I-7 Sampling Penerimaan_rida
May 3, 2018 | Author: Fauzan End | Category: N/A
Short Description
Download I-7 Sampling Penerimaan_rida...
Description
Acceptance Sampling Sampling for Attributes
Ilustrasi
Vendor
1
Pendahuluan(1) • Pada
umumnya terdapat tiga cara untuk menentukan keputusan terhadap lot, yaitu: 1. Lo Lott dit diter erim ima a tan tanpa pa di dila laku kuka kan n insp inspek eksi si sam sama a sekali 2. Me Meng ngad ada aka kan n in insspek eksi si 100 00% % 3. De Deng nga an sa sam mpe pell pe pene neri rim maa aan n
Acceptance penerimaan sampel ( Acceptance • Rencana Sampling Plans ) adalah prosedur yang digunakan
dalam mengambil keputusan terhadap produkproduk yang dihasilkan perusahaan. 2
Pendahuluan(2) Bukan merupakan alat pengendalian kualitas, namun alat untuk memeriksa apakah produk yang dihasilkan
tersebut telah memenuhi spesifikasi. Acceptance sampling digunakan karena alasan : Dengan pengujian dapat merusak produk. Biaya inspeksi yang tinggi. 100 % inspeksi memerlukan waktu yang lama, dll. Acceptance sampling dapat dilakukan : selama inspeksi bahan baku /komponen Pada saat perakitan, atau pada berbagai fase dalam proses operasi, atau Selama inspeksi produk akhir 3
Pendahuluan(3) dapat dilakukan sebagai suatu bentuk dari inspeksi:
Acceptance sampling
Antara perusahaan dengan pemasok Antara pembuat konsumen
produk
dengan
Antar divisi dalam perusahaan
4
Keunggulan dan Kelemahan Acceptance Sampling(1) •
Keunggulan Biaya
lebih murah. Meminimalkan kerusakan. Mengurangi kesalahan dalam inspeksi. Melibatkan sedikit personil dalam aktivitas inspeksi. Dapat digunakan pada pengujian yang sifatnya dapat merusak produk. Dapat memotivasi pemasok bila ada penolakan bahan baku.
5
Keunggulan dan Kelemahan Acceptance Sampling(1) •
Kelemahan
adanya
resiko penerimaan produk cacat atau penolakan produk baik membutuhkan perencanaan dan pendokumentasian prosedur pengambilan sampel. Tidak adanya jaminan mengenai sejumlah produk tertentu yang akan memenuhi spesifikasi. informasi mengenai produk atau Sedikitnya mengenai prosesnya.
6
Jenis Pengujian 1. Peng Penguj ujia ian n sebe sebelu lum m peng pengir irim iman an pro produ duk k akhir ke konsumen. Pengujian dilakukan oleh produsen disebut
the producer outgoing.
test
the
lot
for
2. Penguj Pengujian ian setela setelah h pengir pengirima iman n prod produk uk akhir akhir ke konsumen. Pengujian dilakukan oleh konsumen disebut the consumer test the lot for
incoming quality.
7
Jenis Data Acceptance sampling, dapat dilakukan untuk : data atribut
dilakukan apabila inspeksi mengklasifikasikan produk sebagai produk yang baik dan produk yang cacat, tanpa ada pengklasifikasian tingkat kesalahan atau cacat produk data variabel
karakteristik kualitas ditunjukkan dalam setiap sampel, sehingga dilakukan penghitungan rata-rata sampel dan penyimpangan/ standar deviasi sampel. Apabila rata-rata sampel berada diluar jangkauan penerimaan, maka produk akan ditolak 8
Teknik Pengambilan Sampel(1) 1. Sa Samp mpel el Tung Tungga gall (single sampling ) Satu sampel diambil dari lot dan diputuskan untuk menerima atau menolak lot dasarkan hasil inspeksi sampel tersebut. Didefinisikan, ukuran lot N , ukuran sampel n dan jumlah penerimaan c . Contoh: N = 9000 n = 300 c=2 artinya: lot dengan ukuran 9000 unit, harus diinspeksi sebanyak 300 unit.
Jika dari 300 unit tersebut terdapat dua unit atau kurang yang tidak sesuai, maka lot tersebut diterima.
Jika dari 300 unit tersebut terdapat tiga unit atau lebih yang tidak 9 sesuai, maka lot tersebut ditolak
Teknik Pengambilan Sampel(2) 2. Sampel Ganda (double sampling) Pada rencana sampel ganda, keputusan terhadap hasil inspeksi dapat berupa: a. Menerima lo lot b. Menolak lot c. Meng Mengam ambi bill samp sampel el beri beriku kutn tnya ya Kualitas bagus
Lot diterima
Sampel kedua Tidak diperlukan
Kualitas buruk
Lot ditolak
Sampel kedua Tidak diperlukan
Jika tingkat kualitas tidak terlalu baik atau tidak terlalu buruk, maka diambil sampel kedua 10
Teknik Pengambilan Sampel(3) Rencana sampel ganda didefinisikan sebagai berikut: N = ukuran lot n 1 = ukuran sampel pada sampel pertama c 1 = jumlah penerimaan pada sampel pertama r 1 = jumlah penolakan untuk sampel pertama n 2 = ukuran sampel pada sampel kedua c 2 = jumlah penerimaan untuk sampel pertama dan kedua r 2 = jumlah penolakan untuk sampel pertama dan kedua 11
Teknik Pengambilan Sampel(4) Contoh N =
9000
n1
= 60
n2 =
9000 unit
60
150
c 1
=1
c 2 =
r 1
6
=5
r 2 =
1 unit tidak sesuai
7
9000 unit DITERIMA
5 unit tidak sesuai
9000 unit DITOLAK
2, 3, 4 unit tidak sesuai 9000 unit
Sampel kedua
150
12
Sampel kedua
9000 unit
150
Teknik Pengambilan Sampel(5) 6 unit tidak sesuai
(c1 + c2)
9000 unit DITERIMA
2 atau 3 atau 4 unit dari sampel 1 Sisanya dari sampel 2
7 unit tidak sesuai
(r1 + r2) 2 atau 3 atau 4 unit dari sampel 1 Sisanya dari sampel 2
9000 unit DITOLAK
13
Teknik Pengambilan Sampel(6) 3. Sa Samp mpel el sampling)
Bany Banyak ak
(multiple
double Merupakan kelanjutan dari sampling , dengan melibatkan tiga, empat, lima sampel atau lebih. Rencana sampling banyak berdasarkan ANSI/ASQ Z1.4 menggunakan sampai 7 sampel. Ukuran sampel lebih kecil dibandingkan dengan sampel ganda. 14
Teknik Pengambilan Sampel(7) 4. Sam Sampel pel ber beru uru ruttan (sequential sampling ) Sampel diperiksa satu per satu, dilakukan pencatatan secara kumulatif. Keputusan lot diterima atau ditolak segera setelah didapatkan fakta kumulatif yang cukup. Hasil diputuskan setelah jumlah yang diinspeksi sama dengan jumlah tiga kali pemeriksaan pada single sampling . 15
Syarat Sampel Syarat pengambilan produk sebagai sampel, yaitu: Produk harus homogen (berasal dari mesin yang sama, menggunakan karyawan yang sama dalam proses pembuatan, menggunakan input yang sama, dst) Produk yang diambil sebagai sampel harus sebanyak mungkin Pengambilan sampel dilakukan secara acak, sehingga semua produk yang ada, mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel
16
Indeks Kualitas(1) Ada beberapa indeks kualitas yang dapat digunakan dalam Acceptance Acceptance Sampling , yaitu Acceptance Acceptance Quality Level 1.AQL kualitas menurut produsen –
–
tingkat
merupakan proporsi maksimum dari cacat atau kesalahan yang diperbolehkan merupakan persentase maksimum ketidaksesuaian atau banyaknya ketidaksesuaian maksimum setiap 100 unit produk
17
Indeks Kualitas(2) Produsen menginginkan semua produk yang baik dapat diterima, sehingga meminimalkan risiko produsen. Risiko produsen adalah risiko yang diterima produsen karena menolak produk yang baik dalam inspeksinya () Dengan kata lain, produsen menginginkan probabilitas penerimaan (Pa) dekat dengan 1. Probabilitas kesalahan tipe I (risiko produsen) = = 1-Pa, biasanya hanya sekitar 0.05 atau 0.01 dengan nilai AQL mendekati 0 18
Indeks Kualitas(3) Limiting Quality Level 2. LQL menurut konsumen –
–
tingkat kualitas
Merupakan kualitas ketidakpuasan atau merupakan tingkat penolakan, probabilitas penerimaan LQL harus rendah. Probabilitas tersebut dikenal dengan konsumen () atau kesalahan tipe II
risiko
Risiko konsumen adalah risiko yang dialami konsumen karena terpaksa menerima produk yang cacat atau yang tidak sesuai.
19
Indeks Kualitas(4) Risiko konsumen merupakan probabilitas akan menerima produk pada tingkat LQL. Probabilitas kesalahan tipe II = , menunjukkan probabilitas penerimaan konsumen terhadap produk cacat. LQL sering disebut dengan LTPD – lot tolerance percent defective atau RQL – rejectable quality level
20
Indeks Kualitas(5) 3.
