Identifikasi Patient Safety Di Radiologi k3 Kelompok 2 3a
July 10, 2019 | Author: Ney da Onney | Category: N/A
Short Description
Tentang identifikasi patient safety di Radiologi...
Description
MAKALAH KESELAMATAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA IDENTIFIKASI PASIEN SAFETY DI RADIOLOGI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk untuk memenuhi Tugas Keselamatan dan dan Kesehatan Kerja Dosen Pengampu: Edy Edy Susanto, SH., S.Si, M.Kes M.Kes dan Emi Murniati, S.ST, M.Kes
Disusun oleh : KELOMPOK 2 – 3A 3A
Tikha Kania
(P1337430116002) (P1337430116002)
Glagah Mahardika
(P1337430116031) (P1337430116031)
Iqbal Afriansyah
(P1337430116035) (P1337430116035)
Aselia Safitri
(P1337430116038) (P1337430116038)
Dwiputranti Hidayani
(P1337430116050) (P1337430116050)
Ney Da Onney
(P1337430116053) (P1337430116053)
DIPLOMA III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan judul Identifikasi Pasien Safety di Radiologi”. Radiologi” . Penulisan makalah kasus tersebut bertujuan untuk memenuhi tugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam penulisan makalah tersebut penulis menemui beberapa kendala, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Bapak Edy Susanto SH., S.Si, M.Kes dan Ibu Emi Murniati, SST, M.Kes sebagai Dosen pengampu Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2.
Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moral, spiritual maupun material.
3.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
penulis mohon saran dan masukan dari semua pihak yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa dan dijadikan studi bersama. Semoga Allah SWT memberi rahmat dan balasan kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan menyelesaikan makalah ini. Semoga Semoga makalah ini bermanfaat bagi bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa Program Studi DIII Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang pada khususnya.
Semarang, Desember 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................... ................................................................ ...................................... ................
i
KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................. .................................. ............
ii
DAFTAR ISI............................................ .................................................................. ............................................ ........................... ..... iii BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN .......................................... ................................................................ ........................
1
A. Latar Belakang .......................................... ................................................................ ........................
1
B. Rumusan Masalah ............................................ ............................................................ ................
2
C. Tujuan Penulisan ........................................... .............................................................. ...................
2
D. Manfaat Penulisan ............................................ ............................................................ ................
2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................ ........................................................ ............
3
A. Pengertian pasien safety ........................................... ................................................... ........
3
B. Konsep dasar pasien safety ......................................... .............................................. .....
6
C. Standar pasien safety di rumah sakit ................................ ................................
8
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................ .............................................. 14 A. Hasil Pengamatan Pasien Safety di Radiologi ................. 14 B. Paparan Kasus ........................ ............................................... .......................................... ................... 18 C. Pembahasan...................................................................... 18
BAB IV
PENUTUP............................................ .................................................................. .................................. ............ 22 A. Kesimpulan .......................................... ................................................................ ........................... ..... 22 B. Saran ............................................. ................................................................... .................................. ............ 22
LAMPIRAN...................................... ............................................................ ............................................ .................................. ............ 23
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Keamanan
dan
keselamatan
pasien
merupakan
hal
mendasar
yang
perlu diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi
dan
pengelolaan
hal
yang
berhubungan dengan
resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008). Setiap
tindakan
pelayanan
kesehatan
yang
diberikan
kepada
pasien
sudah sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam
menerima pelayanan
pedoman bagi tenaga Selain
kesehatan
dalam
kesehatan
yang
memberikan
baik
asuhan
serta
sebagai
kepada
pasien.
itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam undang-undang kesehatan.
Terdapat beberapa pasal dalam undang-undang kesehatan yang membahas secara rinci mengenai hak dan keselamatan pasien. Keselamatan setiap petugas medis
pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh yang terlibat
dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien. Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar 1
pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus memiliki pengetahuan mengenai hak
pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan yang dapat menjaga
keselamatan diri pasien. B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan pasien safety di Instalasi Radiologi Rumah Sakit di Jawa Tengah sesuai dengan pengalaman selama Praktek Kerja Lapangan? C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah sebagai berikut : a. Tujuan Umun Memenuhi tugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja b. Tujuan Khusus Mengidentifikasi dan mengetahui pelaksanaan pasien safety di Instalasi Radiologi berbagai rumah sakit di Jawa Tengah sesuai dengan pengalaman selama Praktek Kerja Lapangan D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis Makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta mampu dijadikan untuk meningkatkan minat bakat dan kreatifitas penulis. 2. Bagi pembaca Makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk menambah wacana pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi tentang identifikasi pasien safety.
2
BAB II TIJNJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pasien Safety
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan
cidera
pada
pasien
akibat
perawatan
medis
dan
kesalahan pengobatan. Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi
dan
pengelolaan
hal
yang
berhubungan
dengan
risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya
serta
implementasi
solusi
untuk
meminimalkan
timbulnya
resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu
tindakan atau
tidak
mengambil tindakan
yang
seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006). Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu
tindakan atau
tidak
mengambil tindakan
yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi : assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis insiden,
3
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko a. Tujuan Sistem Patient safety Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah: 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit 2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasie dan masyarakat 3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit 4. Terlaksananya
program program
pencegahan
sehingga
tidak
terjadi
penanggulangan KTD Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah: 1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar) 2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif) 3. Improve the safety of high alert medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi) 4. Eliminate wrong site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi) 5. Reduce the risk of health care- associated infections (mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan) 6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh) b. Urgensi Patient safety Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan tujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi
4
lebih menderita akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul karena error. Bila program berdampak
pada
keselamatan
pasien
tidak
dilakukan
akan
terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan
hukum, menurunkan efisisiensi, dll. c. Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum dalam Patient safety : 1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu : a. keselamatan pasien b. keselamatan pekerja (nakes) c. keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan) d. keselamatan lingkungan e. keselamatan bisnis 2. Element pasien safety a. Advers drug events (ADE) / medication errors (ME) (ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan) b. Restraint use (kendali penggunaan) c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial) d. Surgical mishaps (kecelakaan operasi) e. Pressure ulcers (tekanan ulkus) f. Blood
product
safety/administration
(keamanan
darah/administrasi) g. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba) h. Immunization program (program imunisasi) i.
Falls (terjatuh)
5
produk
j.
Blood stream-vascular catheter care (aliran darah- perawatan kateter pembuluh darah)
k. Systematic review,
follow-up, and reporting
incident reports (tinjauan
sistematis,
of
patient/visitor
tindakan
lanjutan,
dan
pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian) 3. Most Common Root Causes of Error (Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum): a. Communication problems (masalah komunikasi) b. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai) c. Human problems (masalah manusia) d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien) e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer pengetahuan) f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja) g. Technical failures (kesalahan teknis) h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang tidak memadai) [AHRQ (Agency
for
Healthcare
Research
and
Quality)Publication,2003]. B. Konsep dan Prinsip Pasient Safety
Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi fisik/social psikologis,
cacat,
kematian) terkait
(KKP-RS,2008). Patient Safety (keselamatan system dimana rumah
sakit
membuat
termasuk : assesment
resiko,
pelayanan
pasien) rumah
asuhan
identifikasi
dengan
pasien dan
(penyakit, cedera
sakit
lebih
kesehatan
adalah
aman.
pengelolaan
hal
suatu
Hal
ini yang
berhubungand enganrisiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
6
belajar dari insiden dan
tindak
lanjutnya
serta
implementasi
solusi
untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan
oleh kesalahan akibat
melaksanakan
suatu
tindakan
atau
tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (DepKes,2006). 1. Kebijakan DepKes tentang keselamatan pasien rumah sakit antara lain: a. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit. b. Meningkatnya
akuntabilitas
rumah
sakit
terhadap
pasien
dan
masyarakat. c. Menurunnya kejadian Tak Diharapkan (KTD). d. Terlaksananya
program
pencegahan
sehingg tidak
terjadi
pengulangan KTD. 2. Kebijakan patient safety di rumah sakit antara lain: a. Rumah Sakit wajib melaksanakan sistim keselamatan pasien b. Rumah Sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju keselamatan pasien. c. Rumah Sakit wajib menerapkan standart keselamatan pasien. d. Evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui program akreditasi rumah sakit. 3. Sistem keselamatan pasien rumah sakit : a. Pelaporan insiden, laporan bersifat anonim dan rahasia. b. Analisa, belajar, riset masalah dan pengembangan taxonomy. c. Pengembangan dan penerapan solusi serta monitoring/evaluasi. d. Penetapan
panduan,
pedoman,
SOP,
standart indikator
keselamatan pasien berdasarkan pengetahuan dan riset. e. Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarganya.
7
C. Standar Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Tujuh
Standar
Keselamatan Pasien
(mengacu
pada “Hospital
Patient
Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:Standar I. Hak pasien Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana
dan
hasil
pelayanan
termasuk
kemungkinan
terjadinya
kejadian tak diharapkan. Kriteria: a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan. b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan. c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan KTD Standar II Mendidik pasien dan keluarga. Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung pasien dalam asuhan pasien. Keselamatan pelayanan
dapat
di
tingkatkan dengan
keterlibatan
pasien dalam pemberian pasien
yang merupakan
patner dalam proses pelayanan. Karena itu di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriteria : a. Memberi informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur. b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
8
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti. d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa. g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati. Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan. Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriteria : a. Terdapat
koordinasi
pelayanan
secara
menyeluruh
mulai
dari
saat
pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit. b. Terdapat koordinasi pelayanan yang di sesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan
sumber
daya
secara
berkesinambungan
sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transaksi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar. c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya. d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif. Standar IV : Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada memonitor
dan mengevaluasi
9
kinerja
melalui
pengumpulan
data menganalisi secara intensif , dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Kriteria: a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan ” langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit” b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja antara lain yang
terkait
dengan
:
pelaporan
insiden,
akreditasi,
menejemen
resiko, utilisa mutu pelayanan, keuangan. c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus resiko tinggi. d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang di perlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin. Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien. 1.
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan”7 langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit”.
2.
Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan
pasien
mengurangi KTD/KNC.
10
dan
program
menekan
atau
3.
Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien
4.
Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang akuat ntuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.
5.
Pimpinan
mengukur
dan
mengkaji
efektifitas
kontribusinya
dalam
meningkatkan kinerja Rumah Sakit dan keselamatan pasien. Kriteria : a.
Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b.
Tersedia
program
proaktif
untuk
identifikasi
risiko
keselamatan
dan program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari KNC(Near miss) sampai dengan KTD(Adverse event). c.
Tersedia
mekanisme
kerja
komponen dari rumah
sakit
untuk
menjamin
terintegrasi
bahwa
semua
dan
berpartisipasi
terhadap
insiden,
dalam
program keselamatan pasien. d.
Tersedia
prosedur
”cepat
tanggap”
termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi
yang
benar
internal
dan
dan jelas untuk
keperluan analisis. e.
Tersedia
mekanisme
pelaporan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi tentang analisis
akar
masalah
(RCA)
programkeselamatan pasien mulai di laksanakan.
11
eksternal
berkaitan
yang benar
danjelas
kejadian
pada
saat
f.
Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden atau kegiatan
proaktif
untuk
memperkecil
resiko,
termasuk
mekanisme
untuk mendukung staf dalam kaitan dengan kejadian. g.
Terdapat kolaburasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan di dalam Rumah Sakit dengan pendekatan antar disiplin.
h.
Tersedia
sumber
dalam kegiatan
daya
dan
perbaikan
sistem
kinerja
informasi rumah
yang
sakit
di
dan
butuhkan perbaikan
sumber daya tersebut. i.
Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan criteria obyektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan
pasien,
termasuk
rencana
tindak lanjut dan
implementasinya. Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. 1. Rumah
sakit
memiliki
proses
pendidikan,
pelatihan
untuk setiap jabatan mencakup keterkaiatan jabatan
dan
orientasi
dengan keselamatan
pasien secara jelas. 2. Rumah sakit menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan inter disiplin dalam pelayanan pasien. Kriteria: a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru
yang memuat topik tentang keselamatan pasien
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
12
b. Setiap
rumah
sakit
harus
mengintegrasikan
topik
keselamatan
pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden. c. Setiap
rumah
sakit
harus
menyelenggarakan
pelatihan
tentang
kerjasama d. kelompok
guna
mendukung
pendekatan
interdisiplin
dan kolaburati
dalam rangka melayani pasien. Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamataan pasien 1. Rumah informasi
sakit
merencanakan
keselamatan
pasien
dan
mendesain
untuk
memenuhi
proses kebutuhan
manajemen informasi
internal dan eksternal 2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat. Kriteria: a. Perlu di sediaka anggaran untuk merencanakan
dan
mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi m anajemen informasi yang ada.
13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan Pasien Safety di Radiologi
1. Surat Permintaan Foto/ Radiologi Pasien safety yang dilaksanakan di Instalasi Radiologi dimulai dari penerimaan pasien oleh radiografer dengan membawa surat permintaan radiologi, dibaca, dan diteliti dengan baik oleh radiografer. Penyesuaian identitas di surat permintaan dengan pasien atau keluarga pasien secara langsung meliputi nama, alamat, tempat dan tanggal lahir beserta keluhan yang dirasakan. 2. Inform Consent Untuk
pemeriksaan
radiografi
konvensional
dengan
kontras
maupun
pemeriksaan CT-Scan dengan kontras, dilakukan inform consent atau lembar persetujuan antara dokter/radiografer pemegang dengan pasien dan keluarga pasien tentang bagaimana pemeriksaan dilakukan, obat yang akan dimasukkan, risiko obat, pemasukan obat, dan fungsi obat itu sendiri secara lengkap kepada pasien dan keluarga pasien secara jelas serta anamnase alergi pasien juga dilakukan oleh radiografer pemegang. 3. Peringatan Pasien Hamil
14
Tanda ini diletakkan di depan pintu ruangan pemeriksaan CT-Scan atau pemeriksaan yang membutuhkan dosis radiasi yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari paparan radiasi yang tinggi untuk fetus atau ibu hamil dan mencari solusi yang lain apabila bisa dilakukan pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan selain pemeriksaan beradiasi tinggi tersebut. 4. Desain Ruang dan Indikator Lampu Merah Tanda Pemeriksaan Berlangsung Desain ruangan yang menggunakan timbal di setiap sisinya, begitu pula untuk daun pintu harus dilapisi dengan Pb. Indikator lampu merah sebagai tanda pemeriksaan berlangsung bertujuan untuk menghindari intervensi dari orang yang tidak seharusnya masuk ketika pemeriksaan berlangsung seperti keluarga pasien, karyawan cleaning service, staf radiologi, maupun petugas radiologi itu sendiri. 5. Tanda Ada Radiasi
Terdapatnya tanda radiasi ini dimaksudkan untuk keluarga pasien atau pun pengunjung yang tidak berkepentingan dalam pemeriksaan radiologi dapat mengerti bahwa dalam ruang lingkup itu terdapat radiasi yang dapat membahayakan diri mereka. Tanda-tanda ini biasa dipasang di depan pintu pemeriksaan ataupun di depan Instalasi Radiologi dimana tulisan terlihat jelas dan dapat dibaca oleh banyak orang.
15
6. Penanganan Risiko Pasien Jatuh
Pemakaian tanda ini dimaksudkan untuk pasien maupun keluarga ataupun pengunjung dapat berhati-hati saat melewati daerah yag terdapat tanda tersebut dikarenakan daerah tesebut biasanya daerah licin, menurun, dan sebagainya. 7. Tanda Jalur Evakuasi Jalur evakuasi ini dimaksudkan untuk apabila terdapat kejadian yang tidak diinginkan seperti gempa bumi, kebakaran, dan bencana alam lainnya, pengunjung rumah sakit dapat segera keluar melalui jalan yang bertanda jalur evakuasi ini. Jalur atau jalan yang bertanda ini biasanya mudah diakses dan mempunyai jarak yang dekat atau pendek untuk mencapai ruangan bebas atau di luar gedung. 8. Bed Carry 9. Prosedur Tetap Proteksi Radiasi untuk Pasien Berikut prosedur tetap proteksi radiasi untuk pasien di Instalasi Radiologi RSUD dr. R. Soedjati Soemodiardjo Purwodadi Kabupaten Grobogan: a. Pada saat melakukan pemotretan pergunakan diafragma sesuai obyek yang difoto/disinari b. Pengaturan jarak pemotretan yang sesuai standar pemotretan
16
c. Pergunakan faktor eksposi yang sesuai standar sehingga tidak terjadi pengulangan foto d. Berikan informasi awal sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan sehingga pasien dapat bekerja sama dengan petugas e. Berikan proteksi pada organ yang sensitive / reproduksi sepanjang tidak mengganggu pemeriksaan f.
Setelah selesai kembalikan apron pada tempat yang sudah disediakan
10. Prosedur Tetap Proteksi Radiasi untuk Pendamping Pasien Prosedur tetap proteksi radiasi untuk pendamping pasien di Instalasi Radiologi RSUD dr. R. Soedjati Soemodiardjo Purwodadi Kabupaten Grobogan adalah dengan menggunakan apron untuk meminimalkan paparan radiasi yang diterima pendamping pasien tersebut. Berikut prosedur tetapnya: a. Pada saat melakukan pemotretan yang perlu pendamping, maka radiografer harus memberikan informasi/ prtunjuk cara pemakaian apron agar tidak terbalik atau keliru b. Diinformasikan kepada pendamping bahwa pelindung diri / apron harus dipamkai agar aman c. Setelah selesai pendamping dibantu melepaskan apron d. Kembalikan apron pada tempatnya agar tidak mudah rusak 11. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat Jika terjadi keadaan darurat, manajemen RSUD dr. R. Soedjati Soemodiardjo Purwodadi Kabupaten Grobogan telah menetapkan prosedur penanggulangan keadaan darurat yaitu dengan mematikan panel kendali pesawat, mencabut sakelar, memutuskan aliran listrik, mencatat detail posisi, arah berks, dan kondisi eksposi.
17
Petugas akan memberitahu kepada PPR. Rekaman kejadian akan dibuat dalam bentuk laporan kejadian dan disampaikan ke BAPETEN. B. Paparan Kasus
Seorang pasien anak berumur 5 tahun berjenis kelamin perempuan bernama An. R datang ke Instalasi Radiologi bersama kedua orang tuanya membawa lembar pemeriksaan radiologi yang bertuliskan pemeriksaan CT-Scan kepala dengan diagnosa CKR yang dikirimkan oleh dokter spesialis saraf. Keluhan yang dialami adalah terus menerus muntah dan merasa pusing. Kondisi umum pasien masih baik, masih bisa berjalan. Namun, saat akan dilakukan pemeriksaan, pasien merasa ketakutan akan pemeriksaannya. C. Pembahasan
Ketepatan identifikasi pasien sebelum dilakukan melalui pengecekan nama, nomor RM, tempat dan tanggal lahir, alamat selalu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan. Tidak lupa dilakukan anamnase singkat dengan pasien bertujuan untuk menyesuaikan antara diagnosa, keluhan dan dengan proyeksi foto yang akan dilakukan. Ketepatan identifikasi ini sangat penting dikarenakan apabila terjadi kesalahan dalam pemotretan ataupun dengan identitas pasien menjadi kesalahan fatal apabila sampai salah dalam diagnosis dan tindakan dokter selanjutnya. Inform consent harus selalu dilakukan untuk pemeriksaan intervensi atau pemeriksaan yang memasukkan media atau benda lain ke dalam tubuh pasien. Inform consent ini dilakukan di radiologi sebelum pemeriksaan dengan memasukkan media kontras sebagai penyangat gambar ke dalam tubuh pasien. Inform consent ini berisi tentang riwayat alergi pasien beserta tanda tangan dari dokter radiologi dengan pendamping pasien. Tujuan inform consent ini dilakukan agar apabila nantinya terjadi
18
kejadian alergi atau apapun yang berkaitan dengan media kontras akan dapat dipertanggungjawabkan. Peringatan tanda ibu hamil harap lapor ke petugas sudah dengan jelas untuk melindungi janin yang ada yang dimana apabila dilakukan pemeriksaan akan mengakibatkan dampak buruk bagi janin sehingga sebaik-baiknya ibu hamil untuk tidak harus menunggu di sekitar instalasi radiologi atau apabila melakukan pemeriksaan radiologi diharuskan konsultasi dahulu mencari jalan keluar untuk dapat melakukan pemeriksaan lainnya selain radiologi mengingat janin sangat rentan terkena radiasi yang ditakutnya akan menyebabkan perubahan fisiologi pada balita. Kondisi kamar pemeriksaan yang menggunakan Pb di setiap dinding kamar dan di daun-daun pintu untuk mencegah radiasi hambur keluar dari ruang pemeriksaan dimana luar ruang pemeriksaan masih terdapat pengunjung yang tidak seharusnya terkena radiasi hambur. Pemasangan tanda radiasi di bagian depan instalasi radiologi dan di tempat tempat instalasi radiologi yang mudah dilihat banyak pengunjung dimaksudkan agar pengunjung lebih baik menjauh keluar instalasi apabila tidak berkepentingan. Tanda ini dipasang dengan warna merah yang mencolok dan skema yang mudah dipahami oleh pembaca dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat oleh pengunjung maupun pasien. Pemasangan dan dihidupkannya lampu merah sebagai tanda dimulai pemeriksaan juga diharapkan memberi tahu pengunjung atau pendamping bahwa pemeriksaan dengan radiasi sedang berlangsung. Pemberian simbol resiko jatuh dan jalur evakuasi dimaksudkan agar pasien dapat lebih mengerti mengenai daerah yang bersimbol tersebut. Simbol resiko jatuh dimaksudkan agar tidak ada kejadian jatuh pengunjung maupun pasien yang ditakutkan akan menambah cedera yang tidak diinginkan bagi pasien ataupun pengunjung. Tanda jalur evakuasi dilakukan untuk dapat menyelamatkan pasien dan
19
pengunjung dengan melewati jalur evakuasi yang dimana jalur ini menghubungkan daerah lapang dan mudah untuk menemukan jalan keluar untuk menghindari atau menjauh dari sumber bahaya. Pasien safety di Instalasi Radiologi lainnya adalah penetapan prosedur tetap proteksi radiasi untuk pasien ataupun pendamping pasien. Dengan pembatasa n daerah kolimasi, menghindari pemotretan foto, pengaturan jarak pemotretan diharapkan radiasi yang diterima pasien dapat optimal atau sebisa mungkin menjadi lebih kecil begitu pula untuk pendamping pasien diharuskan untuk menggunakan apron agar radiasi yang diterima juga dapat berkurang. Prosedur tetap apabila dalam keadaan darurat juga disediakan untuk dapat melakukan segera mungkin sesuai prosedur agar tujuan menyelamatkan pengunjung, pasien, pesawat radiologi dan barang dapat terselamatkan dengan cepat tanpa rusak suatu apapun. Pada kasus yang telah dipaparkan, identifikasi pasien safety antara lain: 1. Lembar permintaan pemeriksaan radiologi a. Memastikan benar identitas pasien di lembar permintaan dengan bertanya langsung kepada orang tua pasien b. Sesuai dengan asas Justifikasi, walaupun radiasi CT-Scan memang besar tetapi pemeriksaan yang bisa menegakkan diagnosa pasien berkaitan dengan keluhan yang dialami adalah CT-Scan c. Menanyakan kembali dan memberitahu orangtua pasien mengenai cara, tujuan dan risiko pemeriksaan, biaya pemeriksaan dsb 2. Persiapan Pemeriksaan a. Memastikan kembali benar identitas pasien di lembar permintaan dengan bertanya langsung kepada orang tua pasien
20
b. Bekerja sama dengan orang tua pasien untuk menenangkan pasien dan membujuk pasien agar bisa dilakukan pemeriksaan c. Melepaskan seluruh benda logam di sekitar kepala pasien d. Memberi proteksi radiasi terhadap kedua orang tua pasien yaitu dengan dikenakan apron e. Menanyakan apakah ibu dari pasien sedang dalam keadaan hamil f.
Memberi pasien body strap agar tidak bergerak dan menghindari risiko jatuh
g. Memberitahukan kedua orang tua memegang tangan pasien tetapi juga memberitahu agar tidak berada di sekitar kepala pasien dan sejauh mungkin berdiri dari gantry h. Memberitahukan tentang pergerakan tabung kepada pasien dan orang tua pasien dan apa yang harus dilakukan saat meja bergerak i.
Menutup dengan rapat pintu ruangan CT-Scan
3. Saat pemeriksaan a. Menggunakan scan parameter yang biasanya CT-Scan kepala rutin menjadi CT-Scan Kepala anak b. Menggunakan waktu scanning yang cepat 4. Post pemeriksaan a. Membantu melepaskan body strap pasien dan apron yang dikenakan oleh kedua orang tua b. Menginstruksikan apa yang harus dilakukan setelah pemeriksaan selesai
21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pasien safety di Instalasi Radiologi dimulai dengan desain instalasi itu sendiri meliputi desain ruangan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, pemasangan tanda radiasi yang dapat terbaca dengan jelas oleh pengunjung dan pasien, pemasangan tanda ibu hamil dilarang masuk atau ibu hamil diharap lapor ke petugas. Masuk dalam pemeriksaan dengan menyesuaikan dengan tepat dan teliti antara lembar permintaan foto dengan anamnase kepada pasien secara langsung agar didapatkan ketepatan dalam foto maupun diagnosis. Inform consent juga diperlukan apabila melakukan pemeriksaan dengan menggunakan media kontras. Pemasangan simbo-simbol safety untuk pengunjung seperti lampu merah tanda pemeriksaan berlangsung, simbol resiko jatuh dan simbol jalur evakuasi dimaksudkan untuk perlindungan pengunjung maupun pasien. Penggunaan apron saat pendamping pasien diharuskan untuk ikut dalam pemeriksaan pasien termasuk pasien safety. B. Saran
Setiap rumah sakit masih terdapat kekurangan entah dari prosedur tetap, simbol keselamatan pasien, dan kekurangan dalam melakukan suatu prosedur diharapkan dapat melengkapinya sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh BAPETEN.
22
LAMPIRAN
23
LAMPIRAN (INFORM CONSENT)
24
LAMPIRAN (INFORM CONSENT)
25
LAMPIRAN (PROSEDUR TETAP PROTEKSI RADIASI UNTUK PASIEN)
26
27
View more...
Comments