Hipersekresi Adrenal
April 18, 2017 | Author: YUNIITUAWAL | Category: N/A
Short Description
Download Hipersekresi Adrenal...
Description
GANGGUAN HIPERSEKRESI ADRENAL
OLEH : NAMA
:
MUTMAINNAH
NIM
:
N111 12 331
KELAS
:
PATOFISIOLOGI B
MATAKULIAH PATOFISIOLOGI PROGRAM S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul “ Gangguan Hipersekresi Adrenal”. Makalah ini disusun berdasarkan literatur-literatur yang membahas tentang kelenjar adrenal dan ruang lingkup sekitarnya.
Penulis merasa bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga masih terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis meminta maaf atas kekurangan yang terdapat dalam makalah ini dan menerima saran dan kritikan dari pembaca yang sifatnya membangun. Melalui kesempatan ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, terkhusus untuk dosen pembimbing matakuliah Patofisiologi dan penulis-penulis lain yang tulisannya kami kutip dalam makalah ini serta para pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu’alaikum……….
Makassar, September 2014
Penulis DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...i DAFTAR ISI……………………………………………………………..…………………...ii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1 I.1.
Latar Belakang……………………………………………………………………..1
I.2.
Rumusan
Makalah…………………………………………………………………1 I.3.
Tujuan dan Manfaat……………………………………………………………….2
BAB
II
ISI……………………………………………………………………………………..3 II.1.
Pengertian…………………………………………………………………………..3
II.2.
Antomi
dan
Fisiologi………………………………………………………………3 II.3.
Sindrom Chusing…………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………... III.1.
Kesimpulan………………………………………………………………………….
III.2.
Saran…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai
susunan mikroskopis sangat sederhana, kelenjar ini tidak mempunyai saluran keluar dan mencurahkan sekresinya langsung ke sirkulasi darah. Misalnya kelenjar adrenal yang berada di atas masing-masing ginjal (1). Kelenjar adrenal diproduksi dalam rangka untuk memproses berbagai fungsi yang terjadi dalam tubuh manusia. Kelenjar adrenal yang paling banyak dikenal untuk perkembangan manusia disebut hormon. Hormon-hormon ini sangat penting bagi tubuh seseorang disebabkan tanggung jawab untuk menghasilkan kortikal bagi tubuh, yang berkaitan dengan tingkat stres seseorang. Masalah pada kelainan kelenjar adrenal dapat menyebabkan kelenjar menghasilkan terlalu sedikit jumlah hormon dan juga kelenjar adrenal menghasilkan jumlah hormon yang terlalu banyak (2). Kelainan fungsi kelenjar adrenokortikal bisa berupa hipofungsi maupun hiperfungsi dari hormon-hormon yang dihasilkan seperti glukokortikoid (kortisol dan kortikosteron), adrenal gonad dan mineralokortikoid yang disebabkan berbagai kelainan fungsi akibat penyakit autoimmun, infeksi, kelainan metabolisme maupun neoplasma (3). Dalam makalah ini akan dibahas salah satu kelainan fungsi kelenjar adrenal yaitu gangguan hipersekresi adrenal. I.2.
Rumusan Masalah Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal mengenai berikut ini:
a. Apakah yang dimaksud dengan kelenjar adrenal? b. Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar adrenal? c. Apakah yang dimaksud sindrom Chusing? d. Bagaimana fatofisiologi sindrom Chusing? I.3.
Tujuan dan Manfaat Makalah ini disusun agar dapat bermanfaat bagi pembaca baik sebagai
bahan bacaan untuk memperluas ilmu pengetahuan maupun sebagai referensi dalam penyusunan makalah atau tulisan lainnya. Makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui tentang: a. Pengertian kelenjar adrenal? b. Anatomi dan fisiologi kelenjar adrenal? c. Pengertian sindrom Chusing? d. Patofisiologi sindrom Chusing?
BAB II ISI
II.1.
Pengertian Kelenjar adrenal atau suprarenal, terletak retroperitoneal pada ujung superior
tiap-tiap ginjal.. Kelenjar adrenal berbentuk ceper dan terdapat dibagian atas ginjal dengan berat 5-9 gram, dan terdapat pada masing-masing ginjal (2).
Letak kelenjar adrenal
II.2.
Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Adrenal Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar dan bagian dalam.
Bagian
luar
sedangkan
(korteks)
berasal
dari
sel
mesodermal
(hormone
steroid),
bagian dalam (medula) berasal dari sel ektodermal (hormon
katekolamin). Meskipun secara struktur bersambungan, korteks adrenal dan medula
adrenal adalah organ yang terpisah baik dari asal jaringan maupun fungsi fisiologik (2). Medula adrenal mensekresikan hormon epinefrin dan norepinefrin yang berkaitan dengan sistem saraf simpatis, sedangkan korteks adrenal mensekresikan hormon kortikosteroid. Korteks adrenal mempunyai 3 zona (4): 1. Zona glomerulosa: sekresi mineralokortikoid-aldosteron. Sekresi aldostern diatur oleh konsentrasi angiotensin II dan kalium ekstrasel. 2. Zona fasikulata: lapisan tengah dan terlebar, sekresi glukokortikoid-kortisol, kortikosteron, dan sejumlah kecil androgen dan esterogen adrenal. Sekresi diatur oleh sumbu hipotalamus-hipofisis oleh hormon adrenokortikotropik (ACTH). 3. Zona retikularis: sekresi androgen adrenal dehidroepiandrosteron (DHEA) dan androstenedion, dan sejumlah kecil esterogen dan glukokortikoid. Sekresi diatur oleh ACTH, dan faktor lain seperti hormon perangsang-androgen korteks yang disekresi oleh hipofisis. II.2.1. Medula Adrenal Kelenjar ini dasarnya merupakan modifikasi ganglion simpatis. Akson neuron simpatis preganglion dating dari korda torakik melalui saraf spnknikus. Akson ini bersinap pada medula adrenal dengan sel-sel posganglion termodifikasi yang mengalami kehilangan aksonnya dan mensekresi bahan kimia lansung kedalam aliran darah. Oleh karenanya medula adrenal dapat dengansesuai ditinjau sebagai perpanjangan endokrin lengan simpatis dari sistm saraf otonom (5). Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut saraf simpatik preganglion yang berjalan lansung kedalam sel-sel pada medula adrenal akan menyebabkan pelepasan hormone katekolamin, yaitu epinefrin dan nonepinefrin. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi (5). II.2.2. Korteks Adrenal Dari korteks adrenal dikenali lebih dari 30 jenis hormon steroid, namun hanya dua jenis yang jelas fungsional, yaitu aldosteron sebagai mineralokortikoid utama
dan kortisol sebagai glukokortikoid utama. Aktivitas mineralokortikoid mempengaruhi elektrolit (mineral) cairan ekstrasel, terutama natrium dan kalium. Sedangkan glukokortikoid meningkatkan glukosa darah, serta efek tambahan pada metabolisme protein dan lemak seperti pada metabolisme karbohidrat. Sedikitnya
95%
aktivitas
glukokortikoid
dari
sekresi
adrenokortikal
merupakan hasil dari sekresi kortisol, yang dikenal juga sebagai hidrokortisol. Namun, sejumlah kecil aktivitas glukokortikoid yang cukup penting diatur oleh kortikosteron. Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat adalah sebagai berikut: 1) perangsangan gluconeogenesis dengan cara meningkatkan enzim terkait dan pengangkutan asam amino dari jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot; 2) penurunan pemakaian glukosa oleh sel dengan menekan proses oksidasi NADH untuk membentuk NAD+; dan 3) peningkatan kadar glukosa darah dan “Diabetes Adrenal” dengan menurunkan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Efek kortisol terhadap metabolisme protein adalah sebagai berikut: 1) pengurangan protein sel; 2) kortisol meningkatkan protein hati dan protein plasma; dan 3) peningkatan kadar asam amino darah, berkurangnya pengangkutan asam amino ke sel-sel ekstrahepatik, dan peningkatan pengangkutan asam amino ke selsel hati. Jadi, mungkin sebagian besar efek kortisol terhadap metabolisme tubuh terutama berasal dari kemampuan kortisol untuk memobilisasi asam amino dari jaringan perifer, sementara pada waktu yang sama meningkatkan enzim-enzim hati yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek hepatik. Efek kortisol terhadap metabolisme lemak adalah sebagai berikut: 1) mobilisasi asam lemak akibat berkurangnya pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel lemak sehingga menyebabkan asam-asam lemak dilepaskan; dan 2) obesitas akibat kortisol berlebihan karena penumpukan lemak yang berlebihan di daerah dada dan kepala, sehingga badan bulat dan wajah “moon face”, disebabkan oleh perangsangan asupan bahan makanan secara berlebihan disertai pembentukan lemak di beberapa jaringan tubuh yang berlangsung lebih cepat daripada mobilisasi dan oksidasinya.
Selain efek dan fungsi yang terkait metabolisme, kortisol penting dalam mengatasi stres dan peradangan karena dapat menekan proses inflamasi bila diberikan dalam kadar tinggi, dengan mekanisme menstabilkan membran lisosom, menurunkan permeabilitas kapiler, menurunkan migrasi leukosit ke daerah inflamasi dan fagositosis sel yang rusak, menekan sistem imun sehingga menekan produksi limfosit, serta menurunkan demam terutama karena kortisol mengurangi pelepasan interleukin-1 dari sel darah putih. Kortisol juga dapat mengurangi dan mempercepat proses inflamasi, menghambat respons inflamasi pada reaksi alergi, mengurangi jumlah eosinofil dan limfosit darah, serta meningkatkan produksi eritrosit, walaupun mekanismenya yang belum jelas. Hormon glukokortikoid mempunyai mekanisme kerja seluler sebagai berikut: 1) hormon masuk ke dalam sel melalui membran sel; 2) hormon berikatan dengan reseptor protein di dalam sitoplasma; 3) kompleks hormon-reseptor kemudian berinteraksi dengan urutan DNA pengatur spesifik, yang disebut elemen respons glukokortikoid, untuk membangkitkan atau menekan transkripsi gen; dan 4) glukokortikoid akan meningkatkan atau menurunkan transkripsi banyak gen untuk mempengaruhi sintesis mRNA utnuk protein yang memperantarai berbagai pengaruh fisiologis. Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACTH yang disekresi oleh hipofisis. ACTH ini merangsang sekresi kortisol. Sedangkan sekresi ACTH sendiri diatur oleh CRF/CRH (Corticotropin Releasing Factor/Hormone) dari hipotalamus. ACTH ini mengaktifkan sel adrenokortikal untuk memproduksi steroid melalui peningkatan siklik adenosin monofosfat (cAMP). Kortisol ini apabila berlebih mempunyai umpan balik negatif terhadap sekresi ACTH dan CRF yang masingmasing mengarah pada hipofisis dan hipotalamus agar sekresi CRF, ACTH, dan kortisol kembali menjadi normal. Berlawanan dengan aldosteron, kortisol pada keadaan tertentu dapat menyebabkan retensi Na+ dan meningkatkan ekskresi K+, tetapi efek ini jauh lebih kecil daripada aldosteron. Hal ini disebabkan karena kortisol dapat menambah kecepatan filtrasi glomeruli; selain itu kortisol juga dapat meningkatkan sekresi tubuli ginjal
II.3.
Sindrom Chusing Glukokortikoid yang berlebihan kronis, apapun penyebabnya, menyebabkan
terjadinya gejala-gejala dan gambaran fisik yang dikenal sebagai sindroma Cushing. Penyakit Cushing didefinisikan sabagai bentuk spesifik tumor hipofisis yang berhubung dengan sekresi ACTH hipofisis berlebihan (3). Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan kortisol plasma
berlebihan
dalam
tubuh
(hiperkortisolisme),
baik
oleh
pemberian
glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik (iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisisadrenal (spontan). Nama sindrom Cushing diambil dari Harvey Cushing, seorang ahli bedah yang pertama kali mengidentifikasikan penyakit ini pada tahun 1912. Penyakit ini ditandai dengan obesitas badan (truncal obesity), hipertensi, mudah lelah, amenorea, hirsutisme, striae abdomen berwarna ungu, edema, glukosuria, osteoporosis, dan tumor basofilik hipofisis (6). II.3.1. Klasifikasi dan Insidens Sindroma Cushing paling cocok diklasifikasikan sebagai "ACTH-dependen" atau "ACTH-independen" (3). Sindroma Cushing tipe ACTH-dependen sindroma ACTH ektopik dan sindroma Cushing yang ditandai oleh hipersekresi ACTH kronis, yang menyebabkan hiperplasia zona fasikulata dan retikularis sehingga meningkatkan sekresi adrenokortikal seperti kortisol dan androgen (3). Sindroma Cushing tipe ACTH-independen ialah disebabkan oleh adenoma atau karsinoma adrenokortikal yang secara otonom mensekresi glukokortikoid; pada kasus ini, terjadinya kortisol yang berlebihan akan mensupresi sekresi ACTH dari hipofisis (3). II.3.1.1. Penyakit Cushing Merupakan tipe sindroma Cushing yang paling sering ditemukan dan berjumlah kira-kira 70% dari kasus yang dilaporkan. Penyakit Cushing lebih sering pada wanita dari pada pria (rasio wanita; pria kira-kira 8:1) dan umur saat diagnosis biasanya antara 20 dan 40 tahun (3). II.3.1.2. Hipersekresi ACTH Ektopik
Kelainan ini berjumlah sekitar 15% dari seluruh kasus sindroma Cushing. Sekresi ACTH ektopik paling sering terjadi akibat karsinoma small cell di paru-paru; tumor ini menjadi penyebab pada 50% kasus sindroma tersebut. Hipersekresi ACTH ektopik diperkirakan terjadi pada 0,5-2% pasien dengan tumor ini (3). II.3.1.3. Tumor-tumor Adrenal Primer Tumor-tumor primer adrenal, menyebabkan 17-19% kasus-kasus sindroma Cushing; adenoma dan karsinoma terjadi dalam jumlah jumlah kurang lebih sama dengan dewasa (3).
II.3.1.4. Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling sering dijumpai (51 %), adenoma adrenal terdapat sebanyak 14%. Tumor-tumor ini lebih terjadi pada usia 1 dan 8 tahun (3). II.3.2. Etiologi dan Patogenesis II.3.2.1. Penyakit Cushing Sel-kortikotrof yang timbul spontan dari adenoma hipofisis merupakan penyebab primer dan akibat dari hiperplasia ACTH serta hiperkortisolisme menyebabkan timbulnya abnormalitas-abnormalitas endokrin yang khas serta disfungsi hipotalamus (3). II.3.2.2. Hipersekresi ACTH Ektopik Sindroma ini timbul bila terdapat tumor non hipofisis yang mensintesis dan mensekresi ACTH yang aktif secara biologis dalam jumlah berlebihan. Peptidapeptida β-LPH dan P-endorfin yang berkaitan juga disintesis dan disekresi, sebagai fragmen-fragmen ACTH yang inaktif. Produksi CRH juga telah diperlihatkan pada tumor ektopik yang mensekresi ACTH, tapi apakah CRH memainkan peranan dalam pathogenesis masih belum jelas (3). Sindroma ACTH ektopik terjadi terutama hanya pada sejumlah kecil tumor dengan jenis-jenis tertentu; karsinoma small cell pada paru-paru menjadi penyebab pada 50% kasus (3). II.3.2.3. Tumor-tumor Adrenal Primer
Adenoma-adenoma dan karsinoma-karsinoma adrenal yang memproduksi glukokortikoid timbul secara spontan. Tumor-tumor ini tidak dipengaruhi oleh hipotalamus-hipofisis dan secara otonom mensekresi steroid-steroid adrenokortikal. Yang lebih jarang, timbul karsinoma-karsinoma adrenal akibat adanya hipersekresi ACTH yang berlangsung kronis pada pasien-pasien penyakit Cushing dan hiperplasia nodular adrenal ataupun hyperplasia adrenal kongenital (3). II.3.3. Patofisiologi II.3.3.1. Penyakit Cushing Pada penyakit Cushing, hipersersekresi ACTH berlangsung secara episodik dan acak serta menyebabkan hipersekresi kortisol dan tidak terdapat irama sirkadian yang normal. Inhibisi umpan-balik ACTH (yang disekresi dari adenoma hipofisis) oleh kadar glukokortikoid yang fisiologis tidak ada; jadi, hipersekresi ACTH terus menetap walaupun terdapat peningkatan sekresi kortisol dan menyebabkan berlebihan glukokortikoid kronis. Sekresi ACTH dan kortisol yang berlangsung episodik menyebabkan kadarnya tidak menentu di dalam plasma; yang suatu saat dapat berada dalam batas normal. Tetapi, hasil pemeriksaan kecepatan produksi kortisol; kortisol bebas dalam urin atau kadar kortisol secara multipel yang diambil dari contoh darah di waktu-waktu tertentu selama 24 jam memastikan adanya hipersekresi kortisol. Sebagai tambahan, karena tidak adanya variabilitas diurnal, kadar ACTH dan kortisol dalam plasma tetap meninggi sepanjang hari. Keseluruhan peningkatan sekresi glukokortikoid ini menyebabkan terjadinya manifestasimanifestasi sindroma Cushing; tetapi, biasanya sekresi ACTH dan β-LPH tidak cukup meningkat sehingga dapat menyebabkan hiperpigmentasi (3). 1. Abnormalitas sekresi ACTH Walaupun terdapat hipersekresi ACTH, respons terhadap stres tidak ada, stimulasi-stimulasi seperti hipoglikemia atau tindakan pembedahan gagal untuk meningkatkan sekresi ACTH dan kortisol lebih lanjut. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya supresi fungsi hipotalamus dan sekresi CRH oleh hiperkortisolisme, yang menyebabkan hilangnya kontrol hipotalamus pada sekresi ACTH. 2. Efek kortisol yang berlebihan
Kortisol yang berlebihan tidak hanya menghambat fungsi hipotalamus dan hipofisis yang normal, mempengaruhi pelepasan ACTH, tirotropin, GH dan gonadotropin, tetapi juga mempengaruhi semua sistim akibat efek sistemik glukokortikoid yang berlebihan. 3. Androgen yang berlebihan Sekresi androgen oleh adrenal juga meningkat pada penyakit Cushing dan derajat berlebihnya androgen paralel dengan ACTH serta kortisol. Jadi kadar DHEA sulfat dan androstenedion dalam plasma meningkat dalam tingkat sedang pada penyakit Cushing; konversi perifer hormone-hormon ini menjadi testosteron dan dihidrotestosteron menyebabkan kelebihan
androgen.
Pada wanita hal ini
menyebabkan hirsutisme, akne dan amenorea. Pada pria pasien penyakit Cushing, supresi LH oleh kortisol akan menyebabkan penurunan sekresi testosteron oleh testis, menyebabkan menurunnya libido dan impotensi. Peningkatan sekresi androgen adrenal tidak cukup untuk mengkompensasi terjadinya penurunan produksi testosteron gonadal. II.3.3.2. Hipersekresi ACTH Ektopik Hipersekresi ACTH dan kortisol biasanya lebih banyak pada pasien-pasien kelainan ini dibandingkan pasien pasien penyakit Cushing. Hipersekresi ACTH dan kortisol terjadi secara episodik acak, dan kadarnya sering sangat meningkat (3). II.3.3.3. Tumor-tumor Adrenal Primer 1. Sekresi otonom Tumor-tumor primer, baik karsinoma maupun adenoma, akan menyebabkan hipersekresi kortisol secara otonom. Kadar ACTH yang bersirkulasi dalam plasma mengalami supresi, menyebabkan atrofi korteks pada adrenal yang tidak bertumor. Sekresi episodik secara acak, dan tumor-tumor ini khas yaitu tidak berespons terhadap dilakukannya manipulasi aksis hipotalamus hipofisis dengan obat-obat farmakologis seperti deksametason dan metirapon. 2. Adenoma-adenoma adrenal Sindroma Cushing yang disebabkan adenoma adrenal secara tipikal menimbulkan hanya manifestasi-manifestasi klinis berupa glukokortikoid berlebihan, karena biasanya hanya mensekresi kortisol. Jadi, adanya androgen atau
mineralokortikoid yang berlebihan harus dipikirkan disebabkan oleh tumor yang berupa karsinoma adrenokortikal. 3. Karsinoma-karsinoma adrenal Karsinoma
adrenal
sering
menyebabkan
hipersekresi
steroid-steroid
adrenokortikal multipel dan prekursor-prekursornya. Kortisol dan androgen-androgen adalah steroid-steroid yang paling sering disekresi dalam jumlah yang berlebihan. Manifestasi-manifestasi klinis hiperkortisolisme biasanya berat dan cepat progresif pada pasien-pasien ini. Pada wanita, jelas terdapat gambaran androgen yang berlebihan; kadang-kadang dapat terjadi virilisasi. Sering terjadi hipertensi dan hipokalsemia; hal ini penting, paling sering terjadi; akibat efek mineralokortikoid
kortisot, yang lebih jarang, juga terdapat hipersekresi DOC dan aldosteron.
BAB III PENUTUP III.1.
Kesimpulan
III.2.
Saran DAFTAR PUSTAKA
1. Syaifuddin. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. EGC : Jakarta, 2006. 2. Harnowo, Sapto. Keperawatan Medikal Bedah. Widya Medika : Jakarta, 2001. 3. Anwar, Ruswana. Kelainan-kelainan Adrenokortikal. FK-UNPAD : Bandung, 2005. 4. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta, 2007. 5. Si. Long, Barbara. Perawatan Medikal Bedah. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran : Bandung, 1996. 6. Piliang S, Bahri C. Hiperkortisolisme Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Ed.V. Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta, 2006.
7.
View more...
Comments