HOMEOPATI 1

March 3, 2019 | Author: Nine Wulan | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download HOMEOPATI 1...

Description

TUGAS HERBAL MEDICINE HOMEOPATI

Disusun oleh: Felita Noviati Fredy

(1061111027)

Randi Rinandi

(1061111063)

Rhima Adhitya Pratama

(1061111065)

Rudianto Wijaya

(1061111068)

Willy Tirza Eden

(1061111083)

Yehuda Rahmanu Putera

(1061111085)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI” SEMARANG 2011

HOMEOPATI

PENDAHULUAN Sejarah Homeopati

Homeopati adalah pengobatan medis yang dikembangkan di Jerman lebih dari 200 tahun lalu d an telah dipraktekkan di Amerika Serikat sej ak awal abad ke 19. Homeopati digu akan untuk menjaga kesehatan, mencegah dan mengobati banyak penyakit. Istil ah homeopati berasal dari bahasa Yunani, yaitu “home ” yang berarti serupa dan “pathos” Yang berarti penderit aan atau penyakit. Homeopati bertujuan untuk merangsang kemampuan tubuh untuk menyembuhka dirinya sendiri dengan memberikan dosis ya ng sangat kecil dari suatu senyawa. Metode pe gobatan ini dikembangkan dikembangkan oleh dokter Jerman S amuel Hahnemann Kristen pada akhir abad ke-1 . Teori dan prins ip homeopati yang memiliki

Gambar 1. Samuel Christian Hahnemann

asal-usul dari pengo atan tradisional didirikan di Yunani dan Ro awi kuno. Pada abad ke-5 SM dokte yunani Hippocrates (460-377 SM) ditetap an dengan jelas sebuah ide bahwa pe yakit adalah hasil dari kekuatan alam, buka intervensi ilahi dan bahwa penyemb han pasien dapat didorong dengan kekuata n pasien sendiri. Teori pengobatan ko ntemporer yang didasarkan pada pertentang an hukum, yang dianjurkan mengobat i penyakit dengan meresepkan zat yang men ghasilkan gejala yang berlawanan ata u bertentangan. Sebagai contoh Diare, dapa t diobati dengan obat yang menyebab an konstipasi, seperti AlOH (alumunium hid roksida). Berlawanan, Hippocrates mengembangkan penggunaan hu kum sejenisnya, berdasarkan

pada

prinsip

bahwa

"yang

menyembuhkan

seperti

yang

disembuhkan". Teor i ini mengusulkan bahwa zat yang mamp u menyebabkan gejala penyakit pad

orang sehat juga bisa digunakan untuk 

engobati gejala

yang sama selama sakit. Misalnya Veratrum album (white

ellebore), yang

dianggap efektif mel awan kolera, menyebabkan pembersihan y ng kuat sampai

dehidrasi parah jika diberikan dalam dosis besar, gejala persis seperti orang-orang yang terkena kolera itu sendiri. Antara 1 sampai abad ke-5 Masehi, Romawi membuat perkembangan lebih lanjut dalam kedokteran. Mereka memperkenalkan herbal lebih dalam melalui  pharmacopeias, meningkatkan higieni publik dan mengamati struktur dan fungsi tubuh manusia, walaupun hal i ni dibatasi oleh tabu sosial, yang mencegah pembedahan tubuh. Pengetahuan medis yang ada sudah dikodisikan dan rasionalisasikan oleh Galen (130-200 M), seorang dokter ahli anatomi dan fisiologi Romawi. Dia mengadopsi banyak prinsip yunani kuno, termasuk teori Aristotelian "empat humor", yang mengklaim bahwa tubuh manusia terdiri dari empat cairan, darah, choler (empedu kuning), melankolis (empedu hitam), dan dahak, yang harus disimpan dalam keseimbangan untuk  memastikan vitalitas dan kesehatan. Setelah penurunan Kekaisaran Romawi, sedikit kemajuan dibuat selama berabad-abad dalam bidang kedokteran Eropa. Sebuah kombinasi dari “cerita rakyat herbal”, pengaruh agama, dan teori kedokteran memberikan dasar untuk  memahami dan mengobati penyakit secara tepat melalui abad ke-17. Hanya ketika dokter swiss dan alkemis paracelcus (1439-1541) mulai mengembangkan teorinya, melakukan studi kedokteran dimana mulai berkembang lagi. Paracelcus menghidupkan kembali teori Yunani kuno ”Ajaran Signatures”, yang didasarkan pada premis bahwa penampilan luar tanaman, "tanda tangan" Tuhan, mengindikasikan sifat sifat penyembuhan. Sebagai contoh, Chelidonium Majus (celandine besar) digunakan untuk mengobati kondisi yang mempengaruhi hati dan kantung empedu karena  jus kuning tanaman mirip empedu. Paracelsus berpendapat bahwa penyakit itu terkait dengan faktor-faktor eksternal seperti terkontaminasi makanan dan air daripada kekuatan mistis, dan dia menantang teori kontemporernya dalam mengenali kemampuan alami tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri, mengklaim bahwa praktik kedokteran harus didasarkan pada observasi rinci dan "pengetahuan yang mendalam tentang alam dan bekerjanya". Menurut teorinya, semua tanaman dan logam yang terkandung sebagai bahan aktif, dapat ditetapkan sesuai dengan spesifik penyakit. Berkonsentrasi pada eksperimen praktis daripada pada alkimia, ia meletakkan

pondasi untuk tahap awal kimia dan pengembangan selanjutnya dari farmasi kedokteran, memperkenalkan obat-obatan baru, seperti opium, belerang, besi, dan arsen, ke dalam perbendaharaan kontemporer. Eksplorasi kimia dan sifat-sifat obatnya dari banyak zat, dan advokasinya dari konsep Hippocrates dari " like cures like" juga membuat Paracelsus, tokoh kunci dalam pengembangan homeopati.

