i. Uji Skrining Fitokimia
December 14, 2018 | Author: Dhiya Luthfiyyah | Category: N/A
Short Description
UJI SKRINING...
Description
Laporan Praktikum Fitokimia I
guajava L) ASAL SKRINING FITOKIMIA DAUN JAMBU BIJI (P s idium guajava DESA SIMBANG KECAMATAN SIMBANG KABUPATEN MAROS
OLEH :
Nama
: Dhiya Luthfiyyah Lukman
Stambuk
: 15020150126
Kelompok
:1
Kelas
: C3
Asisten
: Nur Rezky Khairun Nisaa, S.Farm
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Program Studi Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia Makassar 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Skrining
fitokimia
merupakan
suatu
tahap
awal
untuk
mengidentifikasi kandungan suatu senyawa dalam simplisia atau tanaman yang akan diuji. Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, penyebarannya secara ilmiah serta fungsi biologinya. Tumbuhan yang ada di Indonesia sangatlah beraneka ragam, banyak dijadikan sebagai tanaman hias ada pula yang berpotensi dijadikan sebagai obat. Karena banyaknya tumbuhan di Indonesia bayak para peneliti untuk mencari tahu kandungan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan, dengan langkah awalnya yaitu metode skrining pada tumbuhan. Senyawa-senyawa
kimia
yang
merupakan
hasil
metabolisme
sekunder pada tumbuhan sangat beragam dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan senyawa bahan alam yaitu saponin, steroid, tanin, flavonoid dan alkaloid. Beragam upaya dilakukan dalam pencarian tumbuhan berkhasiat obat dimulai dari mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung di dalamnya
serta
bentuk
morfologi
dari
tumbuhan
tersebut
yang
memberikan ciri khas. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah, yaitu mengindentifikasi senyawa kimia yang terkandung pada tumbuhan atau sampel Hibiscus tiliaceus yaitu senyawa alkaloid, dioksiantrakuinon, tanin, saponin, steroid dan flavanoid.
C. Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum ini, adalah untuk melakukan uji skrining fitokimia terhadap sampel daun waru ( Hibiscus tiliaceus ) D. Tujuan Praktikum 1. Tujuan Umum Praktikum Mahasiswa mampu mengetahui dan melakukan cara skrining fitokimia pada daun waru ( Hibiscus tiliaceus ) dengan baik dan benar. 2. Tujuan Khusus Praktikum Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa golongan alkaloid, dioksiantrakuinon, tanin, saponin, dan flavanoid dari daun waru
(
Hibiscus tiliaceus ). E. Manfaat Praktikum 1. Manfaat Teoristis Hasil praktikum ini diharapkan mampu membantu kita lebih memahami tentang uji skrining pada daun waru ( Hibiscus tiliaceus ). 2. Manfaat praktis Dari praktikum ini, praktikum diharapkan dapat mengetahui kandungan golongan senyawa pada daun waru ( Hibiscus tiliaceus ).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman a. Klasifikasi Tanaman Tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut (Integrated Taxonomic Information System, 2017) : Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Sub Divisio
: Spermatophytina
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Malvales
Familia
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Spesies
: Hibiscus tiliaceus
b. Morfologi Tanaman Tumbuhan tropis berbatang sedang, terutama tumbuh di pantai yang tidak berawa atau didekat pesisir. Waru tumbuh liar di hutan dan di ladang, kadang-kadang ditanam di pekarangan atau di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Pada tanah yang subur batangnya lurus, tetapi pada tanah yang tidak subur batangnya tumbuh membengkok, peracabangan dan daun-daunnya lebih lebar. Pohon, tinggi 5-15 m. Batang berkayu, bulat bercabang, warna cokelat. Daun bertangkai, tunggal berbentuk jantung atau bundar telur, diameter sekitar 19 cm. Pertulangan menjari, warnanya hijau, bagian bawah berambut abu-abu rapat. Bunga berdiri sendiri atau 2-5 dalam tandan, bertaju 8-11 buah, berwarna kuning dengan noda ungu pada pangkal bagian dalam, berubah menjadi kuning merah dan akhirnya menjadi kemerahmerahan. Buah bulat telur, berambut lebat, beruang lima, panjang sekitar 3 cm, berwarna cokelat. Biji kecil, berwarna cokelat muda.
Daun mudanya biasanya dimakan sebagai sayuran. Kulit kayu berserat, biasanya digunakan untuk membuat tali. Waru dapat diperbanyak dengan biji (Setiawan,2000). c. Nama Lain Sumatera: kioko, siron, baru, buluh, bou, tobe, baru, beruk, melanding. Jawa: waru, waru laut, waru lot, waru lenga, waru lengis, waru lisah, waru rangkang, wande, baru. Nusa Tenggara: baru, waru, wau, kabaru, bau, fau. Sulawesi: balebirang, bahu, molowahu, lamogu, molowagu, baru, waru. Maluku: war, papatale, haru, palu, faru, haaro, fanu, halu, balo, kalo, pa. Irian jaya: kasyanaf, iwal, wakati. Nama Simplisia : Hibisci tiliaceus Folium (daun waru), Hibisci tiliaceus Flos (bunga waru) (Setiawan,2000). d. Kandungan Kimia Kandungan
kimia
daun
dan
akar
waru
adalah saponin dan
flavonoid. Disamping itu, daun waru juga paling sedikit mengandung lima senyawa fenol, sedang akar waru mengandung tannin (Setiawa, 2000) e. Khasiat Tanaman Daun berkhasiat antiradang, antitoksik, peluruh dahak dan peluruh kencing. Akar
berhasiat
sebagai
penurun
panas
dan
peluruh
haid
(Setiawan,2000). B. Uraian Senyawa Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat pada tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dn aglikon flavonoid. Dalam menganalisis flavonoid yang diperiksa adalah aglikon dalam ekstrak tumbuhan yang sudah terhidrolisis. Proses ekstraksi senyawa ini dilakukan dengan etanol mendidih untuk menghindari oksidasi enzim (Harbone, 1987). Alkaloid merupakan senyawa bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya berwarna, kebanyakan berbentuk kristal
tapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar. Sebagai basa alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut alcohol atau etanol yang bersifat asam lemah. Kemudian diendapkan dengan ammonia pekat (Simbala, 2009). Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh. Secara kimia terdapat dua jenis tannin, yaitu tannin terkondensasi hamper semua terdapat didalam paku –pakuan, tersebar luas dalam angiospermae terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terhidrolisis, penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Harbone, 1987). Saponin
adalah
glikosida
triterpenoid
dan
sterol.
Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya dalam membentuk busa dan menghomolisis darah (Harbone, 1987). Steroid adalah senyawa yang kerangka karbonilnya berasal dari enam satuan isoprene. Senyawa berstruktur siklik, kebanyakan berupa alcohol, aldehid, atau asam karboksilat. Umumnya berupa senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan optic aktif. Uji yang banyak dilakukan adalah reaksi Lieberman Buchard, steroid merupakan senyawa triterpen yang terdapat dalam bentuk glikosida (Harbone, 1987). C. Uraian Skirining Fitokimia Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristianti dkk., 2008).
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawasenyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasikan dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder (Harbone, 1987). Penapisan kimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan. Pemeriksaan dilakukan pada senyawa metabolit sekunde yang memiliki khasiat bagi kesehatan seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, tannin, dan saponin (Harborne, 1987). Pendekatan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji), terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif yaitu alkaloida, antrakuinon, flavonoida, glikosida jantung, saponin (steroid dan hiterpenoid), tannin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), iridoid, dan sebagainya. Dengan tujuan pendekatan skrining fitokimia adalah untuk mensurvei tumbuhan untuk mendaoatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan (Robinson, 1995).
BAB III METODE PRAKTIKUM A. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu aluminium foil, batang pengaduk, cawan porselin, kertas saring, pipet tetes, rak tabung, sendok tanduk,tabung reaksi dan penangas air 2. Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Asam Klorida 2 N, etanol KOH 10%, FeCl3, HCl pekat, HCl 0,5 N, Metanol, pereaksi Bauchardat, pereaksi Dragendorf, pereaksi Mayer, dan pereaksi Lieberman – burchard. B. Prosedur Kerja 1. Reaksi Identifikasi Golongan Tanin Reaksi identifikasi terhadap katekol dan pirogalotanin Masukan sampel dalam tabung reaksi, diteteskan FeCl 3 1 N (1 – 5 tetes) amati perubahan warna. Warna hijau positif katekol dan warna biru positif pirogalotanin. 2. Reaksi Identifikasi Golongan Dioksiantrakinon Sedikit serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditetesi dengan KOH 10% P b/v dalam etanol 95% p, jika mengandung dioksiantrakinon akan menghasilkan warna merah. 3. Reaksi Identifikasi Golongan Alkaloid Dibuat ekstrak metanol kemudian masing masing dimasukkan ekstrak dan larutan HCl O,5 N. Pada tabung pertama diteteskan pereaksi mayer, tabung kedua di tetesakan pereaksi dragendorft, dan tabung ketiga diteteskan pereaksi bauchardat, amati perubahan warna dari setiap tabung.
4. Reaksi Identifikasi Golongan Saponin Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudiandi kocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk buih, lalu ditambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang. 5. Reaksi Identifikasi Golongan Flavanoid Serbuk ditambahkan FeCl3 dan HCl P, jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
BAB V KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan Dari praktikum skrining fitokimia pada sampel daun waru (Hibiscus tiliaceus) maka dapat disimpulkan bahwa daun waru positif (+) mengandung senyawa tanin (Katekol), dioksianrakinon, flavonoid dan saponin sedangkan untuk senyawa-senyawa yang lainnya seperti Tanin (Pirogalotanin) , akaloid, dan steroid hasilnya negatif (-) B. Saran
Semoga bahan - bahan yang lain kedepanya sudah ada agar dapat mengindetifikasi senyawa kimia tumbuhan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2017. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia 1. Makassar: Fakultas Farmasi Universitas muslim Indonesia. Integrated Taxonomic Information System. 2017. Justicia gendarusa.. Dalimarta Setiawan, 2000. Atlas Tumbuhan Obat indonesia Jilid 2. Trubus Agriwijaya : Jakarta Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun cara modern menganalisa tumbuhan. Terbitan Kedua. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.ITB : Bandung Simbala, Herny. E.i., 2009. Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka. Pacific Journal Kristianti, A. N, N. S. dkk. 2008. “Buku Ajar Fitokimia”. Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas Airlangga.: Surabaya. Robinson. 1995. “Kandungan Organic Tumbuhan Tinggi “. ITB Press : Bandung
View more...
Comments