HADAS DAN NAJIS.docx
April 24, 2019 | Author: Cha-Cha Permana | Category: N/A
Short Description
Download HADAS DAN NAJIS.docx...
Description
NAJIS DAN HADAS A. NAJIS 1. Pengertian Najis
Menurut bahasa najis artinya semua hal yang kotor, sedangkan najis menurut istilah adalah sesutau yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan karena menyebabkan tidak sahnya melaksanakan suatu ibadah.
2. Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannya
a. Najis Mughallazah Najis Mughallazah adalah najis besar atau teba l. Misalnya najis anjing dan d an babi. Cara mensucikannya: benda yang terkena najis ini hendaklah dibasuh sebanyak tujuh kali, satu kali diantaranya hendaklah dibasuh dengan air yang dicampur dengan tanah. b. Najis Mukhaffafah Najis Mukhaffafah adalah najis ringan. Misalnya, kencing k encing anak laki-laki yang belum memakan makanan lain selain ASI. Cara mensucikannya: mencuci benda yang kena najis ini sudah memadai dengan memercikkan air pada benda itu, meskipun tidak mengalir. Adapun kencing anak perempuan yang belum memakan apa-apa selain ASI. Cara mensucikannya: hendaklah dibasuh sampai air mengalir di atas benda yang kena najis itu, dan hilang zat najis dan sifat-sifatnya, sebagaimana mencuci kencing orang dewasa. c. Najis Mutawassitah Najis Mutawassitah adalah najis sedang, yaitu najis yang lain daripada kedua macam najis yang tersebut di atas. Najis sedang ini terbagi a tas dua bagian:
Najis Hukmiah, Hukmiah, yaitu yang kita yakini adanya, tetapi tidak nyata zat, bau, rasa, dan warnanya, seperti: kencing yang sudah lama kering, sehingga sifat-sifatnya telah hilang. Cara mensucikannya: najis ini cukup dengan mengalirkan air di atas benda yang kena itu
Najis ‘Ainiyah, yaitu najis yang masih ada zat, warna, rasa, dan baunya, kecuali warna atau bau yang sangat sukar menghilangkannya, sifat ini dimaafkan. Cara mensucikannya: hendaklah dengan menghilangkan zat, rasa, warna, dn baunya.
3. Macam-macam Air
a. Air yang suci dan menyucikan (M utlak) Air yang demikian boleh diminum dan sah dipakai untuk menyucikan (membersihkan) benda yang lain. Yaitu air yang jatuh dari langit atau terbit dari bumi dan masih tetap (belum berubah) keadaannya, seperti air hujan, air laut, air sumur, air es yang sudah hancur kembali, air embun, dan air yang keluar dari mata air. Firman Allah SWT : “Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu.” (Al -Anfal:11)
Sabda Rasulullah SAW : “Dari Abu Hurairah r.a. telah bertanya seorang laki-laki kepada Rasulullah Saw. Kata laki-laki itu , “ Ya Rasulullah, kami berlayar di laut dan kami hanya membawa air sedikit, jika kami pakai air itu untuk berwudhu, maka kami akan kehausan. Bolehkah kami berwudhu dengan air laut?” Jawab Rasulullah Saw., “ Air laut itu suci lagi menyucikan, bangkainya halal dimakan.” (Riwayat lima ahli hadits. Menurut keterangan Tirmidzi, hadits ini shahih)
Perubahan air yang tidak menghilangkan keadaan atau sifatnya “suci menyucikan” , walaupun perubahan itu terjadi pada salah satu dari semua sifatnya yang tiga (warna, rasa, dan baunya) adalah sebagai berikut :
Berubah karena tempatnya, seperti air yang tergenang atau mengalir di batu belerang.
Berubah karena lama tersimpan, seperti air kolam.
Berubah karena sesuatu yang terjadi padanya, seperti berubah disebabkan ikan atau kiambang.
Berubah karena tanah yang suci, begitu juga segala perubahan yang sukar memeliharanya, misalnya berubah karena daun-daunan yang jatuh dari pohon pohon yang berdekatan dengan sumur atau tempat-tempat air itu.
b. Air suci tetapi tidak menyucikan ( Musta’mal ) Zatnya suci, tetapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu. Yang termasuk dalam bagian ini ada tiga macam air, yaitu :
Air yang telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan sesuatu benda yang suci, selain dari perubahan yang tersebut diatas, seperti air kopi, teh dan sebagainya.
Air sedikit kurang dari dua kulah1[1], sudah terpakai untuk menghilangkan hadats atau menghilangkan hukum najis, sedangkan air itu tidak berubah sifatnya dan tidak pula bertambah timbangannya.
Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air yang keluar dari tekukan pohon kayu (air nira), air kelapa, dan sebagainy.
c. Air yang bernajis Air najis yaitu air yang sedikit atau banyak yang terkena najis sehingga berubah rasa atau baunya. Air yang termasuk bagian ini ada dua macam :
Sudah berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak boleh dipakai lagi, baik sedikit ataupun banyak, sebab hukumnya seperti najis.
Air bernajis, tetapi tidak berubah salah satu sifatnya. Air ini kalau sedikit (berarti kurang dari dua kulah) tidak boleh dipakai lagi, bahkan hukumnya sama dengan najis. Kalau air itu banyak, berarti dua kulah atau lebih, hukumnya tetap suci dan menyucikan.
Sabda Rasulullah Saw
“Air itu tak dinajisi sesuatu, kecuali apabila berubah rasa, warna, atau baunya.” (Riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi) “Apabila air cukup dua kulah, tidaklah dinajisi oleh suatu apapun.” (Riwayat lima ahli hadits)
d. Air yang makruh (M usyammas) Yaitu yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain bejana emas atau perak. Air ini makruh dipakai untuk badan, tapi tidak makruh untuk pakaian ; kecuali air yang terjemur ditanah seperti air sawah, air kolam, dan tempat-tempat yang bukan bejana yang mungkin berkarat. Sabda Rasulullah Saw Dari aisyah. Sesungguhnya ia telah memanaskan air pada cahaya matahari, maka rasulullah saw berkata padanya, “Janganlah engkau berbuat demikian, ya Aisyah. Sesungguhnya air yang dijemur itu dapat menimbulkan penyakit so pak.”2[2] (Riwayat Baihaqi)
B. HADAS 1. Pengertian Hadas dan Cara Mensucikannya
Hadas adalah sesuatu yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersui atau membersihkan diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah. 2. Macam-macam Hadas
a. Hadas Kecil Adanya sesuatu yang terjadi dan mengharuskan seseorang berwudhu apabila hendak shalat. Contoh hadas kecil:
Menyentuh lawan jenis yang bukan muhrim tanpa pembatas.
Mabuk.
Menyentuh kubul.
Menyentuh dubur.
Cara mensucikan hadas kecil: wudhu atau tayamum. b. Hadas Besar Sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan seseorang untuk mandi besar atau junub. Contoh hadas besar:
Nifas.
Keluar darah saat haid.
Berhubungan intim.
Keluarnya mani karena mimpi atau karena sebab lainnya.
Cara mensucikan hadas besar : mandi junub. C. Perbedaan Antara Hadats dengan Najis Hadats adalah sebuah hukum yang ditujukan pada tubuh seseorang dimana karena
hukum tersebut dia tidak boleh mengerjakan shalat. Dia terbagi menjadi dua: Hadats akbar yaitu hadats yang hanya bisa diangkat dengan mandi junub, dan hadats ashghar yaitu yang cukup diangkat dengan berwudhu atau yang biasa dikenal dengan nama ‘pembatal wudhu’. Adapun najis maka dia adalah semua perkara yang kotor dari kacamata syariat, karenanya tidak semua hal yang kotor di mata manusia langsung dikatakan najis, karena najis hanyalah yang dianggap kotor oleh syariat. Misalnya tanah atau lumpur itu kotor di mata manusia, akan tetapi dia bukan najis karena tidak dianggap kotor oleh syariat, bahkan tanah merupakan salah satu alat bersuci. Dari perbedaan di atas kita bisa melihat bahwa hadats adalah sebuah hukum atau keadaan, sementara najis adalah benda atau zat. Misalnya: Buang air besar adalah hadats dan kotoran yang keluar adalah najis, buang air kecil adalah hadats dan kencingnya adalah najis, keluar darah haid adalah hadats dan darah haidnya adalah najis. Kemudian yang penting untuk diketahui adalah bahwa tidak ada korelasi antara hadats dan najis, dalam artian tidak semua hadats adalah najis demikian pula sebaliknya tidak semua najis adalah hadas. Contoh hadas yang bukan najis adalah mani dan kentut. Keluarnya mani adalah hadas yang mengharuskan seseorang mandi akan tetapi dia sendiri bukan najis karena Nabi alaihishshalatu wassalam- pernah shalat dengan memakai pakaian yang terkena mani, sebagaimana disebutkan dalam hadits Aisyah. Demikian pula buang angin adalan hadas yang
mengharuskan wudhu akan tetapi anginnya bukanlah najis, karena seandainya dia najis maka tentunya seseorang harus mengganti pakaiannya setiap kali dia buang angin. Contoh yang najis tapi bukan hadas adalah bangkai. Dia najis tapi tidak membatalkan wudhu ketika menyentuhnya dan tidak pula membatalkan wudhu ketika memakannya, walaupun tentunya memakannya adalah haram. Jadi, yang membatalkan thaharah hanyalah hadas dan bukan najis. Karenanya jika seseorang sudah berwudhu lalu dia buang air maka wudhunya batal, akan tetapi jika setelah dia berwudhu lalu menginjak kencing maka tidak membatalkan wudhunya, dia hanya harus mencucinya lalu pergi shalat tanpa perlu mengulangi wudhu, dan demikian seterusnya. Kemudian di antara perbedaan antara hadas dan najis adalah bahwa hadas membatalkan shalat sementara najis tidak membatalkannya. Hal itu karena bersih dari hadats adalah syarat syah shalat sementara bersih dari najis adalah syarat wajib shalat. Dengan dalil hadits Abu Said Al-Khudri dimana tatkala Nabi -alaihishshalatu wassalam- sedang mengimami shalat, Jibril memberitahu beliau bahwa di bawah sandal beliau adalah najis. Maka beliau segera melepaskan kedua sandalnya -sementara beliau sedang shalat- lalu meneruskan shalatnya. Seandainya najis membatalkan shalat tentunya beliau harus mengulangi dari awal shalat karena rakaat sebelumnya batal. Tapi tatkala beliau melanjutkan shalatnya, itu menunjukkan rakaat sebelumnya tidak batal karena najis yang ada di sandal beliau. Jadi orang yang shalat dengan membawa najis maka shalatnya tidak batal, akan tetapi dia berdoa kalau dia sengaja dan tidak berdosa kalau tidak tahu atau tidak sengaja.
DISUSUN OLEH :
NAMA
: RIKO FAJAR ALIANDRA
KELAS
: VIII
D
SMP NEGERI 3 MUNTOK JL. RAYA PELTIM TAHUN PELAJARAN 2017/2018
HADAS DAN NAJIS A. Pengertian Hadas dan Najis
Najis adalah sesuatu yang dianggap kotor oleh orang yang memiliki tabi’at yang selamat
(baik) dan selalu menjaga diri darinya. Apabila pakaian terkena najis seperti kotoran manusia dan kencing- maka harus dibersihkan. Perlu dibedakan antara najis dan hadas. Najis kadang kita temukan pada badan, pakaian dan tempat. Sedangkan hadats terkhusus kita temukan pada badan . Hadas adalah keadaan tidak suci pada orang yang telah balig dan berakal sehat, timbul karena datangnya sesuatu yang ditetapkan oleh hukum agama sebagai yang membatalkan keadaan suci. Najis bentuknya konkrit, sedangkan hadats itu abstrak dan menunjukkan keadaan seseorang. Ketika seseorang selesai berhubungan badan dengan istri (baca: jima’ ), ia dalam
keadaan hadats besar. Ketika ia kentut, ia dalam keadaan hadats kecil. Sedangkan apabila pakaiannya terkena air kencing, maka ia berarti terkena najis. Hadats kecil dihilangkan dengan berwudhu dan hadats besar dengan mandi. Sedangkan najis, asalkan najis tersebut
hilang, maka sudah membuat benda tersebut suci. Mudah-mudahan kita bisa membedakan antara hadats dan najis ini. B. Macam- Macam Hadas dan Najis
1. Macam- Macam Hadas
Hadas Besar Hadas Besar ialah keadaan seseorang tidak suci dan supaya ia menjadi suci maka ia harus mandi atau jika tidak ada air (berhalangan) dengan tayammum.
Hadas Kecil Hadas Kecil ialah keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka ia harus wudhu atau jika tidak ada air (halangan) dengan tayammum.
2. Macam- Macam Najis a. Najis mughallazhah (berat), yaitu anjing dan babi, serta keturunan dari keduanya. Rasulullah saw. bersabda, “Sucinya tempat air seseorang di antara kalian jika dijilat
anjing ialah dengan dicuci tujuh kali, salah satunya dicampur dengan debu tana h.” (H.R Muslim). b. Najis mukhafafah (ringan), yaitu najis air kencing bayi laki-laki yang belum berusia 2 tahun dan belum makan apa pun, kecuali air susu ibu. “Sesungguhnya Ummu Qais datang kepada Rasulullah saw beserta bayi laaki -lakinya
yang belum makan makanan selain ASI. Sesampainya di depan Rasulullah, beliau dudukan anak itu di pangkuan beliau, kemudian beliau dikencinginya, lalu beliau meminta air, lantas beliau percikkan air itu pada kencing kanak-kanak tadi, tetapi beliau tidak membasuh kencing itu. ” (Riwayat Bukhari dan Muslim) “Kencing kanak-kanak perempuan dibasuh, dan kencing kanak-kanak laki-laki dipercikkan” (Riwayat Tarmizi)
c. Najis mutawassithah (sedang), yaitu najis lain yang tidak termasuk kelompok mughallazah, jga tidak mukhafafah. Contohnya, kotoran yang keluar dari qubul dan dubur manusia dan binatang, araak atau minuman keras, darah, dan sebagainya. Qubul adalah kemaluan/tempat keluarnya air kencing. Dubur adalah anus/tempat keluarnya kotoran. Najis mutawassithah dibagi menjadi dua bagian.
Najis ‘ainiyah, yaitu najis yang dapat dilihat oleh mata telanjang, seperti kotoran
atau air kencing manusia. Cara membersihkannya ialah dengan menghilangkan najisnya terlebih dahulu, kemudian menyiramnya (mencucinya) dengan air sehingga hilang bau, rasa, dan warnanya.
Najis hukmiyah, yaitu najis yang tidak dapatdilihat oleh mata telanjang, sepertii air kencing yang sudah mengeringatau menguap. Cara membersihkannya adalah
cukup dengan menyiramkan air ke tempat najis sehingga hilang bau, rasa, juga warnanya. Selain tiga macam najis tersebut , ada pula yang memasukkan satu macam najislagi ke dalam bagian-bagian najis, yaitu najis ma’fu (najis yang dimaafkan). Yang termasuk ke dalam bagia- bagian najis ma’fu adalah sebagai berikut. 1) Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir atau memancar alias sedikit, seperti darah lalalat, darah nyamuk, darah kutu, dan sebagainya. 2) Darah atau nanah yang keluar dari tubuh sendiri dan jumlahnya sangat sedikit. 3) Debu atau percikan air di jalanan yang sulit untuk menghindarinya. Walaupun debu atau percikan air ini dimungkinkan bercampur dengan najis yang tidak terdeteksi wujudnya. 4) Bulu yang najis, tetapi sedikit jumlahnya. 5) Makanan yang jamid (beku/tidak cair) yang terkena bangkai tikus atau cicak. Rasulullah saw pernah bersabda, “Sesungguhnya pernah ada tikus yang jatuh pada mentega lalu mati di dalamnya. Hal itu lalu ditanyakan kepada Nabi saw, dan beliau menjawab, ‘Buanglah bangkai tikus itudan mentega yang adadi
sekitarnya, lalu makanlah mentega itu (sisa yang tidak te rkena bangkai).’”(H.R. Bukhari dan Ahmad) 6) Najis yang tidak terlihat oleh mata telanjang karena saking sedikitnya. 7) Kotoran yang melekat di kaki lalat 8) Cairan yang keluar dari luka atau cacar, selama cairan tersebut tidak berbau amis atau busuk. C. Cara Mensucikanya
1. Cara Mensucikan Hadas
Hadas Besar mensucikan dengan wajib mandi janabah.