Menurut James homoeopath Compton dari Inggris (1840-1901), beberapa penulis yang penting bekerja pada homeopati, masih digunakan sampai sekarang, "Paracelsus menanam biji dari mana pohon oak perkasa homeopati telah tumbuh” (Lockie, 2006).

PRINSIP & TEORI HOMEOPATI

Homeopat percaya bahwa kesehatan yang baik berasal dari keseimbangan antara pikiran dan tubuh, yang dikelola oleh "kekuatan vital" yang mengatur kemampuan penyembuhan tubuh. Konsep vitalistik ilmu pengetahuan telah ada selama bertahun-tahun pada saat Hahnemann mengembangkan teori-teorinya dengan dua prinsip utama yaitu:  Prinsip serupa (atau “ like cures like”) yang menyatakan bahwa penyakit dapat

disembuhkan oleh senyawa yang menghasilkan gejala yang sama pada orang sehat. Pandangan ini diawali oleh Hippocrates dan dikembangkan lebih lanjut oleh Hahnemann setelah ia berulang kali tertelan kulit kayu cinchona, pengobatan yang populer untuk malaria. Hahnemann berpendapat bahwa jika senyawa dapat menyebabkan gejala-gejala penyakit pada orang yang sehat, maka senyawa tersebut dalam dosis yang kecil dapat menyembuhkan orang sakit dengan gejala serupa.  Prinsip pengenceran (atau "hukum dosis minimum") yang menyatakan bahwa

semakin rendah dosis obat maka semakin besar efektivitasnya. Dalam homeopati, zat diencerkan secara bertahap. Proses ini disebut sebagai " potentization" dan diyakini untuk menghantarkan beberapa bentuk informasi atau energi dari pengenceran akhir senyawa asli. Kebanyakan obat homeopati sangat encer, namun dalam homeopati diyakini bahwa senyawa yang encer tersebut memberikan esensi yang merangsang tubuh untuk menyembuhkan

dirinya sendiri (http://nccam.nih.gov/health/homeopathy/, diakses pada 15 Desember 2011)

Jenis praktek homeopati

Berbagai kebiasaan resep telah berkembang di berbagai negara yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. Sebuah divisi konseptual yang jelas telah muncul membagi dua praktek homeopati yaitu klasik dan kompleks. Homeopat klasik umumnya melakukan pengobatan tunggal sesuai dengan tipe pasien dan gambaran gejala. Pada kasus penyakit akut atau cedera, di mana gejala fisik jauh lebih besar daripada gejala emosional dan lainnya akan diambil pendekatan yang lebih pragmatis yaitu dengan menggunakan kombinasi obat dalam potensi rendah. Jadi, misalnya, lima atau enam obat diketahui membantu untuk influenza akan digabungkan dalam satu tablet tunggal. Ini adalah pendekatan kompleks berdasarkan teori homoeopat Inggris Dr Richard Hughes.

PENGEMBANGAN HOMEOPATHY

Eksperimen pertama Hahnemann pada dirinya sendiri bisa dibilang merupakan beberapa percobaan medis awal. Penelitian medis kemudian berkembang menjadi lebih jauh lagi dengan melakukan pengujian efektivitas homeopati secara klinis dengan disertai gambaran yang lengkap dimulai pada akhir 1980an. Penelitian

tentang

homeopati

mendapatkan

dukungan

biaya

dari

perusahaan obat yang berinvestasi di dalamnya, kemudahan akses ke fasilitas penelitian universitas, rumah sakit, namun ternyata sulit untuk melakukan penelitian homeopati karena pada kenyataan bahwa homeopati begitu bergantung pada keahlian dan penilaian praktisi dalam menilai obat yang sesuai untuk pasien. Salah satu isu yang paling penting yang akan dibahas dalam uji coba adalah pengaruh

efek

placebo.

Penelitian-penelitian

tentang

homeopaty

mulai

berkembang dimulai pada tahun 1986 oleh Dr D. Taylor-Reilly yang memberikan

hasil bahwa pemberian homeopati secara signifikan menunjukkan peningkatan dibandingkan respon placebo.

Pengunaan Homeopati

Homeopati mengobati seseorang berdasarkan riwayat kesehatan genetik, gejala fisik, emosional, dan mental saat ini. Sistem pengobatan ini bersifat individual atau disesuaikan pada masing-masing orang, sehingga tidak jarang ditemukan orang lain dengan kondisi yang sama tetapi menerima perlakuan yang berbeda. Obat homeopati berasal dari bahan alami yang berasal dari tanaman, mineral, atau hewan. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan mulai dari pencegahan hingga pengobatan seperti alergi, sindrom asma, kelelahan kronis, depresi, gangguan pencernaan, infeksi telinga, sakit kepala, dan ruam kulit. Penggunaan obat homeopati dalam klinik diatur sesuai dengan pedoman Pharmacopeia Homeopathic Amerika Serikat (HPUS). Obat homeopati diatur dengan peraturan yang sama seperti obat OTC. Namun, karena obat homeopati mengandung zat aktif yang sangat sedikit atau hampir tidak ada, maka obat homeopati tidak harus menjalani pengujian khasiat dan keamanan seperti obat OTC baru. FDA tidak mengharuskan obat homeopati memenuhi standar formal tertentu untuk kekuatan, kemurnian, dan kemasan. Label pada obat harus menyertakan setidaknya satu indikasi utama, daftar bahan, pengenceran, dan petunjuk keselamatan. Obat homeopati yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit serius seperti kanker maka penjualannya memerlukan resep dokter, sedangkan obat homeopati yang digunakan untuk mengobati masalah kesehatan yang ringan seperti flu atau sakit kepala dapat dijual tanpa resep dokter. Beberapa uji perbandingan efektivitas penggunaan obat homeopati dan obat konvensional memberikan hasil yang menarik. Beberapa di antaranya adalah: 

Pengobatan homeopati dapat memberikan efek yang lebih baik daripada pengobatan konvensional (Friese, dkk., 1997)



Obat homeopati mungkin lebih unggul daripada analgesik standar untuk  menghilangkan nyeri pada osteoarthritis (Shealy, dkk., 1998)



Pengobatan homeopati memiliki efektivitas yang sama dengan fluoxetine untuk mengobati depresi akut sedang-berat (Adler, dkk., 2009)

PENELITIAN HOMEOPATI

Penelitian ilmiah terhadap homeopati sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena obat homeopati digunakan dalam konsentrasi yang sangat rendah (pengenceran ultra tinggi atau UHDs), sehingga kadar obat di dalam darah tidak  dapat langsung diukur dan sulit untuk merancang sebuah penelitian. Selain itu, pengobatan homeopati bersifat sangat individual (tergantung pada kondisi klinis tiap pasien) dan tidak ada standar yang seragam untuk peresepan homeopati. Ratusan obat homeopati yang berbeda dapat diresepkan dalam berbagai pengenceran yang berbeda untuk mengobati ribuan gejala. Berbagai penelitian mengenai homeopati menyimpulkan bahwa homeopati dapat digunakan sebagai pengobatan yang efektif pada kondisi tertentu. Namun, beberapa penelitian individual, uji klinis, dan penelitian laboratorium melaporkan adanya efek positif  yang unik dari obat homeopati.

Uji Klinis

Uji klinis merupakan suatu pengujian yang dilakukan terhadap pasien untuk  membandingkan efek dari dua atau lebih pengobatan di bawah kondisi yang terkontrol. Salah satu jenis uji klinis, yakni   Randomised Controlled Trial (RCT) dipertimbangkan sebagai “standar emas” oleh para ilmuwan sebagai suatu metode penelitian untuk menetapkan efektivitas suatu pengobatan. RCT telah digunakan untuk meneliti berbagai aspek homeopati, di antaranya adalah penelitian yang membandingkan antara obat homeopati dengan plasebo. Penelitian ini dapat memberikan suatu kesimpulan yang kuat dalam penggunaan obat homeopati. Pada akhir tahun 2009, 142   Randomised

Controlled

Trial telah

dipublikasikan dalam artikel jurnal ilmiah. 74 di antaranya menghasilkan kesimpulan yang kuat di mana 63 penelitian memberikan hasil positif (pasien dengan pengobatan homeopati memberikan efektivitas yang baik dibandingkan dengan pasien yang hanya diberikan plasebo) dan 11 penelitian lainnya

memberikan efek negatif (pasien dengan pengobatan homeopati memberikan efektivitas yang lebih rendah daripada kelompok pasien dengan plasebo). Berdasarkan   Randomised Controlled Trial yang telah dilakukan, obat homeopati memberikan efektivitas yang baik pada 75 kondisi medis spesifik (The Society of  Homeopaths, 2011). Beberapa di antaranya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Penelitian Efektivitas Homeopati pada Kondisi Medis Spesifik  Kondisi Medis

Penelitian

Alergi dan infeksi saluran pernafasan atas

Bornhoft G, Wolf U, Ammon K, et al. Effectiveness, safety and cost-effectiveness of homeopathy in general practice – summarized health technology assessment. Forsch Komplementarmed 2006; 13 (2): 19-29 Zell J, Connert WD, Mau J, Feuerstake G. Treatment of acute sprains of the ankle. Controlled double-blind trial to test the effectiveness of a homeopathic ointment. Fortschr Med 1988; 106: 96-100 Barnes J, Resch K-L, Ernst E. Homeopathy for postoperative ileus? A meta-analysis. J Clin Gastroenterol 1997; 25: 628-33 Diefenbach M, Schilken J, Steiner G, Becker HJ. Homeopathic therapy in respiratory tract diseases. Evaluation of a clinical study in 258 patients. Z Allgemeinmed 1997; 73: 308-14 Jacobs J, Jonas WB, Jimenez-Perez M, Crothers D. Homeopathy for childhood diarrhea: combined results and metaanalysis from three randomized, controlled clinical trials. Pediatr Infect Dis J 2003; 22: 229-34 Weatherley-Jones E, Nicholl JP, Thomas KJ, et al. A randomized, controlled, triple-blind trial of the efficacy of  homeopathic treatment for chronic fatigue syndrome. J Psychosom Res 2004; 56: 189-97 Jacobs J, Springer DA, Crothers D. Homeopathic treatment of  acute otitis media in children: a preliminary randomized placebo-controlled trial. Pediatr Infect Dis J 2001; 20: 177-83 Fisher P. An experimental double-blind clinical trial method in homoeopathy. Use of a limited range of remedies to treat fibrositis. BrHomeopath J 1986; 75: 142-7

 Ankle sprain

 Post-operative ileus Bronkitis

Diare anak

Kelelahan Kronis

Infeksi telinga (otitis media akut) Fibromyalgia

Bell I, Lewis D, Brooks A, et al. Improved clinical status in fibromyalgia patients treated with individualized homeopathic remedies versus placebo. Rheumatology 2004; 43: 577-82 Relton C, Smith C, Raw J, Walters C, Adebajo AO, Thomas KJ. Healthcare provided by a homeopath as an adjunct to usual care for Fibromyalgia (FMS): results of a pilot Randomised Controlled Trial. Homeopathy, 2009; 98: 77-82.

 Hay fever (rhinitis alergi)

Wiesenauer M, Ludtke R. A meta-analysis of the homeopathic treatment of pollinosis with Galphimia glauca. Forsch Komplementarmed Klass Naturheilkd 1996; 3: 230-6 Taylor MA, Reilly D, Llewellyn-Jones RH, et al. Randomised controlled trials of homoeopathy versus placebo in perennial allergic rhinitis with overview of four trial series. Br Med J 2000; 321: 471-6 Bellavite P, Ortolani R, Pontarollo F, et al. Immunology and homeopathy. 4. Clinical studies – Part 2. eCAM 2006; 3: 397409.

Influenza

Osteoarthritis

Vickers A, Smith C. Homoeopathic Oscillococcinum for preventing and treating influenza and influenza-like syndromes (Cochrane Review). In: The Cochrane Library. Chichester, UK: John Wiley & Sons, Ltd. 2006 Shealy CN, Thomlinson RP, Cox RH, Borgmeyer RN. Osteoarthritic pain: a comparison of homeopathy and acetaminophen. Am J Pain Manage 1998; 8: 89-91 van Haselen RA, Fisher PAG. A randomized controlled trial comparing topical piroxicam gel with a homeopathic gel in osteoarthritis of the knee. Rheumatology 2000; 39: 714-9

 Premenstrual  Syndrome Rheumatioid

Sinusitis

Yakir M, Kreitler S, Brzezinski A, et al. Effects of  homeopathic treatment in women with pre menstrual syndrome: a pilot study. Br Homeopath J 2001; 90: 148-53 Jonas WB, Linde K, Ramirez G. Homeopathy and rheumatic disease – Complementary and alternative therapies for rheumatic diseases II. Rheum Dis Clin North Am 2000; 26: 117-23 Friese K-H, Zabalotnyi DI. Homeopathy in acute rhinosinusitis. A double-blind, placebo controlled study shows the effectiveness and tolerability of a homeopathic combination remedy. HNO 2007; 55: 271-7 Zabolotnyi DI, Kneis KC, Richardson A, et al. Efficacy of a complex homeopathic medication (Sinfrontal) in patients with acute maxillary sinusitis: a prospective, randomized, doubleblind, placebo-controlled, multicenter clinical trial. Explore (NY) 2007; 3: 98-109

Vertigo

Schneider B, Klein P, Weiser M. Treatment of vertigo with a homeopathic complex remedy compared with usual treatments: a meta-analysis of clinical trials. Arzneimittelforschung 2005; 55: 23-9

RESIKO DAN EFEK SAMPING

Meskipun risiko dan efek samping pengobatan homeopati tidak dapat diteli ti dengan baik di luar studi observasional, namun beberapa poin umum dapat dibuat mengenai keamanan pengobatan ini:  Tinjauan

sistematis

mengemukakan

bahwa

obat

homeopati

dalam

pengenceran tinggi yang dilakukan di bawah pengawasan profesional terlatih, umumnya dianggap aman dan tidak menyebabkan efek samping yang parah.  Obat homeopati cair dapat mengandung alkohol. FDA memperbolehkan

kadar alkohol yang lebih tinggi dalam obat homeopati daripada obat konvensional dan sampai sejauh ini tidak ada laporan mengenai efek yang merugikan dari tingginya kadar alkohol kepada pihak FDA.  Belum terdapat banyak bukti mengenai reaksi samping yang terjadi dalam

studi klinis.  Belum diketahui secara pasti adanya interaksi antara obat homeopati dengan

obat konvensional, namun jika keduanya akan digunakan secara bersamaan, maka sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada tenaga kesehatan.

Marian (2008) meneliti tentang kepuasan dan efek samping dari homeopati dibandingkan pengobatan konvensional, dan memperoleh hasil bahwa kepuasan pasien terhadap homeopati secara signifikan lebih tinggi daripada dengan pengobatan secara konvesional. Pengobatan homeopati dianggap sebagai terapi berisiko rendah dengan efek samping dua sampai tiga kali lebih sedikit daripada pengobatan konvensional. Contoh lainnya, seperti homoeopathic Oscillococcinum, dapat mengatasi influenza lebih efektif dibandingkan dengan placebo dan tidak ada efek samping yang dilaporkan (Vickers dan Smith, 2009). Pada penelitian lainnya, gel homeopati untuk osteoarthritis dilaporkan memiliki efek samping yang tidak  berbeda signifikan dengan gel topikal piroxicam, serta memiliki efektivitas yang sama dengan piroxicam topical (van Haselen dan Fisher, 2000). Berdasarkan beberapa contoh di atas dapat disimpulkan bahwa homeopati memiliki resiko efek  samping yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pengobatan konvesional.

LISENSI DAN SERTIFIKASI

Saat ini tidak ada standar profesional untuk praktek homeopati di Amerika Serikat. Perizinan praktisi homeopati bervariasi dari negara ke negara. Biasanya seorang praktisi homeopati dilisensikan dalam profesi medis, seperti pada pengobatan konvensional. Homeopati juga merupakan bagian dari pendidikan medis untuk naturopati. Lisensi sebagai dokter homeopati tersedia hanya untuk dokter medis dan dokter osteopati di Arizona, Connecticut, dan Nevada. Arizona dan Nevada juga lisensi asisten homeopati, yang diizinkan untuk melakukan pelayanan medis di bawah pengawasan seorang dokter homeopati. Beberapa negara bagian secara eksplisit memasukkan homeopati dalam lingkup praktek chiropractic, naturopati, terapi fisik, kedokteran gigi, keperawatan, dan kedokteran hewan. Sertifikasi nasional dapat diperoleh melalui organisasi-organisasi seperti Council for Homeopathic Certification,   American Board of Homeotherapeutics,

dan The Homeopathic Academy of Naturopathic Physicians. Anggota komunitas homeopati mempertimbangkan sertifikasi sebagai jalan untuk membantu menetapkan pendidikan dan standar kompetensi untuk pelatihan homeopati.

PENERAPAN HOMEOPATI Konsultasi dengan Praktisi Homepati (homeopat)

Konsultasi dengan homeopat akan lebih lama dari konsultasi medis biasa dan seringkali memerlukan kunjungan selama beberapa minggu, terutama untuk  pengobatan jangka panjang. Hal ini memungkinkan memonitor perkembangan penyakit secara hati-hati. Praktisi homeopati meyakini bahwa tingkat kesehatan seseorang mencerminkan keadaan emosi pada waktu itu dan kesehatan yang baik  merupakan keadaan fisik umum dan emosional yang bebas dari penyakit. Menurut teori homeopati, penyakit merupakan akibat dari ketidakseimbangan sistem tubuh yang memiliki peranan besar dalam penyembuhan diri. Jika keseimbangan ini terganggu maka tubuh manusia berusaha untuk menstabilkan keadaan tersebut sehingga muncul gejala penyakit.

Profil pasien

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang sehingga segala macam informasi diperlukan untuk mengetahui profil seseorang. Meskipun penilaian homeopati

bersifat

individualistik,

namun

orang-orang

tersebut

dapat

dikelompokan menurut tipe-tipe tertentu. Orang-orang dengan tipe tertentu seringkali memiliki kebiasaan yang sama dan mungkin memiliki kerentanan yang sama terhadap penyakit. Penilaian Pasien

Sebagai dasar dari penilaian homeopati, praktisi mengumpulkan informasi tentang kondisi fisik, mental dan tingkat emosi, dan kehidupan pada umumnya (ditunjukkan table). Keunikan adaptasi individu terhadap lingkungan, penerimaan idiosinkrasi dan respon akan membentuk individu sebagai mana mereka ada. Seseorang dianggap sebagai hasil dari kesehatan fisik dan mental atau sakit, warisan genetic dan pengalaman sehari-hari. Tubuh Kesehatan Fisik  • Gejala umum dan sakit: waktu timbulnya gejala dan apa yang dipengaruhi dan bagaimana. • BB, bentuk dan kondisi fisik  • Diet: keseimbangan nutrisi, asupan makanan dan penolakan, intoleransi makanan dsb. • Tingkat energy • Tidur: kuantitas dan kualitas, efek  dari kurang tidur, mimpi Factor resiko terhadap kesehatan: • rokok, alcohol, obat rekreasional, pekerjaan yang berbahaya • Waktu keluar: relaksasi dan waktu santai Pengetahuan tentang apa yang • harus dilakukan jika sakit atau terluka

Pikiran

Kepribadian • Temperamen: posotif atau negatifm pasif atau tegas, santai atau cemas • Gambar diri • Emosi: kemampuan untuk  berekspresi dan mengontrol perasaan, tertawa dan mengendalikan emosi negative. • Hubungan: sensitive terhadap yang lain, kesmampuan untuk  memecahkan konflik, dorongan sex Perasaan bersalah, ketidakamanan • dan derajat pengontrolan terhadap tujuan pribadi Kemampuan untuk mengatasi • stress Kesempatan untuk berekspresi • Spiritualitas, keyakinan yang • dipegang teguh dan motivasi

Riwayat Penyakit Riwayat penyakit: penyakit • terakhir, obat konvensional yang digunakan dan terapi pelengkap Riwayat penyakit keluarga: • kejadian di keluarga seperti gangguan jantung, diabetes, gangguan mental, kanker Kerentanan yang diturunkan: • alergi, kecenderungan penyakit tertentu Diet: kerentanan terhadap • penyakit yang berhubungan dengan kolesterol, obesitas, atau alergi makanan • Kesadaran terhadap gejala penyakit turunan • Pemeriksaan: pemeriksaan diri, tes medis atau skrining

Cara hidup • trauma masa kecil: dampak  kematian atau kehilangan orang tua, atau penyalahgunaan fisik  atau mental. • keadaan Keluarga: efek dari kelahiran, pernikahan, perpisahan, perceraian, kematian, intimidasi, ujian, anak-anak meninggalkan rumah, atau merawat kerabat cacat atau tua. • Kedekatan keluarga dan teman-teman. • Kemampuan untuk menangani masalah kesehatan yang serius. • Properti: efek dari membeli dan menjual rumah, pindah rumah, atau membuat perubahan ekstensif. • Pengalaman kerja: dampak  dari pekerjaan baru, kehilangan pekerjaan, pensiun, pekerjaan berpindah, kerja paksa • Keuangan atau masalah hukum.

Lingkungan • Iklim: efek dari perubahan musim dan cuaca Kemudahan dan asupan air • segar • Paparan sinar matahari dan kesadaran dari resikonya Efek dari polusi: air, udara dan • gangguan suara • Lingkungan kerja: kondisi kantor, tingkat kebisingan, pengaruh system pemanas dan AC. • Lingkungan rumah: alergi terhadap limbah rumah tangga, pollen, hewan, asap rokok dan polusi udara Rutinitas harian: stress dan efek  • lainnya dari kerja di kantor

Manajemen Hidup • Manajemen waktu: kemampuan untuk menetapkan tujuan yang realistis, rencana dan mengatur proyek, mengatasi tenggat waktu, dan mendelegasikan tugas. • Sukses dalam mempertahankan keseimbangan antara pekerjaan dan bermain, dan antara pekerjaan dan keluarga. Stres manajemen: kesempatan • untuk bersantai, dan kemampuan untuk  mengendalikan situasi stres dan mengubah masalah menjadi peluang. Pekerjaan: kemampuan untuk  • merasionalisasi beban kerja,

perkotaan dan kerja dalam wajtu yang lama





meningkatkan lingkungan kerja. Rutinitas dikembangkan dalam rangka untuk memberi struktur waktu kerja dan kehidupan di rumah. Perencanaan keuangan dan organisasi.

OBAT HOMEOPATI

Berbagai senyawa yang mampu memberikan efek pada individu yang sehat dapat digunakan sebagai obat homeopati. Lebih dari 4000 unsur yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan mineral telah diuji sejak Hahnemann mengembangkan teorinya. Obat homeopati dibuat dengan cara yang bervariasi. Tumbuhan dan bahan hewani dapat digunakan seluruhnya atau sebagian, tergantung dari ukuran dan kepadatannya. Logam yang tidak larut dalam bentuk aslinya dikombinasikan dengan laktosa dan dihaluskan berulang kalu untuk membentuk serbuk yang cukup larut dalam air, proses ini disebut trituratio. Senyawa kristal, benih, dan biji dapat dihaluskan bila ukurannya besar, keras dan tidak larut dalam air. Secara umum, sediaan homeopati dibuat dengan melakukan preparasi terhadap bahan, merendamnya dalam pelarut campuran air dan alkohol dalam   jangka waktu yang lama (maserasi) dan kemudian disaring. Larutan yang terbentuk disebut “mother tincture”. Penggunaan obat dilakukan dengan mengencerkan mother tincture hingga tingkat pengenceran tertentu menggunakan pelarut yang sama atau memformulasikannya ke dalam bentuk tablet, pil, granul, atau serbuk (Lockie, 2006). Obat-obat yang digunakan dalam homeopati 60% berasal dari tumbuhtumbuhan, 20% berasal dari mineral (logam dan non logam), dan sebagian lainnya berasal dari hewan. Tumbuhan yang digunakan dapat diambil secara utuh ataupun sebagian, baik itu daunnya saja, akarnya saja, bunganya, biji atau benihnya. Homeopati yang berasal dari hewan, sebagian diambil tanpa menyakiti hewan tersebut seperti racun ular, racun laba-laba, dan lain sebagainya. Seluruh obat-obat homeopati yang digunakan tersebut sudah dipotentisasikan, sehingga daya racunnya sudah hilang dan hanya tersisa daya obatnya sebagai penyembuh.

Beberapa obat homeopati yang berasal dari tumbuhan, mineral, dan hewan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Obat-obat Homeopati (Lockie, 2006) Tumbuhan Plant

Symptomps Treated

Plant

Symptomps Treated

Aconitum napellus

Acute respiratory infections Eye and ear infections Fear, shock, and anxiety Problems in labor

Coffea cruda

Hot flashes (menopause) Headaches Insomnia Overexcitement Palpitations Toothaches

Agaricus muscarius

Alcoholism Chilblains Chorea Nervous system disorders Parkinson’s disease

Conium maculatum

Cysts, tumors, and cancer Enlarged prostate Nervous disorders Sexual problems Swollen breasts

Allium cepa

Allergies Catarrh Eye irritation Hay fever and allergic rhinitis Neuralgic pains Throat and chest infections

Cucumis colocynthis

Colic Diarrhea Facial neuralgia Menstrual problems Neuralgic pains

Aloe ferox

Diarrhea Hemorrhoids Headaches Hepatitis Involuntary stool

Datura stramonium

Asthma Bronchitis Chorea Fever Phobias Violence and mania

Anacardium orientale

Chest pains Digestive disorders Low self-esteem Psychological problems Skin conditions

Delphinium staphisagria

Grief  Headaches, toothaches Insomnia Joint pains Skin conditions (psoriasis) Styes Urogenital problems (cystitis)

Arnica montana

Fever Joint and muscle pain Post-childbirth pain Shock, injury, postoperative care Skin conditions Tooth and gum pain

Helleborus niger

Brain inflammation Depression Digestive disorders Headaches Nervous system disorders

Artemisia cina

Coughs and colds Intestinal worms Sleep problems Temper tantrums Twitching muscles

Hyoscyamus niger

Behavioral problems Coughs Delirium Paranoia Hypersexuality

Baptisia tinctoria

Acute fever Intestinal infections Septic conditions Throat infections

Ignatia amara

Absent periods Digestive disorders Grief and distress Headaches Insomnia Phobias and fainting Sore throat

Berberis vulgaris

Cystitis with offensive smell Gallbladder problems Joint pain Kidney disorders Lower back pain

Lycopodium clavatum

Anxiety Chest infections Digestive disorders Urogenital problems

Cannabis sativa (Indica)

Disordered mental state Headaches Pain or paralysis in the legs Urinary tract infections

Papaver somniferum

Constipation Delirium tremens Grief  Insomnia and narcolepsy Post-stroke paralysis Shock and injury

Carbo vegetabilis

Breathing problems Chronic fatigue syndrome Fatigue Indigestion and flatulence Poor circulation

Pulsatilla pratensis

Colds and coughs Digestive disorders Eye infections Sinusitis Women’s health

Cephaelis ipecacuanha

Asthma Coughs and wheezing Gynecological problems Migraines Morning sickness Nausea and vomiting

Solanum dulcamara

Colds and coughs Diarrhea Hay fever and asthma Head and facial pain Joint pain Skin conditions

Chamomilla recutita

Colic and diarrhea Fever Irritability Menstrual and labor pains Toothaches, teething, earaches

Strychnos nuxvomica

Asthma Colds and influenza Cystitis Digestive disorders Headaches Irritability and insomnia Menstrual/ pregnancy problems

Chelidonium majus

Gallstones Headaches Hepatitis Pneumonia Shoulder pain

Thuja occidentalis

Catarrh and sinusitis Headaches Menstrual problems Skin conditions Urogenital problems Depression

Cimicifuga racemosa

Depression Head and neck pain Menopause Menstrual problems Pregnancy

Cinchona officinalis

Digestive disorders Exhaustion due to illness Fever and headaches Insomnia

Veratrum album

Collapse Diarrhea Emotional problems Vomiting and nausea Weakness and fainting

Mineral Mineral

Symptomps Treated

Mineral

Symptomps Treated

Acidum arsenicosum

Digestive disorders Eye inflammation Food poisoning Headaches Respiratory illnesses Raynaud’s syndrome

Graphites

Anxiety and shyness Digestive disorders Erectile problems Eye, ear, nose conditions Menstrual problems Skin and nail conditions

Acidum hydrofluoricum

Alopecia Bone conditions Discharges from the ears and nose Nail conditions Sexual problems Tooth decay Varicose veins

Hepar sulphuris calcareum

Colds and catarrh Coughs and croup Digestive disorders Skin conditions Sore throat Oversensitivity

Acidum Nitricum

Anal fissures Cancer Candidiasis Catarrh Hemorrhoids Mouth ulcers Skin conditions Warts

Hydrargyrum metallicum

Catarrh and colds Eye and ear infections Fever Mouth and throat conditions Osteoarthritis Thrush

Acidum phosphoricum

Chronic fatigue syndrome Diabetes Diarrhea Exam nerves Exhaustion Grief or shock  Growing pains Headaches

Iodium

Blockages in the eustachian tube Coughs Eating disorders Heat intolerance Overactive metabolism Prostate problems Respiratory illnesses Rheumatoid arthritis

Aluminum oxydatum

Appetite disorders Constipation Dementia Fatigue Nervous disorders Alzheimer’s disease

Kalium bichromicum

Ammonium carbonicum

Fatigue Poor circulation Respiratory illnesses Scarlet fever Skin conditions

Kalium carbonicum

Catarrh and sinusitis Glue ear Headaches Indigestion Joint pains Rheumatoid arthritis Skin conditions Sore throat, coughs, and croup Asthma Coughs, whooping cough, and colds Incontinence Insomnia Joint or back pains, and osteoarthritis Kidney disorders Palpitations

Antimonium crudum

Digestive disorders Gout Skin and nail conditions Skin infections with a rash Toothaches

Kalium phosphoricum

Abnormal discharges Back pain Chronic fatigue syndrome Excess perspiration Hunger pains Insomnia

Antimonium tartaricum

Chicken pox Headaches Nausea Respiratory illnesses with rattling chest Skin conditions Whooping cough

Magnesium phosphoricum

Abdominal, menstrual, and other ramps Colic Earaches Headaches Neuralgia Toothaches

Argentum nitricum

Anxiety and phobias Digestive problems Irritable bowel syndrome Multiple sclerosis Nervous disorders

Natrum carbonicum

Colds, headaches Depression Digestive disorders Exhaustion Infertility Phobias Skin conditions and allergies

Aurum metallicum

Angina Bone pain Depression Headaches Reproductive system problems

Natrum chloratum

Colds and catarrh Digestive disorders Headaches and migraines Mouth and throat conditions Skin conditions Women’s health

Barium carbonicum

Anxiety and phobias Growth disorders in children Impotence Problems of the elderly Respiratory illnesses Swollen tonsils

Petroleum rectificatum

Chilblains Diarrhea and nausea Eczema and psoriasis Migraines Travel sickness

Calcium carbonicum

Anxiety and phobias Bone, joint, and dental problems Digestive disorders Headaches Women’s health Recurrent colds and ear infections

Phosphorus

Bleeding Burning pains Digestive disorders Palpitations Poor circulation Respiratory illnesses Phobias

Calcium phosphoricum

Bone and joint conditions Digestive disorders Fatigue Growth disorders Head pain Teething

Platinum metallicum

Depression Head and facial pains Menstrual problems Numbness and cramps Oversensitivity of the female genitalia

Causticum

Cough Multiple sclerosis Skin conditions Sore throat and laryngitis Tremors and paralysis Urinary disorders

Plumbum metallicum

Constipation Diabetes Dupuytren’s contracture Multiple sclerosis Muscle weakness Neurological conditions Vaginismus

Cuprum metallicum

Abdominal cramps Asthma Convulsions and epilepsy Coughs Exhaustion

Silicea terra

Coughs Diabetes Digestive disorders Ear, nose, and throat problems Headaches Skin, tooth, nail, and bone conditions

Ferrum metallicum

Anemia Back and joint pain Circulatory problems Digestive disorders Headaches Severe fatigue

Sulfur

Digestive disorders Men’s health Respiratory illnesses Skin conditions Women’s health

Ferrum phosphoricum

Colds Digestive disorders Earaches Fever Poor circulation Raynaud’s disease Respiratory illnesses Urogenital problems

Zincum metallicum

Eczema and viral skin infections Headaches Nervous exhaustion Twitching limbs, such as restless legs Urogenital problems

Hewan Animal

Symptoms Treated

Animal

Symptoms Treated

Apis mellifera

Bites and stings Cystitis Fever Inflammation of the eyes, lips, mouth, or throat Edema Urticaria

Psorinum

Depression Diarrhea Ear and eye infections Phobias Respiratory illnesses Skin problems, such as rosacea and severe eczema

Cantharis vesicatoria

Blisters Burns and scalds Excessive libido Gastritis, diarrhea, and dysentery Insect bites and stings Irritable bowel syndrome Severe cystitis Ulcerative colitis

Sepia officinalis

Catarrh Digestive disorders Fatigue Headaches Poor circulation Skin conditions Women’s health

Carcinosinum

Abdominal pain Chronic fatigue syndrome Insomnia Respiratory illnesses Skin growths and blemishes

Syphilinum

Asthma Constipation Eye inflammation Headaches Menstrual problems and miscarriages Obsessive-compulsive behavior Ulcers

Lac caninum

Breast problems Hypersensitivity Phobias Throat infections Vaginal bleeding and discharge

Tarentula hispanica

Angina and heart disorders Cystitis Diabetes Mood swings Multiple sclerosis Restless limbs and chorea Women’s health

Lachesis muta

Heart disorders Poor circulation and varicose veins Sore throat Spasms and tremors Women’s health Jealousy Phobias

Tuberculinum

Allergies Arthritic pains Colds Coughs and acute bronchitis Hay fever Neurotic behavior

Medorrhinum

Genital warts and herpes Rhinitis, sinusitis, and asthma Testicular pain Urinary tract infections Women’s health Aggression Peptic ulcer

DAFTAR PENELITIAN YANG MENUNJANG HOMEOPATI (Jonas, dkk., 2003)

DAFTAR PUSTAKA

Adler, U. C., Paiva, N. M. P., Cesar, A. T., Adler, M. S., Molina, A., Padula, A. E., dan Calil, H. M. 2009. Homeopathic Individualized Q-potencies versus Fluoxetine for Moderate to Severe Depression: Double-blind, Randomized Non-inferiority Trial. eCAM . doi:10.1093/ecam/nep114 Anonim.  Homeopathy: An Introduction. USA : Department of Helath and Human Services Anonim. 2011.   Remedy Homeopati. http://www.homeopatiindonesia.com/info-9remedy-homeopati.html yang diakses pada 23 November 2011 Ernst, E. 2002.   A Systematic Review of systemic reviews of homeopathy. UK : Department of Complementary Medicine Friese, K. H., Kruse, S., Ludtke, R., dan Moeller, H. 1997. Homeopathic treatment of otitis media in children: comparisons with conventional therapy. Int J Clin Pharmacol Ther . 35: 296-301 Jonas, W. B., Ted J., Kaptchuk, Linde, K. 2003.   A Critical overview of   Homeopathy. http://www.annals.org/content/138/5/393.full.pdf+html yang

diakses pada 22 November 2011 Lockie, Andrew. 2006.   Encyclopedia of Homeopathy . United Stated : DK Publishing, Inc. Marian, F., Joost, K., Saini, K. D., von Ammon, K., Thurneysen, A., dan Busato, A.

2008.

Patient

satisfaction

and

side

effects

in

primary

care:

Anobservational study comparing homeopathy and conventional medicine.  BioMed Central Ltd .

Shealy, C. N., Thomlinson, R. P., dan Borgmeyer, V. 1998. Osteoarthritic Pain: A Comparison of Homeopathy and Acetaminophen.  American Journal of Pain  Management , 1998;8:89-91

The Society of Homeopaths. 2011. Clinical Trials. Http://www.homeopathysoh.org/ research/ evidence- base- for- homeopathy-2/ evidence- base- forhomeopathy/, yang diakses pada 8 Desember 2011

van Haselen, R. A. dan Fisher, P. A. G. 2000.   A randomized controlled trial comparing topical piroxicam gel with a homeopathic gel in osteoarthritis of  the knee. Http://rheumatology.oxfordjournals.org/content/39/7/714.full

Vickers, A. J. dan Smith, C. 2009.  Homoeopathic Oscillococcinum for preventing and treating influenza and influenza-like syndromes (Review), diakses dari

www.pharmaretail.it/download/oscillococcinum.pdf 

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF