Identifikasi Jenis Jamur Dan Pola Kepekaannya Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta

November 2, 2021 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Identifikasi Jenis Jamur Dan Pola Kepekaannya Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah...

Description

KARYA TULIS ILMIAH IDENTIFIKASI JENIS JAMUR DAN POLA KEPEKAANNYA PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Nama Nomor Mahasiswa

: Waskitho Nugroho : 20080310143

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011

i

HALAMAN PENGESAHAN KTI IDENTIFIKASI JENIS JAMUR DAN POLA KEPEKAANNYA PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Disusun oleh : Nama

: Waskitho Nugroho

No. Mahasiswa

: 20080310143

Yogyakarta, 14 Desember 2011 Disetujui oleh : Dosen Pembimbing

Dosen Penguji

dr. Hj. Inayati Habib, M.Kes

dr. H. Kusbaryanto, M.Kes

Mengetahui Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

dr. H. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes

ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: Waskitho Nugroho

NIM

: 20080310143

Program Studi

: S1 Pendidikan Dokter

Fakultas

: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 14 Desember 2011 Yang membuat pernyataan,

Waskitho Nugroho

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan kepada : Allah SWT Tuhan Penguasa Segalanya Junjunganku Rasullullah Muhammad SAW Orang tua terbaik dan tercinta Ayahanda Sudaryo dan Ibunda Nur Aminah, bangga terlahir sebagai anak kalian, terima kasih telah memberikan dukungan dan kasih sayang yang takkan bisa dibalas oleh apapun. Saudara n Saudariku Kakanda Isnaini (alm) semoga diterima disisi Allah dan Adik tergantengku Satriyo Nugroho yang menjadi sosok pendukung dan penyemangat. Seorang calon pendamping dan sahabat dalam menjalani hidup Rahma Alma Yunita terima kasih atas segala dukungannya. Teman seperjuangan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini Fergiawan Indra Prabowo yang juga saudara dan teman pertama di Kedokteran Umum, terima kasih sob. Teman, saudara dan sahabat terbaik yang mewarnai perjalananku, Ahmad Ramadhan, Luthfan Adi Putra, Yudhi Setia Budi, Imam Iskandar, Dimas M. Akbar, Doni Revai, dan keluarga besar MISC 2008, bangga empat tahun bersama membuat buletin yang bermanfaat. Teman dan saudara dalam merajut masa depan sebagai seorang pengusaha bersama Faiq Rifqon Mahasna, A. Ali Zulkarnain, Priyangga Setio Nugroho, Moch Irvan Firmansyah (para direksi) terima kasih telah bersama membuat sebuah dunia baru sebagai seorang pemuda cerdas dan gagah. Keluarga besar Mahasna Tama Group dan Property Today Inc. Serta Keluarga Besar, Dosen serta Rekan Sejawat.

iv

MOTTO

“Allah akan meninggikan derajat orang-orang Yang beriman dan berilmu pengetahuan” ( QS : Al Mujadilah )

“Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya, dan setiap orang itu akan mendapatkatkan dari amalnya sesuai dengan apa yang ia niatkan” (HR. Muttafaq Alaih)

“Setiap manusia terlahir dengan keistimewaan masing – masing untuk menjalani hidup yang tidak dirancang mudah ini…” ” (Waskitho Nugroho)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur dan doa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Identifikasi Jenis Jamur dan Pola Kepekaannya Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sekaligus sebagai sarana sumbangan pemikiran terhadap permasalahan yang sedang terjadi pada sektor kesehatan saat ini. Penulis menyadari sepenuhnya tanpa kesungguhan, kerja keras, serta bantuan dari semua pihak dan pertolongan Allah SWT, maka Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah berperan serta dalam membantu penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih itu diberikan kepada: 1. Bapak dr. H. Ardi Pramono, Sp An, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Ibu dr. Hj. Inayati Habib, M.Kes., selaku dosen pembimbing penelitian yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. vi

3. Bapak dr. H. Kusbaryanto, M.Kes., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada peneliti. 4. Pak Jamhari yang telah banyak membantu secara fisik dan moril dalam penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 5. Pak Sudibyo dan Pak Winardi serta Seluruh Karyawan Instalasi Laboratorium Klinik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu dalam pengambilan sampel urin. 6. Ayahanda Sudaryo dan Ibunda Nur Aminah tercinta yang selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT dan memberikan dorongan moril, materiil, dan spiritual yang tak henti-hentinya kepada penulis untuk kesuksesan menimba ilmu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 7. Kakanda Isnaini Nugroho (alm) yang selalu aku sayang walaupun tidak sempat melihat wajah cantikmu di akhir hidupmu semoga Allah SWT menempatkanmu di tempat terbaik. 8.

Adinda Satriyo Nugroho yang memberikan penulis semangat, nasihat dan teguran dari jauh dan selalu menjadi inspirasi untuk menjadi seorang laki – laki yang kuat dan dewasa.

9. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

vii

10. Teman, sahabat, sekaligus saudara yang selalu bersama dalam suka dan duka dalam kelompok penelitian penulis, Fergiawan Indra Prabowo yang telah banyak membantu penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah berperan aktif dalam memberikan sumbang saran dalam penyelesaian penelitian dan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas kepada penulis diterima sebagai amal kebaikan dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini akan ditemukan banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, semoga Karya Tulis Imiah ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Terima kasih

Yogyakarta, 14 Desember 2011

Penulis

viii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i HALAMAN PENGESAHAN KTI ................................................................................ ii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................................iv MOTTO ............................................................................................................................. v KATA PENGANTAR .....................................................................................................vi DAFTAR ISI.....................................................................................................................ix DAFTAR TABEL ...........................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiv INTISARI ......................................................................................................................... xv ABSTRACT .................................................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6 1. Tujuan Umum........................................................................................... 6 2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7 E. Keaslian Penelitian ....................................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 9 A. Infeksi Saluran Kemih.................................................................................. 9 1. Definisi ..................................................................................................... 9 2. Epidemiologi ............................................................................................ 9 3. Etiologi ................................................................................................... 10 4. Patogenesis ............................................................................................. 11 5. Gejala Klinis ........................................................................................... 12 6. Diagnosa ................................................................................................. 13 7. Terapi ...................................................................................................... 14 B. Pola Kepekaan Kuman ............................................................................... 15 C. Jamur penyebab penyakit infeksi saluran kemih ....................................... 17 1. Candida sp .............................................................................................. 18 D. Kerangka Konsep ....................................................................................... 20 ix

E. Hipotesis..................................................................................................... 20 BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 21 A. Desain Penelitian ........................................................................................ 21 B. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................... 21 1. Tempat .................................................................................................... 21 2. Waktu ..................................................................................................... 21 C. Populasi Dan Sampel ................................................................................. 21 1. Populasi .................................................................................................. 21 2. Sampel .................................................................................................... 21 D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi........................................................................ 22 1. Kriteria Inklusi ....................................................................................... 22 2. Kriteria Eksklusi ..................................................................................... 22 E. Variabel Dan Definisi Operasional ............................................................ 22 1. Variabel .................................................................................................. 22 2. Definisi Operasional ............................................................................... 22 F. Instrumen Penelitian................................................................................... 23 1. Alat ......................................................................................................... 23 2. Bahan ...................................................................................................... 23 G. Cara Penelitian ........................................................................................... 24 1. Pengambilan Sampel Spesimen.............................................................. 24 2. Transportasi ............................................................................................ 24 3. Pembiakan jamur .................................................................................... 25 4. Pemeriksaan kultur jamur ....................................................................... 25 5. Pengecatan LPCB ................................................................................... 25 6. Identifikasi jamur ................................................................................... 26 7. Pembuatan larutan stok antijamur .......................................................... 26 8. Kadar hambat minimal (KHM) .............................................................. 27 9. Interpretasi .............................................................................................. 28 H. Analisa Data ............................................................................................... 28 I. Mekanisme Kerja ....................................................................................... 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 30 A. HASIL ........................................................................................................ 30 1. Karakteristik Koresponden ..................................................................... 30 2. Hasil Identifikasi jamur .......................................................................... 31 3. Hasil Uji Sensitivitas (Kepekaan Kuman) .............................................. 32 B. PEMBAHASAN ........................................................................................ 32 x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 37 A. KESIMPULAN .......................................................................................... 37 B. SARAN ...................................................................................................... 37 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 38 LAMPIRAN .................................................................................................................... 41

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Presentasi penderita infeksi saluran kemih berdasarkan jenis kelami….30 Tabel 2. Presentasi penderita infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia.....31 Tabel 3. Persentase hasil isolat urin penderita infeksi saluran kemih dengan saboroud’s dextrose……………………………………………………31 Tabel 4. Hasil Uji Sensitivitas…………..……………………………………….32

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik insidensi jamur penyebab ISK di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Juli – Oktober 2011…………………………….34

Gambar 2. Grafik tingkat sensitivitas ketokonazol, fluconazole, itraconazol dan griseofulvin terhadap Candida…………………………………………………..35

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Tabel Data Mentah Hasil Identifikasi Jamur dan Uji Sensitivitas.41

Lampiran 2.

