home visit asma.doc

January 8, 2017 | Author: dokterdoktermufti | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download home visit asma.doc...

Description

Puskesmas Taman -Sidoarjo

No Berkas

: 01

No RM

:

Nama KK

: Ny.L

Tanggal kunjungan pertama kali 4 Juni 2013 , Nama pembina keluarga pertama kali : Qoyum KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga Alamat lengkap

: Ny. L : Kletek RT.15 RW.07 Taman Sidoarjo

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Tabel 1.. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No

1 2

Nama

Tn B Ny L

Keduduk an dalam keluarga

L/ P

Umur

KK Istri

L P

56 43

Pendidika Pekerjaa n n SD SD

Pedagang Ibu

Pasien Klinik (Y/T) Y Y

Rumah 3 4 5 6 7 8 9

Sdri K Anak P 21 Sdr A Anak L 20 Sdri S Anak P 18 An N Anak P 13 An M Anak L 11 An M Anak L 9 An M Anak L 6 Sumber : Data Primer, Agustus 2013

SMP SMP SD SD SD -

Tangga -

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

1

Ket

Asma Bronkiale

Y Y Y T T T T

BAB I STATUS PENDERITA A. PENDAHULUAN Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita Asma, berjenis kelamin perempuan dan berusia 43 tahun, dimana penderita merupakan salah satu dari penderita Asma yang berada di wilayah Puskesmas Taman, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi meliputi individu,lingkungan dan social ekonomi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Taman beserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Asma .Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B.

IDENTITAS PENDERITA Nama

: Ny. L

Umur

: 43 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: Sekolah Dasar

Agama

: Islam

Alamat

: Kletek RT 15/RW 07 Taman Sidoarjo

Suku

: Jawa

Tanggal periksa

: 12 Agustus 2013

2

C.

ANAMNESIS 1. Keluhan Utama

: Sesak napas

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien merupakan pasien home visite dengan keluhan sesak nafas. Pasien mengeluh sesak nafas sejak kecil terutama ketika cuaca dingin, setelah beraktivitas , dan jika terkena debu dan terpapar rokok. Suami pasien sering merokok di dalam rumah.Jika sedang serangan sesak nafas, bunyi nafas pasien disertai bunyi ”ngik” dan dialami selama 2 jam jika tidak meminum obat. Sesak nafas kambuh paling banyak 1 kali dalam sehari,4 kali dalam seminggu. Pasien mengeluhkan sesak terasa lebih berat pada malam hari saat cuaca dingin. Pasien tidak ada keluhan nyeri dada dan tidak perlu banyak bantal saat tidur. Jika sedang tidak sesak, pasien dapat beraktivitas seperti biasa. Pasien juga mengeluhkan sesak terkadang diikuti dengan batuk berdahak, dengan dahak berwarna putih, berdarah(-). Pasien lebih nyaman dengan posisi duduk jika sedang sesak nafas. Pasien pertama kali didiagnosis asma pada umur 2 tahun .Pasien jarang kontrol ke puskesmas karena tidak ada yang mengantar ke puskesmas. Pasien diberi obat salbutamol. Pasien juga pernah diuapkan di IGD rumah sakit. Setelah minum obat pasien merasa ada perbaikan. 3. Riwayat Penyakit Dahulu: -

Riwayat alergi terhadap cuaca dingin dan hujan : ada

-

Riwayat alergi debu

: ada

-

Riwayat maag

: disangkal

-

Riwayat asma

: sejak umur 2 tahun

4. Riwayat Penyakit Keluarga -

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa

: ibu sakit asma

-

Riwayat sakit sesak nafas

: ada

-

Riwayat Hipertensi

: disangkal

-

Riwayat Diabetes Melitus

: disangkal

3

5. Riwayat Kebiasaan -

Riwayat keluarga yang merokok di rumah

: ada

-

Riwayat olah raga

: jarang sekali

-

Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang bincang dengan keluarga.

-

Riwayat bersosialisasi dengan tetangga jarang

6. Riwayat Sosial Ekonomi Penderita adalah istri dari suami Tn.B dan ibu dari 7 anak. Penderita tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga. Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari suami

dengan total penghasilan rata-rata

perbulan Rp. 1.700.000,-. Dua anaknya yaitu Sdri.K dan Sdr.A sudah bekerja dan berpenghasilan Rp.800.000,-,uang hasil kerjanya dipakai untuk mencicil sepeda motor. 7. Riwayat Gizi. Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 3 kali dengan nasi sepiring, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe kerupuk, dan jarang dengan daging. Kesan status gizi baik.

D. ANAMNESIS SISTEM 1. Kulit

: warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

2. Kepala

: sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata

: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman baik

4. Hidung

: tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga

: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut

: sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit

7. Tenggorokan

: sakit menelan (-), serak (-)

4

8. Pernafasan

: sesak nafas (-), batuk lama (-), batuk darah (-)

9. Kadiovaskuler

: berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan 11. Genitourinaria

: BAK lancar, 3-4 kali/hari warna dan jumlah biasa

12. Neuropsikiatri

: Neurologik

: kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik

: emosi stabil, mudah marah (-)

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-) 14. Ekstremitas

: Atas Bawah

: bengkak (-), sakit (-) : bengkak (-), sakit (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E 4V5M6), status gizi kesan baik. 2. Tanda Vital dan Status Gizi • Tanda Vital Nadi

: 88 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 24 x/menit Suhu

: 36,5 oC

Tensi

: 130/80 mmHg

• Status gizi (index Massa Tubuh ) : BB

: 59 kg

TB

: 160 cm

IMT = BB / ( TB ) 2 IMT = 59 / (1,6 ) 2

5

=

22,7

Status Gizi  Gizi Baik 3. Kulit Warna

:Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala

:Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

4. Mata Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea

(+/+),

warna

kelopak

(coklat

kehitaman),

katarak

(-/-),

radang/conjunctivitis/uveitis (-/-) 5. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-) 6. Mulut Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (+), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-) 7. Telinga Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal 8. Tenggorokan Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-) 9. Leher JVP (5+2) cm tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-) 10. Thoraks

6

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-) - Cor :I : ictus cordis tak tampak P : ictus cordis tak kuat angkat P : batas kiri atas

:SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas

:SIC II LPSD

batas kiri bawah

:SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah :SIC IV LPSD batas jantung kesan tidak melebar A: intensitas normal, regular, bising (-) - Pulmo: I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri P : fremitus raba kiri sama dengan kanan P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan Rhonki (-/-), whezing (+/+) 11 Abdomen I :dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-) P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba P :timpani seluruh lapang perut A :peristaltik (+) normal 12 Sistem Collumna Vertebralis I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

7

P :nyeri tekan (-) 13 Ektremitas: •

akral hangat



oedem (-) -

-

-

-

-

-

-

-

11. Sistem genetalia: dalam batas normal 12. Pemeriksaan Neurologik Fungsi Luhur

: dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal Fungsi Sensorik : dalam batas normal Fungsi motorik : K 5

5

5

5

T

N

N

N

N

RF

2

2

2

2

RP

-

-

-

-

13. Pemeriksaan Psikiatrik Penampilan

: sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran

: kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek

: appropriate

Psikomotor

: normoaktif

Proses pikir

: bentuk :realistik

Insight

isi

:waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus

:koheren

: baik

8

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan G. RESUME Perempuan 43 tahun dengan keluhan utama sesak nafas. Pasien mengeluh sesak nafas sejak kecil terutama ketika cuaca dingin, setelah beraktivitas , dan jika terkena debu dan terpapar rokok. Suami pasien sering merokok di dalam rumah.Jika sedang serangan sesak nafas, bunyi nafas pasien disertai bunyi ”ngik” dan dialami selama 2 jam jika tidak meminum obat. Sesak nafas kambuh paling banyak 1 kali dalam sehari,4 kali dalam seminggu. Pasien mengeluhkan sesak terasa lebih berat pada malam hari saat cuaca dingin. Jika sedang tidak sesak, pasien dapat beraktivitas seperti biasa.Pasien tidak ada keluhan nyeri dada dan tidak perlu banyak bantal saat tidur. Pasien pertama kali didiagnosis asma pada umur 2 tahun . Pasien jarang kontrol ke puskesmas karena tidak ada yang mengantar ke puskesmas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, status gizi kesan baik . Tanda vital T:130/80 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 24 x/menit, S:36,50C, BB:59 kg, TB:160 cm, status gizi  Gizi baik. Dari pemeriksaan pulmo auskultasi didapatkan wheezing pada kedua lapangan paru. H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS Diagnosis Biologis Asma Bronkiale Ringan Persiten Ringan Diagnosis Psikologis Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya 1.

Status ekonomi kurang.

2.

Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

9

3.

Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat.

4.

Kebiasaan suamin pasien yang merokok di dalam rumah.

I. PENATALAKSANAAN Non Medika Mentosa •

Hindari faktor pencetus seperti debu dan cuaca dingin serta asap rokok



Hindari beraktivitas berat



Olah raga ringan seperti jalan pagi hari di lingkungan sekitar, dan latihan pernafasan untuk mengurangi sesak.



Hindari lingkungan berpolusi dan asap rokok



Bila terjadi serangan asma, segera minum obat



Jika serangan tidak berkurang setlah minum obat, segera ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

Medikamentosa Teofilin 2x250 mg

J. FOLLOW UP Tanggal 13 Agustus 2013 S :Penderita merasa sesaknya berkurang, mual (-), muntah (-) , pusing (-), nafsu makan baik (+) O :KU sedang, compos mentis, gizi baik Tanda vital :T : 130/80 mmHg

R :22 x/menit S :36,5 0C

N : 88 x/menit

Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (-/-)

10

Mulut : Papil lidah atrofi (+/+) Status Lokalis

: Pulmo :

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri P : fremitus raba kiri sama dengan kanan P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan Rhonki (-/-), whezing (-/-) Status Neurologis : dalam batas normal. Status Mentalis

: dalam batas normal

A : Asma Bronkiale Ringan Persisten Ringan P : Terapi medikamentosa Teofilin 2x250 mg , non medika mentosa selain itu juga dilakukan personal hieginis dukungan psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien. Tanggal 14 Agustus 2013 S :Penderita merasa sesak, mual (-), muntah (-) , pusing (-), nafsu makan baik (+).Sesak dirasakan setelah suami pasien merokok di dalam rumah. O :KU sedang, compos mentis, gizi baik Tanda vital :T : 130/80 mmHg

R :26x/menit S :36,8 0C

N : 88 x/menit

Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (-/-) Mulut : Papil lidah atrofi (+/+) Status Lokalis

: Pulmo :

11

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri P : fremitus raba kiri sama dengan kanan P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+) suara tambahan Rhonki (-/-), whezing (+/+) Status Neurologis : dalam batas normal. Status Mentalis

: dalam batas normal

A :Asma Bronkiale Ringan Persisten Ringan P :Terapi medikamentosa teofilin tablet 2 x 250 mg , non medika mentosa selain itu juga dilakukan personal hieginis dukungan psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien. FLOW SHEET Nama

: Ny.L

Diagnosis : Asma Bronkiale Ringan Persisten Ringan

NO

1

T

Tensi

BB

TB

G

mm

L

Hg

Kg

Cm

13/08 /2013

130/8 0

59

160

Status Gizi

Gizi baik

12

Hasil labor at

-

KET

Teofilin 2x250 mg

2

14/08 /2013

130/8 0

59

160

Gizi baik

-

Teofilin 2x250 mg

BAB II IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Biologis. Keluarga terdiri dari penderita dan suami (Tn. B, 56 tahun). Penderita tinggal serumah dengan suami dan 7 orang anak. 2. Fungsi Psikologis. Ny. L tinggal serumah dengan suami (Tn. B) dan 7 orang anak.. Hubungan keluarga mereka terjalin

cukup akrab, terbukti dengan

permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya yang

menderita

kesusahan.

Meskipun

penghasilan

mereka

tak

berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan. 3. Fungsi Sosial Penderita adalah istri dan ibu dari 7 anak.Dalam masyarakat penderita

dan suami hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak

mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Suami penderita kurang aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat karena jam kerja yang menyita waktu, namun penderita tetap mengikuti kegiatan lainnya seperti gotong royong di hari minggu. Dalam kesehariannya penderita kurang bergaul dengan masyarakat di sekitarnya Kegiatan-kegiatan yang harus

13

mengeluarkan biaya terlalu tinggi merupakan faktor penghambat lain bagi keluarga ini untuk aktif dalam kegiatan sosial, selain karena merasa kurang mampu baik dari materi maupun status sosial. 4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari suami yang bekerja sebagai pedagang dengan total penghasilan sebesar Rp 1.700.000,00 perbulannya. Penghasailan tersebut juga digunakan untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, biaya sekolah atau iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan tidak pernah menyisihkannya untuk menabung ataupun biaya-biaya mendadak (seperti biaya pengobatan dan lainlain). Untuk kebutuhan air dengan menggunakan pompa air. Untuk memasak memakai kompor minyak atau kayu bakar. Makan sehari-hari lauk pauk, kadang daging, buah dan frekuensi makan kadang-kadang 2-3 kali. Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas, dan penderita sudah mempunyai kartu sehat ( Jamkesmas).Namun jarang kontrol karena tidak ada keluarga yang mengantar ke puskesmas. 5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi Penderita termasuk wanita yang terbuka sehingga bila mengalami kesulitan atau masalah penderita sering bercerita kepada suami dan anak anak. B. APGAR SCORE ADAPTATION Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama kali membicarakannya kepada suaminya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya dan menjadi keluhannya. Baik keluhan tentang penyakitnya maupun tentang sehari hari di rumah. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari . Dukungan suami, anak-anak dan petugas kesehatan yang sering memberi

14

penyuluhan kepadanya sangat memberinya motivasi untuk sembuh dan teratur minum obat, karena penderita dan keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi aturan pengobatan sampai sakitnya benar-benar sembuh dan tidak sampai terjadi putus obat agar tidak terjadi relaps atau kambuh kembali. Hal ini menumbuhkan kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi obat. PARTNERSHIP Ny. L mengerti bahwa ia adalah harapan keluarga karena merupakan istri dan ibu dari 7 anak . Selain itu suami dan keluarganya meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali, komunikasi antar anggota keluarga masih berjalan dengan baik. GROWTH Ny. L sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya walaupun kadang menganggunya terutama dalam hal sehari - hari di rumah. AFFECTION Ny. L merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan suami dan anak anaknya cukup meskipun akhir-akhir ini ia sering menderita sakit. Bahkan perhatian yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya. RESOLVE Ny. L merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari suami dan anak - anaknya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak karena suami penderita harus bekerja. Karena pada hari minggu atau hari libur suaminya kadang menyempatkan untuk pergi ke tempat rekreasi walaupun jarang sekali. APGAR Tn. B Terhadap Keluarga A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

15

Sering Kadang /selalu -kadang √

Jarang/tidak

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya



G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru



A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll



P



R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn B bekerja sebagai pedagang bekerja sampai sore sehingga semakin sedikit waktu untuk bersama-sama. Ketika sampai di rumah masih harus sibuk mengurusi urusan rumah tangga, sehingga kadang sulit untuk membagi waktu untuk bersama-sama. APGAR Ny. L Terhadap Keluarga

Sering Kadang /selalu -kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah



P

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya



G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru



A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan,



16

Jarang/tidak

perhatian dll √

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Ny. L juga tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga sehari -hari dan mengurus anak - anaknya di rumah. APGAR Sdri. K Terhadap Keluarga

Sering Kadang /selalu -kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah



P

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya



G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru



A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll



R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Jarang/tidak



Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik Sdri.K bekerja sebagai kayawan swasta di sebuah perusahaan.Ketika pulang sampai rumah membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. APGAR Sdr. A Terhadap Keluarga

17

Sering Kadang /selalu -kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah



P

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya



G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru



A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll





R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Sdr.A bekerja sebagai kayawan swasta di sebuah perusahaan yang sama dengan Sdri.K.Ketika pulang sampai rumah membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. APGAR Sdri. S Terhadap Keluarga

Sering Kadang /selalu -kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah



P

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya



G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru



18

Jarang/tidak

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll





R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Sdri.S sebagai pelajar .Ketika pulang sampai rumah membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. APGAR An. N Terhadap Keluarga

Sering Kadang /selalu -kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah



P

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya



G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru



A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll



R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Jarang/tidak



Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik An.N sebagai pelajar .Ketika pulang sampai rumah membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. APGAR An. M Terhadap Keluarga

19

Sering Kadang

Jarang/tidak

/selalu A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah



P

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya



G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru



A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll



-kadang



R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

An.M sebagai pelajar .Ketika pulang sampai rumah membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. APGAR An. M Terhadap Keluarga

Sering Kadang /selalu -kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah



P

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya



G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru



20

Jarang/tidak

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll





R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

An.M membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. APGAR An. M Terhadap Keluarga

Sering Kadang /selalu -kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah



P

Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya



G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru



A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll



R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Jarang/tidak



Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik An.M membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Ny. L adalah 81, sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Ny. L adalah 9. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny.L dan suami serta anak -

21

anakny dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.

C. SCREEM SUMBER

PATHOLOGY

KET

Sosial

Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun banyak keterbatasan.

_

Cultural

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan

_

Pemahaman agama cukup. Penderita dan anggota keluarga lainnya rajin sholat dan Agama menawarkan mengikuti kegiatan keagamaan. pengalaman spiritual yang baik untuk ketenangan individu yang tidak didapatkan dari yang lain

_

Religius

Ekonomi

Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup

+

Edukasi

Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tingkat pendidikan penderita sampai tamat SD.

+

Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik Dalam mencari Pelayanan kesehatan puskesmas pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya memberikan perhatian khusus menggunakan Puskesmas tetapi tidak ada

+

Medical

22

terhadap kasus penderita

yang mengantar sehingga pasien jarang kontrol.

Keterangan :  Ekonomi (+) artinya keluarga Ny. L masih menghadapi permasalahan dalam hal perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang pas-pasan dan belum dapat memnuhi kebutuhan sekunder dan tertiernya. 

Edukasi (+) artinya keluarga Ny. L juga menghadapi permasalahan dalam bidang pendidikan, Ny. L dan suami hanya tamat SD. Hal ini akan mempengaruhi pengetahuan dan pola berpikir dari anggota keluarga Ny. L.

 Medical (+) artinya keluarga Ny. L juga menghadapi permasalahan di bidang kesehatan, Ny. L jarang kontrol ke puskesmas karena tidak ada anggota keluarga yang mengantar.

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Alamat lengkap

: Kletek RT 15/RW 07 Taman Sidoarjo

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga Ny.L Dibuat tanggal 12 Agustus 2013

23

X

X

X

X

- Tn B

- Ny. L

- 56 tahun

- 43 th

- ♂

-♀

- buruh - etnis Jawa

- buruh - etnis Jawa Sdri K

Sdr A

Sdri S

An N

An M

An M

An M

9 th

9 th

9 th

9 th

9 th

9 th

9 th















siswa SD

siswa SD

siswa SD

siswa SD

siswa SD

siswa SD

siswa SD

-

etnis Jawa

etnis Jawa

etnis Jawa

etnis Jawa

etnis Jawa

etnis Jawa

Sumber : Data Primer, Agustus 2013 Keterangan :etnis Ny. L

Jawa

: Penderita

Tn. B

: Suami Penderita

Sdri. K

: Anak Penderita

Sdr. A

: Anak Penderita

Sdri. S

: Anak Penderita

An. N

: Anak Penderita

An. M

: Anak Penderita

An. M

: Anak Penderita

An. M

: Anak Penderita

24

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

An.M, 6 th

Sdri.S 18 th

An.M, 11 th Tn. B, 56 th Ny. L , 43 th

An.N, 13 th Sdri K, 21 th

Sdr.A, 20 th

Keterangan :

An.M, 9 th

: hubungan baik : hubungan tidak baik

Hubungan antara Ny.L , suami dan anak - anaknya baik dan dekat. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga. F. Pertanyaan Sirkuler 1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh suami?

25

Jawab : Suami merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita. 2. Ketika suami bertindak seperti itu apa yang dilakukan anak - anak? Jawab : Anak - anak mendukung apa yang dilakukan oleh ayah mereka. 3. Ketika suami seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain? Jawab : Ikut mendukung dan membantu apa yang diputuskan ayah. 4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan? Jawab : Dibutuhkan ijin suami, karena ia sebagai kepala keluarga. Namun sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya 5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita? Jawab : Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah anak - anak karena anak - anak selalu ada di rumah 6. selanjutnya siapa Jawab : Tidak ada 7. Karena Siapa yang secara emosional jauh dari penderita? Jawab : Tidak ada 8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien? Jawab :

26

Tidak ada 9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya? Jawab : Tidak ada

27

BAB III IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga 1. Faktor Perilaku Keluarga Ny.L adalah seorang istri dari Tn. B dan ibu dari 7 anak. Penderita sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga. Setiap hari Ny.L hanya berdiam diri di rumah ditemanin kedua anaknya yang belum sekolah.Siang harinya setelah kelima anaknya pulang,mereka membantu ibunya di rumah.Suami dan anak-anaknya belum sepenuhnya mengerti tentang penyakit asma dan factor pencetusnya.Namun mereka berusaha agar Ny.L tidak terlalu kecapekan dalam mengurus kegiatan rumah tangga. Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas seharihari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan keluarga akan berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit, bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah. Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun Keluarga ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore. Keluarga ini untuk melakukan kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari sumur yang ada di rumah.

28

2. Faktor Non Perilaku Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga penghasilan rendah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari suami yang bekerja pedagang. Dari total semua penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama kebuthan sekunder dan tertier. Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Lantai belum diubin hanya dilapisi oleh semen, pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang, dan memiliki fasilitas jamban keluarga. Pembuangan limbah keluarga belum memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga tidak dialirkan melainkan hanya dibiarkan keluar dari rumah ke belakang rumah dan dibiarkan meresap, serta belum adanya got pembuangan limbah keluarga. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas Taman.

II.

Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 8x6 m2 yang berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke utara ke sungai dengan jarak 2 meter. Tidak memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari satu ruang tamu, satu ruang keluarga sekaligus tempat menontonTV dan kamar makan, dua kamar tidur, satu dapur, dan satu kamar mandi memilki fasilitas jamban. Terdiri dari 1 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan .Jendela ada 4 buah, di ruang tamu,di ruang keluarga dan kamar tidur namun semuanya jarang dibuka..Di depan rumah terdapat teras yang berukuran 3x1 m2. Lantai rumah sebagian besar terbuat dari bahan semen dan pada bagian dapur dan gudang berlantaikan tanah. Ventilasi dan penerangan

29

rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan tidak ditutup langit-langit. Masing-masing kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari batubata namun belum dicat. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air dari sumur. Jarak sumur dari sungai 9 meter.Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor minyak dan kadang menggunakan kayu bakar yang biasa disimpan di belakang rumah. Denah Rumah

: 6M

R.TAMU

K. TIDUR

R.KELUARGA

U

K.TIDUR 8M K. DAPUR

S

MANDI R.CUCI

Keterangan : : Jendela : Satu Pintu : Tembok Bata : Sumur

30

SUNGAI

NY.L

31

BAB IV DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif : a. Penyakit Asma b. Kondisi ekonomi lemah c. Pengetahuan keluaga yang kurang tentang penyakit penderita 2. Faktor resiko : Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien) 1.Lingkungan dan rumah yang tidak sehat 4.Tingkat pendidikan keluarga masih rendah

2. Kondisi ekonomi lemah

Ny. L 9 th

3. P H B S

32

BAB V PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT 1. Suport Psikologis Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada dokternya. Antara lain dengan cara : a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi. b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan. d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter. Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon hanya kepada Tuhan YME. Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial. 2. Penentraman Hati Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap

33

penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya. 3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah tentang asma. Pasien asma dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit, pengobatannya, dan pencegahannya. Sehingga persepsi yang salah dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter maupun oleh petugas Yankes. Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan kesembuhannya melalui program pengobatan yang dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita termasuk

akibat

penyakitnya(Asma

)

terhadap

hubungan

dengan

keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga diberi penjelasan tentang pentingnya olah raga yang teratur dan sebagainya. 4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet yang dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang perlu dilakukan. 5. Pengobatan Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan. 6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan berupa perubahan tingkah laku, lingkungan (kebersihan lingkungan rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu 2x/hari), meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah raga yang teratur.

34

BAB VI TINJAUAN PUSTAKA Asma 1. Definisi Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversibel dan gejala pernapasan.1 Asma bronkial adalah salah satu penyakit paru yang termasuk dalam kelompok penyakit paru alergi dan imunologi yang merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernapas yang disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajat penyempitan dapat berubah, baik secara spontan maupun karena pemberian obat.2 2. Epidemiologi Asma dapat ditemukan pada laki – laki dan perempuan di segala usia, terutama pada usia dini. Perbandingan laki – laki dan perempuan pada usia dini adalah 2:1 dan pada usia remaja menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada wanita usia dewasa. Laki-laki lebih memungkinkan mengalami penurunan gejala di akhir usia remaja dibandingkan dengan perempuan.3 Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga saat ini jumlah penderita asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga 400 juta penderita pada tahun 2025.4 Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi

penyakit

asma

meningkat

35

dari

4,2% menjadi

5,4%.

Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.5 Penelitian yang dilakukan oleh Anggia D pada tahun 2005 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru didapatkan kelompok umur terbanyak yang menderita asma adalah 25 – 34 tahun sebanyak 17 orang (24,29%) dari 70 orang, dan perempuan lebih banyak dari pada laki – laki (52,86%). 6

3. Faktor Resiko Faktor resiko asma dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a. Atopi Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga alergi. Dengan adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkial jika terpajan dengan faktor pencetus. b. Hiperreaktivitas bronkus Saluran pernapasan sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun iritan. c. Jenis Kelamin Perbandingan laki – laki dan perempuan pada usia dini adalah 2:1 dan pada usia remaja menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada wanita usia dewasa. d. Ras e. Obesitas Obesitas atau peningkatan Body Mass Index (BMI) merupakan faktor resiko asma. Mediator tertentu seperti

36

leptin dapat mempengaruhi fungsi saluran pernapasan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya asma. Meskipun mekanismenya

belum

jelas,

penurunan

berat

badan

penderita obesitas dengan asma, dapat mempengaruhi gejala fungsi paru, morbiditas dan status kesehatan. 4. Faktor Pencetus Penelitian yang dilakukan oleh pakar di bidang penyakit asma sudah sedemikian jauh, tetapi sampai sekarang belum menemukan penyebab yang pasti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa saluran pernapasan penderita asma mempunyai sifat sangat peka terhadap rangsangan dari luar yang erat kaitannya dengan proses inflamasi. Proses inflamasi akan meningkat bila penderita terpajan oleh alergen tertentu. Penyempitan saluran pernapasan pada penderita asma disebabkan oleh reaksi inflamasi kronik yang didahului oleh faktor pencetus. Beberapa faktor pencetus yang sering menjadi pencetus serangan asma adalah : 1. Faktor Lingkungan a. Alergen dalam rumah b. Alergen luar rumah 2. Faktor Lain a. Alergen makanan b. Alergen obat – obat tertentu c. Bahan yang mengiritasi d. Ekspresi emosi berlebih e. Asap rokok bagi perokok aktif maupun perokok pasif

37

f. Polusi udara dari dalam dan luar ruangan

5. Klasifikasi Berat-ringannya asma ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain gambaran klinik sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejala malam hari, pemberian obat inhalasi β-2 agonis dan uji faal paru) serta obat-obat yang digunakan untuk mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat). Tidak ada suatu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan berat-ringannya suatu penyakit. Dengan adanya pemeriksaan klinis termasuk uji faal paru dapat menentukan klasifikasi menurut

berat-ringannya

asma

yang

sangat

penting

dalam

penatalaksanaannya.7 Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan (akut)7 : 1. Asma saat tanpa serangan Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau diluar serangan, terdiri dari: 1) Intermitten; 2) Persisten ringan; 3) Persisten sedang; dan 4) Persisten berat (Tabel.1) Tabel 1. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang dewasa7

38

2. Asma saat serangan Klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang digunakan sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan beratringannya serangan. Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan sedang dan asma serangan berat. Perlu dibedakan antara asma (aspek kronik) dengan serangan asma (aspek akut). Sebagai contoh: seorang pasien asma persisten berat dapat mengalami serangan ringan saja, tetapi ada kemungkinan pada pasien yang tergolong episodik jarang mengalami serangan asma berat, bahkan serangan ancaman henti napas yang dapat menyebabkan kematian. Tabel 2. Klasifikasi asma menurut derajat serangan7

39

6. Patogenesis Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas dan disebabkan oleh hiperreaktivitas saluran napas yang melibatkan beberapa sel inflamasi terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel yang menyebabkan pelepasan mediator seperti histamin dan leukotrin yang dapat mengaktivasi target saluran napas sehingga terjadi bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskular, edema dan hipersekresi mukus. Inflamasi saluran napas pada asma merupakan proses yang sangat kompleks melibatkan faktor genetik, antigen dan berbagai sel inflamasi, interaksi antara sel dan mediator yang membentuk proses inflamasi kronik.8 Proses inflamasi kronik ini berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak napas, batuk terutama pada malam hari. Hiperresponsivitas saluran napas adalah respon bronkus berlebihan yaitu penyempitan bronkus akibat berbagai rangsangan spesifik dan non-spesifik.8

40

Asma : Inflamasi kronis Saluran Napas

pemicu Hiperreaktivita s

Melepas MEDIATOR : Histamin Prostaglandin (PG) Leukotrien (L) Platelet Activating Factor (PAF), dll

Banyak Sel : Sel Mast Eosinofil Netrofil Limfosit

Bronkokonstriksi, hipersekresi mukus, edema saluran napas

Obstruksi difus saluran napas

41 BATUK, MENGI, SESAK

Gambar 1. Patogenesis Asma9 Tabel 3. Mediator Sel Mast dan Pengaruhnya terhadap Asma10 Mediator • • • • • • • •

Histamin LTC4, D4,E4 Prostaglandin dan Thromboksan A2 Bradikinin Platelet-activating factor (PAF)

Pengaruh terhadap asma

Kontruksi otot polos

Udema mukosa



Histamin LTC4, D4,E4 Prostaglandin dan Thromboksan E2 Bradikinin Platelet-activating factor (PAF) Chymase Radikal oksigen

• • • •

Histamin LTC4, D4,E4 Prostaglandin Hidroxyeicosatetraenoic acid

Sekresi mukus

• • •

Radikal oksigen Enzim proteolitik Faktor inflamasi dan sitokin

• •

7. Diagnosis

42

Deskuamasi epitel bronkial

Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang. •

Anamnesis Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Faktor – faktor yang mempengaruhi asma, riwayat keluarga dan adanya riwayat alergi.11



Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat obstruksi saluran napas. Tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga meningkat, ekspirasi memanjang diserta ronki kering, mengi.11



Pemeriksaan Laboratorium Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral Cursshman, kristal Charcot Leyden).11



Pemeriksaan Penunjang o Spirometri Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur faal ventilasi paru. Reversibilitas penyempitan saluran napas yang merupakan ciri khas asma dapat dinilai dengan peningkatan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan atau kapasiti vital paksa (FVC) sebanyak 20% atau lebih sesudah pemberian bronkodilator. o Uji Provokasi Bronkus Uji provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada penderita dengan gejala sma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus.

43

Pemeriksaan uji provokasi bronkus merupakan cara untuk membuktikan secara objektif hiperreaktivitas saluran napas pada orang yang diduga asma. Uji provokasi bronkus terdiri dari tiga jenis yaitu uji provokasi dengan beban kerja (exercise), hiperventilasi udara dan alergen non-spesifik seperti metakolin dan histamin. o Foto Toraks Pemeriksaan

foto

toraks

dilakukan

untuk

menyingkirkan penyakit lain yang memberikan gejala serupa seperti gagal jantung kiri, obstruksi saluran nafas, pneumothoraks, pneumomediastinum. Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak memperlihatkan adanya kelainan. Tabel 4. Diagnosis Asma12

44

8. Diagnosis Banding •

Bronkitis kronik Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun. Gejala utama batuk yang disertai sputum dan perokok berat. Gejala dimulai dengan batuk pagi, lama kelamaan disertai mengi dan menurunkan kemampuan jasmani.



Emfisema paru Sesak napas merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi jarang menyertainya.



Gagal jantung kiri Dulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardial dan timbul pada malam hari disebut paroxysmal nocturnal dispnea. Penderita tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak, tetapi sesak menghilang atau berkurang bila duduk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kardiomegali dan edema paru.



Emboli paru Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal jantung. Disamping gejala sesak napas, pasien batuk dengan disertai darah (haemoptoe).

45

9. Penatalaksanaan Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualiti hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktiviti sehari-hari.13 Tujuan penatalaksanaan asma13: •

Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma



Mencegah eksaserbasi akut



Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin



Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise



Menghindari efek samping obat



Mencegah terjadi keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel



Mencegah kematian karena asma Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit,

disebut sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.13 Penatalaksanaan asma bronkial terdiri dari pengobatan nonmedikamentosa dan pengobatan medikamentosa : Pengobatan non-medikamentosa •

Penyuluhan



Menghindari faktor pencetus



Pengendali emosi



Pemakaian oksigen

46

Pengobatan medikamentosa Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.13 Pengontrol (Controllers) Pengontrol mengontrol

adalah

asma,

mempertahankan

medikasi

diberikan

keadaan

setiap

asma

asma hari

terkontrol

jangka untuk pada

panjang mencapai asma

untuk dan

persisten.

Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol : • • • • • • • • • •

Kortikosteroid inhalasi Kortikosteroid sistemik Sodium kromoglikat Nedokromil sodium Metilsantin Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi Agonis beta-2 kerja lama, oral Leukotrien modifiers Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1) Lain-lain

Glukokortikosteroid inhalasi Pengobatan jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol asma. Penggunaan steroid inhalasi menghasilkan perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsif jalan napas, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan berat serangan dan memperbaiki kualiti hidup. Steroid inhalasi adalah pilihan bagi pengobatan asma persisten (ringan sampai berat). Tabel 5. Dosis glukokortikosteroid inhalasi dan perkiraan kesamaan potensi13 Dewasa

Dosis rendah

47

Dosis medium

Dosis tinggi

Obat Beklometason dipropionat

200-500 ug

500-1000 ug

>1000 ug

Budesonid

200-400 ug

400-800 ug

>800 ug

Flunisolid

500-1000 ug

1000-2000 ug

>2000 ug

Flutikason

100-250 ug

250-500 ug

>500 ug

Triamsinolon asetonid Anak Obat

400-1000 ug Dosis rendah

1000-2000 ug Dosis medium

>2000 ug Dosis tinggi

Beklometason dipropionat

100-400 ug

400-800 ug

>800 ug

Budesonid

100-200 ug

200-400 ug

>400 ug

Flunisolid

500-750 ug

1000-1250 ug

>1250 ug

Flutikason

100-200 ug

200-500 ug

>500 ug

Triamsinolon asetonid

400-800 ug

800-1200 ug

>1200 ug

Glukokortikosteroid sistemik Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Harus selalu diingat indeks terapi (efek/ efek samping), steroid inhalasi jangka panjang lebih baik daripada steroid oral jangka panjang. Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium) Pemberiannya secara inhalasi. Digunakan sebagai pengontrol pada asma persisten ringan. Dibutuhkan waktu 4-6 minggu pengobatan untuk menetapkan apakah obat ini bermanfaat atau tidak. Metilsantin Teofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek ekstrapulmoner seperti antiinflamasi. Teofilin atau aminofilin lepas lambat dapat digunakan sebagai obat pengontrol, berbagai studi menunjukkan pemberian jangka lama efektif mengontrol gejala dan memperbaiki faal paru.

48

Agonis beta-2 kerja lama Termasuk di dalam agonis beta-2 kerja lama inhalasi adalah salmeterol dan formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (> 12 jam). Seperti lazimnya agonis beta-2 mempunyai efek relaksasi otot polos, meningkatkan

pembersihan

mukosilier,

menurunkan

permeabiliti

pembuluh darah dan memodulasi penglepasan mediator dari sel mast dan basofil.

Tabel 6. Onset dan durasi (lama kerja) inhalasi agonis beta-213 Onset

Durasi (Lama kerja) Singkat Fenoterol

Cepat

Lama Formoterol

Prokaterol Salbutamol/ Albuterol Terbutalin Pirbuterol Lambat

Salmeterol

Leukotriene modifiers Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya melalui oral. Mekanisme kerja menghasilkan efek bronkodilator minimal dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen, sulfurdioksida dan exercise.

Selain

bersifat

bronkodilator,

juga

mempunyai

efek

antiinflamasi. Kelebihan obat ini adalah preparatnya dalam bentuk tablet

49

(oral) sehingga mudah diberikan. Saat ini yang beredar di Indonesia adalah zafirlukas (antagonis reseptor leukotrien sisteinil). Pelega (Reliever) Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi

jalan

napas

atau

menurunkan

hiperesponsif

jalan

napas. Termasuk pelega adalah 13: •

Agonis beta2 kerja singkat



Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain).



Antikolinergik



Aminofillin



Adrenalin

Agonis beta-2 kerja singkat Termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan prokaterol yang telah beredar di Indonesia. Mempunyai waktu mulai kerja (onset) yang cepat. Mekanisme kerja sebagaimana agonis beta-2 yaitu relaksasi otot polos saluran napas, meningkatkan bersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan modulasi penglepasan mediator dari sel mast. Merupakan terapi pilihan pada serangan akut dan sangat bermanfaat sebagai praterapi pada exerciseinduced asthma Metilsantin

50

Termasuk dalam bronkodilator walau efek bronkodilatasinya lebih lemah dibandingkan agonis beta-2 kerja singkat. Antikolinergik Pemberiannya secara inhalasi. Mekanisme kerjanya memblok efek penglepasan

asetilkolin

dari

saraf kolinergik

pada

jalan

napas.

Menimbulkan bronkodilatasi dengan menurunkan tonus kolinergik vagal intrinsik, selain itu juga menghambat refleks bronkokostriksi yang disebabkan iritan. Termasuk dalam golongan ini adalah ipratropium bromide dan tiotropium bromide. Adrenalin Dapat sebagai pilihan pada asma eksaserbasi sedang sampai berat. Pemberian secara subkutan harus dilakukan hati-hati pada penderita usia lanjut atau dengan gangguan kardiovaskular. Pemberian intravena dapat diberikan bila dibutuhkan, tetapi harus dengan pengawasan ketat (bedside monitoring). Cara pemberian pengobatan Pengobatan asma dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu inhalasi, oral dan parenteral (subkutan, intramuskular, intravena). Kelebihan pemberian pengobatan langsung ke jalan napas (inhalasi) adalah 13: •

lebih efektif untuk

dapat mencapai konsentrasi tinggi di jalan

napas •

efek sistemik minimal atau dihindarkan



beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak terabsorpsi pada pemberian oral (antikolinergik dan kromolin). Waktu kerja bronkodilator adalah lebih cepat bila diberikan inhalasi daripada oral.

Tabel 7. Pengobatan sesuai berat asma 13

51

Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari. Berat Medikasi Alternatif / Pilihan lain Alternatif Asma pengontrol lain harian Asma Tidak perlu -------------Intermiten Asma Glukokortikoste • Teofilin lepas lambat -----Persisten roid inhalasi • Kromolin Ringan (200-400 ug BD/hari atau ekivalennya) • Leukotriene modifiers Asma Persisten Sedang

Kombinasi inhalasi glukokortikoster oid (400-800 ug BD/hari atau ekivalennya) dan agonis beta-2 kerja lama

Asma Persisten Berat

Kombinasi inhalasi glukokortikoster oid (> 800 ug BD atau ekivalennya) dan agonis beta2 kerja lama, ditambah ≥ 1 di bawah ini:

• Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau ekivalennya) ditambah Teofilin lepas lambat ,atau • Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau ekivalennya) ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, atau • Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi (>800 ug BD atau ekivalennya) atau • Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug BD atau ekivalennya) ditambah leukotriene modifiers Prednisolon/ metilprednisolon oral selang sehari 10 mg ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, ditambah teofilin lepas lambat

• teofilin lepas lambat • leukotriene modifiers • glukokortikost eroid oral

52

• Ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, atau • Ditambah teofilin lepas lambat

10. Komplikasi Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah : 1. Status asmatikus 2. Atelektasis 3. Hipoksemia 4. Pneumothoraks 5. Emfisema

11. Prognosis Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi beresiko yang berjumlah kira-kira 10 juta. Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum angka kematian penderita asma wanita dua kali lipat penderita asma pria. Juga kenyataan bahwa angka kematian pada serangan asma dengan usia tua lebih banyak, kalau serangan asma diketahui dan dimulai sejak kanak – kanak dan mendapat pengawasan yang cukup kirakira setelah 20 tahun, hanya 1% yang tidak sembuh dan di dalam pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan common cold 29% akan mengalami serangan ulang.14 Pada penderita yang mengalami serangan intermitten angka kematiannya 2%, sedangkan angka kematian pada penderita yang dengan serangan terus menerus angka kematiannya 9%.14

53

BAB VII PENUTUP

A. KESIMPULAN 1. Segi Biologis : 

Ny. L (43 tahun), menderita penyakit Asma.



Status gizi Ny. L berdasarkan Indek Massa Tubuh termasuk dalam kategori Gizi Baik



Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny.L tidak sehat.

2. Segi Psikologis : 

Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat



Pengetahuan akan Asma yang masih kurang yang berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah

54



Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik, mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut

3. Segi Sosial : 

Problem ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini yang berpengaruh pada ketidakmampuan mendapatkan pelayanan dan informasi tentang kesehatan keluarga juga untuk dapat mempunyai fasilitas sanitasi, rumah yang sesuai dengan standart kesehatan

4. Segi fisik : 

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny. L tidak sehat.

B. SARAN 1. Untuk masalah medis ( Asma ) dilakukan langkah-langkah : Preventif : Pasien diharapkan agar aktivitas sehari-hari dikurangi (jangan kecapekan) dan selalu menjaga higien diri dan lingkungannya, mengganti sprei sesering mungkin, dan mandi kurang lebih 3x sehari, merendam pakaian dan sprei dan mencuci dengan sabun. 

Promotif

: edukasi penderita dan keluarga mengenai penyakit

Asma dan pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani. 

Kuratif

: saat ini penderita mendapat pengobatan teofilin tablet 2

x 250 mg. 

Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri Ny.L sehingga tetap memiliki semangat untuk sembuh .

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat dilakukan langkah-langkah : 

Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Lantai hendaknya diplester atau diganti dengan ubin agar mudah dibersihkan..

3. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :

55



Rehabilitatif

:

Pemerintah

hendaknya

berupaya

pemberian

kesempatan memperoleh pendapatan yang layak, dan membantu memperkuat kemampuan wanita untuk membina keluarganya, sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat terlepas dari

kemiskinan.

Karena

dengan

peningkatan

pendapatan

memungkinkan untuk dapat membeli makanan yang lebih baik, kondisi pemukiman yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA 1.

Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke - 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. h 978 – 87.

2. Alsagaff H, Mukty A. Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi ke – 2. Surabaya : Airlangga University Press. 2002. h 263 – 300. 3. Morris MJ. Asthma. [ updated 2011 June 13; cited 2011 June 29]. Available

from

:

http://emedicine.medscape.com/article/296301-

overview#showall 4. Partridge MD. Examining The Unmet Need In Adults With Severe Asthma. Eur Respir Rev 2007; 16: 104, 67–72 5. Dewan Asma Indonesia. You Can Control Your Asthma : ACT NOW!. Jakarta. 2009 May 4th. Available from:

56

http://indonesianasthmacouncil.org/index.php? option=com_content&task=view&id=13&Itemid=5 6. Anggia D. Profil Penderita Asma Bronkial yang Dirawat Inap di Bagian Paru RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari – Desember 2005. Pekanbaru : Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2006. 7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia

Nomor

1023/MENKES/SK/XI/2008

Tentang

Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta. 3 Nopember 2008. 8. Rahmawati I, Yunus F, Wiyono WH. Patogenesis dan Patofisiologi Asma. Jurnal Cermin Kedokteran. 2003; 141. 5 – 6. 9. Widjaja A. Patogenesis Asma. Makalah Ilmiah Respirologi 2003. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2003. h 27. 10. Noorcahyati S. Pemantauan Kadar Imunoglobulin M (Igm) dan Imunoglobulin G (Igg) Chlamydia pneumoniae pada Penderita Asma di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2002.

11. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2001. h 477 – 82. 12. Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah Kedokteran Indonesia. Nopember 2008; 58(11), 444-51. 13. Perhimpunan

Dokter

Paru

Indonesia.

Pedoman

Diagnosis

&

Penatalaksanaan di Indonesia. 2003. h 73-5 14. Mcfadden ER. Penyakit Asma. Dalam Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Isselbacher KJ et al, editor. Jakrta : EGC. 2000. 1311-18.

57

58

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF