Hipoksia Dan KJDR
May 28, 2018 | Author: Satriani | Category: N/A
Short Description
Materi...
Description
HIPOKSIA JANIN DAN KJDR SUCIATI C11112049
DEFINSI •
Menurut WHO dan The American American College of Obstetricians Obstetricians and Gynec Gynecolog ologis ists ts yang yang disebu disebutt kematia ematian n janin janin janin janin yang yang
mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau le leb bih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu ming gu atau lebih.
ETIOLOGI Faktor Fetal 25-45 % •
•
•
Anomali kromosom Defek kongenital yang bukan kromosom Infeksi virus, bakteri, protozoa
ETIOLOGI Faktor Plasenta 25-35 % •
Solusio plasenta
•
Insufisiensi plasenta
•
Asfiksia intrapartum
•
Plasenta previa
•
Korioamnionitis
ETIOLOGI Faktor Maternal 5-10 % •
Post term (>42 minggu)
•
Antiphospholipid antibodies
•
Diabetes tidak terkontrol
•
Hypertensive disorders
•
•
•
Trauma Persalinan abnormal Sepsis
•
Hipoksia Rupura uteri
•
Obat-obatan
•
Skema patofisiologi hipoksia dan asidosis janin
DIAGNOSIS •
Anamnesis : –
•
Ibu tidak merasakan gerakan janin
Pemeriksaan Fisik : –
Denyut jantung janin tidak terdengar
–
Pertumbuhan janin tidak ada
–
Tinggi fundus menurun
–
BB ibu menurun
–
Lingkar perut ibu mengecil
DIAGNOSIS •
USG : tampak gambaran janin tanpa kehidupan
•
Pemeriksaan hCG urin : negatif
•
Jika janin telah meninggal lebih 2 hari (foto radiologi): –
Edema kulit kepala
–
Tulang kepala kolaps
–
Tulang kepala tumpang tindih (Spalding’s sign)
–
Tulang belakang hiperrefleksi
–
Air bubbles di jantung dan pembuluh darah besar (Robert’s sign)
Diagnosis pasti otopsi janin & plasenta (penyebab kematian)
Spalding’s sign
Algoritme IUFD
Konsep Penatalaksanaan pada IUFD
Penanganan ekspetatif •
•
80% akan lahir spontan dalam 2 – 3 minggu Kerugian : –
–
Menyebabkan hipofibrinogenemia Faktor emosional
•
•
Pemeriksaan yang perlu dilakukan –
Pemeriksaan darah rutin
–
PT, aPTT
–
Kadar fibrinogen
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan koagulopati : janin harus segera dilahirkan
Metode persalinan •
Persalinan pervaginam
•
Operatif
•
Oksitosin Intravenous –
–
–
Aman dan efektif Amniotomy sebaiknya sedini mungkin
Hati’’ pada riwayat SC Risiko : ruptur uteri
KOMPLIKASI •
Sekitar 80% akan melahirkan dalam 2 minggu
•
Penundaan terlalu lama gangguan faktor pembekuan pada ibu
•
Jika faktor pembekuan normal : penanganan dapat expectantive atau segera dilahirkan
•
Jika ekspentative : penilaian waktu bekuan dilakukan setiap minggu
TERIMA KASIH
•
•
•
Patofisiologi
Mengapa terjadi gawat janin, hendaknya kita dapat menganalisa kondisi janin dan ibu, untuk kemudian membuat pemeriksan khusus dalam membuktikan kebenaran analisa tersebut. Kondisi klinik yang berkaitan dengan hipoksia ialah : 1. Kelainan pasokan plasenta : solutio plasenta, plasenta previa, postterm, prolapsus tali pusat, lilitan tali pusat, pertumbuhan janin terhambat, isufisiensi plasenta 2. Kelainan arus darah plasenta : hipotensi ibu, hipertensi, kontraksi hipertonik, 3. Saturasi oksigen ibu berkurang :hipoventilasi, hipoksia, penyakit jantung. Bila pasokan oksigen dan nutrisi berkurang , maka janin akan mengalami retardasi organ bahkan risiko asidosis dan kematian. Bermula dari upaya redistribusi aliran darah yang akan ditujukan pada organpenting seperti otak dan jantung dengqan mengorbankan visera (hepar dan ginjal) Hal ini tampak dari volume cairan amnion yang berkurang (oligohidramnion). Bradikardia yang terjadi merupakan mekanisme dari jantung dalam bereaksi dari baroreseptor akibat tekanan (misalnya hipertensi pada kompresi tali pusat) atau reaksi kemoreseptor akibat asidemia.
•
Bila asfiksia berlangsung lanjut dan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan oksigenisasi organ vital menjadi gagal, maka pada gilirannya otak akan terkena berupa edema otak dan iskemia multifokal. Kondisi klinik akan dikenal sebagai Ensefalopati hipoksik iskemik (EHI). Apabila iskemia menjadi parah maka akan timbul nekrosis dan tekanan intrakranial meninggi, pada gilirannya bagian nekrosis akan menjadi daerah ulegyria (kerusakan pada white matter) atau timbul porensefali (kistik). Di bagian grey matter mungkin timbul parut yang dapat fikal atau difus (Marin-Padilla,1996). Pada daerah visera awalnya akan terjadi kekurangan darah , terjadi disfungsi berupa kegagalan paru, necrotizing enterocilitis, tubular necrosis.8
•
•
Tujuan penanganan ialah menghilangkan penyebab hipoksia; kemudian melahirkan bayi dengan segera. Resusitasi harus dilakukan menurut standar.
•
Penanganan gawat janin atau pola KTG yang tak meyakinkan, ialah :
•
a. merubah posisi tidur ibu menjadi miring
•
b. mengatasi hipotensi pada ibu
•
c. menghentikan takisistolik atau akibat infus oksitosin
•
d. memeriksa dalam untuk memeriksa kemungkinan prolaps tali pusat
•
e. pemberian oksigen pada ibu
•
f. menyiapkan petugas kamar operasi untuk seksio
•
g. persiapan untuk resusitasi
View more...
Comments