HHV dan LHV

January 15, 2019 | Author: Eli UMriani | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

tugas...

Description

HHV dan LHV. Nilai Panas ( Nilai Pembakaran) atau HV ( Heating Value)

adalah jumlah panas yang dikeluarkan oleh 1kg bahan bakar bila bahan bakar tersebut dibakar. Pada gas hasil pembakaran terdapat H 2O dalam bentuk uap atau cairan.21 Jul 2013

Perbedaan H i gher gher H eati ng Va V alue dengan L ower H eating V alue

Dikenal ada dua jenis heating value yang digunakan secara luas di dunia, yakni higher heating value (HHV) serta lower heating value (LHV). Keduanya memiliki acuan dan metode perhitungan yang sedikit berbeda. Satu hal yang menjadi acuan di sini adalah adanya kandungan air yang dapat dipastikan akan selalu hadir pada setiap reaksi pembakaran hidrokarbon. Seperti yang sudah pasti kita pahami dan juga telah kita singgung sebelumnya, adalah bahwa setiap reaksi pembakaran hidrokarbon pasti akan diikuti oleh adanya  pembentukan karbon dioksida dan air. Sedangkan panas yang dihasilkan pada  proses pembakaran tersebut ada sebagian kecil yang diserap oleh air sehingga ia  berubah fase menjadi menjadi uap, dan sejumlah sejumlah energi tersimpan sebagai sebagai panas laten. Nah,  pada sebagian proses pembakaran yang terjadi ada kemungkinan dimana uap air tersebut terkondensasi sehingga energi panas laten di dalam uap air tersebut terlepas kembali ke sistem pembakaran. Heating pembakaran. Heating value yang memperhitungkan memperhitungkan terlepasnya kembali panas laten uap air tersebut, biasa kita kenal sebagai Higher

H eati ng Va V alue. Sedangkan L ower H eati ng V alue tidak memasukkan energi panas laten yang dilepaskan oleh terkondensasinya uap air tersebut ke dalam nilai heating value. value. Dengan kata lain, HHV mengasumsikan bahwa uap air hasil proses  pembakaran akan terkondensasi terkondensasi dan melepaskan panas latennya di akhir proses,

sedangkan LHV mengasumsikan bahwa uap air akan tetap sebagai uap air hingga akhir proses pembakaran. Sesuai pembahasan di atas maka nilai HHV dan LHV akan memiliki selisih nilai. Selisih tersebut bergantung pada komposisi kimia dari bahan bakar. Pada karbon ataupun karbon monoksida murni nilai HHV dan LHV memiliki nilai yang hampir sama persis. Hal ini disebabkan karena karbon dan karbon monoksida murni tidak mengandung atom hidrogen pada molekulnya, sehingga -secara teoritis- tidak akan terbentuk molekul air di akhir proses pembakaran. Sebaliknya pada bahan bakar hidrogen, yang pasti akan terbentuk molekul air di akhir proses pembakarannya, nilai HHV hidrogen lebih besar 18,2% dari nilai LHV-nya. Nilai HHV tersebut termasuk juga mengukur panas sensibel uap air pada temperatur 150°C hingga 100°C, panas laten air pada temperatur 100°C, serta panas sensibel air dari temperatur 100°C hingga 25°C. Nilai H eating Value Berbagai Jenis Bahan Bakar

Berikut adalah nilai heating value dari berbagai jenis bahan bakar dikutip dari  beberapa sumber.

Jenis Bahan Bakar

HHV (MJ/kg)

LHV (MJ/kg)

Hidrogen

141,8

119,96

Metana

55,5

50

Etana

51,9

47,8

Propana

50,35

46,35

Butana

49,5

45,75

Pentana

48,6

45,35

Minyak Bumi

45,543

42,686

Lilin Parafin

46

41,5

Kerosin

46,2

43

Solar

44,8

43,4

Bensin

47

43,448

Batubara Anthracite 

32,5

Batubara Lignite

15

Gas Alam

54

Kayu (biasa)

21,7

Kayu Bakar

24,2

Gambut basah

6

Gambut kering

15

Karbon (Grafit)

32,808

Karbon monoksida

10,112

Amonia

18,646

Sulfur padat

9,163

17

KALORI DALAM TRANSAKSI BATUBARA Sebagaimana disebutkan dalam pembahasan terdahulu bahwa faktor Kalori adalah faktor penting dalam transaksi batubara, maka dibawah ini adalah uraian mengenai hal tersebut.

Dalam kontrak pembelian batubara, persyaratan kalori oleh sebagian besar konsumen jepang selama ini adalah GCV (Gross Caloric Value) dalam basis ADB, akan tetapi belakangan ini sebagiannya mulai berubah ke GCV dalam basis ARB, dan sebenarnya di Eropa Barat kontrak berbasis ARB untuk GCV ini sudah menjadi

mayoritas

dalam

transaksi

batubara

saat

ini,

Bahkan

dalam

 perkembangannya beberapa konsumen juga mulai beralih ke persyaratan kalori dalam NCV (Nett Caloric Value) berbasis ARB.

Perbedaan antara basis ARB & ADB sudah dijelaskan di artikel terdahulu, adapun yang dimaksud dengan GCV dan NCV akan diterangkan seperti dibawah ini.

Pada saat pembakaran batubara di Boiler, air yang menempel di batubara (TM) serta air yang terbentuk dari persenyawaan hidrogen yang terkandung didalam  batubara dan oksigen, akan menjadi uap air, setelah melalui proses pemanasan dan  penguapan.

Karena tidak memberikan nilai tambah apapun dalam konversi ke enrgi yang di dapat dimanfaatkan selain untuk menguapkan air dalam batubara saja, maka kalor yang digunakan untuk proses tersebut disebut KALOR LATEN. Jika Kalor Laten ini diikut sertakan dalam analisis, maka kalori dalam batubara yang bersangkutan disebut dengan GCV atau HHV (Higher Heating Value) dan jika vaktor kalor laten ditiadakan maka disebut dengan NCV atau LHV (Low Heating Value). Hubungan antara GCV dan NCV ditunjukan oleh persamaan (dalam standar JIS) seperti dibawah ini :

 NCV (Kcal/Kg) = GCV (Kcal/Kg) - 6 (9H + W)

Dimana :

H = Kadar Hidrogen dalam %.....Analisis Ultimat W = Kadar Air dalam %....Analisis Proksimat

Basis analisis untuk kalori, Hidrogen dan kadar air harus sama. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tampilan besaran kalori dalam NCV menunjukan kalor atau energi panas efektif yang terkandung dalam batubara yang digunakan untuk konversi energi yang bermanfaat, kemudian dari persamaan diatas terlihat pula bahwa bila kandungan hidrogen dan kadar air dalam batubara sedikit, maka selisih NCV dan GCV tidak terlalu signifikan, perbedaan yang besar dalam kedua tampilan tadi akan muncul pada batubara muda yang masih memiliki kadar air dan hidrogen yang banyak. Dari paparan diatas maka persyaratan kalori dalam transaksi batubara dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

RUMUS KONVERSI BATU BARA DARI ADB KE ARB

Berikut rumus konversi Batubara GCV ADB ke NCV ARB dan sebaliknya.

- Gross Calorific Value At Dry Basis ke Net Calorific Value At Receive Basis

100

-

------------

X

100

misalnya

diketahui

TM GCV

ADB

-

TM

100

20,

IM

IM

12, GCV

-

------------

X

100

-

6300

20 6300 12

80 ------------

X

6300

= 5727,27

(NCV

ARB)

88

- Net Calorific Value At Receive Basis ke Gross Calorific Value At Dry Basis

100

-

------------

X

100

misalnya

IM

diketahui

NCV -

TM

20,

TM

IM

100

-

------------

X

100

ARB

12, NCV

6100

12 6100

-

20

88 -----------80

X

6100

= 6790

(GCV

ADB)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF