Guided Imagery Dalam Pandangan Kesehatan (0lin)

October 31, 2017 | Author: wiwik | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN TIDUR Pengkajian Keperawatab Tanggal : 15 Oktober 2016 Tempat : Ruma...

Description

Pembahasan Guided imagery dalam pandangan kesehatan Menurut pandangan dari segi kesehatan guided imagery merupakan salah satu jenis teknik relaksasi yang bermanfaat terhadap kesehatan. Teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik relaksasi yang lain. Para ahli dalam bidang teknik guided imagery berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif yang dapat mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi, dan asma. Guided imagery telah menjadi terapi standar untuk mengurangi kecemasan dan memberikan relaksasi pada orang dewasa atau anak-anak, dapat juga untuk mengurangi nyeri kronis, tindakan procedural yang menimbulkan nyeri, susah tidur, mencegah reaksi alergi, dan menurunkan tekanan darah (Snyder, 2006). Guided imagery dapat membangkitkan perubahan neurohormonal dalam tubuh yang menyerupai perubahan yang terjadi ketika sebuah peristiwa yang sebenarnya terjadi. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan keadaan relaksasi psikologis dan fisiologis untuk meningkatkan perubahan yang menyembuhkan ke seluruh tubuh. Guided imagery dapat berfungsi sebagai pengalih perhatian dari stimulus yang menyakitkan dengan demikian dapat mengurangi respon nyeri. Manfaat penggunaan imagery sebagai pereda nyeri adalah mengurangi kecemasan, meningkatkan penguasaan dan harapan, meningkatkan kerjasama serta mengurangi kecemasan keluarga dan petugas kesehatan (Olness & Kohen, 1996) Guided imagery ada 4 jenis yaitu pleasant imagery (imajinasi menyenangkan misalnya membayangkan tempat yang tenang), physiologically focused imagery (imajinasi fokus fisiologis misalnya berfokus pada fungsi fisiologis yang membutuhkan penyembuhan), mental rehearsal (latihan mental misalnya membayangkan tugas tertentu sebelum kejadian), dan receptive imagery (scanning tubuh untuk penyembuhan langsung) (Hart, 2008) Telah disebutkan bahwa guided imagery merupakan salah satu strategi nonfarmakologi penatalaksanaan nyeri untuk anak, namun guided imagery tidak selalu sesuai untuk semua anak-anak. Kemampuan kognitif anak harus dipertimbangkan sebelum dilakukan guided imagery. Anak-anak perlu mencapai tahap Piaget pra operasional (umur 2-7 tahun) untuk mendapatkan keuntungan dari guided imagery sebagai terapi penatalaksanaan nyeri. Jika seseorang membayangkan suatu hal negatif

atau menakutkan dapat meningkatkan rasa sakit atau kecemasan maka hal tersebut dapat dinetralkan dengan pikiran positif atau menenangkan. Pikiran dapat dilatih untuk berfokus pada imajinasi penyembuhan. Jika imajinasi menakutkan atau negatif memiliki kemampuan untuk meningkatkan rasa sakit dan gejala lain yang tidak diinginkan, maka imajinasi positif atau menenangkan dapat mengurangi gejala sakit (Hart, 2008) Mekanisme atau cara kerja guided imagery belum diketahui secara pasti tetapi teori menyatakan bahwa relaksasi dan imajinasi positif melemahkan sikoneuroimmunologi yang mempengaruhi respon stres. Respon stress dipicu ketika situasi atau peristiwa (nyata atau tidak) mengancam fisik atau kesejahteraan emosional atau tuntunan dari sebuah situasi melebihi kemampuan seseorang, sehingga dengan imajinasi diharapkan dapat merubah situasi stres dari respon negatif yaitu ketakutan dan kecemasan menjadi gambaran positif yaitu penyembuhan dan kesejahteraan. Respon emosional terhadap situasi, memicu sistem limbik dan perubahan sinyal fisiologis pada sistem saraf perifer dan otonom yang mengakibatkan melawan stres (Snyder, 2006). Mekanisme imajinasi positif dapat melemahkan psikoneuroimmunologi yang mempengaruhi respon stres, hal ini berkaitan dengan teori Gate Control yang menyatakan bahwa “hanya satu impuls yang dapat berjalan sampai sumsum tulang belakang ke otak pada satu waktu “ dan “ jika ini terisi dengan pikiran lain maka sensasi rasa sakit tidak dapat dikirim ke otak oleh karena itu rasa sakit berkurang”. Guided imagery juga dapat melepaskan endorphin yang melemahkan respon rasa sakit dan dapat mengurangi rasa sakit atau meningkatkan ambang nyeri. Penelitian terkait penggunaan guided imagery pada anak telah banyak dilakukan. Penggunaan relaksasi dan imagery untuk mengurangi nyeri, kecemasan orang tua dan kecemasan anak yang menjalani perawatan untuk kanker. Menguji efektivitas guided imagery pada anak yang mengalami nyeri abdomen. Pada penelitian ini sejumlah 22 anak yang berusia 5-18 tahun secara random hanya diberikan latihan nafas dalam saja (sejumlah 10 anak) dan diberikan guided imagery dengan relaksasi otot (sejumlah 7 anak) sedangkan 5 anak mengalami drop out dari penelitian. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa anak yang diberikan guided imagery lebih menurun 67 % kejadian nyeri abdomen dibanding dengan yang hanya diberikan nafas dalam saja. Meneliti tentang pengaruh audio recorded guided imagery terhadap tingkat nyeri anak dengan nyeri abdomen. Penelitian ini meneliti 34 anak yang berusia 6-15 tahun dengan nyeri perut yang diambil secara

acak 19 anak menerima terapi medis dengan guided imagery dan 15 anak hanya mendapatkan terapi medis saja. Setelah dievaluasi selama 6 bulan, anak yang menerima guided imagery menunjukkan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik, penurunan tingkat nyeri, kesakitan, dan menurunkan jumlah periksa ke dokter dibandingkan dengan anak yang hanya mendapatkan perawatan medis saja. Anak yang mendapatkan latihan guided imagery mengalami penurunan nyeri sebesar 63,1 % sedangkan anak yang hanya menerima terapi medis saja mengalami penurunan nyeri perut sebesar 26,7 %. Wang, Sun, dan Chen (2008) telah meneliti pengaruh metode nonfarmakologi terhadap nyeri anak usia sekolah yang dilakukan penusukan vena. Pada penelitian ini terdapat 3 kelompok yaitu kelompok intervensi dengan distraksi audiovisual, kelompok intervensi dengan intervensi psikologis (guided imagery) dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distraksi audiovisual dan intervensi psikologis (guided imagery) lebih efektif mengurangi nyeri, meningkatkan kooperatif anak, dan meningkatkan kesuksesan pelaksanaan prosedur penusukan vena. Contoh dalam bidang kesehatan : Pemasangan infus pada anak merupakan tantangan yang unik bagi perawat yang bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan di ruang anak. Tindakan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan aspek lain yang mungkin berdampak adanya trauma. Terapi intravena merupakan terapi medis yang dilakukan secara invasif dengan menggunakan metode yang efektif untuk mensuplai cairan, elektrolit, nutrisi dan obat melalui pembuluh darah (intravascular) (Perry & potter, 2005). Setiawati dan Dermawan (2009) mengatakan bahwa alasan umum pasien mendapatkan terapi infus adalah untuk menstabilkan aliran vena dan mencegah terjadinya injuri. Prinsip utama pemasangan infus pada anak yaitu efektif, efisien, aman,dengan mempertimbangkan emosi anak sesuai tahap perkembangannya. Tindakan pemasangan infus dilakukan pada anak merupakan prosedur emergensi, karena dapat menimbulkan kecemasan dan ketakukan pada anak (Whaley & Wong’s,2000). Pembahasan Guided Imagery Dalam Budaya dan agama Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain membawa pengaruh tersendiri bagi perkembangan manusia itu sendiri. Kehidupan yang semakin sulit dan komplek serta semakin bertambah stresor psikososial akibat budaya

masyarakat yang semakin modern, menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan kehidupan yang mereka alami (Saseno, 2003). Pikiran-pikiran negatif akan adanya kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi karena tingginya stresor dari dalam diri seseorang akan memicu timbulnya kecemasan dan depresi pada seseorang, karena manusia sendiri yang menciptakan pikiran serta perasaan yang terganggu maka manusia juga memiliki kekuatan untuk mengontrol masa depan emosinya. Dengan demikian, penggantian khayalan negatif memungkinkan pikiran dalam keadaan positif, tubuh rileks, dan keadaan emosi yang tenang. Keadaan tersebut akan membantu untuk menurunkan kejadian depresi pada seseorang. Salah satu teknik yang bisa digunakan untuk mengubah bayang-bayang negatif pada pikiran ialah dengan teknik guided imagery. Imagery sendiri merupakan kemampuan manusia untuk mengolah dunia internal dan eksternal tanpa menggunakan bahasa, imagery sering pula dipertukarkan dengan istilah visualisasi.

Menggunakan istilah imagery dan

visualisasi

secara bergantian.

Menggunakan istilah visualisasi kreatif untuk menyebut teknik imagery yang digabungkan dengan afirmasi dan meditasi. Setiap orang tanpa mereka sadari banyak yang telah mempraktekkan imagery. Jika imajinasi yang dilakukan individu sepertinya bekerja secara tidak disadari, maka guided imagery berusaha mengarahkan imajinasi secara sengaja untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Carter (2006) menerapkan guided imagery untuk mengurangi tingkat stres, penyebab, dan gejala-gejala yang menyertai stres. Van tilburg, dkk (2009) menerapkan guided imagery music untuk menggali pengalaman pasien depresi. Kombinasi metode Alterd State of Consciousness, afirmasi dan visualisasi digunakan untuk mengatasi obesitas (Prabowo, 2007). Dengan demikian, bisa dipahami bahwa guided imagery melibatkan imajinasi dengan panduan yang ditampilkan dalam bentuk audio, audio- visual, dan bisa pula panduan audio dipadukan dengan musik relaksasi.

BAB III PENUTUP Kesimpulan Guided imagery atau imajinasi terbimbing merupakan tindakan/intervensi untuk mengatasi kecemasan, stres dan nyeri dengan teknik mengkaji kekuatan pikiran sadar maupun tidak sadar agar tercipta suatu bayangan gambar sehingga klien mengkhayalkan tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Tujuan dilakukan tindakan Guided Imagery adalah memelihara kesehatan dengan membentuk keseimbangan antara pikiran, tubuh, dan jiwa. Selain itu, guided imagery mampu mempercepat penyembuhan yang efektif dengan membantu tubuh mengurangi macam dan tingkat stres, depresi, alergi dan asma serta dapat menggali pengalaman depresi klien melalui musik. Manfaat dari penerapan Guided Imagery yaitu, mengurangi stress, nyeri, dan efek samping. Guided imagery juga mampu menurunkan tekanan darah tinggi dan level gula darah (diabetes), serta mengurangi adanya alergi, gejala gangguan pernapasan, sakit kepala, dan meningkatkan penyembuhan luka. Indikasi dilakukannya Guided Imagery adalah semua pasien yang memiliki pikiran negative atau pikiran menyimpang dan mengganggu perilaku (maladaptif). Misalnya: over generalization, filter mental, stress, cemas, depresi, nyeri, hipokondria, loncatan kesimpulan dan lain-lain. Berdasarkan pada penggunaannya, guided imagery dibagi beberapa macam teknik yaitu, Guided Walking Imagery, Autogenic Abstraction, Convert Sensitization, dan Convert Behavior Rehearsal. Prosedur pelaksaan guided imagery yaitu, lakukan bina hubungan saling percaya, jelaskan prosedur berkaitan dengan tujuan, posisi, waktu dan peran perawat sebagai pembimbing, kemudian anjurkan klien mencari posisi nyaman, duduk dengan klien tetapi tidak mengganggu, lakukan pembimbingan dengan baik terhadap klien dimulai dengan meminta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan dengan suara yang lembut hingga klien tampak rileks selanjutnya, perawat mencatat hal-hal yang digambarkan dalam pikiran klien untuk digunakan sebagai informasi yang spesifik yang berguna pada latihan selanjutnya. Saran

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dalam penerapan guided imagery diperlukan komunikasi terapeutik yang baik antara perawat dan klien. Hal ini mengacu pada keterampilan perawat yang mampu membentuk hubungan saling percaya pada klien, sehingga klien dengan leluasa membangun imajinasi yang berkaitan dengan pengalaman atau kejadian dimasa lalunya yang mampu mempercepat penyembuhan secara efektif.

DAFTAR PUSTAKA Carter E. (2006), Pre-packaged guided imagery for stress reduction: Initial results, Counselling, Psychotherapy, and Health, 2(2), 27-39, July 2006. Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005).Fundamental keperawata. (Edisi 4 buku 1). Jakarta: EGC Olness, Karen & Kohen, Daniel. (1996). Hypnosis and hypnotherapy in children (3rd Ed.) Saseno, Perawatan Kesehatan Mental, Program Studi Keperawatan Mental, Magelang Politeknik Kesehatan Semarang, Departemen Kesehatan RI, 2003. Setiawan, S., Dermawan, A C. (2009).Keterampilan klinis praktik keperawatan anak. Jakarta: Trans info media Synder (2006). Complementary/alternaive therapies in nursing (4th ed). New York: Springer publishing company whaley dan Wong, (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta : EGC

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF