Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Puskesmas Sekip Palembang

August 22, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Puskesmas Sekip Palembang...

Description

 

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEKIP PALEMBANG BULAN DESEMBER 2012

Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik  Di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Oleh: Yurika Erliani, S.Ked 04114705090 Pembimbing 1: dr. Hendarmin Aulia, SU Pembimbing 2: Bahrun Indawan Kasim, SKM, Msi Prof. Dr. dr. RM. Suryadi Tjekyan, DTM & H, MPH

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Infe Infeks ksii Sa Salu lura ran n Pe Pern rnap apas asan an Akut Akut (ISP (ISPA) A) ad adal alah ah pr pros oses es in infe feks ksii ak akut ut  berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga hing ga alveoli alveoli (saluran (saluran bawah), bawah), termasuk termasuk jaringan jaringan adneksanya, adneksanya, seperti sinus, sinus, rongga rongga telinga tengah dan pleura.1 Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang kemudian kemud ian diikuti dengan napas cepat dan napas sesak. Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas dan tidak dapat minum. Usia Balita adalah kelompok yang  paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akib akibat at IS ISPA PA,, masi masih h ting tinggi gi pa pada da ba bali lita ta di Nega Negara ra  berkembang. World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO, 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian  besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, di mana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita setiap tahun.2 Di Indone Indonesia sia,, Infeksi Infeksi Salura Saluran n Pernap Pernapasan asan Akut Akut (ISPA) (ISPA) selalu selalu menemp menempati ati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA  juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai  penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh s eluruh kematian balita.3 Data dari Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2009 menyebutkan angka kejadi kej adian an ISPA ISPA tahun tahun 2007 2007 sebany sebanyak ak 209.77 209.775 5 kasus, kasus, pada pada tahun tahun 2008 2008 sebany sebanyak  ak  282.661 kasus, pada tahun 2009 sebanyak 277.320 kasus. Sedangkan menurut data yang ada di Puskesmas Sekip Palembang, penderita ISPA yang berobat ke Puskesmas Sekip Palembang tahun 2007 sebanyak 11.959 kasus, tahun 2008 sebanyak 16.690 kasus, tahun 2009 sebanyak 17.201 kasus.4

 

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA pada balita antara lain: status gizi, umur, pemberian ASI tidak memadai, keteraturan pemberian vitamin A, BBLR, imunisasi tidak lengkap, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan. Sebuah penelitian di wilayah kerja Puskesmas DTP Jamanis Kabupaten Tasikmalaya tahun 2010 yang meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita menyebutkan adanya hubungan status gizi dengan kejadian ISPA (p value = 0,001). 5 Data yang diperoleh dari rekam medik URJ anak  RSU Dr. Soetomo Surabaya pada periode Februari 2008 dari kunjungan sebanyak  1020 balita yang terkena ISPA sebanyak 484 (47,45%) dan dari pembahasan terdapat hu hubu bung ngan an an anta tara ra statu statuss gizi gizi de deng ngan an ke keja jadi dian an ISPA ISPA pa pada da ba bali lita ta de deng ngan an ta taraf  raf  siknifikannya sedang dan mempunyai arah positif, artinya semakin baik status gizi  balita semakin besar peluang tidak menderita ISPA. 6 Penelitian lain yang dilakukan di Puskesmas Sosial Palembang menyatakan adanya hubungan bermakan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita (OR: 29,91).7 Telah Tela h lama lama dike diketa tahu huii ad adan anya ya sinerg sinergit itas as an anta tara ra maln malnut utri risi si da dan n in infe feks ksi. i. malnutrisi, walaupun masih ringan, mempunyai pengaruh negative pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Hal inilah yang mendasari penulis untuk meneliti hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sekip Palembang.

1.2

Rumusan Masalah

Baga Ba gaim iman anaa hu hubu bung ngan an statu statuss gizi gizi de deng ngan an ke keja jadi dian an ISPA ISPA pa pada da ba bali lita ta di Puskesmas Sekip Palembang?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum Mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Sekip Palembang.

1.3 .3..2

Tuju ujuan Khus Khusu us 1. Untu Untuk k meng menget etah ahui ui gamb gambar aran an stat status us gi gizi zi ba bali lita ta di Pusk Puskes esma mass Se Seki kip p Palembang bulan Desember 2012. 2. Untuk mengetahui mengetahui distribu distribusi si status gizi gizi balita balita berdasarkan berdasarkan jenis jenis kelamin. kelamin. 3. Untuk Untuk menget mengetahu ahuii angka kejadia kejadian n ISPA pada balita balita di Puskes Puskesmas mas Sekip Sekip Palembang bulan Desember 2012.

 

4. Untuk mengetahui mengetahui distrib distribusi usi kejadian kejadian ISPA ISPA berdasar berdasarkan kan jenis jenis kelamin. kelamin. 5. Untuk Untuk mengeta mengetahui hui propors proporsii kejadi kejadian an ISPA pada balita balita berdas berdasark arkan an status gizi. 6. Untuk mengetahui mengetahui hubung hubungan an status status gizi dengan dengan kejadian kejadian ISPA ISPA pada balita. balita.

1.4

Manfaat Penelitian 1.4 .4..1 Man Manfa faat at Teo Teori riti tiss

1. Sebaga Sebagaii bahan bahan informas informasii dan masukan masukan bagi Puskes Puskesmas mas Sekip Sekip Palembang Palembang mengenai hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita yang merupakan penyakit tersering diderita oleh balita yang berobat ke  pelayanan kesehatan anak Puskesmas Skip Palembang tahun 2012. 2012. 2. Sebaga Sebagaii bahan bahan masukan masukan bagi peneliti penelitian an selanjutn selanjutnya ya dan bahan bahan referensi referensi  bagi perpustakaan FK UNSRI Palembang. Palembang.

1.4 .4..2

Man Manfa faat at Prak raktis tis Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan dapat menjadi menjadi bahan masukan tentang  pentingnya mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA di Puskesm Pus kesmas as Sekip Sekip Palemb Palembang ang sehingg sehinggaa dapat dapat dijadi dijadikan kan sebaga sebagaii salah salah satu  bahan pertimbangan dalam upaya promotif dan preventif di bidang kesehatan khususnya dalam menurunkan angka kejadian ISPA pada balita.

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Um Umum te tentang IS ISPA

Istilah Isti lah ISPA ISPA merupa merupakan kan singka singkatan tan dari dari Infeks Infeksii Salura Saluran n pernap pernapasan asan Akut Akut dengan denga n pengertian pengertian sebagai berikut: berikut: Infeksi Infeksi adalah masuknya  Mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit. Saluran  pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga Alveoli beserta organ Adneksa organ  Adneksanya nya seperti sep erti sinus, sinus, rongga rongga tel teling ingaa tengah tengah dan pleura pleura.. Infeks Infeksii akut akut adalah adalah infeks infeksii yang yang  berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Sedangkan  Pneumonia adalah proses infeksi akutt yang aku yang mengen mengenai ai jaringa jaringan n paru-p paru-paru aru ( Alveoli  Alveoli). ). Terjad Terjadii  pneumonia pad padaa anak  anak  seringk seri ngkali ali bersam bersamaan aan dengan dengan proses proses infeks infeksii akut akut pada pada Bronku Bronkuss disebu disebutt Broncho  pneumonia.8  pneumonia. Untuk kepentingan kepentingan pencegahan pencegahan dan pemberantas pemberantasan, an, maka penyakit penyakit ISPA dapat diketahui menurut: 2.1. 2.1.1 1 Loka Lokasi si Anat Anatom omik ik Penyaki kitt

ISPA

dapat

diba ibagi

dua

berd erdasark rka an

lok lokasi

anatom ana tominy inya, a, yaitu: yaitu: ISPA ISPA atas atas dan ISPA ISPA bawah. bawah. Contoh Contoh ISPA ISPA atas atas adala ad alah h batu batuk k pile pilek k (common cold), cold), Pharingitis Pharingitis,, Tonsilitis Tonsilitis,, Otitis, Otitis, Ffluselesmas, radang tenggorok, tenggorok, Sinusitis dan lain-lain yang relatif  tida tidak k

berb berbah ahay aya. a.

ISPA ISPA

bawa bawah h

dian dianta tara rany nya a

Bronchiolitis

dan

 pneumonia yan yang g sangat sangat berbah berbahaya aya karena karena dapat dapat menyeb menyebabk abkan an kematian.9

2.1. 2.1.2 2 Klas Klasifi ifikas kasii peny penyaki akitt Penyakit ISPA juga dibedakan berdasarkan golongan umur, yaitu : 1. Kelo Kelompo mpok k umur umur kurang kurang dari 2 bula bulan, n, dibagi dibagi atas: atas:  pneumonia berat dan bukan  pneumonia  pneumonia.. Pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat (Fast breathing) breathing), yaitu frekuensi

 

pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam (Severe ( Severe chest

indrawing), se indrawing), seda dang ngka kan n

buka bukan n  pneumonia

bila bila ti tida dak k

ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.10 2. Kelompok Kelompok umur 2 bulan sampai sampai kurang dari 5 tahun tahun dibagi dibagi atas: atas:  pnemonia berat,  pnemonia dan bukan bukan  pnemonia  pnemonia.. Pneumonia berat, bera t, bila bila disert disertai ai napas napas sesak sesak yaitu yaitu adanya adanya tarika tarikan n dindin dinding g dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik napas. Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai adanya napas cepat sesuai umur, yaitu 40 kali permeni perm enitt atau atau lebih. lebih. Bukan Bukan  pneumonia  pneumonia,, bila bila tidak tidak ditemu ditemukan kan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat. 10

2.1. 2.1.3 3 Tand Tanda a dan dan Gejal Gejala a Dalam pelaksanaan pelaksanaan program program pemberantas pemberantasan an penyakit penyakit ISPA (P2 ISPA) kriteria untuk menggunakan pola tatalaksana penderita ISPA ISPA adal adalah ah bali balita ta,, dita ditand ndai ai deng dengan an adan adanya ya batu batuk k dan dan at atau au kesukaran bernapas disertai adanya peningkatan frekwensi napas (napas cepat) sesuai golongan umur. Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua kelompok yaitu umur kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan sampai sampai kurang dari 5 tahun.11 Klasifikasi pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran kesukaran pernapasan pernapasan disertai disertai napas sesak sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (chest ( chest indrawing) indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Untuk kelompok umur kurang kur ang dari dari 2 bulan bulan diagno diagnosis sis pneumo pneumonia nia berat berat ditand ditandai ai dengan dengan adanya napas cepat (fast ( fast breathing breathing)) dimana frekwensi napas 60 kali ka li permen permenit it atau atau lebih lebih,, dan dan atau atau adanya adanya

tari tarikan kan yang yang kuat kuat

dinding dada bagian bawah ke dalam (severe ( severe chest  indrawing indrawing). ).11  Bukan Buk an pneumon pneumonia ia teta tetapi pi ti tida dak k

apabil apabila a ditandai ditandai dengan dengan napas napas cepat cepat

dise disert rtai ai ta tari rika kan n

dind dindin ing g dada dada ke dala dalam. m. Buka Bukan n

pneumonia mencakup kelompok penderita dengan batuk pilek biasa yang tidak ditemukan adanya gejala peningkatan frekuwensi napas dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. 11

 

Ada Ad a bebe bebera rapa pa ta tand nda a klin klinis is yang yang dapa dapatt meny menyer erta taii anak anak dengan batuk yang dikelompokkan sebagai tanda bahaya:

1. Tanda dan dan gejala gejala untuk golongan golongan umur umur kurang kurang dari 2 bulan bulan yaitu yaitu tidak tidak bisa minum,, kejang, minum kejang, kesadaran kesadaran menurun, menurun, stridor stridor (ngorok), (ngorok), wheezing (bunyi (bunyi napas), demam. 2. Tanda Tanda dan dan gejala gejala untuk untuk golong golongan an umur umur 2 bula bulan n sampai sampai kura kurang ng 5 tahun tahun yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor. menurun, stridor.

2.1.4 2.1 .4 Penyeb Penyebab ab Terjad Terjadiny inya a ISPA ISPA Penyak Pen yakit it ISPA ISPA dapat dapat diseba disebabka bkan n oleh oleh berbaga berbagaii penyeb penyebab ab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur  jamur   dan lain-lain. ISPA bagian atas atas umum umumny nya a dise diseba babka bkan n oleh oleh Vi Viru rus, s, seda sedang ngka kan n IS ISPA PA bagi bagian an bawah dapat disebabkan oleh bakteri , virus dan mycoplasma mycoplasma.. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifes man ifestas tasii klinis klinis yang yang berat berat sehing sehingga ga menimb menimbulk ulkan an bebera beberapa pa masalah dalam penanganannya. 10 Bakt Ba kter erii

peny penyeb ebab ab ISPA ISPA anta antara ra lain lain adal adalah ah dari dari genus

streptcocus, Stapilococcus, Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella dan Corinebacterium. Corinebacterium. Viru Virus s peny penyeb ebab ab ISPA ISPA anta antara ra lain lain adal adalah ah golongan

Miksovirus,

Adenovirus,

Koronavirus,

Pikornavirus,

Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.10

2.1. 2.1.5 5 Fakt Faktor or Ris Risik iko o ISP ISPA A Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termasuk Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai faktor baik bai k untuk untuk mening meningkat katkan kan inside insiden n ( Morbiditas Morbiditas)) mau maupun pun kematia kematian n (Mortalitas Mortalitas)) akibat pneumonia.12 Berbagai Berbag ai faktor risiko yang meningkatkan meningkatkan kematian akibat  pneumonia adalah umur di bawah 2 bulan, tingkat sosial ekonomi rendah, gizi kurang, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan ib ibu u

re rend ndah ah,,

ti ting ngka katt

jang jangka kaua uan n

pela pelaya yana nan n

keseh kesehat atan an

renda rendah, h,

imunis imu nisasi asi yang yang tidak tidak memada memadai, i, menderi menderita ta penyak penyakit it kronis kronis dan

 

aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.12

2.1. 2.1.6 6

Pena Penatal talak aksan sanaan aan Pen Pende derit ritaa ISPA ISPA Kriteria yang digunakan untuk pola tatalaksana penderita ISPA pada  balita adalah balita dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas. Pola tata laksana penderita pneumonia terdiri dari 4 bagian yaitu:

1. Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeri ksaan dilakukan untuk mengidentif mengidentifikasi ikasi gejala gejala yang ada  pada penderita. 2. Penent Penentuan uan ada ada tidak tidaknya nya tand tandaa bahaya bahaya Tanda bahaya, pada bayi umur kurang dari 2 bulan adalah tidak   bisa minum, kejang, kesadaran menurun, Stridor , Wheezing , demam atau dingin. Tanda bahaya pada umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, Stridor  dan gizi  buruk.10 3. Tind Tindak akan an dan dan Pen Pengo goba bata tan n Pada Pada pe pend nderi erita ta umur umur ku kuran rang g da dari ri 2 bu bulan lan ya yang ng te terd rdia iagn gnos osaa  pneumonia be bera rat, t, ha haru russ se sege gera ra di diba bawa wa ke saran saranaa ru ruju juka kan n da dan n di dibe beri ri antibiotik 1 dosis. Pada penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang yan g terdiag terdiagnos nosaa pneumonia da dapa patt di dila laku kuka kan n pe pera rawa wata tan n di ru ruma mah, h,  pemberian antibiotik selama 5 hari, pengontrolan dalam 2 hari atau lebih cepat bila penderita memburuk, serta pengobatan pengobatan demam dan yang ada.10 Pender Pen derita ita di rumah rumah untuk untuk pender penderita ita  pneumonia um umur ur 2 bu bula lan n sampai kurang dari 5 tahun, meliputi : a. Pemberian

makanan

yang

cukup

menambah jumlahnya setelah sembuh.

selama

sakit

dan

 

b. Pemberian

cairan

dengan

minum

lebih

banyak

dan

meningkatkan pemberian ASI. c. Pemb Pemberi erian an obat obat pered pereda a batu batuk k deng dengan an ramuan ramuan yang yang aman aman dan sederhana.10 Penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang terdiagnosa  pneumonia ber berat at harus harus segera segera dikirim dikirim ke sarana sarana rujukan, diberi antibiotik 1 dosis serta analgetik sebagai penurun demam dan wheezing yang ada.10 Pender Pen derit ita a kemb ke mbal alii

yang yang

dila dilaku kuka kan n

dibe diberi ri

dala dalam m

2

anti antibi biot otik, ik, peme pemerik riksa saan an hari hari..

Ji Jika ka kead keadaa aan n

haru harus s

pend enderit erita a

membaik, pemberian antibiotik dapat diteruskan. Jika keadaan penderita tidak berubah, antibiotik harus diganti atau penderita dikirim dik irim ke sarana sarana rujukan rujukan.. Jika Jika keadaa keadaan n pender penderita ita memburu memburuk, k, harus segera dikirim ke sarana rujukan. 10 Obat yang digunakan untuk penderita  pneumonia adalah tabl tablet et kotrim kotrimok oksa saso soll 480 480 mg, mg, tablet tablet   kot kotrimo rimoksa ksasol sol 120 mg, tablet parasetamol 500  500 mg dan tablet parasetamol 100 mg. 10

2.2

Tin injjaua auan Umum Umum Tentan ntang g Balit alita a

Masalah Masa lah keseha kesehatan tan balita balita merupa merupakan kan masalah masalah nasion nasional, al, mengin mengingat gat angka angka kesaki kes akitan tan dan angka angka kemati kematian an pada pada balita balita masih masih cukup cukup tinggi tinggi.. Angka Angka kesaki kesakitan tan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya karena penyebab utamanya berhubungan dengan denga n faktor lingkungan lingkungan antara lain; asap dapur, dapur, penyakit penyakit infeksi dan pelayanan kesehatan. Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam proses tumbuh tumb uh kembang kembang balita yaitu ISPA, penyakit penyakit yang dapat dicegah dicegah dengan dengan imunisasi. imunisasi. Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara pemeriksaan perkembangan dan pertumbuh pertumbuhan an fisiknya, fisiknya, pemeriksaan pemeriksaan perkembanga perkembangan n kecerdasan, kecerdasan, pemeriksaan pemeriksaan  penyakit infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan pendidikan kesehatan kesehatan pada orang tua.

2. 2.3 3

Tinj Tinjau auan an Umum Umum Tent Tentan ang g Fak Fakto torr Res Resik iko o ISP ISPA A

 

2.3.1

Asap Da Dapur  Gang Ga nggu guan an sa salu lura ran n pe pern rnap apasa asan n ya yang ng di dide deri rita ta masy masyar arak akat at se selai lain n disebabkan diseb abkan oleh infeksi infeksi kuman juga disebabka disebabkan n adanya pencemaran pencemaran udara yang terdapat dalam rumah, kebanyakan karena asap dapur. Pencemaran udara dalam rumah yang berasal dari aktivitas penghuninya antara lain: pengguna  bahan bakar  biomassa untuk memasak maupun memanaskan ruangan, asap rokok, pengguna insektisida semprot maupun bakar dan penggunaan bahan  bangunan sintesis seperti cat dan asbes.13 Baha Ba han n pe penc ncem emar ar ya yang ng diha dihasil silka kan n ol oleh eh pe pemb mbak akar aran an ba baha han n ba baka kar  r  biomassa ya yang ng meni menimb mbul ulka kan n asap asap (a (asap sap da dapu pur) r) ya yang ng be berb rbah ahay ayaa ba bagi gi kesehatan adalah:14 1. Partikel kel Partikel dalam asap pembakaran bahan bakar biomassa mengandung unsur-unsur kimia, seperti timbal (Pb), besi (Fe (Fe), ), mangan (Mn Mn), ),arsen arsen ( As),  As), cadmium (Cd Cd). ). Partikel yang terhisap dapat menempel pada saluran pernapasan bagian atas masuk langsung ke paru-paru hal ini tergantung pada kandungan kimia dan da n ukur ukuran anny nya. a. Papa Papara ran n part partik ikel el deng dengan an kada kadarr ti ting nggi gi akan akan menimbulkan edema pada trachea trachea,, bronchus bronchus,, dan bronchiolus bronchiolus.. Beberapa logam seperti Pb dan Cd Cd,, bersifat akumulatif, paparan yang ya ng beru berula lang ng dan dan berl berlan angs gsun ung g dala dalam m wakt waktu u

lama lama akan akan

menyeba meny ebabkan bkan teraku terakumul mulasi asinya nya logam-l logam-loga ogam m terseb tersebut ut dalam dalam alat alat pern pernap apas asan an.. Hal Hal in inii akan akan menim menimbu bulka lkan n peng pengar aruh uh yang yang bersifat kronis bersifat kronis,, yaitu yaitu terjad terjadiny inya a iritasi pa pada da salur saluran an napa napas s sampai dengan timbulnya kanker paru. 2. Senya Senyawa wa-s -sen enya yawa wa hidrokarbaon aromatik polysiklik  Salah satu senyawa senyawa yang berbahaya berbahaya terhadap terhadap kesehatan kesehatan karena diketahui bersifat karsinogenik  karsinogenik adalah adalah benzo-a-pyrene benzo-a-pyrene.. 3. Formaldehid (HCHO) Paparan Formaldehid dapat mengakibatkan mengakibatkan iritasi iritasi pada mata, hidung dan alat pernapasan bagian atas. Hal ini terjadi karen ka rena a adan adanya ya re reaks aksii ketika ketika baha bahan n penc pencema emara ran n berca bercamp mpur ur dengan air mata atau lendir dalam saluran pernapasan.

 

4. Carbonmonoksida Carbonmonoksida  (CO (CO)) Peng Pe ngar aruh uh pers pe rsed edia iaan an

akut akut

oksi oksige gen n

inhalasi

dala dalam m

CO

tu tubu buh, h,

bergabungnya CO dal dalam am darah darah

adal ad alah ah yang yang

berk berkur uran angn gnya ya

dise diseba babk bkan an

oleh oleh

dengan dengan moleku molekull hemoglobin hemoglobin

membentuk CO-Hb CO-Hb.. 5. Nitrogendioksida (NO2 NO2)) Nitrogendioksida merupakan bahan pencemar udara yang paling pal ing banyak banyak mempeng mempengaru aruhi hi keseha kesehatan tan paru paru bagian bagian dalam. dalam. Paparan

NO2

keren ker enta tana nan n

yang ya ng

berl berlan angs gsun ung g

lama lama

dapa dapatt

mena menamb mbah ah

terh terhad adap ap in infek feksi si alat alat pern pernap apas asan an oleh oleh

bakteri

( pneumonia)  pneumonia) atau virus (influenza). (influenza). 6. Sulfurdioksida Sulfurdioksida  (SO2) Sulfurdioksida memp mempuny unyai ai sifat sifat yang yang lebih lebih mudah mudah larut larut dalam air membentuk asam sulfat aerosol, aerosol, yang dapat masuk ke dalam paru dan mangganggu fungsi paru. Anak An ak-a -ana nak/ k/ba bali lita ta bias biasan anya ya bera berada da di deka dekatt api api at atau au berada di pangkuan ibunya ketika sedang memasak dan saat menyiap meny iapkan kan makana makanan n bagi bagi keluar keluarga ga sehing sehingga ga kontak kontak dengan dengan polusi

dari

bahan

bakar

biomassa

dala da lam m

dapu dapur, r,

yang ang

berlangsung berlang sung secara terus menerus menyebabkan menyebabkan iritasi pada mukosa salur saluran an pernapasan pernapasan,, sehingga sehingga memudahkan memudahkan terjadinya terjadinya infeksi.

2.3. 2.3.2 2

Kebi Kebiasa asaan an Mero Meroko kok k Dala Dalam m Ruma Rumah h Keseha Kes ehatan tan yang yang kian kian mengku mengkuati atirka rkan n di Indone Indonesia sia adalah adalah semakin banyaknya jumlah perokok yang berarti semakin banyak penderita gangguan kesehatan akibat merokok ataupun menghirup asap rokok (bagi (bagi perokok perokok pasif) yang umumnya adalah perempuan dan anak-anak. Hal ini tidak bisa dianggap sepele karena beberapa penelit pen elitian ian memperl memperliha ihatka tkan n bahwa bahwa justru justru peroko perokok k pasifla pasiflah h yang yang mengalami risiko lebih besar daripada perokok sesungguhnya. 15 Asap

rokok

yang

diisap

oleh

perokok

adalah

asap

mainstream se seda dang ngka kan n asap asap dari dari ujun ujung g ro roko kok k yang yang te terb rbak akar ar

 

dinamakan dinam akan asap sidestream sidestream.. Polusi Polusi udara udara yang yang diakiba diakibatka tkan n oleh oleh asap sidestream da dan n asap asap mainstream yan yang g sudah sudah terekstrasi dinama din amakan kan asap asap tangan tangan kedua kedua atau atau asap asap tembak tembakau au lingku lingkunga ngan. n. Mereka yang menghisap asap inilah yang dinamakan perokok pasif  atau perokok terpaksa.16  Terdapat seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperb mem perbesa esarr risiko risiko anggot anggota a keluar keluarga ga menderi menderita ta sakit, sakit, sepert sepertii gang ga nggu guan an pern pernap apas asan an,, memp memper erbu buru ruk k asma asma dan dan mempe memperb rber erat at penyakit angina angina   pectoris serta dapat meningkatkan meningkatkan resiko untuk untuk mendapat serangan ISPA khususnya pada balita. Anak-anak yang oran orang g tuan tuanya ya pero peroko kok k le lebi bih h muda mudah h terk terkena ena peny penyak akit it salu salura ran n pernapasan pernap asan seperti seperti flu flu,, asm asma a pneumo pneumonia nia dan penyak penyakit it salura saluran n pernapasan lainnya. Gas berbahaya dalam asap rokok merangsang pembentukan lendir, debu dan bakteri yang tertumpuk tidak dapat dikeluarkan, dikelu arkan, menyebabkan menyebabkan bronchitis kro kronis nis,, lumpuh lumpuhnya nya serat serat elastin

di

berk be rkur uran ang, g,

jari jaring nga an udar udara a

paru paru

men mengaki gakiba batk tka an

te tert rtah ahan an

di

paru paru-p -par aru u

day daya dan dan

pomp pompa a

paru paru

meng mengak akib ibat atka kan n

pecahnya kantong udara.15

2.3. 2.3.3 3

Ai Airr Sus Susu u Ibu Ibu (ASI (ASI)) Eks Ekslu lusi sif  f  Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi

bayi

ser ertta

memp empunyai

nilai lai

gizi

yang

paling ing

tinggi

dibandingkan dengan makanan yang dibuat manusia ataupun susu 17

hewan seperti susu sapi. Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif berarti hanya memberikan ASI saja, tanpa tan pa tam tambah bahan an makana makanan n atau atau minuma minuman n apapun apapun termas termasuk uk air (obat-obatan dan vitamin yang tidak dilarutkan dalam air mungkin dapat diberikan kalau dibutuhkan secara medis). Anak sampai sampai usia enam

bulan

pertama

hanya

membutuhkan

ASI

Ekslusif 

menyediakan segala-galanya yang dibutuhkan anak usia ini, isapan anak an ak

mene menent ntuk ukan an

kebu kebutu tuha hann nnya ya,,

oleh oleh

kare karena nany nya a

dibe diberi rika kan n

kesemp kes empata atan n sepenu sepenuhny hnya a ia untuk untuk dapat dapat menghis menghisap ap sepuas sepuasnya nya (BKKBN, 2001). 2001). Sedangkan menurut Rusli (2004) (2004) ASI Ekslusif adalah pemb pe mber eria ian n ASI ASI saja saja kepa kepada da bay bayi samp sampai ai umur umur 6 bula bulan n ta tanp npa a

 

memberikan makanan/cairan lain. Bayi yang mendapat ASI Ekslusif  lebih leb ih tahan tahan terhad terhadap ap ISPA ISPA (lebih (lebih jarang jarang terser terserang ang ISPA), ISPA), karena karena dalam dal am air susu susu ibu terdap terdapat at zat anti terhada terhadap p kuman kuman penyeb penyebab ab ISPA.12

2.3 .3..4

Statu tatuss Imu Imunisa nisasi si Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan tah an terhad terhadap ap penyak penyakit it yang yang sedang sedang mewaba mewabah h atau atau berbaha berbahaya ya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau atau re resi sist sten en.. Imun Imunis isas asii terh terhad adap ap suat suatu u penya penyaki kitt hany hanya a akan akan memb me mberi erika kan n kekeb kekebal alan an atau atau resis resisten tensi si pada pada peny penyak akit it it itu u saja saja,, sehingga sehin gga untuk terhindar dari penyakit penyakit lain diperlukan diperlukan imunisasi lainnya.18 Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imun Im unis isas asii ti tida dak k cuku cukup p hany hanya a dilak dilakuk ukan an satu satu kali, kali, teta tetapi pi haru harus s dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.  Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah ada lah untuk untuk mengur mengurang angii angka angka pender penderita ita suatu suatu penyaki penyakitt yang yang sang sa ngat at memb membah ahay ayak akan an kese keseha hata tan n kemat kem atia ian n

pada pada pend pender erit itan anya ya..

bahk bahkan an bisa bisa meny menyeb ebab abka kan n

Bebe Bebera rapa pa peny penyak akit it yang yang dapa dapatt

dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya. Infek Infeksi si SPA SPA adal adalah ah sala salah h satu satu jeni jenis s penya penyaki kitt yang yang dapa dapatt dicega dic egah h dengan dengan imunis imunisasi asi,, pen penyak yakit it yang yang tergolo tergolong ng ISPA ISPA yang yang dapat dap at dicegah dicegah dengan dengan imunis imunisasi asi adalah adalah difter i, i , batu batuk k re reja jan n dan dan campak.

 

2.3.5

Statu atus Gizi Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting un untu tuk k terj terjad adin inya ya ISPA ISPA.. Bany Banyak ak pe pene neli litia tian n ya yang ng menu menunj njuk ukka kan n ad adan anya ya hubungan status gizi dengan kejadian ISPA, sehingga balita yang mengalami gizi buruk rentan mengalami infeksi saluran nafas. Balitaa dengan Balit dengan gizi buruk akan lebih mudah terserang ISPA dibanding dibanding  balita dengan gizi baik karena faktor daya tahan tubuh yang kuat. Dalam kead adaaan

gizi

yan ang g

baik,

tubuh

memiliki

cukup

kekuatan

dalam

mempertahankan tubuh dari infeksi. Pada keadaan gizi yang buruk, reaksi kekebalan tubuh akan menurun sehingga kemampuan dalam mempertahankan diri dari infeksi akan menurun juga.

2.3. 2.3.6 6

Bera Beratt Bada Badan n Lahi Lahirr Rend Rendah ah (BB (BBLR LR)) Menuru Men urutt Survei Survei Demogr Demografi afi dan Keseha Kesehatan tan Indone Indonesia sia 200220022003, 200 3, angka angka kematia kematian n neonatal seb sebesa esarr 20 per 1.000 1.000 kelahir kelahiran an hidup. Dalam 1 tahun, sekitar 89.000 bayi usia 1 bulan meninggal, artinya artiny a setiap 5 menit ada 1 neonatus meninggal. Penyebab utama kematian neonatal adalah bayi berat lahir rendah (BBLR) (29 %) yang kedua adalah asfiksia (27 %). Bera Be ratt Bada Badall Lahi Lahirr Rend Rendah ah (BBL (BBLR) R) adal adalah ah bayi bayi baru baru lahir lahir dengan berat lahir < 2500 gram. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan

dan

BBLR

cukup

bulan/lebih

bulan.

BBLR

kurang

bulan/ prematur   prematur  khususnya yang masa kehamilannya < 35 minggu, biasan bia sanya ya mengal mengalami ami penyul penyulit it sepert sepertii ganggu gangguan an napas napas,, ikteru ikterus s, infeks inf eksii dan lain-la lain-lain. in. Sement Sementara ara BBLR BBLR yang yang cukup cukup / lebih lebih bulan bulan umumny umu mnya a organ organ tubuhn tubuhnya ya sudah sudah matur  seh sehing ingga ga tidak tidak terlalu terlalu bermas ber masala alah h dalam dalam perawa perawatan tannya nya.. Mereka Mereka hanya hanya membutu membutuhkan hkan kehangatan, pemberian nutrisi dan mencegah infeksi. 19 BBLR BLR

beri beris siko iko

meng mengal alam amii

gang ganggu guan an

pr pros oses es

ada adapt ptas asii

pernap per napasa asan n waktu waktu lahir lahir hingga hingga dapat dapat terjad terjadii asfiksia asfiksia,, sela selain in it itu u BBLR BBL R juga berisi berisiko ko mengala mengalami mi ganggu gangguan an napas napas yakni yakni bayi bayi baru baru lahir yang bernafas cepat > 60 kali/menit, lambat < 30 kali/menit dapa da patt dise disert rtai ai sian sianos osis is pada pada mu mulu lut, t, bibir bibir,, mata mata deng dengan an/t /tan anpa pa

 

retraksi dindin dinding g dada/epigas dada/epigastrik trik serta merintih, dengan dengan demikian demikian BBLR sangat beresiko untuk terkena ISPA dibandingkan bayi bukan BBLR.19

2.4

Kerangka Konsep ISPA ISP A merupa merupakan kan penyak penyakit it infeks infeksii yang yang di sebabk sebabkan an oleh oleh bakter bakterii maupun virus, lebih sering terjadi pada anak berusia dibawah lima tahun (bal (b alit ita) a).. Anak Anak bali balita ta yang yang mend mender erit ita a ISPA ISPA apab apabil ila a ti tida dak k mend mendap apat at pengobatan pengo batan dapat mengalami kematian. ISPA di pengaruhi oleh berbagai berbagai faktor antara lain adalah: 1. Asap dapur dapur sebagai sebagai sisa sisa hasil pembaka pembakaran ran rumah rumah tangga, tangga, bila terhirup terhirup seca se cara ra teru terus s mener menerus us dapa dapatt memp mempen enga garu ruhi hi keseh kesehat atan an peng penghu huni ni rumah terutama kelompok balita, sehingga dapat berisiko terjadinya sakit. 2. Asi banyak banyak mengandu mengandung ng protein, protein, kalori kalori dan vitamin vitamin yang dibutu dibutuhkan hkan oleh ole h tubu tubuh h untu untuk k memb membent entuk uk sist sistem em keke kekeba bala lan n tubu tubuh h sehi sehing ngga ga terhindar dari penyakit dan infeksi. Pemberian makanan pendamping menyebabkan bayi kenyang sehingga tidak mau menetek. 3. Pember Pemberian ian imuni imunisa sasi si yang yang tidak tidak lengka lengkap p dapat dapat meny menyeba ebabka bkan n kekeba kekebala lan n tu tubuh buh anak anak berku berkura rang. ng. Denga Dengan n pember pemberian ian imuni imunisa sasi si ca campa mpak k dan dan DPT diharap diha rapkan kan anak anak balita balita akan akan terhinda terhindarr dari penyaki penyakitt difteri, difteri, pertusis pertusis dan campak yang menyebabkan komplikasi pneumonia. 4. Stat Status us gizi gizi yang yang buru buruk k menj menjad adii fak fakto torr imun imunit itas as tubu tubuh h balit balita a kare karena na pada gizi pada gizi buruk, buruk, kemampu kemampuan an reaksi reaksi imun imun dalam dalam mengha menghadap dapii agen agen penyebab infeksi juga akan menurun. 5. Kebi Kebias asa aan mero meroko kok k di dala dalam m ruma rumah h dapa dapatt men mencema cemari ri ru ruan ang gan sehingga asap rokok dapat terisap oleh anak balita. 6. Bay Bayi den dengan gan BBL BBLR muda mudah h me mend nder erit ita a peny enyak akit it infe infeks ksii terut eruta ama pneumonia pneumo nia dan saluran saluran pernafasan pernafasan lainnya karena perkemban perkembangan gan zat kekebalan tubuh kurang sempurna. Berd Be rdas asar arkan kan pola pola pemik pemikir iran an di atas atas maka maka dibua dibuatl tlah ah keran kerangk gka a konsep variabel variabel yang diteliti sebagai berikut:

 

Faktor Individu Balita:

 Status gizi  Status imunisasi BBLR  Faktor Perilaku:

Faktor Lingkungan:

Pemberian ASI Pendidikan orang tua Status social ekonomi Penggunaan fasilitas kesehatan

Pencemaran udara dalam rumah (asap dapur dan asap rokok) Ventilasi rumah Kepadatan hunian rumah

Kejadian ISPA pada balita

Gambar 1.1: Kerangka Konsep

2.5

Hipotesis Penelitian.

1. H0: H0: Ti Tida dak k ada ada hubu hubung ngan an anta antara ra st stat atus us gi gizi zi ba bali lita ta de deng ngan an ke keja jadi dian an IS ISPA PA di Puskesmas Sekip Palembang. 2. H1 : Terdapat Terdapat hubungan hubungan antara status gizi balita dengan dengan kejadian kejadian ISPA di Puskesmas Sekip Palembang.

 

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian  Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan desain penelitian potong lintang (cross (cross sectional) sectional).

3.2

Waktu dan Tempat Penelitian Penelit Pen elitian ian dilaks dilaksana anakan kan pada pada bulan bulan Januar Januarii 2013 2013 di Puskes Puskesmas mas Sekip Palembang.

3.3

Populasi dan Sampel

3.3.1

Populasi Semu Semuaa ba bali lita ta ya yang ng be bero roba batt ke Bala Balaii Pe Peng ngob obat atan an Anak Anak Puske Puskesm smas as

3.3.2

Sekip Palembang selama bulan Desember 2012. Sampel Semua Sem ua balita balita yang yang beroba berobatt ke Balai Balai Pengob Pengobata atan n Anak Anak Puskesm Puskesmas as Sekip Sek ip Palemb Palembang ang selama selama bulan bulan Desembe Desemberr 2012 2012 yang yang memenu memenuhi hi kriteri kriteriaa inklusi. Sampel diambil dengan metode total sampling . 1. Krit Kriter eria ia In Inkl klus usii Semua balita yang berusia 12 bulan – 60 bulan (5 tahun) yang berobat ke Balai Bal ai Pengob Pengobata atan n Anak Anak Puskes Puskesmas mas Sekip Sekip Palemb Palembang ang bulan bulan Desemb Desember  er  2012 dengan pertimbangan anak balita usia 12 bulan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. 2. Krit Kriter eria ia Eksk Eksklu lusi si Bali Ba lita ta yang yang beru berusi siaa kura kurang ng dari dari 12 bu bula lan n ya yang ng be bero roba batt ke Bala Balaii Pengobatan Anak Puskesmas Sekip Palembang bulan Desember 2012.

3.4

Variabel Pe Penelitian

3.4 .4..1

Vari Variab abel el Beba Bebass ( Independent   Independent ) Vari Va riab abel el be beba bass da dala lam m pe pene neli liti tian an in inii ya yaitu itu statu statuss gi gizi zi ba bali lita ta da dan n  pengukurannya dengan menggunakan hasil penimbangan berat badan dan umur dibandingkan dibandingkan dengan dengan standar standar baku WHO-NCHS  ( National  National Center for   Health Statistics). Statistics).

 

3.4 .4..2

Vari Variab abel el Ter Terik ikat at ( Dependent   Dependent ) Vari Va riab abel el teri terika katt pada pada pene peneli liti tian an in inii ya yait itu u ke keja jadi dian an IS ISPA PA dan dan  pengukuran dengan data catatan registrasi registr asi MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) di Balai Pengobatan Anak Puskesmas Sekip Palembang.

3.5

Definisi Operasional 3.5.1 Balita

Anak laki-laki dan perempuan yang berusia ≥12 bulan – 60 bulan (5 tahun)) yang berobat ke Balai Pengob tahun Pengobatan atan Puskesmas Sekip Palembang pada  bulan Desember 2012. 3.5. 3.5.2 2

St Stat atus us Gizi Gizi Bali Balita ta Statuss gizi balita yang berusia Statu berusia ≥12 bulan – 60 bulan (5 tahun) tahun) yang ditentukan diten tukan berdasarkan berdasarkan data antropometri antropometri berupa berupa berat badan menurut menurut umur  dengan berpedoman pada standar  WHO-NCHS  yang disajikan dalam versi skor simpang simpang baku ( standar deviation score = Z ). ). Pengukuran Skor Simpang Baku ( Z-score)  Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi mengurangi Nilai Individu Subjek  (NIS (N IS)) deng dengan an nila nilaii Medi Median an Baku Baku Ruju Rujuka kan n (NMB (NMBR) R) pa pada da umur umur ya yang ng  bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus:   Keterangan: X : Nilai Individu Subjek (NIS) SD : Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR) M : Nilai Baku Median Rujukan (NMBR)

Tabel 3.1 Penilaian status gizi berdasarkan Indeks BB/U Standar baku antropometri WHO-NCHS  No. Indeks antropometri Batas pengelompokan Status gizi 1. BB/U < -3 SD Gizi Buruk   2. -3 SD s/d < -2 SD Gizi Kurang 3. -2 SD s/d +2 SD Gizi Baik   4. >+2 SD Gizi Lebih

3.5. 3.5.3 3

Maln Malnut utri risi si Dan Dan Gi Gizi zi Baik Baik..

 

Malnutrisi adalah status gizi balita di bawah nilai -2 SD. Gizi baik  adalah status gizi balita di atas -2 SD. 3.5.4

Kejadian ISP ISPA Frekue Fre kuensi nsi terjad terjadiny inyaa penyak penyakit it infeksi infeksi salura saluran n pernaf pernafasan asan akut akut yang yang terjadi pada bulan Desember 2012, yang ditandai dengan salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, disertai dengan demam diperoleh dari pemeriksaan petugas kesehatan.

3.6

Pengumpulan Data Pengum Pen gumpul pulan an data data yang yang dipaka dipakaii adalah adalah data data sekund sekunder er catata catatan n registrasi Puskesmas Sekip Palembang bulan Desember 2012.

3.7

Analisa Data Data Da ta dikum dikumpu pulk lkan an dan dan dian dianal alis isis is sert serta a disa disajik jikan an dala dalam m tabel tabel distribusi dan grafik kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan SPSS dan diinterpretasi: a.

Analisis Univariat Untuk mendeskripsikan kondisi variabel penelitian.

b.

Analisis Bivariat Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, digunakan metode Chi-square Chi-square..

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 4.1 1

Gamb Gambar aran an Pusk Puskes esma mass Se Seki kip p Pale Palemb mban ang g

Puskesmas Sekip Palembang awalnya berdiri pada tahun 1962 yang masih merupakan KIA, berlokasi di Jalan Madang RT 39, kemudian tahun1964 pindah ke daerah Sekip Ujunh dan pelayanan bertambah menjadi Balai Pengobatan dan KIA. Seiring Seirin g perkembanga perkembangannya, nnya, berubah berubah menjadi menjadi Pustu (Puskesmas Pembantu) Pembantu) dengna dengna menginduk mengi nduk ke Puskesmas Puskesmas Dempo, Dempo, selanjutnya selanjutnya berubah menginduk menginduk ke Puskesmas Puskesmas Basuki Rahmat. Tahun 1983, berubah menjadi Puskesmas Induk. 4.1.1

Wilay ayaah Ker Kerja Puskesma Sekip melipputi 3 kelurahan sebagai wilayah kerja, yaitu: 1. Kelu Kelura raha han n Pahl Pahlaw awan an 2. Kelu Kelura raha han n Seki Sekip p Jaya Jaya 3. Kelu Kelura raha han n 20 Il Ilir ir DII DII

4.1.2

Geografi

Puskesmas Sekip Palembang terletak di wilayah Puskesmas wilayah kelurahan kelurahan 20 Ilir DII Kecamatan kemuning Kota Palembang dengan luas wilayah 674,3 Ha dengan  jumlah penduduk 41.831 jiwa pada tahun 2011. Geografi wilayah kerja Puskesmas Sekip Palembang sebagian besar terdiri dari daerah daratan dan sebagian kecil di pinggir sungai dan rawa. 4.1.3

Demografi Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Sekip Palembang  pada tahun 2011 adalah 41.831 jiwa. Penduduk berusia bayi sebanyak 762  jiwa dan penduduk berusia balita sebanyak 3522 3522 jiwa.

 

4.1.4 4.1 .4

Daftar Daftar Penya Penyakit kit Terb Terbany anyak ak di Balai Balai Peng Pengoba obatan tan Anak  Anak  Tabel 4.1. 10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Sekip dan Pustu tahun 2011.

4.1.5 4.1. 5

No. 1. 2.

Nama Penyakit ISPA Penyakit Lainnya

Jumlah 2130 1723

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Diare Penyakit Kulit Infeksi Penyakit Kulit Alergi Penyakit Mata Penyakit Rongga Mulut Kecelakaan Tonsillitis Pneumonia

316 252 160 70 65 31 26 14

Status Status Gizi Balita berdasar berdasarkan kan Jenis Jenis Kelamin Kelamin Tahun Tahun 2011 2011 di Puskesmas Puskesmas Sekip Sekip Palembang Tabel 4.2. Status Gizi Balita berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011

4.1. 4.1.6 6

No.

Status Gizi

1. 2. 3. 4.

Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Total

Laki-laki n % 27 1,15 2.303 98,13 15 0,64 2 0,09 2.347 49,29

Perempuan n % 16 0,66 2.374 98,30 25 1,04 0 0,00 2.415 50,71

Pers Persen enta tase se Cak Cakup upan an Im Imun unis isasi asi Tabel 4.3. Persentase Cakupan Imunisasi Tahun 2011 No. Imunisasi 1. BCG 2. Polio 3 3. DPT1 + HB1 4. DPT3 + HB3 5. Campak

4. 4.2 2

Jumlah n % 43 0,90 4.677 98,22 40 0,84 2 0,02 4.762 100

Jumlah 97% 935 96% 90% 90%

Di Dist stri ribu busi si Juml Jumlah ah Kunj Kunjun unga gan n Bali Balita ta ke Balai Balai Peng Pengob obat atan an Anak Anak Pusk Puskes esma mass Sekip Palembang Bulan Desember 2012

 

Berdas Ber dasark arkan an hasil hasil penelit penelitian ian dan pengol pengolaha ahan n data data yang yang tel telah ah dilaku dilakukan kan,, distri dis tribus busii jumlah jumlah kunjun kunjungan gan balita balita ke Balai Balai Pengo Pengobat batan an Anak Anak Puskesm Puskesmas as Sekip Sekip Palembang bulan Desember 2012 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

Tabel Tab el 4.4 Distrib Distribusi usi Jumlah Jumlah Kunjun Kunjungan gan Balita Balita ke Balai Balai Pengob Pengobata atan n Anak Anak Puske Puskesmas smas Sekip Palembang Bulan Desember 2012. No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1. Laki-laki 131 50,8% 2. Perempuan 127 49,2% Total 258 100%

Gambar 4.1: Grafik Distribusi Kunjungan Balita ke Balai Pengobatan Anak  Puskesmas Sekip Palembang pada bulan Desember 2012 berdasarkan Jenis Kelamin. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat 258 kunjungan balita (12  bulan – 60 bulan) ke Balai Pengobatan Anak ke Puskesmas Sekip Palembang selama  bulan Desember 2012, jumlah balita laki-laki lebih banyak yaitu 131 orang (50,8%) dan balita perempuan sebanyak 127 orang (49,2%).

4.3 4. 3

Gamb Gambar aran an Stat Status us Gizi Gizi Bali Balita ta di Puske Puskesm smas as Seki Sekip p Palem Palemba bang ng Bula Bulan n Desem Desembe berr 2012

Berdas Ber dasark arkan an hasil hasil penelit penelitian ian dan pengol pengolaha ahan n data data yang yang tel telah ah dilaku dilakukan kan,, gambaran status gizi balita yang berkunjung ke Balai Pengobatan Anak Puskesmas Sekip Palembang selama bulan Desember 2012 dapat dilihat pada tabel dan grafik   berikut:

Tabe Ta bell 4.5. 4.5. Gamb Gambar aran an Statu Statuss Gi Gizi zi Bali Balita ta di Pusk Puskesm esmas as Se Seki kip p Pa Pale lemb mban ang g Bula Bulan n Desember 2012 No. Status Gizi Frekuensi Persentase 1. Gizi Buruk 12 4,7%

 

2. 3. 4.

Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Total

52 188 6 258

20,2% 72,9% 2,3% 100%

Gambar 4.2. Grafik Distribusi Status Gizi Balita yang Berobat ke Balai Pengobatan Anak di Puskesmas Sekip Palembang pada bulan Desember 2012. Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dari 258 anak yang berobat ke balai  pengobatan Puskesmas Sekip Palembang pada bulan Desember 2012 sebanyak 72,9%  balita memiliki status gizi baik.

4.3.1 4.3 .1

Distrib Distribusi usi Statu Statuss Gizi Bali Balita ta Berdas Berdasark arkan an Jenis Jenis Kelami Kelamin n Berdasarkan data status gizi yang didapat, berikut adalah distribusi status gizi balita berdasrkan jenis kelamin:

Tabel 4.6. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin No. Status Gizi Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan n % n % n % 1. Gizi Buruk 4 33,3 8 66,7 12 100 2. Gizi Kurang 30 57,7 22 42,3 52 100 3. Gizi Baik 94 50 94 50 188 100 4. Gizi Lebih 3 50 3 50 6 100 Total 131 50,8 127 49,2 258 100

 

Gambar 4.3. Grafik Distribusi Status Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dari 72,9% balita yang memiliki status gizi baik, jumlah balita laki-laki dan perempuan memiliki distribusi yang sama.

4.4

Ang Angka Keja ejadian dian ISPA pada pada Bali Balita ta di Puskes skesma mass Sekip Pal aleemban mbang g Bula Bulan n Desember 2012

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, angka kejadian ISPA pada  balita berusia 12 bulan – 60 bulan di Balai Pengobatan Anak Puskesmas Sekip Palembang pada bulan Desember 2012 adalah sebagai berikut:

Tabe Ta bell 4.7. 4.7. No. 1. 2.

Angk Angkaa Kejad Kejadia ian n ISPA ISPA pada Balita Balita di Pusk Puskesm esmas as Se Seki kip p Pale Palemb mban ang g  bulan Desember 2012

Diagnosis ISPA Non-ISPA Total

Frekuensi 157 101 258

Persentase 60,9% 39,1% 100%

 

Gambar 4.4. Grafik Angka Kejadian ISPA pada Balita di Balai Pengobatan Anak  Puskesmas Sekip Palembang pada bulan Desember 2012 Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dari 258 kunjungan balita usia 12 bulan –  60 bulan ke Balai Pengobatan Pengobatan Puskesmas Puskesmas Sekip Palembang Palembang selama bulan Desember  20 2012 12,, 15 157 7 ba bali lita ta (6 (60, 0,9% 9%)) didi didiag agno nosis sis mend mender erita ita ISPA ISPA da dan n 10 101 1 (3 (39, 9,1% 1%)) ba bali lita ta didiagnosis Non-ISPA.

4.4.1 4.4 .1

Distrib Distribusi usi Kejad Kejadian ian ISPA ISPA Berd Berdasar asarkan kan Jeni Jeniss Kelami Kelamin n Berd Be rdasa asark rkan an da data ta ke keja jadi dian an ISPA ISPA pa pada da ta tabe bell 4. 4.7, 7, be beri riku kutt ad adal alah ah distribusi kejadian ISPA dan Non-ISPA berdasarkan jenis kelamin:

Tabell 4.8 Tabe 4.8.. Di Distr strib ibus usii Kej Kejad adia ian n ISP ISPA A Be Berd rdasa asark rkan an Je Jeni niss Kela Kelami min n No. Diagnosis Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan n % n % n % 1. 2.

ISPA Non-ISPA Total

81 50 131

51,6 49,5 50,8

76 51 127

48,4 50,5 49,2

157 101 258

100 100 100

Gambar 4.5 Grafik Distribusi ISPA dan Non-ISPA pada Balita Berdasarkan Jenis Kelamin

 

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dari 258 kunjungan balita usia 12  bulan – 60 bulan ke Balai Pengobatan Puskesmas Sekip Palembang selama  bulan Desember 2012 didapatkan 51,6% balita laki dan 48,4% balita  perempuan mengalami ISPA, sisanya sebanyak 49,5% balita laki-laki dan 50,5% balita perempuan mengalami penyakit lainnya.

4.4.2 4.4 .2

Distrib Distribusi usi Kejad Kejadian ian ISPA ISPA pada pada Balita Balita Berdasa Berdasarka rkan n Status Status Gizi Gizi Berd Be rdasa asark rkan an ha hasil sil pe pene neli liti tian an ya yang ng di dila laku kuka kan, n, be beri riku kutt di dist stri ribu busi si kejadian ISPA dan Non-ISPA berdasarkan status gizi:

Tabell 4.9. Tabe 4.9. Pr Prop opor orsi si Kej Kejad adia ian n ISPA ISPA pa pada da Bal Balit itaa Berd Berdas asark arkan an Sta Statu tuss Gizi Gizi No. Status Gizi Diagnosis Jumlah ISPA Non-ISPA n % n % n % 1. Gizi Buruk 4 33,3 8 66,7 12 100 2. Gizi Kurang 32 61,5 20 38,5 52 100 3. Gizi Baik 116 61,7 72 38,3 188 100 4. Gizi Lebih 5 83,3 1 16,7 6 100 Total 157 60,9 101 39,1 258 100

Gambar 4.6. Distribusi ISPA dan Non-ISPA Berdasarkan Status Gizi Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dari 72,9% balita yang berobat ke Balai Pengobatan Anak Puskesmas Sekip Palembang selama bulan Desember  2012 yang memiliki status gizi baik, didapatkan 61,7% balita dengan gizi baik  mengalami ISPA dan 38,3% menderita penyakit lainnya.

 

4.5 4. 5

Hubu Hubung ngan an Stat Status us Giz Gizii Deng Dengan an Kej Kejad adia ian n ISPA ISPA Pad Pada a Bali Balita ta

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, berikut adalah analisis bivariat antara kategori status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Sekip Palembang pada bulan Desember 2012:

Tabe Ta bell 4.10 4.10.. No.

1. 2.

Hubu Hubung ngan an Sta Statu tuss Gizi Gizi deng dengan an keja kejadi dian an ISPA ISPA di di Pusk Puskesm esmas as Sek Sekip ip Palembang bulan Desember 2012 Kategori Sta Status ISPA Non-ISPA Jumlah  p-value gizi n % n % n % Malnutrisi 36 56,3 28 43,8 64 100 0,470 Gizi Baik 121 62,4 73 37,6 194 100 Total 157 60,9 101 39,1 258 100

Hasil analisis hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita  berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa di antara 194 balita yang status gizinya baik, 62,4% mengalami ISPA. Sedangkan pada 64 balita dengan status gizi malnutrisi, 56,3% yang mengalami ISPA. Dari hasil uji statistik diperoleh  p-value sebesar seb esar 0,470. 0,470. Hal ini menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa pada pada tingka tingkatt kemakn kemaknaan aan 5%, tidak  tidak  terd terdap apat at hu hubu bung ngan an ya yang ng be berm rmak akna na an anta tara ra statu statuss gi gizi zi de deng ngan an ke keja jadi dian an ISPA ISPA di Puskesmas Sekip Palembang bulan Desember 2012.

4.6

Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapatnya hubungan antara status gizi gizi ba bali lita ta de deng ngan an ke kejad jadia ian n ISPA ISPA di Pusk Puskes esma mass Se Seki kip p Pa Pale lemb mban ang g pa pada da bu bula lan n Desembe Dese mberr 2012. 2012. Hasil Hasil ini berbed berbedaa dengan dengan teori teori imunit imunitas as tubuh tubuh balita balita menjad menjadii menurun menuru n pada pada status status gizi gizi yang yang kurang kurang.. Banyak Banyak faktor faktor lain yang yang mempen mempengar garuhi uhi kejadi kej adian an ISPA ISPA pada pada balita balita yaitu yaitu factor factor indivi individu du balita balita seperti seperti status status gizi, gizi, status status imunisasi, berat lahir. Faktor perilaku seperti pemberian ASI, pendidikan orang tua, status social dan ekonomi, dan penggunaan fasilitas kesehatan. Sedangkan faktor  lingku lin gkunga ngan n yaitu yaitu pencem pencemaran aran udara udara dalam dalam rumah rumah yang yang diseba disebabka bkan n asap asap dapur  dapur  maupun asap rokok, ventilasi rumah, dan kepadatan hunian rumah. Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati tahun 2006 200 6 mengen mengenai ai factor-f factor-fakt aktor or yang yang mempen mempengar garuhi uhi kejadi kejadian an ISPA ISPA pada pada balita balita di Puskesmas Pati I menunjukkan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif  dengan kejadian ISPA pada balita (p value = 0,01), ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita (p value = 0,00), ada hubungan antara

 

ventilasi ruang tidur dengan kejadian ISPA pada balita (p value = 0,03), ada hubungan antara keberadaan anggota keluarga yang merokok dengan kejadiap ISPA pada balita (p value = 0,00), ada hubungan antara keberadaan anggota keluarga yang merokok  dengan kejadian ISPA pada balita (p value = 0,00). Sedangkan status gizi, status imunisasi, lantai ruang tidur, kepemilikan lubang asap dapur, dan penggunaan jenis  bahan bakar tidak memiliki hubungan dengan dengan kejadian ISPA pada balita.20 Padaa penelit Pad penelitian ian Nuryan Nuryanto to yang yang meneli meneliti ti factor factor yang yang berhub berhubung ungan an dengan dengan kejadian kejad ian ISPA pada balita di wilayah wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Sosial Palembang pada bulan Januari sampai April 2009 menunjukkan adanya hubungan bermakna antara status gizi ( p  p value = 0,004), status imunisasi ( p value = 0,005), kepadatan rumah ( p value = 0,011), keadaan ventilasi rumah (0,007), status merokok orang tua ( p ( p value = 0,005),  pendidikan ibu (  p p value = 0,001), dan status ekonomi keluarga ( p value = 0,005) dengan kejadian ISPA pada balita.21 Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Sukmawati dan Sri Dara Ayu di wilaya wil ayah h kerja kerja Puskes Puskesmas mas Tunik Tunikama amasean seang g Kecama Kecamatan tan Bantoa Bantoa Kabupa Kabupaten ten Maros, Maros, Makassar, menunjukkan hasil ada hbungan antara status gizi ( p value = 0,031) dengan kejadian ISPA pada balita, tidak ada hubungan bermakna antara berat badan lahir  dengan jedaian ISPA ( p value = 0,636), dan ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita ( p value = 0,026).22

 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

1. Tida Tidak k ad adaa hu hubu bung ngan an antara antara statu statuss gizi gizi de deng ngan an ke keja jadi dian an ISPA ISPA pada balita balita di Puskesmas Sekip Palembang selama bulan Desember 2012. 2. Jumlah kunju kunjungan ngan balita balita ke Balai Balai Pengobata Pengobatan n Anak Puskesma Puskesmass Sekip Palemba Palembang ng  pada bulan Desember 2012 sebanyak 258 balita, proporsi laki-laki lebih banyak  yaitu 131 balita laki-laki (50,8%) dan 127 balita perempuan (49,2%). 3. Status gizi gizi terbanyak terbanyak yang yang dimiliki dimiliki responden responden yaitu yaitu status status gizi baik dengan dengan jumlah jumlah 188 balita (72,9%) dan terendah yaitu status gizi lebi dengan jumlah 6 balita (2,3%). 4. Propor Proporsi si balita laki-la laki-laki ki sama dengan dengan propors proporsii balita balita perempua perempuan n pada pada status status gizi  baik yaitu masing-masing sebesar 50% (94 balita). 5. Angka kejadia kejadian n ISPA pada pada balita di Puskesm Puskesmas as Sekip Palemba Palembang ng bulan Desemb Desember  er  2012 sebesar 157 kasus (60,9%) ( 60,9%) dari total kunjungan 258 kunjungan. 6. Proporsi Proporsi balita balita laki-laki laki-laki yang yang mengalami mengalami ISPA ISPA lebih banyak banyak yaitu yaitu sebesar sebesar 51,6% 51,6% (81 balita) dan proporsi balita perempuan sebesar 48,4% (76 balita). 7. Kejadi Kejadian an ISPA pada balita balita dengan dengan status gizi gizi baik baik sebanyak sebanyak 116 kasus kasus (61,7%), (61,7%), sedangkan pada gizi kurang sebesar 32 kasus, gizi buruk 4 kasus, dan gizi lebih 5 kasus.

5.2

Saran

1. Perl Perlu u dila dilaku kuka kan n pe pene neli liti tian an lebi lebih h lanj lanjut ut de deng ngan an va vari riab abel el pe pene neli liti tian an ya yang ng le lebi bih h  banyak sesuai factor-faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita yaitu faktor fak tor indivi individu du balita balita seperti seperti status status gizi, gizi, status status imunis imunisasi, asi, berat berat lahir. lahir. Faktor  Faktor   perilaku seperti s eperti pemberian ASI, pendidikan orang tua, status social dan ekonomi,

 

da dan n pe peng nggu guna naan an fasil fasilit itas as ke keseh sehat atan an.. Se Seda dang ngka kan n fakto faktorr ling lingku kung ngan an ya yait itu u  pencemaran udara dalam rumah yang disebabkan asap dapur maupun asap rokok, ventilasi rumah, dan kepadatan hunian rumah. 2. Penelitian Penelitian lanjutan lanjutan sebaikn sebaiknya ya dilakuka dilakukan n dalam periode periode yang lebih lama. lama. 3. Peneli Penelitian tian lanjuta lanjutan n sebaikn sebaiknya ya juga meneliti meneliti hubungan hubungan usia dan kejadian kejadian ISPA  pada balita. 4. Penelitian Penelitian lanjutan lanjutan sebaikny sebaiknyaa menggunak menggunakan an data primer primer berupa berupa kuisioner. kuisioner.

 

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6.

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 20.

21.

Anonim, 2007. Profil Kesehatan di Indonesia. Indonesia. Depkes R.I , Jakarta. Salam, A.,(2006)  Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada Balita di Kabupaten  Magelang . Tesis , UGM. Yogyakarta Anonim, 2008. Profil Kesehatan di Indonesia. Indonesia. Depkes R.I , Jakarta. http://www.dinkes.palembang.go.id/  Hubungan Status Gizi Terhadap Terjadinya Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan  Akut (Ispa) Pada Balita. Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012. Rahmawati D.  Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Urj Anak Rsu Dr. Soetomo Surabaya. 2008. Polite Politeknik knik Kesehatan Kesehatan Program Program Studi Kebidanan Sutomo Surabaya. SulisPada tyoninBalita gsih R, RDi , Ru RWilayah ustandi R. RKerja .  Faktor-Faktor Berhubungan Dengan Kejadian  Ispa Puskesmas Yang Dtp Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010. 2010. 2011. ISBN 978-602-96943-1-4. FKM UNSIL. Justin, 20 2006.  Hubungan Sanitasi Rumah Tinggal Dengan Kejadian Penyakit   Pneumonia, Unhalu, Kendari. Anonim, 19 1 996.  Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk penanggulangan penanggulangan  Pnemonia pada Balita Balita Dalam Pelita VI , Jakarta. Anonim, 20 2002.  Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk penanggulangan penanggulangan  Pnemonia pada Balita Balita,, Jakarta. Depkes R. R.I., ((2 2002)  Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan  Akut Untuk Penanggulangan Penanggulangan Pneumonia Pada Pada Balita, Balita, Ditjen PPM-PLP. Jakarta. Anonim, 2004. Sistem Kesehatan Nasional , Jakarta. Sukar, 1996. Pengaruh Kualitas Lingkungan Dalam Ruang Ruang ( Indoor ) Terhadap ISPA  Pnemonia, Buletin Penelitian Kesehatan, Bandung. Anwar A, A, 19 1992,  Pengaruh Pencemran Udara” Indoor” Pembakaran Biomassa Terhadap Kesehatan : Majalah Kesehatan Masyarakat,Jakarta. Dachroni, 2002.  Jangan Biarkan Hidup Dikendalikan Rokok . In Inte terak raksi si Media Media Promosi Kesehatan Indonesia No XII , Jakarta. Adningsih, 2003. Tida Tidakk Mero Meroko kokk Adal Adalah ah In Inves vesta tasi si,, In Inte tera raks ksii Medi Mediaa Prom Promos osii Kesehatan Indonesia No XIV, Jakarta. Soeharjo, 1 19 992. Perencanaan Pangan Dan Dan Gizi, Gizi, Bumi Aksara, Jakarta. Anonim, 2008. Profil Kesehatan di Indonesia. Indonesia. Depkes R.I , Jakarta. Anonim, 2007. Profil Kesehatan di Indonesia. Indonesia. Depkes R.I , Jakarta. Suha Suhand nday ayan anii I, 2007 2007.. Skri Skrips psi: i: Fa Fact ctor or-f -fak akto torr ya yang ng Berh Berhub ubun unga gan n de deng ngan an Keja Kejadi dian an ISPA pada Balita di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati tahun 2006. Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang. Nury Nuryan anto to.. 20 2010 10.. Beb Beber erap apaa fa fact cto or yang ang Ber erh hub ubun unga gan n den eng gan In Infe fek ksi Salu Salura ran n Pernafasan (ISPA) pada Balita. Jurnal Pembangunan Manusia Vol 4, No 11 tahun 2010.

 

22 22..

Sukm Sukmaw awat ati, i, Ayu Ayu SD. 2010 2010.. Hubun Hubunga gan n Statu Statuss Gizi, Gizi, Berat Berat Bada Badan n Lahir Lahir dan dan Imuni Imunisas sasii dengan den gan Kejadi Kejadian an ISPA ISPA di Wilaya Wilayah h Kerja Kerja Puskes Puskesmas mas Tunika Tunikamas masean ean Kabupa Kabupaten ten Bontoa Kecamatan Maros, Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan, Vol 10, Edisi 2, Juli  – Desember 2010.

LAMPIRAN

I.

Distrib ribusi berd rdaasa sarrkan Jen Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frequency

II.

P ercent

Valid Pe Percent

Cumulative Pe Percent

Laki-laki

131

50.8

50.8

50.8

Perempuan

127

49.2

49.2

100.0

Total

258

100.0

100.0

St Stat atus us Giz Gizii Bali Balita ta di di Pus Puske kesm smas as Sek Sekip ip Pale Palemb mban ang g pad padaa bulan bulan Desem Desembe berr 2012 2012 Status Gizi Frequency Gizi B uruk

Percent 12

Gizi K urang Gizi B aik

III.

Cumulative Pe Percent 4.7

4.7

52

20.2

20.2

24.8

188

72.9

72.9

97.7 100.0

Gizi Lebih Total

V alid Pe Percent 4.7

6

2.3

2.3

258

100.0

100.0

Status Status Gizi Gizi Bali Balita ta d dii Pusk Puskesm esmas as Seki Sekip p Pale Palemba mbang ng pada pada bula bulan n Desem Desember ber 2012 2012  berdasarkan Jenis Kelamin Count Jenis Kelamin Laki-laki S tatus Gizi

Gizi Buruk

Total

4

8

12

Gizi Kurang

30

22

52

Gizi Baik

94

94

188

3 131

3 127

6 258

Gizi Lebih Total

IV.

Perempuan

Angka Angka Kej Kejadi adian an ISPA ISPA pada pada balita balita di Puskesm Puskesmas as Seki Sekip p Pale Palemba mbang ng pada pada Bula Bulan n Desember 2012 Diagnosis Frequency

Percent

V alid P ercent

Cumulative Percent

IS P A

157

60.9

60.9

60.9

Non-ISPA Total

101 258

39.1 100.0

39.1 100.0

100.0

 

V.

Di Dist strib ribus usii Keja Kejadi dian an ISPA ISPA pa pada da ba bali lita ta be berd rdasa asark rkan an Je Jeni niss Kel Kelam amin in Diagnosis * Jenis Kelamin Crosstabulation Count Jenis Kelamin Laki-laki Diagnosis

ISPA Non-ISPA

Total

VI.. VI

P erempuan

Total

81

76

157

50 131

51 127

101 258

Di Dist strib ribus usii Keja Kejadi dian an ISP ISPA A pada pada Bal Balit itaa Berd Berdas asark arkan an Sta Statu tuss Gizi Gizi Status Gizi * Diagnosis Crosstabula Crosstabulation tion Diagnosis IS PA S tatus Gizi

Gizi B uruk Gizi Kurang

Count % within Status Gizi Count % within Status Gizi

Gizi Normal

Count

Total

VII.. VII

4 33.3%

Total

8 66.7%

12 100.0%

32

20

52

61.5%

38.5%

100.0%

116

72

188

61.7%

38.3%

100.0%

5

1

6

% within Status Gizi Count

83.3% 157

16.7% 101

100.0% 258

% within Status Gizi

60.9%

39.1%

100.0%

% within Status Gizi Gizi Lebih

Non-ISP A

Count

Hubung Hubungan an Statu Statuss Gizi deng dengan an Kejadi Kejadian an ISPA ISPA pada pada balit balitaa di Puskes Puskesmas mas Seki Sekip p Palembang pada bulan Desember 2012 Kategori Status Gizi * Diagnosis Crosstabulation Crosstabulation Diagnosis IS P A Kategori Status Gizi

Count % within Kategori S tatus Gizi

Total 28

64

56.3%

43.8%

100.0%

% within Diagnosis

22.9%

27.7%

24.8%

% of Total

14.0%

10.9%

24.8%

Count % within Kategori S tatus Gizi

Total

Non-ISPA 36

121

73

194

62.4%

37.6%

100.0%

% within Diagnosis

77.1%

72.3%

75.2%

% of Total Count

46.9% 157

28.3% 101

75.2% 258

% within Kategori S tatus Gizi % within Diagnosis % of Total

60.9%

39.1%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

60.9%

39.1%

100.0%

 

Chi-Square Tests  Asymp. Sig. (2sided)

Value .757a

1

.384

Continuity Correctionb

.522

1

.470

Likelihood Ratio

.751

1

.386

P earson Chi-Square

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association

.754

N of V alid Cases

258

1

Exact Sig. (2sid sided) ed)

Exact Exact Sig. Sig. (1-sid (1-sided) ed)

.460

.234

.385

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25.05. b. Computed only for a 2x2 table

VIII. VI II.

Inde Indeks ks Ber Berat at Bad Badan an men menur urut ut Umur  Umur 

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF