GRI Acara 4
October 24, 2017 | Author: Mohammad Farhan Arfiansyah | Category: N/A
Short Description
GRI...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER
Disusun oleh : Nama
: Mohammad Farhan Arfiansyah
NIM
: 13/346668/GE/07490
Hari, tanggal : Rabu, 4 November 2014 Waktu
: 11.00-13.00 WIB
Asisten
: 1. Elisabeth Simatupang
Asisten
: 2. Septi Purnama S.
LABORATORIUM ANALISIS DATA WILAYAH FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
ACARA 5 PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER
I. TUJUAN 1. Mampu mengenali jenis dan sebaran flora dan fauna di Indonesia 2. Mampu mennmpilkan persebaran jenis flora dan fauna ke dalam bentuk peta 3. Mampu menganalisis sebaran jenis flora dan fauna di Indonesia 4. Mampu menganalisis kondisi penggunaan lahan hutan masing-masing pulau di Indonesia II. ALAT DAN BAHAN 1. Alat tulis 2. Petunjuk praktikum Geografi Regional Indonesia 3. Pensil warna 4. Kalkulator 5. Peta administrasi Indonesia 6. Buku dan referensi acuan lainnya III.
TINJAUAN PUSTAKA Secara etimologi biosfer merupakan gabungan dari dua kata, yaitu bio yang berarti hidup dan sphere yang berarti lapisan. Jadi, biosfer adalah lapisan tempat hidup (habitat) makhluk hidup. Biosfer meliputi lapisan litosfer, hidrosfer, dan atmosfer. Ketiga lapisan tersebut saling berinteraksi dan membentuk lapisan biosfer tempat ditemukannya kehidupan di bumi. Setiap jenis makhluk hidup mempunyai tempat masing-masing di biosfer untuk tetap hidup sesuai dengan caranya. Tempat hidup itu disebut habitat, yaitu tempat hidup suatu organisme. Tempat hidup dengan unsurunsurnya beserta makhluk hidup yang tinggal di suatu kawasan secara keseluruhan akan membentuk sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Sistem kehidupan di biosfer yang sebesar bumi secara umum dibagi menjadi ekosistem daratan (terrestrialecosystem), ekosistem laut (marine ecosystem), dan ekosistem air tawar (fresh water ecosystem). Makhluk hidup atau organisme memiliki tingkat organisasi yang berkisar dari tingkat yang paling sederhana individu ke tingkat organisasi yang paling kompleks (biosfer). Tingkat organisasi dari bawah ke atas, semakin kompleks. tingkatan ekologis tersebut adalah : 1. Organisme (Individu) adalah suatu benda hidup, atau makhluk hidup.
2. Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan berkembangbiak pada suatu daerah tertentu. Misalnya, populasi manusia di Jakarta, populasi banteng di Baluran, atau populasi badak di Ujung Kulon. 3. Komunitas adalah semua populasi dari berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu 4. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. 5. Biosfer adalah lapisan tempat hidup (habitat) makhluk hidup Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna adalah: 1. elevasi dan morfologi
Suatu tempat memiliki ketinggian tertentu bila dihitung dari permukaan air laut (0 m). Semakin kearah pegunungan semakin tinggi tempat tersebut inilah yang disebut dengan elevasi. sedangkan morfologi adalah bentuk bentang alam atau kondisi relief yang berbentuk pegunungan, bukit, dataran tinggi, dataran rendah, lereng, jurang, dsb. Pengaruh elevasi dan morfologis terhadap persebaran flora dan fauna adalah semakin tinggi letak suatu tempat akan memiliki kecendrungan suhu yang semakin rendah serta kelembaban udara dan curah hujan yang tinggi. Kondisi elevasi dan morfologi ini menyebabkan flora dan fauna memiliki adaptasi lingkungan sesui dengan karakteristik flora dan fauna tersebut. Contohnya kelapa sawit, kelapa, padi dan tebu lebih sesuai hidup di dataran rendah, sedangkan pohon pinus, teh dan bunga lonceng lebih sesuai hidup di dataran tinggi. 2. Letak lintang Geografis
Letak lintang suatu tempat, yaitu iklim yang didasarkan atas perbedaan panas matahari yang diterima permukaan bumi. Daerah-daerah yang berada pada lintang tinggi lebih sedikit memperoleh sinar matahari, sedangkan daerah yang terletak pada lintang rendah lebih banyak menerima sinar matahari, berdasarkan iklim matahari terbagi menjadi: iklim tropik; iklim sub tropik; iklim sedang dan iklim dingin. ada kecendrungan makin besar akan semakin sedikit variasi flora dan fauna yang dapat hidup, walaupun ada pengecualian di daerah padang pasir yang secara fisik tidak dapat memenuhi syarat kehidupan dalam jumlah yang relatif banyak 3. Klimatologis
Kondisi iklim yang memiliki kelembaban udara cukup tinggi dan penyinaran matahari yang relatif banyak menyebabkan penyebaran flora dan fauna relatif cukup besar. Dilain pihak pada wilayah yang memiliki kelembaban udara cukup rendah dan suhu sangat rendah (padang pasir) ataupun suhu sangat rendah (kutub) akan menyebabkan penyebaran flora dan fauna yang relatif sedikit
4. Kesuburan tanah
Kondisi tanah yang subur secara ideal apabila terdiri atas 45% unsur anorganik, 5% unsur organik, 25% unsur air dan 25% unsur udara. Komposisi unsur tanah pada umumnya mampu memberikan kebutuhan dasar tanaman walaupun kebutuhan masing-masing tumbuhan berbeda-beda. Pada kawasan tanah yang subur seperti tanah vulkanis, tufa vulkanis, podzol, margalit, alluvial terdapat berbagai jenis vegetasi disertai dengan jenis serangga dan unggas. Sedangkan pada tanah yang kurang subur seperti tanah laterit, terarosa, dan kapur flora dan fauna kurang berkembang dengan baik. Pembagian Fauna di Indonesia Bagian Indonesia barat, misalnya di Sulawesi terdapat kera (fauna Asiatis) dan terdapat kuskus (fauna Australia). Di samping itu terdapat hewan yang tidak didapatkan baik tipe Asiatis maupun tipe Australia. Fauna Indonesia yang tergolong tipe peralihan adalah sebagai berikut. 1. Mamalia, terdiri atas anoa, babi rusa, kuskus, monyet hitam, sapi, banteng, dan kuda. 2. Reptilia, terdiri atas biawak, komodo, kura-kura, dan buaya. 3. Amfibi, terdiri atas katak pohon, katak terbang, dan katak air. 4. Berbagai macam burung, terdiri atas maleo, kakaktua, nuri, merpati, burung dewata, dan angsa. Di antara fauna yang terdapat di wilayah Indonesia bagian tengah terdapat fauna yang khas Indonesia dan tidak dijumpai di daerah lain serta termasuk hewan langka, antara lain anoa (mirip lembu) terdapat di Sulawesi; biawak komodo terdapat di Pulau Komodo, Nusa Tenggara; burung maleo terdapat di Sulawesi dan Kepulauan Sangihe.
Pembagian Fauna Menurut Weber
Banyak ahli yang melakukan telaah tentang persebaran jenis hewan di Indonesia dengan membuat garis batas yang berbeda-beda. Salah satu ahli adalah Weber, ia menentukan batas dengan imbangan perbandingan hewan Asia dan Australia 50 : 50. Weber menggunakan burung dan hewan menyusui sebagai dasar analisisnya, tetapi tidak setiap binatang yang dijadikan dasar memiliki garis batas yang sama. Contohnya, hewan melata dan kupu-kupu Asia menembus lebih jauh ke arah timur daripada burung dan siput. Garis batas antara Indonesia bagian barat dengan bagian tengah disebut garis Wallace dan garis batas antara Indonesia bagian timur dengan bagian tengah disebut garis Weber. Pembagian Fauna Menurut Lydekker Ahli lain, yaitu Lydekker, menentukan batas barat fauna Australia dengan menggunakan garis kontur dan mengikuti kedalaman laut antara 180 – 200 meter, sekitar Paparan Sahul dan Paparan Sunda. Hal ini sama dengan Wallace yang menentukan batas timur fauna Asia. Adanya perbedaan fauna antara wilayah Indonesia bagian barat dan timur karena kedua wilayah itu terpisah oleh perairan yang cukup luas dan dalam, dan kedalaman lautnya lebih dari 1000 meter. Laut yang dalam tersebut sebagai pemisah antara kedua wilayah, sehingga fauna pada masing-masing wilayah berkembang sendiri-sendiri. Perbedaan Fauna Asiatis dan Fauna Australia Fauna Asiatis 1. Hewan menyusui besar dan kecil 2. Tidak terdapat hewan berkantung 3. Terdapat berbagai jenis kera 4. Jenis burung berwarna sedikit 5. Terdapat berbagai jenis kucing liar dan ajag 6. Jenis ikan air tawar banyak
Fauna Australia
1. Hewan menyusui kecil-kecil 2. Terdapat hewan berkantung 3. Tidak terdapat kera 4. Jenis burung berwarna banyak 5. Tidak terdapat jenis kucing liar dan ajag 6. Jenis ikan air tawar sedikit IV.
CARA KERJA
Menyiapkan alat dan bahan
Mengidentifikasi sebaran flora dan fauna di Indonesia
Mengidentifikasi luas daratan kawasan hutan di Indonesia
Mengidentifikasi luas lahan kritis di Indonesia
Membuat tabel sebaran flora dan fauna di Indonesia
Membuat tabel luas daratan kawasan hutan di Indonesia
Membuat tabel luas lahan kritis di Indonesia
Membuat peta sebaran flora dan c fauna di Indonesia
Membuat peta luas daratan kawasan hutan di Indonesia
Membuat peta luas lahan kritis di Indonesia
Membuat pembahasan dan kesimpulan = Input
= Proses
= Output
V. HASIL
Pada pembelajaran praktikum ini, diperoleh hasil tentang: 1. Tabel sebaran flora dan fauna di Indonesia (terlampir) 2. Tabel luas daratan kawasan hutan di Indonesia (terlampir) 3. Tabel luas lahan kritis di Indonesia (terlampir) 4. Perhitungan klasifikasi luas daratan kawasan hutan di Indonesia (terlampir) 5. Peta sebaran flora dan fauna di Indonesia (terlampir) 6. Peta luas daratan kawasan hutan di Indonesia (terlampir) 7. Peta luas lahan kritis di Indonesia (terlampir) VI. VII.
PEMBAHASAN KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA I Made Sandy. 1996. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: PT. Indograph Bakti Suharyano. 2005. Dasar-Dasar Kajian Geografi Regional. Semarang : Universitas Negeri Semarang Press. Wibowo, Rudi dan Soetriono. 2004. Konsep, Teori, dan Landasan Analisis Wilayah. Malang : Bayu Media
LAMPIRAN
View more...
Comments