Hadas Kecil mensucikan dengan wudhu atau tayamum .
2. Cara Mensucikan Najis
Najis mughallazhah (berat), Adapun cara menyucikan benda yang terkena najis ini ialah dengan mencucinya sebanyak tujuh kali, satu kali daripadanya dicampur dengan tanah atau debu.
Najis mukhafafah (ringan), Cara menyucikannya cukup dengan memercikkan air di atas tempat atau pakaian yang terkena air kencing tersebut.
Najis mutawassithah (sedang), Membersihkan zat najis itu adalah wajib hingga bau, rasa atau warnanya . Jika najis itu sulit dihilangkan, maka wajib menggunakan bahan bahan semacam sabun. Bila sudah di cuci ternyata warna atau bau najis tersebut masih ada, itu tidak masalah.
D. Contoh Hadas dan Najis
1. Contoh Hadas a) Hadas Besar Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats besar ialah:
Bertemunya dua buah kelamin laki-laki dengan perempuan (bersetubuh) baik keluar mani ataupun tidak. Rasulullah saw. bersabda: :
Artinya: “Apabila bertemu dua khitan maka sungguh ia wajib mandi meskipun tidak keluar mani.” (H.R. Muslim)
Keluar mani, baik karena bermimpi atau sebab lain. Rasulullah saw. bersabda:
:
. :
–
Artinya: “Dari Abu Said al -Khudri ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Air itu dari air.” Maksudnya wajib mandi karena keluar air mani. (H.R. Muslim).
Meninggal dunia. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi sebagai berikut: Artinya: “Dari Ibnu Abbas ra., sesungguhnya Nabi saw. bersabda tentang orang yang meninggal karena terjatuh dari kendaraannya, mandikanlah ia dengan air dan bidara dan kafanilah dengan dua kainnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Haidh (menstruasi), yaitu darah yang keluar dari wanita yang telah dewasa pada setiap bulan.
Nifas, yaitu darah yang keluar dari seorang ibu sehabis melahirkan
Wiladah, yaitu melahirkan anak
b) Hadas Kecil Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats kecil ialah :
Karena keluar sesuatu dari dua lubang, yaitu qubul dan dubur. Allah swt. berfirman:
…
…
Artinya: “… atau kembali salah seorang dari kamu dari tempat buang air (wc) ….: (Q.S. al-Maidah: 6).
Karena hilang akalnya disebabkan mabuk, gila, atau sebab lain seperti tidur. Rasulullah saw. bersabda: Artinya: “Rasulullah saw. telah bersabda: Telah diangkat pena itu dari tiga perkara yaitu dari anak-anak sehingga ia dewasa (baligh), dari orang tidur sehingga ia bangun, dan dari orang gila sehingga ia sehat kembali.” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Karena persentuhan antara kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan mahramnya tanpa batas yang menghalanginya. Allah swt. Berfirman:
…
…
Artinya: “… atau bersentuh kamu sekalian dengan perempuan (yang bukan mahram)….” (Q.S. al -Maidah: 6).
Karena menyentuh kemaluan seseorang baik kemaluannya sendiri maupun kemaluan orang lain dengan telapak tangan atau jari. Yang dimaksud dengan telapak tangan dan jari yaitu bagian tangan yang dapat bertemu apabila dihadapkan antara telapak tangan yang kanan dan yang kiri (ditepukkannya). Jika yang mengenai kemaluan selain telapak tangan atau jari maka tidak termasuk yang mengharuskan bersuci dari hadats kecil. Rasulullah saw. bersabda: Artinya: “Dari Busrah bin Shafwan ra., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang menyentuh kemaluannya hendaklah ia berwudhu. ” (H.R. Lima Ahli Hadits).
2. Contoh Najis Benda-benda najis di antaranya adalah sebagai berikut .
Anjing dan Babi. Sabda Rasulullah: “Cara mencuci bejana seseorang dari kamu apabila dijilat anjing,
hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satu hendaklah dicampur dengan tanah.” (Riwayat Muslim) Sebagian ulama berpendapat bahwa anjing itu suci. “di zaman Rasulullah saw anjinganjing banyak keluar masuk masjid dan tidak pernah dibasuh.” (Riwayat Abu Dawud
dari Ibnu Umar). Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu ( Al-Maidah: 4) Yaitu buruan yang ditangkap anjing tidak perlu dicuci. Sedangkan air liur anjing sudah tentu bergelinangan pada binatang itu.
Bangkai, kecuali bangkai manusia, ikan, dan belalang.
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai. ( Q.S Al-Maidah : 3)
Mengambil dari ayat tersebut diatas agian bangkai seperti daging, kulit, tulang, urat, bulu, dan lemaknya, semuanya itu najis menurut mazhab Syafi’i. Menurut mazhab
Hanafi yang najis hanya yang mengandung roh seperti daging dan kulit. Bagian yang tidak bernyawa seperti kuku, tulang, tanduk, dan bulu, suci bukan najis. Ia mengambil makna bangkai ayat diatas hanya yang berroh dan beralasan pada: Sabda Rasulullah: “Sesungguhnya yang haram ialah memakannya.” Pada riwayat lain ditegaskan bahwa yang haram ialah “dagingnya” (Riwayat Jamaah ahli hadis). Maksudnya selain daging tidaklah haram.
Bangkai manusia ialah suci berdasarkan firman Allah swt: Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, (Al-Isra: 70)
Darah. Firman Allah swt: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (Al-Maidah: 3) Sabda Rasulullah saw: “Telah dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah: ikan dan belalang, hati dan limpa.” (Riwayat Ibnu Majah)
Nanah. Karena darah merupakan darah yang membusuk.
Sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur, seperti air kencing dan kotoran manusia. Adapun air mani atau sperma tidak najis, tetapi suci. Sabda Rasullulah: “ sesungguhnya Rasulullah saw diberi dua biji batu dan sebuah tinja keras untuk dipakai istinja’. Beliau mengambil dua batu saja, sedangkan tinja, beliau kembalikan dan berkata,”Tinja itu najis.”” (Riwayat Bukhari) Sabda Rasulullah: “ketika orang Arab Badui buang air krcil di dalam masjid, beliau bersabda, “Tuangilah olehmu tempat kencing itu dengan setimba air.”” (Riwayat Bukhari dan Muslim) Sabda Rasulullah: “Dari Ali (khalifah keempat). Ia berkata,”saya sering keluar mazi, sedangkan saya malu menanyakananya kepada Rasulullah saw. maka saya suruh Miqdad menanyakannya. Miqdad lalu bertanya kepada beliau. Jawab beliau, “Hendaknya ia basuh kemaluannya dan berwudu.” (Riwayat Muslim)
Semua jenis minuman keras, seperti arak dan lainnya.
Firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan (Al-Maidah: 90)
Muntahan
Bagian tubuh binatang yang diambil atau dipotong ketika masih hidup, seperti irisan telinga kambing yang diiris ketika masih hidup. Hukum bagian tubuh binatang yang diambil atau dipotong ketika masih hidup ialah seperti bangkainya. dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga (An-Nahl: 80)
Madzi, yaitu cairan berwarna putih bening biasanya keluar ketika sedang melamunkan aktivitas seksual atau melihat tontonan yang berbau porno, yang kemudian diikuti syahwat. Perbedaan madzi dan mani adalah, mani keluar karena syahwat yang sangat memuncak dan disertai rasa nikmat, sedangkan madzi keluarnya tidak dibarengi rasa nikmat dan syahwatnya pun tidak memuncak.
Wadi, yaitu cairan berwarna putih keruh yang biasanya keluar setelah buang air kecil atau membawa beban berat.
DISUSUN OLEH :
NAMA
: EHZZAD SIBRI F
KELAS
: VIII
D
SMP NEGERI 3 MUNTOK JL. RAYA PELTIM TAHUN PELAJARAN 2017/2018
View more...
Comments