hubungan status akreditasi puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien di puskesmas kabupaten bantul
March 30, 2019 | Author: Akal Riyadi | Category: N/A
Short Description
skripsi...
Description
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Menurut peraturan kementrian kesehatan No 46 tahun 2015 tentang akreditasi Puskesmas, klinik pratama, tempat praktek mandiri dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan
terpenting
pembangunan pembangunan
dari
pembangunan
kesehatan adalah
nasional.
meningkatkan meningkatkan
Tujuan
diselenggarakannya
kesadaran, kesadaran,
kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Permenkes, 2015). Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai upaya upaya kesehatan secara menyeluruh, menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes, 2015). Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pembangunan pembangunan kesehatan kesehatan masyarakat masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Herlambang, 2016). Puskesmas merupakan unit pelayanan terdepan dan langsung dapat menjangkau masyarakat, melaksanakan pelayanan kesehatan melalui upaya pokok kegiatan Puskesmas yang salah satunya pelayanan kesehatan dengan memberi pengobatan, pengobatan, Pelayanan kesehatan kesehatan yang diberikan diberikan Puskesmas meliputi pengobatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap termasuk di dalamnya upaya peningkatan kesehatan, pencegahan pencegahan penyakit, penyakit, penyembuhan penyembuhan dan dan pemulihan pemulihan kesehatan. kesehatan. Puskesmas Puskesmas sebagai sebagai fasiltas kesehatan tingkat pertama wajib menyediakan pelayanan kesehatan sesuai
1
2
dengan peraturan perundangan yang berlaku dan pedoman dari Kementerian Kesehatan dengan memperhatikan memperhatikan kebutuhan dan harapan masyarakat. Jenis-jenis pelayanan pelayanan yang disediakan perlu diketahui dan dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, sebagai wujud pemenuhan akses masyarakat terhadap pelayanan yang dibutuhkan (Permenkes No. 46 Tahun 2015). Mutu dan kinerja pelayanan perlu diupayakan untuk ditingkatkan secara berkesinambungan, berkesinambungan, oleh karena itu umpan balik dari masyarakat masyarakat dan pengguna pelayanan pelayanan
Puskesmas Puskesmas
secara
aktif
diidentifikasi diidentifikasi
sebagai
bahan
untuk
penyempurnaan penyempurnaan pelayanan Puskesmas. Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan peningkatan kinerja kinerja dilaksanakan dilaksanakan secara secara berkesinambun berkesinambungan, gan, maka maka perlu dilakukan dilakukan penilaian oleh oleh pihak eksternal eksternal dengan dengan menggunakan menggunakan standar standar yang ditetapkan yaitu yaitu melalui mekanisme akreditasi (Permenkes, 2015). Layanan kesehatan yang bermutu adalah layanan kesehatan yang selalu berupaya berupaya memenuhi memenuhi harapan pasien sehingga sehingga pasien pasien akan selalu selalu merasa berhutang budi serta sangat berterima berterima kasih. Akibatnya, pasien akan bercerita kemana-mana kemana-mana dan kepada setiap orang untuk menyebarluaskan segala hal yang baik tersebut sehingga pasien atau masyarakat akan berperan menjadi petugas hubungan masyarakat dari setiap organisasi layanan kesehatan yang baik mutunya (Pohan, 2007). Kepuasan adalah merupakan respon pelanggan sebagai hasil dan evaluasi ketidaksesuaian kinerja atau tindakan yang di rasakan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya harapan (Tjiptono, 2006). Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perberdaan perberdaan antara kinerja yang di r asakan dan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa dan tidak puas. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan kinerja yang melebihi harapan, pelanggan pelanggan akan merasa sangat puas. Harapan pelanggan pelanggan dapat di bentuk oleh penglaman penglaman masa lampau, lampau, kometar dari dari kerabatnya kerabatnya (Supranto, 2006) 2006) Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan kabupaten Bantul pada tanggal tanggal 16 Desember Desember 2016 2016 di peroleh peroleh data data bahwa terdapat 12 12 Puskesmas Puskesmas dari
Commented [DZ1]: Stupen tantang kepuasannya mana?
3
27 Puskesmas yang ada di kabupaten Bantul yang sudah terakreditasi. Dua Puskesmas terakreditasi dasar yaitu Puskesmas Jetis I dan Puskesmas Jetis II, enam Puskesmas terakreditasi Madya di antaranya yaitu Puskesmas Srandakan, Puskesmas Sanden, Puskesmas Pundong, Puskesmas Bantul I, Puskesmas Imogiri I, dan Puskesmas Bambanglipuro, tiga Puskesmas terakreditasi Utama di antaranya yaitu Puskesmas Piyungan, Puskesmas Pleret, dan Puskesmas Banguntapan, dan satu Puskesmas yang terakreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan. Peneliti melakukan studi pendahuluan 2 Februari 2016 dengan melihat data sekunder, Puskesmas Pundong Terakreditasi Madya pada bulan November 2016, di dapatkan hasil penilaian internal indeks Kepuasan Masyarakat pada bulan Desember, Puskesmas Pundong mendapatkan nilai sebesar 3,026 dengan IKM konversi sebesar 75,67. Hasil tersebut dalam nilai mutu pelayanan kategori B, atau berpredikat berpredikat B (baik). Dari hasil data tersebut, peneliti tertarik untuk m eneliti tentang “Hubungan Akreditasi Puskesmas dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas di Kabupaten Bantul”.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Berdasarkan Berdasarkan peninjauan peninjauan latar belakang maka penulis merumuskan merumuskan sebagai berikut : “A pakah “A pakah ada hubungan hubungan Akreditasi Akreditasi Puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien di Kabupaten Bantul ?.”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status Akreditasi Puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien Puskesmas Puskesmas di kabupaten kabupaten Bantul. Bantul.
4
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran akreditasi Dasar puskesmas Jetis I. b. Mengetahui gambaran akreditasi Madya puskesmas Pundong. c. Mengetahui gambaran akreditasi Utama puskesmas Pleret. d. Mengetahui gambaran akreditasi Paripurna puskesmas Pajangan. e. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Jetis I f. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pundong. g. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pleret. h. Mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien di puskesmas Pajangan.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi puskesmas. Di harapkan penelitian ini dapat memberi masukan bagi manajemen puskesmas dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang di berikan untuk memenuhi kepuasan pasien yang lebih baik. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti tentang akreditasi Puskesmas dan tingkat kepuasan pasien di puskesmas.
E. Keaslian Penelitian
Untuk keaslian Penelitian ini penelity mengambil referensi dari penelitian sebelumnya yaitu : 1. Indrianti retno dwi (2010),” Analisis pengaruh tingkat kualitas pelayanan jasa Puskesmas terhadap kepuasan pasien di Puskesmas Gunungpati Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat kualitas pelayanan jasa puskesmas puskesmas terhadap kepuasan pasien. Penelitian Penelitian ini menggunakan menggunakan metode metode analisis kuantitatif dengan menggunakan uji validitas dan reabilitas, reabilit as, uji asumsi klasik, uji F, koefisien determinasi, uji T, dan analisis regresi berganda. Sampel yang di gunakan berjumlah 100 responden. Metode pengambilan sampel
5
menggunakan purposive sa mpling. Populasi dalam penelitian ini 1819 pasien. Hasil penelitian di dapatkan bahwa dengan menggunakan metode regresi berganda dapat di simpulkan bahwa variable bukti langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan nilai signifikansi (P Value) sebesar 0,0030,05. Jaminan berpengaruh positif tetapi tidak signifikansi
terhadap kepuasan konsumen dengan nilai signifikansi (P Value) sebesar 0,1640,05.Untuk empati tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan nilai signifikansi (P Value) sebesar 0,623>0,05. Secara simultanbukti langsung, kehandalan, jaminan, daya tanggap dan empati berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan F hitung sebesar 11,186 dengan angka signifikansi (P Value) sebesar 0,000 60%, Bab VII,VIII, IX > 20% c. Terakreditasi Madya : jika pencapaian nilai Bab I, II, III > 75% dan Bab IV, V, VI > 60%, Bab VII,VIII, IX > 20% d. Terakreditasi Utama : jika pencapaian nilai Bab I, II, III, IV, V, VI, VII > 75% dan Bab VIII, IX > 60%, e. Terakreditasi Paripurna : jika penilaian semua Bab > 75%
12
C. Puskesmas
1. Defisini Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan oraganisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya (Herlambang, 2016). Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (permenkes, 2014) Puskesmas didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar, menyeluruh, paripurna, dan terpadu bagi sleuruh penduduk yang tinggal di wilayah
kerja
puskesmas.
Progaram
dan
upaya
kesehatan
yang
di
selenggarakan oleh puskesmas merupakan program pokok ( public health essential) yang wajib di laksanakan oleh pemerintah untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat (Herlambang, 2016). Keputusan Menteri Kesehatan NO. 128/Menkes/SK/II/2004 menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan
kesehatan
di
suatu
wilayah
kerja
(Departemen Kesehatan, 2004). Sebagai UPT dari Dinas Kabupaten/Kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
13
2. Fungsi Puskesmas
a. Menurut
Permenkes
RI
No.
75
tahun
2014,
fungsi
Puskesmas
menyelenggarakan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya yaitu : 1) melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan. 2) melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan. 3) melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan. 4) menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait. 5) melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat. 6) melaksanakan
peningkatan
kompetensi
sumber
daya
manusia
Puskesmas. 7) memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan. 8) memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit. b. Menurut
Permenkes
RI
No.
75
tahun
2014,
fungsi
Puskesmas
menyelenggarakan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya yaitu : 1) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu. 2) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif. 3) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
14
4) menyelenggarakan
Pelayanan
Kesehatan
yang
mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung. 5) menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi. 6) melaksanakan rekam medis. 7) melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan. 8) melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan. 9) mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya. 10) melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan. c. Menurut Herlambang (2016) fungsi Puskesmas dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu : 1) Sebagai
pusat
penggerak
pembangunan
berwawasan
kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya melalui, sebagai berikut : a) Upaya penggeraklintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. b) Keaktifan memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggara setiap progam pembangunan di wilayah kerjanya. c) Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan. 2) Pusat pemberdayaan masyarakat. a) Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat serta menetapkan,
menyelenggarakan,
dan
memantau
pelaksanaan
progam kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
15
b) Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan
bantuan
tersebut
tidak
menimbulkan
ketergantungan. 3) Pusat pelayanan kesehatan pertama. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, melalui pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Kategori Puskesmas Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014 Puskesmas di kategorikan menjadi
3 yaitu : a. Puskesmas kawasan perkotaan Puskesmas kawasan perkotaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut \ 1) aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa. 2) memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel. 3) lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik; dan/atau 4) terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan a) Karakteristik Puskesmas perkotaan sebagai berikut : 1) memprioritaskan pelayanan UKM. 2) pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
16
3) pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat. 4) optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehata. 5) pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang sesuai dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan. b. Puskesmas kawasan pedesaan Puskesmas kawasan pedesaan merupakan puskesmas yang wilayah kerjnya meliputu kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut : 1) aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris. 2) memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel. 3) rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen. 4) terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas. b) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut 1) pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat. 2) pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat. 3) optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. 4) pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat perdesaan.
17
c. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi
kawasan dengan karakteristik sebagai
berikut : 1) berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir. 2) akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca. 3) kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil. c) Kriteria kawasan terpencil dan sangat terpencil sebagai berikut : 1) memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi tenaga kesehatan. 2) dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan. 3) pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal. 4) pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil. 5) optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. 6) pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau/cluster
dan/atau pelayanan
meningkatkan aksesibilitas.
kesehatan
bergerak untuk
18
4. Program Pokok Puskesmas
Menurut Herlambang (2016), kegiatan pokok Puskesmas di laksanakan sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitasnya, oleh karena itu kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda, secara umum kegiatan pokok Puskesmaas, adalah sebagai berikut : a. Kesejahteraan ibu dan anak (KIA). b. Keluarga Berencana. c. Usaha peningkatan Gizi. d. Kesehatan lingkungan. e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. f. Penyuluhan kesehatan masyarakat. g. Usaha kesehatan sekolah. h. Kesehatan olahraga. i.
Perawatan kesehatan masyarakat.
j.
Usaha kesehatan kerja.
k. Usaha kesehatan gigi dan mulut. l.
Usaha kesehatan jiwa.
m. Kesehatan mata. n. Laboratorium o. Pencatatan dan pelaporan setiap informasi kesehatan. p. Kesehatan lanjut usia. q. Pembinaan pengobatan tradisional. 5. Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Penilian mutu pelayanan puskesmas merupakan suatu proses manajemen yang di lakukan secara sistematis, obyektif, terpadu, dan berkesinambungan serta berorientasi pada pelanggan. Menurut Satrianegara (2014), dari beberapa ahli tentang mutu, dapat di rangkum ada 9 (sembilan) dimensi mutu, sebagai berikut :
19
a. Manfaat, pelayanan kesehatan yang di berikan menunjukan manfaat dan hasil yang di inginkan. b. Ketepatan, pelayanan kesehatan yang di berikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan sesuai dengan standar keprofesian. c. Ketersediaan, pelayanan kesehatan yang di butuhkan tersedia. d. Keterjangkauan, pelayanan kesehatan yang di berikan dapat tercapai dan mampu di biayai pasien. e. Kenyamanan, pelayanan kesehatan dalam suasana nyaman. f. Hubungan interpersonal, pelayanan kesehatan yang di berikan memperlihatkan komunikasi, rasa hormat, perhatian, dan empati yang baik. g. Waktu, pelayanan kesehatan yang di berikan memperlihatkan waktu tunggu pasien dan tepat waktu sesuai perjanjian. h. Kesinambungan, pelayanan kesehatan yang di berikan di laksanakan secara berkesinambungan, pasien yang memerlukan tindak lanjut perawatan perlu di tindak lanjuti. i.
Legitimasi dan akuntabilitas, pelayanan kesehatan yang di berikan dapat di pertanggung jawabkan, baik dari aspek medik maupun aspek hukum. Penilaian mutu pelayanan Puskesmas meliputi :
a. Penilaian input pelayanan berdasarkan standart yang di tetapkan. b. Penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhan terhadap standart pelayanan yang telah di tetapkan. c. Penilaian output pelayanan berdasarkan upaya kesehatan yan di selenggarakan. d. Penilaian outcome pelayanan antara lain melalui pengukuran kepuasan pengguna jasa pelayanan Puskesmas.
20
D. Kepuasan Pasien
1. Definisi Kepuasan Pasien
Kepuasan adalah model kesenjangan antara harapan (standar kinerja yang seharusnya) dengan kinerja aktual yang di terima pelanggan (Woodruff and Gardial, 2002). Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau puas bahwa produk atau jasa yang di terima telah sesuai atau melebihi harapan pelanggan.
Commented [DZ2]: Untuk perawat bukjan? Commented [WU3R2]:
Kepuasan pasien adalah merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita berikan dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia) (Nursalam, 2016). Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang di perolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang di harapkannya (Pohan, 2006). Kepuasan pengguna layanan kesehatan adalah tanggapan terhadap kesesuaian tingkat kepentingan atau harapan (ekspektasi) pengguna sebelum mereka menerima jasa pelayanan dengan sesudah pelayanan yang di terima (Neiman – Marcus dalam handi irawan, 2003). 2. Dimensi kepuasan
Pengukuran tingkat kepuasan pasien ini mutlak di perlukan. Pengukuran tersebut dapat diketahui sejauh mana dimensi – dimensi mutu layanan kesehatan yang telah di selenggarakan dapat memenuhi harapan pasien. Dimensi mutu kepuasan menurut Walyani (2015) meliputi : a. Relliability (kehandalan) yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan seperti yang di janjikan, akurat, dan memuaskan. b. Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemauan untuk menolong pelanggan dan menyediakan pelayanan yang cepat. c. Assurance (jaminan) yaitu kemampuan pengetahuan dan sopan santun pegawai untuk menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada pelanggan. d. Empathy (empati) yaitu kepedulian dan perhatian khusus pelanggan.
Commented [DZ4]: Gabungkan paragraf
21
e. Tangibles (wujud nyata) yaitu wujud kenyataan fisik yang meleputi fasilitas, peralatan, pegawai, dan barang – barang komunikasi. 3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan
Faktor – faktor yang mempenagruhi kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan, kepuasan jasa pelayanan kesehatan pasien/klien di pengaruhi oleh beberapa faktor (Juliana, 2008). a. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan di terimanya, dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting. b. Empati (sikap peduli) yang di tunjukan oleh petugas kesehatan. Sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien ( complance). Untuk bisa berempati, seorang tenaga kesehatan harus bisa mengamati dan menginterpretasikan perilaku pasien. Hal
ini
tergantung
pada
kemampuan
tenaga
kesehatan
untuk
menginterpretasikan informasi – informasi yang di berian oleh pasien tentang situasi internalnya melalui perilaku dan sikap mereka. Setiap tenaga kesehatan mempunyai kemampuan berbeda – beda dalam berempati c. Biaya (cost ), tingginya biaya pelayanan dapat di anggap sebagai sumber moral
pasien
dan
keluarganya.
“yang
penting
sembuh”
sehingga
menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan teknologi yang di tawarkan petugas kesehatan. Akibatnya, biaya perawatan menjadi mahal. Informasi terbatas yang di miliki pihak pasien dan keluarganya tentang perawatan yang di terima dapat menjadi sumber keluhan pasien. Sistem asuransi kesehatan dapat mengatasi masalah biaya kesehatan. d. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan ( tangibility). Kenyaman dalam pelayanan kesehatan dapat di tunjukan dari penampilan fisik, peralatan personel dan media komunikasi. Serta kenyamanan tidak hanya yang menyangkut fasilitas yang di sediakan, tetapi terpenting lagi menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
22
e. Jaminan keamanan yang di tunjukan oleh para petugas kesehatan (assurance), ketepatan jadwal pemeriksaan, dan kunjungan dokter juga termasuk dalam faktor ini. Jaminan pelayanan kesehatan merupakan salah satu pendekatan atau upaya yang sangat mendasar dalam memberikan pelayanan kepada pasien. f. Keandalan dan keterampilan ( relliability), petugas kesehatan dalam memberi perawatan. Keandalan merupakan tanggapan pasien terhadap kinerja petugas kesehatan dalam hal akurasi data dan pelayanan yang sesuai janji sehingga memuaskan. g. Kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap keluhan pasien (responsiveness). Ketanggapan merupakan kemauan para petugas kesehatan untuk membantu memberikan pelayanan dengan cepat, serta mendengarkan dan mengatasi keluhan yang di ajukan oleh pasien, pasien mendapat informasi secara lengkap dan jelas tentang kondisi kesehatannya. Menurut (Nusalam, 2016) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan, yaitu sebagai berikut. a. Kualitas produk atau jasa. Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukan bahwa produk atau jasa yang di gunakan berkualitas. b. Harga. Harga, yang termasuk di dalamnya adalah harga produk atau jasa. Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna
mencapai
kepuasan
pasien.
Meskipun
demikian
elemen
ini
mempengaruhi pasien dari segi biaya yang di keluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. c. Emosional. Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lainkagum terhadap konsumen bila dalam hal ini pasien memilih institusi pelayanan kesehatan
23
yang sudah mempunyai pandangan, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. d. Kinerja. Wujud dari kinerja misalnya : kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana
perawat dalam memberikan
jasa pengobatan
terutama
keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang di berikan yaitu dengan memperhatikan keberhasilan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit. e. Estetika. Estetika merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat di tangkap oleh pancaindera. Misalnya : keramahan perawat, peralatan yang lengkap dan sebagainya. f. Karakteristik produk. Produk ini merupakan kepemilikan yang bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk meliputi penampilan bangunan, kebersihan dan tipe kelas kamas yang di sediakan beserta kelengkapannya. g. Pelayanan. Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Institusi pelayanan kesehatan di anggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang di berikan. Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memeperikan pelayanan keperawatan h. Lokasi. Lokasi, meliputi, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih institusi pelayanan kesehatan. Umumnya semakin dekat lokasi dengan pusat perkotaan atau
24
yang mudah di jangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien. i.
Fasilitas. Kelengkapan fasilitas turut menentukan kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar inap. Walaupun hai ini tidak vital menentukan penilian kepuasan pasien, namun institusi kesehatan perlu memberikan perhatian pada fasilitas dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen.
j.
Komunikasi. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang di berikan pihak penyedia jasa dan keluhan – keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan – keluhan dari pasien dnegan cepat di terima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien.
k. Suasana. Suasana, meliputi keamanan dan keakraban. Suasana yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien dalam proses penyembuhan. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang menikmati itu akan tetapi orang ylain yang berkunjung akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung institusi pelayanan kesehatan tersebut. l.
Desain visual. Desain visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi ikut menentukan suatu kenyamanan.
4. Indeks kepuasan
Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada kepuasan konsumen, secara garis besar di kategorikan dalam 5 kategori yaitu product quality, service quality, price emotional factor, dan cost of acuiring (Supriyanto dan Ratna, 2007).
25
1. Product Quality Bagaimana konsumen akan merasa puas atau produk barang yang di gunakan. Beberapa dimensi yang membentuk kualitas produk barang adalah performance, reliability, conforman ce, durability, feature dan lain – lain.
2. Service Quality Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa yang telah di konsumsinya. Dimensi service quality yang lebih di kenal dengan servqual meliputi 5 dimensi yaitu tangible, reliability, assurance, empathy, responsiveness. Skala nilai di nyatakan dengan skala 1-5. Skala 1 adalah pihak tidak puas dan skala 5 adalah puas.nilai rerata skala adalah nilai skor (skor = jumlah n pengukuran di katakan skala). 3. Emotional factor Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang di gunakan di bandingkan pesaing. Emotional factor di ukur dari preceived best score, artinya persepsi kualitas terbaik di bandingkan pesaingnya. 4. Price Harga dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai) manfaat di bandingkan dengan biaya yang di keluarkan konsumen. Harga adalah pelayanan medis medical care) yang harus di bayar konsumen ( price is that which is given in an exchage to aquire a good a service).
5. Cost of aquaring Biaya yang di keluarkan untuk mendapat produk atau jasa. 5. Pengukuran Kepuasan Pasien Pengukuran kepuasan pasien akan di gunakan sebagai dasar untuk mendukunng perubahan sistem layanan kesehatan, perangkat yang di gunakan untuk mengukur kepuasan pasien itu harus handal dan dapat di percaya. Pengukuran kepuasan pasien merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan pelayanan jasa khususnya di bidang kesehatan, dengan mengetahui harapan pasien maka perusahaan dapat mempersiapkan strategi dalam perbaikan
26
mutu pelayanan kesehatan yang sudah pasti mengarah pada kepuasan pasien (Pohan, 2011). Pengukuran kepuasan pasien dapat di lakukan dengan me nggunakan “ soft measure” sebagai indikator mutu. Ukuran ini di sebut lunak (soft), sebab ukuran
– ukuran ini berfokus pada persepsi dan sikap ( perception dan attitudes ). Pengukuran lunak ini meliputi kuesioner kepuasan pelanggan untuk menentukan persepsi dan sikap pelanggan mengenai mutu barang atau jasa yang mereka beli, termasuk juga kuesioner sikap karyawan yang memungkinkan untuk mengetahui persepsi mereka dalam bekerja. 6. Alat Ukur Kepuasan Kepuasan pasien merupakan ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu pelayanan kesehatan memberikan pelayanan kepada pasiennya. Menurut Muninjaya (2001), kepuasan pasien dapat di ukur menggunkana instrumen yang di kembangkan oleh Pararusman berdasarkan lima dimensi mutu yang terdiri dari : tangibles (kenyataan), reliability (keandalan), responsiveness (cepat tanggap), assurance (jaminan/kepastian), dan empathy (empati). 7. Penilaian IKM unit pelayanan Dari Kementerian pendayagunaan aparatur negara menentukan bahwa untuk mengukur kepuasan pelayanan Puskesmas di suatu wilayag memiliki penetapan responden, lokasi dan waktu pengumpulan data. Dimana untuk memilih jumlah responden di tentukan dengan cakupan wilayah masing – masing unit pelayanan. Dimana responden di ambil dengan cara acak. Setelah itu, masing – masing responden mengisi kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan dengan masing – masing pertanyaan memiliki point tidak mudah dengan skor 1, kurang mudah skor 2, mudah skor 3 dan sangat mudah dengan skor 4. Dari masing – masing pertanyaan untuk mengetahui jumlah Nilai/unsur di jumlahkan skor yang di dapatkan dari responden tersebut. Di dapatkan hasil nilai pertanyaan nomor 1 sampai dengan 14. Setelah itu, untuk mengetahui NRR/unsur dengan cara jumlah skor tiap pertanyaan di bagi dengan jumlah responden. Langkah selanjutnya yaitu
27
menghitung NRR tertimbang/unsur yaitu dengan cara NRR/unsur x 0,071. Langkah selanjutnya, jumlahkan NRR tertimbang/unsur dari nomor 1 hingga 14. Dan untuk mengetahui hasil IKM unit pelayanan dengan cara hasil dari NRR tertimbang/unsur x 25.
28
E. Kerangka teori
Mutu Pelayanan
Akreditasi Dasar
Dimensi kepuasan Akreditasi Madya Status Akreditasi
Kepuasan pasien Akreditasi Utama
a. b.
Indeks Kepuasan Pasien :
Akreditasi Paripurna
1. 2. 3. 4. 5.
Produk Quality. Service Quality. Emotional Faktor. Price. Cost of Aquaring.
c. d.
Relliability (kehandalan) Responsiveness (ketanggapan) Empathy (empati) Tangibles (wujud nyata)
Gambar 2.1. Kerangka teori Permenkes No 46 tahun 2015, Walyani (2015), Juliana (2008), Supriyanto dan Ratna (2007).
29
F. Kerangka konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Status Akreditasi Puskesmas
Tingkat Kepuasan Pasien
Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian
G. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah “Ha : Terdapat hubungan antara status Akreditasi Puskesmas dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Kabupaten Bantul ”
30
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah d eskriptif korelasional yaitu melihat hubungan antara gejala satu dengan yang lain, atau
variable satu dengan variable yang lain (Notoatmojo, 2012). Pendekatan penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Cross sectional yaitu studi yang dapat di lakukan dengan data hanya sekali di
kumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Juliansyah, 2011). Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Akreditasi puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas yang terakreditasi Dasar, Madya, Utama, dan Paripurna dikabupaten Bantul.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini diambil di Puskesmas yang Terakreditasi Dasar yaitu Puskesmas Jetis I, Puskesmas yang terakreditasi Madya yaitu Puskesmas Pundong, Puskesmas yang terakreditasi Utama yaitu Puskesmas Pleret, dan Puskesmas yang terakreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan. 2. Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada Bulan Juli 2017.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono,
31
2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang berada di Puskesmas yang Terakreditasi di Kabupaten Bantul sebanyak 602 pasien diantaranya yaitu : a. Puskesmas yang terakreditasi Dasar yaitu Puskesmas Jetis I sebanyak pasien b. Puskesmas yang terakreditasi Madya yaitu Puskesmas Pundong sebanyak pasien c. Puskesmas yang terakreditasi Utama yaitu Puskesmas Pleret sebanyak pasien d. Puskesmas yang terakreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan sebanyak pasien 2. Sampel. Sampel adalah bagian bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi. Teknik sampling merupakan cara – cara yang di tempuh dalam pengambilan sampel (Sugiyono, 2010). Penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode
cluster
sampling yaitu di gunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan di
teliti atau sumber data sangat luas. (Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Puskesmas yang terakreditasi di Kabupaten Bantul di antaranya yaitu : a.
Puskesmas yang terakreditasi Dasar yaitu Puskesmas Jetis I.
b.
Puskesmas yang terakreditasi Madya yaitu Puskesmas Pundong.
c.
Puskesmas yang terakreditasi Utama yaitu Puskesmas Pleret.
d.
Puskesmas yang terakreditasi Paripurna yaitu Puskesmas Pajangan
3. Kriteria inklusi dan ekslusi a. Kriteria inklusi Pasien rawat jalan di Puskesmas Jetis I, Puskesmas Pundong, Puskesmas Pleret, dan Puskesmas Pajangan.
32
b. Kriteria ekslusi Sampel yang menolak ikut dalam penelitian. 4. Besar sampel Menurut Nursalam (2008), semakin besar sampel semakin mengurangi angka kesalahan. Prinsip umum yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian di gunakan jumlah sampel sebanyak mungkin. Makin kecil jumlah populasi, presentasi sampel harus semakin besar. Terdapat beberapa rumus yang dapat di pergunakan untuk menentukan besar sampel. Penentuan besar sampel jika besar populasi 75% dan Bab IV, V, VI > 60%, Bab VII,VIII, IX > 20%
3)
Terakreditasi Madya : jika pencapaian nilai Bab I, II, III > 75% dan Bab IV, V, VI > 60%, Bab VII,VIII, IX > 20%
4)
Terakreditasi Utama : jika pencapaian nilai Bab I, II, III, IV, V, VI, VII > 75% dan Bab VIII, IX > 60%,
5)
Terakreditasi Paripurna : jika penilaian semua Bab > 75%
b. Kepuasan Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner yang di berikan di adopsi dari keputusan Menteri pendayagunaan aparatur negara No : KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusuan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah. Responden hanya memberi tanda silang (x) pada pilihan yang di anggap sesuai setiap unsur dengan jika responden memilih jawaban (tidak mudah) di beri nilai satu, nilai dua jika jawaban (kurang mudah), nilai tiga jika jawaban (mudah), dan nilai empat jika jawaban (sangat mudah). Kuesioner ini di gunakan untuk mengetahui hubungan status akreditasi Puskesmas dengan tingkat kepuasan pasien yang terdiri dari 14 pertanyaan. Tabel 3.2. Nilai persepsi, inteval IKM, interval konversi IKM, mutu pelayanan dan kinerja unit pelayanan
38
Nilai
Nilai interval
Nilai interval
Mutu
Kinerja unit
persepsi
IKM
konversi IKM
pelayanan
pelayanan
1
1,00 – 1,75
25 – 43,75
D
Tidak baik
2
1,76 – 2,50
43,76 – 62,50
C
Kurang baik
3
2,51 – 3,25
62,51 – 81,25
B
Baik
4
3,26 – 4,00
81,26 – 100,00
A
Sangat baik
Nilai IKM dihitung dengan menggunakan “nilai rata-rata tertimbang” masing-masing unsur pelayanan. Dalam penghitungan indeks kepuasan masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama dengan rumus sebagai berikut: Bobot nilai rata – rata Tertimbang
Jumlah bobot =
Jumlah unsur
1 =
=
0,071
14
Untuk memperoleh nilai IKM (indeks kepuasan masyarakat) unit pelayanan digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut:
IKM
=
Total dari nilai unsur persepsi per unsur Total unsur yang terisi
x
Nilai penimbang
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25 100 maka hasil penilaian tersebut diatas dikonversikan dengan nilai dasar 25, dengan rumus sebagai berikut: IKM unit pelayanan X 25
Mengingat unit pelayanan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, maka setiap unit pelayanan dimungkinkan untuk:
39
a. Menambah unsur yang dianggap relevan. b. Memberikan bobot yang berbeda terhadap 14 (empat belas) unsur yang dominan dalam unit pelayanan, dengan catatan jumlah bobot seluruh unsur tetap 1. 2. Metode pengumpulan data Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data di peroleh dari hasil kuesioner tentang kepuasan pasien. Data sekunder berupa data jumlah pasien rawat jalan serta status akreditasi Puskesmas di peroleh dari Puskesmas jetis I, Puskesmas Pundong, Puskesmas Pleret, dan Puskesmas Pajangan.
G. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas Validitas instrumen adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar – benar mengukur apa yang di ukur (Notoatmojo, 2010). Suatu instrumen di katakan valid apabila mampu mengukur apa yang di ukur. Pada instrumen kepuasan peneliti menggunakan kuesioner yang mengacu pada lima dimensi mutu yang terdiri dari tangibles (kenyataan), reliability (keandalan),
responsiveness
(cepat
tanggap),
assurance
(jaminan/kepastian), dan empathy (empati). Pada kusioner peneliti tidak melakukan uji valid karena kuesioner di adopsi dari keputusan Menteri pendayagunaan aparatur negara No : KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusuan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah. 2. Reliabilitas Realibilitas ialah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat di percaya atau dapat di andalkan (Notoatmojo, 2010). Kuesioner tidak di lakukan uji reliabilitas karena kuesioner di adopsi dari keputusan
Menteri
pendayagunaan
aparatur
negara
No
:
40
KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusuan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah.
H. Alat dan Metode pengolahan data
1. Metode pengolahan data Tahap-tahap pengolahan data menurut Notoatmodjo, (2012) adalah sebagai berikut: a. Editing Editing adalah kegiatan untuk proses pengecekan dan perbaikan lembar kuesioner. Pada tahap editing ini sesuai dengan yang telah di sebutkan, maka peneliti melakukan pegecekan kembali pertanyaan apakah sudah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi semua jawaban. b. Coding Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan, koding atau pemberian kode sangat berguna untuk memasukan data ( data entry). Penilaian skor untuk tingkat kepuasan pasien menggunakan skor 4 = sangat baik, skor 3 = baik, skor 2 = kurang baik, skor 1 = tidak baik. Identitas pasien menggunakan : Nama di beri inisial, umur, jenis kelamin di beri kode 1 = laki – laki, 2 = perempuan. Untuk pendidikan terakhir di beri kode 1 = SD kebawah, 2 = SLTP, 3 = SLTA, 4 = D1 – D3 – D4, 5 = S1, 6 = S2 ke atas. Sedangkan untuk pekerjaan utama di beri kode
1
=
PNS/TNI/Polri,
2
=
pegawai
swasta,
3
=
wiraswasta/usahawan, 4 = pelajar/mahasiswa, 5 = lainnya. c. Memasukan data ( Data entry) atay processing Data yang diumpulkan dari masing-masing responden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan kedalam program
41
software computer salah satunya program SPSS dengan tujuan untuk melakukan analisis sesuai dengan tujuan penelitian. d. Pembersih data ( cleaning ) Apabila semua data dari setiap sumber data telah dimasukan kedalam computer. Maka perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan, data hilang, ketidak lengkapan data dengan cara melakukan list kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
2. Analisis data a. Analisis univariate (analisis deskriptif) Notoatmodjo, (2012) mengatakan bahwa analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Analisa univariate di lakukan untuk menghitung prosentasi karakteristik responden, dengan teknik distribusi frekuensi menggunakan rumus dari analisa data deskriptif yaitu sebai berikut :
=
x 100%
Keterangan P : Prosntase f : Frekuensi n : Jumlah seluruh observasi (Arikunto, 2010) b. Analisis bevariate
42
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi menggunakan data berskala. Analisis bivariat dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan pada penelitian ini, yaitu untuk melihat korelasi atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan status akreditasi Puskesmas dengan tingkaat kepuasan pasien. Maka uji statistik yang akan di gunakan adalah uji non parametrik dengan uji somers’d , yang dalam penelitian ini berbentuk skala ordinal – ordinal. Proses pengujian somers’d adalah untuk menguji korelasi antara dua variable yang tidak
setara (Sopiyudin, 2013). Adapun rumus somers’d sebagai berikut :
′ =
Ns − Nd Ns + Nd + Ty
Keterangan : Ns : Concordant (P) Nd : Discordan (Q) Ty : Pasangan kolom
I. Etika penelitian
1. Lembar persetujuan ( informed consent) Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang di teliti, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang di tetapkan 2. Kerahasiaan ( confidentiality) Kerahasiaan informasi responden di jamin peneliti hanya kelompok data tertentu yang di laporkan sebagai hasil penelitian. 3. Benefit Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memaksimalkan manfaat penelitian dan meminimalkan kerugian yang timbul akibat penelitian ini. 4. Tanpa nama ( anonimity)
43
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan nama subjek pada lembar observasi atau kuesioner tersebut dengan memberikan nomor kode pada masing – masing kuesioner.
J. Pelakasanaan penelitian
Proses
untuk mempermudah jalannya penelitian perlu di tetapkan
serangkaian kegiatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Tahap jalannya penelitian adalah : 1. Tahap persiapan penelitian a. Peneliti melakukan studi pustaka untuk menetapkan materi penelitian peneliti. b. Mengurus surat ijin studi pendahuluan. c. Koordinasi dengan kepala Puskesmas. d. Melakukan studi pendahuluan. e. Membuat proposal penelitian, melakukan konsultasi kembali dan bimbingan dengan pembimbing. 2. Tahap pelaksanaan a. Koordinasi dengan kepala Puskesmas. b. Peneliti meminta ijin kepada responden dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. c. Peneliti menjelaskan bagian – bagian kuesioner dan cara mengisinya. Peneliti juga mempersilahkan responden untuk bertanya jika masih ada yang kurang di mengerti. d. Peneliti memberikan kuesioner dengan di bantu 1 orang asisten.
44
e. Peneliti memberikan waktu 20 menit kepada responden untuk mengisi kuesioner. f. Setelah kuesioner terisi, peneliti dan 1 asisten mengumpulkan kuesioner kembali. 3. Tahap penyelesaian a. Tahap penyelesaian dari pelakasanaan penelitian ini adalah data yang telah di dapatkan kemudian di entry, kemudian di analisis menggunakan program computer. b. Peneliti menyusun hasil dan pembahasan laporan penelitian. c. Peneliti melakukan bimbingan, revisi laporan dan koreksi pembimbing untuk mendapatkan persetujuan pembimbing melakukan ujian seminar hasil. d. Melakukan seminar hasil dan di nyatakan lulus, laporan kemudian di jilid.
45
Daftar pustaka
Dahlan, muhamad sopiyudin. (2013). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta: salemba medika. Departemen Kesehatan RI. 1994. Standar pelayanan rumah sakit. Jakarta: direktorat pelayanan medik. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. 2014 tentang Standar Akreditasi Puskesmas. Herlambang, S. (2016). Manajemen pelayanan kesehatan rumah sakit . Gosyen Publishing, Yogyakarta. Irawan Handi D, MBA. Mcom (2003). 10 prinsip kepuasan pelanggan (cetakan ke tiga). PT Gramedia, Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 . Petunjuk Teknis standar pelayanan minimal bidang k esehatan di kabupaten/kot a. Jakarta. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara no. Kep/25/m.pan/2/2004 tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah. Di akses dari www.menpan.go.id (diakses tanggal 7 mei 2017). Kuntoro, A. (2010), Manajemen keperawa tan, Penerbit Muha Medika Yogyakarta. Menteri Kesehatan RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 46 Tahun 2015 tentang akreditasi puskesmas, klinik pratama, tempat praktek
46
mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi. Diakses dari www.hukor.depkes.co.id (diakses tanggal 16 januari 2017).
Noor, jualiansyah. (2011). Metofologi penelitian :skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmiah. Jakarta: kencana prenada media group. Notoatmojo, s. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka cipta . (2010). Metodologi penelitian kesehatan . Jakarta: rineka cipta Nursalam. 2016. Manajemen keperawatan. Aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika. Peraturan Bupati Bantul Nomor 65 Tahun 2011 tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat (IKM) pemerintah kabupaten bantul. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 46 Tahun 2015 tentang akreditasi puskesmas, klinik pratama, tempat praktek mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi. Diakses dari www.hukor.depkes.co.id (diakses tanggal 16 januari 2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 71 Tahun 2013 tentang. pelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan nasional. Diakses dari www.hukor.depkes.co.id (diakses tanggal 12 april 2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang. Pusat kesahatan masyarakat. Diakses dari www.hukor.depkes.co.id (diakses tanggal 12 april 2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2014 tentang. Klinik. Diakses dari www.hukor.depkes.co.id (diakses tanggal 12 april 2017). Pohan, I. S. (2007). Jaminan mutu pelayanan kesehatan: dasar -dasar pengertian dan penerapan, Jakarta; EGC. Satrianegara, M.F. dan S. Saleha. 1999, buku ajar organisasi dan manajemen pelayanan kesehatan serta kebidanan. Salemba medik. Jakarta. Setyobudi Ismanto, 2014. Konsumen dan pelayanan prima. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Sugiyono. (2015). Statistika untuk penelitian. Cetakan ke-26. Bandung: alfabeta
View more...
Comments