Tabel Interpretasi Uji Sensitivitas……………………………….42

Lampiran 3.

Surat Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian……………………43

Lampiran 4.

Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian…………………...45

Lampiran 5.

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian…………………..46

xiv

Identifikasi Jenis Jamur dan Pola Kepekaannya Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta Waskitho Nugroho1, Inayati Habib2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta1, Dosen Bagian Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta2 . INTISARI

Latar Belakang : Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang ke dokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK (WHO, 2005). Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui jenis jamur dan pola kepekaannya pada penderita infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium. Pengukuran dan pengambilan data dilakukan secara cross sectional. Hasil penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui jenis jamur penyebab infeksi saluran kemih dan pola kepekaanya. Hasil : Pada penelitian ini didapatkan 22 sampel. Didapatkan hasil jenis jamur penyebab infeksi saluran kemih dari 22 (100%) sampel adalah Candida sp n = 16 (60,5%) dan yang negatif n = 6 (39,5%). Pada uji sensitivitas terhadap jamur penyebab infeksi saluran kemih Candida sp didapatkan hasil antara lain ketokonazole (KHM < 0,125 µg/ml) s = 16 (100%) r = 0 (2%), itraconazole (KHM < 0,125 µg/ml) s =14 (87,5%) r = 2 (12,5%), fluconazole (KHM < 32 µg/ml) s = 16 (100%) r = 0 (0%), griseofulvin (KHM < 0,75 µg/ml) s = 8 (50%) r = 8 (50%). Kesimpulan : Pada penelitian ini berdasarkan analisis deskriptif, didapatkan Candida sp sebagai jamur penyebab infeksi saluran kemih terbanyak dan ketokonazol dengan fluconazole memiliki tingkat sensitivitas tertinggi terhadap Candida sp. Kata Kunci : Jamur, Pola Kepekaan Kuman, Infeksi Saluran Kemih.

xv

Identification Of Fungi And Sensitivity Patterns In Patients Urinary Tract Infection In Pku Muhammadiyah Yogyakarta Hospital Waskitho Nugroho1, Inayati Habib2 1 Student of Medical Faculty and Health Scients Muhammadiyah University of Yogyakarta, 2Microbiology Departement of Medical Faculty and Health Scients of Muhammadiyah University of Yogyakarta. ABSTRACT Background : Urinary tract infection (UTI) is a disease that needs serious attention. In America it is reported that at least 6 million patients present to physcians with the diagnose of UTI each year (WHO, 2005). Research Purpose : purpose of this study to determine the species of fungi and its sensitivity pattern in UTIs patients at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital. Research Method : Type of this research is laboratory experimental research. The measurement and data collection done by cross sectional. The result of this research is analyzed by descriptive analysis. Results : in this study obtained 22 samples. Obtained the type of fungi that causing UTI from 22 (100%) samples were Candida sp n = 16(60.5%) and negative n = 6 (39.5%). In the test of sensitivity pattern from 16 (100%) fungi that causing UTI Candida sp among other results obtined ketoconazole (MIC < 0.125 µg/ml) s = 16 (100%) r = 0 (0%), itraconazole (MIC < 0.125 µg/ml) s = 14 (87.5%) r = 2 (12.5%), fluconazole (MIC < 32 µg/ml) s = 16 (100%) r = 0 (0%), griseofulvin (MIC < 0.75 µg/ml) s = 8 (50%) r = 8 (50%). Conclusion : in this research, the most fungi that causing of UTIs is Candida sp and antifungi that gives the most sensitive result toward the fungi caused UTIs are ketoconazole and fluconazole. Keyword : Fungi, Sensitivity pattern, Urinary tract infections.

xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang ke dokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK (WHO, 2005). ISK merupakan masalah kesehatan yang serius dan memiliki kecenderungan yang terus meningkat jumlah penderitanya. Di Indonesia sendiri tingkat prevalensi kejadian ISK masih cukup tinggi (Wiliyanti, 2003). Kejadian ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, jenis kelamin, prevalensi bakteriuria dan faktor predisposisi yang menyebabakan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal (Enday, 2006). ISK dapat menyerang mulai dari anak – anak, remaja, dewasa hingga lansia. Pada bayi laki – laki dan perempuan memilki tingkat prevalensi kejadian ISK yang sama. Insiden akan menurun pada laki – laki dan meningkat pada perempuan pada saat usia 6 bulan. ISK rata – rata 5 kali lebih sering terjadi pada perempuan dari pada laki – laki pada usia 1 tahun pertama. Insiden ISK tertinggi pada bayi perempuan yang terlahir prematur dan berat badan lebih rendah (O’Donovan, 2010). Berdasarkan studi populasi di Amerika pada tahun 2004 – 2007 sekitar 11.3% perempuan dan 3.6% laki – laki terkena ISK pada usia 16 tahun (Welsh, 2007). Kecilnya angka kejadian ISK pada anak laki – laki disebabkan 1

2

oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah anak laki – laki yang disirkumsisi dapat menurunkan resiko terjadinya ISK (Craig, 1995). Umumnya ISK lebih banyak dijumpai pada wanita dibandingkan pria kemungkinan karena uretra wanita lebih pendek sehingga mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai kandung kemih dan juga letaknya berdekatan dengan daerah perianal dan vagina (WHO, 2005). Data penelitian epidemiologi melaporkan hampir 25 – 35% semua wanita dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya (Sukandar, 2009). Pada usia dewasa kasus ISK ini lebih sering timbul pada wanita dewasa muda (usia subur), salah satu kemungkinan adalah karena proses dari kehamilan (obsteri history). Pada saat kehamilan bakteriuria dapat muncul sekitar 2 – 7% yang paling sering berkembang pada usia kehamilan satu bulan. Bakteri – bakteri patogen penyebab ISK yang terdapat pada vesika urinaria dapat naik menuju ginjal karena relaksasi otot polos yang kemudian akan membuat uretra berdilatasi selama kehamilan sehingga bakteriuria selama kehamilan memiliki resiko lebih tinggi terjadinya pyelonefritis lebih dari 40% dibandingkan pada wanita yang tidak sedang hamil (Hotton, 2010). ISK juga dapat timbul pada wanita muda yang sehat dan umumnya memiliki fisiologi dan anatomi saluran kemih yang normal. Pada wanita dengan ISK berulang menjadikan faktor resiko untuk terjadinya ISK kembali karena ISK yang berulang akan meningkatkan kolonisasi uropatogen penyebab ISK (Hooton, 2010). Pada usia tua, insidensi ISK cenderung meningkat pada laki – laki, kemungkinannya adalah akibat penggunaan instrumen, misal : urethral catheter. Pada pemakaian kateter yang berkepanjangan dapat meningkatkan resiko

3

terjadinya ISK yang disebabkan oleh kolonisasi bakteri yang tertampung pada kantung penampung urin dan kesalahan dalam tekhnik sterilisasi pada saat pemasangan kateter (Fakete, 2010). Di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta tercatat kejadian ISK pada pada usia lanjut sebesar 35,6% (Wahyudi, 2004). Infeksi saluran kemih (ISK) adalah terjadinya invasi dan berkembangnya mikroorganisme pada saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dan jamur dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, 2001) dengan jumlah yang signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikan jumlah mikroorganisme dalam urin lebih besar dari 100.000/ml urin. Pada pasien dengan simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp dan Candida albicans. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah bakteri Eschericia coli dan jamur peninfeksi paling tinggi adalah Candida albicans (Coyle et al., 2005). Jamur sering ditemukan bersamaan dengan bakteri menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih. Jamur yang paling sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Candida albicans. Candida albicans paling sering dapat menginfeksi saluran kemih pada saat pemasangan kateter dan pada wanita dengan kandidiasis pada vagina atau vaginosis. Meningkatnya angka kejadian ISK yang

4

disebabkan oleh jamur berkaitan dengan kualitas kebersihan diri yang menurun (Arthur, 2002). Untuk terapi ISK menggunakan antibiotik jika penyebab utamanya adalah bakteri (Coyle et al., 2005). Pada infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh jamur seperti Candida albicans sebaiknya menggunakan antijamur yang spesifik dan sensitif untuk mendapatkan hasil terapi yang maksimal. Seiring berjalannya waktu terjadi peningkatan resistensi jamur terhadap obat antijamur (Fluocunozole, Itraconazole, Ketoconazole) maka dari itu perlu dilakukan uji sensitifitas untuk melihat pola kepekaan jamur. Dari hasil pola kepekaan itu dapat menentukan antijamur yang spesifik dan sensitif. Dalam perkembangannya jamur penyebab ISK memiliki pola kepekaan kuman yang terus berubah dari waktu ke waktu sehingga sering kali timbul resitensi jamur penyebab ISK terhadap obat anti jamur yang biasa digunakan (Krcmery, 1999). Permasalahan resistensi jamur pada penggunaan antijamur merupakan salah satu masalah yang berkembang di seluruh dunia hingga saat ini. WHO dan beberapa organisasi di dunia telah mengeluarkan pernyataan mengenai pentingnya mengkaji faktor – faktor yang terkait dengan masalah tersebut, termasuk strategi untuk mengendalikan kejadian resistensi dengan memilih obat antijamur yang sesuai dengan berdasarkan pola kepekaan kuman yang didapat maupun dengan mencari jenis obat antijamur terbaru untuk mendapatkan hasil terapi yang maksimal (Saepudin, 2006).

5

Hal ini sejalan dengan ayat yang tercantum dalam Al Quran surat Ar – Raad : 11, yakni :                                        “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. Ayat tersebut menerangkan agar manusia selalu berupaya memperbaiki keadaan yang ada pada dirinya yakni dengan mencegah hal yang dapat memperburuk keadaan serta terus menggali hal – hal lain yang belum diketahui yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Oleh sebab itu semua hal ini dilakukan untuk mendapatkan obat antijamur yang sesuai dengan jamur penyebab ISK berdasarkan pola kepekaan yang didapatkan.

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk

meneliti hubungan pola kepekaan kuman dengan jamur penyebab infeksi saluran kemih di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

6

B. Perumusan Masalah Sebagaimana telah diuraikan di atas maka permasalahan yang akan dikaji adalah untuk mengetahui jenis bakteri dan pola kepekaannya pada pasien infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan rincian permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah jenis jamur penyebab terbesar infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 2. Apakah antifungal yang memberikan sensitivitas terbesar pada jamur penyebab infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui jenis mikroorganisme dan pola kepekaannya pada pasien infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui jenis jamur penyebab terbesar infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. b. Mengetahui antifungal yang memberikan hasil sensitivitas terbesar pada pasien infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

7

D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti, dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan baru serta memberikan masukan sebagai bekal menempuh studi selanjutnya. 2. Pendidik, dapat memberikan tambahan referensi sehingga membantu dalam proses pembelajaran. 3. Peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan landasan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut. 4. Profesi kedokteran, dapat meningkatkan pengetahuan, mutu pelayanan, serta meningkatkan peran dokter sebagai pelaksana pendidikan, dan pedoman intervensi kedokteran. 5. Institusi terkait, dapat memberikan masukan pengetahuan baru. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara ilmiah mengenai hubungan pola kepekaan kuman dengan jamur penyebab infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahun peneliti, sebelumnya sudah ada yang meneliti tentang pola kepekaan kuman penyakit infeksi saluran kemih. Penelitian yang pernah dilakukan antara lain : 1. Krcmery, S et al (1999) dengan judul penelitian Fungal urinary tracts infection in patients at risk. 2. Samirah dkk (2006) dengan judul penelitian Pola dan sensitivitas kuman pada penderita infeksi saluran kemih.

8

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain : 1. Krcmery, S et al (1999) dengan judul penelitian Fungal urinary tracts infection in patients at risk. Pada penelitian ini dilakukan pada tahun 1999 dan dilakukan di negara Slovakia sedangkan peneliti akan mengambil sampel di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2011. 2. Samirah dkk (2006) dengan judul penelitian Pola dan sensitivitas kuman pada penderita infeksi saluran kemih. Pada penelitian ini sampel diambil di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo sedangkan peneliti akan mengambil sampel di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Kemih 1. Definisi Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan klinis akibat berkembang biaknya mikroorganisme yang

menyebabkan

inflamasi pada saluran kemih dan

menimbulkan bakteriuria ( > 100.000 colony forming units/ml) (Hasibuan, 2007). Bakteria bermakna tanpa disertai manifestasi klinis ISK disebut bakteria asimptomatik. Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai manifestasi klinis disebut bakteria simptomatik. Infeksi saluran kemih dibagi berdasarkan lokasinya yaitu saluran kemih atas dan bawah (Yulianto, 2009).

2. Epidemiologi Infeksi saluran kemih (ISK) tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, pervalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Pada wanita dengan usia lebih dari 65 tahun cenderung menderita ISK dibandingkan laki – laki. ISK berulang pada laki – laki jarang dilaporkan. pervalensi ISK asimtomatik banyak ditemukan pada wanita (Wilianti dan Widjojo, 2009). Prevalensi ISK asimtomatik pada laki – laki dan wanita menjadi 30% jika disertai faktor predisposisi seperti litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes melitus pasca

9

10

transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit Sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron, katerisasi (Sukandar, 2009).

3. Etiologi Mikroorganisme

yang

paling

sering

menyebabkan

ISK

adalah

mikroorganisme gram negatif seperti Eschericia coli, Proteus mirabilis, Klebsiela, Citrobacter, Enterobacter dan Pseudomonas. Mikroorganisme gram positif seperti Enterococcus faecalis, Staphylococcus saprophyticus dan group B Streptococci dapat juga menyebabkan ISK. Chlamydia dan Mycoplasma juga diketahui dapat menyebabkan ISK yang sering ditularkan secara seksual (Hasibuan, 2007). Pada neonatus prevalensi terjadinya ISK tiga kali lebih tinggi pada bayi prematur (Zelikovic, 2010). Pada anak laki – laki yang tidak di sirkumsisi juga memiliki resiko terjadinya ISK karena bakteri yang terdapat di preputium dapat menginfeksi secara ascending (Stull, 2010). Pada umumnya faktor host yang dapat menyebabkan

kejadian ISK pada anak – anak yaitu

kelamin wanita, abnormalitas dalam sistem imun, terdapat kelainan anatomi pada saluran kemih, dan aktivitas seksual (Zelikovic, 2010). Pada anak tanpa kelainan anatomi saluran kemih namun terdapat kolonisasi pada periurethral memiliki resiko terjadinya ISK (Shortliffe, 2010). Escherecia coli memiliki pervalensi 80% dalam menyebabkan ISK (Stull, 2010) dan lainnya seperti Proteus mirabilis (banyak pada laki – laki), Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas auruginosa, Enterobacter, Staphylococcus aureus (banyak pada anak dewasa) , Streptococcus viridans dan Candida albicans (Zelikovic, 2010).

11

ISK akibat pemakaian kateter uretra biasanya disebabkan oleh beberapa kuman seperti Escherichia coli, Klebsiela, Proteus, Enterococcus, Pseudomonas, Enterobacter, Serratia dan Candida. Beberapa dari mikroorganisme ini merupakan flora normal pada usus penderita, tetapi juga dapat terjadi oleh transmisi silang dari satu penderita ke penderita lainnya, petugas kesehatan taau terpapar oleh cairan dan alat – alat kesehatan yang terkontaminasi. Sering mikroorganisme penyebab ISK nasokomial diperoleh dari koloni kuman yang ada pada penderita dan flora normal di perineum atau dari tangan petugas kesehatan sewaktu pemasangan kateter atau manipulasi pada sistem penampungan urin. Situasi seperti gangguna sistem imun, penggunaan steroid serta penggunaan antibiotika secara luas dapat merubah pola kuman akibat penggunaan kateter uretra (Hasibuan, 2007).

4. Patogenesis ISK terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor host, virulensi dari mikroorganisme dan adanya port of entry. Faktor host terutama meliputi kelainan struktural dan fungsional saluran kemih yang mengakibatkan perubahan aliran maupun statis urin, faktor penurunan daya tahan tubuh penderita. Faktor virulensi mikroorganisme dikatakan tidak terlalu berperan. faktor port of entry, misalnya instrumentasi saluran kemih (Hasibuan, 2007). Pada penggunaan kateter uretra dapat menimbulkan resiko terjadinya ISK yang terjadi melalui mekanisme ascending mikroorganisme dari kantong penampungan urin ke dalam kandung kemih dan kemampuan dari beberapa

12

mikroorganisme yang berkembang dan tumbuh pada permukaan luar dan dalam dari kateter uretra (Hasibuan, 2007). Kateter uretra merupakan target berkembangnya formasi biofilm. Permukaan luar dan dalam dari kateter memberikan keadaan yang menguntungkan untuk melekatnya mikroorganisme. Penggunaan antibiotika sistemik kemungkinan tidak dapat mencegah terjadinya formasi biofilm (Nickel, 1994). Candida albicans merupakan jenis jamur yang paling sering menginfeksi saluran kemih pada saat penggunaan kateter (Arthur, 2002).

5. Gejala Klinis ISK dapat menimbulkan gejala klinis (simtomatis) dan tanpa gejala (asimtomatis). Gejala klinis yang timbul tergantung dari lokasi infeksi. Gejala ISK bagian bawah seperti nyeri sewaktu kencing (polaksuria), rasa terdesak kencing (urgensi), sulit kencing disertai nyeri otot pinggang, nyeri supra simfisis, sering kencing malam hari. Gejala ISK bagian atas dapat berupa demam, menggigil, nyeri pinggang, kolik, mual dan muntah, hematuria, maupun nyeri ketok kostovertebra (Hasibuan, 2007). ISK bagian bawah dapat diambil contoh sistitis akut. Pada sistitis akut ditemukan reaksi inflamasi yang menyebabkan mukosa buli-buli menjadi kemerahan, edema, dan hipersensitif sehingga jika buli-buli terisi oleh urine, akan mudah terangsang untuk mengeluarkan isinya; hal ini menimbulkan gejala frekuensi. Kontraksi buli-buli akan menyebabkan rasa sakit atau nyeri di daerah suprapubik dan eritema mukosa buli-buli mudah berdarah dan menimbulkan

13

hematuria. Tidak seperti gejala pada infeksi saluran kemih bagian atas, sistitis jarang disertai dengan demam, mual, muntah, badan lemah, dan kondisi umum yang menurun. Jika disertai dengan demam dan nyeri pinggang perlu dipikirkan adanya penjalaran infeksi ke saluran kemih sebelah atas (Basuki, 2003). ISK bagian atas dapat diambil contoh pielonefritis akut. Pada pielonefritis akut ditemukan gambaran klasik berupa demam tinggi dengan disertai menggigil, nyeri di daerah perut dan pinggang, disertai mual dan muntah. Kadang-kadang terdapat gejala iritasi pada buli-buli yaitu berupa disuri, frekuensi, atau urgensi (Basuki, 2003).

6. Diagnosa Diagnosa ISK di buat berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Sampel yang dipakai adalah urin. Bahan urin untuk pemeriksaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara pungsi suprapubik, dari kateter dan urin midstream. Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin midstream yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril (Pappas, 1991). a.

Pemeriksaan mikroskopik urin Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan

bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituria yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau

14

lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan kultur (Pappas, 1991; Schaeffer, 2002). b.

Pemeriksaan kultur urin Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur

urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya (Kumalawati, 1993; Pappas, 1991). Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi (Kumalawati, 1993).

7. Terapi Terapi pada infeksi saluran kemih berdasarkan anatomi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. Infeksi Saluran Kemih (Isk) Bawah Prinsip manajemen ISK bagian bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalisasi urin.

15

Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotic tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg (Enday, 2006). Pasien dengan uncomplicated sistitis cukup diberikan terapi dengan antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek (1-3 hari). Tetapi, jika hal ini tidak memungkinkan dipilih antimikroba yang masih cukup sensitive terhadap kuman E Coli, antara lain: nitrofurantoin, cefixime, ceftriaxone, trimetoprim-sulfametoksazol, atau ampisilin. Kadang-kadang diperlukan obat antikolinergik (propantheline bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas buli-buli dan fenazopiridin hidroklorida sebagai antiseptik saluran kemih (Purnomo, 2003). b. Infeksi Saluran Kemih (Isk) Atas Pasien dengan pielonefritis akut biasanya memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. The Infectious Disease Society Of America menganjurkan satu dari tiga alternative terapi antibiotic intravena sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui

mikroorganisme

sebagai

penyebabnya,

yaitu:

Florokuinolon,

Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin, sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida (Sukandar, 2006).

B. Pola Kepekaan Kuman Pola kepekaan kuman dilakukan untuk melihat kepekaan jamur penyebab infeksi saluran kemih terhadap obat antijamur yang biasa digunakan klinisi untuk melihat resistensi dan sensitifitas tertentu terhadap obat antifungi hal ini bertujuan untuk menentukan potensi dan kontrol kualitas selama proses produksi senyawa

16

antijamur di pabrik, untuk menentukan farmakokinetik obat pada manusia hingga diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien. Pola kepekaan jamur penelitian ini menggunakan metode dilusi cair. Dimana menilai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Pembacaan hasil diukur dengan melihat kekeruhan yang dibandingkan dengan kontrol positif untuk melihat kadar hambat minimal kemudian menggunakan penggaris millimeter, diukur lebar diameter zone hambatan pada media agar sabouroud dextrose + chlorampenicol untuk melihat kadar bunuh minimum. Uji ini serupa dengan uji untuk bakteri, dimana spora fungi atau miselium fungi dilarutkan pada agen antimikroba uji, dan selanjutnya pada interval waktu tertentu disubkultur pada media yang sesuai (Pratiwi, 2008). Perkembangan waktu demi waktu terdapat banyak sekali laporan dari berbagai penelitian mengenai peningkatan jamur penyebab infeksi saluran kemih terhadap obat anti jamur (Sobel, 2010). Tingkat sensitivitas dari obat disamping dipengaruhi oleh mikroorganisme atau jamur itu sendiri juga dipengaruhi oleh mekanisme kerja dari masing – masing obat antimikotik (Jawetz, 2008) antara lain : 1. Azol Merupakan golongan obat antimikotik yang terdiri atas imidazol (missal, ketokonazol) dan triazol (flukonazol, varikonazol, dan itrakonazol). Mekanisme kerja azol yaitu mengganggu sintesis ergosterol. Obat tersebut menghambat sitokrom P-450 dependen 14α-demetilasi lanosterol, yang merupakan precursor ergosterol pada fungi dan kolesterol pada sel mamalia. Namun, sitokrom P450

17

fungi kira – kira 100 – 1000 kali lebih sensitive terhadap azol daripada dalam sistem mamalia. 2. Griseofulvin Griseofulvin adalah antibiotika yang diberikan secara oral yang berasal dari spesies penicillium. Griseofulvin kurang baik diabsorbsi dan terkonsentrasi dalam seratum korneum, dimana dia menghambat pertumbuhan hifa. Dalam jamur, griseofulvin berinteraksi dengan mikrotubulus dan mematahkan gelondong mikotik, menyebabkan penghambatan pertumbuhan. Hanya hifa yang bertumbuh dengan aktif yang terpengaruh. 3. Terbinafin Terbinafin adalah suatu obat allylamin; ia memblokir sintesis ergosterol melalui penghambatan epoxide squalene (jawetz, 2008).

C. Jamur penyebab penyakit infeksi saluran kemih Jamur atau fungi adalah organisme kemoheterotrof yang memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya (sumber karbon dan energi) (Pratiwi, 2008). Pada bagian tubuh jamur atau kapang yang dibedakan menjadi dua bagian yaitu miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut hifa. Bagian hifa yang berfungsi untuk mendapatkan nutrisi disebut hifa vegetatif. Sedangkan bagian hifa yang berfungsi sebagai alat reproduksi adalah hifa reproduktif atau hifa udara (aerial hypha). Fungi patogenik mempunyai temperatur pertumbuhan optimal pada 30 – 370 C. (Pratiwi, 2008)

18

Jamur atau fungi yang sering ditemukan sebagai patogen penyebab infeksi saluran kemih adalah Candida sp terutama Candida albicans (Krcmery, 1999). Candida albicans bersifat dismorfik; selain ragi – ragi dan pseudohifa, ia juga menghasilkan hifa sejati. Pada medium agar atau dalam 24 jam pada suhu 370C atau suhu ruangan, spesis kandida menghasilkan koloni lunak bewarna krem atau putih dengan bau seperti ragi. Pseudohifa tampak sebagai pertumbuhan yang terendam dibawah permukaan agar (Brooks, 2005). 1. Candida sp Candida sp jamur yang paling sering menyebabkan infeksi saluran kemih. Candida paling sering dapat menginfeksi saluran kemih pada pemasangan kateter yang menetap atau terus – menerus (Hasibuan, 2007). Candida merupakan salah satu flora normal yang terdapat pada kulit, membrane mukosa, dan saluran pencernaan. Candida tumbuh sebagai sel-sel ragi bertunas dan oval (berukuran 36 µm). jamur ini juga membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas tumbuh tetapi gagal memisahkan diri, menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang yang terjepit atau tertarik pada septasi-septasi diantara sel-sel. Candida albicans bersifat dimorfik, yaitu jamur ini juga menghasilkan hifa sejati (Brooks, 2005). Candida menghasilkan banyak adhesins yang memfasilitasi Candida untuk menempel pada sel host, diantaranya juga berfungsi untuk morphogenesis dan komunikasi. Adhesin tersebut yaitu (1). Integrin-like protein yang melekat pada arginineglycine-aspartic acid (RGD) di fibrinogen, fibronectin, dan laminin; (2) protein mirip substrat transglutaminase dan melekat pada sel epitel; dan (3) beberapa aglutinin yang melekat pada sel endotel dan fibronectin. Candida bentuk ragi

19

terutama melekat pada reseptor manosa, sedangkan Candida bentuk hyphae terutama melekat pada reseptor komplemen 3 (CR3) dan reseptor Fcgamma. Pada medium agar atau dalam 24 jam pada suhu 370C atau suhu ruangan, spesis kandida menghasilkan koloni lunak bewarna krem dengan bau seperti ragi. Pseudohifa tampak sebagai pertumbuhan yang terendam dibawah permukaan agar. Candida yang sering menjadi patogen infeksi saluran kemih adalah Candida albicans.

20

D.

Kerangka Konsep Pasien Infeksi Saluran Kemih

Urin Midstream

Kultur Urin

Uji Sensitivitas

Identifikasi

Karakteristik Jamur

Sensitif

Resisten

E. Hipotesis 1. Jenis jamur penyebab infeksi saluran kemih terbesar di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah Candida sp. 2. Fluconazole dan

ketoconazole merupakan antifungal yang memberikan

sensitivitas yang tinggi terhadap jamur penyebab infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional laboratorium dengan analisa deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara cross sectional.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Pengambilan

sampel

penelitian

dilakukan

di

rumah

sakit

PKU

Muhammadiyah Yogyakarta. Sedangkan penelitian identifikasi dan uji sensitivitas dilakukan di laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian akan dilakukan pada bulan Juni sampai Oktober 2011.

C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Sampel Sampel dari penelitian ini adalah pasien infeksi saluran kemih yang rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 21

22

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi 1. Kriteria Inklusi a. Pasien merupakan penderita infeksi saluran kemih yang ditunjukan dengan angka kuman > 105 CFU/ml atau pada identifikasi ditemukan jamur penyebab ISK dalam jumlah berapapun. b. Pasien Pria dan wanita usia 16 – 60 tahun. c. Pasien infeksi saluran kemih yang rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Juni - Oktober 2011. 2. Kriteria Eksklusi Pasien yang tidak terbukti menderita infeksi saluran kemih.

E. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel a. Variabel penelitian : Jenis jamur dan pola kepekaan kuman. b. Variabel pengganggu : Inkubasi, pengambilan urin sampel, sterilisasi. 2. Definisi Operasional a. Pola kepekaan kuman adalah pola kepekaan yang diketahui dengan metode dilusi cair. b. Metode dilusi cair adalah metode uji untuk melihat kadar hambat minimum obat antifungi terhadap jamur penyebab ISK yang ditemukan. c. Jamur penyebab infeksi saluran kemih adalah jamur yang diisolasi dari urin pasien infeksi saluran kemih yang kemudian dilakukan identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis dengan medium seboroud’s dextrose.

23

d. Seboroud’s dextrose adalah suatu medium yang dapat ditumbuhi oleh jamur penyebab ISK yang didapatkan dari isolat urin pasien ISK. e. Infeksi saluran kemih adalah keadaan klinis akibat berkembang biaknya mikroorganisme yang

menyebabkan

inflamasi pada saluran kemih dan

menimbulkan bakteriuria dan fungiuria. f. Waktu inkubasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk jamur tumbuh pada media sebouroud’s dextrose. g. Pengambilan urin sampel adalah urin sampel yang didapatkan dari urin midstream pada pasien penderita infeksi saluran kemih. h. Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk membunuh mikroorganisme pada alat atau bahan untuk menghindarkan kontaminasi.

F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian, antara lain: 1. Alat Lampu spritus/Bunsen, korek api, ose bulat, kapas lidi steril, pinset, log book, gelas obyek, deck glass, mikroskop, tabung reaksi, rak tabung reaksi, sarung tangan, inkubator, wadah urine, pipet, mikropipet, kertas label, korek api, wadah kultur, labu takar, standar Mc Farland. 2. Bahan Spesimen urin, Cat LPCB, media tanam Sebouroud’s dextrose, obat antijamur (Griseofulvin, Ketoconazole, Fluconazole, Itraconazole), akuades, larutan NaCl, media BHI.

24

G. Cara Penelitian Langkah- langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan Sampel Spesimen Pengambilan sampel dilakukan secara aseptis dengan cara mengambil urin pancar tengah (mistream) dari pasien infeksi saluran kemih. Pancaran urin dapat dibagi menjadi 3 bagian : a.

1/3 bagian adalah urin yang pertama keluar, merupakan pendorong atau pembersih kuman yang ada di uretra, bagian ini tidak diambil.

b.

1/3 bagian berikutnya ditampung dalam kontainer steril.

c.

1/3 bagian adalah urin akhir – dibuang.

2. Transportasi a.

Semua spesimen urin dimasukkan almari pendingin segera atau langsung diperiksa dalam waktu tidak melebihi 2 jam.

b.

Jika urin harus ditransport untuk jarak jauh urin dipak dalam es kering atau diperservasi dengan cara : penemabahan 0,5 gram borric acid pada kontainer steril kemudian diisi dengan urin (kira – kira 28 ml, atau konsentrasi 1,8%). Penggunaan borric acid bertjuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri tanpa menurunkan jumlahnya dan bekerja sebagai buffer untuk mencegah kerusakan leukosit.

25

3. Pembiakan jamur a. Pakailah sarung tangan dan masker untuk menghindari terjadinya kontaminasi flora normal pada pembiakan jamur. b. Pijarkan seluruh panjang kawat ose di atas lampu Bunsen. Lewatkan juga tangkainya di atas api. Dinginkan beberapa saat. c. Masukan kawat ose ke dalam urin pasien untuk mengambil urin sesuai takaran pada lingkaran ose. d. Dengan ose yang sudah terdapat urin kemudian usapkan dan ratakan pada media tanam seboroud dextrose. e. Berilah nomor pada media tanam sesuai dengan nomor utut penderita. f. Inkubasikan pada suhu kamar 25 – 300C selama 2 – 7 hari.

4. Pemeriksaan kultur jamur a. Ambil biakan jamur yang sudah diinkubasi selama 2 – 7 hari di dalam inkubator. b. Amati ciri – ciri makroskopik yang terlihat pada biakan. c. Identifikasikan jenis jamur yang terlihat, kemudian catat pada log book. d. Kemudian

dilakukan

pengamatan

mikroskopik

dengan

menggunakan

pengecatan LPCB.

5. Pengecatan LPCB a. Panaskan obyek glass di atas nyala api lampu spirtus untuk menghindari adanya mikroorganisme yang ada sehingga tidak mengacaukan penglihatan.

26

b. Letakkan 1 tetes LPCB pada gelas obyek. c. Panaskan ose pada lampu spirtus dan lewatkan hingga tangkainya juga untuk sterilisasi. d. Ambil spesimen di daerah yang mengalami pertumbuhan jamur pada medium seboroud dextrose dengan menggunakan ose . e. Letakkan spesimen pada obyek glas kemudian diratakan. f. Tutup dengan deck glass. g. Kemudian amatilah pada mikroskop untuk identifikasi mikroskopis. h. Amati dibawah mikroskop tanpa minyak emersi. Pertama dengan perbesaran 10 x 10 kemudian 10 x 40.

6. Identifikasi jamur a. Ciri makroskopik yang terlihat pada biakan, seperti koloni, permukaan, pigmen dan buih b. Ciri mikroskopik dengan melihat dibawah mikroskop cahaya sediaan yang telah di cat dengan LPCB untuk melihat spora, hifa dan bentuknya.

7. Pembuatan larutan stok antijamur Timbang seksama 5 mg Antijamur dan larutkan dalam labu takar 50 ml dengan pelarut yang cocok sehingga diperoleh konsentrasi 100 µg/ml, saring dengan filter jamur. Buat seri pengenceran kelipatan dua sehingga diperoleh kadar sebagai berikut: 50 µg/ml; 25 µg/ml; 12,5 µg/ml; 6,25 µg/ml; 3,12 µg/ml; 1,56 µg/ml; 0,78 µg/ml; 0,39 µg/ml.

27

8. Kadar hambat minimal (KHM) a. Disediakan 10 tabung volume 5 mL dengan 3 seri pengenceran dengan 1 kali pengulangan. b. 1 mL aquades steril dimasukkan ke dalam tabung ke-2 sampai tabung ke-9, kemudian dimasukkan 1 ml obat anti jamut ke dalam tabung-1 dan tabung -2 sehingga tabung-1 berisi obat anti jamur dengan konsentrasi 100%, dan tabung-2 berisi obat anti jamur dengan konsentrasi 50%. c. Kemudian dilakukan seri pengenceran secara seri dari tabung-2 sampai ke tabung-9 dengan cara memindahkan 1 mL larutan obat anti jamur dari tabung2 ke tabung-3, kemudian dicampurkan sampai homogen. Diambil kembali 1 mL dari tabung-3 ke tabung-4, dicampurkan sampai homogen, demikian seterusnya sampai tabung-9 diambil 1 mL dan dipindahkan ke tabung-10. Tabung-10 berisi pengenceran obat anti jamur murni sebagai control sterilisasi larutan obat antijamur sebagai kontrol negatif. d. Masukkan masing-masing 1 mL suspense jamur yang telah dibuat ke dalam tabung-1 hingga tabung-9. Volume akhir dari tabung-1 sampai tabung-9 sebesar 2 mL. konsentrasi akhir dari obat anti jamur pada tiap tabung adalah tabung-1 50%, tabung-2 25%, tabung-3 12,5%, tabung-4 6,25%, tabung-5 3,125%, tabung-6 1,57%, tabung-7 0,78%, tabung-8 0,39%, dan tabung-9 0,195%. e. Selanjutnya, semua tabung diberi tanda nomor 1 sampai nomor 9, kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam. Sebagai kontrol sterilitas bahan

28

(kontrol negatif) dan kontrol pertumbuhan jamur, tabung-10 juga ikut diinkubasikan. Tabung yang berisi suspense jamur uji dalam medium juga diinkubasi (kontrol positif). f. Diamati ada tidaknya pertumbuhan jamur dengan cara membandingan dengan kontrol positif. g. Kadar hambat minimal diperoleh dengan mengamati tabung subkultur yang tidak menunjukkan adanya pertumbuhan jamur dengan konsentrasi terendah.

9. Interpretasi a. Pembacaan karakteristik jamur dengan memperhatikan beberapa ciri khas dari gambaran makroskopis dan mikroskopis, sebagai berikut : 1) Makroskopis : permukaan, koloni, pigmen, buih. 2) Mikroskopis : spora, hifa, dan bentuknya. b. Pembacaan hasil uji kepekaan jamur Pembacaan hasil diukur dengan melihat kekeruhan yang dibandingkan dengan kontrol positif untuk melihat kadar hambat minimal.

H. Analisa Data Hasil penelitian ini akan dianalisis menggunakan analisa deskriptif untuk mengetahui jenis jamur penyebab infeksi saluran kemih dan pola kepekaanya.

29

I. Mekanisme Kerja Pasien Infeksi Saluran Kemih Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Urin Midstream

Kultur Urin

Identifikasi Jamur

Tes Sensitivitas Metode dilusi cair

Makroskopik

Mikroskopik

Interpretasi Hasil

Karakteristik Jamur

Pola Kepekaan

Analisa Deskriptif

Laporan Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium dengan pengambilan sampel urin secara cross sectional pada pasien ISK yang rawat jalan dan rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Juni sampai Oktober 2011 didapatkan 22 pasien dengan rentang usia 18 – 60 tahun penderita ISK yang ditandai dengan angka kuman >105 CFU pada kultur urin. 1. Karakteristik Koresponden Tabel 1. Presentasi penderita infeksi saluran kemih berdasarkan jenis kelamin. Jenis kelamin

Jumlah

Presentase

Pria

7

31,8%

Wanita

15

68,2%

Total

22

100%

Dari 22 penderita infeksi saluran kemih didapatkan jumlah penderita pria 7 orang (31,8%) dan jumlah penderita wanita sebanyak 15 orang (68,2%).

30

31

Tabel 2. Presentasi penderita infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia. Usia (tahun)

Jumlah

Presentase

16 – 25

2

9,1%

26 – 35

6

27,3%

36 – 45

7

31,8%

46 – 60

7

31,8%

Total

22

100%

penderita usia rentang 16 – 25 tahun

Dari penelitian ini didapatkan

sebanyak 2 orang (9,1%), 26 – 35 tahun sebanyak 6 orang (27,3%), 36 – 45 tahun sebanyak 7 orang (31,8%), dan 46 – 60 tahun sebanyak 7 orang (31,8%).

2. Hasil Identifikasi jamur Tabel 3. Persentase hasil isolat urin penderita infeksi saluran kemih dengan saboroud’s dextrose. Hasil Kultur

Jumlah

Presentase

Candida sp

16

72,7%

Tidak tumbuh

6

27,3%

Total

22

100%

Pada pemeriksaan kultur urin dengan media saboroud dextrose ditemukan jamur

Candida sp sebanyak 16 jamur (72,7%) dan pada 6 sampel (27,3%)

lainnya tidak ditemukan pertumbuhan jamur.

32

3. Hasil Uji Sensitivitas (Kepekaan Kuman) Tabel 4. Hasil Uji Sensitivitas Organisme

KHM

Sensitif

Presentase

Resisten

Presentase

Antifungal

(µg/ml)

(s)

Ketokonazol

< 0,125

16

100%

0

0%

Fluconazole

< 32

16

100%

0

0%

Itraconazole

< 0,125

14

87,5%

2

12.5%

Griseofulvin

< 0,75

8

50%

8

50%

(r)

Candida sp

pada uji sensitivitas jamur didapatkan hasil ketokonazol s = 16 (100%) r = 0 (0%), fluconazole s = 16 (100%) r = 0 (0%), itraconazole s = 14 (87,5%) r = 2 (12,5%), dan griseofulvin s = 8 (50%) r = 8 (50%).

B. PEMBAHASAN Infeksi saluran kemih dikatakan positif

jika ditemukan angka kuman

> 105 CFU/ml urin (Jawetz, 2008). Lain halnya dengan diagnosis candiduria, pada dewasa kriteria dikatakan positif candiduria jika ditemukan candiduria rentang 103 – 105 CFU/ml urin. Walaupun pada beberapa studi penelitian juga ditemukan perbedaan rentang kadar candiduria pada perempuan dan laki – laki (Colodner, 2008). Pada penelitian ini peneliti mendapatkan 22 sampel urin dari pasien positif infeksi saluran kemih yang dibuktikan dengan angka kuman > 105 CFU yang

33

sudah dipilih berdasarkan kriteria inklusi di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta periode Juli – Oktober 2011. Persentase penderita infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin (tabel 1), dari 22 pasien yang didapatkan, penderita infeksi saluran kemih yang berjenis kelamin pria sebanyak 7 orang (31,8%) dan penderita yang berjenis kelamin wanita sebanyak 15 orang (68,2%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa penderita infeksi kelamin yang berjenis kelamin wanita lebih banyak dibandingkan yang berjenis kelamin pria. Persentase penderita infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan usia, dari 22 pasien yang didapatkan, penderita infeksi saluran kemih pada rentang usia 16 - 25 tahun didapatkan sebanyak 2 orang (9,1%), rentang usia 26 - 35 tahun didapatkan sebanyak 6 orang (27,3%), rentang usia 36 - 45 tahun didapatkan sebanyak 7 orang (31,8%), dan rentang usia 46 - 60 tahun didapatkan sebanyak 7 orang (31,8%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa penderita infeksi saluran kemih lebih banyak didapatkan pada dewasa, dan lanjut usia. Hal tersebut bisa terjadi kemungkinan karena faktor kebersihan diri dan faktor imunitas dari penderita. Persentase jamur pada penderita infeksi saluran kemih di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dari 22 sampel urin yang di isolat, ditemukan jamur penyebab infeksi saluran kemih terbanyak adalah Candida sp sebanyak 16 orang (72,7%) dan 6 sampel urin (27,3%) sisanya tidak ditemukan jamur pada biakan

34

kultur dengan Saboroud’s dextrose. , Hasil tersebut menunjukkan bahwa Candida sp sebagai penyebab infeksi saluran kemih terbanyak. Insidensi Jamur Penyebab ISK 20 15

Candida sp

10

Tidak tumbuh

5 0

Candida sp

tidak tumbuh

Gambar 1. Grafik insidensi jamur penyebab ISK di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Juli – Oktober 2011.

Candida merupakan flora normal terutama di saluran pencernaan, selaput mukosa, saluran pernapasan, vagina, uretra, kulit dan dibawah jari – jari kuku tangan dan kaki. Candida ini dapat menginfeksi disaat ketahanan tubuh mengalami penurunan imunitas, kemudian pada wanita yang sedang menderita vaginosis yang disebabkan oleh candida memiliki risiko untuk terjadi infeksi saluran kemih. Infeksi candida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen seperti pada perubahan fisiologik (kehamilan, kateter saluran kemih, penyakit Diabetes Melitus, pemberian antimikroba yang intensif dan terapi kortikosteroid), umur, dan imunodefisiensi. Faktor eksogen seperti kurangnya kesadaran menjaga kebersihan alat kelamin (Simatupang, 2009). Uji sensitifitas pada penelitian ini menggunakan metode dilusi cair untuk melihat kadar hambat maksimal (KHM). Dari uji sensitivitas 4 jenis obat

35

antijamur terhadap Candida sp hasil isolat dari urin penderita infeksi saluran kemih didapatkan hasil dimana ketokonazol (100%) dan fluconazole (100%) memiliki tingkat sensitivitas tertinggi, selanjutnya itraconazole (87,5%)

dan

griseofulvin (50%). Pada penelitian ini peneliti memakai patokan KHM berdasarkan besaran masing – masing, antara lain ketokonazol (KHM < 0,125 µg/ml), itraconazole (KHM < 0,125 µg/ml), fluconazole (KHM < 32 µg/ml) dan griseofulvin (KHM < 0,75 µg/ml).

Hasil uji sensitivitas 18 16 14 12

Ketoconazole

10

Fluconazole

8

Itraconazole

6

Griseofulvin

4 2 0

Gambar 2. Grafik tingkat sensitivitas ketokonazol, fluconazole, itraconazol dan griseofulvin terhadap Candida.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Arlene dan Cantilep di Mikita Medical Centre didapatkan hasil uji sensitivitas terhadap Candida pada ketokonazol (89%), fluconazole (70%), itraconazole (62%) dan amphoterisin B (25%). Dari penelitian tersebut didapatkan Candida memiliki tingkat sensitivitas tertinggi terhadap ketokonazol (Arlene et al, 2007). Pada penelitian lain yang

36

dilakukan di SENTRY Antimicrobal Survilliance Program for 2008 yang dilakukan di beberapa belahan benua, seperti Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, dan Asia Pasifik. Dari penelitian tersebut didapatkan Candida sp memiliki sensitivitas terhadap fluconazole 94,3% (KHM < 4µg/ml), itraconazole 68,4% (KHM < 1 µg/ml), dan Micafungin 99,9% (KHM < 1 µg/ml) pada penelitian tersebut memakai patokan KHM sebesar 90% (Snawn et al, 2010).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian ini adalah : 1. Jenis jamur penyebab infeksi saluran kemih yang terbesar adalah Candida sp. 2. Ketoconazole dan Fluconzole merupakan antifungal dengan sensitivitas terbesar terhadap jamur penyebab infeksi saluran kemih.

B. SARAN 1. Hendaknya dilakukan penambahan jumlah sampel yang diteliti untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. 2. Hendaknya dilakukan penambahan jumlah antifungalyang digunakan pada uji sensitivitas untuk mendapatkan variansi tingkat sensitifitas antifungal yang lebih banyak terhadap penyakit infeksi saluran kemih.

37

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan. (2008). Bakteri Gram-Positif Dari Air Kemih. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Medan. Dimuat di majalah kedokteran nusantara volume 41, no. 1, maret 2008. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18509/1/mknmar2008-41%20%282%29.pdf Arthur, G, Johnson & Richard, J, Ziegler. (2002). Microbiology and Immunology 4th edition, Genitourinary tract infections p74. Brooks, Geo F., Butel, S Janet., Morse, A Stephen. 2005. Mikrologi Kedokteran Buku 2 edisi 23 alih bahasa hartanto, huriawati, dkk. Penerbit buku kedokteran ECG : Jakarta. Coyle, E, A & Prince, R, A. (2005). Urinary Tract Infection, in Dipiro J.T., et al, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6 th , Apleton & Lange, Stamford. Coyle, E, A & Prince, R, A. (2005). Urinary Tract Infections and Prostatitis, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, DiPiro, J.T., et al., (eds) McGraw-Hill Mudical Publishing Division. Craig, J, C., Knight, J, F. (1995). Effect of circumcision on incidence of urinary tract infection in preschool boys. Fakete, T. (2010). Urinary tract infection associated with urethral catheters. Hasibuan, H. (2007). Pola Kuman Pada Urin Penderita Yang Menggunakan Kateter Uretra Di Ruang Perawatan Intensif Dan Bangsal Bedah. Medan. Sub Departemen Bedah Urologi Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara: Medan. Jawetz, Melnick, & Adelberg. (2005). Mikrobiologi kedokteran edisi 23 alih bahasa bagian mikrobiologi FK Unair. Salemba Medika: Jakarta. Jawetz, Melnick, & Adelberg. (2008). Mikrobiologi kedokteran edisi 23 alih bahasa hartanto, huriawati, dkk. Penerbit buku kedokteran ECG : Jakarta. Krcmery, S., Dubrava, M. (1999). Fungal urinary tract infections in patients at risk. International of Antimicrobials agents. 11; 289 – 291.

38

39

Kumalawati, J. (1993). Diagnosis Bakteriologik Infeksi Saluran Kemih Dengan Biakan Urin. Lokakarya pemeriksan laboratorium klinik pada penyakit infeksi. Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCM. Jakarta. Nickel JC., Costerton J, W., McLean R, J., Olson, M. (1994).Bacterial biofilms: influence on the pathogenesis, diagnosis and treatment of urinary tract infections. Department of Urology, Queen's University, Kingston, Ontario, Canada. J Antimicrob Chemother;33 Suppl A:31-41. O'Donovan, D, J. (2010). Urinary tract infections in newborns. Epidemiology Urinary tract infection in newborn. Pappas, P, G. (1991). Laboratory in the diagnosis and management of urinary tract infections. Med Clin of North Am (75) :313-25. Paramita, L. (2006). Pola kepekaan bakteri penyebab infeksi saluran kemih terhadap beberapa antibiotika di laboratorium mikrobiologi fakultas kedokteran universitas gadjah mada. Fakultas kedokteran universitas gadjah mada. Yogyakarta. Pratiwi, SU. (2008). Pemanfaatan Mikroorganisme Sebagai Indikator Uji. Mikrobiologi Farmasi. Halaman : 188 – 191. Erlangga : Jakarta. Purnomo, B, Basuki. (2003). Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. Sagung Seto: Jakarta. Sacher, A, Ronald & McPherson, A, Richard. (2002). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Saepudin, Sulistiawan R,Y., Hanifah S,. (2006). Perbandingan penggunaan antibiotika pada pengobatan pasien infeksi saluran kemih yang menjalani rawat inap di salah satu RSUD di Yogyakarta tahun 2004 dan 2006. Yogyakarta. Samirah, Darwati, Windarwati, & Hardjoeno. (2006). Pola Dan Sensitivitas Kuman Di Penderita Infeksi Saluran Kemih (Bacterial Pattern And It’s Sensitivity In Patients Suffering From Urinary Tract Infection). Bagian Patologi Klinik Fk.Unhas/Rs Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Indonesian. Dimuat di Journal Of Clinical Pathology And Medical Laboratory, Vol. 12, No. 3, Juli 2006: 110-113. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/IJCPML-12-3-02.pdf. Schaeffer J, A. (2002). Infections of the urinary tract. Walsh PC. Campbell`s Urology Vol 1. 8th edition. WB Saunders Company ;533-553. Shortliffe, L, M. (2010). The management of urinary tract infections in children without urinary tract abnormalities. Ural Clin North Am ;22(1):67-73.

40

Stull, T, L & LiPuma J, J. (2010). Epidemiology and natural history of urinary tract infections in children. Med Clin North Am ;75(2):287-98. Sukandar, Enday. (2006). Infeksi saluran kemih, dalam buku Ilmu penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. PDSPD : Jakarta. Hal 553-557. Sukandar, Enday. (2009). Infeksi saluran kemih pasien dewasa, Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi V. PDSPD : Jakarta. hal 1008-1014. Sulistyaningsih. (2010). uji kepekaan beberapa sediaan antiseptik terhadap bakteri staphylococcus aureus dan staphylococcus aureus resisten metisilin (mrsa), laporan penelitian mandiri. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Tatag Istanto. (2006). Faktor Risiko, Pola Kuman Dan Tes Kepekaan Antibiotik Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih Di RS Dr. Kariadi Semarang Tahun 2004-2005, Proposal Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Tessy, A,. Ardaya & Suwanto. (2001). Infeksi Saluran Kemih, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Suyono, S. (ed). Balai Penerbit FKUI: Jakarta. Trelia Boe. (2004). Infeksi Saluran Kemih Dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara © 2004 Digitized By Usu Digital Library. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1142/1/fkgtrelia2.pdf. Welsh, A. (2007). Urinary tract infection in children diagnosis, treatment and long-term management. National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health. WHO. (2005). Urinary Tract Infections in Infants and Children in Developing Countries in the Context of IMCI. WHO: Department of Child and Adolescent Health and Development. Wilianti, P, Novi. (2009). Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Infeksi Saliran Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam Di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2008, Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Yulianto. (2009). Deteksi Infeksi Bakteri Gram Negatif Pada Saluran Kemih. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Zelikovic, I. (2010). Adelman RD, Nancarrow PA. Urinary tract infections in children. An update. West J Med; 157(5):554-61.

LAMPIRAN Tabel 5. Tabel Data Mentah Hasil Identifikasi Jamur dan Uji Sensitivitas

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Candida sp Candida sp Tidak tumbuh Candida sp Candida sp Candida sp Tidak tumbuh Candida sp Candida sp Candida sp Candida sp Tidak tumbuh Tidak tumbuh Candida sp Candida sp

1. Ketoconazole Interpretasi (R/S) Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif

16. 17. 18.

Candida sp Candida sp Candida sp

Sensitif Sensitif Sensitif

No

Identifikasi Jamur

2. Fluconazole Interpretasi (R/S) Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif

3. Itraconazole Interpretasi (R/S) Sensitif Sensitif Resisten Sensitif Sensitif Resisten Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif

4. Griseofulvin Interpretasi (R/S) Sensitif Resisten Resisten Sensitif Resisten Resisten Sensitif Sensitif Sensitif Sensitif Resisten

Sensitif Sensitif Sensitif

Sensitif Sensitif Sensitif

Sensitif Resisten Sensitif 41

42

19. 20. 21. 22.

Tidak tumbuh

Sensitif Sensitif -

Candida sp Candida sp Tidak tumbuh

Sensitif Sensitif -

Sensitif Sensitif -

Tabel 2. Interpretasi Uji Sensitivitas No 1. 2. 3. 4.

Antifungal Ketoconazole Fluconazole Itraconazole Griseofulvin

Kadar Hambat Minimal (µg/ml) < 0,125 < 32 < 0,125 < 0,75

Resisten Resisten -

Dengan hormat, Dalam rangka pelaksanaan penelitian tugas akhir pendidikan Sarjana strata 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, kami bermaksud mengadakan penelitian mengenai “Identifikasi Jenis Jamur dan Pola Kepekaanya Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta”. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon dan perkenanya untuk berpartisipasi dengan menjadi subjek penelitian kami dalam hal pengamilan sampel urin yang akan kami gunakan dalam penelitian. Kami sangat menghargai kesungguhan anda dalam mengikuti penelitian kami. Kerahasiaan identitas anda akan kami jamin berdasarkan etika penelitian. Demikian atas perkenan dan partisipasinya, kami mengucapkan terima kasih.

Hormat kami Ketua,

Waskitho Nugroho

43

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama

:

Umur

:

Alamat

:

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian “Identifikasi Jenis Jamur dan Pola Kepekaanya Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta”, maka saya bersedia mengikuti penelitian ini tanpa ada paksaan dari siapapun.

Yogyakarta, ……………..2011 Subjek Penelitian

………………………….

Ketua Peneliti,

………………………

Anggota

………………………

44

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF