II.3 Laporan Farmakologi

May 23, 2018 | Author: dinda | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

farmakologi...

Description

(1)  Judul Praktikum “PRAKTIKUM HISTAMIN DAN OBAT ANTIHISTAMIN”

(2) Tujuan 1. Efek triple response akibat pemberian histamin intradermal pada hewan coba 2. Efek proteksi antihistamin terhadap pemberian histamin intradermal pada hewan coba 3. Efek histamin pada saluran pernapasan hewan coba 4. Efek proteksi antihistamin terhadap inhalasi histamin pada saluran pernapasan hewan coba 5. Adrenalin merupakan obat terpilih untuk mengatasi bronkospasme akibat inhalasi histamin pada hewan coba (3) Hewan coba, alat, bahan, dan obat 1. Audivisual : Penggoresan histamin intradermal 2. Hewan coba : Marmot 3. Alat : Jarum suntik Spuit steril Alat penyemprot (nebulizer) Kandang kaca yang tertutup

4. Bahan

: Larutan histamin Alkohol 70% Kapas

5. Obat

: Larutan Difenhidramin Larutan NaCl 0,9% Larutan Epinefrin

(4) Prosedur Kerja

a. Efek penggoresan histamin intradermal (Audiovisual) 1. Penggoresan histamin intradermal pertama - terdapat 2 orang relawan yang bersedia untuk dilakukan penggoresan kulit - Dilakukan tindakan asepsis pada bagian voler lengan bawah kiri menggunakan alkohol 70% - Meletakan 1 tetes larutan histamkn 1:80 pada bagian kulit tersebut - Menggoreskan tanda silang (X) pada tempat tetes histamon menggunakan  jarum suntik steril tanpa terjadi pendarahan pendarahan - Melakukan pengamatan 2. Penggoresan histamin intradermal kedua - Masing-masing relawan minum obat - Setelah 1 jam dilakukan tindakan asepsis pada bagian voler lengan bawah kanan menggunakan alkohol 70% - Meletakan 1 tetes larutan histamin 1:80 pada bagian kulit tersebut

-

Menggores tanda silang (X) pada tempat tetes histamin menggunakan jarum suntik steril tanpa terjadi pendarahan Melakukan pengamatan, adakah perbedaan antara penggoresan pertama dan kedua?

b. Reaksi bronkospasme akibat inhalasi histamin pada hewan coba (demonstrasi) - Demonstrasi kegiatan ini menggunakan 4 marmot - Dua ekor marmot mendapatkan larutan antihistamin yang disuntikan secara intraperitoneal - Dua ekor marmot lainnya yang tidak mendapatkan antihistamin diberi tanda pada punggungnya - Semua marmot dimasukan ke dalam kandang kaca setelah 30 menit penyuntikan antihistamin - Larutan histamin 1:80 disemprotkan ke dalam kadang kaca - Perhatikan perubahan pada marmot-marmot tersebut - Marmot yang mengalami bronkokonstriksi dikeluarkan dari kandang kaca dan disuntikkan larutan epinefrin sebanyak 0,1 ml secara intraperitoneal (5) Hasil Pengamatan OP 1 (Histamin),2

Mulai kerja Sebelm minum obat Setelah minum obat

Op 2 (AH), 2

Diameter flare max

Lama

Mulai kerja

00.00.00

Diameter edem max 1,6 cm

9 cm

00.07.00

00.00.20

1 cm

11 cm

00.06.54

Op 3 (Histamin),1

Diameter flare max

lama

Mulai kerja

00.01.27

Diameter edem max -

1,2 cm

00.02.30

00.01.05

-

0,9 mm

00.02.33

Op 4 (AH),1

Diameter flare max

lama

Mulai kerja

00.00.00

Diameter edem max 1 cm

Diameter flare max

lama

00.00.30

Diameter edem max -

8 cm

00.07.00

0.5 mm

00.02.05

00.01.00

2 cm

9.5 cm

00.08.10

00.00.33

-

1 mm

00.01.45

X = 0,5; 0,9; 1; 10; 10; 12; 16; 20; 80; 90; 95; 11 0 (mm) Mean :

0.5+0.9++0+0+++0+0+ 0.5+0.9++0+0+++0+0+90+95+ 90+95+ 0  = 37,12 mm = 3,71 cm 

Median : data ke : n/2 = 12/2 = 6; 12 mm = 1,2 cm Modus: 10 mm = 1 cm Standar Deviasi:

√  =

∑(− ) 00,9 =  = − −

18,26

= √ 18,26 18,26 = 4,27 cm

(6) Pembahasan Apakah hasil praktikum sesuai dengan yang diharapkan dalam teori atau tidak? Alasannya?

Efek yang timbul apabila diberikan antihistamin pada orang percobaan adalah  bertambah panjangnya waktu untuk timbulnya kemerahan pada tangan pada pemberian pemberian histamin yang keuda kalinya. Selain dari bertambahnya waktu untuk timbulnya kemerahan, hal lain yang juga cukup mencolok adalah berkurangnya pembengkakan yang terjadi dan juga terjadi pengecilan dari diameter flare. Ketiga triple respon lewis ini  berkurang karena sebagian reseptor histamin pada OP sudah diduduki diduduki oleh anti histamin. Hasil pengamatan yang didapatkan pada marmut yang tidak diberikan proteksi oleh antihistamin mengalami sesak nafas. Sesak nafas ini terjadi setelah beberapa menit setelah penyemprotan histamin. Waktu yang dibutuhkan hinggga marmut tersebut sesak

nafas termasuk sangat cepat dan juga j uga memerlukan pertolongan yang cepat pula dengan adrenalin. Sesak naafas yang terjadi pada marmut tersebut disebabkan oleh bekerjanya reseptor histamin pada daerah bronkus. Reseptor histamin ini menyebabkan terganggunya  jalan nafas dan menyebabkan sesak nafas. Pemberian adrenalin segera setelah marmut tersebut sesak nafas sangat san gat diperlukan karena akan meningkatkan kemungkinan hidup dari marmut tersebut.

(7) Kesimpulan (8)  Jawaban atas pertanyaan pertanyaan

1. Apakah yang dimaksud triple response dari Lewis? Triple response adalah tiga tahap reaksi atau tiga tanda khas pada kulit yang terjadi setelah injeksi intradermal histamine. 2. Bagaimana terjadi triple response tersebut? Histamin yang disuntikkan intradermal pada manusia akan menimbulkan tiga tanda triple response dari Lewis, yaitu: a. Red Spot Bercak merah setempat beberapa mm sekeliling tempat suntikan yang timbul beberapa detik setelah suntikan. Daerah tersebut dalam satu menit menjadi kebiruan atau tidak jelas lagi karena adanya edema. Timbul akibat dilatasi lokal kapiler, venula, dan arteriol terminal akibat efek langsung histamine. b. Flare Flare berupa kemerahan yang lebih terang dengan bentuk tidak teratur dan menyebar   1-3 cm sekitar bercak awal. Timbul akibat dilatasi arteriol sekitar akibat reflex akson. c. Wheal (Edema setempat) Edema setempat yang dapat dilihat setelah 1-2 menit pada daerah bercak awal. Edema ini menunjukkan meningkatnya permeabilitas oleh histamine. 3. Sebutkan golongan antihistamin dan contoh masing-masing obatnya! Antihistamin Penghambat Reseptor H1(AH1) 1) ETANOLAMIN - Difenhidramin HCl - Dimenhidrinat - Karbinoksamin maleat 2) ETILENDIAMIN - Tripelenamin HCl - Tripelenamin sitrat - Pirilamin maleat 3) ALKILAMIN - Bromfeniramin maleat - Klorfeniramin maleat - Deksbromfeniramin maleat

4) PIPERAZIN - Klorsiklizin HCl - Siklizin HCl - Siklizin laktat - Meklizin HCl - Hidroksizin HCl 5) FENOTIAZIN - Prometazin HCl - Metdilazin HCl 6) PIPERIDIN (ANTIHISTAMIN NONSEDATIF) - Terfenadin - Astemizol - Loratadin 7) LAIN-LAIN - Azatadin - Siproheptadin - Mebhidrolin napadisilat Antihistamin Penghambat Resepotor H2(AH2) - Simetidin dan Ranitidin - Famotidin - Nizatidin 4. Sebutkan efek samping antihistamin! Ah1 : Sedasi, vertigo, tinnitus, Lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euphoria, gelisah, insomnia dan tremor. AH2  : Nyeri kepala, psing,malaise, myalgia,mual,diare, konstipasi, ruam kulit, pruritus, kehilangan libido dan impoten 5. Apakah tujuan pemberian suntikan difenhidramin pada kelinci? Difenhidramin merupakan generasi pertama obat antihistamin. Tujuan pemberian untuk mengetahui perbedaan yang terjadi apabila kelinci mendapatkan dan tidak mendapatkan antihistamin bila terdapat reaksi alergi. 6. Apakah tujuan pemberian krim hidrokortison pada kelinci? Hidrokortison merupakan obat kortikosterioid. Diberikan untuk mengurangi efek reaksi alergi yang terjadi, seperti inflamasi. 7. Jelaskan peranan antihistamin untuk mengatasi alergi! AH menghambat efek histamin pada pembuluh darah,bronkus dan bermacammacam otot polos; juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pengelepasan histamin endogen berlebihan. 8. Apakah tujuan pemberian suntikan difenhidramin pada marmot? Difenhidramin merupakan salah satu golongan Antihistamin golongan AH 1. Tujuan diberikannya difenhidramin adalah untuk mencegah terjadinya bronkokonstriksi pada beberapa marmot setelah disemprotkan larutan histamin 1:80. Sehingga dapat dibandingkan efek histamin pada marmot yang diberikan dan tidak diberikan antihistamin. 9. Mengapa epinefrin merupakan obat terpilih untuk men gatasi syok anafilaktik?

Karena epinefrin lebih efektif daripada AH1, efeknya lebih cepat, dan merupakan antagonis fisiologik dari histamine dan autakoid lainnya. Epinefrin mengubah respons vasodilatasi akibat histamine dan autakoid lain menjadi vasokonstriksi. AH1 dapat melawan efek bronkokonstriksi oleh histamine tetapi tidak bersifat bronkodilatasi seperti yang diperlihatkan epinefrin. 10. Bagaimana penggunaan antihistamin pada asma bronkial? Asma bronkial disebabkan oleh SRS-A atau leukotriene, sehingga AH saja tidak efektif. AH dapat mengatasi asma bronkial ringan bila diberikan sebagai profilaksis

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF