Hubungan Body Image Dengan Perilaku Diet, Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Pada Remaja Putri Di Perkotaan Dan Pedesaan

May 24, 2018 | Author: zuzuoon | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Gizi Citra tubuh...

Description

HUBUNGAN BODY BODY IM AGE AGE DENGAN PERILAKU DIET, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN

HETI SONDARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan  Body Image dengan Perilaku Diet, Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi  pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2013  Heti Sondari  NIM I14090059

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan  Body Image dengan Perilaku Diet, Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi  pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2013  Heti Sondari  NIM I14090059

ABSTRAK HETI SONDARI. Hubungan  Body Image  Image  dengan Perilaku Diet, Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN dan NAUFAL MUHARAM NURDIN.  Body image  image  adalah gambaran individu mengenai penampilan fisik dan  perasaan yang menyertainya, baik terhadap bagian-bagian tubuhnya maupun mengenai seluruh tubuhnya, berdasarkan penilaian sendiri. Banyak remaja putri yang merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui hubungan body image dengan perilaku diet, konsumsi  pangan dan status gizi pada remaja putri. Desain dalam penelitian ini adalah cross  sesctional . Contoh dalam penelitian ini adalah remaja putri siswa kelas X di 2 SMA di kota dan 2 SMA di desa. Metode yang digunakan dalam penarikan remaja putri adalah dengan Cluster Random Sampling . Jumlah remaja putri yang digunakan sebanyak 104 siswi. Hasil analisis korelasi Spearman  Spearman  menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara status anemia dengan status gizi (p0.05).

Kata kunci: body image, image, perilaku diet, konsumsi pangan, status gizi, sta tus anemia

ABSTRACT HETI SONDARI. Association between Body Image with Diet Behaviour, Food Consumption and Nutritional Status on Girl Adolescents in Urban and Rural Areas. Supervised by ALI KHOMSAN dan NAUFAL MUHARAM NURDIN Body image is the picture of individual physical appearances and the following feelings, to a part or their whole body based on their own perception. Many girls do not feel satisfied with their own appearance. The objective of this study was to understand the association of body image and diet behavior, food consumption, and nutritional status in girl adolescents. The design of this study was cross sectional. The subjects in this study was girl adolescents on 10 th grade in each 2 high schools in rural and urban areas. The sampling method used was Cluster Random Sampling and the number of subjects was 104 students. The Spearman correlation analysis showed there was a significant correlation between anemic status and nutritional status (p0.05). Keywords: anemic status, body image, diet behaviour, food consumption, nutritional status

HUBUNGAN BODY BODY IM AGE AGE DENGAN PERILAKU DIET, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI PERKOTAAN DAN DI PERDESAAN

HETI SONDARI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi  pada Program Studi Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Judul Skripsi : Hubungan Body Image dengan Perilaku Diet, Konsumsi Pangan, dan Status Gizi pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan  Nama : Heti Sondari  NIM : I14090059

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS Pembimbing I

dr Naufal Muharam Nurdin, SKed Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah  subhanahu wa ta’ala  atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga proposal penelitian ini berhasil diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam serta keluarganya, para sahabatnya, dan  para pengikutnya hingga akhir zaman. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan adalah Hubungan  Body Image  dengan Perilaku Diet, Konsumsi Pangan dan Status Gizi pada Remaja Putri di Perkotaan dan di Perdesaan. Penelitian ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk melaksanakan  penelitian tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Tidak lupa  penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dan dr. Naufal Muharam Nurdin, S.Ked selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan  bimbingan dalam penyusunan. 2. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan koreksi demi perbaikan skripsi. 3. Keluarga tercinta : ayah tercinta (Alm. Oban), ibunda tersayang (Ibu  Nunung) dan Suci Silfiani (Kakak) serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan moril dan kasih sayangnya. 4. Teman – teman penelitian payung : Weny Anggraeny, Fithriani Batubara dan Mega Seasty Handayani yang banyak membantu dalam memberikan semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 5. Teman – teman dekat : Ratia Yulizawaty, Ika Rohmah Sekarayu, Nurayu Annisa, Nabilah Nabiha Zulfa, Tania Primarta, Noer Herlina Hanum, Rammona Jayana dan Fathan Jamilah atas semangat dan kerjasamanya. 6. Teman – teman Gizi Masyarakat 46, 47 dan 48 serta kakak kelas 45 dan teman – teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala  perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada  penulis. Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013  Heti Sondari

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis Penelitian

2

Manfaat Penelitian

3

KERANGKA PEMIKIRAN

3

METODE

5

Desain, Tempat dan Waktu

5

Jumlah dan Cara Penarikan Remaja

5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

5

Pengolahan dan Analisis Data

6

Definisi Operasional

8

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Remaja

9 9

Karakteristik Keluarga Remaja

12

Status Gizi Remaja

15

 Body Image

16

Perilaku Diet

19

Konsumsi Pangan

21

Status Anemia Remaja

29

Hubungan antara Body Image dengan Perilaku Diet, Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Pengetahuan Gizi

29

Hubungan antara Tingkat Kecukupan Zat Besi dan Status Gizi dengan Status Anemia

31

SIMPULAN DAN SARAN

32

Simpulan

32

Saran

33

DAFTAR PUSTAKA

33

RIWAYAT HIDUP

38

DAFTAR TABEL 1 Sebaran remaja putri berdasarkan usia 2 Sebaran remaja putri berdasarkan pengetahuan gizi 3 Sebaran remaja putri berdasarkan jawaban yang benar dari  pertanyaan tentang pengetahuan gizi 4 Sebaran remaja putri berdasarkan besar keluarga 5 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ayah 6 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ibu 7 Sebaran remaja putri berdasarkan pekerjaan ayah 8 Sebaran remaja putri berdasarkan pekerjaan ibu 9 Sebaran remaja putri berdasarkan pendapatan keluarga 10 Sebaran remaja putri berdasarkan status gizi IMT/U 11 Sebaran remaja putri berdasarkan persepsi terhadap tubuh aktual dan ideal 12 Sebaran persepsi tentang bentuk tubuh aktual remaja putri SMA Kota terhadap status gizi 13 Sebaran persepsi tentang bentuk tubuh aktual remaja putri SMA Desa terhadap status gizi 14 Sebaran remaja putri berdasarkan klasifikasi persepsi body image 15 Sebaran remaja putri yang melakukan diet 16 Perilaku remaja putri dalam menurunkan berat badan 17 Jenis makanan yang dihindari remaja putri 18 Rata-rata konsumsi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi lain remaja  putri 19 Sebaran rata-rata tingkat kecukupan energi 20 Sebaran rata-rata tingkat kecukupan protein 21 Sumbangan protein yang berasal dari hewani 22 Sebaran rata-rata konsumsi pangan hewani 23 Sebaran rata-rata tingkat kecukupan lemak 24 Sebaran rata-rata tingkat kecukupan karbohidrat 25 Sebaran rata-rata tingkat kecukupan zat besi 26 Sebaran rata-rata tingkat kecukupan vitamin A 27 Sebaran rata-rata tingkat kecukupan vitamin C 28 Sebaran remaja putri berdasarkan status anemia 29 Hasil uji korelasi Spearman body image dengan konsumsi pangan

9 10 10 12 13 13 14 14 15 16 17 18 18 19 20 20 21 21 23 24 24 25 25 26 27 27 28 29 30

DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 2 Skala body image

4 17

PENDAHULUAN Latar Belakang

Remaja merupakan salah satu sumberdaya manusia yang harus diperhatikan karena remaja sebagai generasi penerus bangsa yang berperanan  penting dalam pembangunan nasional di masa yang akan datang. Masa remaja  berawal pada usia 9 sampai 10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Pada masa ini, remaja mengalami pubertas dan perkembangan tubuh atau perubahan fisik yang drastis. Salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik di masa pubertas adalah remaja menjadi sangat memperhatikan tubuh (body image) mereka dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka tampaknya dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar mereka (Arisman 2004).  Body image atau sering disebut dengan citra tubuh adalah “gambar mental” yang dimiliki oleh seorang remaja terhadap tubuhnya, seperti: perasaan dan pikiran subjektif tentang tubuh dan anggota tubuh; pengalaman tubuh termasuk persepsi terhadap ukuran tubuh; serta perasaan cemas terhadap tubuh dan perilaku yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh remaja karena tidak nyaman dengan tubuhnya (Abramson 2007). Remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak citra tubuh (body image) yang negatif dibandingkan dengan remaja  putra selama masa pubertas. Juga sejalan dengan berlangsungnya perubahan  pubertas, remaja putri seringkali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya, mungkin karena lemak tubuhnya bertambah, sedangkan remaja putra menjadi lebih puas dengan memasuki masa pubertas, mungkin karena masa otot mereka meningkat. Penampilan fisik merupakan suatu kontributor yang sangat  berpengaruh pada rasa perca ya diri remaja (Santrock 2003). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marasabessy (2006) yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Sebanyak 87.5% remaja putri merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya saat ini. Hasil penelitian Marasabessy juga menyatakan bahwa hanya terdapat 12.5% remaja putri yang memiliki persepsi tubuh negatif. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Siswanti (2007) dan Isnani (2011), yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja putri memiliki persepsi tubuh negatif atau memiliki persepsi bahwa tubuhnya belum ideal masing-masing sebesar 60%. Banyak remaja putri yang merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Usaha yang dilakukannya untuk bentuk tubuh yang diinginkannya seperti melakukan diet dengan mengurangi konsumsi makanannya. Berbagai penelitian mengenai perilaku diet sudah banyak dilakukan dan hasil penelitian pada remaja  putri menunjukkan perilaku diet tersebut akan berdampak pada gangguan  pertumbuhan fisik kekurangan gizi, dan perkembangan psikososial pada masa remaja (Sztainer et al . 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Wharton et al. (2008) terhadap mahasiswa di Amerika Serikat menyebutkan bahwa 5.6% dari remaja putri yang melakukan diet dan penelitian di Asia yang dilakukan di Jepang  juga menunjukkan dampak dari perilaku diet penurunan berat badan yaitu 72.9% remaja putri melakukan diet (Suka et al. 2002).

2 Kejadian anemia juga sering terjadi pada remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Nirmala (2005) pada remaja putri di pondok pesantren di Surabaya didapatkan bahwa ada pengaruh pola makan remaja putri terhadap kejadian anemia. Menurut Riskesdas (2007) angka anemia perempuan di DKI yaitu 13.6%. Penyebab utama anemia gizi besi di Indonesia adalah rendahnya asupan besi. Pada remaja putri, terutama remaja putri yang sekolah atau kuliah, anemia dapat menyebabkan penurunan prestasi belajar dan aktivitas fisik (Dillon 2005). Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa perhatian terhadap  persepsi body image sangat kuat terjadi pada masa remaja. Para remaja melakukan  berbagai usaha agar mendapatkan tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik. Salah satu usaha tersebut adalah dengan melakukan diet. Pembatasan konsumsi  jenis makanan tertentu atau mempunyai kebiasaan diet tidak terkontrol dengan tujuan untuk mendapatkan tubuh yang ideal (langsing) sering terjadi pada remaja  putri. Diet yang berlebihan dengan membatasi konsumsi makanannya akan mempengaruhi status gizi pada remaja. Permasalahan yang ingin dikaji dalam  penelitian ini adalah bahwa peneliti ingin melihat hubungan body image dengan  perilaku diet, konsumsi pangan dan status gizi pada remaja putri di perkotaan dan di perdesaan. Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan body image dengan perilaku diet, konsumsi pangan dan status gizi pada remaja putri di  perkotaan dan di perdesaan. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini antara lain: 1. Mengindentifikasi karakteristik remaja putri meliputi: umur dan  pengetahuan gizi 2. Mengidentifikasi karakteristik keluarga meliputi: besar keluarga,  pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua dan pendapatan orangtua 3. Mengidentifikasi persepsi body image pada remaja putri 4. Mengidentifikasi perilaku diet pada remaja putri 5. Mengidentifikasi konsumsi pangan pada remaja putri 6. Mengidentifikasi status gizi pada remaja putri 7. Mengidentifikasi status anemia pada remaja putri 8. Menganalisis hubungan body image dengan perilaku diet, konsumsi  pangan, status gizi dan pengetahuan gizi pada remaja putri 9. Menganalis hubungan tingkat kecukupan zat besi dengan anemia dan status gizi dengan status anemia Hipotesis Penelitian

1.

Adanya hubungan antara body image  dengan konsumsi pangan, perilaku diet, status gizi dan pengetahuan gizi pada remaj a putri

3 2.

Adanya hubungan antara status anemia dengan tingkat kecukupan zat besi dan status gizi pada remaja putri Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau peningkatan  pengetahuan gizi bagi remaja. Selain itu, memberikan informasi mengenai  berbagai hal yang terkait dengan body image, sehingga remaja pada umumnya tidak melakukan hal yang menyimpang apabila mereka ingin memiliki ukuran tubuh yang mereka idamkan dan dapat mengetahui c ara menjaga tubuh.

KERANGKA PEMIKIRAN Remaja seringkali mengalami gangguan makan yang ditandai dengan  perubahan perilaku makan menjadi kurang baik, persepsi tentang bentuk tubuh (body image) dan pengaturan berat badan yang kurang tepat (Ando et al. 2007).  Body image didefinisikan sebagai derajat kepuasan individu terhadap dirinya secara fisik yang mencakup ukuran, bentuk, dan penampilan umum (Cash 2002). Konsep body image yang sudah melekat pada diri seorang remaja putri diduga akan berhubungan dengan perilaku makan dan perilaku sehatnya. Remaja menginginkan agar tubuhnya tetap menarik dan indah dipandang mata (berat  badan dan tinggi badan yang ideal) seringkali mengubah perilaku makannya. Konsep body image negatif pada remaja umumnya menjadikan remaja cenderung menghalalkan berbagai cara untuk memperoleh penampilan fisik yang menarik. Salah satu cara yaitu remaja melakukan diet agar tubuhnya sesuai dengan yang diinginkannya. Dalam studi yang dilakukan pada remaja putri di Turki menunjukkan bahwa remaja tidak memiliki pola makan yang sehat (Akman et al. 2010). Pada remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet untuk menurunkan  berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya sehingga takut akan kenaikan berat badan. Diet ketat selama remaja  biasanya disebabkan perilaku makan yang tidak sehat seperti makan berlebihan, memuntahkan makanan, menggunakan obat pencahar dan sebagainya. Diet ketat yang dilakukan tanpa pengawasan dokter atau pengetahuan yang tidak cukup akan membahayakan kesehatan remaja. Diet yang berlebihan dengan membatasi konsumsi makanannya akan mengakibatkan berat badan tubuh menjadi menurun dan pertumbuhan pun terhambat. Perilaku diet ini akan berpengaruh terhadap perubahan status gizi remaja itu sendiri. Hal ini karena dengan perubahan perilaku makan akan mengakibatkan pertumbuhan yang terhambat dan menurunnya status gizi dan menyebabkan terjadi anemia pada remaja. Pola konsumsi pangan dalam hal frekuensi, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi berhubungan dengan tingkat konsumsi pangan. Tingkat kecukupan adalah konsumsi zat gizi aktual dibandingkan dengan konsumsi zat gizi standar yang sesuai dengan kebutuhan individu per hari menurut WNPG (2004) yang dipresentasikan dalam persen.

4 Keadaan sosial ekonomi keluarga remaja yang diteliti dalam penelitian ini meliputi besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua. Semakin tinggi pendidikan orangtua remaja maka akan memungkinkan orangtua memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap suatu hal termasuk konsumsi pangan keluarga yang bergizi. Pendidikan yang tinggi akan memberikan  peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang baik yang akhirnya akan menentukan tingkat pendapatan orangtua. Pendapatan termasuk penentu baik atau buruknya keadaan gizi seseorang atau sekelompok orang karena merupakan faktor langsung yang menentukan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Besar keluarga juga berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan individu karena  berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga. Uraian di atas dapat disajikan dalam suatu bagan yang menyajikan hubungan pengetahuan gizi dan body image dengan perilaku diet, konsumsi pangan dan status gizi pada remaja putri.

Karakteristik remaja putri: Usia Pengetahuan gizi

Karakteristik keluarga: Besaran keluarga Pendidikan orangtua Pekerjaan orangtua Pendapatan orangtua



 



 

Teman sebaya

 Body Image: Penilaian terhadap bentuk tubuh Penilaian terhadap bentuk tubuh ideal Jenis penilaian persepsi body image :  positif dan negatif

 

Media



Konsumsi Pangan

Status anemia

Perilaku Diet

Status gizi: IMT/U

Gambar 1 Kerangka pemikiran Keterangan: = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

= Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

5

METODE Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini menggunakan sebagian data dari penelitian yang berjudul “ Lifestyle and Nutrition Aspect of Rural and Urban Adolescents” (Gaya Hidup dan Status Gizi pada Remaja di Perdesaan dan Perkotaan) yang disponsori oleh  Neys-van Hoogstraten Foundation (NHF) The Netherlands (Dwiriani et al. 2013). Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati  pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian dilakukan dengan pengisian kuesioner. Penelitian ini dilakukan di 2 SMA kota dan desa yang terdiri atas SMAN 38 Jakarta, SMAN 109 Jakarta, SMAN 01 Jasinga dan SMK Giri Taruna Jasinga. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2013. Jumlah dan Cara Penarikan Remaja

Contoh pada penelitian ini adalah remaja putri siswi kelas X di 2 SMA kota dan desa. Dua SMA di kota yaitu SMAN 38 Jakarta dan SMAN 109 Jakarta sedangkan dua di SMA Desa yaitu SMAN 01 Jasinga dan SMK Giri Taruna Jasinga. Hal ini dengan pertimbangan bahwa siswi kelas X merupakan siswi-siswi yang baru masuk dan mulai beradaptasi dengan sekolah dan teman-temannya. Metode yang digunakan dalam penarikan remaja adalah dengan metode Cluster  Random Sampling. Alasan menggunakan metode ini karena yang menjadi  populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas X yang terdiri atas 4 SMA, maka sampel diambil dari masing-masing SMA dengan proporsi sama. Jumlah remaja yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 104 yang terdiri 26 remaja putri dari masing-masing sekolah. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Data sekunder meliputi karakteristik remaja (umur, berat badan dan tinggi badan), karakteristik sosial ekonomi (besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua dan  pendapatan orangtua), pengetahuan gizi, persepsi body image, perilaku diet, konsumsi pangan, status gizi dan status anemia. Informasi ini diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang ditujukan pada remaja putri. Jenis data sekunder yang dikumpulkan adalah: a. Data karakteristik remaja (umur) diperoleh dengan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner.  b. Data karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua dan pendapatan orangtua) diperoleh dengan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. c. Data pengetahuan gizi diperoleh dengan wawancara langsung dengan alat  bantu kuesioner. d. Data persepsi body image diperoleh dengan wawancara langsung dengan alat  bantu kuesioner.

6 e. Data perilaku diet diperoleh dengan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. f. Data konsumsi pangan dikumpulkan dengan cara recall  2x24 jam. g. Data status gizi meliputi berat badan dan tinggi badan yang diperoleh melalui  pengukuran secara langsung. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat  badan yaitu timbangan injak dan alat ukur tinggi badan yaitu microtoise. h. Data status anemia diperoleh melalui pengukuran secara langsung dengan menggunakan alat hemocue. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan meliputi editing, coding, entry, cleaning dan analisis. Coding  dilakukan dengan cara menyusun code book  sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data berdasarkan kode yang telah dibuat, dan kemudian dilakukan cleaning   data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Data diolah serta dianalisis secara deskriptif dan inferesia dengan menggunakan program komputer  Microsoft Excell 2007 dan program SPSS 16.0 for Windows. Hubungan uji beda dianalisis menggunakan Independent Sample t  – test   dan Mann Whitney dan hubungan antar variabel dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Karakteristik remaja dan keluarga remaja dianalisis secara deskriptif. Umur remaja dilihat berdasarkan tanggal lahir remaja. Besar keluarga menurut BKKBN (2009) dikategorikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (>7 orang). Pendidikan orangtua dikategorikan menjadi lima kategori yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Pekerjaan orangtua dikategorikan menjadi tujuh macam yaitu: tidak bekerja (ibu rumah tangga), PNS/Polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa (penjahit, salon) dan lainnya. Pendapatan orangtua dikategorikan menjadi empat yaitu ≤ Rp 1 500 000, Rp 1 500 000 - Rp 3 000 000, Rp 3 000 000 –  Rp 5 000 000 dan > Rp 5 000 000. Pengetahuan gizi diukur dengan 20 pertanyaan tentang remaja pangan sumber zat gizi tertentu. Penilaian pengetahuan gizi dilakukan dengan memberi skor. Bila menjawab benar diberi skor 1, sedangkan untuk jawaban salah diberi skor 0 sehingga skor total minimum 0 dan maksimum adalah 20. Kategori  pengetahuan gizi tingkat rendah bila skor 80% (Khomsan 2000). Persepsi tentang body image  menggunakan kuesioner yang berisi 14  pertanyaan mengenai penilaian tubuh aktual, ideal dan jenis persepsi body image remaja putri terhadap tubuhnya. Penilaian aktual terhadap tubuhnya dibagi dalam tiga kategori yaitu kurus, normal dan gemuk. Alat ukur yang digunakan adalah gambar siluet tubuh yang dikembangkan oleh Stunkard (1983) yang digunakan  pada penelitian Bulik et al.  (2001). Siluet ini memuat sembilan gambar wanita. Berdasarkan gambar tersebut, remaja diminta untuk memilih gambar yang menunjukkan gambar tubuh aktual remaja dan gambar tubuh ideal. Data perilaku diet diukur dengan 10 pertanyaan tentang pernah atau tidak melakukan diet sebelumnya, cara untuk mengurangi berat badan dan makanan yang dihindari bila sedang berdiet.

7 Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram/URT diolah dengan menggunakan Aplikasi Analisis Konsumsi Pangan. Jumlah makanan dalam bentuk gram/URT kemudian dikonversi dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan. Kemudian dilakukan  perhitungan tingkat kecukupan gizi untuk energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C dan zat besi. Angka kecukupan zat gizi yang digunakan mengacu pada angka kecukupan gizi yang dianjurkan menurut Widyakarya  Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004. Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah : KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan : Kgij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang dikonsumsi Bj = Berat bahan makanan j (gram) Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan (Sumber : Hardinsyah & Briawan 1994)

Tingkat kecukupan zat gizi dalam penelitian ini diperoleh dari perbandingan asupan zat gizi contoh dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Perhitungan untuk AKG contoh yang menggunakan konversi terhadap berat badan, dengan rumus: AKG Contoh =

Berat badan aktual (kg) x AKG Berat badan dalam daftar AKG

Pengukuran tingkat kecukupan energi, protein dan lemak merupakan tahap lanjutan dari penghitungan konsumsi pangan. Tingkat kecukupan konsumsi merupakan persentase konsumsi aktual siswa dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan WNPG tahun 2004. Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dapat dirumuskan sebagai berikut: TKGi = (Ki/ AKGi) x 100% Keterangan: TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i Ki = Konsumsi zat gizi i AKGi = Kecukupan zat gizi i yang dianjurkan (Sumber : Hardinsyah & Briawan 1994)

Pengkategorian tingkat kecukupan zat gizi makro untuk energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996) adalah defisit tingkat berat (7 orang) Total

SMA kota  N % 24 46.2 26 50 2 3.8 52 100

SMA desa n % 11 21.2 30 57.7 11 21.2 52 100

Total n % 35 33.7 56 53.8 13 12.5 104 100

Uji beda

(p=0.000)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan baik remaja putri di SMA kota maupun di SMA desa sebagian besar memiliki keluarga sedang yang terdiri atas 5-7 orang. Remaja putri di SMA kota yang memiliki keluarga kecil lebih banyak dibandingkan dengan remaja putri di SMA desa. Sementara itu untuk kategori keluarga besar (>7 orang) lebih banyak pada remaja  putri SMA desa dibandingkan remaja putri SMA kota. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara  besar keluarga remaja putri di SMA kota dan SMA desa. Menurut Sanjur (1982), besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Semakin besar keluarga maka semakin kecil peluang terpenuhinya kebutuhan individu. Hal ini dapat disebabkan karena besarnya anggota keluarga  berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan individu. Besarnya keluarga dapat mempengaruhi belanja pangan. Pendapatan perkapita dan belanja pangan akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah anggota keluarga. Pendidikan Orangtua

Tingkat pendidikan orangtua yang baik akan memungkinkan orangtua dapat memantau dan menerima informasi tentang kesehatan anaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka diasumsikan bahwa kemampuannya

13 akan semakin baik dalam mengakses dan menyerap informasi demi memenuhi kebutuhan gizinya (Isnani 2011). Pendidikan orangtua remaj a meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Pendidikan orangtua dikategorikan menjadi lima kategori yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Berikut sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan orangtua. Tabel 5 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ayah Pendidikan ayah Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total

SMA kota n % 0 0 2 3.8 1 1.9 18 34.6 31 59.6 52 100

SMA desa n % 2 3.8 19 36.5 9 17.3 20 38.5 2 3.8 52 100

n 2 21 10 38 33 104

Total % 1.9 20.2 9.6 36.5 31.7 100

Uji beda

(p=0.000)

Tabel 5 menunjukkan bahwa remaja putri di SMA kota sebagian besar memiliki ayah yang berpendidikan sampai perguruan tinggi sedangkan di SMA desa lebih banyak memiliki ayah yang berpendidikan sampai SMA. Secara keseluruhan rata-rata pendidikan ayah remaja putri sampai SMA. Remaja putri SMA kota tidak memiliki ayah yang tidak sekolah, sedangkan di SMA desa memiliki ayah yang tidak sekolah. Hasil uji beda menggunakan  Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara pendidikan ayah remaja putri di SMA kota dan SMA desa. Tabel 6 Sebaran remaja putri berdasarkan tingkat pendidikan ibu Pendidikan ibu Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total

SMA kota n % 0 0 3 5.8 3 5.8 21 40.4 25 48.1 52 100

SMA desa n % 3 5.8 33 63.5 9 17.3 6 11.5 1 1.9 52 100

n 3 36 12 27 26 104

Total % 2.9 34.6 11.5 26 25 100

Uji beda

(p= 0.000)

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui remaja putri di SMA kota lebih banyak memiliki ibu yang berpendidikan sampai perguruan tinggi sedangkan di SMA desa lebih banyak memiliki ibu yang berpendidikan sampai SD. Secara keseluruhan rata-rata tingkat pendidikan ibu remaja putri sampai SD. Hal ini menujukkan bahwa pendidikan ibu remaja putri di SMA kota lebih tinggi dibandingkan pendidikan ibu remaja di SMA desa. Hasil uji beda menggunakan  Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara pendidikan ibu remaja putri di SMA kota dan SMA desa. Campbell (2002) dalam Marzuki (2006) menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi cenderung akan memberikan makanan yang sehat kepada anaknya, sedangkan ibu yang berpendidikan rendah akan cenderung memberikan makanan yang enak tetapi kurang sehat. Menurut Rahmawati (2006), tingkat pendidikan terakhir ibu contoh merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk status gizi. Hal ini karena pendidikan ibu sangat penting dalam mendidik anakanak dalam keluarganya. Menurut Hardinsyah (2000), orang yang memiliki

14  pendidikan yang tinggi cenderung untuk memilih bahan makanan yang baik daripada mereka yang berpendidikan rendah. Pengetahuan gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan. Pekerjaan Orangtua

Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima (Soehardjo 1989). Pekerjaan orangtua dikategorikan menjadi tujuh macam yaitu: tidak bekerja (ibu rumah tangga), PNS/Polisi/ABRI, karyawan swasta, buruh, wiraswasta/pedagang, jasa (penjahit, salon) dan lainnya. Berikut sebaran remaja putri berdasar kan pekerjaan orangtua. Tabel 7 Sebaran remaja berdasarkan pekerjaan ayah Pekerjaan ayah Tidak bekerja PNS/Polisi/ABRI Karyawan swasta Buruh Wirasawasta/pedagang Jasa (penjahit, supir, ojeg, reparasi) Lainnya Total

SMA kota n % 1 1.9 10 19.2 22 42.3 1 1.9 12 23.1 1 1.9 5 9.6 52 100

SMA desa n % 2 3.8 5 9.6 5 9.6 18 34.6 16 30.8 2 3.8 4 7.7 52 100

Total Uji beda n % 3 2.9 15 14.4 27 26 19 18.3 (p=0.031) 28 26.9 3 2.9 9 8.7 104 100

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui remaja putri di SMA kota lebih  banyak memiliki ayah yang bekerja sebagai karyawan swasta sedangkan di SMA desa lebih banyak memiliki ayah yang bekerja sebagai buruh. Secara keseluruhan rata-rata ayah remaja putri bekerja sebagai wiraswasta/pedagang. Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara  pekerjaan ayah remaja putri di SMA kota dan SMA desa. Tabel 8 Sebaran remaja putri berdasarkan pekerjaa n ibu Pekerjaan ibu Tidak bekerja (ibu rumah tangga) PNS/Polisi/ABRI Karyawan swasta Buruh Wirasawasta/pedagang Jasa (penjahit,salon) Lainnya Total

SMA kota n % 29 55.8 8 15.4 8 15.4 0 0 3 5.8 2 3.8 2 3.8 52 100

SMA desa n % 37 71.2 1 1.9 0 0 0 0 10 19.2 4 7.7 0 0 52 100

Total n % 66 63.5 9 8.7 8 7.7 0 0 13 12.5 6 5.8 2 1.9 104 100

Uji beda

(p=0.359)

Tabel 8 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan baik remaja putri di SMA kota maupun di SMA desa sebagian besar memiliki ibu yang berperan sebagai ibu rumah tangga (IRT). Tidak terdapat ibu yang bekerja sebagai buruh  baik remaja di SMA kota maupun di SMA desa. Hasil uji beda menggunakan  Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pekerjaan ibu remaja putri di SMA kota dan SMA desa. Menurut Soehardjo (1989), semakin

15 tinggi pekerjaan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pendapatannya, hal tersebut juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi keluarga demi tercapainya taraf hidup yang lebih baik. Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar  peluang untuk memilih pangan yang baik. Meningkatnya pendapatan perorangan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam susunan makanan (Suhardjo 1989). Pendapatan orangtua dikategorikan menjadi empat yaitu ≤ Rp 1 500 000, Rp 1 500 000 - Rp 3 000 000, Rp 3 000 000  –   Rp 5 000 000 dan > Rp 5 000 000. Tabel 9 Sebaran remaja putri berdasarkan pendapatan keluarga Pendapatan keluarga ≤ Rp 1 500 000 Rp 1 500 000 - Rp 3 000 000 Rp 3 000 000 - Rp 5 000 000 > Rp 5 000 000 Total

SMA kota n % 3 5.8 16 30.8 17 32.7 16 30.8 52 100

SMA desa n % 38 73.1 14 26.9 0 0 0 0 52 100

Total n % 41 39.4 30 28.8 17 16.3 16 15.4 104 100

Uji beda

(p=0.000)

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 9, remaja di SMA kota lebih  banyak memiliki pendapatan keluarga yang berkisar Rp 3 000 000 –  Rp 5 000 000 sedangkan di SMA desa lebih banyak memiliki pendapatan keluarga kurang dari Rp 1 500 000. secara keseluruhan rata-rata tingkat pendapatan keluarga remaja  putri yaitu kurang dari Rp 1 500 000. Rata-rata pendapatan keluarga remaja SMA kota Rp 5 315 385 ± 4 497 903 dan SMA desa Rp 1 352 692 ± 841 493. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan keluarga remaja putri lebih tinggi di SMA kota dibandingkan remaja putri di SMA desa. Hasil uji beda menggunakan  Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan keluarga remaja putri di SMA kota dan SMA desa. Pendapatan keluarga berhubungan dengan penyediaan pangan di dalam keluarga. Apabila penghasilan di dalam keluarga meningkat, maka biasanya  pengadaan lauk pauk pun akan meningkat mutunya. Akan tetapi, pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. Kadang-kadang perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makan ialah pangan yang dikonsumsi itu lebih mahal. Akan tetapi, karena bukti menunjukkan bahwa kebiasaan makan cenderung berubah bersama dengan naiknya pendapatan (Soehardjo 1989). Status Gizi Remaja

Status gizi adalah suatu kondisi tubuh akibat asupan, penyerapan dan  penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa et al . 2001). Penilaian status gizi dapat ditentukan dengan berbagai cara, di antaranya secara antropometri, biologi, klinis, konsumsi pangan, dan faktor ekologi (Gibson 2005). Indeks antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi

16  pada usia 5 sampai 19 tahun adalah Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U) mengacu kepada referensi WHO 2007. Status gizi tersebut dikategorikan menjadi lima kelompok, yaitu sangat kurus (≤ -3 SD), kurus (-3 SD ≤ z-score < -2 SD), normal (-2 SD < z-score < +1 SD), gemuk (+1 SD ≤ z-score < +2 SD), obesitas (z-score < +2 SD) (WHO 2007). Berikut sebaran remaja putri  berdasarkan klasifikasi status gizi. Tabel 10 Sebaran remaja putri berdasarkan status gizi (IMT/U) Status gizi (IMT/U) sangat kurus (Z +2 SD) Total

SMA kota n % 0 0 3 5.8 34 65.4 11 21.2 4 7.7 52 100

SMA desa n % 1 1.9 1 1.9 45 86.5 4 7.7 1 1.9 100 100

Total n % 1 1 4 3.8 79 76 15 14.4 5 4.8 104 100

Uji beda

(p=0.053)

Tabel 10 menunjukkan secara keseluruhan status gizi berdasarkan IMT/U  baik remaja putri di SMA kota maupun di SMA desa termasuk dalam kategori normal. Hanya satu remaja putri yang memiliki status gizi sangat kurus yaitu terdapat di SMA desa. Secara umum dapat disimpulkan bahwa SMA desa lebih  banyak remaja putri yang memiliki status gizi normal dibandingkan remaja putri di SMA kota. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Santika (2004) yang membuktikan bahwa status gizi remaja pada umumnya adalah normal. Hasil uji  beda menggunakan  Independent Sample t-test   menunjukkan tidak terdapat  perbedaan yang nyata antara status gizi remaja putri di SMA kota dan SMA desa. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam  proses pemulihan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat 2010). Status gizi secara langsung dipengaruhi oleh faktor konsumsi pangan dan status kesehatan. Konsumsi pangan, salah satunya dipengaruhi oleh akses terhadap pangan ditentukan oleh tingkat pendapatan seseorang (Riyadi 2003). Pada masa remaja terjadi perubahan bentuk tubuh dan terjadi perkembangan secara psikologinya. Pada usia remaja tersebut cenderung memperhatikan bentuk tubuhnya. Body I mage

 Body image menurut Suryanie (2005) adalah gambaran individu mengenai  penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya, baik terhadap bagian-bagian tubuhnya maupun mengenai seluruh tubuhnya, berdasarkan penilaian sendiri.  Body image  pada umumnya dialami oleh mereka yang menganggap bahwa  penampilan adalah faktor yang paling penting dalam kehidupan. Hal ini terutama terjadi pada usia remaja. Mereka beranggapan bahwa tubuh yang kurus dan langsing adalah yang ideal bagi wanita (Germov & Williams 2004). Penelitian ini, persepsi body image remaja dimilai melalui metode  Figure  Rating Scale (FRS) yang dikembangkan oleh Stunkard (1983).  Body image yang dinilai adalah persepsi tubuh saat ini, persepsi tubuh ideal, persepsi body image  positif dan negatif. Persepsi tubuh adalah suatu perasaan atau pemikiran seseorang

17 mengenai tubuhnya serta pandangan orang lain (Khor et al.  2009 dalam Dewi 2010). Persepsi tubuh terdiri atas tiga bagian, yaitu perasaan dan pikiran subjektif tentang tubuh, serta perasaan cemas terhadap tubuh dan perilaku atas ketidaknyamanan terhadap tubuh (Abramson 2007). Remaja mempersepsikan  bentuk tubuhnya melalui gambar 1 sampai 9 (Gambar 2). Berikut data hasil  persepsi bentuk tubuh saat ini/aktual dan ideal remaja putri pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran remaja putri berdasarkan persepsi tubuh aktual dan ideal SMA kota n % 4 7.7 19 36.5 14 26.9 8 15.4 2 3.8 4 7.7 1 1.9 52 100 3 5.8 28 53.8 18 34.6 3 5.8 0 0 0 0 52 100

Persepsi tubuh Aktual

Ideal

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 9 Total

SMA desa n % 3 5.8 29 55.8 9 17.3 7 13.5 3 5.8 1 1.9 0 0 52 100 1 1.9 19 36.5 21 40.4 9 17.3 1 1.9 1 1.9 52 100

Total n % 7 6.7 48 46.2 23 22.1 15 14.4 5 4.8 5 4.8 1 1 104 100 4 3.8 47 45.2 39 37.5 12 11.5 1 1 1 1 104 100

Uji beda

(p=0.146)

(p=0.009)

Di bawah ini adalah gambar dari  body image  yang disajikan dalam kuesioner.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Gambar 2 Skala body image Berdasarkan Tabel 11, seluruh remaja putri memilih gambar 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 sebagai persepsi tubuh aktual mereka. Hal ini menunjukkan bahwa ada sebagian yang menggangap dirinya sangat kurus dan ada pula yang menganggap dirinya sangat gemuk. Gambar yang paling banyak dipilih remaja putri di SMA kota dan SMA desa sebagai persepsi tubuh aktual adalah gambar 2. Hal ini sesuai dengan penelitian Chairunita (2003) bahwa sebesar 31.7% gambar yang paling  banyak dipilih oleh remaja sebagai persepsi tubuh aktual/saat ini adal ah gambar 2. Remaja putri yang memilih gambar 7 hanya satu orang yaitu terdapat di SMA kota. Hasil uji beda menggunakan  Mann Whitney  menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara persepsi tubuh aktual remaja putri di SMA kota dan SMA desa.

18 Berbeda pada persepsi tubuh ideal mereka, seluruh remaja putri memilih gambar 1, 2, 3, 4, 5 dan 9. Gambar yang banyak di pilih remaja putri di SMA kota sebagai persepsi tubuh idealnya adalah gambar 2, sedangkan di SMA desa lebih  banyak memilih gambar 3 sebagai persepsi tubuh idealnya. Secara keseluruhan rata-rata gambar yang paling banyak dipilih remaja putri sebagai persepsi tubuh ideal adalah gambar nomor 2. Hal ini menunjukkan bahwa wanita cenderung menginginkan tubuh yang kurus dan langsing (Germov & Williams 2004). Hal ini sesuai dengan penelitian Chairunita (2003) bahwa sebesar 50% gambar yang  paling banyak dipilih sebagai persepsi yang diinginkan remaja adalah gambar 3. Hasil uji beda menggunakan  Mann Whitney  terdapat perbedaan persepsi tubuh ideal remaja putri di SMA kota dan SMA desa. Selain itu bentuk tubuh aktual remaja putri dibandingkan dengan status gizi remaja saat ini. Berikut Tabel 12 dan 13 sebaran persepsi tentang bentuk tubuh aktual remaja putri terhadap status gizi. Tabel 12 Sebaran persepsi bentuk tubuh aktual remaja putri SMA kota terhadap status gizi Persepsi bentuk tubuhnya Kurus  Normal Gemuk Total

Status gizi kurus n % 3 100 0 0 0 0 3 100

Status gizi normal n % 10 28.6 18 51.4 7 20 35 100

Status gizi gemuk n % 0 0 0 0 14 100 14 100

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa sebesar 28.6% remaja putri SMA kota yang persepsi tubuh aktualnya kurus tetapi berstatus gizi normal dan sebesar 20% persepsi tubuh aktualnya gemuk tetapi berstatus gizi normal. Selebihnya remaja mempersepsikan bentuk tubuhnya sesuai dengan status gizinya. Berikut sebaran persepsi bentuk tubuh aktual remaja putri SMA desa terhadap status gizi. Tabel 13 Sebaran persepsi bentuk tubuh aktual remaja putri SMA desa terhadap status gizi Persepsi bentuk tubuhnya Kurus  Normal Gemuk Total

Status gizi kurus n % 1 50 1 50 0 0 2 100

Status gizi normal n % 9 20 33 73.3 3 6.7 45 100

Status gizi gemuk n % 0 0 0 0 5 100 5 100

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa sebagian remaja putri SMA desa mempersepsi bentuk tubuh aktualnya kurus tetapi berstatus gizi normal, mempersepsikan bentuk tubuh aktualnya normal tetapi berstatus gizi kurus dan mempersepsikan bentuk tubuh aktualnya gemuk tetapi status gizinya normal. Selebihnya remaja mempersepsikan bentuk tubuhnya sesuai dengan status gizinya. Secara keseluruhan baik remaja putri di SMA kota maupun di SMA desa mempersepsikan tubuh aktualnya sesuai dengan status gizi. Persepsi body image dinyatakan dengan dua kategori yaitu persepsi negatif dan persepsi positif. Persepsi body image  positif merupakan persepsi dimana  penilaian terhadap tubuh aktualnya sesuai dengan status gizinya, sedangkan

19  persepsi body image negatif merupakan persepsi dimana penilaian terhadap tubuh aktualnya tidak sesuai dengan status gizinya. Berdasarkan Tabel 12 dan 13 remaja putri yang mempersepsikan bentuk tubuh aktualnya kurus tetapi status gizinya normal, maka remaja putri dikatakan memiliki persepsi body image  negatif. Sementara itu remaja yang mempersepsikan bentuk tubuh aktualnya kurus dan status gizinya kurus dapat dikatakan memiliki persepsi body image  positif. Remaja putri yang mempersepsikan bentuk tubuh aktualnya kurus tetapi berstatus normal dapat dikatakan bahwa remaja putri tersebut merasa kurang percaya diri terhadap bentuk tubunya. Hal tersebut dapat mempengaruhi hubungan sosial dengan teman sebayanya, karena remaja putri akan merasa bentuk tubuhnya tidak indah dan tidak ideal sehingga dapat mempengaruhi pola makannya. Remaja putri akan membatasi asupan makannya sehingga status gizi awal yang ideal akan berubah menjadi status gizi kurang. Berikut klasifikasi persepsi body image remaja putri. Tabel 14 Sebaran remaja putri berdasarkan klasifikasi persepsi body image Persepsi Positif  Negatif Total

SMA kota n % 35 67.3 17 32.7 52 100

SMA desa n % 38 73.1 14 26,9 52 100

Total n 73 31 104

% 70.2 29.8 100

Uji beda (p=0.522)

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui baik remaja putri di SMA kota maupun di SMA desa sebagian besar memiliki persepsi body image yang positif. Remaja SMA kota yang memiliki persepsi body image  negatif lebih banyak dibandingkan remaja SMA desa. Hal ini sejalan dengan penelitian Lingga (2011)  bahwa sebagian besar remaja putri memiliki persepsi body image yang positif. Menurut Hurlock (2004), pada masa remaja hanya sedikit yang merasa puas dengan tubuhnya terutama pada remaja putri, sehingga hal ini menyebabkan adanya persepsi negatif terhadap bentuk tubuhnya. Hasil uji menggunakan  Mann Whitney  menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jenis persepsi body image remaja putri di SMA kota dan SMA desa. Menurut Mandleco (2004) remaja putri cenderung lebih tidak puas dengan penampilan tubuhnya dan lebih memperhatikan bagian-bagian dari tubuhnya dibandingkan dengan memperhatikan bentuk tubuh lawan jenisnya. Perilaku diet

Banyak remaja putri yang merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Usaha yang dilakukannya untuk bentuk tubuh yang diinginkannya seperti melakukan diet dengan mengurangi konsumsi makanannya. Hal ini sesuai dengan  penelitian marasabessy (2006), yang menyatakan bahwa contoh yang mempunyai  persepsi body image negatif dapat menimbulkan masalah-masalah atau gangguan seperti stres, depresi, dan diet yang berlebihan. Menurut Kim dan Lennon dalam Andea (2010), diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangi berat badan. Perilaku diet adalah usaha sadar seseorang dalam membatasi dan mengontrol makanan yang akan dimakan dengan tujuan untuk mengurangi dan mempertahankan berat badan (Hawks 2008). Berikut sebaran remaja putri yang melakukan diet.

20 Tabel 15 Sebaran remaja putri yang melakukan diet Diet Tidak melakukan diet Melakukan diet Total

SMA kota n % 31 59.6 21 40.4 52 100

SMA desa n % 33 63.5 19 36.5 52 100

Total n % 64 61.5 40 38.5 104 100

Uji beda

(p=0.688)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 104 hanya 40 remaja putri yang melakukan diet yaitu 21 remaja putri di SMA kota dan 19 remaja putri di SMA desa. Remaja putri yang melakukan diet lebih banyak dilakukan di SMA kota dibandingkan di SMA desa. Hasil uji beda menggunakan  Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara remaja putri yang melakukan diet di SMA kota dan SMA desa. Pada umumnya remaja melakukan diet, berolahraga, melakukan perawata n tubuh, mengonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan berat  badan ideal (Andea 2010). Cara yang dilakukan remaja putri di SMA kota dan desa di antaranya yaitu mengurangi jumlah makan (mengurangi porsi), membatasi  jenis makanan tertentu, melakukan olahraga, mengurangi frekuensi makan, menggunakan obat pelangsing, menggunakan obat pencahar dan memuntahkan kembali makanan yang dimakan. Berikut Tabel 16 perilaku remaja dalam menurunkan berat badan. Tabel 16 Perilaku remaja dalam menurunkan berat badan Perilaku remaja dalam menurunkan berat badan Mengurangi jumlah makan (mengurangi porsi) Membatasi jenis makanan tertentu Olahraga Mengurangi frekuensi makan Puasa Menggunakan obat pelangsing atau jamu Menggunakan obat pencahar Memuntahkan kembali makanan yang dimakan

SMA kota n % 19 90.5 15 71.4 16 76.2 15 71.4 11 52.4 21 100 0 0 1 4.8

SMA desa n % 19 100 18 94.7 16 84.2 13 68.4 9 47.4 5 26.3 1 5.3 1 5.3

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa 40 remaja putri yang melakukan diet lebih banyak berdiet dengan cara mengurangi jumlah makan (mengurangi porsi). Remaja putri di SMA kota lebih banyak melakukan diet dengan cara menggunakan obat pelangsing atau jamu dan tidak ada yang berdiet dengan menggunakan obat pencahar. Remaja putri di SMA desa lebih banyak melakukan diet dengan cara mengurangi jumlah makan (mengurangi porsi). Hanya sedikit remaja putri di SMA desa yang menggunakan obat pencahar dan memuntahkan kembali makanan yang dimakan. Adapun cara yang dilakukan remaja putri melakukan diet di antaranya dengan cara membatasi makanan tertentu. Makanan yang dihindari remaja putri seperti nasi, susu, makanan gorengan,  fast food , pangan hewani dan  snack . Berikut jenis makanan yang dihindari remaja putri.

21 Tabel 17 Jenis makanan yang dihindari remaja putri SMA kota n % 13 61.9 3 14.3 15 71.4 16 76.2 10 47.6 12 57.1

Jenis makanan  Nasi Susu Makanan gorengan (jajanan)  Fast food Pangan hewani (daging) Snack

SMA desa n % 7 36.8 5 26.3 16 84.2 6 31.6 3 15.8 8 42.1

Jenis makanan yang paling banyak dihindari remaja putri di SMA kota untuk berdiet yaitu  fast food   dan remaja putri di SMA desa banyak menghindari makanan makanan gorengan (jajanan). Hanya sedikit yang menghindari minum susu baik remaja putri di SMA kota maupun di SMA desa. Hal ini sesuai dengan  penelitian Andea (2010), diet yang dilakukan untuk menurunkan berat badan adalah olahraga, mengurangi asupan lemak, mengurangi permen atau makanan manis, mengurangi porsi makan yang dikonsumsi, mengonsumsi makananmakanan rendah kalori, puasa, sengaja melewatkan waktu makan, menggunakan  penahan nafsu makan, menggunakan pil diet, memuntahkan makanan dengan sengaja, tidak makan daging sama sekali dan tidak makan makanan yang mengandung karbohidrat sama sekali. Konsumsi pangan

Konsumsi pangan merupakan hal penting dalam memenuhi kebutuhan zat gizi pada remaja. Konsumsi pangan yang bergizi akan membantu remaja dalam  proses pertumbuhan tubuh dan perkembangan mental. Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Konsumsi  pangan dapat ditinjau berdasarkan aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Kusharto dan Sa’diyyah 2006). Konsumsi pangan remaja diperoleh melalui wawancara dengan metode  food recall 2x24 jam, yaitu pada saat hari sekolah dan hari libur. Tingkat kecukupan zat gizi individu dapat diketahui dengan cara membandingkan kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi oleh individu dengan angka kecukupannya. Tabel 18 Rata-rata konsumsi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi lain remaja  putri Zat gizi Energi Konsumsi (kkal) AKG TK (%) Protein Konsumsi (g) AKG TK (%) Lemak Konsumsi (g) Energi dari lemak (%)

SMA kota

SMA desa

1686 2123 79

1396 1907 73.7

48 63 76.1

43.7 52 85.3

51.2 26.8

44.5 28.3

22 Tabel 18 Rata-rata konsumsi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi lain remaja  putri (lanjutan) Zat gizi Karbohidrat Konsumsi (g) Energi dari karbohidrat (%) Zat besi Konsumsi (mg) AKG TK (%) Vitamin A Konsumsi (RE) AKG TK (%) Vitamin C Konsumsi (mg) AKG TK (%)

SMA kota

SMA desa

239.4 59.3

206.2 59.2

9.9 21 49.5

12.9 23 59.7

487.3 500 104.7

279.2 500 55.8

27 60 45.1

21.4 60 35.6

Rendahnya tingkat konsumsi yang menyebabkan rendahnya pula tingkat kecukupan gizi disebabkan oleh adanya persepsi contoh mengenai body image yang umumnya terjadi pada masa remaja awal (Widyastuti et al. 2009). Remaja yang mempunyai body image negatif merasa kelebihan berat badan, sehingga akan mengurangi konsumsi pangannya. Energi

Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan aktivitas. Untuk melakukan aktivitas itu kita memerlukan energi. Energi yang diperlukan ini kita  peroleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak (Poedjiadi A 2006). Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2004, diketahui angka kecukupan energi untuk wanita usia 13 sampai 15 tahun dan 16 sampai 19 tahun adalah 2100 kkal dan 2000 kkal. Angka Kecukupan Gizi untuk energi terlebih dahulu dikonversi sesuai berat badan keseluruhan remaja putri. Rata-rata konsumsi energi remaja putri di SMA kota lebih tinggi dibandingkan dengan di SMA desa. Hal ini seperti terlihat pada Tabel 18. Tingkat kecukupan energi didapat dari konsumsi pangan yang dikonversi menjadi satuan kkal dan dibagi dengan angka kecukupan energi harian remaja putri sesuai umur dan berat badan. Menurut Depkes (1996), tingkat kecukupan energi dibagi kedalam lima kategori, yaitu defisit berat (
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF