehingga seolah muncul sebagai agamaagama yang berbeda-beda. Bentuk dan perbedaannya tergantung kisah penyimpangan yang terjadi. Ada kalanya penyimpangan ini karena hakikat ajaran yang salah dimaknai oleh penganut di generasi selanjutnya. 24 Namun yang paling sering terjadi adalah karena kepentingan dari golongan tertentu, baik para penguasa atau bahkan para pemuka agama itu sendiri. 25 Yang jelas, 24 Kitab-kitab suci terdahulu ibarat puing-puing sisa bangunan yang pernah berdiri ribuan tahun lalu. Sebagian isi dari kitab suci tersebut telah musnah ditelan sejarah atau tercecer entah di mana. Sebagian lagi masih bertahan dan masih mengandung kebenaran, bahkan masih memiliki kekayaan ilmu (tentang penciptaan, tentang sejarah umat terdahulu, dsb.). Namun sebagiannya sudah tidak otentik lagi. Dan ketidakotentikan yang paling mesti diwaspadai adalah bagian tentang konsep ketuhanan (tauhid). Inilah bagian yang paling mendasar dan menjadi sasaran utama Iblis untuk diselewengkan. Sedikit saja konsep ketuhanan ini bergeser, maka sangat cukup untuk menyesatkan manusia dalam kadar kesesatan yang paling tinggi—karena di sinilah letak hakikat ibadah dan tujuan penciptaan. 25 Dalam kitab kaum Majusi, Yashna 48: 10 digambarkan: “Kemudian sesosok laki-laki yang sempurna (sang Nabi Penutup) akan muncul, bergerak dengan segala rencana (strategi) cerdasnya mengenyahkan reka-rekaan yang tercemar dari para pendeta palsu dan para tiran.”

38 | IKH T ISA R R IS AL AH

kenyataan tersebut seringkali tidak diketahui dan tidak disadari oleh pengikut di generasi-generasi selanjutnya. Ini karena sebagian besar dari penganut agama hanya mengikuti kebiasaan turun temurun—tanpa tau kisah sejarahnya, tanpa mempelajari secara mendalam tentang apa hakikat ajaran yang dianutnya. 26

Menghancurkan kitab suci tanpa membakarnya, demikianlah kira-kira strategi yang dijalankan oleh Iblis dan bala tentaranya. Maka kunci penyerangannya terhadap

agama bukan dengan melenyapkannya, melainkan dengan mencampuradukkan yang hak dengan yang batil, yakni dengan mencoreng prinsip ketuhanan yang murni, mencampurkannya dengan (sedikit saja) ajaran atau tradisi yang sebetulnya bertentangan dengan prinsip tersebut. Inilah hakikat bid’ah dan sinkretisme. Seperti ujar peribahasa, “nila setitik rusak susu sebelanga.” Perlu dicatatkan pula bahwa berusaha melencengkan

agama murni yang diturunkan oleh Allah adalah agenda utama Iblis. Maka akan selalu saja ada kisah tentang ini. Demikianlah memang dinamika drama perseteruan antara yang hak dan yang batil, antara para 26 Seperti makna janji lewat api yang lalu disalahartikan oleh kaum Majusi, sehingga api pun malah dipuja. Seperti konsep ketuhanan Yesus yang dimulai dari prakarsa Kaisar Konstantine dalam Konsili Nicea abad ke-4 M (tiga setengah abad setelah wafatnya Yesus). Seperti konsep trimurti atau trinitas dari ajaran paganisme yang akhirnya bercampur baur dalam ajaran Nasrani dan Hindu. Serta banyak bentuk kesimpangsiuran lainnya.

IKH T IS AR R IS AL AH | 39

pengampu kebaikan dan penebar kesesatan. Namun

tabir-tabir yang menutupi kebenaran tetap bisa terbuka lebar dengan mengaitkan kembali mata rantai kenabian.

ُ ٓ ُ ۡ ُ ُ ۡ َ َ ٓ َ َ َ ّ َّ َ ٰ َ ُ َّ َ َ َ ۡ ٰ�َِ ‫�م ّمِن ك‬ ‫ب َوحِك َمةٖ � َّم َجا َء� ۡم‬ ‫�ذ أخذ ٱ� مِي�ق ٱ�ب ِ ِ�ن لما ءاتيت‬ ٖ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ َ ۡ ُ ۡ َ ۡ َ َ َ َ ُ َّ ُ ُ َ َ َ ُ َ َ َ ّ ٞ ّ َ ُّ ٞ ُ َ َّ ُ ‫� ۡم َ�ُ ۡؤم‬ ٰ� ‫رسول مصدِق ل ِما مع‬ ‫ِن بِهِۦ و�ن�نه ۚۥ قال ءأقرر�م وأخذ�م‬ َ ْ َ َ۠ َ َ ۡ َ َ َ َۡ ْ ُ َ َّٰ ُ ۡ ۡ ُ َ ‫ِين ۞ � َمن‬ ‫�ي� قال ٓوا أق َر ۡرنا ۚ قال فٱش َه ُدوا َو�نا َم َع�م ّم َِن ٱلش ِهد‬ ِ ِ ‫�ٰل َِّ�م إ‬ َ ُ ٰٓ ۡ ََ ۡ َ ٓ ُ َ َ َ ُ ۡ َ َّ َ َ ُ ٰ َ ُ ُ َ ْ َ َ َٰ َ ۡ َ ٰ َ َ َََۡ ‫ِين ٱ�ِ �بغون و�ۥ أسلم‬ ِ َ ‫تو� �عد �ل ِك فأول�ِك هم ۡٱل َ�سِقون ۞ أ�َغ� د‬ َ َ َ َّ � ‫َمن‬ ۡ ‫�ض َط ۡو ٗ� َو� ۡر ٗها‬ ِ �‫ت َوٱ‬ ۞ ‫��هِ يُ ۡر َج ُعون‬ ِ ٰ �ٰ�‫ٱلس‬ ِ Ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh yang telah Ku-berikan kepadamu ialah Kitab dan Hikmah. Kemudian (akan) datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu. Tentu engkau akan benarbenar beriman kepadanya, serta akan membantunya. Allah berfirman: "Apakah engkau bersetuju dan menerima perjanjian-Ku ini?" Mereka menjawab: "Kami setuju". Allah berfirman: "Maka bersaksilah (wahai para nabi)!” Dan Aku pun menjadi saksi bersama engkau sekalian. Sesiapa berpaling setelah itu, maka merekalah orang-orang fasik. Bagaimana bisa mereka mencari agama selain agama Allah? Padahal apa yang di Langit dan Bumi berserah kepada-Nya, dengan suka atau terpaksa. Hanya kepada-Nya lah mereka akan kembali. QS Ali Imran [3]: 81-83

Demikianlah perjanjian antara Allah dengan para nabi. Karena kedatangan Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bersama alQur’an tak lain adalah pemurnian terakhir atas Risalah Allah, yang berlaku hingga penghujung zaman. Maka siapapun yang belum mau beriman kepada sang Nabi Penutup dan Risalah Terakhir ini, akan tergolong fasik. 40 | IKH T ISA R R IS AL AH

Bagi kalangan yang belum beriman, dokumen sejarah

yang menjelaskan tentang sosok sang Nabi Penutup ini sungguh telah cukup menjadi sebuah saksi kebenaran yang sangat nyata—terangnya seterang Matahari yang terbit setiap pagi. Jika ditilik dari kacamata ilmiah saja, ini merupakan fakta yang jauh lebih tinggi derajatnya ketimbang sekadar argumen apapun yang mungkin menyangkalnya. Betapa segenap nabi yang tinggal di tempat-tempat yang jauh dari Jazirah Arab ratusan atau ribuan tahun sebelumnya, telah memberitakan tentang akan datangnya sang Nabi Penutup yang harus diimani oleh seluruh manusia. Sungguh sebuah ‘kebetulan-yang-sangat-aneh’, dan patutlah untuk dipertimbangkan baik-baik oleh seluruh penganut agama yang belum beriman kepada sang Nabi Penutup tersebut, bahkan oleh kalangan yang tidak beragama sekalipun.

َ ۡ ۡ َّ َ َ ّ َّ ۗ‫ٱ�س� ٰ ُم‬ ِ ِ�‫إِن ٱ�ِين عِند ٱ‬

Sungguh agama di sisi Allah hanya Islam semata. QS Ali ‘Imran [3]: 19

Ya! Karena Allah Sang Maha Pencipta telah menetapkan satu pedoman hidup yang sesuai fitrah manusia. Demikianlah hakikat Islam yang telah diturunkan kepada seluruh nabi, teruntuk seluruh umat manusia. Wallahu a’lam bishawab [] IKH T IS AR R IS AL AH | 41

#

Nama & Makna ‘Islam’ berserah untuk selamat

ُ َ َ ُ ۡ َ ََۡ ۡ ُ َ ۡ ُ َ ُ ۡ َ ۡ َ ََۡۡ �ِ ‫ت عل ۡي� ۡم ن ِۡع َم‬ ‫ٱ�وم أ�ملت ل�م دِين�م و��مم‬ َ ۡ ُ ُ َ ُ ٗ ََ ۞ ۚ ‫ٱ� ۡس� ٰ َم دِينا‬ ِ ‫ورضِ يت ل�م‬

Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu. Dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku. Dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agama bagimu. QS al-Maidah [5]: 3

Walau pada hakikatnya Islam telah ada sejak awal umat manusia, namun Islam yang lazim kita kenal saat ini adalah penyebutan secara khusus pada ajaran dalam risalah terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Kata Islam setidaknya memiliki dua arti, yakni ‘keselamatan’ dan ‘keberserahan’. Islam adalah istilah khusus untuk menyebut agama yang fitrah, yang diturunkan Allah bagi umat manusia sebagai ‘jalan berserah untuk mencapai keselamatan ’. Makna singkatnya, hanya melalui keberserahan diri dan 42 | IKH T ISA R R IS AL AH

penghambaan total kepada Allah-lah maka keselamatan akan dicapai. Demikianlah memang hakikat ajaran Allah sejak awal diciptakannya manusia. Berbeda dengan nama-nama agama lain, nama Islam diberikan langsung oleh Allah Tuhan Semesta Alam lewat turunnya wahyu dalam al-Qur’an. Ini merupakan ‘nama resmi’ yang diturunkan dari langit, dan bukan sebutan yang dibuat oleh manusia. Nama Islam pun bersifat universal dan samasekali tidak mengacu pada nama nabi pembawanya atau tempat awal penyebarannya. 27 Walau menggunakan istilah dalam bahasa Arab, tapi Islam samasekali tidak mengacu hanya pada Arab. 28 Maka ayat yang serupa ayat ke-3 Surat al-Maidah seperti yang dikutip di atas tak akan ditemui di kitab suci mana

Nama agama Buddha, misalnya, sangat terkait dengan dengan sosok Sidartha Gautama sebagai nabinya. Nasrani (Kristen) dikaitkan dengan ‘Nazareth’, kota yang dianggap tempat lahir nabinya dan tempat awal penyebarannya. Hindu mengacu pada ‘Sungai Indus’, ‘Hindia’, ‘India’, yakni penyebutan dari bangsa Barat (Inggris) bagi bangsa India yang khas dengan agamanya tersebut. Yang jelas, nama-nama ini tidak disebutkan dalam kitab suci agama-agama tersebut, melainkan baru muncul dan dipakai di masa kemudian, jauh setelah masa hidup nabinya. 28 Bahasa Arab disinyalir merupakan (salah satu) bahasa tertua, yang dalam pengetahuan saat ini diketahui sebagai satu-satunya bahasa induk yang memiliki akar kata (morfologi) paling utuh—boleh lah dikatakan sebagai bahasa yang paling terjaga kemurniannya. Maka tak heran jika bahasa ini dipilih Allah untuk menyampaikan wahyu terakhir yang diturunkan ke Bumi, yang mesti terus bertahan dan berlaku hingga berakhirnya zaman. 27

IKH T IS AR R IS AL AH | 43

pun. Ayat ini turun di masa-masa akhir kehidupan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, sebuah isyarat yang menegaskan bahwa syariat dan pedoman telah disempurnakan bagi umat terakhir di muka Bumi. Dan sebutan atas apa yang telah disempurnakan tersebut ialah ad-Dîn al-Islam—‘sebuah jalan untuk berserah diri’. Inilah agama fitrah yang murni serta akan tetap bertahan dan berlaku hingga penghujung zaman. Wallahu a’lam bishawab [}

44 | IKH T ISA R R IS AL AH

I

KUNCI-KUNCI KEBENARAN

#

Fitrah

bawaan lahiriah untuk bertuhan satu

ُ ُ َ ٓ َ ۢ َ ُّ َ َ َ َ ۡ ُ َۡ ‫� َءاد َم مِن ظ ُهورِه ِۡم ذ ّرِ َّ� َت ُه ۡم َوأش َه َده ۡم‬ ِ ‫�ذ أخذ ر�ك ِمن ب‬ َٰ َ ْ ُ َ ۡ ُ ّ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ َ ٰٓ َ َ َ‫� َشه ۡدنَا ٓۚ أَن َ� ُقولُوا ْ يَ ۡوم‬ ‫س ِهم �لست بِر�ِ�مۖ قالوا ب‬ ِ ‫� أنف‬ ِ َ َ ٰ َ ۡ َ َّ ُ َّ َ ٰ َ ۡ َ ٰ ۞ �ِ ‫ٱلقِ�مةِ إِنا كنا �ن �ذا �فِل‬ Dan ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan mengambil kesaksian atas jiwa mereka, "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Benar, kami bersaksi." Agar di Hari Kiamat kelak engkau tidak mengatakan, "Sungguh kami telah lalai atas hal ini." QS al-Araf [7]: 172

Demikianlah perjanjian yang terjadi di Alam Ruh antara Sang Pencipta dan para makhluknya. Kala itu setiap ruh telah mengakui siapa Tuhannya. Maka setiap yang kemudian terlahir ke Bumi telah membawa fitrah kebertuhanan yang sama, yakni kecenderungan lahiriah untuk mengakui dan tunduk kepada-Nya. Saat berpindah ke Alam Dunia ini, jiwa-jiwa itu pun diuji tentang kefitrahannya tersebut. Dengan adanya fitrah ini, setiap manusia punya kesempatan yang sama untuk menemukan kebenaran tentang Tuhannya. IKH T IS AR R IS AL AH | 47

Dunia memang tercipta buat menguji. Kesukacitaan dan daya tarik yang terhampar di atasnya membuat manusia cenderung lalai dan lupa. Lingkungan tempat sang jiwa tumbuh atau pilihan langkah yang diambil dalam hidupnya bisa saja membuatnya malah menjauh dari fitrahnya. Namun selama nurani masih hidup dan merindukan kefitrahan, ia akan bisa kembali menemukan fitrah yang telah menjadi sumpah di Alam Ruh tersebut.

ََ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َّ َ َ ۡ ٗ َ َ ‫اس عل ۡي َها ۚ � � ۡبدِيل‬ �‫ِين حن ِيفا ۚ ف ِطرت ٱ�ِ ٱل ِ� �طر ٱ‬ �ِّ ‫فأق ِۡم َو ۡج َهك ل‬ ِ َ َ َ ۡ َ َّ ٰ َ َ ُ ّ َ ۡ ُ ّ َ ٰ َ َّ ۡ َ ََ� ِ َّ�‫� ٱ‬ ۞ ‫اس � َ� ۡعل ُمون‬ ‫ِ�ل ِق ٱ�ِۚ �ل ِك ٱ�ِين ٱلقيِم و��ِن أ‬ Hadapkanlah wajahmu dengan lurus pada agama (yang sesuai fitrah), karena Allah lah yang telah menciptakan manusia di atas fitrah itu. Tak ada yang berubah atas apa yang telah tercipta. Itulah agama yang lurus, namun kebanyakan manusia tidak tau." QS ar-Rum [30]: 30

Para nabi dengan risalah yang dibawanya tak lain bertugas mengingatkan kembali tentang fitrah manusia tersebut: untuk apa hidup di dunia dan kepada siapa ia

mesti menghamba, ke mana pula akhir tujuan hidupnya. Jiwa yang masih bersih terjaga akan mudah menerima apa yang diperingatkan para nabi. Namun semakin banyak terpengaruh kefanaan dunia dan bisikan fasik, semakin sulit pula sang jiwa kembali ke fitrahnya. Sepanjang kisah umat manusia, penolakan atas peringatan para nabi selalu saja disebabkan ego, gengsi, bangga diri, kesombongan, akibat kelekatan sang jiwa dengan kefanaan dunia. Wallahu a’lam bishawab [] 48 | IKH T ISA R R IS AL AH

#

Iqra’!

jalan pembuka ilmu

َّ َ َ َ ۡ ۡ ‫ٱق َرأۡ ب‬ ۞ ‫ٱس ِم َر ّ�ِك ٱ�ِي خل َق‬ ِ

Bacalah! — dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. QS al-‘Alaq [96]: 1

“Iqra!”—‘Bacalah!’ Ini adalah kata sekaligus perintah yang paling pertamakali turun sebagai ayat al-Qur’an. Jika fitrah adalah prasyarat untuk dapat menerima kebenaran, maka ‘membaca’ tak lain adalah ‘pintu pertama’ menuju jalan ilmu untuk menemukan kebenaran. Karena toh ayat-ayat pertama yang turun memang menekankan perintah untuk membaca, maka menjadi muslim tapi tak mau membaca adalah ibarat kejanggalan. Dalam Islam, semua yang dijalankan dalam kehidupan harus selalu dilandasi ilmu. Iman dan keyakinan harus berpangkal dari ilmu dan akan semakin kuat dengan bertambahnya ilmu. Segenap syariat ibadah beserta tata cara menjalankan seluruh aktivitas kehidupan pun harus selalu berlandaskan ilmu. IKH T IS AR R IS AL AH | 49

Inilah salah satu hal yang paling khas dari Islam. Islam

adalah ajaran yang sangat memuliakan kedudukan ilmu dan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu.

ْ ُ َ َ َ َّ ُ َّ َ ۡ َ َ َ َ َ ۡ ۡ ْ ُ ُ َ َّ َ ۡ ُ ۞ ‫ت‬ � ٖ ٰ �‫يرفعِ ٱ� ٱ�ِين ءامنوا مِن�م وٱ�ِين أوتوا ٱلعِلم در‬

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat. QS al-Mujadilah [58]: 11

Dalam al-Qur’an, kata ‘ilmu’ beserta turunannya disebutkan lebih dari 700 kali 29—padahal jumlah surat dalam al-Qur’an pun hanya 144. Ajaran Islam secara tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu ialah kewajiban yang sangat utama bagi seorang muslim sepanjang hayat. Mengamalkan (menerapkan) dan menyebarkan ilmu (mendidik dan berdakwah) pun harus senantiasa dijalankan setiap muslim. Tujuannya tak lain adalah menemukan dan menjalankan kebenaran, menyebarkan dan meneggakkan kebenaran. Lewat jalan ilmu pula lah kebenaran Islam bisa ditemukan oleh setiap insan, untuk menemukan fitrah dan tujuan hidupnya. Wallahu a’lam bishawab []

Termasuk kata-kata yang artinya ‘berilmu’, ‘alim’/’ulama’ (=‘ilmuwan’), ‘menuntut ilmu’, ‘mempelajari’, ‘belajar’, ‘memahami’, dsb. —yang dalam bahasa Arab kata-kata tersebut mengakar pada kata dasar yang sama dengan kata ilmu.

29

50 | IKH T ISA R R IS AL AH

#

Cahaya (Ilmu) petunjuk dari sumber pengetahuan yang hakiki

َّ َ ّ ُ َ ٓ َ َ ٞ ‫ب ُّمب‬ ٞ ٰ�َِ �‫ور َو‬ ُ َّ ِ‫� ۞ َ� ۡهدِي به‬ ٞ ُ‫ٱ�ِ ن‬ ‫ٱ� َم ِن‬ ‫قد�ۡ جاء�م مِن‬ ِ ِ َ ُ َ َ ۡ َّ َ َ ۡ ُّ َ ّ ُ ُ َّ ُ َ َ ُّ ٰ ِ ٰ �‫ٱ� َب َع رِض�ٰن ُهۥ ُس ُبل ٱلس� ِم و�خ ِرجهم مِن ٱلظل‬ ِ‫ت إِ� ٱ�ور‬ َ ۡ َ ۡ ُّ َ ََۡ ۡ ۞ �‫ِي‬ ٖ ‫�ِإِذنِهِۦ و�هدِي ِهم إ ِ ٰ� صِ � ٰ ٖط مستق‬

[...] Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita menuju cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, menunjuki mereka ke jalan yang lurus QS al-Maidah [5]: 15-16

Ilmu yang paling hakiki ialah ilmu yang bersumber langsung dari Allah Sang Maha Pencipta, yang seringkali diistilahkan (diibaratkan) sebagai nur , yakni ‘cahaya yang menerangi dan memberi petunjuk’. Ilmu inilah yang disampaikan oleh para nabi melalui kitab suci, pebuatan serta lisan mereka. Sebagai ilmu yang hakiki yang dijamin kebenarannya, maka diistilahkan pula sebagai khabar

shadiq, yang artinya ‘berita yang benar’. IKH T IS AR R IS AL AH | 51

Karena Allah yang menciptakan kita dan seluruh alam, maka Dia pula lah yang paling mengetahui dan paling mengerti. Hanya dengan panduan ilmu-Nya lah manusia dapat menemukan kebenaran. ‘Ilmu’ atau ‘cahaya’ inilah yang juga disebut sebagai hidayah. Secara umum, hidayah dapat diartikan sebagai ‘petunjuk’ atau ‘bimbingan’. Bisa berupa petunjuk yang diserukan oleh para nabi dengan kitab suci yang dibawanya. Bisa pula berupa petunjuk yang secara istimewa Allah turunkan sebagai karunia bagi makhluknya, sehingga ia dapat menerima dan menerima kebenaran dengan lebih mudah, terbuka dan lapang hati.

ۡ ۡ ّ َّ ُ َ ۞ ‫ب زِد ِ� عِل ٗما‬ ِ ‫وقل ر‬

Dan katakan lah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." QS Thahaa [65]: 114

Di sisi lain, ilmu yang hanya berpangkal dari pikiran manusia sangatlah terbatas, sekadar dugaan yang boleh jadi keliru. Ilmu manusia hanya mungkin menjadi benar jika disandarkan pada ilmu yang diturunkan Allah. Jika justru bertentangan, maka sudah pasti tidak benar, batil, salah—dalam Islam, yang demikian pada hakikatnya tidak bisa disebut sebagai ilmu.

52 | IKH T ISA R R IS AL AH

ۡ ۡ َّ َ َ ۡ َّ َ ۡ َۡ َ ۞ ‫ٱق َرأ َو َر ُّ�ك ٱ�� َر ُم ۞ ٱ�ِي عل َم بِٱلقل ِم‬ ۡ َ َّ َ َ َ ٰ َ �‫ٱ‬ ۞ ‫�� َن َما ل ۡم َ� ۡعل ۡم‬ ِ ‫ع لم‬

Bacalah! Dan Tuhanmu lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajari (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajari manusia apa-apa yang tak diketahuinya. QS al-‘Alaq [96]: 3-5

Dalam ayat-ayat al-Qur’an yang pertamakali turun, Allah mengenalkan diri-Nya dan menggambarkan bagaimana Ia mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam, yakni risalah (kitab suci) yang dibawa para rasul dan nabi. Sebagai Sang Pencipta, Allah mengajarkan segenap ilmu sebagai petunjuk bagi makhluk-makhluknya untuk menjalani kehidupan. Dia juga memberi secuplik pengetahuan tentang penciptaan Alam Semesta, penciptaan manusia dan makhluk lainnya, bahkan tentang alam-alam yang akan dilalui manusia di kehidupan selanjutnya, serta berbagai khazanah ilmu lainnya. Namun, yang paling tinggi derajatnya di antara semua itu ialah ilmu yang mengajarkan tentang keberadaan dan keesaan Allah. Lewat wahyu-wahyu yang diturunkan, Allah sendiri yang mengenalkan diri-Nya, menggambarkan sifat-sifat-Nya, serta menegaskan tentang keesaan-Nya, bahwa Dia adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah oleh seluruh makhluk. Ilmu yang tertinggi inilah yang disebut dengan tauhid. Wallahu a’lam bishawab [] IKH T IS AR R IS AL AH | 53

#

Hati, Akal, & Indera

perangkat menuju kebenaran

ُ َ ََ ُ َ ََ َ َ َّ ‫� ُم‬ ‫ٱلس ۡم َع‬ ‫حهِۖۦ وجعل ل‬ ِ ‫� َّم َس َّوٮ ٰ ُه َ َو�فخ �ِيهِ َ مِن ُّرو‬ ۡ ۡ ٗ ُ َ َ َ ۡ ۡ َ َ ۞ ‫َوٱ�بۡ� ٰ َر َوٱ�� َدة ۚ قل ِي� َّما �شك ُرون‬ Lalu Dia menyempurnakan dan meniupkan ruh (ciptaan)-Nya ke dalamnya. Dia pun menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, namun sedikit sekali di antaramu yang bersyukur. QS as-Sajdah [32]: 9

َ ۡ َ ۡ ْ ُ ْ ُ ُ َّ َ َ َ َ َّ ۞‫ب‬ ِ ٰ�‫إِ�ما �تذكر أولوا ٱ�ل‬

Hanyalah orang-orang yang mempergunakan akal (ulil albab) yang dapat mengambil pelajaran. QS ar-Ra’d [13]: 9

Allah sungguh sangat tegas memerintahkan manusia untuk benar-benar memberdayakan hati (nurani), akal, dan segenap perangkat inderawi yang telah dianugerahkan. Hanya dengan memanfaatkan segenap perangkat inilah kebenaran bisa tercapai. Maka ancaman yang sangat keras pun tertuju bagi sesiapa yang lalai dan tidak memanfaatkan anugerah ini dengan semestinya. 54 | IKH T ISA R R IS AL AH

ۡ َ ّ ۡ َ ّ ٗ َ َ َّ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َ َ ۡ َّ ٞ ُ ُ ۡ ُ َ ‫وب � َ�فق ُهون ب ِ َها‬ ‫�س لهم قل‬ �‫ٱ‬ ‫ولقد ذر�نا ِ�هنم كث ِ�� مِن ٱ�ن و‬ ِ � ِ َ ۡ َ َ ٰٓ َ ْ ُ ٓ َ َ ُ َ ۡ َ َّ ٞ َ ِ ِ ۡ ُ َ َ َ َ ٞ ُ ‫َول َ ُه ۡم أَ ۡع‬ َ ُ ِ ‫� َّ� ُ� ۡب‬ ٰ‫ك كٱ�نۡ َ� ِم‬ ِ �‫�ون ب ِ َها وله ُم ٰٓءاذان � �سمعون بِها ۚ أول‬ َ ُ َ ۡ ُ َ َ ُّ َ ُ ۡ ۞ ‫بَل ه ۡم أضل ۚ أ ْول�ِك ه ُم ٱل�ٰفِلون‬ Dan sesungguhnya Kami jadikan Neraka Jahanam ini bagi kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka yang mempunyai hati, tapi tak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tak dipergunakan untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka ibarat binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka lah orang-orang yang lalai. QS al-A’raf [7]: 179

Di sisi lain, al-Qur’an sangat menyanjung orang-orang beriman yang benar-benar memberdayakan segenap akal dan nuraninya, yang karenanya membuat ia semakin banyak mengingat Allah dan mendekatkan diri kepadaNya. Merekalah dalam al-Qur’an dijuluki sebagai ‘ulil albab’.

َۡ ُّ َ ۡ َ َ َ َّ ‫إ َّن � َخ ۡلق‬ َ َّ َ ۡ َّ ‫ٱخت َِ� ٰ ِف‬ ِ �‫ت َوٱ‬ �ِ ‫ت ِ� ْو‬ ‫�ض و‬ ِ ٰ �ٰ�‫ٱلس‬ ٖ ٰ �� ِ‫ٱ� ِل وٱ�ه َار‬ ِ َۡ ۡ ِ ِ ٗ ُ ُ َ ٗ ٰ َ َ َّ َ ُ ُ ۡ َ َ َّ ٰ َ ‫ودا َو‬ ٰ�َ ‫ٱ�ل‬ ‫ب ۞ ٱ�ِين يذكرون ٱ� ق ِ�ماَ و�ع‬ ‫� ُج ُنو� ِ ِه ۡم‬ ِ ۡ َ َ َ َّ ۡ َ َّ َ َ َ َ‫�ض َر َّ� َنا َما َخلَ ۡقت‬ ُ ِ �‫ت وٱ‬ ِ ٰ �ٰ�‫َو َ�تفكرون ِ� خل ِق ٱلس‬ َ َ َٰ َ ۡ ُ ٗ َٰ َ َٰ َ ‫ك فَق َِنا َعذ‬ ۞ ِ‫اب ٱ�َّار‬ ‫�ذا � ِط� سب�ن‬

Sungguh pada penciptaan Langit dan Bumi, serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab (orang-orang yang mempergunakan akal). Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring, dan mereka memikirkan ihwal penciptaan Langit dan Bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka.” QS Ali Imran [3]: 190-191 Wallahu a’lam bishawab [] IKH T IS AR R IS AL AH | 55

••• SIMPULAN: “Mata Hati & Jalan Kebenaran”

Kebenaran yang hakiki hanya bisa dicapai dari kedua sisi: 1) faktor dari dalam diri sendiri, yakni melaui akal, hati nurani, nalar, beserta segenap indera yang telah dianugerahkan oleh Allah. 2) faktor dari luar, yakni ilmu yang bersumber dari luar diri, yang diumpamakan sebagai ‘cahaya’ (nur) yang menerangi dan memberi petunjuk di tengah gelapnya ketidaktahuan. Inilah wahyu dari Allah, yakni sebagai cahaya petunjuk, berupa kitab yang diturunkan Allah dan segala yang arahan oleh nabi-nabinya, 30 serta hidayah yang secara khusus Allah turunkan ke dalam hati para hambanya sehingga mudah menerima dan memahami kebenaran. Jika salah satu faktor (dalam dan luar) ini tidak terpenuhi, maka kebenaran tidak akan pernah tercapai. Wallahu a’lam bishawab []

Khususnya mengacu pada risalah terakhir yang diturunkan sebagai petunjuk bagi umat terakhir (kita), yakni segala yang disampaikan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang dibawa oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. 30

56 | IKH T ISA R R IS AL AH

II

BERSERAH DIRI islam, iman, ihsan

#

Rukun Islam lima ‘pilar’ ibadah Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

Islam adalah engkau bersaksi tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah semata dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke baitullah jika engkau telah mampu melakukannya. HR Muslim: 8

31

Rukun Islam adalah lima hal yang menjadi pilar utama utama sekaligus syarat dan ciri keislaman. Terdiri dari lima bentuk ibadah wajib yang menjadi tahap paling awal dan paling pokok untuk menjalani Islam. Keseluruhan pilar ibadah ini berpangkal pada rukun pertama, yakni dua kalimat syahadat yang merupakan rukun yang paling mendasar. Pilar pertama ini ibarat tiang pancang paling utama dan paling pertama dibangun di sebuah ‘bangunan keislaman’. Keseluruhan ‘bangunan keislaman’ dengan tingkatan-tingkatannya berawal dari hanya satu tiang pancang ini. 31

Penggalan hadits ke-2 dalam Arbain Nawawi

#1 Syahadat

ُ ُ ۡ َ ۠ َ َ ٓ َّ َ َ ٓ َ ُ َّ َ ۡ َ ٓ ِ ُ‫َو َما ٓ أَ ۡر َس ۡل َنا مِن َ� ۡبل َِك مِن َّر ُسول إ َّ� ن‬ ۞ ‫ون‬ ِ ٍ ِ ‫و� إِ�هِ �نهۥ � إِ�ٰه إِ� �نا فٱ�بد‬ Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum engkau (Muhammad) melainkan telah Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku. Maka sembahlah Aku. QS al-Anbiya [21]: 25

Syahadat, yakni sebuah pernyataan atau persaksian hati dan lisan yang menjadi syarat pertama keislaman seseorang. Terdiri dari dua kalimat yakni:

ُ �َِّ ‫ا َ ْش َه ُداَن ْ َا�ا َ َِ� ا‬ �‫ا‬

Asyhadu al laa ilaaha illaIlah Aku bersaksi tiada Tuhan yang disembah selain Allah

ُ َ ُ َّ َ ْ َ ِ�‫َوا� َه ُدان � َّم ًدا َر ٌسؤل ا‬

Wa asyhadu anna Muhammadarasulullah Dan aku bersaksi bahwa Muhammad ialah utusan Allah

Kalimat pertama: “laailahailallah ”, ialah kalimat tauhid.

Tauhid adalah hal paling penting harus diketahui, dipahami, dihayati sekaligus diamalkan dan dijalani dalam kehidupan. Kalimat ini membenarkan dan menegaskan tentang hakikat Allah sebagai Tuhan Yang Maha Tunggal. 32 Tidak ada sesuatu apapun yang boleh Secara bahasa, tauhid berasal dari perubahan kata kerja wahhadayuwahhidu, yang bermakna ‘menunggalkan sesuatu’. 32

60 | IKH T ISA R R IS AL AH

disetarakan, disandingkan, serta disekutukan denganNya. Bahwa Allah itu mutlak kekuasaan-Nya, tiada terbagi sedikit pun dengan sesuatu yang lain. Tiada tandingan, tiada bandingan. 33 Dari pernyataan ini, artinya kita menetapkan pula bahwa keseluruhan hidup kita tak lain adalah sebuah penghambaan (ibadah) dan persembahan yang ditujukan untuk Allah semata. Maka, tidak ada sesuatu apapun yang dijalankan dalam kehidupan kecuali ujung akhirnya ditujukan untuk Allah.

Tauhid adalah intisari dari Islam—inti ajaran yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul dari zaman ke zaman. Tauhid juga bisa dikatakan sebagai keseluruhan dari Islam itu sendiri. Penerapan tauhid merupakan amalan tertinggi, paling utama, paling mulia, paling besar pahalanya. Tauhid adalah syarat pertama untuk segala

Namun demikian, dalam al-Qur’an kita akan menemukan bahwa Allah juga acapkali menggunakan kata ganti pertama dalam bentuk jamak ketika menyebut diri-Nya sendiri, yakni menggunakan kata Kami. Hal ini tak boleh disalahartikan. Banyak yang tak tau bahwa dalam berbagai bahasa, kata jamak semacam ini sangat lazim digunakan untuk menggambarkan keagungan dan derajat yang tinggi, seperti yang biasa digunakan raja-raja untuk mengagungkan dirinya sendiri (seperti halnya pula dalam konteks bahasa kita, ‘kami’ juga digunakan untuk menggambarkan kesopanan dan kerendahhatian, dan maknanya samasekali bukan berarti ‘banyak’—seperti yang digunakan para pembaca berita atau penulis buku). Sementara itu, ketika menisbatkan Allah dengan kata ganti orang kedua dan ketiga, al-Qur’an selalu menggunakan kata tunggal. 33 Lebih lanjut tentang tauhid, lihat bab “Rukun Iman: Iman kepada Allah” IKH T IS AR R IS AL AH | 61

bentuk kebajikan. Semua amalan yang tidak dilandasi

tauhid akan gugur, tidak ada artinya dan tidak ternilai di sisi Allah. Kalimat kedua: “muhammadarasulullah ” ialah kalimat yang menyatakan bahwa kita mengakui, membenarkan dan meyakini bahwa Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬ialah utusan Allah. 34 Yakni utusan Allah yang terakhir dari seluruh nabi dan rasul yang pernah diutus sebelumnya; nabi penutup yang membawa risalah (kitab suci) terakhir yang memurnikan kembali agama manusia serta menyempurnakan syariatnya. Melalui pernyataan ini, artinya kita bersedia untuk mematuhi dan mengikuti apa-apa yang diarahkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Baik panduan dalam mengenali dan memahami Allah serta tata cara ibadah kepada-Nya, maupun dalam menjalankan keseluruhan aktivitas kehidupan. Singkat kata, melalui pernyataan ini kita telah menjadikan Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai pemberi petunjuk, suri tauladan, panutan, serta acuan paling utama dalam seluruh perbuatan kita.

Kalimat pertama syahadat selalu sama dari zaman ke zaman, yakni “Aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.” (tentunya dengan bahasa yang digunakan masing-masing umat). Sedangkan kalimat keduanya berbeda-beda, tergantung siapa nabi yang diutus di umat tersebut. Bagi Bani Israil di era kerasulan Nabi Isa al-Masih, misalnya, maka kalimatnya adalah, “aku bersaksi bahwa Isa

34

ialah utusan Allah.”

62 | IKH T ISA R R IS AL AH

Syarat Syahadat Syahadat mesti dilandasi ilmu, yakni ilmu yang hakiki (benar) yang bersumber wahyu yang diturunkan oleh Allah, yakni mengacu pada ilmu dalam risalah (kitab suci) yang dibawa para rasul dan nabi —bukan semata atas dasar perkiraan nalar manusia. Syahadat mesti terhujam dalam hati sebagai sebuah keyakinan yang teguh, yakni keyakinan yang melepas segala keraguan atas kebenarannya, serta mengingkari segala yang bertentangan dengannya. Syahadat juga harus bertumpu pada kejujuran, keikhlasan, serta rasa cinta yang tulus; harus murni tanpa tanpa tercoreng oleh maksud tujuan lain; menerima kebenaran ini secara utuh tanpa ada penolakan sedikit pun. Syahadat juga kemudian mesti membuahkan ketundukan dan kepatuhan, sehingga segala hal yang dijalani dalam hidup kita benar-benar dipersembahkan kepada Allah semata, dengan mengikuti pentunjuk yang diarahkan oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Maka, dua kalimat syahadat dalam Islam adalah sebuah penetapan tentang penghambaan seorang makhluk kepada Penciptanya secara total, serta kepatuhan atas petunjuk yang dibawa dan dicontohkan oleh rasul-Nya.

IKH T IS AR R IS AL AH | 63

#2 Shalat ۡ َ ۠ َ َ ٓ َّ َ ٰ َ ٓ َ ُ َّ َ َ ٓ َّ َّ ‫ٱ� ُب ۡد� َوأَقِم‬ ٓ ‫ٱلصلَ ٰو َة ِ� ِۡ�ر‬ ۞‫ي‬ ‫إِن ِ� �نا ٱ� � إ ِ�ه إِ� �نا ف‬ ِ ِ ِ

Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. QS Thaha [20]: 14

Setelah menyatakan keislaman melalui dua kalimat syahadat, kewajiban pertama bagi seorang muslim ialah menjalankan ibadah shalat. Inilah bentuk ibadah yang paling mulia dan paling utama dalam Islam, 35 hingga shalat pun disebut sebagai ‘tiang agama’. 36 Meninggalkan shalat bukan saja merupakan dosa besar. 37 Walau telah muslim sejak lahir dan walau telah jelas-jelas mengucapkan dua kalimat syahadat, jika seseorang benarbenar meninggalkan shalat dan mengingkari wajibnya shalat, ia bahkan bisa jatuh pada kekafiran. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Sungguh, batas antara seorang muslim dengan kemusyrikan dan kekufuran adalah ditinggalkannya shalat. HR Muslim: 116

38

QS 29: 45; 23: 9-11 Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “Pokok dari segala hal adalah Islam dan tiang penopangnya adalah shalat.” (HR at-Tirmidzi: 2616, HR Ibnu Majah: 3973) 37 QS 74: 42-43; QS 19: 59-60 35 36

Dalam riwayat lain Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “Perjanjian antara kami (muslim) dengan mereka (orang kafir) adalah shalat. Maka sesiapa yang 38

64 | IKH T ISA R R IS AL AH

‫ۮ‬

Shalat merupakan ibadah ritual yang telah ada sejak nabi terdahulu, namun tata caranya kemudian disempurnakan oleh syariat (aturan) yang dibawa oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Shalat yang wajib ada lima waktu dalam sehari, di antara waktu fajar hingga malam menjelang —shalat shubuh di waktu fajar, zhuhur di tengah hari, ‘ashar di sore hari, maghrib di saat petang, serta ‘isya di permulaan malam. 39 Yang paling khas dalam gerakan shalat ialah ruku (membungkukkan badan) dan sujud (meletakkan kepala di atas tanah/lantai). Inilah sikap tubuh yang menjadi simbol ketundukan seorang hamba kepada Tuhannya; merendahkan diri di hadapan Dzat Yang Maha Tinggi. Pada hakikatnya, shalat menjaga seorang muslim

agar senantiasa mengingat Tuhannya: Allah 40—yakni mengingat secara istiqamah (terus-menerus, konsisten). Dalam aktivitas sehari-harinya, seorang muslim mesti selalu berjeda, meluangkan waktu-waktu khusus yang benar-benar murni hanya ditujukan untuk menghadap pada Tuhannya: mengingat-Nya, memuji-Nya, memohon ampun kepada-Nya, berdoa kepada-Nya untuk segala meninggalkan shalat berarti sungguh dia telah kafir.” (HR at-Tirmidzi: 2545, HR Ibnu Majah: 1069) 39 QS 11: 114 40 QS 20: 14 IKH T IS AR R IS AL AH | 65

bentuk kebaikan yang diharapkan. Shalat melatih jiwa untuk tunduk dan patuh pada Tuhannya. Jika dijalankan dengan sempurna, shalat akan memberikan ketenangan dan kebahagiaan, 41 sekaligus

menjaga seorang muslim senantiasa melakukan halhal baik dan terhindar dari perbuatan buruk (keji dan munkar). 42 Selain disebut sebagai ‘tiang agama’, shalat juga merupakan bentuk ibadah yang dapat mengikat ukhuwah (tali persaudaraan). Bagi laki-laki, shalat lima waktu juga mesti dilakukan secara berjamaah di masjid. Maka shalat berjamaah di masjid juga salah satu penanda tentang kokohnya suatu umat. 43 Mempelajari shalat dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya adalah mutlak bagi seorang muslim. Bermula dengan mempelajari surat al-Fatihah yang menjadi ‘doa utama’ yang harus dibacakan dalam shalat, kemudian mempelajari aturan bersuci (wudhu) dan shalat—mencakup syarat-syarat-nya, rukun-rukunnya (tata cara, urutan), hal-hal wajib dan sunnah yang dilakukan di dalamnya, serta hal-hal yang membatalkannya. QS 23: 1-2; QS 2: 277 QS 29: 45 43 Prosesi dalam shalat berjama’ah menggambarkan miniatur tatanan masyarakat—tentang adanya imam yang menggambarkan kepemimpinan, kerapihan shaf/barisan yang menggambarkan kekompakan, kepaduan gerak ma’mum menyambut isyarat dari sang pemimpin, dsb. 41 42

66 | IKH T ISA R R IS AL AH

Selanjutnya, agar shalat benar-benar diterima oleh-Nya sebagai ibadah yang utama, serta agar shalat bisa betulbetul berdampak dalam keseharian (mencegah kita dari perbuatan buruk), maka seorang muslim juga mesti senantiasa meningkatkan dan menjaga kualitas shalatnya. Selain menerapkan aturan-aturannya dengan tepat, yang juga sangat penting adalah kesempurnaan bacaan, plus benar-benar memahami arti dan maknanya, sekaligus tumaninah (ketenangan) serta kekhusyukan (penghayatan) saat menjalankannya. 44

#3 Zakat ّ ُ ُ ّ ُ َٗ َ َ ََ ّ َ ۡ ُ ََۡ ۖ‫خذ م ِۡن أم�ٰل ِ ِه ۡم صدقة � َط ِه ُره ۡم َوت َز� ِي ِهم ب ِ َها َوص ِل عل ۡي ِه ۡم‬ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, guna membersihkan dan mensucikan mereka. QS Taubah [9]: 103

Zakat merupakan sebuah kewajiban untuk menyucikan diri, yakni dengan melepaskan sebagian harta yang kita miliki untuk diberikan kepada yang berhak—terutama kepada kalangan yang tak mampu. 45 Ukuran harta yang wajib dikeluarkan dalam zakat serta bagaimana mengelolanya diatur rinci dalam syariat Islam.

44 45

QS 2: 45, 238; QS 29: 45; QS 107: 4-5 QS 9: 60 IKH T IS AR R IS AL AH | 67

ْ ُ ُ َ َ َ ُّ ُ َّ ْ ُ ُ َّ َ َّ ۡ ْ ُ َ َ َ ٰ ‫لن �نالوا ٱل ِ� ح‬ ‫ون وما تنفِقوا‬ ۚ ‫� تنفِقوا مِما �ِب‬ َ َّ َّ َ َ ‫� ٖء فإن‬ ٞ ‫ٱ� بهِۦ عل‬ ۡ َ ‫مِن‬ ۞ ‫ِيم‬ ِ ِ

Tidaklah engkau sampai pada kebajikan (yang sempurna), sebelum engkau meng-infaq-kan sebagian harta yang kau cintai. Apa saja yang engkau infaq-kan, Allah sungguh mengetahuinya. QS Ali Imran [3]: 92

Setelah mengeluarkan zakat dalam jumlah tertentu, pemberian selebihnya lewat infaq dan sedekah juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan, walau bukan sebagai kewajiban. Amalan ini juga menggambarkan tingkat keimanan dan ketakwaan seorang hamba. 46 Zakat (serta infaq dan sedekah) melatih jiwa kita untuk

terbebas dari rasa keberpemilikan (posesif: berlebihan dalam rasa memiliki); bahwa segala sesuatu (materi) pada hakikatnya ialah milik Allah yang dititipkan kepada kita. Bentuk ibadah ini juga melatih jiwa untuk terjauhkan dari sifat tamak dan kikir; bahwa sebagian jatah rezeki orang lain juga ternyata ada pada harta kita, yakni hak orang lain yang dititipkan Allah melalui kita. 47 Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, zakat, infaq, dan sedekah juga ditujukan menggulirkan harta, menebarkan dan membagikan kemakmuran kepada khalayak, agar tak bertumpuk hanya di orang-orang (kaya) tertentu.

46 47

QS 2: 2-3, 177; QS 32: 15-16; QS 23: 1-4; QS 64: 16; QS 30: 38; dsb. QS 87: 14-15; QS 51: 19

68 | IKH T ISA R R IS AL AH

#4 Puasa

ََ ُ َ ُ َ ّ ُ ُ ۡ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ � ‫ام ك َما كت َِب‬ ‫ٱلصي‬ ِ ‫ي��ها ٱ�ِين ءامنوا كت ِب علي�م‬ َ ُ َّ َ ۡ ُ َّ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ �‫َّٱ‬ ۞ ‫ِين مِن �بل ِ�م لعل�م �تقون‬

Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atas engkau untuk berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang terdahulu, agar engkau bertakwa. QS al-Baqarah [2]: 183

Shaum atau puasa ialah ibadah yang dilakukan dengan menahan diri untuk tidak makan dan minum, serta tidak melakukan beberapa hal lain sejak fajar hingga Matahari terbenam. Puasa juga merupakan ibadah yang telah ada sejak para nabi terdahulu, namun tata caranya kemudian disempurnakan oleh syariat (aturan) yang dibawa oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. 48 Di antara banyak jenis puasa, yang wajib ialah puasa sepanjang bulan suci Ramadhan. 49 47F

48F

Para hakikatnya, ibadah puasa dapat melatih jiwa untuk terbiasa menahan diri, berlepas dari hawa nafsu;

membiasakan diri agar tidak terikat dengan hal-hal duniawi yang cenderung sukai oleh hawa nafsu kita, lalu mengalihkan nafsu tersebut pada harapan untuk

48 Di antara puasa nabi terdahulu yang masih tetap bisa dijalankan oleh muslim saat ini ialah puasa Nabi Daud, yakni puasa berselang-seling sehari puasa dan sehari tidak, dst. Namun ini adalah sunnah, sebagai salah satu pilihan bentuk ibadah tambahan yang tidak wajib. 49 QS 2: 185

IKH T IS AR R IS AL AH | 69

mendapatkan ridha dari Allah. Oleh karena itu, puasa Ramadhan juga dianjurkan untuk disandingkan dengan ibadah itikaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Itikaf ialah menetap di masjid dengan tidak melakukan apa-apa kecuali dzikir (melafalkan kalimatkalimat pujian, doa, permohonan ampun kepada Allah, serta segala hal yang terkait pendekatan diri kepada Allah) —sejenak melepaskan diri dari kehidupan duniawi.

#5 Haji

َّ َ َّ َ َّ ‫إ َّن أَ َّو َل َ� ۡيت ُوض َع ل‬ َ ‫ار ٗ� َو ُه ٗدى ّل ِۡل َ� ٰ َلم‬ َ ‫ك َة ُم َب‬ ِ ‫ِلن‬ ۞� ‫اس ل�ِي بِب‬ ِ ٖ ِ ِ Sesungguhnya rumah (ibadah) yang mula-mula dibangun untuk manusia ialah Baitullah di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. QS Ali Imran [3]: 183

Haji merupakan ziarah suci yang dilakukan dengan mengunjungi Ka’bah 50 dan beberapa tempat suci lainnya di wilayah Makkah dan Madinah. Bentuk ritualnya adalah

Ka’bah juga merupakan kiblat bagi umat muslim. Tempat ke mana muslim menghadap kala beribadah. Tempat yang dalam al-Qur’an QS Maidah [5]: 97 disebut sebagai pusat bagi umat manusia—pusat Bumi. Ka’bah dan wilayah sekitarnya, yakni Jazirah Arab hingga Negeri Syam (Yerusalem) merupakan titik pusat dakwah para rasul-rasul utama (Ulul Azmi) sepanjang sejarah umat manusia. Di samping itu, beberapa fakta ilmiah juga memang menunjukkan bahwa Ka’bah adalah pusat Bumi. Misalnya posisi Ka’bah yang tepat pada titik tengah Bumi berdasarkan golden ratio (fibonacci); terkait pula dengan zero magnetism area, yakni titik tengah antara dua kutub, di mana kompas tak berfungsi; dsb. 50

70 | IKH T ISA R R IS AL AH

napak tilas kisah teladan Nabi Ibrahim dan keluarganya. 51 Ziarah ini juga ibarat pertemuan agung kaum muslim dari seluruh dunia. Ibadah ini hanya diwajibkan bagi muslim yang mampu (secara fisik dan harta). Namun, setiap muslim mesti beritikad untuk memenuhi ibadah ini. Pada hakikatnya, ibadah haji membawa jiwa kita untuk mengakui bahwa kunci kebaikan yang utama bagi seorang makhluk tak lain adalah dengan berserah kepada Allah secara total. Yakni dengan berkaca pada Nabi Ibrahim dan keluarganya yang bisa lolos menghadapi begitu banyak kesulitan dan cobaan berat yang menguji kesabaran, keikhlasan, dan keberserahannya. Ritual haji merupakan simbol ketidakberdayaan dan

kerendahan seorang mahkluk di hadapan Tuhannya. Seorang yang sedang berhaji mesti benar-benar berlepas dari kemewahan dan keduniawian; hanya boleh mengenakan kain ihram, yakni kain putih polos tanpa jahitan dan aksesori apapun—ibarat kafan yang akan membungkus tubuh saat wafat dan dikuburkan. Bahwa kita bukan siapa-siapa, dan samasekali tidak pantas untuk sombong dan bermegah diri. Wallahu a’lam bishawab []

51 Di antara banyak nabi, Ibrahim ialah satu dari dua nabi yang disebutkan secara khusus dalam al-Qur’an sebagai uswah hasanah, yakni ‘teladan yang paling utama’, bersama Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

IKH T IS AR R IS AL AH | 71

#

Rukun Iman enam ‘fondasi’ keyakinan Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

Iman adalah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya; kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, Hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk. HR Muslim: 8

52

Ketika telah menjadi muslim dengan mengikrarkan syahadat, seiring dijalankannya kewajiban-kewajiban dalam Rukun Islam, seorang muslim mesti memperkokoh fondasi keyakinannya. Prinsip dasar keyakinan atau keimanan dalam ajaran Islam disebut sebagai akidah, yang kerangkanya mencakup enam hal dalam Rukun Iman. Pemahaman, penghayatan, serta pengamalan secara utuh atas keyakinan inilah yang mengangkat seseorang dari derajat muslim (berislam) menjadi mukmin (beriman secara teguh dalam keislamannya). Jika Rukun Islam merupakan jenis ibadah yang tampak (kasat mata), maka keseluruhan amalan dalam Rukun Iman bersifat batiniah dan maknanya jauh lebih mendalam. 52

Penggalan hadits ke-2 dalam Arbain Nawawi. Lihat QS 4: 136; QS 2: 177

72 | IKH T ISA R R IS AL AH

#1 Iman kepada Allah ُ ُ َٰ ُ ‫ٱلرح‬ َّ ‫ٱلر ۡح َ� ٰ ُن‬ َّ ‫ِدۖ َّ�ٓ إ َ� ٰ َه إ َّ� ُه َو‬ٞ ‫ َ�ٰح‬ٞ‫� ۡم إ َ�ٰه‬ ۞ ‫ِيم‬ ‫ف ��ه‬ ِ ِ ِ Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. QS al-Baqarah [2]: 163

Setiap makhluk memiliki fitrah (kecenderungan dalam hati nuraninya) untuk mengakui keberadaan Penciptanya. Fitrah tersebut kemudian mesti dipandu oleh wahyu yang mengenalkan siapa sebetulnya Sang Pencipta tersebut. Panduan wahyu lah yang mengenalkan bahwa Sang Pencipta tersebut ialah Allah. Meyakini keberadaan Allah adalah hal yang paling pertama dan paling utama dalam keimanan seorang muslim, yakni beriman dengan prinsip tauhid: Meyakini Allah sebagai al-Khalik — Sang Maha Pencipta, bahwa seluruh makhluk dan Alam Semesta ini ciptaan-Nya. 53 Meyakini Allah sebagai al-Malik — Sang Maha Kuasa dan Maha Memiliki, yang menguasai dan yang memiliki segala sesuatu—semuanya tanpa kecuali. 54

53 54

QS 7: 54; QS 95: 4; QS 32: 5-9 QS 30: 26; QS 5: 120; QS 65: 12; QS 42:13 IKH T IS AR R IS AL AH | 73

Meyakini Allah sebagai al-Mudabir — Sang Maha Pengatur dan Maha Pemelihara, yang mengatur dan memelihara seluruh Alam Semesta ini. 55 Meyakini bahwa Allah satu-satunya Tuhan, hanya Dia lah yang berhak disembah. Tidak ada Tuhan selain Allah. Bahwa ialah Dzat Maha Tunggal tempat seluruh makhluk tergantung pada-Nya; hanya kepada-Nya lah para makhluk sepatutnya, menghamba, bernaung, dan memohon pertolongan. 56 Meyakini bahwa tidak ada hal lain yang boleh disetarakan dan disandingkan dengan-Nya; tidak ada sesuatu apapun yang serupa atau mirip dengan-Nya. Ialah muasal segala sesuatu, kekal abadi. Dia tidak dilahirkan dan tidak berasal dari apapun, tidak mempunyai anak dan tidak akan pernah mempunyai keturunan. Sungguh Dialah Dzat Yang Maha Tunggal. 57

َّ �‫ٱ‬ ۡ َ ُ‫� َول َ ۡم ي‬ ۡ ِ َ‫ٱلص َم ُد ۞ ل َ ۡم ي‬ ُ َّ ۞ ‫ٱ� أَ َح ٌد‬ ُ َّ ‫قُ ۡل ُه َو‬ ۞ �‫و‬ َ َّ َ ُ ُ ُ ۞ ۢ ‫َول ۡم يَ�ن ُ�ۥ كف ًوا أ َح ُد‬ Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah tempat bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tak pula diperanakkan, dan tak ada satu pun jua yang setara dengan Dia QS al-Ikhlas [112]: 1-4

QS 39: 62-63 QS 21: 25; QS 16: 36; QS 7: 59, 65, 73, 85; QS 29: 16; QS 47: 19 57 QS 26: 11 55 56

74 | IKH T ISA R R IS AL AH

‫ۮ‬

Di dunia ini, tidak ada satu pun makhluk yang bisa melihat Allah secara langsung, bahkan para rasul dan nabi sekalipun. Dia adalah Sang Maha Pencipta yang terlalu dahsyat untuk bisa dilihat oleh makhluk. Di dunia ini, Allah menunjukkan keberadaannya lewat ciptaan-ciptaan-Nya. Segala hal menakjubkan yang terhampar di seluruh Alam Semesta yang serba teratur adalah tanda-tanda keberadaan Allah—hamparan bukti bahwa Sang Pencipta itu benar-benar ada. Mulai dari yang renik semisal atom dan proton, hingga yang luar biasa besarnya semisal hamparan Bumi dan luasnya Kubah Langit berlapis tujuh, berserta benda-benda yang ada di antaranya. Tidak mungkin jika tidak ada yang menciptakan dan mengatur itu semua. Allah juga mengenalkan diri-Nya sendiri dalam al-Qur’an, dengan menggunakan banyak nama. Nama-nama indah tersebut bukan sekadar nama, karena setiap nama menggambarkan sifat-sifat mulia Allah. Maka dengan petunjuk itu kita bisa mengenali-Nya. 58

58

QS 59: 24; QS 20: 8; 7: 180 IKH T IS AR R IS AL AH | 75

#2 Iman kepada Para Malaikat-Nya

َ ْ ُ ً ُ ُ َ ٰٓ َ َ ۡ َۡ َ َ َّ ‫ٱ� ۡم ُد ِ َّ�ِ فَاطِر‬ َۡ ٓ ‫�ض َجاعِل ٱلمل�ِكةِ رس� أو‬ ِ �‫ت َوٱ‬ ‫� أ ۡجن َِح ٖة‬ ِ ٰ �ٰ�‫ٱلس‬ ِ َ ّ َ ِ ِ َ َ َّ َّ ُ ٓ َ َ َ ۡ َ ۡ ُ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َ ٰ َ ‫َّم ۡث‬ ٞ ‫�ءٖ قَ ِد‬ ۡ �ُ � ۞ ‫ير‬ ِ ٰ �‫� وث�ٰث ور� ٰ ۚع ي ِز�د ِ� ٱ�ل ِق ما �شاء ۚ إِن ٱ‬ Segala puji bagi Allah Pencipta Langit dan Bumi. Yang menjadikan malaikat utusan-utusan yang mempunyai sayap—dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segalanya QS Fatir [35]: 1

Malaikat diciptakan dari cahaya. 59 Wujud mereka teramat besar dan memiliki sayap-sayap. Namun mereka juga bisa menyamar dalam wujud manusia. Walau mereka adalah makhluk ciptaan Allah yang mulia, namun mereka tak lebih dari sekadar makhluk, dan tidak memiliki hak dan peran ketuhanan sedikitpun. Para malaikat tidak mempunyai hawa nafsu, senantiasa taat beribadah kepada Allah dalam ketundukan yang sempurna. Menjalankan segala yang diperintahkan-Nya tanpa jenuh dan letih. 60 Mereka diberi berbagai tugas oleh Allah, dan ikut menggulirkan kehidupan di Alam Semesta. Meyakini keberadaan para malaikat termasuk hal mendasar bagi keimanan seorang muslim. Di antara jumlah malaikat yang sangat-sangat banyak, seorang

59 60

HR Muslim: 5314; HR Ahmad: 24186 QS 21: 19-20

76 | IKH T ISA R R IS AL AH

muslim hanya wajib mengetahui beberapa malaikat saja, yakni yang disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah: Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada para nabi; Malaikat Mika’il bertugas menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman, membagikan rezeki; Malaikat Maut bertugas mencabut nyawa; Malaikat Israfil bertugas meniupkan Sangkakala tanda Hari Kiamat dan Hari Kebangkitan; Malaikat Malik dan Zabaniyah bertugas mengurusi dan menjaga Neraka; ada pula para malaikat pemikul ‘Arsy (‘singgasana Allah’); malaikat hafazhah yang menjaga manusia, malaikat pencatat amal perbuatan manusia; malaikat yang mengurusi janin dan mencatatkan takdir bagi setiap jiwa saat di dalam rahim; malaikat yang bertugas menanyai jiwa manusia di Alam Kubur; dll.

#3 Iman kepada Kitab-Kitab-Nya َ ۡ َ‫ٱ� ّق ُم َص ّد ِٗقا ل ّ َِما ب‬ َ َ ۡ َ َۡ ََٓۡ ََ َۡ ِ‫� يَ َديۡه‬ ِ ِ ‫وأنز�ا إِ�ك ٱلكِ�ٰب ب‬

Dan Kami telah turunkan kepadamu Kitab (al-Qur’an) dengan kebenaran, (dan juga) membenarkan (kitab-kitab) yang ada sebelumnya. QS al-Maidah [5]: 48

Allah sebagai Sang Pencipta memberikan segenap petunjuk, pedoman, dan peraturan bagi makhluk-Nya, Semua itu diturunkan sebagai wahyu-wahyu yang dibawa oleh malaikat kepada para nabi dan rasul, untuk disampaikan kepada umat manusia. IKH T IS AR R IS AL AH | 77

Wahyu-wahyu yang diturunkan pada seorang rasul tertentu kemudian dituliskan terkumpul dalam suatu kitab. Inilah yang dimaksud 'Kitab Allah' atau biasa juga disebut sebagai 'kitab suci'. Namun jika wahyu-wahyu yang diturunkan kepada seorang nabi atau rasul tersebut jumlahnya tidak banyak, lazimnya tidak disebut sebagai kitab, melainkan disebut sebagai shuhuf, yang artinya 'lembaran-lembaran'. Kitab suci atau shuhuf juga biasa diistilahkan sebagai ‘Risalah Allah’. Inti yang terkandung dari seluruh kitab suci adalah tentang tauhid (seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya). Sebagai petunjuk untuk mengamalkan tauhid, isi dari kitab suci menjelaskan tentang perintah untuk beribadah, menjelaskan apa saja yang diperbolehkan dan dilarang oleh Allah. Untuk menjelaskan hal-hal ini, kitab-kitab Allah juga sangat banyak menceritakan kisah-kisah nyata dari masa terdahulu yang mengandung pelajaran dan hikmah bagi manusia. Selain itu, hal penting lain yang selalu diceritakan dalam kitab-kitab Allah adalah cerita tentang kehidupan setelah kematian. Bahwa kehidupan yang saat ini hanya sementara. Bahwa kehidupan yang abadi justru baru akan dimulai setelah kita mati, yakni kehidupan di Alam Akhirat di mana terdapat Surga dan Neraka. Meyakini keberadaan dan kebenaran kitab-kitab Allah termasuk hal mendasar bagi keimanan seorang muslim.

78 | IKH T ISA R R IS AL AH

Sepanjang sejarah umat manusia sejak zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬ada banyak risalah yang diturunkan Allah di seluruh penjuru Bumi. Ada lebih dari seratus risalah, namun hanya ada empat yang wajib kita ketahui dan jelas mesti kita imani sebagai seorang muslim, yaitu yang namanya disebutkan dalam al-Qur’an: Kitab Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa. Kitab Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud. Kitab Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa al-Masih, Kitab Al Qur'an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Selain itu ada pula shuhuf-shuhuf, seperti 60 shuhuf yang diturunkan kepada Nabi Syaits, juga 30 shuhuf yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim, serta 10 shuhuf yang diturunkan kepada Nabi Musa (selain Kitab Taurat). Pada hakikatnya, seorang muslim wajib meyakini dan membenarkan seluruh risalah terdahulu. Namun seiring sejarah, sebagian dari risalah tersebut telah berubah dan terlencengkan. Sebagian yang masih terjaga keasliannya dan bersesuaian dengan al-Qur’an bisa tetap diimani, sedangkan sebagian lagi tidak. Walau wajib diimani, namun secara umum syariat yang terdapat di kitab-kitab terdahulu sudah tidak berlaku lagi, dan telah digantikan serta disempurnakan oleh al-Qur’an. Kitab terakhir inilah satu-satunya risalah yang berlaku bagi umat akhirzaman. Satu yang wajib kita pelajari dan wajib kita amalkan isinya sebagai seorang muslim.

IKH T IS AR R IS AL AH | 79

#4 Iman kepada Para

Rasul & Nabi-Nya

َ ُ َ َّ َ َ َّ َ َ َّ ‫ون ل‬ َ �ِ ّ َ‫ف ُّر ُس ٗ� ُّمب‬ ِ ‫ِلن‬ �‫�ن َو ُمنذِرِ�ن �ِ � ي‬ ِ�‫اس � ٱ‬ ِ ُ َّ ‫ٱلر ُسل َو َ� َن‬ ً ‫ٱ� َعز‬ ُّ ‫ُح َّج� َ� ۡع َد‬ ۞ ‫�زا َحكِي ٗما‬ � ِ ِ

Mereka diutus sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah diutusnya asul-rasul itu. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. QS an-Nisa [4]: 165

Rasul dan nabi adalah manusia-manusia pilihan yang Allah utus secara khusus untuk menyampaikan seruan berupa petunjuk sekaligus peringatan bagi umat manusia, 61 lewat wahyu yang disampaikan melalui Malaikat Jibril. Walau mereka tergolong manusia pilihan, namun mereka tetap lah hamba-hamba Allah, yakni makhluk yang tidak memiliki hak ketuhanan sedikit pun. 62 Mereka tetap memiliki keterbatasan yang sifatnya manusiawi dan mereka bisa khilaf. Namun khilaf mereka sangat-sangat lah sedikit dan tertutup oleh kemuliaan amal kebajikannya yang melimpah. Setiap kekhilafan rasul dan nabi pun selalu diperingatkan langsung oleh Allah lewat wahyu, sehingga mereka selalu suci dari dosa.

61 62

QS 6:84-90; QS 38:45-47; QS 35: 24; QS 7: 6; QS 14:11; QS 43:59;

80 | IKH T ISA R R IS AL AH

Rasul bertugas menerima dan menyebarkan ajaran yang terkandung dalam risalah (kitab suci) kepada umat manusia. Sedangkan nabi bertugas untuk meneruskan tugas rasul dengan mengingatkan manusia untuk selalu berpegang pada risalah yang sebelumnya telah disampaikan oleh rasul. 63 Maka setiap rasul juga adalah nabi, sedangkan setiap nabi belum tentu rasul. Ada sangat banyak rasul dan nabi yang diutus oleh Allah, yakni 315 rasul dan 124.000 nabi. 64 Mereka bertugas di tempat-tempat yang berbeda di seluruh penjuru Bumi dari zaman ke zaman selama beribu-ribu tahun lamanya (atau mungkin saja lebih lama dari itu—karena walau bisa diperkirakan, tapi tak ada yang tau secara persis kapan Nabi Adam diciptakan). Yang jelas, di setiap pusat peradaban pasti ada rasul atau nabi yang diutus. Setiap rasul dan nabi di masa terdahulu bertugas di wilayah tertentu untuk umat tertentu—kecuali dua nabi, yakni nabi pertama dan terakhir yang tugasnya universal. Nabi Adam bertugas di generasi pertama umat manusia yang menjadi cikal bakal seluruh umat yang ada sepanjang

63 Disebutkan dalam al-Qur’an bahwa rasul pertama ialah Nuh. Sedangkan Adam yang tidak disebut sebagai rasul adalah pengecualian dan keistimewaan tersendiri. Sebagai manusia pertama, ilmunya adalah ilmu yang diajarkan secara langsung oleh Allah, bukan dalam bentuk kitab seperti yang diturunkan kepada rasul lain melalui perantaraan malaikat. 64 HR Ahmad: V/178, 179, 265; HR al-Hakim: II/262; HR al-Baihaqi: Syu’abul Iman 129

IKH T IS AR R IS AL AH | 81

sejarah. Sementara Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai Nabi Penutup yang tugasnya bagi seluruh umat di akhirzaman. Singkat kata, silsilah kenabian bermula dari satu nabi,

diteruskan oleh banyak nabi yang tersebar di segala penjuru Bumi, hingga kemudian kembali ditutup dengan satu nabi. Bermula di Jazirah Arabia (sebagai pusat peradaban Bumi), dan diakhiri di tempat yang sama pula. Meyakini keberadaan rasul dan nabi adalah bagian penting dari keimanan seorang muslim. Mengingkari salah seorang nabi sama dengan mengingkari seluruhnya. 65 Dari ratusan ribu nabi, ada 25 yang dalam al-Qur’an disebutkan namanya dan terpastikan status kenabiannya. Inilah yang wajib diketahui muslim. Di antara mereka ada lima rasul utama yang mengemban tugas utama kerasulan dan kenabian. Lima rasul tersebut disebut sebagai Ulul Azmi, yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad ‫ﷺ‬. 66

Seperti kisah kaum Nuh yang diceritakan dalam QS 42:105. Walau mereka saat itu hanya mengingkari Nuh saja, tapi dianggap telah mengingkari seluruh rasul utusan Allah. Contoh lain, seseorang tidak bisa disebut muslim jika tidak mengimani kerasulan Isa (Yesus) al Masih. Namun jika mempercayai Isa al-Masih sebagai tuhan, maka ia telah melakukan jenis dosa paling besar dan malah bisa tervonis keluar dari Islam. 66 Selain itu, masih ada beberapa nabi yang diceritakan dalam hadits. Namun sebagian besar lainnya tidak disebutkan secara khusus, dan kita hanya wajib mengimani keberadaan mereka secara umum saja. 65

82 | IKH T ISA R R IS AL AH

Seorang muslim wajib mengenal dan mempelajari kisah para nabi. Allah memilihkan hanya sedikit dari banyak nabi karena boleh jadi kisah 25 nabi yang diceritakan dalam al-Qur-an tersebut mewakili keseluruhan hikmah dari kisah nabi lainnya. Bagian terpenting dari

keimanan kepada rasul dan nabi adalah memetik hikmah dari kisah hidup mereka, menjadikan mereka sebagai teladan serta mengamalkan kebajikan yang dicontohkannya.

#5 Iman kepada Hari Akhir

َّ ٞ َ َ ٞ ۡ َ َّ ٓ َ ۡ ُّ ُ ٰ َ َ ۡ َ ََ َّ ‫�ن‬ َ ِ َ ‫ٱ� َار ٱ�خ َِرةَ ل‬ � ‫ِب‬ ۚ ‫وما �ٰ ِذه ِ ٱ�يوة ٱ��يا إِ� لهو ولع‬ ۡ َ َ ْ ُ َ َ ُ َََ ۞ ‫ان ل ۡو �نوا َ� ۡعل ُمون‬ ۚ ‫ٱ�يو‬

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan permainan belaka. Dan sungguh akhirat lah kehidupan yang sebenar-benarnya, andai mereka tau." QS al-Ankabut [29]: 64

Alam Dunia yang sedang ditinggali saat ini adalah sekadar bagian pendek dari fase-fase kehidupan setelah sebelumnya manusia hidup di Alam Ruh dan Alam Rahim. Ketika mengalami ajal, sesungguhnya manusia tidak benar-benar mati, melainkan berpindah ke alam selanjutnya yakni Alam Barzakh, lalu baru lah kemudian menjalani kehidupan yang kekal dan hakiki di Alam Akhirat. Alam yang kekal ini disebut sebagai Hari Akhir IKH T IS AR R IS AL AH | 83

karena tak ada ‘hari’ lagi setelahnya—sebuah masa yang kekal. Di situlah tempat tujuan akhir manusia. Keimanan pada Hari Akhir sangat penting karena terkait dengan orientasi hidup manusia: untuk apa ia hidup dan akan ke mana tujuan akhirnya. Keimanan pada Hari Akhir setidaknya mencakup tiga hal: 1) adanya kebangkitan, yakni akan dihidupkannya kembali manusia; 67 2) adanya hisab dan jaza’, yakni perhitungan amal perbuatan dan balasan atasnya; 68 3) adanya Surga dan Neraka sebagai tempat kembali yang kekal. 69 Setelah ajal menjemput, jiwa manusia akan mengalami masa penantian terlebih dulu di Alam Barzakh (Alam Kubur) menunggu ditiupkannya sangkakala oleh Malaikat Israfil sebagai tanda kehancuran besar yang mengakhiri Alam Dunia—kiamat. 70 Setelah kehancuran itu, manusia akan dihidupkan kembali di realitas kehidupan yang lain. Seluruh jiwa dan jasad manusia yang pernah hidup di Bumi sejak zaman Adam hingga umat terakhir yang kelak menyaksikan kiamat akan dibangkitkan kembali, namun dengan kenyataan dan situasi yang sangat berbeda dengan keadaan di Alam Dunia. Allah menggambarkan proses QS 21: 104; QS 23: 15-16; QS 36: 79; QS 23: 115; QS 64: 7; QS 36: 12 QS 32: 17; QS 84: 6-15; QS 88: 25-26; QS 6: 160; QS 21: 47; QS 53: 38-41 69 QS 98: 7-8; QS 18: 29; QS 33: 64-66 70 QS 20: 15; QS 69: 15-18; QS 7: 187 67 68

84 | IKH T ISA R R IS AL AH

pembangkitan ini ibarat benih yang ditumbuhkan dari dalam tanah. 71

ُ َ َ ََ ٗ ٰ َ ‫َم ۡن َع ِم َل َ�ٰل ِٗحا ّمِن َذك ٍر أ ۡو أ‬ ۖ ‫ِن فل ُن ۡحي ِ َي َّن ُهۥ َح َي ٰو ٗة َط ّي ِ َبة‬ٞ ‫ن� َو ُه َو ُم ۡؤم‬ َ ُ َ ْ ُ َ َ َ ُ ۞ ‫َو�َ ۡج ِز َ� َّن ُه ۡم أ ۡج َرهم بِأ ۡح َس ِن َما �نوا َ� ۡع َملون‬

Sesiapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, sungguh akan Kami limpahkan padanya kehidupan yang baik serta balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa-apa yang telah mereka kerjakan. QS an-Nahl [16]: 97

Seluruhnya kemudian dikumpulkan di sebuah tempat yang disebut Padang Mahsyar, untuk menunggu proses hisab (perhitungan) seluruh amal perbuatan. Maka kelak berlangsung lah Pengadilan Alam Semesta yang Maha Adil. 72 Lihat QS 50: 9-11. Setiap manusia dibangkitkan kembali dari dari masing-masing ‘biji sulbi’-nya, yakni bagian kecil dari ujung tulang ekor yang tidak akan bisa hancur, dan oleh Nabi ‫ ﷺ‬diibaratkan ‘benih’ yang akan ‘ditumbuhkan’ kembali saat Hari Kebangkitan: “Semua bagian tubuh keturunan Adam akan ‘dimakan’ tanah kecuali tulang sulbi yang darinya manusia mulai diciptakan dan darinya pula ia ditumbuhkan kembali di Hari Kiamat.” (HR al-Bukhari: 4935). Biji ini barangkali mewakili untaian DNA, yakni bagian renik dalam tubuh manusia, yang secara ilmiah dijelaskan bahwa dengannya sesosok makhluk bisa mewujud kembali secara utuh dan persis sama. 72 Beginilah takaran adil dari sudut pandang Allah yang Maha Pemurah: 71

َّ ٰٓ َ ۡ ُ َ َ َ ّ َّ َ ٓ َ َ َ َ َ ۡ َ ُ ۡ َ ُ َ َ َ َ َ ۡ َ ٓ َ َ �ِ‫ى إ‬ ‫ٱ�س ۡنةَِ فلهۥ ع� أمثال ِهاۖ ومن جاء ب ِٱلسيِئةِ ف� �ز‬ َ ِ ‫م ۡن َ جاء ُ ب‬ َ ۞ ‫مِثل َها َوه ۡم � ُ�ظل ُمون‬

“Siapa yang membawa amal yang baik, ia diganjar sepuluh kali lipat. Dan siapa yang membawa amal buruk, ia hanya dibalas seimbang dengan amal buruknya. Maka tidak ada yang dirugikan sedikitpun.” QS al-An’am [6]: 160 IKH T IS AR R IS AL AH | 85

Setiap jiwa akan dimintai pertanggungjawaban atas segala yang pernah ia lakukan di Alam Dunia. Allah menjanjikan bahwa tidak akan ada satu debu amal pun yang luput untuk dipertanggungjawabkan. Amalan sebesar zarrah (atom) pun pasti tercatat dan akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. 73 Setelah semua ditentukan, maka seluruhnya akan digiring menuju Surga atau Neraka sesuai hasil yang ditetapkan. 74

Jaminan & Ancaman Terkait Tauhid Adalah jaminan sangat tegas bahwa setiap manusia yang bertauhid akan berakhir di Surga. Namun proses menuju Surga itu pun tetap tergantung amal perbuatannya. Bagi yang lebih berat timbangan amal kebaiknya maka akan langsung dimasukkan ke Surga. Namun yang dosanya lebih dominan, maka terpaksa melalui Neraka terlebih dahulu untuk disucikan (Walau akhirnya akan

Selain itu, ketika amal baik dan buruk seorang manusia yang timbangannya sama berat, maka kelak ia akan ke tetap diganjar Surga walau mesti menunggu beberapa waktu di sebuah dinding tinggi yang mencekam, yang disebut sebagai al-‘Araf. Lihat QS 7: 46-48, dan riwayat dalam al-Mu’jam alKabir Lith-Thabrani, 9/391: 11292. 73 QS 21: 47

Ada beberapa golongan yang karena kemuliaan amalnya Allah rahmati dengan keringanan dalam proses pengadilan ini. Sebagian mereka ada yang diperkenankan masuk Surga tanpa hisab (yakni para nabi dan aulia/orang shalih tertentu), ada yang mendapatkan syafa’at (hak pertolongan) dari Nabi ‫ ﷺ‬sehingga dimudahkan untuk mendapatkan Surga—atas izin Allah, serta ada pula yang hanya melalui proses hisab yang ringan (yakni yang sangat sedikit dosanya). 74

86 | IKH T ISA R R IS AL AH

ditempatkan di Surga tapi sungguh proses penyucian ini sangat lah mengerikan, karena azab Neraka yang paling ringan pun terlalu pedih untuk dibayangkan akal kita). Sementara itu, bagi manusia yang tidak bertauhid atau bagi yang berbuat dosa kesyirikan (menyekutukan Allah) dan tidak sempat bertaubat sebelum mati, maka ia tidak akan pernah mengecap Surga. Sebaik apapun amalan-

amalan lainnya, jika tanpa terpenuhi satu syarat tauhid maka ia akan kekal selamanya di Neraka. 75 Demikianlah keutamaan tauhid serta betapa fatal kala meremehkannya.

#6 Iman kepada Takdir-Nya

َ ُ َ َ ُ ُ َ ََ ُۡ ْ َُۡ ََ ۡ َ َُۡ ‫ان َو� � ۡع َملون م ِۡن‬ ٖ ‫ي وم َّا ت ُ�ون ِ� شأ ٖن وما �تلوا مِنه مِن قرء‬ َ ُ ُ ۡ ً ُ ُ ََ َ َ َ ‫� َم ٍل إِ� ك َّنا عل ۡي� ۡم ش ُهودا إِذ تفِيضون �ِي �هِ َو َما َ� ۡع ُز ُب عن َّر ّ�ِك‬ َ َ ۡ َ َ ٓ َ َ َ َٰ ٓ ٓ َ َۡ َ َّ � �‫�ض َو‬ ِ �‫مِن ّمِثقا ِل ذ َّر� ٖ ِ� ٱ‬ �‫ٱلس َماءِ َو� أ ۡصغ َر ِمن �ل ِك و‬ ِ َ َّ ُّ ٰ�َِ ‫� إ� � ك‬ ََ ۡ ۞� ِ ِ �‫أ‬ ٍ ِ ‫ب مب‬ ٖ

Tidaklah engkau berada dalam suatu keadaan, tidak pula membaca suatu ayat al-Qur’an, dan tidak pula melakukan suatu apapun, melainkan Kami menjadi saksi kala engkau melakukannya. Tak ada yang luput sedikitpun dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom), baik di Bumi maupun di Langit. Tak ada sesuatu yang lebih kecil dan lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam Kitab Yang Nyata (Lauh Mahfuzh). QS Yunus [10]: 61

75

QS 39: 65; QS 6: 88; QS 39: 65; QS 4: 48, 116 IKH T IS AR R IS AL AH | 87

Seorang muslim harus mengimani adanya takdir Allah. Mengimani takdir berarti meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu 76 dan tidak ada sesuatu apapun yang terjadi kecuali dengan kehendak dan izinNya. 77 Bahwa seluruh kisah di Alam Semesta ini telah Allah tuliskan dalam Lauh Mahfuzh, 78 yakni sebuah kitab induk yang berisi skenario penciptaan, yang mencatatkan segala hal tanpa kecuali. Semuanya telah tercatat secara sangat rinci dan menyeluruh dalam kadar (ukuran) yang tepat, 79 jauh sebelum proses penciptaan. 80 Walau semua kisah yang mungkin terjadi telah ditetapkan dalam ‘skenario utama’ tersebut, namun detail tentang apa-apa yang akhirnya menjadi kenyataan tetap terkait dengan pilihan yang dibebaskan sesuai kehendak dan kemampuan sang makhluk. Maka takdir pun terdiri atas takdir mubram, yakni ‘takdir yang sudah tetap, tak bisa diubah’, serta takdir mualaq yakni ‘takdir yang bisa berubah, sesuai pilihan dan ikhtiar yang diambil oleh sang makhluk’ (yakni pilihan-pilihan suratan takdir yang sebetulnya juga telah tercatat lengkap di Lauh Mahfuzh seluruhnya).

QS 59: 22; QS 27: 75; QS 22: 70; QS 35: 11 QS 76: 30 78 QS 57: 22 79 QS 25: 2 80 HR Muslim: 2653; at-Tirmidzi; 2156, Ahmad: II/169. 76 77

88 | IKH T ISA R R IS AL AH

Walau kita bisa memilih, namun pilihan tersebut adalah pilihan terbatas, karena kehendak kita sebagai makhluk tetap ada di bawah kehendak Allah. Maka tak semua kehendak kita bisa terwujud. Tetap Allah lah yang akhirnya menentukan mana saja yang diizinkan untuk terjadi. Semuanya adalah rahasia tersembunyi yang tak pernah diketahui sebelum takdir itu akhirnya terjadi.

َ ۡ ُّ ُ ٓ ُ َ َ ُ ۡ ُ َ ُ ٓ َ َ َ ُ َّ ْ ُ ۡ َ ۞‫ب‬ ِ ٰ�ِ‫�محوا ٱ� ما �شاء و�ثبِتۖ وعِندهۥ أم ٱلك‬

Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh) QS ar-Rad [13]: 39

Maka walaupun kerangka besar takdir telah baku ditetapkan, tapi ada pula rincian takdir yang ketetapannya ditentukan secara khusus dan bertahap seiring berjalannya kehidupan, yakni: 1) kisah takdir bagi masing-masing makhluk yang ditetapkan ketika ruh ditiupkan ketika janin berusia empat bulan, 2) kisah takdir dalam jangka waktu satu tahun yang ditetapkan di setiap Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, 3) serta ada pula bagian-bagian takdir yang ditetapkan secara harian. Takdir telah ditetapkan secara adil dan setimbang. Tidak ada yang akan dirugikan dalam ketetapan tersebut. Setiap manusia mempunyai embanan takdirnya masingmasing sesuai kapasitas (kelebihan dan kekurangannya), serta akan mendapatkan ganjaran atas apa yang ia IKH T IS AR R IS AL AH | 89

upayakan. 81 Seseorang yang tertakdir lebih cerdas, akan bertanggungjawab untuk memanfaatkan kecerdasannya. Seseorang yang tertakdir kaya, punya embanan besar atas hartanya tersebut. Seseorang yang tertakdir lemah dan banyak kekurangan, tidak akan dibebani sesuatu yang melebihi keterbatasannya tersebut. Dalam keimanan atas takdir, kita diajarkan untuk selalu bergantung pada Allah. Tidak sombong jika berhasil dan tidak pula putus asa ketika gagal; tidak takabur kala dilimpahi kesukacitaan; tidak larut dalam sedih kala mendapat kesusahan. Agar kita juga tidak terlalu berambisi dalam melakukan sesuatu, melainkan hanya berupaya secara semaksimal dengan senantiasa menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah (berserah diri). Kita juga diajarkan untuk senantiasa bisa memetik hikmah, bahwa apa yang akhirnya diizinkan terjadi adalah yang terbaik yang dipilihkan Allah, walau di mata manusia seolah tampak buruk. 82 Lewat hikmah, kita mesti bisa menemukan sisi baik dari takdir tersebut, agar kemudian bisa menjadi pelajaran sekaligus penyemangat untuk menjalani langkah selanjutnya. Tentunya agar kita bisa senantiasa yakin dengan ‘jalan yang benar’, seperti yang diarahkan para nabi dengan panduan Risalah Allah. Wallahu a’lam bishawab []

81 82

QS 2: 286; QS 53: 38-41; QS 65: 3 QS 2: 216

90 | IKH T ISA R R IS AL AH

#

Rukun Ihsan satu ‘puncak’ kebaikan Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

Ihsan ialah engkau menyembah Allah seolah engkau melihatnya. Jika pun engkau tak melihatnya, maka Dia lah yang melihatmu. HR Muslim: 8

83

Secara umum, ihsan berarti ‘berbuat kebajikan’, dalam bentuk apapun. Namun dalam ajaran Islam, kata ini memiliki makna tersendiri yang jauh lebih mendalam, yakni ketika seorang manusia benar-benar menghamba

kepada Tuhannya secara sempurna dengan sepenuh kesungguhan. Bukan sekadar mengharap anugerah dan limpahan nikmat-Nya, bukan pula sekadar takut atas ancaman dan hukuman yang ditetapkan-Nya. Melainkan karena ia betul-betul ingin berjumpa dengan-Nya. Seolah-olah ia sungguh melihatnya, sehingga dengan sepenuh harap ingin segera sampai kepada-Nya.

83

Penggalan hadits ke-2 dalam Arbain Nawawi IKH T IS AR R IS AL AH | 91

Di samping begitu banyak ragam jenis kebaikan, penghambaan secara sempurna seperti inilah bentuk kebaikan yang paling tinggi derajatnya dalam Islam. Inilah puncak kebaikan yang bisa dicapai oleh sang makhluk.

َ ۡ َ ُ َّ َ َ ۡ َ ٓ َ َ ۡ ََ ۖ ‫�ك‬ ِ ‫وأحسِن كما أحسن ٱ� إ‬

... berbuat baik lah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada engkau. QS al-Qashash [28]: 77

Menjadi muslim (berislam), lalu mukmin (beriman secara teguh dalam keislamannya), kemudian muhsin (berislam dan beriman dengan penghambaan yang total dan menyeluruh). Wallahualam bishawab. []

92 | IKH T ISA R R IS AL AH

••• SIMPULAN: “Bangunan Keislaman”

Keislaman seseorang ibarat sebuah bangunan. Dimulailah bangunan itu dengan ditancapkannya sebuah tiang pancang yang tegak di bagian tengah. Tiang pertama ini pula yang menjadi tanda adanya bangunan itu. Penanda itulah yang kita namai ‘pilar syahadat’. Setelah berdiri pilar pertama, kelak akan disusul berdirinya empat pilar utama lainnya. Maka keseluruhan pilar utama ini nantinya mesti berjumlah lima: ‘pilar syahadat’, ‘pilar shalat’, ‘pilar zakat’, ‘pilar shaum’, serta ‘pilar haji’ sebagai pilar terakhir. Lima pilar inilah yang disebut Rukun Islam. Sedangkan tembok dan segala macam yang menjadi penyusun dan pengisi bangunan ini nantinya adalah berupa keseluruhan bentuk ibadah dan segala bentuk amal kebajikan, yang ragamnya sangat luas hampir tak terbatas. Maka, walau ‘pilar utama’-nya sama, tapi masing-masing bangunan bisa mempunyai susunan pelengkap bangunan dan hiasan yang khas, tergantung dengan apa saja si pemilik bangunan itu mengisi dan menatanya. Namun toh bangunan ini belum bisa bertambah bagus dan bertambah besar. Cuma berdiri ala kadarnya karena IKH T IS AR R IS AL AH | 93

belum mempunyai fondasi yang kuat. Tak bisa pula dipertinggi dan diberi atap yang bagus. Kalau terus ditambah dan banyak diperhias malah akan runtuh. Bangunan ini memang bisa saja tampak berdiri tegak untuk sementara waktu. Tapi, ibarat sebuah kemah atau bangunan tak permanen. Sungguh ini masih belum menjadi bangunan yang kuat. Bahkan masih kelihatan janggal karena belum menyerupai bangunan yang sempurna. Maka untuk memastikan kekokohan bangunan tersebut, serta agar bangunan tersebut bisa terus diperbagus dan bertambah tinggi, perlu dibangun beberapa fondasi yang menghujam kuat ke dalam tanah. Fondasi yang paling mesti diperkuat adalah fondasi yang menyokong tiang pertama, yakni ‘pilar syahadat’. Fondasi utama ini mestilah paling dalam dan paling kuat. Inilah Rukun Iman pertama yang isinya adalah pemahaman dan penghayataan yang mendalam tentang iman kepada Allah: tahuid. Fondasi lainnya juga mesti dibangun untuk menyokong bangunan ini di setiap sisinya. Maka seluruhnya ada enam fondasi. Inilah keseluruhan Rukun Iman. Setelah fondasi kokoh dan mantap, maka bangunan bisa terus diperbagus. Bisa semakin tinggi hingga kemudian diberi atap yang sempurna di atasnya. Atap ini hanya bisa terpasang jika fondasi dan pilar-pilar telah benar94 | IKH T ISA R R IS AL AH

benar kuat. Karena ini adalah bagian yang bobotnya paling berat, namun juga akan kelihatan paling indah. Keindahannya bisa tampak bahkan dari tempat-tempat tertinggi. Atap ini kelak membuat bangunan sempurna adanya. Inilah adalah Rukun Ihsan, di mana seorang hamba telah menghamba dengan sesungguh-sungguhnya pada Allah Sang Pencipta, penyerahan diri secara total, tanpa setitik rasa pamrih pun. Demikianlah gambaran bangunan keislaman yang sempurna: islam, iman, ihsan. Wallahu a’lam bishawab []

IKH T IS AR R IS AL AH | 95

IV

HAKIKAT KEHIDUPAN tujuan & embanan sang manusia

#

Ibadah

menghamba dengan sepenuh makna tauhid

ۡ ُ َۡ َ ََ ُ ُ ۡ َّ َ ۡ ‫ٱ� َّن َو‬ ۞ ‫ون‬ ِ ‫ٱ��س إِ� ِ�َعبد‬ ِ ‫وما خلقت‬ ِ

Dan tiadalah Ku-ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menghamba kepada-Ku. QS adz-Dzariyat [51]: 56

Ibadah artinya ‘mengabdi’, ‘menghamba’, yang maknanya yakni ‘mempersembahkan segala sesuatu dalam kehidupan ini untuk Allah semata, dengan merendahkan diri di hadapan-Nya sebagai Dzat Yang Maha Agung. Untuk itulah manusia diciptakan. Pada hakikatnya keseluruhan hidup seorang hamba (semestinya) adalah ibadah, tanpa kecuali—sedari bangun hingga tidur kembali, dan bahkan tidurnya itu sendiri; sedari lahir hingga ajal menjemput. Menempatkan kehidupan sebagai ibadah adalah syarat nilai kebaikan dalam hidup. Tanpa makna ini segala yang dilakukan amatlah sia-sia, hanya menjadi penghias dunia

IKH T IS AR R IS AL AH | 99

yang kemudian punah seketika kala kita wafat meninggalkan Alam Dunia ini. Dalam keseluruhan hidup yang ditempatkan sebagai ibadah, setiap aktivitas pun selalu disandarkan kepada Allah: ditujukan untuk Allah, untuk mendekatkan diri dan menghamba kepada-Nya, dengan senantiasa mengingatNya. Inilah yang diistilahkan sebagai dzikir (dzikrullah). Ujudnya bisa berupa perbuatan, perkataan, maupun kerja hati. Agar keseluruhan hidupnya ternilai sebagai ibadah, setiap aktivitas seorang muslim harus mengandung sifat dzikrullah. ‫ۮ‬

Ada syarat agar setiap bagian dari kehidupan bisa bernilai ibadah. Yang pertama, ditentukan dengan niat saat hendak memulainya, 84 dengan menetapkan bahwa tujuan (orientasi) dilakukannya aktivitas itu adalah sebagai bagian dari bentuk penghambaan terhadap Allah. Selanjutnya, derajat ibadah tersebut ditentukan dengan keikhlasan dalam melakukannya. Keikhlasan menempati porsi sangat besar dan sangat khusus dalam ajaran Islam. Sebesar apapun dan semulia apapun suatu amalan, jika tidak mengandung keikhlasan “Nabi bersabda, “Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan atas apa yang diniatkannya.” HR alBukhari: 1, HR Muslim: 1907 (hadits pertama dalam Arbain Nawawi). Lihat juga HR al-Bukhari: 6491; HR Muslim: 131 (hadits ke-37 dalam Arbain Nawawi). 84

100 | IKHT IS AR R ISA L AH

maka akan gugur dan tak ternilai apa-apa di hadapan Allah. Keikhlasan juga merupakan hal paling berat untuk diamalkan, dan menjadi hal yang harus sungguh-sunguh diperhatikan dalam keseharian seorang muslim. Ini karena keikhlasan adalah inti dari hakikat ibadah, ibarat simbol kemurinian penghambaan seorang makhluk kepada Tuhannya. Bahwa perbuatan tersebut benarbenar murni karena Allah, bukan atas dasar tujuan (motif) lain. ‫ۮ‬

Secara umum ibadah dalam Islam bisa dipilah menjadi: 1) ibadah mahdhah, yakni ibadah khusus yang murni sebagai persembahan bagi Allah. Aturan dan tata caranya (syariat) yang telah dipandu secara rinci, tidak boleh melenceng darinya. Mencakup jenis ibadah ritual seperti shalat, puasa, haji, dsb. —rumus sederhananya: KA+SS (Karena Allah + Sesuai Syariat) 2) ibadah ghairu mahdah, yakni ibadah yang sifatnya umum, yakni bisa dalam beragam amal kebajikan yang cakupannya sangat luas. Tidak dipandu secara merinci, hanya ada prinsip-prinsip dasar yang dicontohkan Nabi ‫ﷺ‬. —rumus sederhananya: BK+KK (Berbuat Kebajikan + Karena Allah) IKH T IS AR R IS AL AH | 101

Intinya tetap saja, bahwa setiap bagian dari kehidupan mestilah selalu ditempatkan sebagai ibadah. Karena penghambaan (ibadah) adalah hakikat paling mendasar diciptakannya manusia dalam kehidupan ini. ‫ۮ‬

Untuk menjaga agar seluruh aktivitas ternilai sebagai ibadah, seorang muslim sangat dianjurkan untuk senantiasa mengucapkan kalimat ini setiap hendak memulai sesuatu:

َّ َّ ِ �‫ٱ‬ ‫ٱلر � ٱلرَّ ح ِ ي ِم‬ � Bismillahirrahmanirrahîm

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Wallahu a’lam bishawab []

102 | IKHT IS AR R ISA L AH

#

Khalifah Bumi mengampu peradaban Bumi

َۡ َّ ُ َ ٰٓ َ َ ۡ ُ َ َ َ ۞ ‫�ض‬ � ِ �‫ه َو ٱ�ِي جعل�م خل�ِف ِ� ٱ‬

Dia lah yang menjadikan engkau sekalian khalifah-khalifah di Bumi. QS Fathir [35]: 39

َ ۡ َ ٰٓ َ َ ُ َ َ َ َّ ُ َ َ َ ُ َ ِ �‫� ۡم خل�ِف ٱ‬ ‫�ض َو َر� َع َ� ۡعض� ۡم ف ۡوق‬ ‫َوه َو ٱ�ِي جعل‬ ُ ُۡ ّ َٰ ََ ُ َ َٓ َۡ ۗ‫ت ِ�َبل َو� ۡم ِ� ما َءاتٮٰ� ۡم‬ ٖ �‫�ع ٖض در‬ Dia lah yang menjadikan engkau sekalian penguasa-penguasa di Bumi, dan Dia mengangkat derajat sebagian dari kalian di atas yang lain untuk mengujimu atas karunia yang diberikan-Nya kepadamu. QS al-An’am [6]: 165

Menjadi khalifah merupakan kehormatan sekaligus anugerah. Allah menjadikan manusia sebagai penguasa dan penerus peradaban Bumi dan melimpahkan segala kenikmatan di atas peran mulia ini. Bahkan alam pun Allah tundukan untuk memenuhi kehidupan manusia dalam menggulirkan peradaban di Bumi ini.

IKH T IS AR R IS AL AH | 103

َ ُ َ َّ َ ُ ُ ُ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َّ َ َ َ َ َ َّ ُ َ َّ َ َ ۢ ٰ �‫ٱ�ل وٱ�َّهار وٱلشمس وٱلقم َر ۖ وٱ�ُّجوم مسخ‬ ۡ ‫وسخ َر ل� ُم‬ ٓ‫ت بِأ ۡمرهۚ ِۦ‬ ِ َۡ َ ّ َ ُ َ ً َُۡ َ َّ َ َ َ َ ُ ۡ َ ِ �‫ت ل ِق ۡو ٖ� َ�عقِلون ۞ َوما ذ َرأ ل� ۡم ِ� ٱ‬ ‫�ض �تل ِفا‬ ٖ ٰ �� ‫إ ِ َن ِ� �ٰل ِك‬ َّ ُ ۡ َّ َّ ُ ۡ َّ ٗ َ َّ َّ َ َ ‫ۡ �ل َ�ٰن ُه ۚ ٓۥ إِن ِ� �ٰل ِك �يَة ل ِق ۡو ٖ� يَذك ُرون ۞ َوه َو ٱ�ِي َسخ َر ٱ�َ ۡح َر‬ َ ْ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ َ ٗ َ َ َ ٗ َ ُ ُ َ ۡ ‫�لُوا ْ م ِۡن ُه‬ ‫� ٗما َط ِر ّ�ا َو� ۡس َتخ ِر ُجوا م ِۡن ُه حِل َية تلبَ ُسو� َهاۖ َوت َرى ٱلفلك‬ ‫�ِ أ‬ َۡ ْ َۡ َ َ َّ َ ُ َ َ ۡ َ ُ ۡ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َ ُ ٰ ‫َم َواخِر �ِيهِ و�ِ بتغوا مِن فضلِهِۦ ولعل�م �شكرون ۞ و�ل‬ ِ �‫� ِ� ٱ‬ ‫�ض‬ َ َ َ َ َ ُ َ ۡ َ ۡ ُ َّ َ َّ ٗ ُ ُ َ ٗ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ َ َ ِ ٰ �َ ‫َر‬ ‫ت‬ � ٖ ٰ �ٰ�‫� أن ت ِميد بِ�م و� َن�ٰر� وسب� لعل�م �هتد َون ۞ وع‬ َ َ َّ َ َ َ َ ُ ۡ َ َّ َ ُ ۡ َ َ ُ ۞ ‫َو� ِٱ�َّ ۡج ِم ه ۡم َ� ۡه َت ُدون ۞ أ� َمن �ل ُق ك َمن � �ل ُق ۚ أف� تذك ُرون‬ َ ُ ْ َ ٓ َ َّ ُ َ َ َ ُ ۡ َّ َ ۡ ُّ ُ َ َّ ‫وها ۗ إن‬ ٞ ‫ َّرح‬ٞ‫ٱ� لغفور‬ ۞ ‫ِيم‬ ِ ‫�ن �عدوا ن ِعمة ٱ�ِ � �ص‬ Dia menundukkan malam dan siang, Matahari dan Bulan untukmu. Bintang-bintang pun ditundukkan atas perintah-Nya. Sungguh padanya benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang memahaminya. Dia juga menundukan apa yang diciptakan-Nya untukmu di Bumi ini dalam ragam macamnya. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi sesiapa yang memetik pelajaran. Dan Dialah Allah yang menundukkan lautan, agar engkau dapat menyantap daging (ikanikan) yang segar darinya. Kau ambil pula dari lautan itu perhiasan yang kau pakai. Engkau juga dapat melihat bahtera berlayar di atasnya, agar engkau mencari karunia-Nya, supaya engkau bersyukur. Dan Dia tancapkan gunung-gunung di Bumi, agar Bumi itu tak goncang bersamamu. Juga sungai-sungai dan jalan-jalan agar engkau mendapat petunjuk. Serta pula tanda-tanda (penunjuk jalan), dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu semua sama dengan (makhluk) yang tak dapat menciptakan apa-apa? Mengapa engkau tak pula mengambil pelajaran? Jika engkau menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kau tak akan mampu menghitungnya. Sungguh Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS an-Nahl [16]: 12-18

85

85

Lihat juga QS 16: 5-11; QS 14: 32-34; QS 45: 13; QS 2: 29; QS 6: 142

104 | IKHT IS AR R ISA L AH

Di tengah kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, peran khalifah sesungguhnya merupakan amanah sekaligus ujian—lihat kutipan QS 6: 165 di atas. Pengampuan peradaban ini mesti sesuai pedoman yang diberikan Allah, yakni dalam prinsip keadilan 86 dan rahmatan lil alamin— ‘menebar kebaikan dan kasih sayang bagi seluruh alam’. Dan bukan malah melahirkan kerusakan—seperti yang dikhawatirkan para malaikat di awal penciptaan dulu.

َۡ ْ َ ُۡ َ ِ �‫َو� �فس ُِدوا ِ� ٱ‬ ‫�ض َ� ۡع َد إِ ۡص�ٰح َِها‬

Dan janganlah engkau membuat kerusakan 87 di muka Bumi, setelah (Allah) menjadikannya baik. QS al-‘Araf [7]: 56

Nyatanya, kehidupan di muka Bumi memang perseteruan antara baik dan buruk. Ada saja keturunan Adam yang mengambil peran keburukan dan mengikuti bisikan Iblis. Sebagian manusia malah berbuat zalim, menguras kekayaan alam secara berlebihan, menindas sesama, dengan sepenuh ambisi dan keserakahan. Maka sesiapa yang mau mengambil peran kebaikan dan mengikuti jalan para nabi, mestilah berupaya menjaga kesetimbangan peradaban, yakni dengan berjuang menegakkan Risalah Allah, agar kebaikan mendominasi. Wallahu a’lam bishawab [] 86

QS 38: 26

‘Kerusakan’ yang dimaksud mencakup kerusakan fisik dan terutama kerusakan akhlak dan keimanan. Lihat juga QS 30: 41; QS 2: 11-12, 205 87

IKH T IS AR R IS AL AH | 105

#

Akhlak & Adab menjalani kehidupan dengan segenap sifat & sikap terpuji

ٞ َ َ َ ٌ َ ۡ ُ َّ ُ َ ۡ ُ َ َ َ ۡ َ َّ ‫ول ٱ�ِ أسوة حسنة‬ ِ ‫لقد �ن ل�م ِ� رس‬

Sungguh telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. QS al-Ahzab [33]: 21

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Sungguh aku ini diutus ke Bumi tak lain ialah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. HR Ahmad: Musnad 2/381

Akhlak dan adab merupakan bagian dari pengamalan tauhid yang utama, karena keduanya mencakup tentang bagaimana sepatutnya kita menghamba kepada Allah serta bagaimana sepantasnya kita berperikehidupan dengan sesama makhluk-Nya. Para nabi diutus untuk menjadi uswah hasanah (suri teladan) bagi seluruh umat. Yakni untuk dijadikan patokan/ukuran tentang segala kebaikan dalam bersikap dan berperilaku. Mereka mengajarkan akhlak mulia 106 | IKHT IS AR R ISA L AH

kepada manusia, agar dapat terbentuk tatanan umat (masyarakat) yang beradab dan berperadaban luhur. ‫ۮ‬

Secara sederhana, akhlak bisa diartikan sebagai sifat, kepribadian, serta tabiat. Inilah hal paling mendasar yang mencerminkan seorang pribadi. Ini pula yang dapat mendorong seorang manusia untuk melakukan berbagai bentuk sikap dalam kehidupannya. Sedangkan adab, walau sangat terkait dengan akhlak dan seringkali muncul dalam wujud yang sama, namun cakupannya lebih luas dan merupakan perwujudan lebih lanjut dari akhlak. 88 Adab bisa mencakup keseluruhan tata cara berinteraksi dengan menjalani kehidupan sesuai kepatutan dan kemestiannya seperti apa yang telah Allah tetapkan. Yakni dengan mendudukkan segala hal sesuai porsi dan tempatnya, sesuai dengan fitrah penciptaannya. Maka, diterapkannya adab pun dapat menjamin keharmonisan dalam kehidupan. Akhlak dan adab mencakup hubungan manusia dengan Allah (habluminallah ), hubungan manusia dengan sesama manusia (habluminannas ), serta hubungan manusia dengan seluruh alam (terkait dengan misi rahmatan lil ‘alamin—‘menebar kebaikan dan kasih sayang bagi sekalian alam’). Akhlak dan adab yang sesungguhnya muncul sebagai kealamiahan tindak laku seorang pribadi, dan bukan sesuatu dibuat-buat.

88

IKH T IS AR R IS AL AH | 107

Cakupan akhlak dan adab dapat dipilah sebagai berikut: • • •







Akhlak & Adab kepada Allah, yakni menghamba kepada-Nya dengan tauhid yang sebenar-benarnya. Akhlak & Adab kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, yakni menjadikannya sebagai teladan paling utama. Akhlak & Adab kepada al-Qur’an, yakni menempatkannya sebagai pedoman dan sumber ilmu paling luhur. Akhlak & Adab kepada Diri Sendiri, yakni dengan senantiasa menjaga diri agar berbuat baik dan tidak bersikap zalim, serta memanfaatkan akal untuk mengendalikan nafsu (sifat kebinatangan).

Akhlak & Adab kepada Sesama Manusia: kepada orangtua, suami/istri, anak, keluarga dan kerabat, guru dan ulama/ilmuwan, tetangga, teman, rekan, khalayak serta pemimpin; yakni dengan menempatkan manusia secara bajik dan adil, dengan tingkatan berdasarkan ketakwaan dan ilmu, bukan karena harta, jabatan, kekuasaan, popularitas. Akhlak & Adab kepada Makhluk Lain: kepada makhluk gaib (malaikat dan jin), binatang dan tumbuhan, serta seluruh makhluk/benda di Alam Semesta; yakni dengan menempatkan segala yang ada di alam ini sebagai sesama makhluk Allah dan sebagai ayat-ayat (tanda-tanda) kebesaran Allah, bukan sekadar sebagai benda-benda; juga dengan memanfaatkan alam untuk tujuan yang benar serta menjaga kelestariannya.

108 | IKHT IS AR R ISA L AH

Akhlak mulia dalam Islam adalah sifat-sifat kebaikan yang senantiasa dilandasi keimanan. Inilah segala sifat yang melekat di pribadi para nabi, agar diteladani umat manusia. Bentuk akhlak mulia paling utama di antaranya:

muraqabah, 89 sabar, syukur, tawakal, 90 jujur dan amanah, kasih sayang dan kemurahan hati, tolong menolong dalam kebaikan, malu dan tawadhu (rendah hati), mujahadah (melawan nafsu), menjaga lisan, zuhud (berpaling dari keduniawian, tidak panjang angan-angan), istiqamah (berteguh dan konsisten), mencintai dan memperjuangkan kebenaran, adil (menempatkan segala sesuatu pada kemestiannya), serta segenap sifat kebajikan lainnya yang menjauhkan diri dari perbuatan tercela 91 dan yang Allah larang.

Muraqabah ialah sifat merasa selalu diawasi oleh Allah dan malaikatNya. Inilah modal atas sifat-sifat terpuji lainnya. Dengan sifat dasar ini manusia akan senantiasa berusaha berbuat kebajikan, hingga tercapai lah derajat ihsan. 90 Pada hakikatnya, hidup di dunia merupakan serangkaian ujian, sementara sabar, syukur, dan tawakal adalah modal utama untuk lulus dari ujian tersebut. Sabar ialah sikap menerima situasi dan dalam menjalani segala yang ditetapkan Allah tanpa keluhan dan penyangkalan. Syukur ialah meresapi segala nikmat yang dilimpahkanNya serta berterimakasih atasnya. Sementara tawakal ialah menyandarkan segala yang tengah dijalani, secara teguh, yakin dan penuh harap kepada Allah. Tiga akhlak mulia terbilang yang paling menonjol dalam kisah-kisah para nabi. Lihat QS 14: 5; QS 31: 31; QS 34: 19; QS 26: 33 91 Lihat HR Muslim: 2564 (hadits ke-35 dalam Arbain Nawawi) 89

IKH T IS AR R IS AL AH | 109

Sementara akhlak buruk yang paling dikecam di antaranya:

munafik, zalim (tidak adil, menempatkan sesuatu tidak pada kemestiannya), angkuh (meremehkan/ menolak kebenaran), riya’ (menjalankan ketaatan untuk mendapat pujian), ujub (bangga diri dan haus pujian), dengki, malas, pengecut, kikir, dsb. Sementara itu, rincian dari adab Islami dapat mencakup berbagai tata cara serta kepantasan dalam aktivitas keseharian, mulai dari hal yang paling sepele hingga halhal besar. Di antaranya semisal: adab makan dan minum, adab tidur dan bangun tidur, adab berjalan, adab berpakaian dan bersolek, adab di toilet dan kamar mandi, adab keluar-masuk rumah, adab keluar-masuk masjid, adab melakukan perjalanan (safar), dsb. adab memberi nama, adab menjalin silaturahim dan ukhuwah, adab pernikahan dan rumahtangga, adab bertamu dan menerima tamu, adab bertetangga, adab memberi salam, adab menyampaikan nasihat, adab bersumpah, adab meminta izin, adab bercanda, adab ketika ditimpa musibah, adab berobat, adab menjenguk orang sakit, adab terhadap jenazah, adab ziarah, adab mempekerjakan dan bekerja pada orang lain, adab jual-beli, adab menjalankan pemerintahan, adab bertani-berkebun-beternak, adab memanfaatkan kekayaan alam, dsb. 110 | IKHT IS AR R ISA L AH

adab dalam berniat, adab menuntut ilmu, adab berdo’a, adab-adab dalam ibadah (shalat, puasa, sedekah, qurban, haji, jihad, dsb.), adab terhadap kitab suci, adab mempelajari dan menghafal alQur’an, dsb. Selain apa yang secara rinci diarahkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, adab dalam Islam juga ditetapkan dengan mengambil prinsip dasar serta kaidah umum dari apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Wallahu a’lam bishawab []

IKH T IS AR R IS AL AH | 111

#

Amar Ma’ruf Nahi Munkar

menyeru kebaikan & mencegah keburukan, di atas landasan iman

َۡ ۡ ۡ َ َّ ‫ت ل‬ ُ ‫ُك‬ ۡ ‫� أُ َّمة أُ ۡخر َج‬ َ ۡ ‫نت ۡم َخ‬ ِ ‫ِلن‬ ‫وف‬ ِ ‫اس تأ ُم ُرون بِٱل َمع ُر‬ ٍ ِ َّ َ ُ ۡ ُ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ِۗ�‫َو�نه ۡون ع ِن ٱل ُمنك ِر َوتؤمِنون بِٱ‬

Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, yang menyeru pada kebaikan (amar ma’ruf), mencegah kemunkaran (nahi munkar), serta mengimani Allah. QS Ali Imran [3]: 110

92

Amar ma’ruf nahi munkar adalah dua tiang pokok dalam membentuk tatanan masyarakat Islam. Keduanya merupakan sikap dan tindakan untuk mewujudkan misi rahmatan lilalamin , yakni ‘menghadirkan kebaikan bagi seluruh alam’, yang merupakan tujuan dari risalah Islam.

Lihat juga QS 3: 104, 114; QS 7: 157; QS 31: 17; QS 22: 41; QS 9: 71, 112

92

112 | IKHT IS AR R ISA L AH

ۡ َّ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ َّ ۡ ‫َو ۡٱل َع‬ ۡ ‫�� َن لَ� ُخ‬ ٰ َ �‫ٱ‬ ‫� ۞ إِ� ٱ�ِين ءامنوا وع ِملوا‬ ‫� ۞ إِن‬ ِ ِ ِ ٍ ۡ َّ ْ ۡ َ َ َ َ ّ َ ۡ ْ ۡ َ َ َ َ ٰ�َِ ‫ٱلصل‬ ٰ َّ ۞� ِ ِ ‫ت وتواصوا بِٱ� ِق وتواصوا بِٱلص‬

Demi masa. Sungguh manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, serta saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran. QS ‘Ashr [103]: 1-3

“Agama adalah nasihat,” dengan tegas Nabi mengulang kalimat ini sebanyak tiga kali. 93 Maka berbuat kebajikan dan saling menasihati adalah serangkaian hal yang semestinya senantiasa mengisi keseharian seorang muslim. Bukan sekadar kebajikan dan nasihat biasa, melainkan yang dilandasi oleh iman—atas dasar dan alasan tauhid. Setiap muslim wajib untuk senantiasa mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Islam bukan ajaran pasif, maka tak pantas bagi muslim jika hanya menghindar dan sekadar lari dari keburukan tanpa berupaya mencegah atau menghapusnya. Demikianlah hakikat hidup seorang muslim. Sesiapa yang terlepas dari itu, maka ia divonis telak sebagai orang yang merugi, karena di kehidupan yang hakiki kelak ia dipastikan tidak akan menggapai keselamatan—artinya, Surga tak dipantaskan sebagai tempat kembalinya.

93

HR Muslim: 55 (hadits ke-7 dalam Arbain Nawawi). Lihat QS 51: 55. IKH T IS AR R IS AL AH | 113

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Sesiapa melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak pula mampu, maka dengan (penolakan di) hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman. HR Muslim: 49

94

Maka upaya seorang muslim dalam bertindak dalam menegakan amar ma’ruf nahi munkar adalah juga cerminan kualitas imannya. Dalam hadits ini juga tergambarkan sikap aktif sebagai bagian dari kekhasan ajaran Islam. Islam memberikan peringatan sangat keras bagi seseorang yang hanya mengupayakan kebaikan hanya bagi diri sendiri (dan keluarganya) tanpa peduli kemaslahatan bersama. Di sebuah kisah dalam hadits digambarkan, ketika dalam suatu masyarakat terjadi kemungkaran, sementara masih ada satu ‘orang shalih’ tinggal di situ dan ia tidak mengupayakan apa-apa, maka Allah memerintahkan diturunkan azab justru bermula dari ‘orang shalih’ tersebut. Individualisme, egoisme, serta segala bentuk ketidakpedulian adalah pasal pelanggaran berat dalam Islam. ‫ۮ‬

94

Hadits ke-34 dalam Arbain Nawawi.

114 | IKHT IS AR R ISA L AH

Bicara tentang amal kebaikan, maka kebaikan yang paling hakiki dan paling pertama harus diperjuangkan tentu adalah tegaknya tauhid, yakni tersebar serta dijalankannya Risalah Allah. Kemungkaran terburuk adalah pengingkaran terhadap risalah serta penghambaan kepada selain Allah. Jenis amar ma’ruf nahi munkar dalam tegaknya tauhid inilah perjuangan utama para para nabi dari zaman ke zaman.

َ ُ ٰ َّ ْ ُ َ ۡ َ َ َّ ْ ُ ُ ۡ َ ً ُ َّ َّ ُ ّ ُ َََۡ ۡ ََ ‫� أمةٖ رسو� أ ِن ٱ�بدوا ٱ� وٱجتن ِبوا‬ ۖ‫ٱلطغوت‬ ِ �ِ ‫�َلقد �عثنا‬

Dan sungguh Kami telah mengutus rasul di tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah Thaghut." 95 QS an-Nahl [16]: 36

Jihad Jihad adalah bagian yang sangat penting dari pengamalan amar ma’ruf nahi munkar. Jihad merupakan puncak ajaran Islam—dan bisa pula dikatakan sebagai bagian dari kekhasan ajaran Islam. Namun di kalangan awam, jihad seringkali hanya dikenali sebagai ‘perang’ (dengan konotasi yang tidak baik pula). Padahal jihad memiliki makna yang mendalam dan dengan cakupan yang luas pula.

Thaghut yakni segala sesuatu selain Allah, yang dipuja, disembah, diagungkan dan diperlakukan berlebihan (termasuk raja, kepala negara, bahkan guru dan pemuka agama). Lihat juga QS 43: 45; QS 29: 25

95

IKH T IS AR R IS AL AH | 115

Kata jihad memiliki makna akar kata yang berarti ‘bersungguh-sungguh’ atau ‘mencurahkan segenap kemampuan’. Istilah jihad sering bersanding dengan kata fisabilillah yang artinya ‘di jalan Allah’. Maka jihad fisabilillah bisa diartikan ‘bersungguh-sungguh di jalan Allah’. Maknanya menunjukkan totalitas, yakni sebuah dedikasi dan penyerahan diri secara total—tanpa keraguan dan rasa risau sedikitpun (!). Pengejawantahannya bisa dengan bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan Islam, mencurahkan segenap kemampuan untuk menyebarkan Risalah Allah, bersungguh-sungguh dalam menegakkan keadilan dan menolak kebatilan, dan dalam makna yang umum: bersungguh-sungguh meniti jalan takwa kepada Allah. Istilah jihad memang lebih identik dengan perang, karena mempertaruhkan jiwa raga dengan turun di medan perang adalah gambaran tentang kesungguhan dan totalitas seorang muslim dalam memperjuangkan Islam dan keislamannya. Segenap daya dicurahkan dengan taruhan nyawa. Gugur di medan perang demi memperjuangkan Islam sangatlah mulia dan bahkan termasuk dalam derajat yang paling tinggi.

116 | IKHT IS AR R ISA L AH

Gambaran cakupan jihad secara umum: •

Jihad terhadap siapapun yang mengingkari dan menentang Risalah Allah (kaum kafir & fasik) yang bentuknya bisa dalam berupa: 1) Menyampaikan kebenaran kepada pemimpin yang zalim dengan segala resikonya 2) Perang untuk mempertahankan diri dan melawan musuh yang zalim, demi menjaga agama, kehormatan bangsa, keutuhan wilayah, dsb. 96 3) Perang untuk menyebarkan tauhid dengan melawan penguasa zalim, yakni penguasa yang berbuat kemungkaran, ketidakadilan, penindasan, dan terutama jika mengingkari Risalah Allah. 97



Jihad melawan syaitan dengan godaan, syubhat, serta segenap keburukan yang diusungnya.

96 Contohnya perang para pejuang Nusantara dalam melawan penjajah Belanda, semisal yang dilakukan Dipnegoro, Cut Nyak Din, Malahayati, Imam Bonjol, dsb.; seperti pula para mujahidin Palestina yang saat ini berjuang melawan penjajah Israel; atau berbagai bentuk perjuangan semacamnya yang dilandasi keimanan kepada Allah. 97 Contohnya perang yang dilakukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khulafaurasyiddin dalam menentang dua emporium superpower Romawi dan Persia, serta kerajaan-kerajaan lain di zaman itu yang berbuat zalim dan mengingkari Risalah Allah. Jihad jenis ini biasanya diawali dengan jalur diplomasi, baik melalui pertemuan langsung atau korespondensi, seperti surat-surat yang menyeru ajakan tauhid yang dikirim Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Kaisar Romawi, Kisra Persia, dan raja-raja di sekitaran Jazirah Arab saat itu. Ini karena pada prinsipnya, kaum kafir bukanlah untuk ditumpas atau dihancurkan, melainkan untuk didakwahi—kecuali jika mereka menyerang atau berbuat kezaliman, maka itu akan menjadi cerita lain, dan tak ada toleransi untuk itu.

IKH T IS AR R IS AL AH | 117



Jihad melawan hawa nafsu dengan mengendalikan gejolak dan kecenderungan buruk dari dalam diri (hasrat, ambisi, ego, kemalasan, dsb.). Termasuk saat menghindari kemaksiatan, serta berupaya menjalankan ibadah dan amal kebajikan.

Jihad bisa dilakukan dengan banyak cara. Bisa lewat perbuatan/tindakan atau lisan, bisa pula menggunakan harta, ilmu pengetahuan, bahkan dalam bentuk sikap hati. Sangat banyak bentuk ketakwaan yang tak ada kaitannya dengan peperangan tapi juga disebut sebagai jihad. 98 Walau jihad di medan perang adalah bentuk jihad yang tampak paling heroik dan yang mahsyur dikisahkan dalam sejarah Islam, namun jihad yang disebut oleh Nabi ‫ ﷺ‬sebagai jihad besar dan paling tinggi derajatnya adalah jihad melawan hawa nafsu dan jihad menyampaikan kebenaran kepada pemimpin yang zalim. Apapun bentuknya, jihad fisabilillah dengan segala kemuliaannya adalah puncak ajaran Islam yang mesti berusaha diupayakan oleh setiap muslim. Wallahu a’lam bishawab []

Semisal bakti anak kepada orangtua dengan segala ketulusannya, kepatuhan istri terhadap suami atas dasar cinta yang ikhlas karena Allah, kesungguhan dalam menuntut ilmu, kerelaan mengorbankan harta untuk kepentingan Islam, perjuangan menahan hawa nafsu dalam situasi godaan yang besar, menolong dan memberikan perlindungan kepada kaum lemah (kaum miskin, janda terlantar, dsb.), perjalanan haji yang ikhlas, dsb. Selama dilakukan dengan penuh kesungguhan dan totalitas, sangat mungkin suatu amalan termasuk ke dalam jihad. 98

118 | IKHT IS AR R ISA L AH

#

Tazkiyatunnafs menjaga kesucian jiwa

َۡ َ َ ُ ُ َ َ َََۡ َۡ ۞ ‫ورها َو�ق َوٮ ٰ َها‬ ‫َو�ف ٖس َو َما َس َّوٮ ٰ َها ۞ ف�لهمها فج‬ َ َ َ ‫قَ ۡد أ ۡفلَ َح َمن َز َّ�ٮ ٰ َها ۞ َوقَ ۡد َخ‬ ۞ ‫اب َمن د َّسٮ ٰ َها‬

Demi jiwa serta apa yang menyempurnakannya. Maka diilhamkan lah oleh-Nya fujur (keburukan) dan takwa (kebaikan). Sungguh beruntung sesiapa yang menjaga kesucian jiwanya. Dan sungguh merugi sesiapa yang mengotorinya. QS ‘asy-Syams [91]: 7-10

Seperti telah dibahas di awal bahwa setiap jiwa yang lahir dipastikan telah membawa fitrah tauhid (sifat kebertuhanan). Lebih lanjut, jiwa tersebut juga secara fitrah telah dilhami oleh Allah dua hal yang bertolak belakang, yakni dengan fujur (jalan keburukan yang mengarah pada kesesatan) dan takwa (jalan kebaikan yang mengarah pada ketaatan). Dua kecenderungan itu telah Allah ilhamkan kepada sang jiwa sebagai sifat dasar sekaligus sebagai petunjuk dan pilihan. Allah memberitaukan kepada sang jiwa, mana yang buruk dan mana yang baik, sekaligus mana yang semestinya ditempuh. IKH T IS AR R IS AL AH | 119

Pada hakikatnya, embanan dan ujian terbesar bagi sang jiwa adalah menentukan dan mengendalikan diri di antara dua ilham tersebut. Kebebasan memilih di antara dua hal yang bertolakbelakang inilah yang menjadi tantangan terbesar bagi sang jiwa. Sepanjang hayatnya, ia mesti terus berjuang agar bisa selalu cenderung pada jalan kebaikan. Inilah pilihan jalan yang selaras dengan apa yang diperintahkan-Nya, yakni dengan senantiasa berupaya menyucikan diri dalam jalan ketakwaan (ketaatan) kepada-Nya—yang demikianlah yang disebut beruntung. Manusia memang tercipta dengan membawa fitrah khilaf, lalai, lupa, tak lepas dari dosa yang selalu saja mengotori jiwa. Namun Allah Maha Adil, Dia memberikan sarana yang luar biasa agar manusia bisa senantiasa menyucikan dirinya. Sarana itu adalah taubat, yang diiringi segenap amal kebajikan yang akhirnya akan bisa menghapus noda-noda dosa tersebut. Maka, kesucian yang dimaksud bukanlah suci karena tak pernah melakukan cela dan dosa. Jiwa suci di sini adalah jiwa yang senantiasa berupaya sepenuh daya untuk menjaga diri dari dosa dan senantiasa membersihkan diri ketika noda dosa mengotorinya. Hal yang juga mengotori jiwa adalah kelekatan dengan keduniawian—harta, kekuasaan, sanjungan, dsb. Jenis cinta terhadap hal-hal semacam inilah yang bisa menimbulkan berbagai penyakit hati sehingga membuat 120 | IKHT IS AR R ISA L AH

jiwa terkotori sifat tamak, materialistik, riya, bangga diri, takabur, dsb. Maka zuhud, yakni berjarak dengan keduniawian, adalah syarat penting lain bagi penyucian jiwa.

AMALAN KEBAJIKAN DENGAN PAHALA UTAMA berislam secara kaffah dengan memurnikan tauhid mendirikan shalat berbakti pada orangtua jihad fisabilillah: berjuang di

medan perang, menyampaikan kebenaran, mendakwahkan Islam

bersedekah di jalan Allah membela diri dan menjaga kehormatan

menyantuni yatim menikah dalam niat ibadah kepada Allah

mengeratkan silaturahim & ukhuwah menghidupkan sunnah itsar: mementingkan orang lain

menyambung &

dan kepedulian terhadap sesama, memudahkan urusan muslim dzikir: lafal kalimat thayibah, nasihat (saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran)

PERBUATAN DOSA BESAR melakukan syirik dan mengambil jalan murtad

meninggalkan shalat durhaka pada orangtua lari dari medan perang, berkhianat, kesaksian dan sumpah palsu memakan harta riba

membunuh

(tanpa alasan yang dibenarkan)

memakan harta yatim zina, menuduh mukmin baikbaik berbuat zina

memutuskan silaturahim, naminah (membuat perpecahan) melakukan bid’ah mementingkan diri sendiri, ketidakpedulian pada sesama, mempersulit urusan orang lain

ghibah (membicarakan

keburukan orang), tutur kata dan canda yang tidak manfaat

Wallahu a’lam bishawab [] IKH T IS AR R IS AL AH | 121

#

Sasana Dunia singgah sejenak di alam fana, menjalani serangkaian ujian

َ ۡ َ ٓ َّ َ ُ َ ۡ َ َ ٓ َ َ َ ۡ ُّ ٰ َ َ ۡ ُ َ َ َ َّ ‫ٱلس َماءِ فٱخ َتل َط بِهِۦ‬ ‫إِ�ما مثل ٱ�يوة ِ ٱ��يا كما ٍء أنزل�ٰه مِن‬ َۡ ُ ََ َ َ َ ٓ َ ٰٓ َّ َ ُ ٰ َ ۡ َ ۡ َ ُ َّ ُ ُ ۡ َ َّ ُ َۡ ِ �‫ات ٱ‬ ‫ت ٱ��ض‬ ‫�ب‬ ِ َ ‫�ض مِما يأ�َل ٱ� َاس وٱ�ن�م ح� إِذا َ أخذ‬ ً ۡ َ َ ُ ۡ ٓ َ ٰ َ ٓ َ ۡ َ َ َ ُ َ ۡ ُ َّ ٓ َ ُ ۡ َّ َ َ ۡ َ َّ َّ َ َ َ ُ ۡ ُ ٰ �� ‫زخر�ها وٱز�نت وظن أهلها ��هم �دِرون عليها �تٮها أمرنا‬ ُ َُ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َ ۡ َّ َ َ ٗ َ َ َ ۡ َ َ َ ٗ َ َ ۡ َ ‫س ك�ٰل ِك �ف ّ ِصل‬ � ِ ‫أو �هار� فجعل�ٰها ح ِصيدا كأن لم �غن ب ِٱ�م‬ َ َ َّ َ َ ۞ ‫ت ل ِق ۡو ٖ� َ� َتفك ُرون‬ ِ ٰ ��‫ٱ‬

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari Langit. Lalu lantaran air itu, tumbuh lah tanaman-tanaman dengan subur. Di antaranya ada yang disantap manusia dan binatang ternak. Hingga apabila Bumi itu telah tampak sempurna keindahannya dan tampak berhiasan, para penghuninya mengira bahwa mereka betul-betul punya kuasa atasnya. Seketika datanglah ketetapan Kami kala malam atau siang, lalu Kami menjadikannya laksana tanam-tanaman yang telah disabit, seakan kemarin belum pernah tumbuh. Demikianlah Kami jelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami bagi orang yang berpikir. QS Yunus [10]: 24

Alam Dunia ini memang sekadar persinggahan yang sangat singkat. Kadarnya tak bernilai apa-apa bila disandingkan dengan kehidupan di Alam Akhirat, bahkan ukurannya terlalu jauh untuk dibandingkan. Bahkan tak satu pun ayat atau hadits yang memuji kehidupan dunia. 122 | IKHT IS AR R ISA L AH

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Tidaklah pemisalan dunia dibandingkan akhirat melainkan ibarat seorang dari kalian mencelupkan jari ke lautan, maka lihatlah berapa tetes yang tersisa (di ujung jari itu). HR Ibnu Majah: 4098

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Apatah aku dan dunia ini? Sungguh perumpamaan aku dengan dunia hanyalah ibarat seorang pengembara yang berteduh di bawah sebatang pohon, sejenak istirahat dan meninggalkannya. HR Ahmad: 3525

Namun, segala yang dijalani di persinggahan singkat ini justru yang menentukan segala yang akan dialami di kehidupan yang kekal kelak. Kesalahan dalam memaknai kehidupan di Alam Dunia ini akan berakibat sangat fatal.

َ َ ُ ُ َۡ ََ ٗ َ َّ ٗ َ ۡ َّ ِ �‫إِنا َج َعل َنا َما � ٱ‬ ۞ �‫�نة ل َها �ِ َ ۡبل َوه ۡم � ُّ� ُه ۡم أ ۡح َس ُن � َم‬ ِ‫�ض ز‬

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di Bumi sebagai perhiasan bagi mereka. Agar Kami menguji siapa di antara mereka yang paling baik perbuatannya. QS al-Kahfi [18]: 7

Alam yang fana ini tak lain merupakan sebuah ujian. Sebuah sasana yang menguji kualitas penghambaan sang makhluk atas Tuhannya. 99 Untuk memilih mana saja hamba yang Ia ridhai dan pantas diganjar kemuliaan di Surga-Nya kelak. Wallahu a’lam bishawab []

99

QS 18: 7; QS 21: 35; QS 6: 165; QS 29: 1-3 IKH T IS AR R IS AL AH | 123

#

Menggapai Bahagia satu kebahagiaan sejati, di antara berjuta bahagia

ٞ َ َ َ َۡ ََۡ ٞ ّ ‫� َّل ُم َ� ۡف ٌس إ ِ َّ� �إ ۡذنِهِۦ فَ ِم ۡن ُه ۡم َش‬ ۞ ‫� َو َسعِيد‬ ‫ت�ت‬ ِ ‫يوم يأ‬ ۚ ِِ ِ َ ْ ُ َ َ َّ َّ َ َ َ َ ٞ َ َ ۡ ُ َ َّ ٌ ۞ ‫فأما ٱ�ِين شقوا ف ِ� ٱ�ارِ لهم �ِيها زف ِ� وش ِهيق‬ ُ‫لس َ� ٰ َ�ٰت‬ َ َ َ َ � ‫ِين‬ َّ ‫ت ٱ‬ َ �ِ ٰ �َ ِ‫� َّنة‬ َ �َّ ‫َوأَ َّما ٱ‬ َ ۡ ‫ِين ُسع ُِدوا ْ فَ� ٱ‬ ِ ‫ِيها ما دام‬ ِ َّ ُ ۡ َ َ ۡ َ ً ٓ َ َ َ ُّ َ َ ٓ َ َ ُ َۡ ۞ ٖ‫� �ذوذ‬ ‫َوٱ��ض إِ� ما شاء ر�ك ۖ �طاء غ‬

Kala hari itu tiba, tidak seorang pun bicara kecuali dengan izin-Nya. Di antara mereka ada yang sengsara dan ada pula yang berbahagia. Orang-orang yang sengsara bertempat di Neraka yang di dalamnya mereka bernafas dengan merintih. Adapun tempat orang-orang yang berbahagia adalah dalam Surga. Mereka kekal di dalamnya selama ada Langit dan Bumi sebagai karunia yang tiada pernah terputus—kecuali jika Tuhanmu menghendaki lain. QS Hud [11]: 105, 106, 108

Sudah menjadi fitrah manusia untuk mendamba kebahagiaan. Sepanjang hayatnya tak lain adalah kisah perjuangan menggapai bahagia. Bagi manusia, bahagia ialah (ibarat) tujuan hidup yang menjadi alasan mendasar atas apa=apa yang dilakukannya. Meraih bahagia memang lah bagian dari hakikat kehidupan, namun manusia justru lebih banyak salah 124 | IKHT IS AR R ISA L AH

kaprah dalam memaknai kebahagiaan. Sebagian besar justru tersesat di kebahagiaan-kebahagiaan semu (palsu). Gambaran kebahagiaan biasa terwakili dengan kekayaan, kemakmuran, kekuasaan, ketenaran. Bahagia sering pula dikaitkan dengan uang serta juga kebebasan dalam berkehendak dan berekspresi. Ada pula yang justru punya anggapan lain bahwa ‘bahagia itu sederhana’, yakni bisa dengan sekadar kumpul dengan keluarga, bercengkerama dengan teman-teman, jalan-jalan atau makan enak, bahkan duduk manis dengan secangkir kopi menikmati pagi.

ُ ۡ َ َّ ٓ ۡ َ ۡ ‫َو َما ٱ‬ ۞ ِ‫� َي ٰو ُة ٱ ُّ�� َيا إِ� َم�ٰ ُع ٱلغ ُرور‬

Dan kehidupan dunia itu tak lain hanyalah kesenangan yang menipu. QS Ali Imran [3]: 185

Nyatanya, itu semua sungguh bukan lah kebahagiaan yang sejati. Dalam cara pandang Islam, kesengangan duniawi yang demikian ibarat hiasan pemanis belaka, bahkan sangat bisa menipu dan malah menjerumuskan. Sifatnya sangat sementara dan tak berarti apa-apa bila dibandingkan kebahagiaan hakiki yang sepatutnya dituju. Bahagia samasekali bukan sekadar kesenangan yang sifatnya inderawi/badaniah (kesehatan, nikmat makan, pandangan mata, suara indah/musik, seks, dsb.). Tak cukup pula dengan pelampiasan hasrat jiwa (kekuasaan, ketenaran, kebebasan berkehendak dan berekspresi, serta sifat-sifat kebinatangan lainnya). Kebahagiaan justru mesti IKH T IS AR R IS AL AH | 125

mencakup ilmu, kebijaksanaan, serta hikmah, yakni kenikmatan saat menemukan dan meyakini kebenaran. Dalam Islam, kebahagiaan yang sejati mesti senantiasa berbalut oleh hal-hal ruhaniah. Hanya bisa dimulai ketika seorang hamba mengenal Tuhannya, untuk kemudian memahami untuk apa ia hidup dan ke mana ia akan kembali. Maka, kebahagiaan sejati sangat tergantung pada iman, yakni segala keyakinan terkait Tuhan serta apa-apa yang ditetapkan-Nya. Yakin bahwa ia sedang meniti ‘jalan selamat’ sesuai bimbingan Tuhannya. Ini membuatnya senantiasa dalam kebahagiaan, karena ia yakin punya ‘tempat’ untuk bergantung. Inilah jenis kebahagiaan sejati, jenis bahagia yang tak akan pernah sia-sia. Dengan keyakinan yang teguh menghujam dalam jiwa, maka seorang yang beriman hampir tak bisa bersedih (kecuali sedikit saja). Semua yang tertoreh dalam kisah hidupnya diyakini sebagai kebaikan dari Allah. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya adalah baik baginya. Yang demikian tidaklah dimiliki oleh siapapun kecuali jika ia seorang yang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, ia bersyukur. Maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya, apabila tertimpa kesulitan, ia pun bersabar. Maka yang demikian itu merupakan kebaikan pula baginya. HR Muslim: 2999

126 | IKHT IS AR R ISA L AH

Kebahagiaan orang beriman (mukmin) bukan hanya berlaku di dunia, melainkan kebahagiaan yang kenikmatannya menerus sampai di akhirat. Keduanya bukanlah sesuatu yang terpisah, melainkan ibarat satu lintasan garis yang panjang tersambung. Kebahagiaan sejati memang sudah bisa dikecap sejak masa hidup di dunia, namun kebahagiaan yang sesungguh-sungguhnya baru bisa dicapai setelah sang jiwa menginjakkan kakinya di Surga kelak, di mana ia bisa menikmati ganjaran atas segala yang pernah ia amalkan dan upayakan selama hidup di dunia. Sedangkan puncak dari segala kebahagiaan terjadi di sebuah momen ketika sang hamba bertemu dengan Tuhannya di Surga, memandang wajah Allah secara langsung dengan mata kepala sendiri.

َ ٞ َ َ ِ َّ‫ يَ ۡو َم� ٖذ ن‬ٞ ‫ُو ُجوه‬ ۞ ‫ا�ةٌ ۞ إ ِ ٰ� َر ّ� ِ َها ناظ َِرة‬ ِ

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya lah mereka melihat. QS al-Qiyamah [75]: 22-23 Wallahu a’lam bishawab []

IKH T IS AR R IS AL AH | 127

••• SIMPULAN: “Profesi Utama”

Karena memang diciptakan untuk beribadah, tentu yang mesti menjadi prioritas dalam hidup manusia adalah urusan ibadah pada Tuhannya. Manusia juga bertugas sebagai khalifah yang mengampu peradaban Bumi dan bertanggungjawab atasnya. Menyeru dan memperjuangkan kebaikan, mencegah dan memperbaiki segala keburukan. Ia juga mesti senantiasa menyucikan jiwanya dengan segenap kebajikan dan permohonan ampunan atas segala khilaf. Menjaga diri agar selalu menaati perintah Allah. Dan nyatanya, kehidupan di alam yang fana ini tak lain adalah sebuah persinggahan sejenak, tempat menjalani serangkaian ujian. Buah hasil dari ujian yang cuma sebentar ini akan menentukan apa yang akan manusia alami di Alam Akhirat nan abadi kelak. Waktu ujian ini sangat-sangat pendek, maka semua mesti dijalani sebaik-baiknya. Kebahagiaan dalam menjalani hidup di dunia ini hanya bisa diraih dengan keimanan seorang hamba atas Tuhannya. Maka, menjadi ‘Hamba Allah’ sesungguhnya ibarat ‘profesi utama’ manusia (dan seluruh makhluk). Sedangkan hal-hal selainnya ibarat ‘profesi pelengkap’ atau ‘sampingan’ yang mendukung ‘profesi utama’—atau lebih tepatnya merupakan bagian dari ‘profesi utama’ tersebut. Wallahu a’lam bishawab [] 128 | IKHT IS AR R ISA L AH

VI

PANDUAN KEHIDUPAN pijakan, patok-patok, & pengunjuk arah

#

al-Qur’an

induk segala ilmu & pedoman hidup

ۡ َ َّ ٞ َ ٌ َ َ ُ َّ َ ُ َۡ َۡ �‫� يَ َديۡهِ َو‬ ِ ‫�نهۥ لكِ�ٰب ع ِز�ز ۞ � يأ�ِيهِ ٱل�ٰ ِطل ِم ۢن ب‬ َ َ ۡ ّ ٞ َ‫م ِۡن َخ ۡلفهِۦ ت‬ ۞ ‫ِي� �ِي ٖد‬ ٍ ‫��ل مِن حك‬ ِ ِۖ

Dan sungguh ini benar-benar kitab yang mulia. Yang tak ada kebatilan datang bersamanya, dari depan maupun belakangnya. Yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. QS Fussilat [41]: 41-42

َ ‫ب �ِيهِ ُه ٗدى ّل ِۡل ُم َّتق‬ َ َۡ َ ُ َ ۡ َ َ ۞ �ِ � ۛ �‫�ٰل ِك ٱلكِ�ٰب � ر‬

Kitab ini tak ada sesuatu pun yang meragukan di dalamnya. Petunjuk bagi mereka yang bertakwa. QS al-Baqarah [2]: 2

Al-Qur’an tidak turun sebagai sejilid kitab yang sudah langsung lengkap, melainkan turun secara bertahap selama 23 tahun sepanjang masa kenabian Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Kadang turun hanya satu ayat, kadang beberapa ayat, atau satu surat sekaligus. Satu surat bisa baru lengkap setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan sedikit demi sedikit seiring situasi yang dihadapi Nabi ‫ ﷺ‬dan pengikutnya. Dengan IKH T IS AR R IS AL AH | 131

proses yang demikian, maka hikmah pemahaman dan pemaknaan dari ayat-ayat tersebut pun bisa benar-benar mantap menghujam dalam jiwa. Setiap ayat yang turun dibacakan oleh Nabi ‫ﷺ‬, lalu diterima oleh para sahabat, dihafalkan, dibacakan, dan diamalkan/diterapkan dalam kehidupan mereka. Petunjuk wahyu ini benar-benar dicerap setahap demi setahap. Bukan sekadar sebagai teks atau hafalan, melainkan betul-betul beserta hikmah-hikmahnya. Proses sejarah bagaimana turunnya al-Qur’an mengajarkan kita untuk senantiasa mengambil hikmah dari situasi yang tengah dialami dengan senantiasa mengaitkannya pada petunjuk di al-Qur’an. Bagi kita di zaman sekarang, hikmah-hikmah turunnya ayat-ayat alQur’an bisa didapatkan dengan membaca kisah kehidupan Nabi ‫ ﷺ‬dan muslim generasi pertama, yakni dengan mengetahui dalam situasi apa ayat tersebut diturunkan sebagai petunjuk, serta bagaimana Nabi ‫ﷺ‬ dan para sahabat mengambil pelajaran darinya. Kisahkisah hikmah tersebut kemudian bisa menjadi kaidah umum (universal) yang bisa diterapkan dalam berbagai konteks situasi yang kita alami. Maka kajian al-Qur’an mesti selalu bersanding dengan kajian tentang sirâh (kisah kehidupan) Nabi ‫ ﷺ‬dan umat Islam generasi pertama yang mengalami langsung proses turunnya wahyu tersebut. Karena memang di situlah letak kisah hikmah terbesarnya. 132 | IKHT IS AR R ISA L AH

‫ۮ‬ Walau turun secara acak dan tak berurutan, namun di masa akhir kehidupan Nabi ‫ﷺ‬, ayat-ayat al-Qur’an kemudian dirangkai dengan dipandu langsung oleh Malaikat Jibril. Maka tersusun lah rangkaian surat seperti yang kita kenal sekarang, dari surat al-Fatihah hingga anNaas. Ajaibnya, rangkaian ayat per ayat dalam susunan ini memiliki keteraturan dan kepresisian, padahal awalnya turun secara acak dan tak berurutan. 100 9F

Sebagai wahyu terakhir yang diturunkan ke Bumi dan akan berlaku hingga penghujung zaman, kemukjizatan paling utama dan paling khas dari al-Qur’an adalah tentang bagaimana kitab ini dijaga keasliannya. Hingga akhir sejarah umat manusia, seluruh bacaan dalam kitab ini akan senantiasa sama persis seperti ketika ayatayatnya disampaikan oleh Jibril kepada Nabi ‫ﷺ‬.

َ ُ َ َ ُ َ َّ َ ۡ ّ َ ۡ َّ َ ُ ۡ َ َّ ‫إِنا �ن نز�ا ٱ�ِكر �نا �ۥ ل‬ ۞ ‫�ٰفِظون‬

Sungguh Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya. QS al-Hijr [15]: 9

100 Di antara bentuk kepresisian teks al-Qur’an contoh sederhananya adalah kata sinonim dan antonim yang jika dijumlahkan hasilnya akan sama. Misal, kata ‘dunia’ dan ‘akhirat’ sama-sama berjumlah 115; kata ‘malaikat’ dan ‘Iblis’ sama-sama berjumlah 88; kata ‘panas’ dan ‘dingin’ sama-sama berjumlah 4; kata ‘manfaat’ dan ‘mudarat’ sama-sama berjumlah 9. Serta sangat banyak bentuk kemukjizatan teks dan semantik lainnya.

IKH T IS AR R IS AL AH | 133

Salah satu dari bentuk nyata penjagaan keaslian kitab ini adalah dengan adanya perintah untuk menghafal alQur’an. Bacaan dan hafalannya diajarkan turun temurun dengan mata rantai sanad yang bersambung dari murid ke guru dan ke gurunya lagi dan ke gurunya lagi, terus hingga sampai ke para sahabat dan Nabi ‫ﷺ‬. 101

َّ ٗ َ ٗ َ َ ۡ ‫َو َ� َّم‬ ُ ‫ت ك�َل َِم‬ ‫ت َر ّ�ِك صِ ۡدقا َوع ۡد� ۚ � ُم َب ّدِل‬ َّ ‫ل َِ� َِ�ٰتِهِۦ َو ُه َو‬ ُ ‫ٱلس ِم‬ ُ ‫يع ۡٱل َعل‬ ۞ ‫ِيم‬ ۚ

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui QS al-An’am [7]: 115

Maka, jika seluruh lembaran al-Qur’an di Bumi ini dimusnahkan, al-Qur’an akan tetap ada di kepala-kepala jutaan penghafalnya yang tersebar di seluruh penjuru Bumi. Dan al-Qur’an pun bisa langsung dituliskan kembali secara utuh dan persis. Keistimewaan ini tidak mungkin ada pada naskah-naskah apapun di muka Bumi ini. 102

101 Menghafal dan menjaga ilmu ialah perintah dalam tradisi ilmu Islam. Penekanan mengenai hal ini tidak terdapat dalam tradisi ilmu manapun selain Islam. Maka, dalam tradisi ilmu Islam, keabsahan dan keotentikan dijaga dengan sangat tertib dan apik. Bukan hanya al-Qur’an, melainkan juga hadits dan berbagai rujukan dalam khazanah ilmu Islam. 102 Itu pulalah mengapa penulisan al-Qur’an mesti selalu dengan teks aslinya yang berbahasa dan beraksara arab. Jika hanya terjemahan, tidak bisa disebut al-Qur’an. ‘Penjagaan’ seperti ini tidak terjadi di kitab suci lainnya yang naskahnya bisa berbeda-beda. Bahkan seringkali

134 | IKHT IS AR R ISA L AH

Begitu banyak kemukjizatan al-Qur’an, yang semakin hari semakin terkuak. Baik yang terkait fakta sains, seperti biologi, astronomi, geologi, maupun terkait fakta sejarah, yang baru diketahui seiring kemajuan teknologi serta penelitian mendetail atas al-Qur’an. 103 Berbeda dengan kemukjizatan yang pernah ada di kisah kenabian sebelumnya, kemukjizatan al-Qur’an bukan cuma bisa dirasakan Nabi ‫ ﷺ‬dan umat yang hidup di zamannya saja. Seiring kajian-kajian atasnya, al-Qur’an dengan berbagai hikmah yang tersembunyi di dalamnya akan terus memunculkan kemukjizatan-kemukjizatan baru yang bisa dirasakan oleh setiap generasi, hingga berakhirnya sejarah umat manusia. Demikianlah

hanya berupa teks terjemahan, tanpa bahasa aslinya. Padahal tak ada penerjemahan lintas bahasa yang bisa mencukupi makna sesungguhnya (pasti ada pergeseran). Dalam mempelajari al-Qur’an, terjemahan hanya ditempatkan sebatas ‘keumuman makna’ (pamahaman di taraf paling awal). Sedangkan makna yang sesungguhnya baru bisa dipetik melalui kajian tafsir yang diiringi kajian tentang sirâh nabawiyyah (sejarah hidup Nabi ‫)ﷺ‬. 103 Di antara contohnya: detail tahapan proses pertumbuhan janin yang dijelaskan dalam ayat tentang penciptaan manusia, yang fakta ilmiahnya baru diketahui melalui embriologi abad ke-20; tentang proses terjadinya hujan; fakta tentang lebah, semut, dsb.; serta banyak lainnya. Sementara itu, bagi muslim, segala ilmu pengetahuan modern yang tidak sesuai dengan al-Qur’an maka dijamin salah dan harus dibantah. Semisal Darwinisme yang jelas-jelas terkuak sebagai pembohongan besar-besaran; serta pula konsep kosmologi modern dengan teori Bumi globe dan teori big bang-nya yang boleh lah dikritisi kembali, karena walau sesuai dalam beberapa hal, tapi juga disinyalir tidak sesuai dengan beberapa gambaran yang digunakan dalam al-Qur’an (dan juga dalam kitab-kitab suci lainnya) —wallahu a’lam bishawab. IKH T IS AR R IS AL AH | 135

kekhasan mukjizat dari risalah terakhir yang diturunkan di akhirzaman. ‫ۮ‬ Pedoman dalam al-Qur’an disajikan lewat berbagai bentuk penuturan ayat. Pada hakikatnya, semua adalah mengenai tauhid. Maka, yang paling utama adalah ayatayat di mana Allah mengenalkan diri-Nya secara langsung, melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Hanya lewat penjelasan inilah makhluk bisa mengenal Tuhannya secara benar, karena Allah sendiri lah yang berhak menjelaskan siapa Dia. Selain itu, di antara porsi yang terbanyak adalah ayat yang bercerita tentang kisah para nabi dan umat terdahulu. Ayat-ayat yang berisi kisah mencapai 1/3 bagian al-Qur’an. Ini menunjukkan keutamaan kisah dan hikmah, sehingga menyampaikan pesan dan pelajaran lewat kisah menjadi salah satu kekhasan al-Qur’an dalam bertutur. Porsi lain yang juga sangat banyak ialah ayat tentang Alam Semesta, baik berupa penjelasan/penceritaan maupun retorika yang mendorong umat muslim untuk mengamati dan meneliti alam ini. Seringkali diiringi pula perintah untuk mempergunakan segenap indera, akal, serta hati nurani, karena mengenal keagungan Alam Semesta adalah juga jalan untuk mengenal Sang Pencipta Alam Semesta tersebut.

136 | IKHT IS AR R ISA L AH

َۡ َّ ۡ ُ ۡ َ َ َّ َ ۡ َّ َ ۡ َ َ َّ ‫إ َّن � َخ ۡلق‬ ِ �‫ت َوٱ‬ �ِ ‫ك ٱل‬ ‫�ض َوٱخت ِ� ٰ ِف ٱ� ِل وٱ�هارِ وٱلفل‬ ِ ِ ٰ �ٰ�‫ٱلس‬ ِ ِ ِ َ َ َ َ َ ۡ َۡ َۡ َ َّ�‫نف ُع ٱ‬ َّ ‫ٱ� م َِن‬ ُ َّ ‫نز َل‬ َ‫ٱلس َمآءِ مِن َّمآءٖ َفأ ۡحيا‬ َ ‫اس َو َما ٓ أ‬ ‫�رِي ِ� ٱ�ح ِر بِما ي‬ َ ُّ َّ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َ َ ۡ َّ ۡ َ‫� َدآبَّة َوت‬ َ �‫ث‬ ‫ِيها مِن‬ �‫بِهِ ٱ��ض �عد موت ِها و‬ ‫�ف‬ ِ‫ٱلرِ�ٰح‬ ِ � ٖ ِ ِ َ ۡ َ ّ َٰ َ ُ َ ۡ َ‫حاب ٱل ۡ ُم َس َّخر ب‬ َ َّ َ َّ � َ ِ‫ٱلس َمآء‬ ِ ۞ ‫ت ل ِق ۡو ٖ� َ� ۡعقِلون‬ �� ‫�ض‬ �‫ٱ‬ ‫و‬ ٖ ِ ‫وٱلس‬ ِ Sesungguhnya pada penciptaan Langit dan Bumi, pergantian malam dan siang, kapal-kapal yang belayar di laut dengan bawaan yang bermanfaat bagi manusia, demikian pula air hujan yang Allah turunkan dari Langit lalu dengannya Allah hidupkan tumbuhtumbuhan di Bumi setelah matinya, serta Dia biakkan padanya berbagai binatang, demikian pula (pada) peredaran angin dan awan yang ditundukkan di antara Langit dan Bumi, sungguh terkandung tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. QS al-Baqarah [2]: 164

Al-Qur’an juga menyampaikan pedoman dalam bentuk perintah dan aturan secara langsung, baik terkait perintah dan tata cara ibadah maupun berbagai hukum syariat lainnya, seperti shalat, zakat, puasa, hukum waris, hukum pernikahan, dan lain sebagainya. ‫ۮ‬ Hal-hal paling pokok dalam al-Qur’an terwakili oleh alFatihah (surat pembuka) dan surat-surat dalam Juz ‘Amma (bab terakhir al-Qur’an) yang banyak mengulas tentang tauhid beserta keseluruhan akidah (keimanan) Islam. Pokok bahasan tentang akidah di bagian Juz ‘Amma ini kemudian dapat terkerucutkan lagi ke dalam 16 surat terakhir di penghujung al-Qur’an, yakni dari Surat anNaas hingga Surat al-Zalzalah. IKH T IS AR R IS AL AH | 137

Sementara intisari yang paling utama dan paling mulia dari keseluruhan al-Qur’an terkandung dalam Surat alFatihah yang dijuluki sebagai Ummulqur’an (‘Induknya alQur’an’). Inilah tujuh ayat yang senantiasa diulang-ulang oleh muslim dalam shalatnya, paling sedikit 17 kali sehari:

َّ ۡ َّ �‫ٱلر‬ َّ ِ�‫ٱ‬ ۞ ‫ٱلرحِي ِم‬ ‫ِبس ِم‬ ۡ َ َٰ َّ ُ ۡ َ ۡ َ ّ َ ۞ �‫ب ٱل�ل ِم‬ ِ ‫ٱ�مد ِ�ِ ر‬ َّ َّ ۞ ِ‫ٱلر� ٱلرحِيم‬ ّ ۡ َ ِ ‫َ�ٰل‬ ۞ ‫ِين‬ ِ َ �‫ِك يو ِم ٱ‬ َ َّ‫اك َ� ۡع ُب ُد �ي‬ َ َّ‫إي‬ ُ ‫اك � ۡس َتع‬ ۞ �ِ ِ ۡ َ َ ّ َ ۡ َ ۡ ُ َ ٰ ۞ ‫ٱلص�ط ٱلمستقِيم‬ ِ ‫ٱهدِنا‬ ّ َّ َ َ ۡ ۡ َ َ ُ ۡ َ ۡ ۡ َ ۡ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َّ َ ٰ َ َ ‫آل‬ ۞ �ِ ‫وب علي ِهم و� ٱلض‬ ‫ض‬ ‫غ‬ ‫م‬ ‫ٱل‬ � ‫غ‬ ِ ِ ‫صِ �ط ٱ�ِين ��عمت علي ِهم‬

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau pula kami memohon pertolongan Bimbing lah kami jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang telah Engkau karuniai nikmat atas mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan jalan mereka yang sesat. QS al-Fatihah [1]: 1-7

Jika disarikan hanya dalam satu ayat, hakikat tauhid yang merupakan topik keseluruhan al-Qur’an dapat terwakili ayat ke-5, yakni kalimat: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in ”—’Hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau pula kami memohon pertolongan.’ 138 | IKHT IS AR R ISA L AH

‫ۮ‬ Nabi ‫ ﷺ‬melukiskan al-Qur’an sebagai: Kitab Allah yang mengandung pengetahuan tentang segala hal, apa yang terjadi sebelum dan sesudah kalian, termasuk hukum yang menyangkut apapun bagi kalian. Ialah yang memilahkan (antara baik dan buruk, hak dan batil, benar dan salah), dan bukan main-main belaka. Sesiapa yang dengan angkuh meninggalkan al-Qur’an, ia akan dibuat rembas oleh Allah. Siapa mencari petunjuk di luar al-Qur’an, akan dibuatnya sesat oleh Allah. Ia adalah tali yang kuat, kata-kata yang bijak, dan jalan yang lurus. Dengannya segala karsa takkan menyimpang, lisan-lisan pun tak akan samar. Para pengampu ilmu tak merasa kenyang darinya. Tak usang kala berulang dibaca, (tak bakal hancur karena banyaknya penolakan), tak kunjung habis keajaiban-keajaibannya. Kala sekumpulan jin mendengarkannya, tak henti-henti mereka mengucap, “Sungguh kami mendengar ayat-ayat al-Qur’an yang menakjubkan! Yang memberi jalan petunjuk, maka kami beriman padanya.” (Sesiapa yang memahami ilmunya, akan lekas sampai pada tujuannya). Sesiapa yang berkata dengannya, ia niscaya benar. Sesiapa yang mengamalkannya, niscaya diganjar pahala. Sesiapa berhukum dengannya, ia pasti adil. Sesiapa menyeru padanya, ia pasti ditunjuki jalan yang lurus. HR at-Tirmidzi: 2831; HR Damiri; HR Ahmad

َ َ ۡ ُ ۡ َ َ ۡ ْ ُ ۡ َ َ ٰٓ َ َ ُّ ۡ َ ُ ۡ َّ ُ َ َۡ � ‫ان‬ ‫ت‬ ِ ‫قل ل� ِ ِن ٱج ۡت َمع‬ ِ ‫ٱ�ن � أن ي�توا ب ِ ِمث ِل �ٰذا ٱلقرء‬ ِ ‫ٱ��س و‬ ِ َ ُ َ ٗ ‫ون ب ِم ۡثلِهِۦ َول َ ۡو َ� َن َ� ۡع ُض ُه ۡم �ِ َ ۡعض َظه‬ ۞ �� ٖ ِ ‫ي�ت‬ ِ

Katakanlah, "Sungguh jikapun seluruh manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan mampu mewujudkan yang semisalnya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.” QS al-Isra’ [17]: 88 Wallahu a’lam bishawab [] IKH T IS AR R IS AL AH | 139

#

as-Sunnah

petunjuk & teladan dari sang rasul

َ َّ َ َ ۡ ۡ َ ۡ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ ٰ�َِ ‫ك ۡٱلك‬ ‫ب َوٱ� ِك َمة َوعل َمك‬ ‫وأنزل ٱ� علي‬ َ َ ۡ َ َ َّ ُ ۡ َ َ َ َ ُ َ ۡ َ ُ َ ۡ َ َ ٗ ۞ ‫ما لم ت�ن �عل ۚم و�ن فضل ٱ�ِ عليك عظِيما‬ Dan Allah telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) dan Hikmah (as-Sunnah) kepadamu, serta telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Dan karunia Allah sangat besar atasmu QS al-Nisa [4]: 113

Makna dari as-Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi ‫ﷺ‬, baik berbentuk ucapan, perbuatan, kebiasaan, penetapan dan segala hal yang disetujui, akhlak (sifat dan tindak laku) bahkan sifat tubuh, serta segenap khazanah ilmu pengetahuan. Singkatnya yakni keseluruhan hikmah yang ada dalam pribadi dan kehidupan Nabi ‫ﷺ‬. Maka as-Sunnah pun diistilahkan pula sebagai Hikmah. Pada masa hidup Nabi ‫ ﷺ‬sebagian dari sahabat terbiasa menghafal dan juga mencatat hal-hal yang bersumber dari Nabi ‫ﷺ‬, di samping al-Qur’an (mereka masih memegang tradisi menghafal dan memiliki kemampuan 140 | IKHT IS AR R ISA L AH

menghafal yang sangat-sangat kuat). Hafalan dan catatan ini adalah apa yang disebut sebagai hadits. Di generasi selanjutnya hadits-hadits dikumpulkan dalam kitab-kitab yang ditulis para ulama hadits. Maka asSunnah pun seringkali diistilahkan sebagai al-Hadits. 104 ‫ۮ‬

Begitu mulianya as-Sunnah, karena setiap yang dilakukan Nabi ‫ ﷺ‬senantiasa tersucikan dari dosa. Tiap ada sedikit saja khilaf (dan ini kadang memang terjadi walau sangat-sangat jarang), akan langsung ditegur dan diluruskan dengan turunnya wahyu. Karena juga merupakan sebentuk wahyu, maka as-Sunnah (Hikmah) pun adalah pedoman paling utama bagi muslim setelah al-Qur’an (Kitab).

104 Mereka ialah para cendekiawan yang menelusuri hadits-hadits melalui jalur sanad, yakni mata rantai ilmu yang disampaikan turun temurun. Para ulama hadits mempunyai keunggulan tersendiri. Dalam kepala mereka tersimpan hafalan ratusan ribu hingga jutaan hadits, termasuk matan (isi penceritaan), sanad (jalur periwayatan), serta biografi para periwayatnya. Mereka sangat tertib dalam menjaga keotentikan data yang dicatatkannya. Hadits yang dapat digunakan sebagai landasan hukum, jalur periwayatannya mesti benar-benar berujung ke Nabi ‫ﷺ‬. Siapa saja yang menjadi sumber sanadnya pun mestilah orang-orang shalih yang dalam riwayat hidupnya dikenal terbebas dari sifat dusta dan bukan pula pelupa. Maka hadits mempunyai derajat-derajat tertentu, mulai dari mutawatir, shahih (jalur periwayatannya sempurna dan dipastikan kebenarannya), hasan (jalur periwayatannya baik dan sangat mendekati kebenaran), serta banyak derajat lain hingga yang terendah yakni dha’if (periwayatannya lemah), serta maudhu’ dan munkar (dipastikan tidak otentik/palsu).

IKH T IS AR R IS AL AH | 141

As-Sunnah juga tak lain adalah perincian atas hal-hal umum yang terdapat dalam al-Qur’an, karena keseluruhan al-Qur’an telah diterapkan dan dicontohkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬dalam keseharian selama masa hidupnya. Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi ‫ﷺ‬, maka ia menjawab: Akhlak beliau adalah al-Qur’an. Bukankah engkau telah membaca ayat al-Qur’an?: “Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang agung.” HR Ahmad: 23460

َ َ َ ۡ َ َ َ ُ َّ َ َّ ‫اع‬ ‫َّمن يُطِعِ ٱلرسول �قد أط‬ ۖ�‫ٱ‬ Sesiapa yang mentaati Rasul, sungguh ia telah mentaati Allah. QS al-Nisa [4]: 80

Dalam as-Sunnah terdapat berbagai panduan, mencakup keteladanan, perintah dan larangan, aturan dan berbagai bentuk tata cara, serta segenap syariat, mulai dari urusan sepele seperti makan dan tidur, hingga tata cara ibadah, bahkan urusan mengatur sebuah negara. Mulai dari hal-hal yang terjelaskan secara gamblang dan detail, hingga kaidah-kaidah umum dari segenap hikmah kisah hidup Nabi ‫ﷺ‬, yang senantiasa dapat diterapkan bermacam situasi berbeda dalam berbagai konteks kehidupan muslim. Maka dalam Islam setiap hal sungguh telah ada dasar panduannya. Wallahu a’lam bishawab []

142 | IKHT IS AR R ISA L AH

#

Kisah

ibrâh & hikmah sirâh para nabi hingga sejarah peradaban islam

ٗ َ َ ََۡ ۡ ْ ُ ّ ٞ َۡ ۡ َ َ َ َ ۡ ََ ‫ب َما �ن َحدِيثا‬ � ِ ٰ�‫لقد �ن ِ� قص ِص ِهم عِ�ة ِ�و ِ� ٱ�ل‬ ّ ُ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َّ َ ۡ َ َ ٰ ََ ُۡ � �‫ى َو�ٰ�ِن تصدِيق ٱ‬ �‫�ف‬ ِ ‫ِي ب� يديهِ و�ف ِصيل‬ َ ُ ُۡ ۡ َّ َٗۡ َ َ ُٗ َ ۡ َ ۞ ‫�ءٖ وهدى ور�ة ل ِقو ٖ� يؤمِنون‬

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat ibrâh (pelajaran) bagi ulil albab (orang yang mempergunakan akal). Al-Quran bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk dan rahmat bagi yang beriman. QS Yusuf [12]: 111

Kisah mempunyai tempat yang istimewa dalam khazanah ilmu Islam. Porsinya yang mencapai 1/3 dari keseluruhan al-Qur’an menggambarkan bahwa pelajaran melalui kisah merupakan hal yang sangat penting. Kisah bahkan adalah bentuk pengajaran dan panduan tersendiri bagi muslim. Kisah secara tak langsung mengajari kita dengan cara yang halus dan tidak menggurui. Namun sajian kisah justru menuntut kita untuk mempergunakan akal dan nurani agar kita bisa memetik suatu makna dan pelajaran darinya. IKH T IS AR R IS AL AH | 143

Lewat kisah, setiap orang bisa mendapatkan pemahaman dan memetik makna secara khas, dengan kesan yang berbeda-beda dan dengan kedalaman penghayatan yang berbeda pula—tergantung kepekaan akal-nuraninya. Dimanfaatkannya akal dan nurani bahkan adalah syarat untuk bisa memetik pemahaman dan makna dari suatu kisah—demikianlah yang ditegaskan al-Qur’an. Al-Qur’an seringkali menggambarkan bahwa dalam suatu kisah banyak mengandung ibrâh dan hikmah. Inilah bentuk pengajaran dan pelajaran yang sangat diagungkan dalam al-Qur’an. Kata ibrâh mempunyai makna ‘menyeberangkan’ atau ‘menembus’. Dalam kisah terdapat banyak pelajaran tersembunyi yang mesti ‘ditembus’ terlebih dulu. Mesti digali dan dicari agar kita bisa terhubung dengannya. Maka, ibrâh juga ibarat sebuah ‘jembatan’ yang dapat menghubungkan suatu kisah dengan diri kita, untuk kemudian ditemukan makna dan pelajaran darinya. Dengan demikian, ragam pengalaman yang pernah dialami orang lain di peristiwa yang telah lalu pun bisa bermanfaat bagi kehidupan kita. Sedangkan kata hikmah pada dasarnya terkait dengan makna kata ‘hukum’, ‘pola’ atau ‘skema’ yang telah ditetapkan. Memahami ‘pola’ tersebut dapat membantu kita untuk juga paham tentang bagaimana semestinya menjalani kehidupan. Agar tak melenceng dari apa yang telah Allah tetapkan sebagai ‘kebaikan’ dalam penciptaan ini. 144 | IKHT IS AR R ISA L AH

Hikmah juga bisa diartikan sebagai ilmu dan pengetahuan yang telah benar-benar bisa kita maknai, sehingga bisa betul-betul diterapkan dan memberi manfaat nyata dalam kehidupan. Maka, kisah yang telah terpetik hikmahnya bukanlah wawasan tanpa makna yang sekadar menghiasi perbincangan. Melainkan sesuatu yang memang dapat membantu kita menentukan langkah dalam kehidupan—tentang apa yang sepatutnya dilakukan kemudian. Ulama sejarah menyimpulkan, “Tak ada sesuatu yang baru di bawah terik Mentari yang sama.” Artinya, selama kisah tersebut berlangsung di atas Bumi ini, maka sesungguhnya adalah itu-itu juga. Polanya sama dan berulang-ulang. Akan selalu ada hukum sebab dan akibat yang serupa sepanjang sejarah. Yang berbeda hanyalah pelakon dan rincian pernak-pernik cerita yang menghiasinya. Demikianlah sunnatullah yang berlaku, yakni sistem dan hukum yang telah Allah tetapkan bagi kelangsungan kehidupan ini. ‫ۮ‬

Al-Qur’an menyajikan begitu banyak kisah kaum terdahulu, mulai dari penciptaan Adam hingga peristiwaperistiwa di era Nabi ‫ﷺ‬. Kisah yang telah dipilihkan Allah dalam al-Qur’an tentunya merupakan kisah-kisah yang mempunyai kadar ibrâh dan hikmah yang paling tinggi. Ini pulalah kisah-kisah yang mesti menjadi patotkan tentang kebenaran. IKH T IS AR R IS AL AH | 145

َ ۡ َ َ ُّ ُ َّ ّٗ ُ َ َ َ َُ َ َ‫ك م ِۡن أ‬ ُ ّ َ ُ َ ُ ُّ ِ‫�بآء‬ ‫و� �قص علي‬ ۚ‫ٱلرس ِل ما نثبِت بِهِۦ فؤادك‬ ٓ ۡ ُ ۡ ٰ َ ۡ َ ٞ َ ۡ َ َ ُّ َ ۡ َ َ ۞ �ِ ‫َو َجا َء َك ِ� �ٰ ِذه ِ ٱ�ق وموعِظة وذِكرى ل ِلمؤ ِمن‬ Dan masing-masing kisah para rasul itu Kami ceritakan kepadamu. Ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, yang dibawakannya kepadamu kebenaran, nasihat serta peringatan bagi orang-orang yang beriman. QS Hud [11]: 120

Namun demikian, ibrâh dan hikmah kisah tak terbatas pada kisah-kisah itu saja. Setiap kisah, apapun itu, bisa mengandung pelajaran. Maka sangat penting bagi muslim untuk benar-benar menaruh perhatian terhadap sejarah. Mencakup seluruh sejarah yang terkait peristiwa-peristiwa besar, hingga berbagai bentuk kisah nyata dalam kehidupan manusia. Apapun yang penceritaannya sampai kepada kita. Dari semua itu, yang paling pertama mesti dipahami tentunya adalah sejarah bagaimana Risalah Allah diperjuangkan dan ditegakan oleh para nabi dan orang shalih dari zaman ke zaman. Mereka adalah para lakon utama pengusung peran kebaikan (protagonis) di atas panggung drama kehidupan umat manusia ini.

146 | IKHT IS AR R ISA L AH

PARA RASUL & NABI beserta pengikutnya

[ TOKOH PROTAGONIS ]

Nabi Adam Nabi Nuh Nabi Ibrahim Nabi Musa Nabi Isa al-Masih Nabi Muhammad

IBLIS & PARA SYAITAN beserta pengikutnya [ TOKOH ANTAGONIS ]

Iblis Kan’an & kaum penentang kerasulan Sang Namrud Sang Fir’aun (Ramses II) Para Rabi Yahudi & Kekaisaran Romawi (Herodes) Musyrikin Quraisy (sebagai penguasa Ka’bah),

Kekaisaran Romawi & Persia Kekhalifahan Islam

(Khulafaurasyidin, Abbasiyyah, Ummayah, Utsmani)

para ulama & umat yang berteguh pada al-Qur’an & as-Sunnah

Imam Mahdi & Isa al-Masih

(yang turun kembali)

(Heraklius & Kisra II)

Imperium Barat & Persia

(Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Persia, Kerajaan Britania Raya & kerajaan-kerajaan Eropa lainnya), Kekaisaran Mongol, serta kerajaanmusyrik lainnya)

Zionis yang menunggangi dwitunggal adikuasa

Amerika-Israel

Al-Masih ad-Dajjal (sang al-Masih Palsu)

& Ya’juj Ma’juj

Wallahu a’lam bishawab []

IKH T IS AR R IS AL AH | 147

#

Khazanah Ilmu Islam

warisan kebijaksanaan & keluasan ilmu para alim-ulama Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

Ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dirham, melainkan hanya mewariskan ilmu. Sesiapa yang mengambil warisan tersebut, ia akan mendapatkan suatu kelimpahan. HR at-Tirmidzi: 2681

Setelah berakhirnya masa kenabian di empatbelas abad silam, maka para ulama lah yang menjaga warisan paling berharga dari para nabi. Khazanah keilmuan para alimulama sesungguhnya sangat luas. Selama satu setengah milenium peradaban Islam, para ulama telah menghasilkan sangat banyak karya luar biasa. 105 Baik para ulama terdahulu dari kalangan salaf (tiga generasi pertama muslim) yang masih bersentuhan dengan masa Walau sebagian karya telah punah seiring proses jatuhnya pusatpusat peradaban Islam, tapi apa yang tersisa sekarang masih sangat pantas dikategorikan sebagai khazanah ilmu yang tak ternilai. Khazanah ilmu tersebut masih terbuka lebar untuk digali, dan sungguh bisa dijadikan sebagai modal besar untuk kebangkitan Islam.

105

148 | IKHT IS AR R ISA L AH

hidup Nabi ‫ﷺ‬, hingga ulama di zaman kita yang mesti tanggap dan jeli dalam merespon perkembangan zaman. Jelas bahwa dalam karya para ulama juga terkandung pedoman bagi muslim. Karena mereka lah yang memahami al-Qur’an dan as-Sunnah, dan kemudian menjabarkan secara lebih rinci melalui buah karya mereka. Jenis karya yang paling utama tentunya adalah kitab-kitab tafsir al-Qur’an, syarah hadist (penjelasan tentang asSunnah), kajian tentang aqidah, akhlak dan adab, fikih, kitab sirâh nabi dan sejarah Islam, serta kemudian juga termasuk ijma’-ijma’ yang menjelaskan secara syar’i hal-hal mutakhir/kontemporer seiring perkembangan zaman—yang kasusnya tidak terperinci dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Di samping ilmu syar’i, terdapat pula karya dari beragam ‘ilmu dunia’, yakni ilmu selain ilmu agama namun tetap berlandaskan prinsip keislaman. Termasuk di dalamnya adalah sains, kedokteran, astronomi, sejarah dan ilmu sosial, ilmu pendidikan, ilmu pertanian, dsb. Di tengah luasnya dunia ilmu, apa yang diwariskan alimulama menduduki tempat yang paling penting, karena memang hanya ilmu yang berlandasakan Risalah Allah dan yang tidak bertentangan dengannya lah yang dapat menjadi panduan dan inspirasi kehidupan muslim. Maka patutlah bagi kita untuk membaca dan mengkaji karyakarya mereka, menerapkannya, juga mengembangkannya untuk konteks kehidupan kita saat ini dan masa depan. [] Wallahu a’lam bishawab [] IKH T IS AR R IS AL AH | 149

••• SIMPULAN: “Derajat Panduan Kehidupan”

1) Induk dari segala ilmu dan pedoman hidup ialah alQur’an, yakni wahyu terakhir yang berlaku di akhirzaman. Dejarat al-Qur’an adalah yang paling tinggi. Tak ada yang boleh ditempatkan di atas al-Qur’an 2) Tempat selanjutnya ialah as-Sunnah, yang juga merupakan wahyu dalam bentuk yang lain, yang terwujud dalam kehidupan sang Nabi ‫ ﷺ‬dan tercatat secara apik dalam sejarah. Sebagai penjelas dari alQur’an, as-Sunnah senantiasa ditempatkan beriringan setelah al-Qur’an, sesuai derajat keshahihannya. 3) Kisah punya tempat tersendiri ketika bicara tentang pedoman hidup. ibrâh dan hikmah dalam kisah ranahnya sangat luas. Inilah bentuk pedoman yang sifatnya tidak baku, swalayan dan bisa dipetik sendiri oleh masingmasing dari kita, lewat penelaahan dan perenungan. 4) Di antara luasnya ilmu, warisan alim-ulama menduduki tempat tersendiri dan mesti diprioritaskan. Intinya, segala ilmu bagi muslim mesti perpangkal dari Risalah Allah, atau seminimalnya tak bertentangan dengannya. Demikianlah tingkatan derajat ilmu yang sejatinya menjadi acuan kehidupan muslim, di mana agama senantiasa menjadi porosnya. Wallahu a’lam bishawab [] 150 | IKHT IS AR R ISA L AH

VII

MENJALANI PENGHUJUNG ZAMAN menyibak tabir-tabir muslihat

para hukama berujar,

Kebenaran itu memang ada kalanya terkecap pahit.

Tapi sungguh, yang pahit itulah yang maslahat buat engkau.*

Maka tenggaklah yang pahit itu.

* Ibarat membandingkan kembang gula dan jejamu. Yang satu manis tapi membikin gigi rusak dan tak memberi manfaat apapun bagi tubuh; yang satu lagi pahit dan bahkan kadang pahang, tapi menyehatkan, maka inilah yang dibutuhkan tubuh.

#

Nubuat Akhirzaman

panduan untuk memahami & merespon zaman Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

Sungguh, menjelang terjadinya kiamat akan datang fitnah-fitnah (ujian/cobaan) yang datang ibarat potongan malam nan gelap gulita. 106 HR Abu Daud: 4259; HR Ahmad: 19231

Nubuat adalah berita atau isyarat tentang rahasia masa depan, yakni pengetahuan gaib (tersembunyi) yang sedikit dibukakan oleh Allah melalui para nabi. Nubuat selalu ada dalam kisah kenabian, hadir bersamaan dengan petunjuk dan pedoman yang diturunkan lewat kitab-kitab suci. Seperti diulas di bagian awal, salah satu yang diberitakan dalam nubuat ialah kabar tentang akan adanya seorang Nabi Penutup di akhirzaman, yakni Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Nubuat lain yang paling banyak diketahui adalah tentang akan datangnya Hari Kiamat, bahwa dunia akan berakhir dengan sebuah kehancuran besar. 106 Sebuah penggambaran betapa ujian itu amat berbahaya dan tidak kentara, sehingga bisa datang menimpa tanpa kita sadari.

IKH T IS AR R IS AL AH | 153

Sebagai risalah terakhir yang diperuntukan bagi umat di akhirzaman, 107 maka ajaran Islam pun mencakup sangat banyak nubuat tentang akhirzaman, yakni tentang fenomena-fenomena aneh dan bahkan tidak masuk akal yang akan terjadi menjelang Hari Kiamat, yang juga disertai petunjuk untuk mewaspadai dan menghadapinya. ‫ۮ‬

Di antara pertanda yang banyak dikabarkan dalam nubuat akhirzaman adalah tentang salah satu fase di akhirzaman di mana sangat banyak terjadi kekacauan, kezaliman, kerusakan, serta berbagai kejangggalan yang bukanlah situasi yang baik. Fenomena ini tengah terjadi di zaman kita sekarang. Beberapa hal yang disebutkan dalam nubuat dan saat ini telah tampak sangat jelas misalnya: banyak diangkatnya pemimpin yang tidak amanah; urusan diserahkan bukan pada ahlinya (tak berilmu); aparat penegak hukum (khususnya polisi) yang zalim dan semena-mena 108 ekonomi riba merajalela; semakin maraknya perdagangan dan semakin dekatnya jarak antarpasar; para istri sibuk membantu suami dalam urusan nafkah 109 orang berlomba membuat bangunan pencakar langit 110

Akhirzaman ialah sebuah masa di penghujung sejarah umat manusia. Periodenya bermula sejak masa diutusnya Rasulullah Muhammad ‫ﷺ‬ (abad 7 M) hingga akhir sejarah dunia saat terjadinya kiamat. 108 HR al-Bukhari: 6016; HR Ahmad: 21129 109 HR Abu Daud: 2893; HR Ibnu Majah: 2269; HR Ahmad: 3896 110 HR Muslim: 10 107

154 | IKHT IS AR R ISA L AH

maraknya gaya berdandan yang nyeleneh; perempuan yang mengumbar aurat; orangtua bergaya anak muda; dsb. 111 artis yang merajalela; maraknya musik dan dunia hiburan yang penuh maksiat; maraknya minuman memabukan (alkohol, dsb.) dengan beragam jenis dan nama; sex bebas dan zina makin marak dan orang tak malu mengumbar dosa besar ini 112 semakin menjauhnya umat dari ilmu; masjid banyak dibangun secara mewah dan megah, namun sedikit hikmah di dalamnya; haji dan umrah ibarat pergi tamasya 113 maraknya beragam jenis kemusyrikan; semakin ditinggalkannya sunnah-sunnah nabi 114 waktu semakin singkat; derap zaman semakin cepat; semakin ditinggalkannya silaturahim dan buruknya kehidupan bertetangga; banyaknya perempuan dan sedikitnya laki-laki 115 semakin banyaknya gempa bumi dan bencana alam, dsb.

Akan terjadinya hal-hal tersebut telah dikabarkan berabad silam. Begitu banyak nasihat yang disampaikan Nabi ‫ﷺ‬ terkait kewaspadaan atas fenomena tersebut. ‫ۮ‬

HR Muslim, al-Libas wa az-Zinah: 16046; HR Ahmad, dsb. HR at-Tirmidzi, al-Fitan: 2309; HR al-Bukhari: 79; HR Ibnu Hibban: 1889; HR Abu Dawud, al-Asyribah: 3385, 3671; HR Ibnu Majah, al-Fitan: 4020 113 HR Abu Dawud, ash-Shalah: 445; HR al-Bukhari: 79 114 HR at-Tirmidzi, al-Fitan: 2316 115 HR Ahmad, Musnad al Mukatstsirin: 10346 111 112

IKH T IS AR R IS AL AH | 155

Nubuat akhirzaman dapat terwakili oleh sebuah kerangka sejarah akhir umat manusia yang diceritakan Nabi ‫ﷺ‬, bahwa umat ini akan mengalami lima fase zaman: Fase Kenabian itu ada di tengah-tengah kalian

atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya kala dikehendaki-Nya.

Selanjutnya datang Fase Khilafah ’ala Minhaj an-Nubuwwah (Khilafah yang Mengikuti Jejak Kenabian) atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya kala dikehendaki-Nya.

Kemudian tibalah Fase Mulkan ’Adhan (Raja-Raja yang Menggigit)

atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya kala dikehendaki-Nya.

Lalu Fase Mulkan Jabariyyan (Para Penguasa yang Memaksakan Kehendak) atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya kala dikehendaki-Nya.

Selanjutnya Fase Khilafah ’ala Minhaj an-Nubuwwah (Khilafah yang Mengikuti Jejak Kenabian). Kemudian beliau (Nabi) diam. HR Ahmad: 4/273; HR al-Bazzar; HR at-Thabrani

Fase Kenabian telah lama berlalu setelah wafatnya Nabi ‫ﷺ‬. Kemudian diikuti fase kedua yang hanya berlangsung 30 tahun sepanjang masa Khulafaurasyiddin. Lalu para ‘Raja yang Menggigit’ pun telah berkuasa dalam rentang masa yang sangat panjang, sejak dimulainya Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyyah, kemudian disambung Dinasti Utsmani yang akhirnya tumbang di tahun 1924. Sejak itu terjadi kekosongan kekhalifahan, kaum muslim terpuruk dan dunia dikuasai oleh penguasa zalim. Setelah pengambilalihan kekuasaan Turki oleh Britania Raya, kemudian Amerika-Israel lah yang mengambil kendali hampir keseluruhan tatanan dunia yang disebut zaman modern ini. Inilah fase keempat yang tengah kita jalani. Wallahu a’lam bishawab [] 156 | IKHT IS AR R ISA L AH

#

Mulkan Jabariyyan menghadapi tirani yang memaksakan kehendak

ُ ٰ َّ ۡ ُ ۡ َ َ َ َ َّ ۢ ۡ ُ َ ۡ ‫ٱ�ِ َ� َق ِد‬ ‫ٱس َت ۡم َسك‬ ِ ‫ٱلطغ‬ ِ ‫وت و�ؤَ ِمن ب‬ ِ ‫�من ي�فر ب‬ ۡ ََ َ َ ۡ َٰ ُ َ ۡ ُ ۡ ۗ‫ب ِٱلعروة ِ ٱلو�� � ٱنفِصام لها‬ Sesiapa yang ingkar kepada thaghut 116 dan beriman kepada Allah, sungguh ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. QS al-Baqarah [2]: 256

Inilah fase keempat, zaman berkuasanya penguasa zalim yang oleh Nabi ‫ ﷺ‬diistilahkan sebagai Mulkan Jabariyyan, yakni penguasa yang sewenang-wenang dalam memaksakan kehendaknya. Inilah zaman di mana hukum dan segala prinsip yang telah Allah tetapkan dalam kitab suci dikesampingkan, digantikan oleh segenap prinsip dan aturan hidup buatan manusia. 117 16F

116 Thaghut yakni segala sesuatu selain Allah, yang dipuja, disembah, diagungkan dan diperlakukan berlebihan. Lihat juga QS 43: 45; QS 29: 25 117 Lihat QS 5: 44-47

َ َ ٰ َ ۡ ُ َ َّ َ ُ ۡ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ٓ َ َ َ َ َ ‫ك ٱل ۡ ُم ۡس َتق‬ ۞ ‫ِيم‬ ‫قال فبِما أغو�ت ِ� ��عدن لهم صِ �ط‬ َ َ ۡ ٰ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ ۡ َ ۡ َ ۡ ۡ َ ۡ َ ۢ ِ ّ ُ َّ َ َّ ُ ‫� �يدِي ِهم ومِن خل ِف ِهم و�ن �ي�ن ِ ِهم وعن‬ ِ ‫�م �ت ِينهم من ب‬ َ ۡ ََُ ۡ َ ُ َ ََ ۡ َٓ َ َ ٰ ۞ ‫�د أ��هم �كِرِ�ن‬ ِ �‫شما�ِل ِ ِهمۖ و‬

Iblis menjawab, "Karena Engkau telah menghukumku sesat, aku akan benar-benar menghalang-halangi mereka (manusia) dari jalan-Mu yang lurus. Niscaya kan kudatangi mereka dari depan dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Engkau tak akan mendapati kebanyakan manusia bersyukur (taat). QS al-‘Araf [7]: 17

Di zaman ini hakikat tentang ‘Iblis yang mendatangi manusia dari segala arah’ telah mewujud dalam bentuk perusakan dan penyesatan di setiap lini kehidupan— secara holistik dan sistemik. Lewat berbagai bentuk jeratan dalam sistem yang zalim, sang penguasa (thagut ) memaksa agar manusia menjalani kehidupannya sesuai prinsip yang mereka tetapkan. Dalam memahami hal ini, wawasan keislaman juga

mesti dilengkapi dengan wawasan global beserta cakrawala berpikir yang luas. Misalnya terkait: Sistem ekonomi dan moneter yang dibangun dalam prinsip riba, yang disokong jaringan bank dan perusahaan multinasional melalui prinsip korporatokrasi. Ekonomi ribawi inilah yang menjadi ‘pintu masuk’ penguasaan sang penguasa atas dunia. Dari ranah ekonomi, kemudian merembet ke seluruh aspek kehidupan, hingga eksploitasi besar-besaran atas umat manusia dan lingkungan hidup, yang berdampak pada rusaknya tatanan masyarakat secara keseluruhan. Lewat sistem ekonomi ribawi ini, saat ini terjadi ketimpangan sosial 158 | IKHT IS AR R ISA L AH

yang luar biasa. Hampir keseluruhan aset kekayaan Bumi ini dikuasai hanya oleh kurang dari 1% orang terkaya. 118

Pendidikan yang mewujud sebagai institusi sekolah formal yang sekuler di mana pengajarannya memisahkan agama dari ilmu pengetahuan. Sebuah bentuk indoktrinasi yang secara tak langsung mengarahkan manusia agar berorientasi kebendaan, yakni menjadikan hal-hal materialistik sebagai tujuan hidup sekaligus patokan kesuksesan. Dua tujuan utama sekolah formal adalah: 1) mencetak pekerja (SDM), 2) menciptakan konsumen. Keduanya sangat mendukung kelanggengan sistem ekonomi ribawi (kapitalis) yang tengah berlangsung. Sistem dan pola pengajaran ini juga (secara tak langsung, tanpa disadari) memangkas potensi kreativitas, daya kritis, serta membentuk cara pikir parsial: keilmuan yang tidak saling terkait satu sama lain; ilmu yang semakin mengerucut dengan keahlian yang sangat spesifik, sehingga para lulusan sulit menghubungkan satu fenomena dengan fenomena lainnya. 119 Materi pengajarannya tak lain adalah segala hal yang Baratsentris (mengagung-agungkan bangsa Barat), terutama terkait pelencengan sejarah, serta segenap ilmu pengetahuan yang dilandasi paham sekulerisme dan materialisme.

Lihat dokumenter “The Economics of Happiness”, “The New Rulers Of The World”, “The American Dream”, “The Corporation”, “Four Horsemen”, serta buku Confession of an Economic Hit Man karya John Perkins, dsb. 119 Gambaran mengenai carut-marut dunia pendidikan, lihat misalnya paparan Ken Robinson dalam video pendek berjudul “Changing Education Paradigms”, paparan Noam Chomsky dalam “Education For Whom and For What?”, “The Purpose of Education”, dan juga buku Weapon of Mass Instruction karya John Gatto. 118

IKH T IS AR R IS AL AH | 159

Media massa yang dikendalikan untuk menggiring perilaku massa; terutama melalui budaya pop yang disokong film (Hollywood), musik populer, fesyen, kuliner, olahraga, otomotif, serta berbagai bentuk tren dan gaya hidup yang ‘dipromosikan’ oleh para selebritis, serta segenap advertising yang membentuk masyarakat dengan kultur KONSUMERISME (merajalelanya perilaku KONSUMTIF adalah salah satu kunci untuk menguasai dan mengeksploitasi massa; inilah salah satu ‘penyakit’ paling berbahaya yang sedang menjangkiti masyarakat modern). 120

Agrikultur & produksi pangan yang dibangun lewat prinsip industri dengan teknologi ‘canggih’ yang mendukung percepatan produksi (peningkatan nilai ekonomi). Yakni dengan mengeksploitasi alam serta berbagai bentuk rekayasa, di antaranya: rekayasa genetik, pestisida dan pupuk kimia

sintetik, serta berbagai bentuk rekayasa dalam proses produksi di laboratorium dan pabrik makanan, yang menghasilkan beragam makanan tidak thayib (bahaya bagi kesehatan dan dipertanyakan kehalalannya), merusak air dan tanah, bahkan menimbulkan polusi genetika. 121

Fasilitas kesehatan melalui industri farmasi yang memproduksi obat-obat kimia sintetis dengan segala efek samping dan dampak jangka panjang yang diakibatkannya, yang justru semakin banyak memunculkan penyakit baru dan berbagai permasalahan kesehatan. Ditambah dengan Gambaran mengenai konteks media massa dan dunia pop kultur, silakan simak film dokumenter “Century of the Self”, “Consumed: Inside the Belly of the Beast”, “Manufacturing Consent”, dsb. 121 Sekilas mengenai carut-marut dunia industri pangan dan nutrisi, silakan simak film “Food Inc.”, “Food Matters”, “GMO OMG”, dsb. 120

160 | IKHT IS AR R ISA L AH

rumahsakit modern (yang juga berkoalisi dengan perusahaan asuransi) mengeksploitasi manusia dengan menempatkan pasien sebagai objek komersil yang bernilai ekonomis. 122

Sistem pemerintahan dengan prinsip sekuler yang menunggangi paham demokrasi sebagai kendaraan utama. Intinya, menempatkan ‘aturan buatan manusia’ di atas ‘aturan yang ditetapkan Allah’; memisahkan pemerintahan dari urusan keagamaan; agar aturan bernegara dan bermasyarakat harus terbebas dari ‘intervensi Tuhan’. 123

Filsafat dan sains yang berpangkal pada paham humanisme dan materialisme. Intinya, segala ilmu pengetahuan yang diusung berujung pada penyangkalan atas keberadaan Tuhan. 124 Di ranah filsafat, dari paham humanisme kemudian memunculkan berbagai cabang pemikiran. Intinya bahwa segalanya berpusat pada (kehendak) manusia, bahwa manusia bisa mengurusi kehidupannya sendiri dan tidak membutuhkan Tuhan. Di ranah sains, fondasi besarnya disokong Darwinisme: bahwa manusia berasal dari sejenis kera, dan seluruh makhluk berasal dari evolusi sebagai ‘proses kebetulan’—bukan penciptaan. Diperkuat pula dengan konsep kosmologi modern: bahwa Alam Semesta ini ada dengan sendirinya, di antaranya dengan simpulan akhir dari teori big bang 125 (seperti 122 Gambaran tentang dunia farmasi dan industri kesehatan silakan lihat film “Big Bucks, Big Pharma”, “The American Parasite”, “Food Matters”, dsb. 123 Lihat dokumenter “The War on Democracy”, “Israel Lobby”, “This Is What Democracy Looks Like”, “Militainment, Inc.”, “The War You Don't See”, dsb. 124 Lihat misalnya dokumenter “The Signs”. 125 Beberapa hal dalam teori ini memang bisa sesuai dengan kisah penciptaan dalam kitab-kitab suci, namun sebagiannya ternyata tidak

IKH T IS AR R IS AL AH | 161

yang dipertegas oleh Stephen Hawking); termasuk pula konsep Bumi berbentuk bola/globe sebagai sempalan proses big bang. Hakikatnya, teori yang menentang proses penciptaan oleh Tuhan merupakan pseudosains (sains palsu yang dibuat legal dan massive).

Sistem kepercayaan dan aliran kebatinan yang muncul dalam berbagai bentuk penyimpangan akidah, terutama lewat gerakan spiritualisme modern yang dinahkodai new age movement; paham ini menyebar lewat beragam kemasannya yang samar, sehingga tidak disadari telah menggiring kaum muslim ikut ke dalamnya, mencoreng kemurnian tauhid umat. 126 Di antaranya melalui bentuk ramalan, cenayang, pengetahuan tentang hal gaib (yang tidak bersumber pada Risalah Allah); 127 berbagai praktek hipnosis, astral projection, berbagai permainan alam bawah sadar; meditasi, aktivasi kundalini,; konsep reinkarnasi dan siklus penciptaan; law of attraction yang mengajarkan manusia untuk mewujudkan keinginan sesuai dengan apa yang digambarkan kitab suci. Seperti gambaran tentang Bumi yang berupa hamparan (bukan bola); langit yang berupa kubah transparan yang solid dan tak bisa ditembus serta diibaratlan lembaran-lembaran yang berlapis tujuh; dsb. Wacana ‘flat earth’ ini makin mencuat di tahun-tahun belakangan. Banyak kalangan yang mengkritisi dan meneliti ulang konsep kosmologi modern ini. Walau masih kontroversi, tapi yang pasti semakin banyak fakta terkuak yang menunjukkan kejanggalan konsep tersebut (tentunya terkait kepentingan para Elite Global [Mulkan Jabariyyan]). Maka khususnya di era Mulkan Jabariyyan ini kita pun memang mesti sangat jeli dan kritis dalam menerima konsep-konsep mainstream yang berlaku umum. 126 Lihat misalnya dokumenter “Gods of the New Age”, serta buku Harakah al-‘Ashr al-Jadîd karya Fauz bin Kamil Kurdi. 127 Ingat bahwa hanya Allah saja yang mengetahui hal gaib, dan Ia hanya memberikan sedikit pengetahuan tentang hal gaib itu kepada para rasul saja (lihat QS 72: 26-27; QS 06: 50). 162 | IKHT IS AR R ISA L AH

tanpa campur tangan Tuhan dan dicukupkan dengan hukum alam (secara sadar atau tidak, menjadikan Alam Semesta ibarat mengganti peran Tuhan), 128 dsb. Semua dibuat seolah logis, sangat menarik dan bahkan menyentuh sisi spiritual (batiniah)—demikianlah piawainya Iblis mengelabui manusia.

Hal yang paling dirusak dalam tatanan kehidupan di era modern ini adalah ‘cara pandang masyarakat atas kehidupan’ (worldview ). Alam pikiran kebanyakan orang pun teralihkan ke cara pandang yang materialistik dan sekuler (memisahkan urusan agama dengan kehidupan duniawi). Karena ini merupakan hal yang paling mendasar, maka cara masyarakat dalam memandang dan menakar setiap hal pun bisa berubah total, sesuai apa-apa yang dikehendaki sang penguasa dan justru berseberangan dengan apa yang diserukan para nabi. Sistem yang serba memaksakan kehendak ini berdampak besar pada rusaknya tatanan masyarakat, hingga bobroknya akhlak dan adab, semakin redupnya peran hati nurani dengan hilangnya kepekaan dan nilai-nilai spiritualitas yang hakiki (tauhid). Hampir semua lini kehidupan hanya berfokus dan berkonsentrasi pada halhal materialistik dan keduniawian. Sementara arus spiritualisme/batiniah walau juga tumbuh subur, tapi justru disusupi pencorengan akidah. 128 Contoh sepele: saat ini sebagian orang cenderung mengucapkan “Terimakasih, Semesta..” dan bukan lagi, “Terimakasih, Tuhan..” Seperti pula istilah mestakung—‘semesta mendukung’, yang walau mungkin awalnya dibawakan secara ringan, tapi ternyata bisa mengikis akidah (tentunya tanpa disadari).

IKH T IS AR R IS AL AH | 163

Kerusakan tatanan kehidupan yang dianggap modern ini bahkan telah sampai di taraf dehumanisasi, yakni pencerabutan sisi kemanusiaan manusia. Sehingga manusia secara umum pun ibarat robot atau zombie yang hanya mengikuti pola keumuman yang ada, tanpa tau bahwa apa yang diikuti (ternyata) adalah jalan yang menjerumuskan. 129 Bahwa apa yang sebetulnya dijalani tak lain merupakan bagian dari kehendak yang dipaksakan oleh sang penguasa. Inilah hakikat dari apa yang digulirkan oleh Mulkan al-

Jabariyan—sang penguasa yang memaksakan kehendak, yang direpresentasikan dengan berkuasanya

dwitunggal Amerika-Israel yang ditunggangi oleh sebuah kelompok kecil yang dikenal sebagai Zionis. Mereka adalah para ‘elite global’, yakni segenlitir orang zalim yang menguasai dunia dari balik layar, tanpa disadari oleh sebagian besar penduduk dunia. Kelompok ekslusif inilah yang secara tidak langsung menjadi kendali dari keseluruhan sistem global yang zalim ini; membawahi keseluruhan tatanan dunia modern

Contoh riil misalnya adalah paham feminisme yang meyebar secara masive, tanpa disadari. Satu poin ini saja sudah berdampak sangat fatal, karena berhasil mengacak-acak tatanan keluarga, mengacaukan peran dalam rumahtangga, serta menghilangkan/melemahkan pendidikan rumah. Padahal dalam Islam sangat tegas bahwa keluarga adalah fondasi paling awal yang menjadi syarat kekokohan dan kemuliaan umat, dan perempuan punya peran yang sangat khas, sangat utama dan mulia— samasekali tak perlu bersaing peran dengan kaum laki-laki (!). 129

164 | IKHT IS AR R ISA L AH

ini dan mempengaruhi (menguasai) hampir setiap sisi kehidupan masyarakat dunia, sedari kebutuhan pokok sehari-hari (makan-minum, kesehatan, dsb.), ekonomi, informasi, hingga ranah pemikiran dan cara pandang masyarakat. Melalui sistem global inilah digulirkan sebuah eksploitasi secara massal, yakni sebentuk perbudakan di mana korbannya tidak merasa sedang dipebudak. Di tengah dahsyatnya sistem zalim ini, kebanyakan orang

bahkan tak tau tentang apa yang sedang terjadi, dan mereka pun tidak tau bahwa mereka tidak tau. 130 Dashyatnya sistem ini sangat terkait dengan apa yang dalam nubuat akhirzaman diistilahkan sebagai fitnah

dajjal. Fitnah berarti ‘ujian’ atau ‘cobaan’, sedangkan dajjal secara makna kata berarti ‘tipuan’, ‘muslihat’, atau ‘kepalsuan’. Puncak terberat dari fitnah ini memang akan terjadi seiring munculnya sosok al-Masih ad-Dajjal (sang alMasih Palsu) —tokoh protagonis yang akan tampil sebagai musuh terbesar umat muslim, akan menjadi pemimpin tertinggi dari golongan sesat yang pengaruhnya akan sangat kuat. Namun fitnah ini pun telah berlangsung sejak bermulanya fase keempat ini, menyongsong datangnya sang Dajjal.

130

Kutipan pernyataan (analisis) dari Noam Chomsky. IKH T IS AR R IS AL AH | 165

Maka fitnah dajjal secara sederhana bisa diartikan sebagai sebuah sistem kehidupan yang serba menipu, penuh muslihat. 131 Situasi ini pada hakikatnya adalah serangkaian ujian/cobaan berat bagi umat di akhirzaman. Dahsyatnya tipuan ini dalam sebuah hadits diibaratkan:

air yang sejuk akan tampak seperti api yang panas membara, api panas akan tampak seperti air yang menyejukkan (antara yang hak dan yang batil berputar balik). Memang nyata bahwa mayoritas manusia saat ini sedang tertipu oleh buaian dan iming-iming kehidupan modern-materialistik. Dengan muslihat yang sangat dahsyat tersebut, maka fase zaman ini pun digambarkan sebagai masa paling berbahaya dalam sejarah umat manusia, sejak zaman Adam hingga Hari Kiamat kelak. Zaman di mana mempertahankan iman ibarat menggenggam bara api. 132 131 Semisal, di ranah ekonomi berlaku uang kertas dan ‘uang plastik’ (kartu kredit) pada hakikatnya adalah uang palsu karena tidak mempunyai nilai intrinsik (silakan terlusuri sejarah uang); di ranah pendidikan, kurikulum berisi fakta yang diputarbalikan sesuai kepentingan penguasa; di ranah pangan dan kesehatan, makanan direkayasa agar terasa lezat dan dikemas menarik, obat-obatan kimia sintetik dipromosikan sebagai hal yang maslahat, padahal kebanyakannya justru merusak tubuh; di ranah politik, para pemimpin ‘boneka’ yang diatur dalang penguasa (pengusaha) dari balik layar; di ranah sains, teori ilmiah dibuat sesuai kepentingan, bertolakbelakang dengan kenyataan sesungguhnya; dsb. Inilah salah satu hakikat artimakna frasa ‘fitnah dajjal’, yakni ujian tentang banyak bentuk kepalsuan yang merebak di setiap lini kehidupan. 132 HR at-Tirmidzi: 2260

166 | IKHT IS AR R ISA L AH

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Tidak ada satu fitnah (ujian/cobaan) pun di Bumi ini sejak Allah menciptakan keturunan Adam yang lebih dahsyat fitnahnya ketimbang fitnah Dajjal. Dan Allah tidak mengutus seorang nabi pun melainkan pasti ia memperingatkan umatnya untuk mewaspadai Dajjal. Aku ini nabi terakhir dan kalian lah umat terakhir. Dajjal akan muncul di tengah kalian, tak diragukan lagi. HR Ibnu Majah: 4077; HR Abu Daud: 4300

Jika tak dilandasi keimanan yang kokoh dan ilmu yang mumpuni, seorang muslim bukan saja bisa tergelincir ke dalam berbagai fitnah, tapi juga terancam salah langkah menjadi pengikut sang Dajjal tanpa disadari. Inilah masa perjuangan umat Islam melawan kebatilan dan ketidakadilan. Masa genting ini akan ditutup dengan perang besar-besaran antara kekhalifahan Islam yang dipimpin oleh Imam Mahdi dan Nabi Isa al-Masih (yang turun kembali ke Bumi), melawan sosok al-Masih alDajjal—sang al-Masih Palsu, beserta para pengikutnya. Satu demi satu nubuat Nabi ‫ ﷺ‬yang mengisyaratkan semakin memuncaknya fase ini telah hadir sebagai kenyataan, baik fenomena alam maupun femomena sosial. Pertanda-pertanda itu menunjukkan bahwa kemunculan Imam Mahdi dan Dajjal sudah sangat dekat, dan ujian terberat bagi umat manusia akan segera berlangsung. Wallahu a’lam bishawab []

IKH T IS AR R IS AL AH | 167

#

Menyongsong Kebangkitan Islam menghidupi hakikat juang Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

Aku sampaikan berita gembira kepada kalian bersama al-Mahdi. 133 Dia diutus di tengah umatku saat situasi kacau di antara manusia dan saat banyak gempa terjadi. Kemudian dia memenuhi dunia dengan kelurusan dan keadilan, sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan ketidakadilan dan kezaliman. Penduduk Langit dan Bumi ridha kepadanya. [...] Allah memenuhi hati umat Muhammad ‫ﷺ‬ dengan kecukupan, keadilan meluas meliputi mereka. 134 HR Ahmad, Baqi Musnad al-Mukaststsirin: 11332

Sungguh telah dijanjikan bahwa fase akhir sejarah umat ini akan ditutup dengan sebuah kemenangan besar (happy ending ). Itulah fase akhir ketika prinsip-prinsip kenabian yang murni akan kembali ditegakkan— Khalifatul Minhaajunubuwah. 135 Nama/julukan sang khalifah yang kelak memimpin peradaban Islam. Digambarkan dalam lanjutan hadits ini bahwa betapa makmurnya kehidupan masa itu, hingga tak ada yang mau menerima sedekah harta.

133 134

135 Istilah yang Nabi ‫ ﷺ‬gunakan untuk menyebut fase ke-5 (fase terakhir) sama persis dengan yang digunakan untuk fase ke-2, yakni zaman

168 | IKHT IS AR R ISA L AH

Sementara di fase keempat yang sedang sangat pelik ini, semangat perjuangan untuk bangkit justru harus terus bernyala. Di sinilah justru tantangan besarnya. Walau perjuangan yang mesti ditempuh sangat berat, tapi justru ada fadhilah (keutamaan) dan ganjaran yang besar bersamanya. 136 ‫ۮ‬

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Hendaklah kalian tetap menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar). Hingga apabila engkau melihat egoisme ditaati, hawa nafsu diikuti, keduniawian yang diutamakan, dan tiap-tiap orang pandai berbangga dengan pendapatnya sendiri, dan engkau mendapati persoalan terlalu sulit untuk diatasi, 137 maka saat itu hendaklah engkau sibukkan saja pribadimu, berteguh pada mata hatimu, dan tinggalkan (kecenderungan) kebanyakan orang. Sungguh di hadapan kalian ada masa-masa di mana bertahan dengan kesabaran ibarat menggenggam bara. Orang yang berbuat di masa-masa itu mendapat ganjaran yang setara dengan pahala limapuluh orang di antara kalian. 138 HR at-Tirmidzi: 2984; HR Abu Daud: 3778; HR Ibnu Majah; HR al-Baihaqi

Khulafaurasyidin. Maka kegemilangan seperti yang pernah dicapai di masa Abu Bakar dan Umar bin Khaththab sungguh akan terulang. 136 Karena toh setiap umat dari zaman ke zaman punya tantangannya sendiri-sendiri. Dalam begitu banyak riwayat digambarkan bahwa di masa puncak fitnah ini, mempertahankan keimanan, sunnah, serta kesabaran ibarat menggenggam bara api. Maka amalan seorang hamba pun bernilai limapuluh kali lipat dibandingkan pahala umat zaman lain. 137 Khusus penggalan kalimat “ketika engkau mendapati persoalan terlalu sulit untuk diatasi,” tercatat dalam riwayat HR al-Baihaqi dan HR Ibnu Majah. 138 Yakni dibanding dengan orang-orang di zaman para sahabat. IKH T IS AR R IS AL AH | 169

Seiring menyongsong kejayaan yang dijanjikan, di tengah situasi pelik saat ini, di mana segalanya berputar-balik antara hak dan batil, Nabi ‫ ﷺ‬mengisyaratkan agar kita waspada dan menjaga diri, tidak terbuai dan terjerembab pada arus mayoritas (mainstream ), berlepas dari tren yang dianut dan dianggap lumrah oleh kebanyakan orang. Sebaliknya, Nabi ‫ ﷺ‬mengisyaratkan agar ‘menyibukkan diri kita untuk sesuatu yang lain’—dapat diinterpretasikan sebagai rintisan sebuah ‘arus baru’ dalam perjuangan menyongsong kebangkitan Islam. Sebuah strategi untuk membenahi titik-titik prioritas pada hal yang mendasar. Perkara sekarang adalah bagaimana ikhtiar perjuangan kita agar bisa meraih fase akhir yang telah dijanjikan tersebut; agar kita ambil bagian menjadi pelakon di kejayaan itu—dan bukannya justru menjadi kaum yang terombang-ambing (ikut-ikutan), bahkan malah berperan aktif dalam kekacauan yang tengah berlangsung. Maka penting dicatat bagi para muslim, bahwa zaman kita benar-benar ibarat zaman puncak perjuangan. Bukan saatnya berleha-leha dan terjerembab dalam kefrustasian dan malah sibuk mempersalahkan zaman dan situasinya. Salah satu yang menjadi syarat mendasar atas kejayaan ini adalah dekatnya umat dengan ilmu—kunci kejayaan yang dijanjikan itu sungguh ada di situ. Maka segala langkah dalam perjuangan harus benar-benar dilandasi ilmu terlebih dahulu—yakni ilmu tentang Islam yang sesungguh-sungguhnya, kaffah—utuh dan menyeluruh. Wallahu a’lam bishawab [] 170 | IKHT IS AR R ISA L AH

#

Inspirasi Strategi gambaran langkah konkret menghadapi keruhnya zaman

ْ ُ ّ َ ُ َّ َ ۡ َ َ ُ ّ َ ُ َ َ َّ َّ ُ َ ٰ ‫إِن ٱ� � �غ ِ� ما بِقو ٍ� ح‬ ۞ ۗ‫س ِه ۡم‬ ِ ‫�وا َما بِأنف‬ ِ ‫� �غ‬

Sungguh Allah tak akan mengubah keadaan sesuatu kaum sampai mereka mengubah keadaan pada diri mereka sendiri. QS ar-Ra’ad [13]: 11

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Berhijrah lah kalian dan berpegang teguh lah pada Islam. HR Thabrani, Majma’uz-Zawa’id

Di tengah rongrongan zaman yang serba materialistik, instan, konsumtif, serta serba fasad (rusak dan korup di berbagai sisi kehidupan) mesti lah kita sebisa mungkin mengurangi ketergantungan terhadap sistem yang zalim ini, agar kelak bisa lepas dari jeratannya. Meninggalkan sistem kehidupan yang penuh mudharat ini secara bertahap, berhijrah menuju kehidupan yang maslahat, berlandaskan al-Qur’an dan mendekati sunnah Nabi ‫ﷺ‬. Walau berat untuk mencapainya, sebentuk kehidupan yang sahaja dan berdikari (tidak tergantung pada sistem ini) mesti lah diperjuangkan.

IKH T IS AR R IS AL AH | 171

Perubahan sepatutnya bermula dari lingkup terdekat: > diri sendiri > keluarga inti > keluarga besar > tetangga dan pertemanan (komunitas) > masyarakat luas > negara dan para pemimpin.

Tidak pantas mengelukan perubahan besar sebelum mengupayakannya di lingkup sendiri. Walau mesti bertahap, tapi perubahan juga mesti dilakukan secara holistik, dari setiap sisi kehidupan dengan titik-titik prioritas.

#Pendidikan >> jangan puas dengan hanya meyerahkan pendidikan anak-anak kepada pihak ketiga (sekolah formal) >> perkuat ‘pendidikan di

lingkup keluarga’ lewat kerangka pendidikan akhlak dan adab, dengan fondasi tauhid yang kokoh; manfaatkan penuturan sirah nabawiyah sebagai perangkat utama pendidikan

>> ideal jika mampu mulai membangun pendidikan jenjang dasar secara murni berbasis keluarga dan komunitas (nonformal, nonsekolah)

#Ekonomi >> HINDARI perilaku KONSUMTIF (boros, tidak tepat guna dalam berbelanja dan menggunakan barang) >> biasakan gaya hidup hemat dan SEDERHANA; penuhi ‘kebutuhan yang hakiki’, bukan sekadar memuaskan keinginan (‘kebutuhan semu’) >> TINGGALKAN ketergantungan pada sistem RIBA; minimalisasi penggunaan jasa perbankan (kredit, deposito, tabungan uang fiat, serta juga asuransi, dsb.) > perkuat ‘jaminan sosial’ berbasis kekeluargaan di lingkup keluarga besar, pertemanan serta tetangga terdekat >> Ideal jika bisa meminimalisasi penggunaan uang fiat (uang kertas) dan mulai menggulirkan ekonomi mikro dengan alat tukar berbasis emas/perak (dinar-dirham) serta barter (‘freeconomic’, ‘ekonomi kekeluargaan’) 172 | IKHT IS AR R ISA L AH

#Media >> konsumsi media mainstream (terutama TV serta penggunaan

pilah dan pilih media informasi dan hiburan; gunakan media secara bijak, kritis dan proporsional (secukupnya), jangan mudah menyebar berita

internet secara tidak tepat guna) >>

sebelum yakin akan kemaslahatannya; selalu tabayun, jangan mudah tersulut; sikapi fenomena di media dengan adab yang patut

>> ideal jika bisa tinggalkan TV secara total, dan mengganti asupan informasi dengan penggunaan internet secara kritis, tepat guna, secukupnya

#Pangan >> minimalisasi konsumsi makanan produk industri (yang cenderung berbahan kimia sintetik, rekayasa genetik, yang dikemas dalam kemasan pabrik dan tidak ramah alam; minimalisasi/tinggalkan gaya hidup kuliner

>> sebisa mungkin memasak dan mengolah makanan sendiri dengan memastikan bahan baku yang sehat, organis dan tidak (banyak) dan sikap berlebihan dalam urusan makanan

terkontaminasi >> ideal jika bisa mulai memproduksi (menanam, mengolah) makanan sehat/thayib secara swadaya (berkebun di pekarangan rumah), dan menerapkan pola makan sesuai sunnah Nabi ‫ﷺ‬

#Kesehatan >> minimalisasi ketergantungan terhadap obat-obatan kimia sintetik (industri farmasi) dan jasa industri rumahsakit >> jalani pola hidup

sehat >>

ideal bisa mengoptimalkan perawatan kesehatan keluarga berbasis ilmu kesehatan klasik: thibun nabawiyyah, ilmu kesehatan holistik (homeostasis), pengobatan tradisional/kearifan lokal

Insyaallah selalu ada perubahan yang bisa diupayakan dalam keseharian—demi berhijrah ke kehiduapn yang lebih baik, sesuai petunjuk Allah dan rasul-Nya. Wallahu a’lam bishawab [] IKH T IS AR R IS AL AH | 173

#

Kunci-Kunci Waspada Nabi ‫ ﷺ‬bersabda:

Apabila umatku telah mengagungkan dunia, maka tercabut lah dari mereka kehebatan Islam. Dan apabila umatku meningalkan amar ma’ruf nahi munkar, maka diharamkan bagi mereka keberkahan wahyu. Dan apabila umatku saling mencaci-maki, maka jatuhlah mereka dari pandangan Allah. HR at-Tirmidzi; HR Hakim

Khususnya dalam menghadapi fitnah (ujian/cobaan) di fase akhirzaman ini, setidaknya ada beberapa hal yang paling mesti diwaspadai oleh umat muslim:

Wahn: Cinta Keduniawian & Takut Mati Telah jauh-jauh hari diperingatkan oleh Nabi ‫ﷺ‬, dan sejarah pun membuktikan, bahwa faktor keterpurukan umat Islam selalu saja terkait dengan wahn, yakni kecintaan terhadap hal-hal duniawi, serta takut akan kematian (ciut, tidak mau berjuang, takut berjihad). Terutama disebabkan orientasi hidup yang MATERIALISTIK dan zona nyaman dalam hal-hal duniawi. Inilah faktor besar yang dapat menggembosi iman, sehingga muslim bisa mudah dibuai dan dikuasai. Ini pula yang membuat hilangnya semangat jihad yang merupakan syarat perjuangan dan kebangkitan umat. 174 | IKHT IS AR R ISA L AH

Terkait hal ini, di antara perilaku yang paling mesti diwaspadai dan dihindari ialah: KONSUMERISME (berlebihan dan tidak cermat dalam belanja), mengejar dan mengumbar kemewahan serta gaya hidup serba praktis, gila pangkat jabatan dan gila gelar (akademik, kebangsawanan, agama, haji, dsb.).

Jauh dari al-Qur’an & as-Sunnah, Jauh dari Ilmu, Berlepas dari Sejarah Syarat kekokohan Islam adalah kedekatan muslim dengan dunia Ilmu. Ilmu dan panduan yang paling utama dan paling tinggi derajatnya adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Umat dijamin hancur jika jauh dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Maka ketika mengkaji ilmu apapun, dua sumber ini juga mesti selalu menjadi kerangka dan patokan utama dalam menyimpulkan dan menakar kebenaran, juga dalam menentukan langkah. Muslim mesti senantiasa lekat dengan sirâh dan sejarah, serta berusaha memetik ibrâh dan hikmah darinya.

Cerai-berai Menjaga ikatan ukhuwah adalah faktor yang sangat penting bagi kekokohan umat. 139 Allah telah secara langsung mengingatkan hal ini dalam QS 3:103. Telah terlalu banyak bukti dalam sejarah bahwa devide et impera adalah strategi utama musuh yang telah berhasil mengacaubalaukan umat. Maka umat muslim mesti sangat berhati-hati dalam hal ini. Di antaranya ialah dengan menyikapi perbedaan pendapat secara bijak dan selalu

Kokohnya ukhuwah di antaranya bisa berpangkal dari hal sederhana di keseharian, seperti dengan mendirikan shalat berjama’ah di masjid, memakmurkan masjid dan menghidupkan majelis ilmu, bahkan termasuk hal yang sangat ringan seperti menebarkan salam, dsb.

139

IKH T IS AR R IS AL AH | 175

menempatkan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai acuan, serta meredam ego dan kepentingan masing-masing.

Jerat Riba (dengan Segala Bentuknya) Sejarah membuktikan, jeratan riba telah menjadi pintu masuk musuh untuk menguasai kaum muslimin—juga untuk menguasai seluruh dunia melalui sistem ekonomi yang berlaku saat ini (kapitalis). Jelas bahwa sekali saja kita membuka pintu untuk riba, maka ia akan menjerat dan sulit dilepaskan. Perintah untuk memerangi riba adalah salah satu peringatan paling keras dalam al-Qur’an. Maka sejatinya para muslim mesti berjuang untuk menghindari (dan menumpas) riba sebisa mungkin, sesuai kapasitas masing-masing.

Pembiasan & Syubhat Pembiasan serta pencampuradukan yang hak dan batil adalah salah satu hakikat fitnah (ujian/cobaan) di zaman ini. Berbagai bentuk keburukan dikemas cantik dan bercampur dengan kebaikan, sehingga sering mengecoh dan menjerumuskan umat. Muslim mesti selalu jeli dan kritis dalam menelaah terlebih dahulu hakikat dari berbagai hal yang dijajakan di zaman ini. 140 Selain meninggalkan yang jelas-jelas haram, menghindari hal yang meragukan (syubhat) adalah jalan yang lebih dianjurkan Nabi ‫ﷺ‬. 141 140F

Munafik Munafik adalah sifat paling tercela dan paling harus diwaspadai. Dalam Islam, derajatnya lebih cela ketimbang fasik, kafir, musyrik. Secara singkat, yang dimaksud ‘munafik’ di sini ialah individu atau Baik berupa produk, program kegiatan, kurikulum, tontonan, bacaan (buku), makanan, obat dan terapi kesehatan, hingga berbagai bentuk tren, hobi, dan gaya hidup. 141 HR at-Tirmidzi: 8/25 (hadits ke-11 dalam Arbain Nawawi). 140

176 | IKHT IS AR R ISA L AH

golongan yang mengaku muslim tapi sesungguhnya membenci Islam. 142 Inilah yang paling berbahaya, jauh lebih berbahaya ketimbang kalangan kafir atau atheis yang jelas-jelas menyatakan sikap menentang Risalah Allah. Maka, selain kita sendiri yang mesti menjaga diri agar terhindar dari sifat ini, seorang muslim juga dilarang bergaul secara intens, apalagi bekerjasama dengan kalangan yang disinyalir munafik. Menjalin ikatan dengan kalangan munafik bahkan tergolong dosa besar.

Syirik (yang Tak Disadari) Puncak dari bahaya-bahaya yang disebutkan di atas adalah jatuhnya seorang muslim ke dalam syirik. Satu ‘syarat’ ini saja (melakukan syirik), maka sudah cukup untuk menjatuhkan seseorang ke jurang Neraka kekal. Maka, menebar syirik adalah agenda utama Iblis. Lewat berbagai bentuk dan kemasan, sangat banyak jebakan yang dijajakan Iblis agar untuk menjerumuskan sebanyak-banyaknya umat manusia. Terutama lewat bentuk syirik yang tanpa disadari oleh pelakunya. Untuk itu, sangat penting bagi muslim untuk senantiasa mendalami hakikat tauhid.

Akhirulkalam, muslihat Iblis memang datang dari segala arah (QS 7: 17), lewat berbagai hal. Dialah sang musuh bebuyutan umat manusia yang sepenuh daya menjebak manusia. Maka seorang muslim mestilah selalu waspada, sembari senantiasa memohon perlindungan dari Allah. Wallahu a’lam bishawab []

Di antaranya misalnya merasa risih dengan hal-hal yang terkait keislaman. Cenderung tidak nyaman dan tidak bersetuju dengan sunnah nabi dan syariat Islam. Sifat seperti ini sangat lazim di era akhirzaman ini, khususnya di mana prinsip ‘sipilis’ (sekularisme, pluralisme, liberalisme) telah merembes di banyak sisi kehidupan dan mempengaruhi cara berpikir masyarakat.

142

IKH T IS AR R IS AL AH | 177

••• SIMPULAN: “Putih Murni vs Hitam & Abu-Abu”

Ibarat memilih di antara dua jalan yang berbeda warna: Lintasan yang ‘putih murni’ ialah tempat bagi yang teguh mengikuti Risalah Allah. Dengan bertahan untuk selalu berada di sisi itu, atau setidaknya berjuang sepenuh daya untuk sebisa mungkin mendekat ke sisi tersebut. Sementara sisi yang ‘hitam pekat’ ialah jalan yang dipilih oleh kalangan yang jelas-jelas menentang Risalah Allah (mendustakan agama yang murni). Sedangkan wilayah di antara kedua sisi tersebut, yakni ‘abuabu’, terhampar bagi siapapun yang serba tanggung, tak jelas juntrungan dan tidak teguh pendirian. Inilah wilayah yang paling berbahaya. Karena ‘abu-abu’ itu pada hakikatnya ialah tempatnya tumbuh suburnya tipu muslihat. Tempat campur baur antara yang hak dan yang batil. Tempat di mana segalanya juga terlihat lebih menarik. Memang di bagian inilah Mulkan Jabariyyan dan Dajjal paling banyak menebar jebakan muslihatnya. Di sini pulalah korban terbanyak yang kelak tergiring ke sisi yang hitam. Hanya ilmu tentang Risalah Allah saja yang bisa membuat kita mampu memilah dan memilih jalan kebaikan yang sepantasnya diambil. Wallahu a’lam bishawab []

VII

PENUTUP catatan tambahan

#

Dilema Kebenaran ‘ketulusan’ vs ‘sekadar kepuasan’

َۡ َّ ُ ْ َ ُ َّ َ َ َ َ َّ َ ٰ َ َ ۡ َ ُ ۡ َ َ َ ۡ ‫�ض ب َغ ۡ� ٱ‬ ِ � ‫� ّ ِق �ن يَ َر ۡوا‬ � ‫ٱ‬ �‫سأ�ف �ن ءا�� ٱ�ِين �تك‬ � ‫ون‬ ِ ِ ٗ ِ َ ُ ُ َّ َ َ ۡ ُّ َ َ ْ ۡ َ َ ِ َ ْ ُ ۡ ُ ِ َّ َ َ َ َ ْۡ ََ ‫ءايةٖ � يؤمِنوا بِها �ن يروا سب ِ َيل ٱلرش ِد � �تخِذوه سبِي� �ن يروا سبِيل‬ َ َ ٗ َ ُ ُ َّ َ ّ َ ۡ َ ‫ك ب� َّ� ُه ۡم َك َّذبُوا ْ � َ�ٰت َِنا َو َ�نُوا ْ َ� ۡن َها َ�ٰفل‬ ۞ �ِ ِ ِ ِ ‫� �تخِذوه سبِي� ۚ �ٰل‬ ِ ‫ٱل‬

Akan Ku-palingkan dari kekuasaan-Ku orang-orang yang orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka Bumi ini tanpa alasan yang benar. Kalaupun mereka melihat setiap tanda-tanda kebesaran-Ku, mereka tetap tak akan beriman kepadanya. Jika mereka melihat jalan yang bisa membawanya kepada petunjuk, mereka pun tak mau menempuhnya. Namun kala melihat jalan kesesatan, mereka malah menjalaninya. Itu karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai terhadapnya. QS al-A’raf [7]: 146

Secara umum, ada dua hal yang lazimnya diperjuangkan manusia kala menjalani kehidupannya: cenderung untuk ‘mencari kebenaran’ atau cenderung untuk ‘mencari kesenangan dan kepuasan’. Dengan kata lain, ada orang yang memang hanya menghabiskan hidupnya untuk memuaskan hasrat belaka, melakukan hal-hal yang dianggap dapat memenuhi kesenangan hidup dan kepuasan batin. Dan sementara itu ada pula orang yang justru tekun dan tulus dalam mencari kebenaran, meski IKH T IS AR R IS AL AH | 181

kenyataan tentang kebenaran itu seringkali tidak menyenangkan, bahkan sulit dan pedih untuk dijalani. Yang pasti, sesiapa yang terus berjuang mencari

kebenaran SECARA TULUS, insyaallah akan dipertemukan dengan hakikat kehidupan dan kebenaran yang sesungguh-sungguhnya—dan inilah jalan keselamatan. Namun sesiapa yang sombong dan malah menolak kebenaran serta hanya condong pada kepuasan duniawi, boleh jadi ia tampak bahagia/terpuji/ beruntung/baik-baik saja di dunia, namun sebetulnya akan sangat-sangat merugi (mendapat azab) di akhirat kelak. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda: Sombong ialah tak mau menerima kebenaran serta melecehkan sesama manusia. HR Muslim: 131

Godaan atas kepuasan duniawi akan sangat lekat dengan prestise, gengsi, kedudukan, kehormatan, ketenaran, kekayaan, dsb. Semuanya tak lain adalah hal-hal yang lekat dengan sifat angkuh dan takabur. Sifat inilah yang bisa membuat seseorang menolak kebenaran, walau hati kecilnya sebetulnya menyetujui kebenaran itu. Ibarat memuntahkannya setelah sempat sedikit mengecapnya. Inilah keadaan manusia yang sungguh-sungguh merugi. Sifat ‘JUJUR’ dan ‘TULUS’ adalah salah satu kunci terpenting dari tercapainya kebenaran yang hakiki. Wallahu a’lam bishawab [] 182 | IKHT IS AR R ISA L AH

#

Dilema Mengaji seputar tabiat kita dalam belajar agama

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar bin Khathab—radhiyallahu ‘anhuma: Kami menjalani hidup dalam jenak waktu yang masing-masing dari kami diberi (pengajaran) iman sebelum (pengajaran) al-Qur’an. (Bilamana) surat al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, kami pun mempelajari perkara halal dan haramnya, juga apa yang semestinya dipahami darinya seperti kalian belajar al-Qur’an saat ini. (Akan tetapi) sungguh hari ini aku telah melihat orang-orang yang diberi (pengajaran) al-Qur’an sebelum (pengajaran) iman. Lantas dia membaca mulai dari pembukaan hingga penutup tanpa mengetahui perintah dan larangan yang terkandung di dalamnya, juga bagaimana seharusnya dia memahami hal itu. Dia ibarat orang yang menaburkan kurma yang buruk (tidak mendapat faedah darinya). HR al-Baihaqi; HR al-Hakim

Terlebih lagi di masyarakat kita zaman ini, apa yang disebut mengaji ternyata sangat identik dengan ‘belajar membaca al-Qur’an’—yakni ‘belajar aksara arab dan melantunkan bacaan al-Qur’an’. Tadarus al-Qur’an menjadi agenda utama (bahkan satu-satunya) dalam pengajian rutin di kompleks perumahan atau perkampungan. Sedari kalangan ibu-ibu hingga anakanak dengan program TPA-nya. Kadang bacaannya dilombakan, ditampilkan di panggung, televisi, atau sebagai penghias seremoni. IKH T IS AR R IS AL AH | 183

Semangat keagamaan yang tampaknya bagus. Namun sungguh perlu dicermati kembali ketika ini seolah menjadi satu-satunya bentuk kegiatan belajar agama— atau setidaknya yang paling mendominasi. Yakni ketika al-Qur’an dilantunkan dengan bagus dan bisa dikhatamkan berkali-kali, tapi tafsir serta kajian tentang makna dan isinya hampir ditinggalkan dan bukan menjadi agenda yang lazim. Sementara itu, di sebagian pesantren, para santri mengkhatamkan kitab-kitab fikih (yang bahkan beraksara arab gundul). Membuatnya pandai mengenai tata cara ibadah serta pelbagai urusan syariat Islam dengan segala hukumnya: halal-haram, wajib-sunnah, dsb. Sementara itu, kajian tentang tauhid tak cukup banyak didalami dan seolah cukup ala kadarnya. Begitu pula sirâh (kisah nabi) yang walaupun sering dituturkan, namun hanya menjadi cerita angin lalu, tanpa diperdalam dan dihayati ibrâh dan hikmahnya. Sejarah Islam tak banyak disinggung kecuali sangat sedikit—itu pun cuma di taraf permukaan. Tak lebih dari wawasan yang tak memadai, dan hampir tak menghasilkan maslahat apapun. Begitu pula di sekolah-sekolah, hampir setiap anak muslim mengikuti matpel PAI (Pendidikan Agama Islam), tapi sayang itu seringkali cuma lewat sebagai syarat lulus ujian—formalitas.

184 | IKHT IS AR R ISA L AH

Kegiatan belajar agama tampak hidup di banyak tempat. Namun sepertinya masjid dan majelis ilmu tengah terlepas dari kenyataan di luaran. Hanya sedikit hikmah yang terpancar darinya. ‫ۮ‬

Belajar Islam dan pergi mengaji, tapi agama ini seolah tak berdampak banyak dalam keseharian. Padahal panduan kehidupan ini sesungguhnya telah sempurna. Gelagat nyata bahwa sepertinya memang ada yang kurang

tepat dengan bagaimana cara kita mengaji —ada yang perlu dibenahi dalam cara kita mengaji. Memangnya apa yang salah? Bagaimana pula cara mengaji yang semestinya? Apa pula yang semestinya menjadi acuan? Tentu sudah sepantasnya lah kita mengikuti kaidah yang dijalankan Nabi ‫ ﷺ‬kala mengajarkan Islam kepada para sahabat sebagai muslim generasi pertama. Termasuk bagaimana tahapannya, prioritasnya, porsinya, cara dan prosesnya, serta keutuhan khazanah ilmu yang dipelajari. Sungguh hikmah yang besar bahwa selama 13 tahun periode pertama di Makkah, Nabi ‫ ﷺ‬sangat berfokus pada urusan akidah. Selama itu para sahabat jauh lebih banyak dibekali fondasi keimanan, agar keyakinan akan kebenaran Islam betul-betul menghujam terlebih dulu dalam jiwa mereka.

IKH T IS AR R IS AL AH | 185

Ihwal keimanan ini di antaranya secara langsung dipelajari melalui bacaan al-Qur’an yang diajarkan Nabi ‫ ﷺ‬seiring tahapan turunnya ayat. Yakni ayat-ayat yang diturunkan selama periode Makkah (ayat-ayat makkiyah) dengan kekhasannya yang sangat kental mengulas keimanan (akidah). Selama periode ini, Nabi ‫ ﷺ‬juga sangat banyak menyampaikan kisah umat terdahulu, yang juga banyak terkandung di ayat-ayat makkiyah. Maka, sejarah menjadi alat pengajaran yang sangat penting selama periode awal ini. Keimanan para sabahat terus mengokoh seiring hikmah-hikmah kisah yang mereka petik. Kala itu para sahabat tak terburu-buru menghafal dan mempelajari al-Qur’an. Cukup sepuluh ayat demi sepuluh ayat secara bertahap, konsisten dan penuh kesabaran. Mereka tak lanjut beranjak sebelum per sepuluh ayat tersebut benar-benar dapat dimaknai dan berusaha diamalkan. Kemudian, jauh setelah proses awal tersebut, fikih dengan segala detail urusan syariat barulah banyak disampaikan di periode Madinah. Yakni setelah belasan tahun sebelumnya membangun fondasi keimanan. Dengan keimanan yang telah menghujam, segala aturan syariat yang sifatnya lebih ketat pun bisa mudah diterima. 143

143

Lihat HR al-Bukhari: 4993.

186 | IKHT IS AR R ISA L AH

Perlu dicatat pula, bahwa Nabi ‫ ﷺ‬pun mengajarkan Islam melalui akhlak-nya yang sangat mulia, sehingga timbul simpati dari siapapun yang masih punya kejernihan hati. Para sahabat belajar langsung dari kehidupan Nabi ‫ﷺ‬. Meneladaninya dan berusaha mencontek setiap inchi kesehariannya, bahkan mencari-cari tau apa yang dilakukan Nabi ‫ ﷺ‬dalam rumahnya, dsb. ‫ۮ‬

Dari cuplikan di atas, secara sederhana tersimpulkan bahwa memang ada yang tak tepat dengan cara kita belajar Islam. Ada banyak hal mendasar yang malah terlewatkan. Ada masalah dengan prioritas dan tahapan kita dalam mengaji. Sangat jelas bahwa Islam memang seharusnya dibangun dengan fondasi keimanan yang kokoh. Tauhid adalah prioritas, mutlak, tak bisa ditolelir—harus benar-benar ditempatkan paling awal dan porsinya paling intens. Agama ini jadi terombang-ambing karena ternyata penganutnya belum berdiri di atas keimanan yang kokoh. Dan dalam menempa keimanan, kisah dan sejarah juga ternyata menempati porsi sangat besar. Bukan saja kaya akan ibrâh dan hikmah, tapi juga merupakan salah satu instrumen utama dalam pengajaran tentang iman. ‫ۮ‬

Tak dimungkiri bahwa belajar membaca al-Qur’an serta membaguskan bacaannya adalah hal yang sangatIKH T IS AR R IS AL AH | 187

sangat-sangat-sangat penting. Tapi mendalami hakikat tauhid sesungguhnya jauh lebih penting dari itu, harus jauh lebih diprioritaskan di awal dan bukan cuma ‘sekadar tau’. Dan jika mengacu pada bagaimana proses al-Qur’an turun, kita akan tau bahwa mempelajari makna kandungan al-Qur’an pun nyatanya memang mesti selalu diiringi dengan mempelajari sirâh—tidak bisa tidak. Selama tauhid, sirâh dan sejarah masih menjadi topik yang dianak-tirikan dan tak jadi prioritas dalam kegiatan mengaji, maka segala ilmu yang dibangun di atasnya akan rapuh. Begitu pula ketika akhlak dan adab cuma diterapkan secuplik-secuplik dan tak jadi perhatian utuh, maka umat ini pun akan tetap terhinakan dan tak pantas mengampu peradaban. Hal lain yang juga perlu dicatat adalah tentang betapa luasnya khazanah ilmu dalam Islam. Bahwa belajar Islam bukan melulu hanya berfokus tentang belajar shalat, bacaan al-Qur’an dan hafalan doa dan dzikir. Isi dari kegiatan mengaji sepatutnya jauh-jauh lebih luas dari itu. Meliputi setiap sisi kehidupan—tanpa kecuali. Islam ialah sebuah panduan hidup yang sempurna, sangat memadai dan sangat mencukupi. Ini karena agama ini diturunkan langsung oleh Sang Khalik, Sang Maha Pencipta yang menciptakan manusia, yang paling mengerti bagaimana manusia semestinya menjalani kehidupan. Ini bukan ajaran atas reka-rekaan manusia

188 | IKHT IS AR R ISA L AH

belaka—yang walau kadang tampak benar dan bagus, tapi ternyata salah dan menyalahi fitrah penciptaan manusia. Dengan kelengkapan dan kesempurnaan yang seperti itu, maka mengaji secara utuh dan menyeluruh adalah sebuah kemestian. Agar agama ini tak jadi serpihanserpihan yang sekadar menghiasi keseharian. Belajar Islam bukan hanya mendalami di satu-dua sisi, sementara sisi-sisi yang lainnya terabaikan. Jika hanya dicomot sepotong-sepotong, maka agama ini akan pincang dan tak berfungsi dengan semestinya—bahkan jikapun potongan-potongan itu dipelajari secara mendalam. Walau begitu luasnya khazanah ilmu Islam bukan berarti kita harus menelan semuanya—ini adalah hal yang tak mungkin. Melainkan, setidaknya kita mestilah mencerap hal-hal terpenting di setiap sisinya. Kemudian terus mendalami tiap sisi tersebut secara bertahap dan terarah, sistematis dan menurut skala prioritas, serta sesuai kemampuan (kapasitas diri). Seperti halnya kisah gajah dalam kurungan yang telah kita baca di awal buku ini, semoga kita tidaklah demikian dalam memandang Islam dan menghidupi keislaman kita. Semoga Islam kita memanglah Ibarat ‘gajah’ yang seutuh-utuhnya, bukan belalai atau kuping gajah saja. Wallahu a’lam bishawab []

IKH T IS AR R IS AL AH | 189

#

Agama Prasmanan?

potongan-potongan & campur-aduk keislaman di keseharian (dunia paradox)

َ ۡ َ َ ٰٓ َ ُ ۡ ُ َ ُ َ ‫ِين َء َام ُنوا ْ َول َ ۡم يَ ۡلب ُس ٓوا ْ إ‬ َ �‫َّٱ‬ ۞ ‫ي�ٰ َن ُهم بِظل ٍ� أ ْول�ِك ل ُه ُم ٱ� ۡم ُن َوهم ُّم ۡه َت ُدون‬ ِ ِ Orang beriman dan yang tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman ialah orang yang mendapatkan rasa aman. Merekalah yang mendapatkan petunjuk. QS al-An’am [6]: 82

Tidakkah kita melihat hal-hal ini di keseharian kita? Sebagian muslim tampak begitu dermawan, banyak bersedekah. Tapi, di sisi lain hidupnya bermewah-mewah: berlebihan dalam urusan makan, pakaian, rumah, kendaraan, bahkan benda-benda koleksi. Menyantuni yatim dan memberi makan kaum miskin, tapi di keseharian terbiasa menyisakan makanan di piringnya (membuang-buang makanan). Hal-hal yang hampir tak dimungkinkan dalam adab Islam. Karena walau kedermawanan adalah ajaran mulia dalam Islam, tapi hidup bermewah-mewah, bermegah diri, boros dan mubazir justru adalah cara hidup yang sangat dilaknat dalam al-Qur’an, sekaligus sangat bertentangan dengan teladan Nabi ‫( ﷺ‬yang hidupnya sangat sederhana, serba efisien, jauh dari 190 | IKHT IS AR R ISA L AH

kemubaziran). Islam membolehkan kita kaya raya, tapi samasekali bukan demikian kaya cara Islam yang sejatinya. Ada pula yang (seolah) pandai ilmu agama, lalu berupaya

memperjuangkan Islam, tapi akhlak dan adabnya sulit membuat orang bersimpati, sehingga dakwahnya malah membuat Islam salah dikenali. Tabiat fanatisme yang emosional dan kebablasan pun membuat orang awam menjadi antipati dan malah benci Islam. Hal-hal yang sungguh bertolak belakang, karena akhlak mulia dan adab ialah salah satu intisari Islam sekaligus tujuan diutusnya para nabi. Karena dalam keilmuan Islam, 2/3 ilmu adalah adab. Jika masih kurang adab itu artinya pula kurang pantas mengusung-ngusung ilmu. Di sudut-sudut tempat lain lagi, para santri di ‘sebagian pesantren’ sibuk mengaji agama, khatam begitu banyak kitab. Namun di sisi lain, lingkungan pesantren tempat menimba ilmu itu ternyata terbiarkan kotor, sampah di mana-mana, jorok. Tampilan para santri pun kadang tampak kumal dan lusuh, tak mencerminkan teladan sang Nabi ‫ﷺ‬, yang walau tampil dalam kesahajaan, tapi juga selalu berusaha tampil resik bahkan wangi. 144

Sebagian muslim lain barangkali tampilannya memang bersih dan wangi—pergi ke masjid dengan pakaian terbaiknya. Tapi ternyata terbiasa pula buang sampah seenaknya—bahkan tanpa rikuh dan tanpa rasa salah. Padahal, (kalaupun membuang sampah di tempatnya) perilaku banyak menyampah saja pun sudah menyalahi prinsip rahmatan lil alamin. Sungguh adab terhadap alam pun telah jelas kaidahnya dalam Islam, di mana muslim tak sepatutnya seenaknya terhadap alam, dan berkewajiban untuk menjaganya agar tetap baik dan lestari. Ada pula misalnya yang beramal kebajikan dengan menjalankan ibadah qurban. Tapi ternyata perilaku terhadap hewan justru seenaknya. Proses menjelang qurban membuat si hewan tersiksa (diikat, dijemur di bawah terik, 144

IKH T IS AR R IS AL AH | 191

Sebagian lainnya fasih membaca dan menghafal berjuz-

juz al-Qur’an. Tapi, tak usah dulu bicara khazanah ilmu Islam, karena tafsir al-Qur’an pun hampir tak disentuh. Kitab itu sekadar dibaca, tak dikaji maknanya, maka akhlak pembacanya pun kadang tak jadi cerminan isi kitab. Kitab petunjuk yang kaya akan hikmah ini pun akhirnya tak berdampak dalam keseharian. Yang ada cuma bahasan mengenai dambaan atas pahala membacanya. Sebagian lagi kalapun memang taat ibadah dan bahkan

pandai mengaji. Tapi ternyata masih pula jauh dari ilmu keislaman, karena enggan pergi ke majelis ilmu dan malas membaca kitab/buku. Padahal membaca (menuntut ilmu) adalah kewajiban yang paling pertama dalam di al-Qur’an. Menjadi muslim tapi tak mau dan tak suka membaca sebetulnya adalah sebuah KEJANGGALAN. Ada pula yang tampak rajin shalat dan berakhlak baik, tapi ternyata banyak menghabiskan waktu luang-nya untuk kesenangan yang pada hakikatnya samasekali tak bernilai manfaat, bahkan mudarat. Semisal menonton sinetron atau infotainment (gibah), ajang bakat atau berbagai acara TV lainnya; menonton pertandingan sepakbola atau balap motor GP misalnya, tinju atau berbagai pertandingan lainnya; bolakbalik pergi ke bioskop atau konser musik; main game atau main biliard misalnya; modifikasi motor dan mobil atau mengurusi benda-benda koleksi; dsb. Sementara yang muslimah sibuk dengan kosmetik dan salon serta fashion

diikat-dilipat dan dipaksa dibawa menggunakan sepeda motor). Hal yang sungguh bertolak belakang, karena siapa yang tak menyayangi yang di Bumi, tak pantas disayangi oleh yang di Langit. 192 | IKHT IS AR R ISA L AH

(koleksi kerudung, busana muslim, tas atau sepatu), kuliner, dsb. Hal-hal yang sebetulnya bertentangan dengan adab hidup muslim. Terlebih lagi di zaman yang sebetulnya merupakan masa sangat genting ini, tak pantas bagi seorang muslim untuk (terlampau banyak) menghabiskan waktu untuk hal-hal semacam itu. Sesungguhnya hal-hal yang ‘mencuri waktu’ seperti itu adalah bagian dari fitnah akhirzaman yang penuh muslihat. Allah pun sangat banyak bersumpah atasnama waktu. Waktu adalah hal yang sangat berharga bagi muslim, dan tidak pantas bagi seorang muslim menghabiskannya untuk hal-hal yang tidak bernilai manfaat— hanya dengan alasan yang sangat-sangat sepele: dengan dalih hiburan, hobi, suka-suka, iseng-iseng. Sungguh bukan dengan demikian cara muslim menjalani hidup. Karena toh di sisi lain pun khazanah ilmu Islam tak habis-habisnya untuk dipelajari dan dikembangkan. Kebanyakan muslim juga luar biasa dalam tradisi

Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, tapi entah pula mengenai bagaimana makna kemuliaan dan kefitrahan yang semestinya dicapai dalam momen istimewa tersebut. Sebagian warga muslim lainnya lagi bahkan begitu ramai

dengan berbagai bentuk kegiatan keagamaan lainnya. Nyatanya kegiatan itu ternyata tak lebih dari sekadar tradisi, yang seringkalanya juga justru menjurus pada bid’ah, yang tak ada dan bahkan dilarang dalam ajaran Islam. Sementara itu, sunnah-sunnah Nabi ‫ ﷺ‬yang pengamalannya sederhana justru ditinggalkan dan hampir tak dikenal lagi. Ada pula muslim yang tampaknya pandai mengenai fikih dan bahkan berakhlak baik, tapi tauhid ternyata justru terabaikan. Malah mempraktekkan syirik: pengagungan benda IKH T IS AR R IS AL AH | 193

pusaka, ritual di pekuburan, kepercayaan atas klenik dan takhayul, sesaji dan sesembelihan untuk makhluk gaib, kultus terhadap tokoh/kyai/guru, bekerjasama dengan bangsa jin, dsb. Sebagian lagi sangat baik, tekun dan konsisten dalam

urusan ibadah ritual: mulai dari shalat wajib, tahajud, rawatib, dhuha; puasa sunnah; ditambah bacaan dan hafalan alQur’an; dsb. Tapi, cenderung abai terhadap ilmu yang lebih luas. Karena wawasannya lebih banyak seputar fikih, maka tidak cukup peka terhadap situasi yang tengah terjadi (ketimpangan, kezaliman yang tengah terjadi dan jarang disadari, serta berbagai permasalahan pelik yang terjadi di tengah umat). Padahal, amar ma’ruf nahi munkar (seruan atas kebaikan serta pencegahan dan perbaikan kerusakan umat) tak mungkin dijalankan hanya dengan kekhusyukan di atas sajadah atau dalam masjid. Seorang muslim mestilah jeli dan kritis— khususnya dalam fenomena akhirzaman yang pelik dan penuh muslihat ini. Ada banyak yang mesti dibenahi di luaran sana. Dan sungguh, jihad fisabilillah pun tak mungkin dilakukan hanya dengan duduk manis dan wangi di depan mushaf. Di sisi lain justru sebaliknya. Yakni sebagian muslim dengan

wawasan luas, cerdas dan bahkan jeli mengamati fenomena zaman, hingga ia bertindak nyata berusaha andil di berbagai permasalahan yang tengah terjadi. Namun di sisi lain sebagian kalangan ini malah menyepelekan 145 ibadah-ibadah ritual: mengenyampingkan shalat malam, bahkan meninggalkan sekadar shalat berjama’ah di masjid. Padahal bukankah Nabi ‫ﷺ‬ telah tegas memberi isyarat, bahwa siapa yang meningalkan Kelebihan atas kecerdasan dan ilmu yang luas memang sering membuat angkuh/arogan, hingga menyepelekan orang lain. Padahal, setitik kesombongan saja bisa membuat pintu Surga tertutup. 145

194 | IKHT IS AR R ISA L AH

shalat berjama’ah (terlebih lagi shubuh dan isya), bisa terancam vonis sebagai munafik. Menyepelekan ibadah mahdhah berarti juga abai atas pliar-pilar utama agama ini, dan meremehkan pula urusan habluminallah. Dan telah sangat jelas pula bahwa perjuangan Nabi ‫ ﷺ‬dalam amar ma’ruf nahi munkar senantiasa diiringi ibadah-ibadah tersebut dengan intensitas dan ketekunan yang sangat luar biasa.

Jika terus dituliskan, akan sangat banyak catatan semacam ini di keseharian kita. Intinya tentang bagaimana Islam yang masih dihidupi secara sepotongsepotong, tercampur ini-itu yang tak sepantasnya. Sebuah kenyataan yang mesti diakui dengan lapang dada. Toh kebenaran itu memang sering kalanya terkecap

pahit. Sungguh berat mengakui apa-apa yang ternyata ‘kurang benar’ dalam diri kita sendiri (sungguh kenyataan seperti yang terpapar di atas adalah juga nasihat bahkan tamparan bagi diri kami sendiri yang menuliskannya). Menjadi muslim secara kaffah adalah tantangan tersendiri—sungguh tak mudah. Sekali-kali tidak! Namun, ini mestilah kita upayakan sebisa mungkin—dimulai dengan mengkaji ilmu Islam secara sungguh-sungguh dan menyeluruh, bukan atas selera dan kebutuhan praktis saja. “Islam bukanlah agama prasmanan,” demikian seorang guru berujar. Maka, berislam secara kaffah tidaklah ibarat makan prasmanan: hanya mau ayam panggang saja, tapi tak mau pakai nasi dan sayur—pilih-pilih yang disuka saja. Wallahu a’lam bishawab [] IKH T IS AR R IS AL AH | 195

َ َ َ َ ُ َ َ َّ َ َ ٗ ُ ّ ّ ُ َّ َ ۡ َ َّ َ �‫فإِما يأت ِين�م م ِِ� هدى �م ِن ٱ�بع هداي ف‬ َ ۡ َّ َ َ َ ۡ َ َ‫ي‬ ٰ َ ‫ض ُّل َو� � َ ۡش‬ ‫� ۞ َو َم ۡن أع َرض عن ذِك ِري فإِن‬ َۡ َ َ ۡ َ ۡ َ ُ ُ ۡ َ َ ٗ َ ٗ َ َ ِ ُ َ ُ �‫�ۥ م ِعيشة ضن� و‬ ٰ َ �‫�هۥ يوم ٱل ِق�ٰمةِ أ‬ ۞� َ َۡ َ َ َ ّ َ َ َ ٗ ‫نت بَ ِص‬ ُ ‫� َوقَ ۡد ُك‬ ٓ ِ ‫ب ل ِم ح�ت‬ ٰ َ �ۡ ‫� أ‬ ۞ �� ِ ‫قال ر‬ َ ۡ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ۡ َ ‫قَ َال َك�ٰل ِك ��تك َءا� ٰ ُت َنا فن‬ ‫يت َهاۖ َو��ٰل ِك ٱ�َ ۡو َم‬ ِ‫س‬ َ َ َ ۡ ۡ َ َ َٰ َ َ َ ۡ ‫�زي َم ۡن أ‬ ٰ َ ُ‫ت‬ ‫�ف َول ۡم يُؤ ِم ۢن‬ ‫ن� ۞ و��ل ِك‬ ِ َ َ َ ُ ‫ت َر ّ�هِۦ َو َل َع َذ‬ ٰٓ َ �ۡ �‫اب ٱ�خ َِرة ِ أ َش ُّد َو‬ ۞� ۚ ِ ِ ٰ ��

[...] Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, ketahuilah, sesiapa yang mengikut petunjuk-Ku itu ia tak akan sesat dan celaka. Namun sesiapa berpaling dari peringatan-Ku, ia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya di Hari kiamat dalam keadaan buta. Lalu berkatalah ia, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dulu aku bisa melihat?” Allah berfirman, "Demikianlah.. Dulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan engkau mengabaikannya. Maka begitu pula kau diabaikan pada hari ini.” Demikianlah Kami membalas sesiapa yang melampaui batas dan tak percaya pada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan kekal. QS Taha [20]: 123-127

KILAS WAWASAN PENGGENAP lain-lain seputar keislaman

# Manhaj & Mazhab Selain dianugerahi al-Qur’an, untuk menerangkan ajaran Islam, Nabi ‫ ﷺ‬juga dianugerahi as-Sunnah, yakni khazanah pengetahuan dan segenap hikmah yang mengiringi ilmu alQur’an. Khazanah ilmu as-Sunnah ini mencakup contoh pengamalan/penerapan dan penjelasan al-Qur’an secara lebih rinci. Maka, as-Sunnah tak lain adalah tafsir pertama atas alQur’an yang menjelaskan pengamalan ajaran Islam. 146 Khazanah as-Sunnah ini kemudian terekam sangat kuat di tiga generasi pertama muslim, baik dalam tradisi lisan (hafalan) maupun tulisan (catatan). Tiga generasi yang bersentuhan dengan masa kenabian tersebut dikenal sebagai generasi salaf. 1) generari sahabat, 2) generasi tabi’in, 3) generasi tabi tabi’in. Generasi yang hidup di sekitar dua abad pertama hijriah inilah yang bersentuhan dengan masa kenabian dan paling banyak merekam khazanah ilmu Islam. 147 Seiring perkembangan peradaban Islam yang wilayahnya makin meluas, di abad-abad pertama hijriah para muslim generasi awal ini semakin menyebar ke berbagai wilayah, menjalani misi dakwah. Maka rekaman hafalan dan catatan as-Sunnah pun

146 Awalnya keseluruhan as-Sunnah atau hadits ini terekam di generasi para sahabat sebagai hafalan. Orang Arab di generasi ini diberi kemampuan hafalan yang sangat luar biasa. Mereka bisa menghafal sangat banyak hal secara detail tanpa catatan. Selain terekam dalam hafalan, ada pula sebagian kecil dari para sahabat yang juga mencatatkannya. Namun catatan di masa awal tersebut belum sistematis, belum lengkap, dan belum terkodifikasi. 147 Inilah generasi yang disanjung dalam al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai generasi paling mulia—generasi terbaik dalam sejarah umat manusia.

IKH T IS AR R IS AL AH | 201

mulai ikut berpencar ke banyak tempat. Hingga kemudian muncul lah inisiatif untuk mengumpulkan khazanah ilmu tersebut secara lengkap tercatat, agar terdokumentasi dan tersusun dengan baik. Di antara generasi istimewa ini, terdapat empat ulama besar yang sangat banyak mengambil peran ini. Mereka lah di antara yang pertamakali berjasa menghimpun khazanah ilmu Islam di generasi awal hingga kemudian menyusun penjelasan ajaran Islam secara lebih sistematis dan tercatat apik dalam kitab-kitab ilmu agama yang mereka tulis. Walau berbeda angkatan usia dan tinggal di tempat yang berjauhan, hubungan keempat ulama tersebut sebetulnya sangat dekat. Ini karena mereka adalah guru dan murid yang sambung menyambung. Secara berurutan, mereka ialah: • Abu Hanifah (lahir 80 H, wafat 150 H) • Malik bin Anas (lahir 93 H, wafat 179 H) • Muhammad bin Idris asy-Syafi’i (lahir 150 H, wafat 204 H) • Ahmad bin Hanbal (lahir 164 H, wafat 241 H)

Secara umum, pengamalan ibadah dalam Islam yang berhasil mereka susun ternyata bisa terpilah menjadi dua sifat: • ibadah yang bentuk pengamalannya hanya satu jenis dalilnya hanya satu, contohnya pun hanya satu; bersifat sama dan umum, sepakat untuk tidak ada perbedaan; maka pengamalannya pun tak boleh menyimpang; yang berbeda bisa tergolong bid’ah. • ibadah yang bentuk pengamalannya bisa beragam jenis dalilnya dan contohnya lebih dari satu; ragam jenis (tidak baku); kita leluasa untuk memilih salah satu dari sekian pilihan, asalkan jelas landasan dalilnya.

202 | IKHT IS AR R ISA L AH

Selain berpanduan pada petunjuk al-Qur’an yang sudah sangat jelas, para ulama ini kemudian mengumpulkan dalil-dalil dari asSunnah untuk menerangkan berbagai tata cara ibadah dan hukum dalam Islam. Keseluruhan kumpulan dalil yang sesuai panduan Nabi ‫ ﷺ‬ini kemudian disebut sebagai ‘manhaj dalam berislam’. Secara sederhana, manhaj bisa diartikan sebagai prinsip/konsep/cara, yakni dalam menjalankan ibadah. Karena khazanah ilmu ini paling banyak terekam di generasi salaf, maka kemudian dikenal pula istilah manhaj salaf. Pada hakikatnya, seluruh ibadah dalam Islam memang mesti selalu mengacu pada manhaj ini. Namun di sisi lain, toh ada pula istilah salafi yang kemudian muncul. Ini tak lain adalah sebuah seruan untuk mengembalikan (memurnikan) pengamalan ajaran Islam yang sesuai dengan panduan Nabi ‫ﷺ‬ dan muslim tiga generasi pertama (generasi salaf). 148 Di atas manhaj ini, masing-masing dari keempat ulama tadi kemudian merumuskan panduan ibadah dan hukum Islam secara lebih detail, hingga panduan yang mempermudah prakteknya. Hasil rumusan yang dibuat oleh masing-masing dari empat ulama inilah yang kemudian diistilahkan sebagai mazhab. Maka mereka pun dikenal sebagai ‘imam mazhab’. Kenyataannya, pada masa awal peradaban Islam tersebut pengumpulan hadits masih dalam tahap yang paling awal.

Istilah ini muncul terkait dengan maraknya bid’ah, yakni praktekpraktek ibadah yang tak sesuai dengan panduan Nabi ‫ ﷺ‬yang selalu saja muncul dari zaman ke zaman. Maka pada hakikatnya, salafi samasekali bukanlah golongan atau aliran tertentu. Kalaupun di zaman ini ada kalangan yang disebut salafi, semetinya adalah kalangan yang berusaha mengingatkan agar umat kembali mengacu pada prinsip yang sesuai panduan nabi (mengajak pada kemurnian praktek ibadah).

148

IKH T IS AR R IS AL AH | 203

Belum ada kodifikasi dan sistematisasi hadits secara lengkap. Belum semua hadits dikelompokkan dalam kategori tertentu (seperti yang dilakukan ulama-ulama generasi selanjutnya). Maka, ada kalanya, tiap-tiap mazhab memiliki perbedaan dalam merincikan sesuatu, terutama dalam rincian jenis ibadah yang bentuk pengamalannya bisa beragam (seperti yang telah dipilah di bagian atas). Hal ini sesuai khazanah ilmu masing-masing dari empat ulama tersebut, serta penelaahan dan pertimbangan yang mereka ambil. Walau demikian, yang jelas dan pasti, perbedaan ini bukan dalam hal akidah (keimanan), melainkan di taraf fikih (rincian tata cara ibadah dan muamalah). Artinya, perbedaan tersebut samasekali bukan pada hal mendasar, melainkan lebih pada urusan teknis ibadah (seperti yang paling sering diulas misalnya perincian dari gerakan shalat: posisi telunjuk, cara duduk, cara sujud, cara membacakan basmalah, dsb.). Singkat kata, ketika kita berupaya menyandarkan sesuai prinsip dan panduan dari Nabi ‫ﷺ‬, berarti kita telah bermanhaj, yang tak lain adalah manhaj yang mengacu pada muslim generasi awal, yang bersentuhan langsung dengan masa kenabian. Sedangkan ketika kita memilih salah satu rumusan dari empat imam tersebut, berarti kita telah bermazhab—tergantung mazhab imam mana yang kita pilih: Mazhab Hanafiyah, Mazhab Malikiyah, Mazhab Syafi’iyah, atau Mazhab Hanbali. 149 DI antara tujuan dibuatnya rumusan mazhab memang agar mempermudah umat muslim dalam praktek ibadahnya (ibarat panduan teknis dan praktis). Maka kita boleh memilih salah satu Seiring menyebarnya para murid dari keempat imam ini, mazhabmazhab ini pun cenderung berkembang di wilayah tertentu. Hanifah, terutama di Asia Selatan; Maliki, terutama di Afrika Utara; Syafi’i, terutama Asia Tenggara; dan Hanbali, terutama Wilayah Teluk.

149

204 | IKHT IS AR R ISA L AH

mazhab untuk memudahkan ibadah kita. Namun pilihan ini tidaklah mutlak. Jika kita punya ilmu yang mumpuni untuk memahami hukum-hukum agama secara lebih rinci, kita bahkan boleh menggabungkan keempat mazhab tersebut. 150 Maka yang paling penting untuk digarisbawahi dalam ulasan ini adalah bahwa keempat mazhab tersebut samasekali BUKAN semacam kelompok (atau sekte) yang berseberangan. Samasekali bukan! Sayang sekali karena perbedaan mazhab kadang malah menjadi pemicu ketidakharmonisan di sebagian muslim. Biasanya karena terlalu saklek pada apa yang diajarkan guru dan malah menganggap yang lain salah. Padahal, keempat mazhab sama-sama benar dan bisa

dijadikan acuan dalam beribadah. Perbedaan dalam mazhab adalah seputar pilihan atas praktek ibadah atau hukum yang jenis pengamalannya bisa beragam—berdasarkan ijtihad (penelaahan dan penetapan suatu hal) yang dilandasi ilmu oleh ulama yang sangat berilmu. Dan yang paling penting bukan

mengenai mazhab apa yang kita pilih, melainkan bahwa ibadah yang kita praktekkan memang berlandaskan pada dalil yang jelas (bukan mengarang-ngarang, mengira-ngira). Agar bisa jernih dan bijak dalam bermazhab dan bermanhaj, memang sungguh penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami sejarahnya. Wallahu a’lam bishawab [] 150 Namun pilihan-pilihan kita atas suatu tata cara atau hukum, bukan karena sekadar memilih yang mudah, ringan dan seolah ‘menguntungkan’, melainkan karena memang kita menimbang landasan dalilnya lebih kuat dan lebih memiliki keutamaan (seiring kajian tentang as-Sunnah yang dilakukan para ulama di generasi selanjutnya. Yakni setelah masa para imam empat mazhab, di mana kodifikasi hadits semakin lengkap dan jelas, mana yang lebih shahih dan mana yang pantas untuk lebih diutamakan.

IKH T IS AR R IS AL AH | 205

# Aneka Golongan Muslim? Mestinya, yang namanya Islam memang cuma satu. Tapi toh ternyata ada sekian golongan yang menyatakan diri sebagai penganut Islam dengan istilah-istilah tertentu—seolah ada banyak aliran. Lewat nubuatnya, Nabi ‫ ﷺ‬memang bercerita bahwa umat ini akan mengalami berbagai situasi pelik di akhirzaman, termasuk terpecah/terbaginya umat menjadi sekian banyak golongan. Nabi ‫ ﷺ‬melanjutkan, bahwa kalangan yang betul-betul menempuh jalan selamat ialah sesiapa yang benar-benar memegang teguh al-Qur’an dan as-Sunnah. Orang-orang yang selamat ini tentu tidak identik dengan kelompok/aliran/sekte/ organisasi tertentu, melainkan siapapun yang memang benarbenar secara tulus-ikhlas dan teguh dalam menjadikan alQur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman (bukan karena kepentingan tertentu, bukan karena arogansi, ego, dsb.). Tak dimungkiri, memang ada banyak istilah yang sangat sering disebut-sebut terkait berbagai golongan dalam Islam. Tiap-tiap darinya bahkan seringkali terbagi-bagi lagi dengan standar yang ditetapkan masing-masing. Memilah mana yang lurus dan mana yang menyimpang memang bukan perkara mudah. Namun barangkali ini memang bagian dari ‘seni dalam mencari dan menemukan kebenaran’. Kaidah wasitiyah sungguh penting dalam hal ini, yakni berada di tengah-tengah untuk melihat dan menimbang segala sesuatu dari sudut pandang yang luas serta bijak. Tidak mudah menyalahkan, namun tetap berhati-hati dan tidak pula cenderung dalam toleransi yang kebablasan dan malah memaklumi kesesatan yang nyata (!). Terlebih lagi di era modern di mana arus informasi begitu deras, siapa saja bisa menyuarakan pendapat secara lantang. Semakin hebat berkoar bisa jadi seolah tampak paling benar. Bisa muncul berbagai fatwa berbeda untuk suatu wacana/kasus.

Boleh jadi yang satu mengharamkan, yang lain menghalalkan. Ada yang menafsirkan begini, ada pula yang berpendapat begitu. Berjibun berita membuat kita bingung, seolah terlalu banyak informasi yang mesti dicerna—overloaded information. Ada banyak kebenaran yang tercampur-aduk dengan kebatilan. Di tengah situasi pelik ini, selain mesti senantiasa melibatkan

nurani dan akal sehat, hal yang sangat penting adalah memohon petunjuk langsung kepada Allah (ironisnya justru ini yang seringkali dilupakan, karena manusia lebih sibuk dengan nalar dan logika). Pemberi petunjuk yang hakiki tentu bukanlah sekadar Google, Youtube, buku, ustadz atau majelis dan organisasi tertentu. Itu semua sekadar sarana. Kita mesti senantiasa ingat bahwa pemberi petunjuk yang paling hak adalah Allah. Insyaallah, petunjuk akan melimpah tergantung setulus dan sebanyak apa seorang hamba meminta petunjuk-Nya. Mengembalikan dan menggantungkan segala persoalan kepada-Nya. Luruskan niat, ikhlaskan diri untuk memang betul-betul mencari kebenaran dan mengharap jalan keselamatan pada-Nya. Memohon agar hidayahnya memberi penerangan dan membuka mata hati (bashirah ), sehingga terlihat jelas mana yang sesungguhnya baik dan membawa kebenaran dan mana yang menyimpang. Mana yang menggunakan dalil-dalil sebagai kepentingan belaka, mana yang memang betul-betul tulus mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah. Mana yang dakwahnya pantas diikuti, mana mesti diabaikan (atau bahkan dilawan). 151 151 Di antara fenomena banyaknya golongan Islam, salah satu yang sudah sangat jelas berbahaya ialah munculnya kalangan Islam Liberal yang berpangkal dari gerakan orientalisme. Orientalisme muncul sebagai bagian dari perang pemikiran antara Islam dan bangsa Barat (Yahudi-Nasrani). Untuk mempelajari kelemahan umat Islam, sejak era

IKH T IS AR R IS AL AH | 207

Kemudian, selalu ber-tabayun, yakni dengan sebisa mungkin terus mengklarifikasi informasi yang didapat (cross-check ), tidak mudah membagi-bagikan berita/informasi yang belum jelas kebenarannya.

awal perseteruannya dengan muslim, bangsa Barat telah merintis kelompok akademisi yang meneliti keislaman: mempelajari Islam, guna menjatuhkan Islam. Para orientalis hampir selalu mendamping para pemimin negeri yang menjadi musuh Islam (semisal Amerika Serikat, Israel, dan sebagian Eropa). Dalam sejarah Nusantara, misalnya tercatat nama Snouck Hugronje—seorang orientalis yang berhasil membantu Kolonial Belanda untuk melemahkan nilai-nilai keislaman di tengah tradisi muslim Nusantara, hingga mampu mengacak-acak akidah dan kesatuan umat (di antaranya dalam upaya gigih untuk mengalahkan pasukan tangguh (mujahidin) pimpinan Cut Nyak Dien di Perang Aceh). Begitu banyak orientalis yang lahir dari zaman ke zaman, berusaha giat menggembosi Islam. Di era kemudian, para orientalis bukan lagi hanya dari kalangan orang Barat non-Islam, melainkan justru orang-orang Islam sendiri yang telah menjadi murid mereka. Gerakan orientalisme bahkan telah menyelusup ke lembaga pendidikan Islam, serta pula instansi pemerintahan. Banyak beasiswa dibuka bagi mahasiswa muslim untuk ‘belajar tentang Islam kepada para guru besar orientalisme’ (berpusat di Kanada, Amerika, juga negara-negara Eropa). Arus inilah yang kemudian melahirkan golongan Islam-liberal. Muncul lah kalangan ustadz atau cendekiawan muslim yang justru melemahkan nilai keislaman. Membingungkan umat dan menggiringnya untuk condong pada pemikiran Barat—yang walau terkesan logis, ilmiah, tampak menarik dan modern, namun pada hakikatnya sangat bertentangan dengan Islam. Banyak wacana yang digembar-gemborkan, campur aduk antara kebatilan dan kebaikan, atau kebatilan yang dikemas seolah sebagai kebajikan. Di antara yang paling sering dihembuskan adalah hal-hal terkait sekularisasi, yakni pemisahan agama dan kehidupan duniawi, dengan wacana “jangan bawa-bawa agama dalam urusan dunia.” Serta yang juga telah sampai pada taraf akut adalah wacana seputar toleransi antarumat beragama dengan bendera pluralisme, dengan wacana “semua agama sama saja.” 208 | IKHT IS AR R ISA L AH

Di sisi lain, kita juga mesti berusaha menyampaikan kebenaran yang kita yakini melalui adab yang baik, bukan dengan cara kasar, emosional, egois dan merasa paling benar. Karena tak dimungkiri bahwa ada kalangan yang awalnya berniat tulus, namun seiring perjalanan nampaknya terjerembab dalam khilaf, sehingga bersikap terlalu keras, frontal, serta kurang cantik dalam berstrategi menyampaikan dakwahnya, hingga cenderung eksklusif dan ekstrim. Dalam konteks ini, sering kalanya memang musuh Islam lah yang mengompori terjadinya benturan antarmuslim (adu domba). Semata agar dakwah Islam menjadi tercoreng dan terkesan buruk (keras, kasar, dsb.). Maka yang terpenting bukanlah mengenai label atau istilah terkait golongan tertentu. Bukan lagi saatnya saling menyudutkan. Saatnya berpikir jernih dan bersikap bijak. Jika suatu jalan dakwah memang benar terbukti berpegang teguh pada al-Qur’an dan as-Sunnah (ada dan jelas dalilnya), serta disampaikan/dilakukan dalam akhlak dan adab yang terpuji, maka itu adalah hal yang mulia dan mesti didukung. Namun jika gerakan dakwah tersebut ternyata dilakukan dengan cara yang buruk dan melabrak kepatutan adab Islam (kasar, sarkas, nyinyir, arogan, gontok-gontokkan, tidak sopan, menghasut, ekstrim, tidak-dewasa, dsb.), maka barangkali itu bukanlah sesuatu yang pantas diikuti. Semata karena akhlak dan adab adalah hal sangat penting yang mesti senantiasa mengiringi kebenaran al-Qur’an dan as-Sunnah. Insyaallah, sekeruh apapun perputaran informasi di zaman ini, Allah akan tetap memberikan cahaya petunjuk-Nya bagi hambahamba-Nya yang benar-benar tulus-ikhlas dalam

mencari kebenaran, meniti jalan keselamatan. Wallahu a’lam bishawab [] IKH T IS AR R IS AL AH | 209

# Kerukunan, Toleransi & Akidah Berhubungan baik dengan umat agama lain adalah hal yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam, khususnya ketika relasi tersebut memang maslahat dan mengandung kebaikan. Muslim sangat-sangat boleh menjalin bisnis, berkomunitas, bekerjasama serta berkawan dengan kalangan non-muslim. Yang mutlak tak boleh tentu saja adalah relasi dalam urusan keburukan/kejahatan, dan kita juga mesti menghindari relasi yang membuat keimanan dan ketaatan kita pada Allah justru malah memburuk. 152 Maka pastikan bahwa relasi yang kita jalin bersama teman-teman non-muslim memang tidak berdampak buruk pada keislaman kita; syukur-syukur jika malah menjadi jalan dakwah menyampaikan Islam. Namun penting untuk diketahui bahwa sungguh ada batasan yang samasekali tak boleh dilabrak dalam sebuah interaksi sosial. Hal tersebut adalah akidah tauhid, yakni sistem kepercayaan dan ketuhanan yang harus murni benar-benar mengesakan Allah. Tak boleh ada toleransi untuk segala sesuatu yang mengusik dan melemahkan nilai tauhid. Samasekali tidak! 153 Tauhid adalah kunci keislaman. Ketika tauhid tercoreng, akibatnya sangat-sangat-sangat fatal (konyol). Ada begitu banyak hal dalam keseharian yang mencoreng nilai tauhid di masyarakat kita secara umum, yang seringkali tak kita sadari. Sepertinya ringan dan sepele, padahal sangat fatal.

Termasuk yang mesti sebisa mungkin dihindari adalah memilih nonmuslim menjadi pemimpin kaum muslim. 153 Untuk memahami hal ini silakan pelajari tafsir surat al-Kafirun serta kisah sejarah diturunkannya surat ini (sirah nabawiyah dan asbabunnuzul-nya). 152

210 | IKHT IS AR R ISA L AH

Sungguh sangat disayangkan para muslim seringkali terjebak, karena ilmu tauhid (fondasi agama) yang belum mumpuni. Mari kita ambil contoh yang paling umum. Misalnya adalah ucapan hari raya agama lain, seperti ‘Natal’: Singkat kata, mengucapkan “Selamat Natal” artinya kita mengakui bahwa Nabi Isa (nabi Allah yang mulia) lahir pada tanggal 25 Desember. Serta mengakuinya pula sebagai ‘anak tuhan’. Tentu hal ini sangat lekat dengan dosa syirik (menyekutukan Allah, menganggap Allah mempunyai anak, ada tuhan selain Allah)—dan syirik adalah dosa terbesar dalam Islam. Sangat mencoreng akidah tauhid. Hal yang paling tak bisa ditolelir! Singkat cerita, sejak dibawa masuk ke Romawi, ajaran tauhid dari Nabi Isa telah sengaja dilebur dengan kepercayaan paganisme (penyembah dewa-dewa) yang menjadi agama negeri itu. Tepatnya dalam dua pertemuan besar Nicea Council di abad ke-4 yang diprakarsai Kaisar Konstantinus. Tanggal 25 Desember adalah puncak dari rangkaian perayaan kaum pagan, yakni momen yang menjadi puncak musim dingin (titik suhu terdingin sepanjang tahun). Banyak ajaran pagan yang dicampuradukkan dengan ajaran dan sejarah kisah hidup Nabi Isa. Di Nicea Counci pula Nabi Isa ‘diangkat’ sebagai anak tuhan, dengan konsep trinitas yang merupakan ciri ajaran paganisme. Nama ‘Isa’ pun menjadi lazim dilafalkan dengan ejaan khas Romawi: ‘Yesus’, dengan huruf ‘i-grek’ (‘y’) dan akhiran ‘-us’. Sejarah Natal bahkan merupakan kontroversi di kalangan Kristiani sendiri (lihat misalnya film dokumenter ‘Unwrapping Christmas’).

Sungguh, sebaiknya kita paham terlebih dulu sebelum menerapkan/mengamalkan sesuatu, termasuk untuk hal yang tampaknya sangat sepele seperti ucapan “Selamat Natal”, serta begitu banyak hal dalam keseharian kita yang mungkin mencoreng akidah keislaman kita. Maka sungguh perlu hati-hati dan mesti selalu melandaskan segala sesuatu berdasarkan ilmu dan wawasan yang mumpuni—bukan sekadar kira-kira apalagi hanya ikut-ikutan. Wallahu a’lam bishawab [] IKH T IS AR R IS AL AH | 211

212 | IKHT IS AR R ISA L AH

salah satu alternatif untuk mendapatkan koleksi sumber belajar keislaman secara kaffah dan sistematis, silakan klik:

www.pustakastambul.weebly.com

sebagian dari senarai buku, audio, dan video koleksi Pustaka Stambul juga merupakan daftar bibliografi (rujukan sumber) yang juga kami gunakan dalam buku IKHTISAR RISALAH ini

IKH T IS AR R IS AL AH | 213

— buku ini TIDAK UNTUK DIJUALBELIKAN —

Bagaimana cara mendapatkan buku IKHTISAR RISALAH ?

Jika Anda menimbang bahwa buku mungil ini bermanfaat dan ingin MEMBAGIKANNYA kepada keluarga atau teman (BUKAN menjualnya), Anda bisa mendapatkannya dengan cara:

#1 Memesan secara khusus kepada penerbit Pustaka Stambul dengan ‘menitipkan biaya cetak’. Kami akan memproduksi buku pesanan Anda sejumlah dana yang Anda titipkan. Kami tidak akan mengambil keuntungan berupa uang dari produksi ini. Harga produksi (print on demand ) + Rp 19.000,- / buku, pemesanan minimal per 10 buku (harga bisa saja berubah menyesuaikan pihak percetakan).

Untuk lebih rinci, silakan hubungi kami melalui e-mail: [email protected]

#2 Buku ini juga bisa didapatkan sebagai bonus dari pembelian paket koleksi buku di toko buku Pustaka Stambul. Silakan kunjungi website kami di www.pustakastambul.weebly.com dan pilih paket koleksi yang sesuai. ‫ۮ‬

versi online buku ini juga bisa diakses di www.scribd.com atau lewat aplikasi Scribd pada Android dan iOS, melalui pencarian dengan kata kunci: “IKHTISAR RISALAH”

214 | IKHT IS AR R ISA L AH

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF