Ijtihad Sumber Dan Metodologi Hukum Islam
January 4, 2019 | Author: disa | Category: N/A
Short Description
ijtihad...
Description
IJTIHAD SUMBER DAN METODOLOGI HUKUM ISLAM
KELOMPOK 5
DANDY PERMANA PUTRA DISA MAY NABILA
BROADBAND MULTIMEDIA 1 POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Ijtihad Sumber Dan Metodologi Hukum Islam. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada setiap sumber yang telah menyediakan berbagai ilmu yang menjadi bahan dari makalah kami ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah Ijtihad Sumber Dan Metodologi Hukum Islam ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jakarta, 8 Oktober 2016
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................... DAFTAR ISI ......................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... A. Latar belakang ....................................................................................................... B. Rumusan masalah .................................................................................................. C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... D. Metode Penelitian ................................................................................................. E. Sistematika Penulisan ............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ijtihad .................................................................................................... B. Sumber Hukum Ijtihad ............................................................................................ C. Syarat-Syarat Mujtahid ........................................................................................... D. Metodologi Ijtihad................................................................................................... E. Bentuk Ijtihad .......................................................................................................... F. Model-Model Ijtihad Dalam Khazanah Islam ...................................................... G. Ijtihad Yang Dilakukan Oleh Para Sahabat Nabi .................................................... BAB III PENUTUP ................................................................................................................. A. Kesimpulan ............................................................................................................. B. Saran ........................................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama yang berlaku abadi dan berlaku untuk seluruh umat manusia mempunyai sumber yang lengkap pula. Sebagaimana diuraikan di awal bahwa sumber ajaran islam adalah Al-Qur”an dan Sunnah yang sangat lengkap. Seperti diketahui bahwa Al-Qur’an adalah merupakan sumber ajaran yang bersifat pedoman pokok dan global, sedangkan penjelasannya banyak diterangkan dan dilengkapi oleh Sunnah secarakomprehensif, memerlukan penelaahan dan pengkajian ilmiah yang sungguh-sungguh serta berkesinambungan. Dilihat dari fungsinya ijtihad berperan sebagai penyalur kretifitas pribadi atau kelompok dalam merespon peristiwa yang dihadapi sesuai dengan pengalaman mereka. Ijtihad juga berperan sebagai interpreter terhadap dalil-dalil yang zhanni al-wurud atau zhanni ad-dalalah. Ijtihad diperlukan untuk menumbuhkan ruh islam dan berperan sebagai penyalur kretifitas pribadi.[1] Dalam ranah historis, ijtihad menjadi sebuah perangkat metodologis yang indentik dengan proses pengambilan keputusan hukum. [2] Sedangkan Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-qur’an dan sunnah yang di olah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus di kaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.[3]
B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.
Apakah pengertian ijtihad? Apakah sumber hukum ijtihad? Bagaimanakah syarat-syarat seorang mujtahid ? Apa sajakah metodologi ijtihad? Apasajakah bentuk-bentuk Ijtihad? 6. Apa sajakah model ijtihad dalam khazanah islam?
C. Tujuan Penulisan 1. Memperluas wawasan tentang apa itu ijtihad. 2. Mengetahui apasaja sumber hukum ijtihad, syarat-syarat seorang mujtahid, metodologi ijtihad, dan model-model ijtihad.
1. Paramitha-Dona , Ijtihad Sebagai Sumber Ajaran Islam http://dokumen.tips/documents/ijtihad-sebagai-sumber-ajaran-islamdoc.html 2. Damanhuri, Ijtihad Hermeneutis (Yogyakarta, IRCiSoD, 2016) , hlm 11 3. Al-Jadyid, Ijtihad Sebagai Sumber Dan Metode Study Islam “http://al jadiyd.blogspot.co.id/2013/11/ijtihad-sebagai-sumber-dan-metode- study.html” 4
D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian kami adalah kepustakaan, karena yang dijadikan obyek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil pemikiran. 2. Sumber Data Sumber data kami dapatkan dari dua macam, yaitu dari buku ijtihad hermeneutis karya damanhuri dan browsing dari situs internet. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang kami lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber bahan materi kami dan menambahkannya dari situs internet. Setalah data terkumpul, maka dilakukan penelaahan dalam hubungannya dengan materi yang sedang kami diteliti, sehingga diperoleh informasi yang benar.
E. Sistematika Penulisan Bab I adalah pendahuluan yang berisi Latar belakang, Rumusan masalah ,Tujuan Penulisan , Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Bab II adalah pembahasan yang mengemukakan tentang kumpulan wawasan tentang ijtihad terdiri dari lima sub bab, yaitu: Pertama pengertian ijtihad , kedua sumber hukum ijtihad, ketiga syarat-syarat mujtahid,keempat metodologi ijtihad, dan kelima model-model ijtihad dalam khazanah islam Bab III adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
5
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN IJTIHAD Ijtihad secara harfiah (lugawi;etimologi) berasal dari kata Al Jahd yang berarti usaha keras, tekun, atau sungguh-sungguh. [4] Kata Al Jahd mempunyai implikasi pada masalahmasalah yang didalamnya terdapat unsur memberatkan atau menyulitkanh, dan tidak tepat jika digunakan pada masalah-masalah berimplikasi ringan dan mudah. [5] Al Jahd mengandung arti badzlu Al-was’i wa Al-Thaqati “mencurahkan kemampuan atau upaya sungguh-sungguh” seperti yang terdapat pada surat an-Nuur (24) ayat 53:
Artinya : Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika kamu suruh mereka berperang, pastilah mereka akan pergi. Katakanlah: "J anganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta ialah) ketaatan yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dari segi bahasa ,Ijtihad ialah mengerjakan sesuatu dengan segala kesungguhan. Perkataan ijtihad tidak digunakan kecuali untuk perbuatan yang harus dilakukan dengan susah payah. Adapun ijtihad secara istilah cukup beragam dikemukakan oleh ulama usul fiqh. Namun secara umum adalah:
Artinya : “ Aktivitas untuk memperoleh pengetahuan (istinbath) hukum syara’ dari dalil terperinci dalam syariat ” Dengan kata lain, ijtihad adalah pengerahan segala kesanggupan seorang faqih (pakar fiqih Islam) untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum sesuatu melalui dalil syara’ (agama). Dalam istilah inilah ijtihad lebih banyak dikenal dan digunakan bahkan banyak para fuqaha yang menegaskan bahwa ijtihad dilakukan di bidang fiqih. Sedangkan pemgertian ijtihad menurut para ahli yaitu : 1. Yusuf Qardlawi adalah mencurahkan semua kemampuan dalam segala perbuatan.
Penggunaan kata ijtihad hanya terhadap masalah-masalah penting yang memerlukan banyak perhatian dan tenaga.
4. Muhammad Amin, Ijtihad Ibn Taimiyyah Dalam Bidang Fikih Islam (Jakarta: INIS,1991), hlm 40. 5. Damanhuri, Ijtihad Hermeneutis (Yogyakarta, IRCiSoD, 2016) , hlm 22 6
2. Menurut Mayoritas Ulama Ushul ialah pengerahan segenap kesanggupan oleh seorang ahli fiqh atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat zhann mengenai sesuatu hukum syara’, ini menunjukkan bahwa fungsi ijtihad yaitu untuk mengeluarkan hukum syara’ amaliy statusnya zhaanny. Dengan demikian Ijtihad tidak berlaku dibidang akidah dan akhlak. 3. Menurut Hanafi , Pengertian Ijtihad adalah mencurahkan tenaga (memeras pikiran) untuk menemukan hukum agama (Syara’ ) melalui salah satu dalil syara’ dan dengan cara-cara tertentu. 4. Imamal-Gazali mengungkapkan, Pengertian Ijtihad merupakan upaya maksimal seorang mujtahid dalam mendapatkan pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ .
B. SUMBER HUKUM IJTIHAD A. Firman Allah dalam Surat An-Nisa' Ayat 59
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (N ya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. B. Firman Allah dalam Surat an-Nisa:83
Artinya : Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tenta ng keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).
7
C. Firman Allah dalam Surat an-Nisa:105
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat. D. Sabda Nabi Muhammad SAW
: ]6[
.
Artinya : Dan dari Amr bin Ash bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Jika seorang hakim bergegas memutus perkara tentu ia melakukan ijtihad dan bila benar hasil ijtihadnya akan mendapatkan dua pahala . Jika ia bergegas memutus perkara tentu ia melakukan ijtihad dan ternyata hasilnya salah , maka ia mendapat satu pahala” (HR. Asy-Syafi’i dari Amr bin ‘Ash). [7]
6. La Ode Ahmad, Domain Fikih Kebaikan Ijtihad http://www.laodeahmad.com/2016/01/domain-fikih-dan-kebaikan-ijtihad.html 7. Abd Wafi Has, Ijtihad Sebagai Alat Pemecahan Masalah Umat Islam (2013) 8
C. SYARAT-SYARAT MUJTAHID Orang-orang yang mampu berijtihad disebut mujtahid. Agar ijti hadnya dapat di pertanggungjawabkan, seorang mujtahid harus memenuhi beberapa persyaratan. Di bawah ini ada 3 ulama-ulama terkemuka yang berargument mengenai pensyaratan terhadap sesorang mujtahid diantaranya adalah sebagai berikut: [8] A. Imam ghozali mensyaratkan terhadap seorang mujtahid ada dua hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Seorang mujtahid harus mengetahui tentang hukum-hukum syara’, tidak hanya itu, seorang mujtahid juga di tuntut untuk mendahulukan sesuatu yang wajib di dahulukan dan mengakhirkan sesuatu yang wajib di akhirkan. 2. Seorang mujtahid harus adil dan juga harus menjauhi perbutan ma’siat yang bi sa menghilangkan sifat keadilan seorang mujtahid. Syarat ini bisa untuk menjadi pegangan oleh para mujtahid, tapi kalau seorang mujtahid tidak adil maka hasil ijtihadnya tidak syah atau tidak boleh untuk di jadikan sebuah pegangan oleh orang awam. B. Imam As-Syatiby : seorang yang ingin mencapai derajat mujtahid harus bisa memenuhi dua syarat di bawah ini:
1. Bisa memahami tujuan syariat secara sempurna, 2. Bisa menggali suatu hukum atas dasar pemahaman seorang mujtahid. C. Sayf al-Din al-Amidi seorang mujtahid harus memenuhi beberapa syarat di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Seorang mujtahid harus mukallaf, iman kepada allah SWT dan rosululloh SAW. 2. Seorang mujtahid harus bisa memahami dan mengerti tentang hukum syariat islam serta dalil yang menunjukan pada keabsahan hukum syariat tersebut. Selain dari pendapat 3 ulama terkemuka tersebut para ulama ushul fiqih juga telah menetapkan syarat-syarat yang harus di penuhi oleh seorang mujtahid sebelum melakukan ijtihad diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui Bahasa Arab dengan Baik. 2. Mempunyai pengetahuan yang Mendalam tentang Al-Qur’an. 3. Mempunyai Pengetahuan yang Memadai tentang As-Sunnah. 4. Mengetahui Letak dan Khilaf. Pengetahuan tentang hal-hal yang telah di sepakati(ijma’) dan hal-hal yang masih di perselisihkan (khilaf) mutlak diperlukan bagib seorang mujtahid. Halz ini di maksudkan agar seorang mujtahid tidak menetapkan hukum yang dengan ijma’ para ulama sebelumnya, baik 8. Maz Mujib, Syarat Syarat Mujtahid Dan Ijtihad Masa Sekarang.http://tarbiyyahblog.blogspot.co.id/2012/04/syarat-syarat-mujtahid-dan-ijtihad-masa.html 9
sahabat, tabi’in maupun generasi setelah itu. Oleh karena itu sebelum membahas suatu permasalahan, seorang mujtahid harus melihat dulu status persoalan yang akan di bahas,apakah persoalan itu sudah pernah muncul pada zaman dahulu apa belum , maka dapat di pastikan bahwa belum ada ijma’ terhadap masalah tes ebut. 5. Mengatahui Tujuan dari Syariat Islam. Pengetahuan tentang tujuan syari’at islam sangatlah di perlukan bagi seoarang mujtahid, hal ini di sebabkan karena semua keputusan hukum harus selaras dengan tujuan syari’at islam yang secara garis besar adalah untuk memberi rahmat kepada alam semesta, khususnya untuk kemaslahatan umat manusia. Oleh karena itu hukum yang di tetapkan seoarang mutahid harus mampu memelihara tiga tingkatan kemaslahatan manusia yaitu primer, skunder, dan tersier. Seperti menghilangkan kesulitan dan mencegah kesempitan, serta memilih kemudahan dan meninggalkan kesukaran. Jika kesukaran (masaqah) terpaksa di berlakukan dalam tuntutan syari’at islam, maka pada hakikatnya hal itu untuk menolak datangnya masaqah yang lebih besar. 6. Memiliki Pemahaman dan Penalaran yang Benar. Pemahaman dan penalaran yang benar merupakan modal dasar yang harus di miliki oleh seorang mujtahid agar produk ijtihadnya bisa di pertanggung jawabkan secara ilmiah di kalangan masyarakat. 7. Memiliki pengetahuan tentang Ushul Fiqih. Penguasaan secara mendalam tantang ushul fiqih merupakan kewajiban setiap mujtahid. Hal ini di sebabkan karena kajian ushul fiqih antara lain memuat bahasan mengenai metode ijtihad yang harus di kuasai oleh siapa saja yang ingin beristimbat hukum. 8. Mengetahui tentang Manusia dan Lingkungan Sekitarnya. Seorang mujtahid di haruskan untuk mengetahui kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya, hal ini di sebabkan karena seseorang tidak mungkin memutuskan suatu hukum tanpa di pengaruhi oleh obyek hukum baik individu maupun masyarakat. 9. Niat dan I’tiqad yang benar. Seorang mujtahid harus niat ikhlas dengan mencari ridho allah SWT, hal ini di sebabkan karena seorang mujtahid yang mempunyai niat tidak ikhlas sekalipun daya pikirnya tinggi, maka peluang untuk membelokan jalan pikirannya sangat besar sehingga berakibat kesalahan produk ijtihadnya.
10
D. BENTUK IJTIHAD 1. Ijtihad Fardi
Yaitu Setiap ijtihad yang dilakukan oleh perorangan atau beberapa orang tak ada keterangan bahwa semua mujtahid lainnya menyetujuinya dalam suatu perkara . Ijtihad semacam inilah yang pernah dibenarkan oleh rasul kepada Muaz ketika menggutus beliau untuk menjadi qadhi di yaman dan sesuai pula yang pernah dilakukan Umar bin khatap kepada Abu Musa Al-Asyary, kepada Syuraikh dimana beliau (Umar) dengan tegas mengatakan kepada Syuraikh yang artinya:
Apa-apa yang belum jelas bagimu didalam as-sunah maka berijtihadlah padanya dengan “ menggunakan daya pikiranmu .” Dan kata Umar kepada Abu Musa Al-Asyary yang artinya: “ K enalilah penyerupaan-penyerupaandan tamsilan-tamsilan dan qiyaskanlah segala urusan sesudah itu.” 2. Ijtihad Jami’i
Yaitu setiap Ijtiihad yang dilakukan oleh para mujtahid untuk menyatukan pendapat pendapatnya dalam suatu masalah .Terdapat korelasi diantara keduanya bahawa tidak mungkin akan terjadinya Ijtihad Jama’i apabila tidak dilakukan terlebih dahulu ijtihad yang bersifat Fardi. Karena Ijtihad Jama’I itu adalah suatu metode ijtihad yang dilakukan untuk menyatukan semua pendapat yang dihasilkan dari ijtihad Fardi tersebut, dan mencari titik temu dari semua perbezaan tersebut sebagaimana yang diutarakan diatas. [9] Ijtihad semacam ini yang dimaksud oleh hadist Ali pada waktu beliau menanyakan kepada rasul tentang urusan yang menimpa masyarakat tidak diketemukan hukumnya dalam Al-Qur’an dan sunah. Ketika itu nabi bersabda yang artinya : “ K umpulkanlah untuk menghadapi masalah itu orang-orang yang berilmu dari masingmasing orang mu’min dan jadikanlah hal ini masalah yang dimusyawarahkan diantara kamu dan janganlah kamu memutuskan hal itu dengan pendapat orang seorang.”
(H R. I bnu Abd barr ) Disamping itu Umar juga pernah berkata kepada Syuraikh yang artinya : “Dan bermusyawarahlah (bertukar pikiran) dengan orang-orang sholeh .” Diriwayatkan oleh Maimun bin Mihran bahwasanya Abu bakar dan Umar apabila keduanya menghadapi sesuatu hal yang tidak ada hukumnya didalam Al- Qur’an dan sunah maka keduanya mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat dan menanyakan pendapat-pendapat mereka. Apabila mereka telah menyepakati sesuatu pendapat merekapun menyelesaikan hal itu dengan pendapat itu.
9. Ahmad Zamani, Ijtihad Fardi dan Jama’i http://guruselangor.blogspot.co.id/2013/05/setiap-manusia-perlukan-sesuatu-untuk.html 11
E. METODOLOGI IJTIHAD
12
F. MODEL-MODEL IJTIHAD DALAM KHAZANAH ISLAM Model ijtihad yang pernah ada bisa dieksplorasi dan digunakan sebagai suatu proses berkelanjutan dalam upaya menetapkan suatu keputusan hukum islam, baik pada masa awal sejarah islam maupun hingga sekarang A. Ijtihad Rasionalis-Individualis
Ijtihad, atau usaha intelektual yang bersifat individual, merupakan kekuatan penting dalam mengartikulasikan dan menafsirkan hokum Islam, atau syariat. Ijtihad merupakan term teknis didalam hukum islam, didalam makana yang terbatas, digunakan untuk metode penalaran dengan analogi. Ahmad Hasan juga menegaskan bahwa ijtihad atau proses pemikiran serta penafsiran ulang hokum secara independen pada priode awal digunakan dengan pengertian yang lebih sempit dan khusus dibandingkan yang digunakan pada masa As y-Syafi’I dan sesudahnya . Ijtihad mengandung arti “ pertimbangan bijaksana yang adil atau pendapat seorang ahli”. B. Ijtihad Tekstualis-Skriptualis
Baru pada periode Asy-Syafi’i, terutama pada masa kodifikasi, pengertian baru ijtihad telah mengalami modifikasi dan rumusan metodologi yang lebih sistematis disertai prasyarat yang ketat . Perumusan ini pada akhirnya mempengaruhi cara pandang dan penerapan ijtihad pada masa sesudahnya. Model ijtihad yang digunakan oleh Asy-Syafi’I ini, terutama seperti yang ia jelaskan dalam kitab Ar-Risalah, adalah dengan mengedepankan proses analogi deduktif atau dengan cara qiyas, yaitu penetapan suatu hukum didasarkan pada kemiripan antara kasus as al dan kasus cabang, kemudian diambil suatu inferensi. Dengan demikian, peran teks sumber sebagai pembentuk makna hukum sangat penting dalam penentuan hokum selanjutnya. Ijtihad model ini dapat kita jumpai pada periode imam-imam mazhab. Walau terjadi konflik metodologis antarkubu. Untuk mempertegas model ijtihad tekstualis-skriptualis ini, dapat dilihat lebih seksama pada urutan sumber hokum mulai dari Imam Abu Hanifah hingga Imam Abu Daud azhZhahiri Ataupun, cara berijtihad dari masing-masing tokoh tersebut. Cara berijtihad Imam Malik, seperti yang dikutip Thaha jabir Fayadl al- Ulwani, dapat diringkas sebagai berikut: Mengambil dari al-Qur’an Menggunakan zhahir al-Qur’an, yaitu lafal yang umum Menggunakan dalil al-Qur’an, yaitu mafhum al-muwafaqah Menggunakan mahfum al-Qur’an, yaitu mahfum mukhalafah Menggunakan tanbij al-Qur’an, yaitu memperhatikan ‘illah.
C. Ijtihad Transformatif – Humanitis
Setelah abad ke-18, orientasi baru pemikiran ijtihad mengalami pergeseran paradigma yang cukup signifinikan. Hal ini ditandai dengan tuntutan modernitas yang melanda masyarakat Islam. Sebagai respons terhadap modernitas itu, para pemikir Islam modern merumuskan gagasan pembaharuan pemikiran islam dan cara pandang baru terhadap dunia. 13
Munculnya respons ini tidak bisa lepas dari nilai-nilai yang dibawa modernitas, yang dalam banyak hal mulai menggeser tradisi kehidupan sebelumnya. Perlunya pemikiran yang transformatif tersebut tercermin dari berbagai usa ha yang dilakukan oleh para pembaharu abad ke -18 dan seterusnya.
G. IJTIHAD YANG DILAKUKAN OLEH PARA SAHABAT NABI
14
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari materi diatas, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Ijtihad merupakan sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. 2. Hasil dari ijtihad haruslah benar, tidak boleh menyimpang. Karena jika menyimpang maka akan merugikan kalangan orang banyak.
15
B. SARAN Setelah mempelajari tentang materi Ijtihad Sumber Dan Metodologi Hukum Islam ini, ada baiknya para mahasiswa lebih memperdalam lagi pengetahuan dalam il mu agama Islam. Dengan begitu, jika suatu saat didalam lingkungan masyarakat menemukan permasalahan yang perlu di ijtihadkan atau setidaknya ditemukan jalan keluarnya, yang perlu di pikirkan secara matang tentang kebenarannya akan lebih mudah menganalisisnya karna sudah mempunyai bekal yang banyak dalam ilmu agama. Karena jika suatu hal di ijtihadkan, maka hasil dari ijtihadnya tersebut, hasil dari pemikiran matangnya akan suatu permasalahan, tidak boleh salah atau menyimpang dari ajaran Islam. Disamping itu, jika hal yang di ijtihadkan benar, sesuai dengan ajaran Islam maka kita juga akan mendapatkan kebaikan dari Allah Swt.
16
DAFTAR PUSTAKA Damanhuri, Ijtihad Hermeneutis (Yogyakarta, IRCiSoD, 2016) Muhammad Amin, Ijtihad Ibn Taimiyyah Dalam Bidang Fikih Islam (Jakarta: INIS,1991) . Abd Wafi Has, Ijtihad Sebagai Alat Pemecahan Masalah Umat Islam (2013)
Paramitha-Dona , “Ijtihad Sebagai Sumber Ajaran Islam ” diakses dari http://dokumen.tips/documents/ijtihad-sebagai-sumber-ajaran-islamdoc.html. Diupload pada tanggal 8 Oktober 2016 pukul 08:44WIB Al-Jadyid, “I jtihad Sebagai Sumber Dan Metode Study Islam” diakses dari http://al jadiyd.blogspot.co.id/2013/11/ijtihad-sebagai-sumber-dan-metode-study.html. Diupload pada tanggal 8 Oktober 2016 pukul 09:05 WIB Imami Diyah, “ Ijtihad dan Metodologi Hukum Islam” diakses dari http://amalilmukita.blogspot.co.id/p/makalah-ijtihad-dan-metodologi.html. Diupload pada tanggal 9 Oktober 2016 pukul 15:09 WIB Maz Mujib, “Syarat Syarat Mujtahid Dan Ijtihad Masa Sekarang ” diakses dari http://tarbiyyah-blog.blogspot.co.id/2012/04/syarat-syarat-mujtahid-dan-ijtihad-masa.html. diupload pada tanggal 9 Oktober 2016 pukul 15:30 WIB Nuri Aslami, “ Ijtihad ” diakses dari http://nurieas.blogspot.co.id/2012/07/ijtihad.html. Diupload pada tanggal 11 Oktober 2016 pukul 20:49 La Ode Ahmad, “Domain Fikih dan Kebaikan Ijtihad” diakses dari http://www.laodeahmad.com/2016/01/domain-fikih-dan-kebaikan-ijtihad.html. Diupload pada tanggal 12 Oktober 2016 pukul 20:44 http://rahmadhani032.blogspot.co.id/2013/05/contoh-ijtihad-fardhi-dan-jamai.html. Diupload pada tanggal 12 Oktober 2016 pukul 21:11 Husnul Azmi R., “ Pengertian Ijtihad Dalam Ushul Fiqih” diakses dari http://azmyalmarbawy.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-ijtihad-dalam-ushul-fiqih.html. Diupload pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 17:59
17
View more...
Comments