Indifference Quality Level IQL kualitas diantara AQL dan LQL –
–
tingkat
Diartikan sebagai tingkat kualitas pada probabilitas penerimaan 0,5 untuk rencana sampel tertentu. Menekankan pada pemasok internal dan eksternal bahwa semua produk yang diserahkan untuk diinspeksi diharapkan dapat memenuhi spesifikasi
21
Indeks Kualitas(6) Quality Level 4.AOQL Average Outgoing Quality –
Suatu perkiraan hubungan yang berada diantara bagian kesalahan pada produk sebelum inspeksi (incoming quality ) atau p dari bagian sisa kesalahan setelah inspeksi (outgoing quality ) Apabila incoming quality baik, maka outgoing quality juga harus baik. Sebaliknya, bila incoming quality buruk, maka outgoing quality akan tetap baik (dengan asumsi tidak ada kesalahan dalam inspeksi) buruk, Incoming quality sangat baik atau sangat outgoing quality akan cenderung baik. Diantara kedua
titik tersebut terdapat suatu titik dimana persentase kesalahan dari produk yang selesai dibuat (outgoing material) akan maksimum 22
Operatting Cha Opera C hara rac cteri ris s tic (OC OC)) Curve(1) Single Sampling OC curve merupakan teknik evaluasi. Teknik ini digunakan untuk mengetahui probabilitas lot yang mengandung unit-unit yang tidak sesuai (nonconforming ) dapat diterima. Langkah-langkah pembuatan OC curve 1. Asumsikan ni nilai P 0 (P 0 = percent nonconforming ) 2. Hitung nilai np 0 3. Dapatkan nilai P a (P a = persentase lot diterima) dari tabel poisson dengan menggunakan nilai c dan np 0 4. Plot Plot titi titikk-ti titi tikk (ant (antar ara a nil nilai ai 100 100P 0 dan 100 P a) 5. Ulan Ulang g lan langk gkah ah 1-4 1-4 hing hingga ga dipe dipero role leh h kur kurva va 23
Operating Characteristic (OC OC)) Curv urve e(2) Contoh: N = 3000 n = 89 c = 2 Stage 1: 1. diasumsikan 10 100 P 0 = 1% 2. Nilai np 0 = (89)(0.01) = 0.9 3. Liha Lihatt tab tabel el poiss oisson on untu untukk c = 2 dan dan np 0 = 0.9, maka diperoleh nilai P a = 0.938 Stage 2: 1. diasumsikan 10 100 P 0 = 2% 2. Nilai np 0 = (89)(0.02) = 1.8 3. Liha Lihatt tab tabel el pois oisson son unt untuk uk c = 2 da dan np 0 = 1.8, maka diperoleh nilai P a = 0.731 24
25
Operating Characteristic (OC OC)) Curv urve e(3) Dengan perhitungan yang sama, maka akan diperoleh tabel sebagai berikut:
26
Operating Characteristic (OC OC)) Curv urve e(4) Berdasarkan tabel yang telah terbentuk, maka dapat dibuat OC curve sebagai berikut: Jika pada persoalan tersebut diperoleh persen nonconforming sebesar 2.3%, maka dengan menggunakan kurva OC diperoleh persen penerimaan sebesar 66%. Jika pada persoalan tersebut terdapat 55 lot maka, 55 lot x 66% = 36 lot akan diterima, dan 55 lot – 36 lot = 19 lot akan ditolak
Gambar 1. Kurva OC untuk sampel tunggal N = 3000, n = 89 dan c = 2
27
Pengaruh n dan c pada Kurva OC(1) Gambar 2 memperlihatkan bentuk kurva OC yang ideal. Pada P a = 1.0, kurva akan membentuk garis horizontal, sampai ditemukan lot yang “buruk ”, ”, maka akan membentuk garis vertikal, hingga P a = 0, dan akan membetuk garis horizontal kembali bila tingkat penolakan terus meningkat
Gambar 2. Kurva OC ideal
28
Pengaruh n dan c pada Kurva OC(2) Pada prakteknya kurva OC yang ideal, sulit ditemukan, secara teori hal tersebut dapat direalisasikan dengan melakukan inspeksi 100% (jika inspeksi tersebut bebas dari kesalahan (error free )). )). Pada gambar 3 kurva OC mendekati bentuk idealnya, seiring dengan penambahan ukuran sampel (nilai c proporsional dengan nilai n ). ).
Gambar 3. Kurva OC dengan ukuran sampel berbeda
29
Pengaruh n dan c pada Kurva OC(3) Perbedaan lot yang diterima dan lot yang ditolak bertambah sesuai dengan pertambahan ukuran sampel. Semakin besar slop pada kurva OC maka, semakin besar pula perbedaan antara sample yang diterima dan sampel yang ditolak. Pada gambar 4 kurva OC, berubah seiring perubahan nilai c. semakin kecil nilai c maka, kurva akan bergeser ke kiri
Gambar 4. Kurva OC dengan perubahan jumlah yang diterima
30
Relax Time……
DSI Assembly
TF Molds O- Flex Quality
Toyota 31
Rectifying Inspe Ins pec ctio ion n
(1)
Pada program penerimaan sampel biasanya terdapat tindakan perbaikan untuk lot yang ditolak. Biasanya dilakukan inspeksi 100% terhadap lot yang ditolak. Unit-unit yang ditemukan memiliki ketidaksesuaian spesifikasi akan dikembalikan ke vendor, atau dilakukan pengerjaan ulang (rework ) atau diganti dengan persediaan yang bagus, kegiatan ini disebut Rectifying Inspection Program (mengkoreksi hasil inspeksi). 32
Rectifying Inspe Ins pec ctio ion n
(2)
Kegiatan inspeksi akan mempengaruhi tingkat kualitas pada outgoing produksi. Rectifying Inspection Program digunakan untuk mengetahui
rata-rata tingkat kualitas pada kegiatan manufaktur.
Fraction Defective = P 0
Outgoing lots Fraction Defective = P0 + 0
Incoming lots Fraction Defective = P 0
Inspection
Screening Average = P 1 P1 < P0 Fraction Defective = 0
33
A ve vera rage ge Outgoi Outgoing ng Qua Quallity
(1)
Average Outgoing Quality (AOQ) merupakan salah
satu teknik evaluasi untuk memperbaiki perencanaan pengambilan sampel. Untuk membuat kurva AOQ dapat digunakan tabel kurva OC dengan menambahkan kolom AOQ. Pada AOQ diasumsikan bahwa lot yang ditolak akan diperbaiki atau ditukar dengan unit yang 100% bagus AOQ diformulasikan sebagai berikut:
AOQ = (100p0)(pa) 34
A ve vera rage ge Outgoi Outgoing ng Qua Quallity
(2)
Contoh: Menggunakan contoh yang sama dengan contoh soal pada kurva OC, maka diperoleh tabel berikut ini:
35
A ve vera rage ge Outgoi Outgoing ng Qua Quallity
(3)
Berdasarkan tabel sebelumnya diperoleh kurva AOQ sebagai berikut:
Gambar 5.
36
A ve vera rage ge Outgoi Outgoing ng Qua Quallity
(4)
Analisis kurva: Ketika incoming quality memiliki persentase nonconforming sebesar 2%, maka persentase nonconforming pada AOQ sebesar 1.46%. Ketika incoming quality memiliki persentase sebesar 6%, maka persentase nonconforming nonconforming pada AOQ sebesar 0.64% Hal tersebut karena dilakukan perbaikan pada lot yang ditolak, sehingga nilai AOQ selalu lebih baik dari incoming quality .
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh suatu batasan maksimum yang menunjukkan kemungkinan terburuk ratarata kualitas yang dihasilkan, titik tersebut disebut Average Outgoing Quality Limit (AOQL) 37
A ve vera rage ge Total Ins Inspe pec ction
(1)
Average Total Inspection (ATI) juga merupakan salah satu teknik evaluasi untuk rencana pengambilan sampel. ATI menunjukkan banyaknya unit yang diinspeksi oleh konsumen dan produsen. Teknik ini mengasumsikan bahwa lot dikoreksi, akan diinspeksi 100%.
yang
38
A ve vera rage ge Total Ins Inspe pec ction
(2)
Jika lot yang datang tidak mengandung unit-unit yang cacat, maka tidak akan ada lot yang ditolak, sehingga jumlah inspeksi untuk setiap seti ap lot sebanyak ukuran sampel sampe l n . Jika seluruh unit cacat, maka lot yang datang akan diinspeksi 100% dan jumlah unit yang akan diperiksa sebanyak ukuran lot N . Jika kualitas lot berada pada 0 < P < 1, maka rata-rata jumlah unit yang diinspeksi diinsp eksi akan bervariasi be rvariasi antara n hingga N . Formulasi ATI untuk single sampling
ATI A TI = n + (1 - P a)(N – – n)
39
A ve vera rage ge Total Ins Inspe pec ction
(3)
Contoh: Buatlah kurva ATI untuk sampel tunggal dengan N = 3000 n = 89 c = 2
Lakukanlah perhitungan ATI untuk nilai p 0 yang lain, sehingga diperoleh kurva sebagai berikut:
Asumsikan p 0 = 0.02 Berdasarkan kurva OC diperoleh P a = 0.731 Maka, ATI = n + (1 – P a )(N – n ) = 89 + (1 – 0.731)(3000 – 89) = 872 Gambar 7. Kurva ATI untuk N = 3000 n = 89 c = 2 40
A ve vera rage ge Total Ins Inspe pec ction
(1)
Berdasarkan kurva, ketika kualitas proses mendekati 0% untuk nonconforming , maka rata-rata jumlah yang diinspeksi mendekati ukuran sampel n . ketika kualitas proses sangat buruk, misalnya, 9% nonconcorming , maka akan banyak lot yang akan ditolak. Bentuk kurva ATI akan membentuk asimtot. asimtot. Ketika persentasi nonconforming meningkat, kurva akan didominasi oleh jumlah yang diinspeksi produsen.
41
Military Standars 105E (ANSI/ASQC Z1.4/ISO 2859) (1) Prosedur standar pengambilan sampel untuk atribut dikembangkan selama perang dunia II. Military Standard 105E merupakan sistem pennerimaan sampel untuk atribut yang paling banyak digunakan. Military Standard 105E diturunkan menjadi standar sipil ANSI/ASQC Z1.4, standar tersebut kemudian diadopsi oleh International Organization for Standardization sebagai ISO 2859 42
Military Standars 105E (ANSI/ASQC Z1.4/ISO 2859) (2) Standar tesebut memiliki pengambilan sampel, yaitu:
tiga
tipe
Sampel tunggal Sampel ganda Sampel banyak
Semua tipe memiliki persyaratan tersendiri dalam pengambilan sampel tergantung pada kondisi inspeksi normal, inspeksi ketat atau inspeksi longgar 43
Military Standars 105E (ANSI/ASQC Z1.4/ISO 2859) (3) Inspeksi Normal Inspeksi Ketat Inspeksi Longgar
Aktivitas inspeksi awal Kualitas lot sebelumnya memburuk Kualitas lot sebelumnya baik
44
Military Standars 105E (ANSI/ASQC Z1.4/ISO 2859) (4) Pada inspeksi ketat, penerimaan lot lebih ketat dibandingkan inspeksi normal, sehingga ukuran sampel lebih banyak. Ukuran sampel pada inspeksi longgar lebih sedikit dibandingkan pada inspeksi normal. Rentang AQL yang digunakan pada standar militer ini adalah 0.10% - 10% Nilai AQL umumnya ditetapkan oleh bagian yang berwenang dalam penetapan penerimaan sampel. 45
Military Standars 105E (ANSI/ASQC Z1.4/ISO 2859) (5) Ukuran sampel yang digunakan ditetapkan berdasarkan ukuran lot dan pemilihan level inspeksi. Terdapat tiga level inspeksi yaitu: Level I: besar ukuran sampel sekitar satu-setengah dari jumlah inspeksi level level II. Level II: dirancang sebagai kondisi normal. Level III: besar ukuran sampel sekitar dua kali dari jumlah inspeksi level level II.
Selain itu terdapat empat level untuk inspeksi khusus, yaitu S-1, S-2, S-3 dan S-4. Inspeksi khusus digunakan untuk sampel yang sangat sedikit. 46
Perubahan Kondisi Inspeksi(1) Prosedur perubahan inspeksi antara normal, ketat dan longgar adalah sebagai berikut: 1. Normal Ketat Bila terdapat dua dari lima lot ditolak 2. Ketat Normal Bila lima lot yang diinspeksi seluruhnya diterima
47
Perubahan Kondisi Inspeksi(2) 3. Normal Longgar terdapat empat kondisi yang memengaruhi perubahan, yaitu: a. Terdap Terdapat at 10 lot lot yang yang diins diinspe peksi ksi dan dan dari dari kesel keseluru uruhan hannya nya tidak ditemukan cacat. b. Jumlah Jumlah unit unit yang yang cacat cacat dari dari 10 10 lot lot yang yang diinsp diinspeks eksii kuran kurang g dari atau sama dengan batas yang diperkenankan menurut standar. c. Produk Produksi si berada berada pada pada kece kecepat patan an yang yang stabi stabil, l, tidak tidak terjad terjadii kerusakan mesin, kekurangan material, atau permasalahan yang lainnya. d. Adanya Adanya kepu keputus tusan an dari dari bagian bagian yang yang bert bertang anggun gung g jawab jawab untuk merubah kondisi inspeksi. 48
Perubahan Kondisi Inspeksi(3) 4. Longgar Normal terdapat empat perubahan, yaitu: a. b. c. d.
kondisi
yang
memengaruhi
Terd Terdap apat at sebu sebuah ah lot lot a bat batch ch yang yang dito ditola lak. k. Tida Tidakk ada ada kepu keputu tusa san n atas atas lot lot yan yang g dii diins nspe peks ksii (dit (diteri erima ma atau ditolak) Terj Terjad adii perm permas asal alah ahan an di bagi bagian an prod produk uksi si.. Terd Terdap apat at kond kondis isii-ko kond ndis isii yang yang meng mengha haru rusk skan an dilakukannya inspeksi normal.
5. Hentikan inspeksi Bila dilakukan inspeksi ketat terhadap 10 lot berturut-turut. 49
START Production steady • 10 consecutive lots accepted • Approved by responsible authority •
Lot rejected • Irregular production • A lot lot meets neither the accept nor the rejected criteria • Other condition warrant return to normal inspection
2 out of 5 consecutive lots rejected
•
5 consecutive lots accepted
10 consecutive lots remain on tightened inspection
Discontinue inspection 50
(1) Prosedur (1)
Prosedur penggunaan MIL STD 105E adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Tetapkan AQL Teta etapkan leve levell inspeksi eksi Tetapkan uk ukuran lo lot Temu Temuka kan n kod kode e untu untukk ukur ukuran an samp sampel el deng dengan an menggunakan tabel kode 5. Tetapk Tetapkan an tipe tipe pen penga gamb mbila ilan n sampl sampling ing yang yang digun digunaka akan n (single, double, multiple) 6. Guna Gunaka kan n tabe tabell untu untukk mene menemu muka kan n tipe tipe yan yang g akan akan digunakan. 7. Teta Tetapk pkan an kond kondis isii insp inspek eksi si yan yang g dig digun unak akan an 51
(2) Prosedur (2)
Contoh Sebuah lot dengan ukuran 2000 unit, akan dilakukan inspeksi tunggal, memiliki level kualitas 0.65% dengan level inspeksi III. Tetapkanlah ukuran sampel dan jumlah penerimaan pada kondisi inspeksi normal, ketat dan longgar. Jawab: Tetapkan Kode huruf dengan menggunakan tabel 1. Berdasarkan ukuran lot 2000 dan level inspeksi III, maka diperoleh kode huruf L 52
Tabel 1
53
(3) Prosedur (3)
• NORMAL
Berdasarkan kode huruf dan nilai AQL (L dan 0.65), maka dapat ditetapkan ukuran sampel dan jumlah penerimaan dan penolakan. Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil sebagai berikut: n = 200 c = 3 r = 4 2000 unit
200
3 unit tidak sesuai
2000 unit DITERIMA
4 unit tidak sesuai
2000 unit
54
Tabel 2
55
(4) Prosedur (4)
• KETAT
Berdasarkan kode huruf dan nilai AQL (L dan 0.65), maka dapat ditetapkan ukuran sampel dan jumlah penerimaan dan penolakan. Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil sebagai berikut: n = 200 c = 2 r = 3 2000 unit
200
2 unit tidak sesuai
2000 unit DITERIMA
3 unit tidak sesuai
2000 unit
56
Tabel 3
57
(4) Prosedur (4)
• LONGGAR
Berdasarkan kode huruf dan nilai AQL (L dan 0.65), maka dapat ditetapkan ukuran sampel dan jumlah penerimaan dan penolakan. Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil sebagai berikut: n = 80 c = 1 r = 4 2000 unit
80
1 unit tidak sesuai
2000 unit DITERIMA
4 unit tidak sesuai
2000 unit
58
2000 unit
80
2 atau 3 unit tidak sesuai
2000 unit DITERIMA
Inspeksi berikutnya pindah ke kondisi NORMAL
59
Tabel 4
60
Double Sampling Plans • Adalah prosedur yang dalam keadaan tertentu, sampel
kedua diperlukan sebelum lot dapat divonis
Apabila keputusannya jelas, jelas, • Ambil sampel yang pertama. Apabila diterima atau ditolak, maka proses pengambilan dan pengujian sampel berhenti.
• Ambil tidak tidak jelas keputusannya, maka ambil ambil sampel yang
kedua tanpa ada pengembalian atau perbaikan dari sampel pertama.
digambarkan dalam bentuk bentuk skema, tampak • Apabila digambarkan seperti gambar berikut:
Double Sampling Plans Parameter double sampling plan yang digunakan adalah n1, c1, n2 dan c2
Ambil n1 Temukan d1
d1 c1 TERIMA lot tanpa harus memeriksa n2
d1 c2 c1 c2
Tolak Lot
Contoh Double Sampling Plans N= 5000 unit n1= 40 unit c1= 1 unit r1 = 4 unit Dimana: N
n2= 60 unit c2= 5 unit r2= 6 unit
jumlah unit yang dihasilkan
n1
sampel pertama yang diambil
n2
sampel kedua yang diambil tanpa ada pengembalian dari sampel pertama
c1
bilangan penerimaan dari sampel pertama
c2
bilangan penerimaan dari kedua sampel (sampel pertama dan kedua)
r1
bilangan penolakan dari sampel pertama
r2
bilangan penolakan dari kedua sampel (sampel pertama dan kedua)
Interpretasi data N= 5000 unit n1= 40 unit c1= 1 unit r1 = 4 unit
n2= 60 unit c2= 5 unit r2= 6 unit
Bila ditemukan produk cacat dari sampel pertama banyaknya satu atau kurang, maka sampel pertama diterima, yang berarti seluruh unit produk yang dihasilkan juga diterima Bila banyaknya produk cacat pada sampel pertama minimal empat, maka sampel tersebut ditolak, yang berarti seluruh unit yang dihasilkan juga ditolak Apabila banyaknya produk cacat pada sampel pertama antara dua sampai tiga (dua dan tiga, ), maka timbul keraguan dari pihak penguji, apakah produk tersebut tergolong baik atau jelek. Oleh karena itu diambil sampel yang kedua
Interpretasi data (lanjutan) N= 5000 unit n1= 40 unit c1= 1 unit r1 = 4 unit
n2= 60 unit c2= 5 unit r2=6 unit
Setelah mengambil sampel kedua …… Bila ditemukan jumlah produk cacat dari sampel pertama dan sampel kedua adalah lima atau kurang, maka sampel diterima, yang berarti seluruh unit produk yang dihasilkan juga diterima
Bila jumlah produk cacat dari sampel pertama dan sampel kedua adalah enam atau lebih, maka sampel tersebut ditolak, yang berarti seluruh unit yang dihasilkan juga ditolak
Probabilitas penerimaan (Pa) Maka Pa nya bila proporsi kesalahan(p)= 1% adalah Pa I = P[d 1;np=40(0.01)=0.4] 1;np=40(0.01)=0.4] = 0.938 (lihat tabel G ) Pa II = [P(d1=2)xP(d23)] + [P(d1=3)xP(d22)] = [P(cacat 2;np=0.4)xP(cacat 3 atau kurang; np=0.6] + [P(cacat 3;np=0.4)xP(cacat 2 atau kurang;np=0.6)] = [(0.992-0.938)(0.997)] +[(0.999-0.992)(0.977) = 0.053838 + 0.006839 = 0.060677 = 0,061 Pa
= Pa I + Pa II = 0.999
Kurva OC untuk double sampling plans Hitung Pa dengan besar proporsi kesalahan (p) berbeda-beda p=2% dst sampai p=15% Kurva ur va OC untuk untu k Double oub le Sam Sam pling Plans 1.2 1 0.8 a P
0.6
Pa
0.4 0.2 0 1
3
5
7
9
p
11
13
15
Average Outgoing Quality Curve AOQ Curve
• Untuk double sampling plans, rumus AOQ yang
digunakan adalah sbb.:
AOQ A OQ
[ P PaI aI ( N n1 ) P PaII aII ( N n1 n2 ) ] N
Average Total Inspection Inspection Curve ATI Curve
• Kurva ini menunjukkan rata-rata jumlah sampel
yang diinspeksi dari setiap lot yang dihasilkan
• Apabila dari produk yang dihasilkan tidak ditemukan
kesalahan atau ketidaksesuaian, maka produk tersebut akan diterima melalui rencana sampel yang dipilih dan hanya sebanyak n unit yang akan diinspeksi
memiliki 100% • Apabila dari produk yang dihasilkan memiliki
produk yang mengalami ketidaksesuaian, banyaknya unit yang diinspeksi akan sebanyak N unit, dengan asumsi produk yang mengalami ketidaksesuaian atau kesalahan tersebut disaring
Average Total Inspection Inspection Curve ATI Curve Average Fraction Inspected Inspected AFI
• Untuk single sampling, digunakan rumus:
ATI
= nPa + N(1-Pa) = n + (N-n)(1-Pa)
AFI
= ATI/N
Untuk double sampling, digunakan rumus: ATI
= n1PaI + n2PaII + N(1-Pa)`
dimana: PaI = Pa pada sampel pertama PaII = Pa pada sampel kedua Pa = PaI + PaII
Average Sample Number Number Curve Curve ASN Curve
• Kurva ini menunjukkan rata-rata banyaknya unit
yang diuji untuk membuat suatu keputusan.
• Asumsinya, inspeksi tidak hanya dibatasi untuk
sampel tunggal.
• Misalnya, jika terdapat 3 kesalahan setelah
pemeriksaan 20 unit dengan single sampling plan, dimana N=800, n=60, c=2 meskipun keputusan diambil setelah unit ke-20 untuk menolak produk tersebut, inspeksi akan dilanjutkan hingga seluruhnya (60 unit) O.k.i untuk sampel tunggal, banyaknya sampel ratarata adalah sama dengan ukuran sampel (n)
Average Sample Number Number Curve Curve ASN Curve
• Untuk sampel ganda (double sampling), jumlah
sampel rata-rata dirumuskan dengan: ASN = n1PI + (n1+n2)(1-PI) = n1 + n2 (1-PaI)
• Kurva ini menunjukkan rata-rata banyaknya unit
yang diuji untuk membuat suatu keputusan.
Langkah-langkah Implementasi Standar
1
Tentukan parameter berikut: •
• • •
Accetable Quality Level (AQL); Ukuran lot; Tipe sampling (Single, Double, Multiple); Level inspeksi (umumnya Level II, ubah jika j ika diperlukan).
2
Tentukan kode huruf ukuran sampel dari tabel yang sesuai (*).
3
Tentukan tipe Rencana Sampling (Normal, Reduced, tightened). Catatan: Untuk inspeksi awal, mulai dengan Inspeksi Normal,
& ubah ke Inspeksi Ketat Longgar sesuai dengan aturan perubahan jenis inspeksi.
4
Identifikasi Rencana Sampling dari tabel yang sesuai (**).
74
Langkah-langkah Implementasi Standar (contoh)
Ukuran Lot 2500. General inspection level II ● Kode huruf K • Acceptable quality level 0.15 •Started with normal inspection Dari MIL STD 105E Table II-A diketahui: ● Ukuran sampel 125 ● Batas acceptance 0 dan batas rejection 1
75
(*) Tabel Kode Huruf Ukuran Sampel (MIL STD 105E Table I)
76
(**) Tabel Tabel Master : Rencana Sampling Tunggal untuk Inspeksi Normal
(MIL STD 105E Table II-A)
77
(**) Tabel Master 2: Rencana Sampling Ganda untuk Inspeksi Normal
78
(**) Contoh Tabel Tabel Master 1: Rencana Sampling Sampli ng Tunggal Tunggal untuk Inspeksi Normal
79
Dodge-Romig Sampling Plans(1) H.F.Dodge & H.G.Romig telah mengembangkan sekumpulan tabel pemeriksaan sampel guna memeriksa produk lot demi lot untuk atribut. Dua jenis perencanaan pengambilan sampel disajikan dalam tabel perencanaan: 1. LTPD (lot tolerance percent defective ) 2. AOQL (average outgoing quality limit ) Untuk tiap pendekatan rancangan perencanaan sampel ini, tersedia tabel untuk sampel tunggal dan ganda. Semua rencana pengambilan dalam tabel Dodge-Romig bertujuan meminimalkan Rata-rata Pemeriksaan Total (ATI – Average Total Inspection ) 80
Dodge-Romig Sampling Plans(2) Perencanaan AOQL Dodge-Romig dirancang sedemikian rupa hingga pemeriksaan keseluruhan rata-rata untuk AOQL yang diberikan dan rata-rata proses p tertentu, akan minimum Perencanaa LTPD dirancang sedemikian rupa sehingga pemeriksaan keseluruhan rata-rata minimum Perencanaan Dodge-Romig sangat pemeriksaan produk setengah jadi
berguna
untuk
Perencanaan Dodge-Romig hanya berlaku untuk lot yang ditolak dan akan dilakukan pemeriksaan 100%
81
AOQL Plants(1) Tabel Dodge-Romig (1959) memberikan perencanaan pengambilan sampel AOQL untuk nilai AOQL 0.1%, 0.25%, 0.5%, 0.75%, 1%, 1.5%, 2%, 2.5%, 3%, 4%, 5%, 7%, dan 10%. Untuk tiap nilai AOQL ini, dinyatakan enam kelas nilai rata-rata proses. Tabel disediakan bagi sampling tunggal dan ganda Perencanaan ini dirancang agar Average Total Inspection (ATI) pada nilai AOQL tertentu dan ratarata proses menjadi minimum
82
AOQL Plants(2) Contoh Diketahui: Ukuran Lot (N)=5000. Fallout rata-rata pada
proses
dari
vendor
=
1%
nonconforming
Pemeriksaan menggunakan rencana sampel tunggal dengan AOQL=3% Dengan menggunakan Tabel 5, diperoleh hasil sebagai berikut: n=65 c=3 LTPD=10.3% 83
Tabel 5
84
AOQL Plants(3) Bila nilai LTPD = 10.3% di plotkan kedalam kurva OC, maka akan diperoleh nilai P a = 0.1, sehingga dari 90% dari incoming lots terdapat 10.3% produk cacat. Dengan mengasumsikan kualitas yang masuk (incoming quality ) sama dengan rata-rata proses (process average ) maka akan diperoleh probabilitas penerimaan sebesar 0.996 (P a = 0.996), sehingga dapat dihitung total rata-rata inspeksi, sebagai berikut: ATI = n + (1-Pa)(N-n) = 65 + (1-0,996)(5000-65) = 84.74 Unit yang akan diinspeksi sekitar 85 unit. 85
LTPD Plants(1) Tabel LTPD Dodge-Romig dirancang untuk probabilitas penerimaan (P a) adalah 0.1 Tabel disediakan untuk nilai LTPD: 0,5% ; 1%; 2%; 3%, 4%, 5%, 7%, dan 10%
Contoh
Diketahui: Ukuran Lot (N)=5000. Fallout rata-rata pada proses dari vendor = 0.25% nonconforming Pemeriksaan menggunakan rencana sampel tunggal dengan LTPD=1% 86
LTPD Plants(2) Dengan menggunakan Tabel 6, diperoleh hasil sebagai berikut: n=770
c=4
AOQL = 0.28%
Diasumsikan lot yang ditolak akan diinspeksi 100%, unit yang cacat akan diganti dengan yang bagus, maka akan diperoleh nilai AOQL sebesar 0.28%.
87
Tabel 6
88
View more...
Comments