Green Architecture

October 30, 2017 | Author: datumuseng | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Green Architecture...

Description

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

IMPLEMENTASI GREEN ARCHITECTURE PADA SEKOLAH ALAM TINGKAT DASAR DI SOLO RAYA

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

NUNUK LUPIYANTI I0202071

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

I-1

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN JUDUL Implementasi adalah pelaksanaan ; penerapan1 Green Architecture adalah suatu konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.2 Sekolah Alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta.3 Pendidikan Dasar adalah pendidikan umum yang lamanya 9 tahun diselenggarakan selama 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat.4 Wilayah Solo Raya adalah wilayah eks-Karesidenan Surakarta yang terletak di propinsi Jawa Tengah. Implementasi Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Wilayah Solo Raya adalah suatu penerapan konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal pada sekolah yang berkonsep pendidikan berbasis alam semesta selama pendidikan dasar 9 tahun (SD & SMP) di wilayah Solo Raya. B. LATAR BELAKANG 1.

Green Architecture Sebagai Tema Perancangan Peningkatan suhu bumi yang terus berlangsung menimbulkan peningkatan temperatur

global yang akan mempengaruhi pola iklim dan kerusakan serius terhadap bumi. Gejala Depdikbud, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka Brenda and Robert Vale, Green Architecture, Design for Sustainable Future 3 http://saciganjur.blogspot.com/ 4 Abdul Rajak Husain, 1995, Sistem Pendidikan Nasional: Berpacu Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, Solo: Aneka 1 2

I-2

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

yang dikenal dengan istilah Global Warming atau Greenhouse Effect ini merupakan akibat dari peningkatan polusi udara berasal dari industri manufaktur, transportasi, bangunan dan penggunaan energi secara besar-besaran pada semua sektor untuk menunjang kehidupan modern manusia. Gedung, area parkir, dan jalan yang padat banyak diisi oleh udara panas yang dihasilkan dari penguapan material keras seperti beton, kaca, kendaraan dan efek polusi lainnya. dengan demikian perlu adanya material lunak yang dapat mengimbangi kondisi lingkungan itu. Kurangnya keseimbangan lingkungan kota dapat didorong oleh kurangnya penghijauan di lingkungan kota. Selain itu juga tidak cukupnya informasi edukasi mengenai pola lingkungan hidup yang sehat dan baik, sehingga musibah banjir pun menjadi musiman dan terciptanya iklim panas yang mengkhawatirkan bagi masyarakat perkotaan. Dewasa ini, isu pemanasan global sedang hangat menjadi permasalahan di seluruh dunia. Proses yang biasa disebut dengan efek rumah kaca (green house effect) lalu dihubungkan dengan perubahan iklim yang menjurus ke hal ekstrem, yakni bencana alam, meningkatnya tinggi muka air laut, udara yang semakin panas, kelangkaan sumber air dan makanan, sampai timbulnya berbagai ancaman penyakit. Sudah saatnya bangunan berkesinambungan dengan lingkungannya. Tujuannya untuk menurunkan dampak negatif terhadap bangunan dan lingkungannya. Dalam membangun komunitas dan lingkungan, manusia sering melakukan pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungannya. Dengan adanya konsep perencanaan yang bijak akan dapat mengatur optimalisasi ruang hijau pada bangunan sekaligus mengedukasi pengguna bangunan agar menyadari dirinya sebagai bagian dari lingkungan hidup. Kebutuhan akan tempat tinggal berefek menggerus lahan-lahan hijau yang semula untuk resapan air atau sumber udara sehat. Gaya hidup modern berdampak pada pengerukan sumber daya alam hingga batas yang sulit terkontrol. Ini semua berpotensi merusak lingkungan, sehingga menghasilkan efek-efek negatif seperti di atas. Kini saatnya umat manusia peduli terhadap lingkungannya. Salah satu langkah untuk pelestarian lingkungan adalah menciptakan bangunan yang ramah lingkungan, peduli dengan lingkungan dan dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Selain itu, juga memperhatikan sumber daya alam sebagai kesatuan dari lingkungan yang akan dibentuk. Bangunan semacam ini menerapkan prinsip-prinsip desain Green Architecture. Kesadaran akan Green Architecture bukan semata-mata tren, namun kondisi alam saat ini yang membuat tempat tinggal manusia harus dirancang sedemikian rupa. Desain yang I-3

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

tepat serta memperhatikan iklim dan lingkungan akan berdampak positif pada kualitas hidup penghuni bangunan. Green Architecture sendiri merupakan sebuah definisi longgar dari land-use, desain bangunan dan strategi konstruksi yang ringan, hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas, nyaman dan menyehatkan, efisien dalam hal bahan dan energi, fungsional dan tahan lama serta memberikan pengaruh baik terhadap pengguna dan lingkungannya.5 Tujuan utama Green Architecture adalah menciptakan eco-design, arsitektur ramah lingkungan, serta arsitektur alami dengan konsep pembangunan berkelanjutan. 6 Manfaat yang diperoleh dengan mengimplementasikan Green Architecture pada bangunan yaitu antara lain : mengurangi konsumsi energi dan bahan material baru, perlindungan terhadap ekosistem, meningkatkan produktivitas kerja dari pengguna serta berpengaruh baik terhadap kesehatan pengguna.7 Menurut praktisi arsitektur Mauro Purnomo Rahardjo, ciri Green Architecture antara lain, adanya sistem sirkulasi udara yang dirancang efisien baik untuk pemanasan maupun pendinginan ruang. Pemakaian pencahayaan dengan sumber energi yang efisien, serta penggunaan bahan bangunan yang non-synthetic serta non-toxic. Efisiensi ruangan juga menjadi fokus perhatian dalam ilmu ini.8 Konsep Green Architecture memiliki dua fokus utama yaitu penghematan penggunaan energi dalam bangunan dan kesadaran bahwa banyak ancaman dalam sebuah bangunan yang bisa memicu gangguan kesehatan pada penghuni. Efisiensi ruangan juga menjadi fokus perhatian dalam ilmu ini. Green Architecture memanfaatkan sumber yang dapat diperbaharui seperti pemakaian energi sinar matahari melalui passive solar dan active solar. Selain itu, konsep Green Architecture ini juga memakai teknik photovoltaic seperti penambahan tanaman serta pohon melalui atap hijau dan taman hujan. Green Architecture meletakkan dasar-dasar penataan lingkungan yang serasi dan mengikuti alam. Selain itu, juga menghendaki perbaikan pada sistem bangunan yang menjamin kesejahteraan sekaligus meningkatkan kesehatan penghuninya.9 Para pengguna

dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 6 “Arsitektur Selaras Alam”, edisi 26 April 2008 oleh Oki Baren yang diambil dari www.inilah.com 7 Dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 8 “Arsitektur Selaras Alam”, edisi 26 April 2008 oleh Oki Baren yang diambil dari www.inilah.com 9 oleh Ir. Jimmy Priatman, M.Arch, Republika edisi Jumat 22 Februari 2008 5

I-4

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

bangunan yang mengimplementasikan Green Architecture telah menikmati hidup lebih sehat. Ini karena alam sebagai paradigma adalah hal yang menjadi fokus Green Architecture. Secara lebih luas dalam skala kota, Green Architecture berusaha mengoptimalkan lahan bangunan sebagai bagian dari ruang hijau kota. Bangunan berkonsep Green Architecture merupakan reinterpretasi sosial budaya masyarakat terhadap alam dan kehidupan tempat tinggalnya.10 2.

Sekolah Alam Tingkat Dasar Sebagai Obyek Perancangan Sekolah Alam didirikan dengan tujuan untuk mengubah paradigma bahwa sekolah

yang berkualitas selalu mahal. Pendidikan berkualitas sulit dijangkau oleh masyarakat bawah. Untuk mengubah paradigma tersebut, diperlukan sistem pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, tidak bergantung pada alat peraga yang relatif mahal, tetapi mengacu pada alam sebagai sumber ilmu pengetahuan. Sekolah yang dibuat harus mempunyai dimensi alam sebagai sumber ilmu dan bisa dikelola oleh para peserta didik. Hakikat tujuan pendidikan adalah membantu anak didik tumbuh menjadi manusia yang berkarakter. Menjadi manusia yang tidak saja mampu memanfaatkan apa yang tersedia di alam, tapi juga mampu mencintai dan memelihara alam lingkungannya. Penelitian yang dilakukan oleh Kraft (1985) terhadap generasi muda di Amerika menyatakan metodologi pendidikan dan latihan yang sangat efektif manfaatnya adalah menggunakan alam sebagai media untuk pengetahuan. Ketika anak-anak berinteraksi langsung dengan tanah, air, daun, dan ikan adalah saat yang tepat bagi anak-anak lebih mengenali dan menghayati alam melalui seluruh panca inderanya. Di sekolah terjadi proses enkulturasi, yaitu proses pembudayaan terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat, termasuk nilai dan norma yang mengatur hubungan antara manusia dan lingkungannya. Oleh karena sikap terhadap alam, nilai dan norma yang berlaku, pantangan dan pengetahuan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, maka pendidikan di sekolah menempati posisi strategis sebagai tempat persemaian manusia-manusia ramah lingkungan (ecofriendly). Pada akhirnya, kesepakatan-kesepakatan internasional dalam upaya melestarikan fungsi ozon dan kelestarian alam bagi kehidupan di bumi dapat dipercepat pencapaiannya.

10

“Mewujudkan Bangunan Arsitektur Hijau”, Nirwono Joga, Kompas edisi Jumat, 16 Desember 2005

I-5

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Sebenarnya telah lama sekolah menjadi bagian terpenting dalam upaya penyelamatan bumi. Dr Mubariq Ahmad, Direktur Eksekutif WWF-Indonesia dalam makalahnya mengenai peranan para pihak dalam pendidikan lingkungan hidup, dengan tegas menyatakan bahwa sekolah adalah instrumen yang sangat mampu dan strategis untuk mengembangkan pendidikan lingkungan hidup. Institusi pendidikan diyakini sebagai tempat yang paling tepat untuk menanamkan nilai serta membentuk mental dan kepribadian. Dalam hal ini, khususnya menyangkut tentang pendidikan lingkungan hidup yang mengharapkan tumbuhnya kesadaran, sikap, dan perilaku kecintaan pada kelestarian alam yang “mendarahdaging” dan sangat sulit diubah dalam diri peserta didik. Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengenalan, pemahaman, dan penghayatan nilai-nilai pengelolaan lingkungan hidup. Sedangkan penyadaran dan pengelolaan lingkungan hidup akan menjadi efektif bila didasarkan pada proses pendidikan yang benar. Proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu sendiri.

Gambar I.1 Sekolah sebagai instrumen yang sangat mampu dan strategis untuk mengembangkan pendidikan lingkungan hidup. Sumber : www.mbe.com

Sekolah Alam adalah sekolah tempat belajar bertindak mencintai alam, belajar menjadi manusia yang berdaya lahir batin, bertanggung jawab merawat dan mengawal negara, karena alam atau tanah air adalah sajadah tempat bersujud kepada Tuhan. 11 Di SA, muridmurid diajak mengenal, mengakrabi, dan kemudian bersahabat dengan alam. Anak didik tak hanya diajarkan percaya kepada buku. Semua bidang studi yang ditargetkan kurikulum pemerintah diajarkan, tapi selebihnya mereka diarahkan untuk membaca alam. Secara psikologis, proses pengetahuan akan maksimal apabila pengalaman yang dimiliki anak menjadi pengetahuan bagi mereka sendiri. Dengan mengalami sesuatu itu sendiri, pemahaman yang diterima otak lebih maksimal terekam dan awet dibandingkan ketika membaca, menghafal, mendengar dan melihat saja. Pada usia-usia pendidikan dasar yaitu antara 5-12 tahun untuk SD dan 13-15 tahun untuk SMP, keseimbangan tubuh anak sudah semakin membaik dan besarnya rasa ingin tahu sebagai pertanda keluar dari masa kanak-kanak mulai terlihat jelas. Kontak dengan dunia luar pun semakin luas dan koordinasi

11

www.indonesiaindonesia.com

I-6

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

psikomotorik sudah membaik. Dalam tugas perkembangannya, anak-anak seusia ini sedang berusaha mencari dan mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya demi memuaskan pertanyaan-pertanyaaan yang menyangkut diri dan lingkungan sekitar mereka. Jadi, proses mengalami sesuatu sebagai metode mendapatkan pengetahuan dapat membantu anak didik memenuhi tugas perkembangannya di SA. Internalisasi penanaman nilai, pembentukan mental dan kepribadian, penumbuhan kesadaran, sikap dan perilaku kecintaan pada kelestarian alam akan lebih berhasil jika ruang belajar peserta didik juga mengimplementasikan arsitektur yang berpihak pada kelestarian alam, ramah lingkungan dan mempunyai keterikatan kuat dengan alam. Di samping itu, peserta didik dan tenaga pendidik sebagai pengguna ruang dan bangunan dapat meningkat produktivitasnya dan terjaga kesehatannya. Dengan demikian, Green Architecture berperan sebagai pembentuk ruang belajar dan pendukung media belajar pada SA Tingkat Dasar. 3.

Wilayah Solo Raya Sebagai Area Studi Solo Raya adalah suatu wilayah yang meliputi kota Surakarta dan se-eks Karesidenan

Surakarta yang terletak di propinsi Jawa Tengah.. Wilayah Solo Raya memiliki lokasi yang strategis, yaitu di Jawa Tengah, dan merupakan bagian dari area pengembangan wilayah Joglosemar yang menggabungkan Yogyakarta, Solo dan Semarang. Solo terletak hanya 102 km dari Semarang, 60 km dari Yogyakarta dan sekitar 210 km dari Surabaya. Semua daerah ini dapat dijangkau dengan mudah dari Solo karena jalan dan lintasan dalam kondisi baik.12 Solo Raya terdiri dari daerah–daerah terkenal dan berbudaya tinggi yang dahulu termasuk wilayah Surakarta, antara lain: kota Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten (Subosukawonosraten). Seiring dengan perkembangan kota Surakarta yang mengarah pada kota metropolitan, kondisi lingkungan kota ikut mengalami perubahan. Luas ruang terbuka hijau di kota Surakarta semakin berkurang semakin memicu kondisi lingkungan yang semakin tak sehat. Ruang terbuka hijau tahun 1990 seluas 8,65 % dari luas kota Surakarta atau seluas 380,79 ha menjadi berkurang saat ini. Diprediksikan ruang terbuka hijau dalam RUTRK Kodya Surakarta tahun 1993-2013 disebutkan hanya akan bersisa 0,5 % dari luas kota Surakarta atau hanya 22,02 ha.

12

www.soloraya.co.id

I-7

____PENDAHULUAN

Implementasi

Perubahan

gaya

hidup

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

masyarakat

turut

menyumbangkan

dampak

tidak

menguntungkan bagi bumi dan lingkungan. Semakin bertambahnya pusat-pusat perbelanjaan dan meluasnya area komersial mempengaruhi pergeseran gaya hidup masyarakat kota menjadi konsumtif dan materialistis. Gaya hidup semacam ini kemudian mendorong tingginya mobilitas, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan pemakaian kendaraan pribadi saat ini mendorong terjadinya pencemaran udara di lingkungan kota Surakarta. Kegiatan belanja masyarakat konsumtif ini menambah kuantitas sampah, terutama anorganik yaitu bungkus plastik, kaleng alumunium, kertas kardus dan sebagainya. Semakin berkembangnya industri di Solo Raya juga ikut andil dalam mencemari sungai-sungai di kota Surakarta karena sebagian besar limbah dari pabrik-pabrik industri itu dibuang ke sungai-sungai terdekatnya. Selain itu, perilaku masyarakat yang membuang sampah ke sungai dan saluran drainase telah menyebabkan banjir lokal. Tepian Sungai Bengawan Solo dimanfaatkan sebagai lahan pembuangan sampah secara terbuka atau open dumping. Dari penelitian, bakteri E.Coli pada air dangkal di kota Solo sudah parah. Kandungan Fe (besi) dan Mn (mangan) serta konsentrasi merkuri di ambang batas normal. Padahal air sungai Bengawan Solo digunakan sebagai bahan baku PDAM di Solo, Cepu (Jateng) dan Bojonegoro (Jatim). Kondisi penghijauan di hulu dan DAS Bengawan Solo semakin tipis sehingga tak mampu lagi menyerap lebih banyak air hujan. Hal ini diperparah dengan kondisi sebagian bantaran sepanjang sungai Bengawan Solo yang dihuni sebagai pemukiman secara ilegal. Padahal, area bantaran yang termasuk garis sempadan sungai seharusnya dijadikan sabuk hijau (green belt) untuk menambah luasan ruang terbuka hijau kota. Hal ini disinyalir menjadi penyebab banjir terbesar kedua setelah banjir terbesar pertama tahun 1966 yang melanda kota Surakarta. Saluran drainase yang buruk dan akumulasi sampah kota akibat perilaku buruk masyarakat juga menjadi faktor penyebab banjir Jateng dan Jatim pada akhir tahun 2007 kemarin. Bersamaan dengan kondisi tersebut, global warming turut mengubah iklim sedikit demi sedikit sehingga curah hujan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Siklus kerusakan lingkungan semacam ini bukannya tanpa campur tangan manusia. Manusia mulai tidak memperhatikan etika lingkungan. Etika lingkungan menyangkut tentang kesadaran manusia untuk memelihara kestabilan dan keseimbangan lingkungan sejauh mungkin dalam tiap kegiatan. Etika lingkungan yang rendah disebabkan karena I-8

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap lingkungan (bumi) sebagai tempat tinggal. Oleh karena itu, pendidikan berperan penting dalam pemahaman mengenai etika lingkungan. Dan akan lebih efektif lagi bila pendidikan lingkungan hidup demi penyelamatan bumi dan kelestarian alam itu direalisasikan lewat jalur pendidikan formal berupa Sekolah Alam. Selama ini, pengetahuan tentang lingkungan hidup, upaya pelestariannya dan penanaman rasa cinta terhadap alam hanya menjadi salah satu bagian kecil yang diselipkan diantara kurikulum DikNas di sekolah-sekolah pada umumnya. Ada pula yang hanya diselenggarakan secara ekstrakurikuler dan tidak menyentuh area kurikuler. Padahal, bahan belajar melalui lingkungan sekitar lebih mudah dilakukan dan dipahami, lebih dekat dan lebih awet terekam sebagai pengetahuan. Sementara itu, sekolah-sekolah alam semakin menjamur di kota-kota besar di Indonesia. Misalnya, SA Ciganjur di Jakarta, Sekolah Alam Bandung (SAB), SA ARridlo di Semarang, SA Insan Mulia di Surabaya, SA Nurul Islam di Yogyakarta dan sebagainya. Solo Raya dengan Surakarta sebagai pusat kotanya, dan merupakan salah satu kota besar saat ini belum mempunyai Sekolah Alam. Padahal, faktor-faktor pendukung didirikannya sebuah Sekolah Alam cukup memadai. Kota Surakarta merupakan salah satu daerah yang menjadi barometer pendidikan nasional. Kondisi pendidikan di kota Surakarta dianggap mewakili dan merupakan titik tengah dari daerah-daerah yang tingkat pendidikannya maju seperti Jakarta maupun daerah-daerah yang tingkat pendidikannya masih tergolong rendah.13 Dan sesuai dengan fungsi kota yang ditetapkan, Surakarta diharapkan menjadi kawasan pusat pengembangan pendidikan dalam skala lokal, regional dan nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan sehingga dapat mendukung fungsi kota tersebut. Dengan demikian, masih dimungkinkan adanya pembangunan sekolahsekolah baru termasuk Sekolah Alam. Di samping itu, faktor lainnya adalah perhatian pemerintah kota dan dukungan masyarakat luas terhadap masalah lingkungan hidup yang cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan dipilihnya Kota Surakarta dijadikan sebagai pilot project parliament watch di bidang lingkungan karena dianggap paling responsif terhadap masalah lingkungan. Parliament watch bertugas untuk melihat, mengawasi dan mencatat anggota DPRD yang

13

www.republika.co.id, 2005

I-9

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

peduli, tidak peduli bahkan yang anti lingkungan. Tujuan pembentukan parliament watch adalah untuk mendorong setiap pemerintah daerah agar mempunyai good governance di bidang lingkungan. Selain itu juga bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap tuntutan masyarakat di bidang lingkungan.

14

Tumbuhnya perhatian pemkot Surakarta

terhadap lingkungan juga ditunjukkan dengan ditetapkannya rancangan peraturan daerah tentang pengendalian lingkungan hidup menjadi Perda Pengendalian Lingkungan Hidup. Walikota Joko Widodo menyatakan siap melaksanakan amanat Perda tersebut. Menurut beliau, pelestarian lingkungan hidup harus dilakukan di daerah manapun.15 Perhatian masyarakat luas terhadap lingkungan hidup di Solo Raya dapat dilihat dengan adanya institusi akademis (formal) dan organisasi-organisasi (non-formal) yang melibatkan diri dalam pemecahan masalah lingkungan hidup, antara lain : a.

Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi, antara lain Pusat Studi Lingkungan Hidup ( Kartasura), Universitas Veteran Bangun Nusantara Bantara (Klaten), Pusat Studi dan Pengembangan Lingkungan Akademi Teknik Adiyasa (Palur), Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lemlit UNS (Surakarta) dan LPM UNS (Surakarta).

b.

Anggota Organisasi WALHI Jawa Tengah (www.walhi.or.id) antara lain : Lembaga Studi dan Lingkungan atau LSL (Pucangsawit), Yayasan Akar (Pajang) dan Gita Pertiwi (Baturan). Lembaga yang melakukan upaya penyadaran melalui pendidikan lingkungan hidup

saat ini yaitu Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH) yang berada di Colomadu, Karanganyar. YMIH mempunyai motivasi gerakan kesadaran meminimalisir dampak kerusakan lingkungan dengan cara memberikan PLH untuk usia dini. Upayanya antara lain pendidikan lingkungan hidup untuk SD, penghijauan berbasis sekolah dan pengelolaan sampah/ pengomposan dengan kelompok sasaran masyarakat dan pelajar. Adapun Sekolah Alam yang ada di Solo Raya baru diwujudkan dalam bentuk fasilitas rekreasi dan edukasi SA Griyo Kulo di Kali Samin, Tawangmangu, Karanganyar. C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 1.

Permasalahan Bagaimana aplikasi Green Architecture pada wadah fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar

di Solo Raya.

14 15

Kompas, edisi Selasa, 29 Juli 2003 Kompas, edisi Jumat, 17 Maret 2006

I-10

____PENDAHULUAN

Implementasi

2.

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Persoalan Bagaimana aplikasi Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

dalam rangka memenuhi kebutuhan terhadap : a.

penentuan lokasi

b.

peruangan meliputi kebutuhan ruang, besaran ruang, persyaratan ruang dan pola hubungan ruang

c.

pengolahan tapak

d.

desain fisik bangunan

e.

lansekap

f.

sistem utilitas

D. TUJUAN DAN SASARAN 1.

Tujuan Mengaplikasikan Green Architecture pada wadah fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar di

Wilayah Solo Raya. 2.

Sasaran Mendapatkan konsep program dan desain fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo

Raya yang mengimplementasikan Green Architecture guna memenuhi kebutuhan terhadap penentuan : a.

konsep lokasi

b.

konsep peruangan

c.

konsep tapak

d.

konsep desain fisik bangunan

e.

konsep lansekap

f.

sistem sistem utilitas

E.

LINGKUP DAN BATASAN

1. a.

Lingkup Area permasalahan Pembahasan berada dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur, khususnya Green

Architecture. Sebagai teori penunjang di luar arsitektur yaitu yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan alam di Sekolah Alam dan PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup).

I-11

____PENDAHULUAN

Implementasi

b.

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Area spasial Lingkungan makro yang akan dibahas adalah wilayah perkotaan Solo Raya. Surakarta

sebagai pusat kota bagi Solo Raya dan eks-Karesidenan Surakarta yang bersentuhan langsung dengan Surakarta. 2.

Batasan Pembahasan difokuskan pada upaya implementasi Green Architecture dalam

memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan wadah yang sesuai dengan aktivitas kegiatan belajar mengajar dalam penyelenggaraan pendidikan alam (lingkungan hidup) berupa perencanaan dan perancangan Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya. Dengan demikian, gagasan desain dapat diungkapkan secara grafis sesuai dengan disiplin ilmu arsitektur. F.

METODE

1.

Maksud Studi Green Architecture memiliki beragam pandangan. Yang paling mudah dilakukan adalah

membuat kesimpulan dari banyaknya pendapat tersebut sehingga langkah-langkah menuju desain dapat segera dilakukan. Kesimpulan berisi tentang hal-hal yang esensial dan bersifat konstan dalam Green Architecture. Green Architecture berperan sebagai subyek yaitu variabel yang bekerja mempengaruhi atau memberi akibat tertentu pada wadah fisik obyeknya yaitu Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya. Maksud dari studi ini antara lain : a.

Menjelaskan esensi Green Architecture dengan cara melihat sejarah, paradigma, filosofi, tujuan, manfaat dan ciri, serta strategi desain Green Architecture.

b.

Menunjukkan bahwa pendidikan di sekolah mempunyai posisi strategis untuk mengembangkan pendidikan lingkungan hidup, menanamkan nilai serta membentuk mental dan kepribadian yang memahami etika lingkungan melalui proses enkulturasi.

c.

Menjelaskan adanya pendidikan sustainabilitas lingkungan hidup melalui desain yang menerapkan Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar.

2.

Pendataan

a.

Observasi (pengamatan) terhadap kondisi eksisting pada site-site

b.

Studi literatur

c.

Diskusi

d.

Informasi dari internet

I-12

____PENDAHULUAN

Implementasi

e.

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Data BPS untuk melengkapi data non fisik dan data fisik eksisting site yang menjadi alternatif

f.

Obyek karya ilmiah produk tugas akhir dan produk sayembara

g.

Studi banding tentang green building yang sudah ada dan sekolah alam yang ada di Indonesia

3.

Analisa Merupakan metode penguraian dan pengkajian dari data-data, informasi dan

pengalaman empiris yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi implementasi Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Wilayah Surakarta. a.

Mengobservasi site-site yang menjadi lokasi alternatif lokasi site disertai dengan data BMG untuk mengetahui kondisi dan karakteristik sebenarnya.

b.

Menentukan program aktivitas (indoor –outdoor) dan peruangan yang sesuai dengan kebutuhan belajar anak, psiko-fisik anak, perkembangan anak dan dapat merangsang kecerdasan anak dengan cara studi literatur (psikologi pendidikan) dan menggunakan obyek bandingan Sekolah Alam yang sudah ada untuk merangsang ide baru.

c.

Melakukan studi literatur dan wawancara ahli untuk mengetahui struktur konstruksi dan material yang aman, berkesan ringan, hemat energi, bebas dari zat berbahaya dan dapat menyatu dengan alam.

d.

Mengeksplorasi bentuk-bentuk arsitektural untuk menentukan bentuk massa, pola tata massa dan tampilan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Green Architecture

e.

Menambah wacana tentang preseden Green Architecture agar dapat mengatur sistem energi dalam bangunan yaitu penerangan, penghawaan, kelistrikan dan kebutuhan air.

4.

Sintesa Merupakan tahap penggabungan dari data sumber di lapangan, literatur dan pengalaman

empiris yang telah dikaji pada tahap analisa dan kemudian diolah menjadi sebuah konsep program dan desain yang lebih spesifik memperlihatkan implementasi Green Architecture pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Wilayah Surakarta, antara lain : a.

Konsep site, konsep struktur konstruksi dan sistem operasional bangunan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Green Architecture

b.

Konsep pemrograman aktivitas dan peruangan yang merepresentasikan Sekolah Alam Tingkat Dasar

I-13

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

G. RENCANA SISTEMATIKA PEMBAHASAN Tahap Pertama menyajikan tentang latar belakang, permasalahan & persoalan, tujuan & sasaran, batasan & lingkup pembahasan, metode dan sistematika pembahasan. Tahap Kedua memaparkan tinjauan teori secara lengkap dan mendalam tentang Green Architecture dan tinjauan tentang Sekolah Alam yang berorientasi pada pendidikan lingkungan hidup. Tahap Ketiga menyajikan data-data baik fisik dan non-fisik. Data fisik berupa kondisi, karakteristik dan potensi Solo Raya. Data non-fisik dapat berupa peraturan daerah dan kebijakan setempat tentang tata ruang makro dan mikro sebagai acuan berdirinya suatu bangunan. Tahap Keempat merupakan sintesa dari tinjauan teori dengan tinjauan data sehingga dapat mengemukakan kesimpulan awal antara prinsip-prinsip Green Architecture dan konsep belajar di Sekolah Alam Tingkat Dasar dengan data kewilayahan Surakarta yang kemudian menjadi gagasan/ide desain. Tahap Kelima mengelola gagasan/ide desain awal sebagai dasar pendekatan analisis Green Architecture untuk diimplementasikan pada wadah fisik Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya. Tahap Keenam merupakan sintesa dari analisa pendekatan desain yang berupa konsep program dan desain Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya yang mengimplementasikan Green Architecture.

I-14

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

BAB II TINJAUAN TEORI

H. GREEN ARCHITECTURE 1. a.

Kemunculan Green Architecture Sejarah Green Architecture Dekade 1980-1990 merupakan tonggak bersejarah di mana dalam masa ini terjadi

pengungkapan saintifik tentang fenomena kerusakan planet bumi dan atmosfir yang akan terus berlanjut. Jurnal saintifik (1985) melaporkan terjadinya lubang besar pada lapisan ozon di atmosfer di atas Antartica yang selanjutnya dikenal dengan fenomena Ozone Depletion (pelubangan ozon). Fenomena ini terjadi akibat konsentrasi gas CFC di atmosfer yang akan terus menerus terjadi apabila tidak ada langkah-langkah pencegahan yang serius. Tahun 1988 para ahli klimatologi sepakat menyatakan bahwa suatu problema riil sedang terjadi. Peningkatan suhu bumi yang terus berlangsung menimbulkan peningkatan temperatur global yang akan mempengaruhi pola iklim dan kerusakan serius terhadap bumi. Gejala yang dikenal dengan istilah Global Warming atau Greenhouse Effect ini merupakan akibat dari peningkatan polusi udara berasal dari industri manufaktur, transportasi, bangunan dan penggunaan energi secara besar-besaran pada semua sektor untuk menunjang kehidupan modern manusia. Mengingat 50% konsumsi energi fosil dunia adalah berhubungan dengan kebutuhan energi bangunan. Berarti, 50% gas buang karbondioksida yang menimbulkan kontaminasi udara atau 25% dari seluruh gas greenhouse berasal dari bangunan. Keprihatinan ini yang mendorong timbulnya pemikiran baru dalam perancangan arsitektur yang kemudian dikenal dengan Green Architecture. Perkembangan arsitektur dalam eco-design semakin kuat pasca tahun 1990-an. Sebelumnya, pemahaman konsep Green Architecture belum menjadi fokus perhatian di kalangan arsitek dunia. Kini, perkembangan pembangunan di kawasan perkotaan menuntut dukungan Green Architecture. Tren itu kini berkembang di hampir setiap perkotaan yang ada di dunia. b.

Urgensi Green Architecture Saat ini, alam mulai menunjukkan perubahannya yaitu efek-efek buruk akibat ulah

manusia yang tak bijak terhadap bumi. Industrialisasi dan pemakaian energi secara besarbesaran dan terus menerus telah menggerogoti bumi dan menyebabkan fenomena I-15

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

pemanasan global atau global warming. Efek utama pemanasan global yaitu perubahan pola iklim bumi yang drastis. Perubahan iklim ini dapat menjurus ke efek ekstrem seperti bencana alam (banjir, angin puting beliung, topan siklon, gelombang besar), meningkatnya tinggi muka air laut karena pencairan es di kutub, udara yang semakin panas, kelangkaan sumber air dan makanan, timbulnya berbagai ancaman penyakit yang sulit diprediksi sebelumnya, musnahnya spesies karena kerusakan habitat, deforestasi dan hujan asam. Semua efek tersebut membahayakan kehidupan manusia. Hal ini akan berpengaruh pada ruang-ruang mikro yaitu bangunan sebagai kulit ketiga manusia. Faktanya, penyumbang efek global warming terbesar adalah bangunan mulai dari pembangunan, pengoperasian dan penghancurannya. Sumber daya alam, industri dan energi untuk memenuhi tuntutan material bangunan, pembangunan, operasional dan ketika dihancurkan untuk membangun kembali membutuhkan jumlah besar. Padahal, kebutuhan terhadap bangunan bersifat primer. Oleh karenanya, perlu strategi desain yang memperhatikan lingkungan sehingga dapat lestari dan berkelanjutan. Pemanasan global saat ini tidak dapat dihilangkan begitu saja, namun manusia dapat memperlambat dan mengurangi efek buruknya. Untuk mengurangi dampak ekstrem tersebut, manusia harus berani mengubah diri untuk lebih memperhatikan alam. Bangunan tempat berlindung akhirnya harus dikondisikan sedemikian rupa agar manusia sebagai penghuni dapat mengurangi efek buruk tersebut. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak kerusakan global yang dikenal dengan global warming atau pemanasan global terhadap ruang makro yaitu dengan memperbaiki ruang mikro secara bersama-sama. Manusia sebagai penghuni planet bumi dituntut untuk “berpikir global, bertindak lokal”. Green Architecture hadir sebagai pendekatan desain bangunan yang mengubah pola pikir dan kebiasaan manusia yang kurang menjaga kelestarian lingkungan hidup. Green Architecture berangkat dari kesadaran akan kerusakan lingkungan secara global. Green Architecture menghendaki perbaikan pada sistem bangunan yang menjamin kesejahteraan sekaligus meningkatkan kesehatan penghuninya.16 2. a.

Green Architecture sebagai Tema Perancangan Definisi Green Architecture Green Architecture dapat diartikan sebagai konsep arsitektur yang berusaha

meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia, dan

16

oleh Ir. Jimmy Priatman, M.Arch, Republika edisi Jumat 22 Februari 2008

I-16

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.17 Sedangkan menurut Jimmy Priatman, dosen UK Petra sekaligus pemerhati Green Architecture, mengungkapkan Green Architecture adalah arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola keberlanjutan (sustainable) dan pendekatan holistik (holistic approach). Green Architecture dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik).18 Green Architecture sendiri merupakan sebuah definisi longgar dari land-use, desain bangunan dan strategi konstruksi yang ringan, hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas, nyaman dan menyehatkan, efisien dalam hal bahan dan energi, fungsional dan tahan lama serta memberikan pengaruh baik terhadap pengguna dan lingkungannya. 19 b.

Tujuan, Manfaat, Ciri dan Peran Green Architecture Tujuan utama Green Architecture adalah menciptakan eco-design, arsitektur ramah

lingkungan, serta arsitektur alami dengan konsep pembangunan berkelanjutan.20 Manfaat yang diperoleh dengan mengimplementasikan Green Architecture pada bangunan yaitu antara lain : mengurangi konsumsi energi dan bahan material baru, perlindungan terhadap ekosistem, meningkatkan produktivitas kerja dari pengguna serta berpengaruh baik terhadap kesehatan pengguna.21 Menurut praktisi arsitektur Mauro Purnomo Rahardjo, ciri Green Architecture antara lain, adanya sistem sirkulasi udara yang dirancang efisien baik untuk pemanasan maupun pendinginan ruang. Pemakaian pencahayaan dengan sumber energi yang efisien, serta penggunaan bahan bangunan yang non-synthetic serta non-toxic. Efisiensi ruangan juga menjadi fokus perhatian dalam ilmu ini.22

Brenda & Robert Vale, Green Architecture, Design for Sustainable Architecture. Oleh Budi Pradono, Konsep Green Architecture, edisi Minggu, 10 November 2008, yang diambil dari www.astudioarchitect.com 19 dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 20 oleh Oki Baren, Arsitektur Selaras Alam, edisi 26 April 2008 yang diambil dari www.inilah.com 21 Dalam Willy Gunawan, 2001, Re-Desain bangunan UTP Balai Pengembangan Kebun Raya-LIPI Bogor ,TA,UNS 22 “Arsitektur Selaras Alam”, edisi 26 April 2008 oleh Oki Baren yang diambil dari www.inilah.com 17 18

I-17

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Green Architecture lebih dari sekedar menanam rumput atau menambah tanaman lebih banyak di sebuah bangunan. Lebih luas dari itu, Green Architecture berperan untuk memberdayakan arsitektur atau bangunan agar lebih bermanfaat bagi lingkungan, menciptakan ruang-ruang publik baru, menciptakan alat pemberdayaan masyarakat, sarana informasi dan edukasi masyarakat dan sebagainya.23 Bangunan berkonsep Green Architecture merupakan reinterpretasi sosial budaya masyarakat terhadap alam dan kehidupan tempat tinggalnya.24 Secara lebih luas dalam skala kota, Green Architecture berusaha mengoptimalkan lahan bangunan sebagai bagian dari ruang hijau kota. c.

Komponen Green Architecture Terdapat beberapa komponen dari Green Architecture menurut Jason Frederick

McLennan (Universitas Oregon) dalam tulisannya yang berjudul “Solar Incidents” yaitu antara lain : 1). Memperhatikan energi (Respect for energy) Mengurangi/menghemat kebutuhan bangunan untuk mengkonsumsi energi. Menghemat pemakaian lampu listrik, AC, dan pemanas ruangan.

Memanfaatkan

pencahayaan alami untuk penerangan di siang hari. 2). Memperhatikan tempat (Respect for place) Bekerja dengan iklim lokal, konteks dan material untuk menghasilkan arsitektur yang sesuai dengan masyarakat dan lingkungan alami di sekitarnya. Dengan menggunakan komponen ini dapat mengolah beragam kondisi sekitar juga dapat mengangkat potensi lokal. 3). Memperhatikan sumber daya (Respect for resources) Meminimalkan jumlah sumber daya alam dan sumberdaya buatan manusia yang digunakan dalam sebuah bangunan. Desain layout menjadi lebih kecil dan lebih efisien. Eliminasi elemen-elemen yang tidak dibutuhkan dalam program. Pembangunan ditujukan untuk jangka panjang. Menggunakan material yang dapat diperbaharui/dapat didaur ulang.

Oleh Budi Pradono, Konsep Green Architecture, edisi Minggu, 10 November 2008 yang diambil dari www.astudioarchitect.com 24 Nirwono Joga, Mewujudkan Bangunan Arsitektur Hijau, Kompas edisi Jumat, 16 Desember 2005 23

I-18

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

4). Memperhatikan masyarakat (Respect for people) Menggunakan material yang tidak beracun dan menyebabkan udara di dalam bangunan menjadi tidak sehat. Tidak membuat bangunan dengan material, yang dalam langkah penggunaannya, dari pembuatan hingga instalasi dapat menyebabkan manusia menjadi tidak sehat. Membangun dengan tidak mengabaikan umur maupun kemampuan fisik manusia sehingga penggunaan dalam kegiatan sehari-hari menjadi lebih maksimal. Dan jika memungkinkan juga memperhatikan faktor keindahan atau estetika bangunan. 5). Memperhatikan tapak (Respect for site) Memelihara karakter dari bagian alam di tapak manapun. Memperbaiki dan memugar kembali area yang rusak dari tapak tersebut. Memelihara lingkungan setempat sehingga mampu untuk bertahan di kemudian hari. Tidak membangun di area yang sensitif seperti area atau tapak dimana kondisi tanahnya mudah longsor. 6). Memperhatikan siklus kehidupan (Respect for the cycle of life) Menghindari pemakaian material yang sulit dihancurkan oleh proses alamiah dan berbahaya bagi manusia dan lingkungannya. Membangun hanya dengan material yang dirancang secara berkelanjutan. 3.

Strategi Desain Green Architecture Global Warming dapat mengakibatkan temperatur bumi naik, perubahan iklim, dan

konsumsi energi meningkat. Green Architecture diimplementasikan semaksimal mungkin agar tak menyumbang efek global warming namun tetap dapat memenuhi kebutuhan kegiatan yang diwadahinya. Untuk mewujudkan suatu bangunan dengan pendekatan Green Architecture, manusia harus membuka wawasan lingkungannya dan bekerja dengan alam sekitar. Beberapa strategi desain Green Architecture yang diharapkan dapat memecahkan persoalan arsitektural, antara lain : a.

Penghematan energi dalam bangunan Bangunan sebagai pemboros energi terbesar perlu dikendalikan. Perbaikan sistem

energi di dalam bangunan dapat dilakukan dengan tujuan penghematan sumber daya alam dan penghematan biaya operasional. Penghematan energi dalam bangunan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1). Pendinginan alami dengan cara cross ventilation dalam bangunan dapat menghemat energi penggunaan AC dan kipas angin. Bangunan dapat diberdayakan untuk menangkap angin, menyaring debunya dan meneruskannya ke dalam ruangan hingga terjadi sirkulasi udara yang terus menerus. I-19

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

2). Pencahayaan alami dalam bangunan dapat menghemat penggunaan lampu listrik. 3). Sumber energi listrik alternatif dari sinar matahari dihasilkan dengan menggunakan alat photovoltaic yang diletakkan di atas atap. 4). Menggunakan energi terbaharui dalam operasional bangunan. Energi terbaharui mendapatkan energi dari aliran energi yang berasal dari ”proses alam yang berkelanjutan”, seperti sinar matahari, angin, air yang mengalir, proses biologi dan geothermal. 5). Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan area pencahayaan dan menghemat energi listrik. 6). Penggunaan atap miring. Atap miring termasuk atap dingin karena memiliki dua lapisan terpisah dengan rongga udara di tengahnya. Bidang atap yang menghadap utara-selatan cocok untuk penempatan kolektor datar atau photovoltaic. Kemiringan untuk pengaliran air hujan yang disalurkan oleh talang air menuju pipa ke penyimpanan air bawah tanah

Gambar II.1 Panel surya yang dipasang pada atap sebagai sumber energi dalam bangunan. Sumber : www.wikipedia.com

sehingga menghemat air murni. Tritisan lebar melindungi dinding dan jendela dari cahaya matahari dan hujan.

(1)

(2)

(3)

Gambar II.2 Respon bangunan terhadap pergerakan udara (1) Ventilasi silang secara vertikal : pada saat panas, udara mengembang, naik dan ditempati oleh udara yang lebih dingin. (2) dan (3) Ventilasi silang secara horisontal : udara bergerak akibat perbedaan tekanan yaitu tekanan lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Sumber : Tabloid Home, 2005

b.

Material berkelanjutan

Pembangunan ditujukan untuk jangka panjang. Agar berkelanjutan, maka upaya konservasi sumber daya alam material dapat dilakukan dengan: 1). Penggunaan material dengan kandungan energi rendah Material dianggap memiliki kandungan energi rendah yaitu apabila material itu diupayakan dengan menggunakan sedikit energi mulai dari penambangan hingga I-20

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

transportasi untuk distribusinya. Oleh karenanya, material yang ada pada site atau yang lebih dekat perolehannya akan lebih menghemat energi untuk transportasi. 2). Penggunaan bahan material yang dapat didaur ulang Bahan-bahan bangunan yang digolongkan menurut penggunaan bahan mentah dan tingkat transformasinya sebagai berikut25 : a). Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali, antara lain : 

Kayu dan bahan perkayuan (vinil, kayu lapis, papan partikel, kulit kayu)



Bambu



Tangkai dan serat alam (rotan, serabut kelapa, ijuk, kapas, serat kayu dan papan serat kayu)



Daun dan rumput



Kulit hewan dan bulu binatang (wol domba)

b). Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali, antara lain : 

Tanah liat, pasir dan tanah pekat



Bahan pengikat hidrolis terpendam, contoh : semen merah dari bata merah



Batu alam

c). Bahan bangunan buatan yang dapat digunakan kembali dengan mengalihkan fungsinya : Kardus pembungkus, botol bekas, mobil bekas, ban mobil bekas, potongan plat seng, dll. d). Bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana :  Batu buatan yang dibakar atau dikukus : batu merah/ batu bata, beton ringan berpori  Genting dan pipa tanah liat  Bahan keramik  Batu buatan yang tidak dibakar : batako, conblock, beton, genting beton, pipa beton, ubin semen dan traso  Logam : besi dan baja, tembaga, alumunium, seng 3). Pemanfaatan kembali material yang telah digunakan 4). Sistem dan penyesuaian bentuk bangunan yang tepat bagi lingkungan 5). Ruang-ruang multifungsi dapat menghemat luasan ruang sehingga menghemat kuantitas material yang dibutuhkan. 25

Heinz Frick & Ch. Koesmartadi, 1999, Ilmu Bahan Bangunan, Kanisius, Yogyakarta, h. 11

I-21

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Demi kenyamanan dan kesehatan pengguna, maka usaha yang dapat dilakukan yaitu: a). Menggunakan material yang tidak beracun dan menyebabkan udara di dalam bangunan menjadi tidak sehat. Tabel II.1 Bahan bangunan berbahaya bagi kesehatan No 1).

2).

3).

4). 5).

Bahan bangunan/material Bahaya yang ditimbulkan Kayu Alergi kulit, mata, gangguan selaput lendir sumber bahaya: penggunaan politur, melamin (urea formal-dehyde) Pipa PVC, lem PVC, cat PVC, lantai Vinil, Kanker, pembakaran menguapkan asam karpet plastik (yang dibuat dari PVC), lem khlorida (mematikan tanaman), penyakit kontak hati, ginjal Cat sintetis (cat besi/kayu), thinner, cat Penyakit syaraf, darah, pernafasan, mata epoksi yang mengandung ethylalkohol, buta, gangguan keseimbangan, selaput epoksi mesin lendir, eksim pada kulit Asbes (plafon dan atap) Asbestose (penyakit paru), kanker Gas radon (merupakan penguapan dari Mutagen dan karsinogenik (penyebab tanah) kanker Sumber : www.astudioarchitect.com

Tabel II.2 Bahan bangunan yang sehat No 1). 2).

Bahan bangunan/material Bahan material dari alam

Jenis material Batu alam, tanah liat, batako, kayu, bambu, rumbia, ijuk, alang-alang, logam Bahan material buatan bata merah, genteng tanah, kaca, beton, batako, conblok Sumber : www.astudioarchitect.com

b). Tidak membuat bangunan dengan material, yang dalam langkah penggunaannya, dari pembuatan hingga instalasi dapat menyebabkan manusia menjadi tidak sehat. c). Membangun dengan tidak mengabaikan umur maupun kemampuan fisik manusia sehingga penggunaan dalam kegiatan sehari-hari menjadi lebih maksimal. c.

Green roof technology Salah satu teknologi lingkungan yang ikut berperan dalam mempengaruhi bentuk

rancang bangun dan sekaligus mempengaruhi kualitas lingkungan hidup adalah konsep green roof. Green roof merupakan layer atau lapisan struktur konstruksi hijau yang terdiri dari media pertumbuhan/tanah dan media tanaman diatas sebuah bangunan. Kebun atap dan penghijauan di atap sudah dikenal abad 6 sebelum Masehi oleh orang Babilonia. Sekitar tahun 1890 rumah di Berlin ditutupi oleh suatu lapisan humus yang dilapisi tumbuh-tumbuhan dengan tujuan untuk melindungi dari kebakaran. Pada

I-22

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

abad 20, Le Corbusier menemukan kembali atap ditanami yang hampir terlupakan. 26 Atap dan teras atas yang ditutupi rumput dan tanaman hidup lainnya merupakan konsekuensi pengembalian fungsi ruang hijau yang telah diambil oleh massa bangunan di bawahnya. Tanaman yang dipilih adalah dari jenis semak yang tahan panas, memerlukan sedikit air, namun banyak daun untuk meningkatkan daya serap CO2. Alternatif lain yaitu palem untuk peneduh dan mereduksi panas matahari. Kini, kebangkitan dari taman gantung ini dikenal dengan nama Green Roof Technology. Teknologi ini bukan hanya sekedar gerakan penghijauan semata. Lebih dari itu teknologi ini bermanfaat mempengaruhi kualitas lingkungan hidup. Secara garis besar ada 2 keuntungan yang diperoleh dari teknologi ini yaitu antara lain: 1). Keuntungan Ekologi a). Mereduksi “Urban Heat Island Effect”. “Green Roof” dapat

mengendalikan dan menciptakan iklim mikro yang

Gambar II.3 Kebun semiramis yang menggantung di Babilon (dalam abad ke 6 sebelum Masehi). Sumber : Neufert Architect Data, jilid 1

bertindak sebagai pendingin dan kelembaban udara sekitar. Selain itu dapat juga berperan sebagai penangkap partikel polusi perkotaan dan CO2 yang terdapat pada udara dan debu. b). Menetralisasi polusi suara dengan pengaturan disain lansekap melalui komposisi

tanaman pada area atap dapat meminimaliskan polusi suara sampai 8 db. c). Menciptakan habitat bagi kehidupan alam liar Dengan pemilihan dan konsep

disain lansekap taman yang tepat menimbulkan efek positif dengan memperbesar/ menambah luas ruang habitat bagi kehidupan alam liar seperti burung-burung di perkotaan maupun fauna lainnya. 2). Keuntungan Ekonomi a). Penambahan ruang aktif dengan kreasi para arsitek lansekap mendisain area atap

menjadi “taman gantung atau Roof Garden” akan menambah ruang untuk aktivitas interaksi. Hal ini sangat membantu pada daerah perkotaan dimana cadangan tanah/lahan tidak tersedia. b). Meminimalkan biaya pemeliharaan dan renovasi. Teknologi “Green Roof”

merupakan lapisan “water proofing” hidup berfungsi untuk memproteksi bangunan

26

Neufert Architect Data, jilid 1

I-23

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

dari energi ultraviolet, temperatur suhu energi matahari yang ekstrem. Hasil studi telah membuktikan bahwa dengan adanya lapisan “green roof” ini dapat menambah umur lapisan tradisional “water proofing” berumur lebih dari 40 Tahun. c). Mereduksi air buangan dengan adanya lapisan “green roof” dapat memperkecil

volume kandungan air akibat curah hujan sebanyak 50-90% dan menjadi lapisan filter bagi partikel-partikel polusi yang terkandung di dalamnya. Akibatnya volume air tidak menjadi beban bagi aliran pembuangan. d). Pendidikan bagi generasi penerus. Merupakan suatu “Living Monument” bagi

pendidikan tentang arti lingkungan hidup bagi generasi penerus. d.

Lansekap Indonesia adalah Negara dengan area hutan yang luas dan dapat dilihat sebagai “the

world lungs”, atau paru-paru dunia karena memiliki banyak hutan lindung. Organisasi dunia atau PBB berharap Indonesia melindungi dan melestarikan hutannya, sehingga masyarakatnya dapat menyelamatkan kualitas udara yang baik bagi dunia. Menurut Sri Pare Eni, dalam Green Principle Of Landscaping Design In The Tropics, masyarakat kota membutuhkan lebih banyak pohon dan tanaman untuk mengurangi polusi udara dengan cara memelihara banyak taman, kebun, taman bermain anak, taman kota, hutan kota, dan sejenisnya di kota. Setiap kota harus mempunyai taman public untuk memberikan peneduhan, melindungi saat musim hujan dan hutan kota untuk menyeimbangkan lingkungan. Banyaknya fungsi bangunan sebagai apartemen, kantor, dan bangunan industri harus disesuaikan dengan lingkungan. Pilihan material bangunan harus lebih banyak pengalas lagi (green cover) seperti rumput, perdu (shrubs) dan pohon (trees). Permukaan perkerasan untuk dinding dan atap, akan memberi efek nyata pada iklim mikro pada tapak. Tanaman alami berfungsi menjaga stabilitas temperatur dan meminimalisir kondisi ekstrem. Secara umum, tumbuhan yang hidup berperan sebagai material absorban, menyerap panas, cahaya dan suara. Karena dedaunan melimpahkan kelembaban, maka daun dapat menghilangkan sebagian besar jumlah panas yang jatuh pada permukaan daun. Dengan demikian, daun dapat memantulkan panas kurang dari material anorganik. Perbedaan temperatur yang besar antara rumput dan perkerasan: 

Pada saat siang hari di musim kemarau (panas), temperatur udara 30 cm di bawah permukaan tanah sekitar 4°-5° C lebih rendah daripada permukaan tanah itu sendiri. I-24

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Rumput juga lebih dingin daripada permukaan tanah yang gundul, perbedaan



temperatur yang terjadi berkisar antara 5°-6°C. Pada hari yang terang, beton dan permukaan beton yang dicat akan merefleksikan



mulai dari 25%-35% dari cahaya yang datang. Sementara permukaan rumput merefleksikan hanya sekitar 10%-15% cahaya yang datang. Potensi alam sekitar dapat digunakan seperti misalnya memberdayakan vegetasi sekitar, penyiraman tanaman dari air sungai dengan water treatment. Semakin banyak jumlah dan ukuran tanaman dan semakin lebar ukuran/tajuk daun, semakin dingin tempat tersebut. Perdu dapat meningkatkan suhu panas jika sirkulasi udara dipotong. Perdu yang sangat rendah dianjurkan. Angin penting untuk menghilangkan panas, angin kering di musim kemarau dan angin dingin di musim hujan. Mengolah dan memanfaatkan eksisting yang potensial seperti iklim, kontur, jenis tanah, pergerakan matahari, angin, air, kelembaban, temperatur, bentukan alam (danau, bukit, lembah, rawa-rawa, sungai dll), kondisi infrastruktur (jalan,

Gambar II.4 Gifu Techno Plaza : respon bangunan mengikuti kontur alami lahan perbukitan. Sumber : dok.pribadi,2006

jembatan, menara seluler) dll. 1). Vegetasi Vegetasi merupakan komponen lansekap yang bersifat organik, yaitu berupa tumbuh –tumbuhan. Vegetasi dapat memanfaatkan eksisting yang sudah ada atau bisa juga berupa built environment. Keberadaan tanaman hidup di ruang dalam atau di taman (void) berguna menjaga kestabilan suhu udara di dalam tetap segar dan sejuk. Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap di atas bangunan (taman atap), vertikultur sebagai dinding sekat atau bagian dari struktur, dll. Elemen vegetasi di dalam lansekap memiliki kegunaan – kegunaan, antara lain :27 sebagai elemen struktural :

#

27



menciptakan ruang dengan membentuk dinding, lantai dan langit – langit



mengatur dan mengarahkan pandangan, menutup pandangan tertentu



mengatur lalu lintas dalam pergerakan pedestrian maupun kendaraan

dalam Danny Widya Kristiani, Wisma Retret Ngargoyoso Karanganyar, TA Arsitektur UNS

I-25

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

sebagai elemen environmental : dapat mengatur kualitas air, mencegah



terjadinya erosi, dan mengatur iklim sebagai elemen visual : menjadi pusat perhatian dan komponen penghubung



antar pusat perhatian kegunaan arsitektural :

#

diutamakan pada organisasi lingkungan dan penciptaan ruang sebagai



pembatas antar ruang pembentuk sifat ruang yang berbeda



fungsi estetik :

# 

complementer : melengkapi obyek dalam lingkungan untuk mencapai keselarasan dan kesatuan



unifer : secara visual menyelaraskan dan menyatukan komponen – komponen yang berbeda pada suatu lingkungan.



emphasizer : berfungsi menonjolkan atau menekan suatu obyek tertentu dalam suatu lingkungan.



acknowledger : untuk menunjukkan suatu lokasi atau obyek yang mempunyai tingkat interest tinggi.



softener : melunakkan elemen buatan manusia atau lanscape yang mempunyai wujud keras dan kaku.

2). Air Air merupakan elemen lunak pada lansekap yang dapat menciptakan kesegaran lingkungan, memberikan berbagai nuansa yang menggugah rasa dan menggelitik emosi. Hubungan air dan ruang dengan porsi yang tepat dapat menciptakan berbagai bentuk yang bernilai seni tinggi dan suasana yang menarik. Fungsi air dapat dikembangkan sesuai dengan sifat air yang lentur, mudah bergerak atau digerakkan, serta memantulkan semua bayang –bayang yang ada di sekitarnya, dan dapat menimbulkan bunyi–bunyian yang menarik bila dirancang secara tepat, misalnya membuat musik air, waterwall, pancuran bambu pada taman Zen, kolam mini, empang dll. Di daerah yang panas, air sangat dibutuhkan untuk mengkondisikan penghawaan agar mereduksi suhu panas lingkungan. Kolam–kolam di sekitar bangunan bukan saja merupakan elemen estetis, namun juga merupakan elemen penunjang suhu udara ruangan yang nyaman. I-26

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Melalui desain lansekap, kita harus menjaga prinsip pembangunan berkelanjutan yang anti polusi, higienis, indah, evergreen, dan menghasilkan udara segar. Seluruh faktor itu harus nampak dalam kesatuan yang harmonis pada pembangunan kota. e.

Manajemen limbah Sumber daya alam yang penting dalam proses konstruksi hingga operasional yaitu

air. Konservasi dan efisiensi air dilakukan untuk meminimalkan pemanfaatan langsung dari alam. Konservasi air dapat dilakukan dengan memelihara air tanah melalui penghijauan, pemanfaatan air hujan dan pemanfaatan kembali air dalam bangunan28. Untuk efisiensinya, perlu menyesuaikan dengan kebutuhan, misalnya untuk minum, mandi, cuci, menyiram tanaman, metabolisme dan sebagainya. Selain itu juga diupayakan pengurangan konsumsi air bersih secara terus menerus.29 Misalnya untuk menyetor kotoran padat (faeces) tidak perlu dengan air bersih PAM yang biasanya digunakan untuk minum. Untuk menjamin kelangsungan hidup tanaman harus dirancang sistem penyiraman yang khusus. Penyiramannya berasal dari penyemprot yang airnya didapat dari daur ulang air limbah dari tempat cuci tangan, termasuk juga air limbah dari WC yang diolah terlebih dulu dengan sistem tertentu. Penggunaan air limbah dari WC dimaksudkan untuk membuat tanaman menjadi subur.

Gambar II.5 Keunggulan lubang resapan biopori Sumber : www.biopori.com

Air hujan dapat dimanfaatkan secara inovatif untuk menampung dan mengolah air hujan bagi keperluan domestik. Salah satu cara yang saat ini sedang dikembangkan adalah Teknik Biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman. Lubang biopori yang berupa lubang silindris vertikal di dalam tanah diisi sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara : a). Meningkatkan daya resapan air

28 29

Kim,Jong Jin, Introduction to Sustainable Design Kim,Jong Jin, Introduction to Sustainable Design

I-27

____PENDAHULUAN

Gambar II.6 Penampang membujur lubang biopori Sumber : www.biopori.com

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

b). Mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan) c). Memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman dan mengatasi +masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria. Untuk mendapatkan air bersih dapat dilakukan dengan penjernihan air secara tradisional. Air dialirkan pada beberapa bak. Pada bak diberi tawas yang dapat mengatasi kesadahan air dengan membuat unsur besi menjadi endapan yang berwarna kuning coklat. Dalam proses ini, koloid lain pun akan ikut menggumpal dan mengendap. Kemudian air dialirkan pada bak kedua yang berisi batu, kerikil,

ijuk

Penyaring disusun

dan pasir

tersebut

dengan

baik

jernih

dan

tak

kerikil

tawas

pasir.

sehingga menghasilkan air yang

batu

air keruh

ijuk pasir

Gambar II.7 Proses penjernihan air tradisional. Sumber : analisa penulis, 2008

air jernih

menimbulkan kerak pada alat dapur dan sebagainya. 3). Penanganan limbah domestik Yang termasuk limbah domestik antara lain : kotoran padat lavatori, air kotor lavatori, air bekas cuci tangan, air cuci rumahtangga, air kolam, air hujan, dan sampah. Limbah sebagai hasil buangan dari kegiatan manusia tersebut dapat dikelola sebagai berikut : a). Air kotor (WC) Makanan lele Limbah padat

WC

Air sabun

Septic tank

Biogas

Sumur resapan setempat

Air tanah

Air cuci tangan Gambar II.8 Pengolahan limbah padat dan cair dari lavatori. Sumber : analisa pribadi, 2008

b). Air hujan

I-28

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Air hujan merupakan limpahan air yang mampu memberi kontribusi terhadap penciptaan iklim mikro (dalam bangunan) dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk operasional bangunan. Pepohonan Air tanah Air hujan

Biopori Penjernihan air tradisional

Tadah hujan

Air sumur sebagai air bersih Air bersih siap pakai

Penyiraman tanaman

Kolam ikan Gambar II.9 Pemanfaatan air hujan sebagai sumber air untuk operasional bangunan. Sumber : analisa penulis, 2008

c). Sampah Sampah dikelola dengan lebih dulu memisahkan antara sampah organik, anorganik dan logam. Sampah organik biasanya berupa limbah pertanian seperti rumput, semak dan daun-daun yang berguguran. Juga berupa sampah rumahtangga seperti sisa makanan, kulit buah, batang sayuran dan lain-lain. Sampah anorganik biasanya barang bekas yang terbuat dari kertas, plastik, karet, kardus, kain perca, kulit, kayu, PVC dan lain sebagainya. Sampah logam biasanya berupa barang bekas yang terbuat dari alumunium (kaleng minuman), besi, kuningan dan lain sebagainya. f.

Konservasi alam

Konservasi alam bertujuan untuk menyelamatkan dan melestarikan ekosistem yang terancam eksistensinya. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara : 1). Memelihara lingkungan setempat sehingga mampu untuk bertahan di kemudian hari. 2). Menggunakan lahan yang ada. Tidak semua lahan harus ditutupi dengan bangunan, sehingga lahan yang ada dapat memiliki cukup lahan hijau dan taman. 3). Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu. 4). Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi dengan bangunan. I.

SEKOLAH ALAM 1.

Sekolah secara Umum I-29

____PENDAHULUAN

Implementasi

a.

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Pengertian Sekolah Sekolah adalah bangunan/ lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat

menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada dasar-menengah-tinggi).30 b.

Jenjang Pendidikan di Indonesia Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan terdiri atas31 :

1). Pendidikan dasar Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya 9 tahun diselenggarakan selama 6 tahun di sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Sekolah Dasar adalah bentukan satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun. 2). Pendidikan menengah Pendidikan menengah adalah pendidikan yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar dan diselenggarakan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau satuan pendidikan yang sederajat. 3). Pendidikan tinggi Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Sedangkan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi. 4). Pendidikan pra sekolah Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan prasekolah tidak menjadi persyaratan untuk memasuki pendidikan dasar. c.

Klasifikasi Pendidikan Tripusat pendidikan merupakan penyangga pendidikan yang ideal, di mana

pendidikan diposisikan secara proporsional yaitu tetap berpijak pada kekuatan keluarga, masyarakat dan sekolah.32 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka Jakarta, Dep P & K, 1989 31 Sistem Pendidikan Nasional, Berpacu Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, Abdul Rajak Husain, 1995, Solo : Aneka 30

I-30

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Tabel II.3 Tripusat pendidikan di Indonesia Lingkungan pendidikan Informal

Formal

Non-formal

Lingkup

Tipe Kegiatan Proses Belajar

Lingkungan keluarga, merupakan lingkungan terdekat dan paling dulu dikenal.

Kegiatan kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi antar anggota keluarga, sebagai pendidikan dan pengalaman fundamental. Kegiatan interaksi belajar mengajar dalam suatu wadah yang dilakukan dengan pola berkelompok secara efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.

Lingkungan sekolah atau pendidikan akademis, merupakan lingkungan yang terlembagakan (institusional) yang memiliki persyaratan tertentu sesuai peraturan dan kebijakan suatu negara, serta bertujuan untuk menciptakan SDM profesional. Lingkungan masyarakat luas.

Kegiatan interaksi sosial, wadah komunitas, kursus/pelatihan dengan jangka waktu pendek. Sumber : Kedaulatan Rakyat, Kembalikan Pendidikan pada Tripusat, edisi Sabtu, 7 Juni 2003

d.

Kurikulum Nasional menurut Standar Nasional Pendidikan (SNP) Sejak tahun 2006, pemerintah mulai mensosialisasikan kurikulum baru pengganti

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2003 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sebagai Kurikulum Nasional. Dalam KTSP 2006, ditentukan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan oleh Peraturan Menteri. Beberapa standar isinya antara lain menetapkan tentang : 1). Kelompok mata pelajaran secara umum Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas : a). Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia b). Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c). Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d). Kelompok mata pelajaran estetika e). Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan 2). Struktur kurikulum SD/MI dan SMP/MTs Tabel II.4 Struktur kurikulum SD/MI Komponen I A. 32

Kelas dan Alokasi Waktu II III IV, V, VI

Mata Pelajaran

Kedaulatan Rakyat, Kembalikan Pendidikan pada Tripusat, edisi Sabtu, 7 Juni 2003

I-31

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pendidikan Agama Pendidikan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Seni Budaya dan Ketrampilan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan B. Muatan Lokal C. Pengembangan Diri Jumlah *) Ekuivalen 2 jam pelajaran Sumber : www.bsnp-indonesia.com

3 2 5 5 4 3 4 4

26

27

2 2*) 32

28

Tabel II.5 Struktur kurikulum SMP/MTs

Komponen A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni dan Budaya 9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 10. Ketrampilan/Teknologi Informasi dan Komunikasi B. Muatan Lokal C. Pengembangan Diri Jumlah 2*) Ekuivalen 2 jam pelajaran Sumber : www.bsnp-indonesia.com

Kelas dan Alokasi Waktu VII VIII IX 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2

2

2

2 2*) 32

2 2*) 32

2 2*) 32

a). Ketentuan sarana dan prasarana

Tabel II.6 Ketentuan Sarana dan Prasarana menurut SNP 1). 2). 3). 4). 5). 6). 7). 8). 9). 10). 11).

SD Ruang kelas Ruang perpustakaan Ruang laboratorium IPA Ruang pimpinan Ruang guru Tempat ibadah Ruang UKS Jamban Gudang Ruang sirkulasi Tempat bermain/berolahraga

SMP Ruang kelas Ruang perpustakaan Ruang laboratorium IPA Ruang pimpinan Ruang guru Ruang tata usaha Tempat ibadah Ruang konseling Ruang UKS Ruang organisasi kesiswaan Jamban Gudang Ruang sirkulasi Tempat bermain/berolahraga Sumber : Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007 1). 2). 3). 4). 5). 6). 7). 8). 9). 10). 11). 12). 13). 14).

I-32

____PENDAHULUAN

Implementasi

2. a.

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Sekolah Alam Tingkat Dasar (SATD) Pengertian Sekolah Alam Sekolah Alam adalah sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. 33.

Sekolah Alam (SA) dapat dimaknai sebagai suatu lembaga pendidikan dengan metoda tertentu dan dapat pula dimaknai sebagai suatu sistem. Sebagai sistem, Sekolah Alam merupakan sistem pendidikan yang memanfaatkan dimensi alam sebagai obyek pendidikan, eksperimen/ uji coba, modal produksi dan sarana pengembangan manusia. 34 Sedangkan, penulis D. Zawawi Imron dalam berpendapat bahwa Sekolah Alam adalah sekolah tempat belajar bertindak mencintai alam, belajar menjadi manusia yang berdaya lahir batin, bertanggung jawab merawat dan mengawal negara, karena alam atau tanah air adalah sajadah tempat bersujud kepada Tuhan.35 b.

Urgensi Sekolah Alam Pendidikan dan pengelolaan lingkungan hidup (alam) merupakan dua komponen

yang sangat berhubungan. Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengenalan, pemahaman, dan penghayatan nilai-nilai pengelolaan lingkungan hidup. Sedangkan penyadaran dan pengelolaan lingkungan hidup akan menjadi efektif bila didasarkan pada proses pendidikan yang benar. Proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu sendiri. Secara psikologis, proses pengetahuan akan maksimal apabila pengalaman yang dimiliki anak menjadi pengetahuan bagi mereka sendiri. Dengan mengalami sesuatu itu sendiri, pemahaman yang diterima otak lebih maksimal terekam dan awet dibandingkan ketika membaca, menghafal, mendengar dan melihat saja. Di sekolah terjadi proses enkulturasi, yaitu proses pembudayaan terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat, termasuk nilai dan norma yang mengatur hubungan antara manusia dan lingkungannya. Oleh karena sikap terhadap alam, nilai dan norma yang berlaku, pantangan dan pengetahuan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan, maka pendidikan di sekolah menempati posisi strategis sebagai tempat persemaian manusia-manusia ramah lingkungan. c.

Karakteristik Sekolah Alam

Profil Sekolah Alam Ciganjur Profil Sekolah Alam Ar-Ridho Semarang 35 www.indonesiaindonesia.com 33 34

I-33

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Berbeda dengan konsep belajar konvensional yang pada umumnya dikelola oleh pemerintah, Sekolah Alam menawarkan konsep belajar yang lebih dinamis dan fleksibel. Meski bukan mustahil jika sekolah-sekolah negeri pada umumnya turut mengembangkan kurikulum seperti di Sekolah Alam, namun faktanya sekolah-sekolah konvensional tersebut banyak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kurikulum baru dari pemerintah. Hal ini disebabkan karena sekolah-sekolah negeri terbiasa terikat secara birokratif sehingga kurang mandiri dan cenderung berorientasi pada teori saja. Berdasarkan hasil studi banding, Sekolah-sekolah Alam di Indonesia mempunyai beberapa kesamaan ciri yang membentuk karakteristik umum Sekolah Alam. SA sangat spesifik dilihat dari paradigma belajar, metoda, hubungan guru-siswa, media belajar, kurikulum, desain fisik, dan penentuan lokasi. Karakteristik SA secara umum antara lain : 1). Pembelajaran berpusat pada siswa (learner centered) sehingga mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. 2). Guru diposisikan sebagai fasilitator proses pembelajaran siswa. Guru menjadi mitra pembelajaran yang berfungsi sebagai pendamping (guide on the side) bagi siswa. 3). Belajar Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) sehingga siswa memperoleh pemahaman terhadap suatu pengetahuan dengan lebih mendalam (deep learning). 4). Alam digunakan sebagai media belajar. Alam sekitar dijadikan sebagai laboratorium. 5). Menekankan pada Pendidikan Luar Ruang (Outbound Education) yang sarat dengan permainan yang menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan, dan mendekatkan siswa dengan alam. 6). Memodifikasi kurikulum nasional dengan memasukkan kurikulum pengembangan seperti : falsafah ilmu pengetahuan, spiritualisasi di alam, kepemimpinan, ilmu pengetahuan hayati, pendidikan lingkungan hidup, distribusi bisnis dan retail, teknologi informasi dan komunikasi, dll. 7). Menggunakan konsep pembelajaran spider web (mengambil satu obyek lalu mengaitkannya dengan banyak mata pelajaran sekaligus) dan fun learning (menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan). 8). Desain fisik ruang kelas biasanya berupa saung-saung tanpa bangku kelas umumnya. Anak-anak dapat bebas memilih posisi duduk di lantai. 9). Fasilitas untuk melakukan kegiatan di alam biasanya berupa laboratorium, rumah kaca, area kebun dan ternak, lapangan untuk outbound, kolam/empang untuk I-34

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

variasi outbound dan playground. Fasilitas lain yang umumnya disediakan SA antara lain perpustakaan, ruang administrasi, laboratorium komputer, ruang serbaguna dan tempat ibadah. 10). Lokasi SA pada umumnya dipilih di pinggir kota, di mana anak-anak dapat dengan mudah menemukan lingkungan hijau seperti kebun, sawah, sungai, dan cukup tenang dari keramaian aktivitas kota. 11). Tapak SA biasanya mempunyai potensi alam dan eksisting alami yang menarik, seperti misalnya sawah, sungai, kontur bervariasi, kebun, peternakan, waduk tadah hujan, pemukiman penduduk setempat, bukit, dan jenis biodiversitas lainnya. 12). Lansekap SA dirancang dinamis, jauh dari kesan formal, mengikuti kontur alami, cenderung berkesan rekreatif dan menyatu dengan alam. 13). Bahan material bangunan didominasi oleh kayu, bambu, ijuk dan batu bata yang menimbulkan kesan menyatu dengan alam. 14). Massa-massa bangunan biasanya dipolakan secara terpisah agar tercipta ruangruang terbuka di antara massa-massa bangunan itu. Ruang-ruang antara dijadikan lahan bertanam dan area untuk berinteraksi dengan alam. d.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mendukung Eksistensi Sekolah Alam (SA) KTSP memuat 7 prinsip dasar pembelajaran36, yaitu antara lain :

1). Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini, peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. 2). Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jatidiri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

36

Jawa Pos, edisi Selasa, 17 Oktober 2006

I-35

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

3). Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi keTuhanan, keindividuan, kesosialan dan moral. 4). Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarso sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan) 5). Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi

dan

multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip ”alam takambang jadi guru” (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). 6). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal. 7). Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan. Secara ringkas, KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut : 1)

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

2)

Beragam dan terpadu

3)

Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

4)

Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5)

Menyeluruh dan berkesinambungan

6)

Belajar sepanjang hayat

7)

Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

I-36

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Dengan membandingkan antara prinsip dasar pembelajaran dalam KTSP 2006 dan konsep pembelajaran Sekolah Alam terdapat keselarasan muatan sebagai berikut : Tabel II.7 Perbandingan antara Prinsip Dasar Pembelajaran KTSP dengan Konsep Pembelajaran Sekolah Alam No. 1)

2)

3)

4)

5)

Prinsip Dasar Pembelajaran KTSP 2006 Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini, peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

Konsep Pembelajaran Sekolah Alam Kurikulum tak hanya berupa daftar kumpulan mata pelajaran melainkan juga sebagai kegiatan belajar dan pengalaman belajar peserta didik. Cara pandang ini menuntut guru untuk mampu berkreativitas, mengaitkan perilakunya di depan kelas dengan konteks pembelajaran yang menjadi pengalaman dan dibutuhkan oleh peserta didik, sehingga orientasi pembelajarannya berpusat pada peserta didik (learner centred). Anak-anak SA diarahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak dihargai kelebihannya dan dipahami kekurangannya. Hakikat tujuan pendidikan SA adalah membantu anak didik tumbuh menjadi manusia yang berkarakter. SA tetap mengikuti kurikulum nasional sebagai acuan dasar lalu mengembangkannya sesuai kebutuhan dan kemampuan SA.

Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jatidiri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi keTuhanan, keindividuan, kesosialan dan moral. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarso sung tulada

Kurikulum yang staf pengajar kemampuan pendidikan SA penerapannya.

diterapkan SA disusun agar sesuai dengan siswanya. Sistem memadukan teori dan

Fun learning merupakan metode belajar mengajar yang bertujuan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga anak didik senang untuk belajar. Guru dan murid adalah teman sehingga terbina hubungan yang akrab, menyenangkan, terbuka dan saling menghargai di SA. SA merupakan sekolah dengan konsep pendidikan berbasis alam semesta. SA mempunyai dimensi alam sebagai sumber ilmu yang bisa dikelola oleh para

Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan

I-37

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai peserta didik. Anak-anak tak hanya sumber belajar, dengan prinsip ”alam belajar di kelas melainkan belajar dari takambang jadi guru” (semua yang terjadi, alam sekelilingnya, dari manapun dan tergelar dan berkembang di masyarakat dan dari siapapun. lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). Kurikulum dilaksanakan dengan Spider web merupakan metode yang mendayagunakan kondisi alam, sosial dan mengintegrasikan beberapa mata budaya serta kekayaan daerah untuk pelajaran pada satu obyek pembelajaran. keberhasilan pendidikan dengan muatan Dengan demikian, pengetahuan menjadi seluruh bahan kajian secara optimal. lebih menyeluruh dan terinternalisasi. Kurikulum yang mencakup seluruh Penciptaan sistem pembelajaran yang komponen kompetensi mata pelajaran, berbasis lingkungan memberikan muatan lokal dan pengembangan diri suasana yang kondusif bagi pendidikan. diselenggarakan dalam keseimbangan, Kondisi tersebut dapat meningkatkan keterkaitan dan kesinambungan yang cocok daya retensi serta kompetensi siswa dan memadai antarkelas dan jenis serta pada konsep-konsep yang dipelajarinya. jenjang pendidikan. Sumber : Analisa pribadi, 2008

6)

7)

e.

Sekolah Alam di Indonesia Sebagian besar SA di Indonesia berada pada jenjang pendidikan dasar (SD dan

SMP) dan prasekolah (Playgroup dan TK). Hal ini disebabkan karena SA masih baru di Indonesia. SA yang pertama kali muncul dan mempelopori berdirinya banyak SA di Indonesia adalah Sekolah Alam Ciganjur di Ciganjur, Jakarta. 1). Sekolah Alam Ciganjur di Jakarta SA ini didirikan oleh Lendo Novo yang prihatin dengan kondisi pendidikan di Indonesia. Ia melihat banyak kegiatan belajar mengajar di sekolah pada umumnya didominasi oleh sistem kurikulum yang sempit, masif, cenderung teoretik, didominasi oleh guru dan identik dengan peraturan yang menyamaratakan. Orientasi anak belajar hanya untuk mencari nilai, bukan sebagai life skill yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu hanya berhenti pada angka bukan pada manfaatnya bagi kehidupan apabila diterapkan. Oleh karenanya, Lendo Novo menggagas sebuah ide membangun model sekolah yang sekarang populer dengan nama SA Ciganjur dengan harapan dapat mewujudkan pendidikan yang ideal bagi anak-anak Indonesia. Demi hakikat pendidikan dalam membentuk manusia yang berkarakter, proses belajar mengajar berlangsung dalam suasana yang menggunakan metoda : a). Fun Learning

Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana “fun”, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Sehingga, akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa “learning is fun” dan sekolah identik dengan kegembiraan. I-38

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

b). Spider Web

Spider Web merupakan metoda belajar yang mengintegrasikan tema dalam semua mata pelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif. Misalnya, tema pelajaran adalah pasar. Ini berarti, para murid mempelajari semua hal yang ada di pasar. Dari sisi pelajaran Sains, murid diajak mencari tahu asal sayuran dan buah-buahan. Dari segi pelajaran Matematika, mereka belajar menghitung harga jual supaya pedagang tidak rugi. Sedangkan dari segi pelajaran bahasa, mereka berlatih cara berbicara yang baik dengan pedagang maupun pembeli. Kurikulum SA Ciganjur didasarkan atas tiga output proses pendidikan Sekolah Alam. Ketiga output tersebut adalah : a). Integritas Akhlaq

 dicapai dengan keteladanan; keteladanan guru, orang tua,

serta semua komponen Sekolah Alam b). Integritas Logika

 dicapai dengan model pembelajaran action learning,

anak-anak belajar langsung dari alam. Alam menjadi laboratorium bagi mereka. c). Kepemimpinan

 dicapai dengan metode outbound dan dynamic group.

Dengan landasan ketiga output tersebut, maka kurikulum Sekolah Alam terdiri dari dari tiga aspek, yaitu kurikulum akhlak, kurikulum kognitif (pendekatan dari logika berfikir), dan kurikulum kepemimpinan. a). Akhlaqul Karimah

 menjadikan anak memiliki akhlaq yang baik dengan

metode utamanya keteladanan yang berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits b). Falsafah Ilmu Pengetahuan

 menjadikan anak memiliki logika berpikir

yang baik, mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan metoda action learning dan diskusi. c). Kepemimpinan/Leadership



menjadikan

anak

memiliki

semangat

kepemimpinan yang baik dengan metoda outbound dan dynamic group. Kurikulum SA mempunyai komposisi materi pembelajaran dengan perbandingan 80:20, artinya sebanyak 80% merupakan kurikulum akhlak, sedangkan 20%-nya adalah kurikulum kognitif. Kurikulum model ini diambil karena keberhasilan anak cenderung ditentukan oleh kecerdasan emosinya. Dalam penyampaian pembelajaran, 70% kegiatan pembelajaran di SA merupakan outdoor activity dan 30% lainnya adalah indoor activity. Materi pembelajaran disampaikan secara active dan fun. Kegiatan penunjang pembelajaran antara lain : I-39

____PENDAHULUAN

Implementasi

a). Outbound

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

 Salah satu kegiatan outdoor di Sekolah Alam ini rutin

diberikan untuk semua siswa. Outbound bertujuan untuk pembentukan sikap kepemimpinan siswa (kepercayaan diri, kerja sama tim, dan lain-lain). b). Kebun dan Ternak  Kegiatan kebun dan ternak dilakukan oieh semua siswa. Adapun jenis kegiatannya ditentukan sesuai jenjang kelas siswa. Selain belajar mencintai lingkungan, kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk materi pelajaran lain secara terpadu. c). Market Day

 Merupakan ajang setiap kelas untuk berjualan di Sekolah

Alam. Setiap siswa akan terlibat mulai dari perencanaan, promosi hingga penjualan produk mereka. Hal ini membutuhkan kerjasama antar siswa dari masing-masing kelas. Pada saat market day, orang tua siswa dan masyarakat diundang untuk secara langsung melihat dan membeli dagangan siswa sekolah alam. d). Outing

 Merupakan kegiatan untuk memperdalam pembelajaran yang

disampaikan di sekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi tempattempat yang sesuai dengan tema pembelajaran siswa saat itu. e). Muhadhoroh dan Audiensi  Merupakan pertemuan pekanan siswa yang bertujuan menjalin keakraban antara siswa yaitu audiensi siswa, yaitu pertunjukan setiap kelas seperti drama, ensamble, puisi, menyanyi lagu, dll. Kegiatan untuk menumbuhkan jiwa entertainership siswa dan melatih apresiasi siswa terhadap hasil karya temannya. f).

Ramadhan Camp dan I'tikaf  Merupakan kegiatan yang bernuansa Ramadhan. Salah satu bentuk kegiatannya adalah buka puasa bersama. Siswa mulai kelas 3 melanjutkan acara buka puasa dengan menginap di sekolah. Bersama-sama mereka melakukan sholat tarawih, tilawah quran, kajian islam, qiyamul lail dan sahur. Kegiatan menginap diadakan selama dua hari semalam.

g). OTFA (Out Tracking Fun Adventure)  Merupakan evaluasi akhir dari keseluruhan kegiatan outbound bagi siswa SD. OTFA biasanya dilakukan di luar sekolah selama dua hari di akhir tahun ajaran. Bentuk kegiatannya berupa camping, outbound¸ dan tracking. h). Renang  Kegiatan diikuti oleh seluruh siswa satu bulan sekali secara bergiliran tiap kelasnya.

I-40

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Kekhasan secara fisik, massa-massa bangunan SA berupa saung-saung persegi empat dengan tampilan yang menonjolkan nuansa yang menyatu dengan alam. Di sini terdapat halaman parkir, saung tunggu, saung kantor guru dan administrasi, perpustakaan, ruang Special Needs Centre, musholla, lapangan, Green Lab, kebun, kolam ikan dan tempat ternak. Green Lab, yaitu laboratorium tanam-tanaman dalam rumah plastik dan kaca, lengkap dengan saung kebunnya, berpadu dengan petak-petak kebun yang ditanami aneka tanaman organik dan hidroponik, milik masing-masing kelas sebagai penanggung jawabnya. SA Tingkat Dasar memberi kesempatan seluas-luasnya bagi peserta didik maupun pendidik untuk belajar bersama di alam baik di dalam maupun di luar sekolah. Secara anorganik

psikologis, anak-anak di usia 5-15 tahun sedang berusaha mencari dan mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya demi memuaskan pertanyaan-pertanyaaan yang menyangkut diri dan lingkungan sekitar mereka. Secara psikomotorik, koordinasi dan keseimbangan tubuh anak sudah semakin membaik. Secara sosial, kontak dengan dunia luar pun semakin luas. Karakteristik perkembangan psiko-fisik anak dan kebutuhan kegiatannya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II.8 Karakteristik perkembangan psiko-fisik anak dan kebutuhan kegiatan37 Kelompok usia 5-10 tahun (anak sekolah)

11-14 tahun (anak remaja)

Perkembangan psiko fisik

Kebutuhan anak

 Keseimbangan badan sudah membaik  Koordinasi psikomotorik semakin berkembang  Kontak dengan dunia luar semakin luas  Permainan mengarah permainan kelompok  Menyukai bermain kejar – kejaran  Mulai bersifat menyelidik  Ketergantungan pada individu lain berkurang  Suka mendengarkan cerita  Rasa tanggungjawab mulai tumbuh  Koordinasi psikomotorik sudah baik  Proses sosialisasi semakin baik  Permainan mengarah pada permainan kelompok dan sudah dapat memahami peraturan tertentu  Dapat memisahkan persepsi dengan tindakan, mulai menggunakan logika dalam bertindak  Mulai usia 12 tahun gerakan anak semakin tergantung aturan

 Kognitif, contoh : iptek, membaca  Afektif, contoh : menggambar/ melukis, musik, teater boneka  Motorik gerak, konstruktif, reseptif

 Kognitif, contoh : iptek, membaca  Afektif, contoh : menggambar/ melukis, musik, film  Motorik gerak, konstruktif, reseptif

Sumber : Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo

37

Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo

I-41

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

BAB III TINJAUAN WILAYAH SOLO RAYA

J.

SOLO RAYA

1.

Kewilayahan Solo Raya Solo Raya adalah suatu wilayah yang meliputi kota Surakarta dan se-eks Karesidenan

Surakarta yang terletak di propinsi Jawa Tengah. Wilayah Solo Raya memiliki lokasi yang strategis, yaitu di Jawa Tengah, dan merupakan bagian dari area pengembangan wilayah Joglosemar yang menggabungkan Yogyakarta, Solo dan Semarang. Solo terletak tidak jauh dari pusat–pusat perdagangan utama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Solo terletak 102 km dari Semarang, 60 km dari Yogyakarta dan sekitar 210 km dari Surabaya.38 Solo Raya terdiri dari daerah–daerah terkenal dan berbudaya tinggi yang dahulu termasuk wilayah Surakarta, antara lain: kota Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten.

Gambar III.1 Pembagian wilayah Solo Raya Sumber : www.soloraya.co.id dengan analisa pribadi, 2008

38

www.soloraya.co.id

I-42

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Secara administratif, Solo Raya terbagi atas 124 kecamatan dan 1.431 desa. Secara umum, wilayah ini menawarkan keseimbangan lingkungan, tata kota yang rapi, area hunian dan industri yang teratur dengan baik. Keseluruhan wilayah tersebut menempati area seluas 5.722,38 km2 dengan batas fisik wilayah sebagai berikut: o Batas sebelah utara yaitu Kabupaten Purwodadi & Kabupaten Ngawi. o Batas sebelah selatan yaitu Kabupaten Wonosari (DI Yogyakarta), Samudera Hindia, Kabupaten Pacitan. o Batas sebelah barat yaitu Kabupaten Salatiga. o Batas sebelah timur yaitu Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan. 2.

Infrastruktur Solo Raya Solo Raya terletak secara strategis di tengah-tengah Pulau Jawa yang didukung oleh

infrastruktur memadai. Secara umum, infrastruktur di Solo Raya39 diuraikan sebagai berikut : a.

Sumber Air, berasal dari sungai Bengawan Solo yang membelah wilayah Solo Raya. Sarana air dengan banyak fungsi sebagai tadah hujan, pencegah banjir, irigasi pertanian, dan air bersih dari waduk/ bendungan.

b.

Pembangkit Listrik, terutama dengan tenaga air yang dihasilkan oleh PLTA Waduk Kedungombo, PLN cabang Wonogiri dan suplai penunjang dari wilayah Semarang serta Jatisrono. Total pemakaian 2.441.088.997 kW per jam dengan jumlah pelanggan sebanyak 179.118 rumah.

c.

Jalan Raya, dengan total panjang jalan 5.506 km, telah diaspal 85,43% dan sebagian besar dalam kondisi baik. Menghubungkan setiap regionnya dan memudahkan intensitas akses antar daerah dalam rangka saling memenuhi kebutuhan.

d.

Transportasi, meliputi jaringan KA yang dapat diakses melalui Stasiun Balapan (Surakarta) atau Stasiun Tugu (Yogyakarta), terhubung dengan Jakarta, Bandung dan Surabaya. Maskapai penerbangan nasional dan internasional dari Singapura dan Malaysia dapat diakses bandara Adi Sucipto dan bandara Adi Sumarmo (Boyolali).

e.

Telekomunikasi, berkembang seiring berkembangnya stasiun televisi daerah, stasiun radio dan akses internet. Jaringan telepon di Solo Raya disediakan PT. Telkom secara meluas. Terdapat beberapa penyedia jaringan telepon selular swasta, diantaranya Excelcomindo, Komselindo, Indosat, Mobisel, Lippo Telecom, PSN, Satelindo dan Telkomsel.

39

www.soloraya.co.id

I-43

____PENDAHULUAN

Implementasi

3. a.

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Kondisi Demografis Penduduk di Surakarta dan Eks Karesidenannya Demografis secara Umum Penduduk di kota Surakarta hampir sebagian besar bekerja di sektor perdagangan

dan industri. Sedangkan di eks-Karesidenannya sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Corak masyarakatnya menunjukkan suatu perbedaan antara kehidupan masyarakat kota yang modern dan masyarakat desa yang tradisional. Kondisi penduduk secara demografis ditunjukkan dalam tabel berikut ini : Tabel III.1 Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk tingkat kecamatan di Surakarta dan kecamatan yang bersentuhan di dalam wilayah Solo Raya Kecamatan di Surakarta

Luas Jumlah Kepadatan wilayah penduduk penduduk (km²) (jiwa) (jiwa/km²) Laweyan 8,63 91.131 10.559 Serengan 3,19 48.112 15.082 Pasarkliwon 4,82 78.120 16.207 Jebres 12,58 134.716 10.708 Banjarsari 14,81 158.632 10.711 Ngemplak 38,52 69.686 1.809 Baki 21,97 51.513 2.344 Grogol 30,00 99.989 3.332 Kartosuro 19,23 88.348 4.594 Mojolaban 35,54 77.269 2.147 Gondangrejo 56,80 60.251 1.061 Jaten 25,55 63.393 2.481 Colomadu 15,64 49.472 3.163 Sumber : BPS Surakarta, BPS Karanganyar, dalam Angka 2006 (dengan pengolahan dari penulis, 2008)

Kondisi penduduk di Surakarta dan eksKaresidenannya di tingkat kecamatan menunjukkan kepadatan penduduk yang kontras. Kecamatan-kecamatan di Surakarta mempunyai luas wilayah yang kecil namun ditinggali oleh jumlah penduduk yang banyak. Sedangkan kecamatan-kecamatan di eks Karesidenannya mempunyai luas wilayah yang jauh lebih besar namun ditinggali oleh jumlah penduduk yang relatif sedang. Kepadatan penduduk di dalam kota Surakarta memungkinkan kebutuhan akan sarana pendidikan karena jumlah penduduk yang banyak. Kendalanya yaitu tentang luasan wilayah yang relatif kecil untuk dijadikan site obyek. Sedangkan, kepadatan penduduk di luar kota Surakarta yang lebih kecil daripada di dalam kota mempengaruhi kebutuhan akan sarana pendidikan yang lebih sedikit. Namun, dengan luasan wilayah yang lebih besar dibandingkan dengan di kota Surakarta lebih memungkinkan adanya lahan kosong yang tersedia. b.

Demografis Anak Usia Dasar I-44

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Untuk melihat kebutuhan daya tampung suatu sekolah, diperlukan tinjauan mengenai jumlah anak usia sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu SD dan SMP baik di sekolah negeri maupun swasta dalam ruang lingkup : 

Solo Raya yaitu Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten.



Surakarta dan Daerah eks Karesidenan yang bersentuhan langsung dengan kota Surakarta antara lain Ngemplak, Baki, Grogol, Kartosuro, Mojolaban, Gondangrejo, Jaten dan Colomadu. Tabel III.2 Jumlah murid SD dan SMP di Solo Raya No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Wilayah

Jumlah Murid SD Jumlah Murid SMP Jumlah murid SD (jiwa) (jiwa) dan SMP (jiwa) Surakarta 63.512 60.153 123.665 Boyolali 45.312 42.176 87.488 Sukoharjo 48.578 49.453 98.031 Karanganyar 52.356 50.565 102.921 Wonogiri 20.234 19.048 39.282 Sragen 32.835 30.903 63.738 Klaten 35.038 37.344 72.382 Jumlah anak usia SD dan SMP di Solo Raya 587.507 Sumber : data kuantitatif dari BPS Surakarta dan Karanganyar yang telah diolah, 2009

Tabel di atas memperlihatkan jumlah murid SD dan SMP di Solo Raya. Jumlah murid SD dan SMP di Solo Raya sebanyak 587.507 jiwa menunjukkan besarnya minat anak terhadap sekolah di jenjang SD dan SMP. Tabel III.3 Jumlah anak usia pra-dasar dan dasar di Surakarta dan kecamatan yang bersentuhan langsung di Solo Raya Surakarta & Kecamatan yang Usia 0-4 Usia 5-9 Usia 10-14 bersentuhan langsung (jiwa) (jiwa) (jiwa) Surakarta 30.723 37.202 38.247 Ngemplak 4.236 5.129 5.289 Baki 3.131 3.791 3.899 Grogol 6.079 7.359 7.569 Kartosuro 5.371 6.502 6.687 Mojolaban 4.697 5.686 5.849 Gondangrejo 3.669 4.434 4.561 Jaten 3.854 4.665 4.798 Colomadu 3.007 3.641 3.745 Jumlah 64.767 78.409 80.374 Sumber : BPS Kota Surakarta (Hasil Olahan Data SUSENAS 2004), BPS Kab. Karanganyar

Tabel di atas memperlihatkan jumlah anak-anak di Surakarta dan kecamatan yang berbatasan langsung dengan kota Surakarta. Jumlah anak usia 5-14 tahun seperti yang tertera pada tabel tersebut menggambarkan kebutuhan akan pelayanan pendidikan yang cukup tinggi. Anak-anak pada usia sekitar 5-14 tahun diwajibkan mengenyam pendidikan I-45

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

dasar 9 tahun sesuai program pemerintah dalam mencerdaskan tunas bangsa dan meningkatkan taraf pendidikan. Oleh karenanya, pemerintah berharap perbaikan sumber daya manusia terjadi secara kuantitatif dan kualitatif. Tak hanya bertujuan menuntaskan wajib belajar 9 tahun semata, melainkan juga mampu mencetak anak bangsa menjadi generasi yang cerdas, terampil dan kreatif. 4.

Sarana Pendidikan Formal di Surakarta dan Eks Karesidenannya Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya manusia.

Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan pendidikan.40 Menurut Departemen Pendidikan dan Budaya, saat ini Solo Raya mempunyai sarana pendidikan formal dengan rincian sebagai berikut41 : Tabel III.4 Sarana pendidikan formal di Solo Raya SDN 492

SD Swasta 7

SMPN 49

SMP Swasta 27

SMAN

SMA SMK N Swasta 12 6 10 Sumber : www.soloraya.co.id

SMK Nasional 2

PTN 2

Universitas/ Politeknik 36

Solo Raya menawarkan akses sekolah, universitas, dan lembaga pelatihan yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah bersama di Solo Raya mempunyai perhatian besar terhadap pendidikan dan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. K. DUNIA PENDIDIKAN DI SOLO RAYA 1.

Kota Surakarta sebagai Barometer Pendidikan Kota Surakarta merupakan salah satu daerah yang menjadi barometer pendidikan

nasional. Kondisi pendidikan di kota Surakarta dianggap mewakili dan merupakan titik tengah dari daerah-daerah yang tingkat pendidikannya maju seperti Jakarta maupun daerah-daerah yang tingkat pendidikannya masih tergolong rendah.42 Sesuai dengan fungsi kota yang ditetapkan, Surakarta diharapkan menjadi kawasan pusat pengembangan pendidikan dalam skala lokal, regional dan nasional. Untuk itu, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan sehingga dapat mendukung fungsi kota tersebut.

Surakarta Dalam Angka Tahun 2004 www.soloraya.co.id 42 www.republika.co.id, 2005 40 41

I-46

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Dengan demikian, lokasi penentuan tapak SATD difokuskan di Kota Surakarta yang mampu melayani Solo Raya. 2.

Pendidikan Lingkungan Hidup Masuk Kurikulum Nasional Ketentuan dalam KTSP memungkinkan adanya bentuk-bentuk pengembangan belajar

sesuai potensi sebuah sekolah. Lingkungan sekitar, baik alam maupun sosial dapat dijadikan bahan belajar secara virtual. Anak-anak di sekolah konvensional diharapkan mengikuti perkembangan dunia di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Topik belajar tentang pemanasan global, energi fosil dan energi alternatif, perlindungan ekosistem dan sumber daya, penghijauan kota, kehutanan, keanekaragaman hayati, bencana alam, dan fenomena-fenomena alam sekitar disampaikan agar anak-anak memahami benar tentang kondisi bumi saat ini. Kelemahannya sangat klasik yaitu hanya disampaikan secara teori dan pengembangan topik-topik tentang alam sangat terbatas. 3.

Sarana Pendidikan Alam di Solo Raya Solo Raya baru dapat melayani kebutuhan terhadap pendidikan alam dalam kemasan

wisata rekreasi edukasi “Sekolah Alam Griyo Kulo” yang berlokasi di Kali Samin, Kabupaten Karanganyar. Saat ini, tempat wisata rekreasi edukasi yang berwawasan lingkungan dan menekankan pada pendidikan alam satu-satunya di wilayah Solo Raya tersebut telah ditutup karena persoalan keberlanjutan biaya. Kegiatan utama yang tidak bersifat rutin, non-formal, dan biaya operasional yang besar diduga menjadi penyebab utama ditutupnya SA Griyo Kulo. Biaya operasional harian untuk sarana prasarana yang besar tak diimbangi dengan omset yang cukup dari kedatangan para pengunjung yang tidak tentu. Menurut keterangan warga setempat yang berada pada satu kawasan dan sempat dilibatkan dalam pelayanan aktivitas alam di SA Griyo Kulo dapat diketahui bahwa minat pengunjung sangat besar, namun kendala kontinuitas biaya menjadi problem mendasar. Fasilitas untuk aktivitas-aktivitas alam, pendidikan alam dan sejenisnya di Solo Raya hanya sebatas dalam bentuk rekreasi di alam. Fasilitas khusus yang mewadahi kegiatan khusus di alam belum ada. Kegiatan alam yang paling umum saat ini misalnya flying fox, dynamic group, outbound games, banyak dilakukan secara terprogram saja dan berpindahpindah tempat secara komunitas. Kegiatan pencinta alam, aplikasi pendidikan lingkungan hidup dan sejenisnya di lembaga pendidikan formal hanya bersifat ekstrakurikuler semata.

4.

Sekolah Alam Secara Formal Belum Ada di Solo Raya I-47

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Semakin banyaknya sekolah-sekolah swasta dengan kurikulum unggulan masingmasing turut meramaikan dunia pendidikan di Solo Raya. Banyak metoda pembelajaran baru ditawarkan untuk memenuhi tuntutan perkembangan zaman yang cepat ini. Sekolah negeri pada umumnya terbatas dalam hal sarana dan prasarana serta media belajar kurang beragam. Hal ini sangat lazim mengingat keterbatasan dari segi pembiayaan oleh pemerintah. Sementara itu, sebagian orangtua yang mampu akan menyekolahkan anaknya di sekolah swasta berbiaya mahal. Tujuannya, agar anak-anak mendapatkan materi belajar, media belajar, sarana-prasarana dan lingkungan belajar yang berkualitas. Kini, hampir seluruh kota-kota besar di Pulau Jawa dapat ditemukan Sekolah Alam, yaitu SA Ciganjur dan Sekolah Citra Alam di Jakarta, Sekolah Alam Bandung, School of Universe dan Sekolah Peradaban di Bandung, SA Ar-Ridlo di Semarang, SA Nurul Islam di Yogyakarta, dan SA Insan Mulia di Surabaya. Fenomena Sekolah Alam di kota-kota besar dianggap sebagai sebuah bentuk kearifan lokal dan berharap semakin luas menjadi kearifan global. Kota Solo yang baru saja dinobatkan sebagai kota besar, baru dapat melayani kebutuhan terhadap pendidikan alam sebatas pada bentuk non-formal seperti kegiatan pencinta alam, wisata rekreasi edukasi Griyo Kulo, camping club dan bentuk kecil dari pendidikan alam lainnya. Dengan demikian, SATD diharapkan dapat menjawab kebutuhan para orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya secara formal sesuai minat, potensi dan perkembangan mereka. Di SATD, fasilitator dan peserta didik dapat mengembangkan dan mengelola sendiri lingkungan sekolah menjadi sekolah yang berwawasan lingkungan dan sarat pendidikan alam sehingga media belajar anak di alam menjadi lebih murah. Bagi sekolahsekolah lain juga dapat terlayani kebutuhannya terhadap aktivitas alam dengan ikut mengakses fasilitas khusus yang disediakan SATD. Membuka kunjungan ini sangat bermanfaat untuk menciptakan semacam sugesti, kampanye atau ajakan positif kepada banyak pihak untuk menjadi akrab dan ramah terhadap alam (lingkungan hidup). L.

POTENSI WILAYAH SOLO RAYA UNTUK MENUNJANG BAHAN PEMBELAJARAN SEKOLAH ALAM TINGKAT DASAR. Belajar di alam tak hanya dilakukan di lingkup sekolah saja. Sekali waktu, peserta didik

dapat dibawa ke luar sekolah untuk mempelajari lingkungan sosial mereka. Selain melakukan kunjungan antar SA, SA Tingkat Dasar di Solo Raya ini melakukan kunjungan belajar di lingkungan sekitar mereka.

I-48

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Lingkungan sosial dapat berupa fasilitas pemerintahan kota seperti balaikota, kantor kecamatan, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, fasilitas hiburan seperti THR Sriwedari, fasilitas transportasi seperti terminal, bandara dan stasiun KA, fasilitas pelayanan umum seperti bank, kantor Telkom, panti sosial, tempat industri seperti pabrik, home industry dll. Sarana lain berupa lingkungan alami seperti waduk, sungai, perkebunan, peternakan, taman kota, dan lain-lain. Secara umum, potensi Solo Raya yang menonjol mempunyai banyak ragam sebagai berikut : 

Infrastruktur kota yang baik : kondisi jalan, lalu lintas, listrik, sumber air bersih, dan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Solo Raya.



Potensi sumber daya alam Solo Raya cukup lengkap untuk kelangsungan hidup ekosistem perekonomian



Bidang agraris : pertanian masih berperan penting di wilayah Solo Raya. Lebih dari 61.495,10 hektar permukaan tanah digunakan untuk perkebunan, tanaman bahan pangan dan tanaman komoditi pertanian lainnya. Komoditi terbanyak adalah beras dan palawija.



Bidang industri : industri pengolahan pertanian (agrobisnis dan agroindustri), tekstil, industri garmen, tekstil dan manufakturing (mebel)



Bidang

perdagangan

:

bertahannya

pasar-pasar

tradisional

dan

semakin

berkembangnya pasar modern. 

Bidang pariwisata : wisata situs bersejarah, wisata seni dan budaya, wisata air, wisata alam, wisata belanja, wisata kuliner, wisata keluarga, wisata edukasi dan lain-lain.



Ketersediaan bahan baku melimpah dan mudah diperoleh di wilayah sekitar Solo Raya.



Bidang seni dan budaya : tari daerah, lagu daerah, permainan tradisional, peninggalan sejarah, batik, handicraft, kraton,



Bidang pendidikan : PAUD, playgroup, TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN, SMK, SDIT, SMPIT, SMAIT, SLB A/B/C/D/E, Sekolah-Sekolah Tinggi, Perguruan Tinggi, Politeknik. Secara spesifik, beberapa potensi yang menonjol dari daerah-daerah yang masuk

wilayah Solo Raya antara lain :

1.

Potensi Kota Surakarta



Sebagai pusat kota bagi Solo Raya, dikelilingi daerah kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten. I-49

____PENDAHULUAN

Implementasi



GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Letak kota yang strategis sebagai salah satu titik pusat perdagangan di Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang).



Dekat dengan Bandara Internasional Adi Sumarmo, dan didukung oleh infrastruktur seperti terminal antar propinsi, stasiun kereta api antar propinsi, rumah sakit nasional terkemuka, universitas terkemuka, pusat perbelanjaan besar dan kondisi jalan raya yang baik.



Surakarta memegang peranan sebagai pusat perdagangan dan jasa di wilayah Solo, penyedia tulang punggung manufaktur yang penting dan potensi investasi.



Potensi yang kuat dalam peranannya sebagai pusat pemasaran hasil pertanian, pusat distribusi dan bidang jasa.



Kemegahan budaya dan peninggalan sejarah kerajaan.



Kekayaan seni tradisional

2.

Potensi Daerah Boyolali



Bidang pertanian menjadi sumber mata pencaharian dominan.



Bidang sumber daya alam dan ekowisata



Terkenal dengan “Susu Boyolali”



Industri manufaktur

3.

Potensi Daerah Sukoharjo



Mata pencaharian utama masyarakat dengan bercocok tanam dan berdagang yang difilosofikan dengan simbol Pak Tani dan Jamu Gendong (kesabaran dan semangat yang tinggi serta keuletan dalam bekerja)



Produksi potensial yaitu dari sektor industri manufaktur di antaranya adalah mebel rotan, tekstil, dan mebel kayu. Selain itu, Sukoharjo juga merupakan sentra industri gamelan, gitar, kaca grafir, tatah sungging untuk pembuatan wayang, hiasan dinding, shuttle cock, dan jamu tradisional.

4.

Potensi Daerah Karanganyar



Bidang industri kimia : produk–produk utama berbahan plastik, monosodium glutamat dan alkohol medis.



Industri tekstil dan garmen, industri mebel besar, dan jumlah UKM tinggi



Penghasil aneka sayur dan buah terutama stroberi



Terkenal dengan agrowisata didukung oleh iklim sejuk



Terkenal dengan perkebunan dan industri the

I-50

____PENDAHULUAN

Implementasi



GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Penghasil ternak babi nomor satu dan penghasil ternak ayam nomor dua di Jawa Tengah.



Pariwisata Karanganyar menunjukkan prospek yang potensial : Candi Hindu Sukuh dan Candi Cetho di kaki Gunung Lawu, Gunung Lawu menawarkan rute hiking yang sangat unik dan menakjubkan yang melintasi Jawa Timur dengan pemandangan Telaga Sarangan yang elok, Beberapa tempat di dataran tinggi Tawangmangu seperti Kuningan dapat dijadikan camping ground.

5.

Potensi Daerah Wonogiri



Sektor pertanian yang kuat, khususnya pertanian tanaman pangan menarik untuk bisnis di Wonogiri. Terkenal sebagai produsen kacang mete sebagai salah satu komoditi ekspor.



Hutan kayu yang luas dan melimpah, sangat menunjang ketersediaan bahan baku furnitur.



Keanekaragaman potensi seperti kalsit dan getah pinus yang menarik



Terkenal dengan sebutan sebagai “markas pengusaha bus”



Penghasil bahan obat-obatan

6.

Potensi Daerah Sragen



Penghasil utama beras di lahan basah didukung oleh tanah yang subur dan pengairan irigasi yang baik



Pionir penghasil beras organik



Museum Arkeologi Manusia Purba atau Museum Sangiran dan terdaftar sebagai situs Peradaban Manusia Dunia oleh UNESCO



Pionir dalam pengembangan One Stop Service atau Pelayanan Perizinan Satu Pintu. Atas prestasinya yang efisien dalam pelayanan publik, Sragen meraih penghargaan dari Presiden, dan dijadikan contoh untuk tingkat nasional.

7.

Potensi Daerah Klaten



Satu-satunya kabupaten dengan jumlah dan ragam UKM tertinggi di Indonesia, yaitu sekitar 36.000 pengusaha yang bergerak di bidang yang berbeda.



Pada umumnya, jika industri muncul, maka dampaknya adalah surutnya pertanian. Keunikan Klaten, yang jarang ditemukan di tempat lain adalah bahwa pertanian dan industri dapat berjalan seiring tanpa saling mematikan satu sama lain.



Sektor mebel dan kerajinan cor logam berpotensi ekspor



Daerah penghasil kayu berkualitas yang sesuai dengan konstruksi. I-51

____PENDAHULUAN

Implementasi



GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Pariwisata misalnya lokasi yang dekat dengan Candi Prambanan yang tersohor dengan tarian tradisionalnya, Candi Sewu, Candi Plaosan, serta Museum Gula Jawa Tengah. Potensi-potensi unggulan masing-masing daerah tersebut di atas dapat dimanfaatkan

sebagai sumber bahan belajar anak-anak didik SA Tingkat Dasar. M. SARANA PENDIDIKAN ALAM DI SOLO RAYA SA Tingkat Dasar dengan skup pelayanan Solo Raya sekaligus menjadikan Solo Raya sebagai area kunjungan belajar yang potensial, membutuhkan lokasi strategis yaitu di Solo perkotaan. Kota Surakarta sebagai pusat kota bagi Solo Raya menjadi tujuan bagi tercapainya berbagai fasilitas perkotaan, tak terkecuali fasilitas pendidikan. Kota Solo sebagai salah satu kota besar di Indonesia belum menyediakan fasilitas pendidikan alam secara formal. 1.

Gambar III.2 Anak-anak belajar sambil bermain di luar ruangan. Sumber : Dok. Pribadi, 2008

Sekolah Alam Griyo Kulo Tempat wisata yang sarat edukasi tentang alam, dalam konteks pendidikan lingkungan

secara non-formal di Solo Raya yaitu Sekolah Alam Griyo Kulo di Karanganyar. SA Griyo Kulo dikemas secara rekreatif dan edukatif untuk memberikan pendidikan alam dalam konteks lingkungan hidup. SA Griyo Kulo menempati area di dusun Tengklik, Plumbon dan Nglebak, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Pola usaha yang dilakukan sejak 15 Mei 2005 dilakukan dengan bermitra bersama masyarakat dari tiga dusun tersebut dan saat ini telah mampu menjadi motivator bagi pertumbuhan kawasan wisata alternatif di lingkungannya. Dengan dukungan media, Jogja TV dan Semarang TV, SA Griyo Kulo mengajak partisipasi sekolah, keluarga atau komunitas edukasi bagi terselenggaranya gagasan Sekolah Alam on TV dan Griyo Kulo Life Education. Konsep sekolah alam ini melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif karena dari program ini diharapkan juga masyarakat sekitar dapat tumbuh, bersinergi, dan mendapat nilai

Gambar III.3 Mengenali dan mengolah sayuran di kebun organik. Sumber : Dok. Pribadi, 2008

tambah. Dan, peserta mampu mengenali potensi-potensi yang ada di sekitar Griyo Kulo dengan maksud membawa pengetahuan ke rumah/ sekolah untuk mengenali potensi diri dan lingkungannya yang bermanfaat untuk kehidupan. Adapun fasilitas semacam ini hanya dikembangkan secara non-formal dalam koridor wisata edukasi saja yaitu SA Griyo Kulo yang sasaran pengunjungnya dari berbagai kalangan baik sekolah, keluarga, instansi maupun komunitas. Untuk menunjukkan seberapa besar minat terhadap I-52

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

pendidikan alam, berikut adalah data sekolah dan perusahaan yang telah menggunakan fasilitas SA Griyo Kulo: Tabel III.5 Daftar pengunjung Sekolah Alam Griyo Kulo No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Sekolah TK dan SD Al Azhar Surakarta TK dan SD Ibu Qoyyim Surakarta TK Marsudirini Surakarta TK Al Choir Surakarta TK dan SD Budi Mulia II Surakarta TK Aisyiyah Klaten TK & Playgroup Bethany Salatiga TK Putra Bangsa Klaten TK Santo Yosepf Pekalongan TK Kanisius Prambanan TK Bhakti 6 Surakarta TK Pranatami Sukoharjo TK & Playgroup Anak Prima Yogyakarta TK Birrul Walidain Sragen TK dan SD El Yaumi Klaten SDN Kemasan Surakarta SDII Al Abidin SDN 3 Kratonan Surakarta SD Islamiyah Warung Boto Yogyakarta SD Marsudirini Semarang SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta SD Marsudirini COR YESU Semarang SD Marsudirini Gedangan Semarang SD Kanisius II Keprabon Surakarta SD Cemara II Surakarta

Perguruan Tinggi Fakultas Seni Rupa UNS UAD Yogyakarta UMY Enterpreneurship University POLTEKKES Surakarta Politeknik API Yogyakarta Kopma UII Yogyakarta

Komunitas/Instansi Susteran SND Pekalongan Panti Asuhan Kartini Tawangmangu GBIS Samaan Surakarta GBIS Kalfari Surakarta Bank Danamon Surakarta BRI KanWil DIY & Jateng Oto Multi Arta DOY & Jateng Adira Finance Surakarta Suzuki Finance Surakarta PT. Dosniroha Surakarta Bank BTN Surakarta

Publikasi Sisi Lain Trans TV Selera Nusantara TPI Jelajah Trans TV Surat Budaya Trans TV Surat Sahabat Trans TV Cakra TV Semarang Jogja TV, Yogyakarta

Casa Grande Yogyakarta PT. Astra International Inc. Surakarta DKP Pemkot Yogyakarta Sequis Life Insurance Toko Amalia Klaten PT. Daanliris Stepari Semarang PT. Danar Surakarta

Hadi

PT. Roda Karanganyar BII Surakarta

Mas

BCA Surakarta Yayasan Sangga Buana Surakarta RS. Dr. Oen Surakarta ABN AMRO Semarang

I-53

Bank

____PENDAHULUAN

Implementasi

26. 27. 28.

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

SDIT Nur Hidayah Kantor Pariwisata Surakarta Sleman SDN.16 Surakarta Dinas Pasar Klaten SMP Baromius Purbolingga Sumber : Brosur SA Griyokulo, Tawangmangu, 2008

Sarana pendidikan alam seperti outbound yang sangat digemari saat ini banyak ditemukan di tempat-tempat wisata di Solo Raya seperti di Agrowisata Sundokoro Karanganyar, Taman Wisata Keluarga Amanah Karanganyar, Sekolah Alam Griyo Kulo dan sebagainya. Perangkat outbound yang paling banyak dijumpai yaitu flying fox. 2.

Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH) Adapun lembaga yang melakukan upaya penyadaran melalui pendidikan lingkungan

hidup saat ini yaitu Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH) yang berada di Colomadu, Karanganyar. YMIH mempunyai motivasi gerakan kesadaran meminimalisir dampak kerusakan lingkungan dengan cara memberikan PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) untuk usia dini. Upayanya antara lain pendidikan lingkungan hidup untuk SD, penghijauan berbasis sekolah dan pengelolaan sampah/ pengomposan dengan kelompok sasaran masyarakat dan pelajar. N. KONDISI LINGKUNGAN DI SOLO RAYA 1.

Iklim Solo Berubah Drastis43 Sebagai Efek Pemanasan Global Isu global warming tak lagi menjadi ancaman. Tetapi dipastikan sudah terjadi di

Indonesia. Banjir di Solo merupakan salah satu dampak nyata pemanasan global. Iklim di Solo dan Jateng secara umum telah berubah drastis. Fakta ini merupakan kajian ilmiah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Menurut keterangan Koordinator BKMG Jateng, Muhammad Khoiron, pengamatan dilakukan selama tiga tahun terakhir. Hasilnya, muncul tekanan rendah di barat Sumatra yang bergeser ke timur mendekati selatan Jateng. Padahal, sepanjang sejarah, tekanan rendah di wilayah ini tidak pernah ada. Perubahan iklim ini diduga kuat menjadi penyebab bencana banjir Solo yang cukup parah pada tahun 2007. Perubahan iklim yang terjadi di Jateng secara umum, termasuk Solo, adalah perubahan yang sangat mendasar. Kerusakan hutan di

43

Radar Solo Jawa Pos, edisi hari Rabu, 4 Februari 2009

I-54

Gambar III.4 Banjir setinggi tiga meter melanda pemukiman warga Surakarta. Sumber : dok. pribadi, 2007 ____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

daerah hulu sungai merupakan salah satu faktor penyebab berubahnya iklim mikro. Meluasnya air bah adalah dampak buruknya. Sekarang, wilayah yang termasuk daerah hulu tak bisa sepenuhnya aman dari terjangan banjir. Tingginya erosi ikut menyumbang banyaknya bencana di beberapa tempat di Indonesia. Kerusakan hutan di daerah hulu juga membuat persentase kelembaban udara tinggi. Curah hujan di Solo saat ini (3/2) di Solo rata-rata mencapai 130 mm per hari. Di daerah lain rata-rata mencapai 144 mm per hari. Perubahan iklim mikro di daerah Jateng dikhawatirkan mengubah kondisi iklim makro. Salah satunya adalah kelembaban udara. Perubahan iklim mikro ini sangat berbahaya. Kalau hutan tidak ada, erosi tinggi, sedimentasi tinggi dan peresapan tidak ada maka akan menyebabkan banjir, termasuk di daerah hulu. 2.

Berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Solo Seiring dengan perkembangan kota Surakarta yang mengarah pada kota metropolitan,

kondisi lingkungan kota ikut mengalami perubahan. Luas ruang terbuka hijau di kota Surakarta semakin berkurang semakin memicu kondisi lingkungan yang semakin tak sehat. Ruang terbuka hijau tahun 1990 seluas 8,65 % dari luas kota Surakarta atau seluas 380,79 ha menjadi berkurang saat ini. Diprediksikan ruang terbuka hijau dalam RUTRK Kodya Surakarta tahun 1993-2013 disebutkan hanya akan bersisa 0,5 % dari luas kota Surakarta atau hanya 22,02 ha. Faktanya, Kota Solo seluas sekitar 44,04 km² kini hanya memiliki ruang publik sekitar 4-5 hektare (ha) saja. Dengan kata lain, kota Solo mulai kehabisan area publik. Oleh karena itu, pemkot Solo berupaya menghijaukan kota guna menyeimbangkan ruang terbuka hijau (RTH). Salah satu kebijakannya yaitu mengikuti amanat UU No. 23/1997 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No 26/2007 tentang Penataan Ruang dan Permendagri No 1/2007 tentang RTH Kawasan Perkotaan. Setiap kota harus memiliki minimal 30 persen RTH sesuai ketentuan tersebut. 44 3.

Pencemaran Lingkungan di Kota Solo Semakin berkembangnya industri di Solo Raya juga ikut

andil dalam mencemari sungai-sungai di kota Surakarta karena sebagian besar limbah dari pabrik-pabrik industri itu dibuang ke sungai-sungai terdekatnya. Selain itu, perilaku masyarakat yang membuang sampah ke sungai dan saluran drainase telah

44

Mewujudkan Solo “Ijo Royo-royo”, wacana Suara Merdeka, edisi 17 Juni 2008

I-55

Gambar III.5 Tepi Sungai Bengawan Solo menjadi lahan pembuangan sampah terbuka. Sumber : dok.pribadi,2006 ____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

menyebabkan banjir lokal. Tepian Sungai Bengawan Solo dimanfaatkan sebagai lahan pembuangan sampah secara terbuka atau open dumping. Dari penelitian, bakteri E.Coli pada air dangkal di kota Solo sudah parah. Kandungan Fe (besi) dan Mn (mangan) serta konsentrasi merkuri di ambang batas normal. Padahal air sungai Bengawan Solo digunakan sebagai bahan baku PDAM di Solo, Cepu (Jateng) dan Bojonegoro (Jatim). Kondisi penghijauan di hulu dan DAS Bengawan Solo semakin tipis sehingga tak mampu

lagi

menyerap lebih banyak air hujan. Hal ini diperparah dengan kondisi sebagian bantaran sepanjang sungai Bengawan Solo Gambar III.6 Bagian tepi Sungai Bengawan Solo yang sebagian gundul. Sumber : dok.pribadi,2006

yang dihuni sebagai pemukiman padat secara ilegal. Area tersebut seharusnya menjadi sabuk hijau (green belt) untuk menambah luasan RTH kota. Buruknya saluran drainase dan

akumulasi sampah kota akibat perilaku buruk masyarakat juga menjadi faktor penyebab banjir di Solo yang juga meliputi Jateng dan Jatim pada akhir tahun 2007. O. BENTUK-BENTUK KESADARAN LINGKUNGAN DI SOLO RAYA 1.

Mewujudkan Kota Hijau45 Salah satu cara Pemkot Surakarta dalam mewujudkan kota hijau adalah menggalakkan

aksi tanam sejuta pohon. Penanaman pohon akan berdampak ekologis. Pohon yang ditanam di area publik sebagai hutan kota cukup efektif mencegah pemanasan global, karena jasa-jasa biologis dan hidrologisnya, serta mampu mendaur ulang CO 2 (karbondioksida). Selain membudidayakan dan mempertahankan kawasan yang telah ada, menggagas wilayah-wilayah baru yang patut sebagai hutan kota. Beberapa lahan yang dapat ditumbuhkembangkan sebagai hutan kota adalah daerah Mojosongo, Banyuanyar, lapangan Ngipang, lapangan tembak Kadipiro, komplek Mangkunegaran, Taman Balekambang, TPA Putri Cempo, sepanjang sungai Bengawan Solo, Kali Anyar, Kali Premulung, dan kawasan Stadion Manahan. Pengadaan hutan kota bisa terealisasi jika ada komitmen Pemkot dan stakeholders kota dalam menggalakan penanaman, pembudidayaan pohon, dan perawatan pohon yang sudah ada. Kesadaran, kepedulian, dan komitmen warga Kota Solo sangat dibutuhkan, di samping keseriusan Pemkot untuk kehidupan masa depan kota. 45

Mewujudkan Solo “Ijo Royo-royo”, wacana Suara Merdeka, edisi 17 Juni 2008

I-56

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Selain penataan RTH sebagai hutan kota, area publik lain juga terlihat asri dengan penanaman berbagai bunga. Seperti penataaan seputar Stadion Manahan dengan relokasi PKL dalam shelter serta pembuatan taman air mancur, pembuatan taman dengan patung Arjuna (depan Gedung Wanita), penataan Taman Gilingan dengan patung Werkudara, serta revitalisasi sepanjang jalan utama dengan pembuatan taman kota. Demikian halnya penghijauan (taman kota) di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dan di setiap perpotongan jalan (seirama relokasi PKL) yang ditata dan dibuat taman bunga yang makin mempercantik dan memperindah kota. Pohon identik sebagai penanda kota. Sebagaimana pusat-pusat kota di Jawa yang identik dengan keberadaan dua pohon beringin kurung di Alun-alun sebagai titik nol. Konon pohon beringin (Ficus benjamina) dipilih sebagai lambang pengayom (persatuan negeri). Untuk area publik di Solo banyak ditanam pohon palem (Carpenteria acuminata). Pada era pemanasan bumi, aksi penanaman pohon menjadi sebuah keharusan. Gerakan penanaman pohon besar merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekologis. Fungsi pohon dapat menahan air dalam tanah, mencegah erosi dan longsor, menjadi habitat berbagai ragam makhluk hidup, menurunkan suhu kota, memproduksi oksigen, menyerap karbondioksida, dan gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Sebuah penelitian membuktikan, setiap hektare RTH yang ditanami pohon besar mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen (O2) untuk 1.500 penduduk / hari. Selain itu dapat menyerap 2,5 ton CO2 / tahun (setiap batang mampu menyerap 6 kg CO2 / tahun). Setiap hektare RTH yang ditanami pohon besar juga mampu menyimpan 900 m 3 air tanah / tahun, mentransfer air 4.000 liter / hari, menurunkan suhu 25-80% , dan mengurangi kekuatan angin 75-80%. Setiap mobil mengeluarkan gas emisi, yang bisa diserap oleh empat pohon dewasa (tinggi 10 meter lebih, diameter 10 cm lebih), dan tajuk lebar berdaun lebat (Nirwono Joga, 2008). Penanaman pohon merupakan investasi perlindungan alam dan manusia ke depan. Sebuah program jangka panjang yang berdampak pada penjaminan kelangsungan hidup sehat warga dan penduduk. Perlu sebuah kearifan lokal dan berpikir cerdas untuk kelangsungan hidup yang berkualitas. Gerakan menanam pohon dari Pemkot Solo dengan memobilisasi kesadaran warga kota harus menjadi kesepakatan bersama. Partisipasi seluruh warga dengan menyisakan ruang yang dimiliki untuk penanaman pohon juga menjadi suatu kebutuhan. Upaya I-57

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

menjadikan Solo yang ijo royo-royo, sedikit banyak, akan mengurangi proses percepatan Solo menjadi ’’Hutan Beton’’. Oleh karena itu, berbagai kampanye pelestarian lingkungan hidup harus menjadi pemompa semangat untuk menghijaukan Solo secara komprehensif. Pemkot dan masyarakat perlu bergerak bersama untuk menanam pohon. Kalau perlu, kita berjanji akan memelihara dan melindungi setiap pohon besar di lingkungan masing-masing. Pohon tidak hanya dirawat, dipelihara, dan dilindungi masyarakat saja. Pemkot melalui DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) harus selalu mensurvei usia pohon. Pendataan pohon besar ini sebagai bentuk upaya preventif. Kalau dinilai mengkhawatirkan keamanan umum, perlu ditebang dan diremajakan dengan bibit muda. Pemkot perlu juga membuat aturan tegas (harga mati) bagi setiap pengembang untuk menyisakan lahan bagi hutan kota / taman kota maupun cagar buah. Demi tercapainya Solo yang berudara bersih, gagasan menghijaukan kota dengan gerakan menanam pohon merupakan kebutuhan yang amat penting. Apalagi Solo merupakan kota budaya dan bisnis terbesar kedua di Jawa Tengah. 2.

Kota Solo sebagai City Of Tree and Flower46 Kota Solo akan diproyeksikan menjadi kota pohon dan bunga. Saat ini tengah

dilakukan pembenahan taman dan pembangunan taman baru di beberapa pojok kota. Sebagai tahap awal, Pemkot Solo juga menanam ratusan pohon kelapa dan ecaliptus di sejumlah lokasi. Obsesinya, Kota Solo akan dijadikan sebagai city of tree and flower. Langkah awal adalah penataan taman dan penanaman ratusan pohon kelapa dan ecaliptus (8/12). Belum ada kota di Indonesia yang mendayagunakan kelapa dan ecaliptus untuk taman kota. Direncanakan pohon tersebut sebagai karakter khas Kota Solo. Ribuan pohon kelapa dan ecaliptus akan menyusul ditanam di tengah kota maupun pinggiran. Selain di ruang publik juga di taman-taman kota yang sedang dipersiapkan. Walikota berharap impian menjadikan Solo sebagai kota pohon dan bunga akan mampu terealisasi dalam dua tahun ke depan. Pemkot Solo juga akan membangun belasan taman bermain bagi anak-anak yang tersebar di beberapa tempat di Kota Solo. Luas masing-masing taman minimal 800 m².

46

Tempo, edisi Sabtu, 9 Desember 2006

I-58

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Selain itu masih terdapat taman rekreasi keluarga dan taman bermain bagi anak-anak di Kompleks Monumen Banjarsari yang cukup luas dan saat ini sudah mulai dibangun. Sebelumnya, lokasi itu ditempati ratusan pedagang kaki lima. 3.

Kota Surakarta Dijadikan sebagai Pilot Project Parliament Watch di Bidang Lingkungan Kota Surakarta dijadikan sebagai pilot project parliament watch di bidang lingkungan

karena dianggap paling responsif terhadap masalah lingkungan. Parliament watch bertugas untuk melihat, mengawasi dan mencatat anggota DPRD yang peduli, tidak peduli bahkan yang anti lingkungan. Tujuan pembentukan parliament watch adalah untuk mendorong setiap pemerintah daerah agar mempunyai good governance di bidang lingkungan. Selain itu juga bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap tuntutan masyarakat di bidang lingkungan. 47 Tumbuhnya perhatian pemkot Surakarta terhadap lingkungan juga ditunjukkan dengan ditetapkannya rancangan peraturan daerah tentang pengendalian lingkungan hidup menjadi Perda Pengendalian Lingkungan Hidup. Walikota Joko Widodo menyatakan siap melaksanakan amanat Perda tersebut. Menurut beliau, pelestarian lingkungan hidup harus dilakukan di daerah manapun.48 4.

Dukungan Masyarakat Luas terhadap Masalah Lingkungan Hidup Masalah lingkungan hidup sangat beragam dan pada umumnya bersifat kompleks

karena menyangkut hubungan antar makhluk hidup dan siklus kehidupan. Misalnya, kerusakan alam, keterbatasan sumber energi fosil, minimnya ruang terbuka hijau kota dan lain-lain. Perhatian masyarakat luas terhadap lingkungan hidup di Solo Raya dapat dilihat dengan adanya institusi akademis (formal) dan organisasi-organisasi (non-formal) yang melibatkan diri dalam pemecahan masalah lingkungan hidup, antara lain : c.

Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi

1). Pusat Studi Lingkungan Hidup, Lemlit UMS di Jln. Ahmad Yani Pabelan, Kartasura 2). Universitas Veteran Bangun Nusantara Bantara di Jln. Letjend. Soejono, Jombor, Klaten 3). Pusat Studi dan Pengembangan Lingkungan Akademi Teknik Adiyasa di Jln. Raya Palur Km.5 Karanganyar 47 48

Kompas, edisi Selasa, 29 Juli 2003 Kompas, edisi Jumat, 17 Maret 2006

I-59

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

4). Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Lemlit UNS di Jln. Ir. Sutami 36A Surakarta 5). LPM UNS di Jln. Urip Sumoharjo 110 Surakarta d.

Anggota Organisasi WALHI Jawa Tengah (www.walhi.or.id)

1). LSL (Lembaga Studi dan Lingkungan) di Pucangsawit RT 03/03 Surakarta 2). Yayasan Akar Rumput di Jln. Lempuyang no.19 Pajangan, Pajang, Surakarta 3). Gita Pertiwi di Griyan Lama 20 RT 01/01 Baturan Surakarta e.

LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Lembaga yang melakukan upaya penyadaran melalui pendidikan lingkungan hidup

saat ini yaitu Yayasan Masyarakat Indonesia Hijau (YMIH) yang berada di Colomadu, Karanganyar. Selain memberikan PLH untuk usia dini, YMIH juga berusaha membawa aspirasinya tentang masalah-masalah lingkungan hidup misalnya seperti pencemaran sungai oleh industri batik, jerat hukum bagi perusak lingkungan baik institusi, industri maupun perseorangan dan mengupayakan perlindungan hukum bagi korban pencemaran lingkungan.

I-60

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

BAB IV GAGASAN SEKOLAH ALAM TINGKAT DASAR YANG MENGIMPLEMENTASIKAN GREEN ARCHITECTURE

P.

PROGRAM SA TINGKAT DASAR (SATD) YANG DIRENCANAKAN Program pendidikan SATD direncanakan mengacu pada Sekolah Alam yang sudah ada

yaitu SA Ciganjur. Dasar pertimbangan penentuan SA Ciganjur, yaitu antara lain : SA Ciganjur adalah SA pertama di Indonesia



SA Ciganjur sebagai pelopor berdirinya SA lain di Indonesia merupakan sebuah perwujudan gagasan pendidikan yang menggunakan dimensi alam sebagai sumber ilmu dan bisa dikelola oleh para peserta didik. Pertama berdiri, SA Ciganjur baru dapat melayani kebutuhan pendidikan di jenjang TK dan SD saja. Dalam perkembangannya saat ini SA yang terletak di Ciganjur Jakarta ini telah membuka program hingga ke jenjang SMP. SA Ciganjur mewakili karakteristik SA di Indonesia



SA Ciganjur banyak ditiru SA lain di kota-kota besar. Kurikulum, metoda pembelajaran, kebijakan sekolah, cara belajar, ketentuan belajar, media belajar, kegiatan belajar-mengajar, tuntutan ruang belajar dan berbagai kebutuhan yang ada di SA Ciganjur menjadi preseden/ contoh bagi SA lain yang mengikutinya. Secara ideal, SA Ciganjur mewakili karakteristik SA yang ada di Indonesia sehingga sering dijadikan acuan bagi SA-SA yang baru. SA Ciganjur sebagai pendiri komunitas sekolah alam di Indonesia



Setelah berdirinya SA Ciganjur, sekolah-sekolah alam yang menjamur menjalin interaksi hubungan yang dekat dengan adanya program kunjungan ke sesama sekolah alam. Sharing yang dilakukan secara terus menerus menciptakan hubungan saling akrab. Tukar pikiran, berdiskusi, tukar pengalaman dan kegiatan bersama ini mendorong terbentuknya sebuah komunitas sekolah-sekolah alam yang dipelopori oleh SA Ciganjur. SA Ciganjur bersifat multikultur



Meski nuansa keislamannya kental, namun anak dengan berbagai latar belakang kebangsaan, suku, dan agama apapun, bisa diterima untuk bersekolah di sini. Untuk daya tampung dan jumlah pengajar dapat disesuaikan dengan mengacu pedoman Standar Nasional Pendidikan. Sarana dan prasarana minimal didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan. Pengembangan kebutuhan sarana dan prasarana dapat disesuaikan dengan jenis kegiatan dalam konteks Solo Raya. 1.

Pengertian dan Visi I-61

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

SATD di Solo Raya adalah suatu lembaga pendidikan formal di tingkat pendidikan dasar yaitu SD 6 tahun dan SMP 3 tahun yang menggunakan alam sebagai media belajar dengan skup pelayanan di wilayah Solo Raya. Visi : a.

mengajak anak mencintai alam dan memelihara lingkungan hidup sekitarnya

b.

mendampingi setiap anak manusia untuk menjadi "pemimpin" di muka bumi dan memberi "rahmat" bagi sekalian alam.

2.

Jenjang Pendidikan yang Disediakan SATD menyediakan jenjang pendidikan dasar yaitu SD 6 tahun dan SMP 3 tahun.

Penentuan jenjang ini berdasar pada pertimbangan berikut : a.

Sekolah Alam yang sudah ada Berdasarkan penelusuran terhadap komunitas Sekolah Alam yang ada di Indonesia,

saat ini semua Sekolah Alam membuka maksimal hingga jenjang SMP saja. Jenjang hingga ke SMA belum ada. Kegiatan-kegiatan menurut kurikulum SA hanya dapat diketahui hingga jenjang SMP saja. Kapasitas perencana hanya bergerak pada perancangan desain, bukan pada perancangan kurikulum. b.

Program wajib belajar 9 tahun Sudah lebih dari dua puluh tahun, tepatnya sejak tahun 1984, pemerintah

mendengungkan kampanye wajib belajar. Pemerintah menyadari bahwa pembangunan suatu bangsa memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai untuk mendukung pembangunan. Wajib belajar dikenakan pada jenjang pendidikan dasar yaitu jenjang SD (6 tahun) dan SMP (3 tahun). Pemerintah mencanangkan wajib belajar 9 tahun agar kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat memadai dan sejajar dengan standar pendidikan negara-negara lain. c.

Jumlah anak usia dasar di Solo Raya

Jumlah anak usia dasar berada (usia 5-15 tahun) di Solo Raya sebanyak 587.507 jiwa. d.

Psiko-fisik anak usia dasar 5-15 tahun Secara psikologis, anak-anak di usia 5-15 tahun sedang berusaha mencari dan

mengumpulkan ilmu sebanyak-banyaknya demi memuaskan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut diri dan lingkungan sekitar mereka. Secara psikomotorik, koordinasi dan keseimbangan tubuh anak sudah semakin membaik. Secara sosial, kontak dengan dunia luar pun semakin luas. 3.

Kurikulum I-62

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.49 Kurikulum SATD terdiri dari dari tiga aspek50, yaitu kurikulum akhlak, kurikulum kognitif (pendekatan dari logika berfikir), dan kurikulum kepemimpinan. Tiga aspek tersebut diprioritaskan dalam konsep pendidikan SATD dengan pokok materi sebagai berikut : a.

Akhlaqul Karimah

: menjadikan anak memiliki akhlaq yang baik dengan metode

utamanya keteladanan yang berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits. Meliputi keimanan, ibadah, sikap hidup, dan integrasi dengan alam. b.

Falsafah Ilmu Pengetahuan

: menjadikan anak memiliki logika berpikir yang baik,

mencermati alam lingkungannya menjadi media belajarnya dengan metoda action learning dan diskusi. Meliputi bahasa, sains, daya pikir, daya kreasi, dan seni. c.

Kepemimpinan

: menjadikan anak memiliki semangat kepemimpinan

yang baik dengan metoda outbound dan dynamic group. Meliputi outward bound, pendidikan jasmani, kewirausahaan, dan sosial kemasyarakatan. Kurikulum Sekolah Alam didasarkan atas tiga output proses pendidikan Sekolah Alam. Ketiga output tersebut51 adalah : a.

Integritas Akhlaq

Dicapai dengan keteladanan; keteladanan guru, orang tua, serta semua komponen SATD. b.

Integritas Logika

Dicapai dengan model pembelajaran action learning, anak-anak belajar langsung dari alam. Alam menjadi laboratorium bagi mereka. c.

Kepemimpinan

Dicapai dengan metode outbound dan dynamic group. Dalam penyampaian pembelajaran, 70% kegiatan pembelajaran di SATD merupakan outdoor activity dan 30% lainnya adalah indoor activity. Materi pembelajaran disampaikan secara active dan fun. 4.

Metoda Pembelajaran

Standar Nasional Pendidikan www.saciganjur.com yang diambil dari website komunitas sekolah alam 51 www.saciganjur.com yang diambil dari website komunitas sekolah alam 49 50

I-63

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Proses belajar di alam berlangsung dengan menggunakan metoda : a.

Fun Learning

Belajar di alam terbuka, secara naluriah akan menimbulkan suasana fun, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan demikian akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa learning is fun dan sekolah identik dengan kegembiraan. b.

Spider Web Pembelajaran di STD menggunakan spider web, tidak per Bab mata pelajaran. Spider

Web merupakan metoda belajar yang mengintegrasikan tema dalam semua mata pelajaran sehingga pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif. Dengan model ini, siswa SATD mampu mengaitkan pelajaran dengan nyata, juga dapat mengaitkan hubungan antar pelajaran yang mereka terima. Anak-anak belajar tidak hanya mendengar penjelasan guru, melainkan juga melihat, menyentuh, merasakan, dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Contoh pembelajaran dengan spider web dapat diskemakan sebagai berikut : Matematika : soal cerita tentang jual-beli dan rugi-laba, perbandingan, operasional bilangan (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian), perhitungan volume (liter) dll. Bahasa Indonesia : kosakata bidang perdagangan, kalimat langsung-tak langsung, karangan narasi tentang pasar, dll Tema : PASAR

Bahasa Inggris : vocabulary tentang green grocery, conversation tentang tawarmenawar barang, writing tulisan deskriptif tentang pasar dll Pendidikan Kewarganegaraan : menghargai kerja keras orang lain, cara bertutur kata yang sopan kepada penjual, bergaya hidup sederhana dll IPS : pengertian pasar, interaksi di pasar,manfaat pasar, permasalahan di pasar, produk andalan di pasar, menyebutkan pasar-pasar di kota Solo dll IPA : mengenal empat sehat lima sempurna, mengenal berbagai penyakit karena makanan, cara mengolah makanan yang tepat, eksperimen sederhana, dll Gambar IV.1 Contoh mengintegrasikan pelajaran dalam satu tema pada metoda spiderweb. Sumber : analisa pribadi, 2009

Alternatif belajar di alam terbuka memiliki fleksibilitas tinggi dalam upaya transfer ilmu. Belajar secara dinamis akan lebih membuka wawasan dan pandangan yang luas. Beberapa cara menyampaikan belajar berikut diterapkan di SATD dalam rangka internalisasi nilai-nilai, antara lain: a.

Learner Centered: pembelajaran berpusat pada siswa sehingga mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku.

I-64

____PENDAHULUAN

Implementasi

b.

Guide on the Side

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

: guru diposisikan sebagai fasilitator proses pembelajaran

siswa. Jadi, guru menjadi mitra pembelajaran yang berfungsi sebagai pendamping bagi siswa. c.

Experiential Learning

: 90 % kesan yang diperoleh anak didapat dari pengalaman

konkret. Semaksimal mungkin anak-anak diupayakan agar benar-benar melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, dan mengalami proses belajar secara langsung. d.

Deep Learning

: pengetahuan lebih mendalam yang tak sebatas teori dalam

buku. Salah satu upaya memperdalam pembelajaran yaitu dengan kegiatan outing. e.

Active Learning

: pergerakan belajar yang dinamis sehingga memungkinkan

siswa mencari tahu tentang sesuatu melalui banyak sumber secara mandiri. f.

Action Learning

: dikembangkan melalui ceramah dan diskusi, pemecahan

masalah terstruktur, adanya studi kasus dan presentasi. g.

Outbound Education

: belajar di alam terbuka melalui petualangan, permainan

menantang, dan menjadikan alam sebagai guru kehidupan. h.

Environmental Learning : potensi lingkungan sekolah dapat dikembangkan dan dikelola sendiri oleh peserta didik sebagai media belajar guru dan siswa. Jadi, SATD merupakan sekolah yang berwawasan lingkungan.

5.

Daya Tampung Penentuan daya tampung sekolah negeri berbeda dengan sekolah swasta. Sekolah

swasta lebih fleksibel dalam menentukan kebijakan program-programnya, tak terkecuali dalam hal daya tampung yang akan disediakan. Sebelum menentukan daya tampung, maka perlu mengacu pada Standar Nasional Pendidikan sebagai berikut : Tabel IV.1 Ketentuan rombongan belajar No. 1. 2.

Ketentuan Standar Nasional Pendidikan SD Daya tampung yang diperkenankan 6-24 Kapasitas maksimum ruang kelas 28 Sumber : www.bsnp-indonesia.org

SMP 3-24 32

Sebagai pertimbangan, hasil survey dari SDII Al-Abidin menyebutkan rata-rata sekolah modern (swasta) menyerap 20 anak/ kelas dan rata-rata sekolah konvensional (negeri) menyerap 40 anak/ kelas. Sehingga, penentuan daya tampung pada studi banding SDII Al-Abidin menggunakan angka tengahnya yaitu 30 peserta didik/ kelas. 52

52

Hasil studi banding survey SDII Al Abidin, 2 Juni 2008

I-65

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Pertimbangan efektivitas belajar mengajar juga menentukan besar daya tampung peserta didik per kelas. Dengan demikian, daya tampung SA Tingkat Dasar yang direncanakan yaitu : a.

SD



Daya tampung

: 12 rombongan belajar, dengan rincian kelas IA,

IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, VB, VIA, VIB. 

Kapasitas ruang kelas

: 20 peserta didik



Total daya tampung peserta didik

: 12 x 20 = 240 anak SD

b.

SMP



Daya tampung

: 9 rombongan belajar, dengan rincian VIIA,

VIIB, VIIC, VIIIA, VIIIB, VIIIC, IXA, IXB, IXC 

Kapasitas ruang kelas

: 20 peserta didik



Total daya tampung peserta didik

: 12 x 20 = 240 anak SMP

c.

Jumlah daya tampung SD dan SMP di SATD yang direncanakan



Total seluruh siswa SATD

6.

: 480 siswa.

Struktur Organisasi

.

Gambar IV.2 Struktur organisasi SA Tingkat Dasar yang direncanakan. Sumber : Analisa Pribadi, 2009

7.

Jangkauan Pelayanan SATD yang direncanakan akan melayani Wilayah Solo Raya yaitu Surakarta, kota

Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. Namun, tidak menutup kemungkinan melayani anak didik yang berasal dari luar daerah Solo Raya dengan sistem klasifikasi tertentu, misal kuota. I-66

____PENDAHULUAN

Implementasi

8.

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Waktu Belajar Jika pada umumnya sekolah konvensional menggunakan sistem jadwal tetap yang

ditentukan sepihak dari sekolah dan peserta didik tinggal mengikuti sesuai jam pelajaran dan jadwalnya, berbeda halnya dengan SATD. Anak-anak dapat memilih mata pelajaran yang ingin mereka kerjakan lebih dulu. Guru sebagai fasilitator menuliskan jadwal hari ini sesuai dalam catatan jadwal siswa di papan tulis. Setelah itu, fasilitator menawarkan mata pelajaran apa yang ingin disampaikan lebih dulu kepada peserta didik. SA Tingkat Dasar menerapkan sistem Full Day School dan Five Day School. Full Day School yaitu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar yang diselenggarakan satu hari penuh mulai pukul 07.00-16.00 WIB. Five Day School berarti kegiatan belajar-mengajar berlangsung hari Senin hingga Jumat. Hari Sabtu dan Minggu libur. Hari Sabtu digunakan untuk materi variasi seperti kunjungan lapangan (field trip), market day, pentas seni pekanan dan lain-lain. 9.

Bidang Belajar Semua bidang studi yang ditargetkan kurikulum pemerintah diajarkan di SATD,

selebihnya anak-anak didik diarahkan untuk membaca alam. SATD mengajarkan teori-teori seperti sekolah umumnya. Kelebihannya, ditambah dengan pengalaman-pengalaman konkret baik di lingkungan sekolah yang dikembangkan dan dikelola secara mandiri maupun lingkungan luar sekolah berupa kunjungan-kunjungan. Bidang belajar tingkat SD di SATD, antara lain : a.

Mata pelajaran

: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa

Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Ketrampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. b.

Muatan lokal

: dikembangkan sesuai potensi lokal, yaitu tentang pertanian,

perkebunan dan peternakan, lingkungan hidup, dan konservasi alam. c.

Pengembangan diri

: dapat diwujudkan dalam pengembangan life skill,

pembentukan karakter dan kepemimpinan yaitu dengan kegiatan di alam seperti outbound dan dynamic group, kewirausahaan, teknologi dan multimedia. Bidang belajar tingkat SMP di SATD, antara lain : a.

Mata pelajaran

: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa

Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Ketrampilan/Teknologi Informasi dan Telekomunikasi. I-67

____PENDAHULUAN

Implementasi

b.

Muatan lokal

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

: dikembangkan sesuai potensi lokal, yaitu tentang pertanian,

perkebunan dan peternakan, lingkungan hidup, dan konservasi alam. c.

Pengembangan diri

: dapat diwujudkan dalam pengembangan life skill,

pembentukan karakter dan kepemimpinan, yaitu dengan kegiatan di alam seperti outbound dan dynamic group, kewirausahaan, teknologi dan multimedia, keorganisasian. 10. Suasana Belajar a.

Anak-anak dibebaskan untuk tidak berseragam. Untuk kegiatan outbound dan terjun di alam bebas, anak-anak harus mempersiapkan baju jelek dan sepatu bot. Saat belajar di alam, anak-anak akan berkotor-ria dengan tanah, lumpur dan debu.

b.

Guru sebagai fasilitator mendampingi murid satu kelas.

c.

Kegiatan belajar-mengajar dikondisikan sefleksibel mungkin di dalam maupun luar ruangan. Ketika anak-anak bosan di dalam kelas, dapat menggunakan alam sebagai ruang belajar misalnya, di bawah pohon rindang, open space, di atas rerumputan, bebatuan, hutan mini, dekat kolam, dekat sungai dan lain-lain.

d.

Tidak duduk di atas kursi kelas. Anak-anak dapat belajar dengan duduk bersila dan selonjoran di mana saja di lantai, namun tetap sopan dan teratur. Menulis di atas meja pendek sambil duduk melantai.

e.

Koordinasi waktu belajar dan penggunaan ruang-ruang belajar dengan kelas-kelas lain sangat penting mengingat urutan jadwal pelajaran menyesuaikan keinginan siswa. Jadi, memungkinkan belajar bersama dengan kelas lainnya dan menggunakan media belajar secara bersamaan.

Q. IDENTIFIKASI JENIS KEGIATAN 1.

Kegiatan Utama Kegiatan utama merupakan kegiatan transfer ilmu yaitu berupa kegiatan belajar-

mengajar yang disajikan dalam bentuk : a.

Kegiatan kurikuler Kegiatan kurikuler adalah kegiatan pokok belajar-mengajar di dalam kelas sesuai

dengan jadwal pelajaran yang telah ditentukan. Kegiatan ini diselenggarakan sefleksibel mungkin sehingga dapat dilakukan di dalam maupun luar ruang sesuai materi dan keinginan peserta didik dalam suasana fun learning. Misalnya, belajar matematika di bawah pohon rindang yang besar, belajar bahasa Inggris di dekat kolam ikan, belajar sains di atas rerumputan hijau, belajar bahasa Indonesia di dalam rumah kaca, atau dapat pula I-68

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

belajar yang lainnya di dalam ruangan kelas masing-masing. Peserta didik dapat memilih mata pelajaran mana dulu yang mereka sukai. Sedapat mungkin guru memfasilitasi keinginan belajar siswa ini. Obyek kegiatan kurikuler adalah materi-materi dari mata pelajaran yang diatur sesuai standar kompetensi DikNas. Selebihnya, dikembangkan dengan kurikulum alam yang berbentuk kegiatan khusus. Bidang muatan lokal dan pengembangan diri sarat dengan kegiatan-kegiatan khusus. b.

Kegiatan khusus Kegiatan khusus merupakan kegiatan-kegiatan spesifik yang mengacu pada

kurikulum pengembangan SATD yaitu kurikulum alam. Semaksimal mungkin kegiatan khusus dimasukkan pada kegiatan kurikuler sesuai metoda belajar di alam yang mengutamakan belajar secara virtual, berbasis pengalaman, mendalam, terintegrasi, aplikatif, aktif dan menjadikan alam sebagai sumber belajar sekaligus guru kehidupan. Bidang muatan lokal dan pengembangan diri sarat dengan kegiatan khusus. Untuk memenuhi kebutuhan terhadap aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan sosial dalam konteks pendidikan alam, maka beberapa kegiatan khusus yang bisa dikembangkan di SATD antara lain : a). Kegiatan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup antara lain aplikasi zerowaste, penerapan 4R : Reduce, Recycle¸ Reuse, Repair, eksperimen sederhana tentang lingkungan hidup, gerakan penghijauan, menonton video tentang masalah lingkungan hidup, konservasi lahan dengan penanaman, pengenalan konsep konservasi, implementasi PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup). b). Kegiatan yang berkaitan dengan pertanian antara lain menanam dan belajar berkebun, belajar beternak dan mengenal keanekaragaman ekosistem, pemeliharaan tanaman, pemanfaatan kebun bibit (silvikultur), penambahan koleksi kebun untuk proses pembelajaran keanekaragaman hayati, konservasi flora dan fauna, perbanyakan tanaman untuk melatih life skill. Setiap kelas diberi tanggung jawab memelihara sepetak kebun koleksi dan memelihara kelinci. c). Kegiatan yang berkaitan dengan kepemimpinan, seperti outbound dan camping and tracking, panjat dinding (wall climbing) dan lain-lain. d). Kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan jasmani, antara lain senam, olahraga pertandingan (basket, voli dan futsal), atletik, pencak silat, dan renang. I-69

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

e). Kegiatan yang berkaitan dengan seni dan budaya yaitu pentas seni pekanan yang dihadiri ortu murid untuk menyaksikan anak-anaknya tampil di atas panggung, pameran karya seni anak, dll f).

Kegiatan yang berkaitan dengan kewirausahaan yaitu mengembangkan produk olahan bahan sekitar, mengadakan pameran produk kreasi siswa dalam bentuk market day

g). Kegiatan yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, seperti bakti sosial, kerja bakti lingkungan, partisipasi penghijauan kota, kampanye anti penggundulan hutan, kunjungan-kunjungan sosial, jalan sehat, sarasehan/diskusi dan lain sebagainya. h). Kegiatan yang berkaitan dengan dunia teknologi dan multimedia, seperti komputer/laptop, internet, dan audiovisual. i).

Kegiatan kompetitif, seperti monitoring dan evaluasi, penilaian antar kelas, lomba daur ulang barang bekas, diskusi panel, bidang jurnalistik, lomba mading tentang alam & lingkungan dll.

c.

Kegiatan ekstrakurikuler Sekolah perlu melakukan strategi efektif yang mampu menumbuhkembangkan rasa

cinta bumi. Ekstrakurikuler sebagai salah satu bentuk pengembangan diri yang bertujuan membantu pengembangan potensi peserta didik sesuai dengan potensi, minat dan bakat. Kegiatan ekstrakurikuler dapat menjadi wahana pengembangan pendidikan alam. Kegiatan khusus yang sangat beragam tersebut dapat dikembangkan beberapa diantaranya menjadi kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler antara lain outbound, kepanduan (pramuka), kesenian (lukis dan musik), multimedia dan internet, science club, OSIS, majalah dinding, olahraga, sarasehan/diskusi. Tabel IV.2 Jadwal Kegiatan Kurikuler dan Ekstrakurikuler Siswa SA Tingkat Dasar Jam

SD kelas I-III Jam Kegiatan

06.45-07.00 07.00-07.30 07.30-08.00 08.00-08.30 08.30-09.15 09.15-09.45 09.45-10.15 10.15-10.30 10.30-11.00

Freeplay Jampel 1 Jampel 2 Sholat Dhuha Jampel 3 Jampel 4 Istirahat Jampel 5

Jenjang Pendidikan SD kelas IV-VI Jam Kegiatan Apel Pagi 07.00-07.10 Freeplay 07.10-07.50 Jampel 1 07.50-08.30 Jampel 2 08.30-09.15 Sholat Dhuha 09.15-09.55 09.55-10.35 10.35-10.50 10.55-11.30

I-70

Jampel 3 Jampel 4 Istirahat Jampel 5

SMP kelas VII-IX Jam Kegiatan 07.00-07.45 07.45-08.30 08.30-09.00 09.00-09.45

Jampel 1 Jampel 2 Sholat Dhuha Jampel 3

09.45-10.30 10.30-10.45 10.45-11.30

Jampel 4 Istirahat Jampel 5

____PENDAHULUAN

Implementasi

11.00-11.30 11.30-12.30

Jampel 6

SHOLAT DHUHUR + MAKAN SIANG 12.30-13.10 Jampel 6 12.30-13.15 Jampel 6 13.10-13.50 Jampel 7 13.15-14.00 Jampel 7 13.50-14.30 Jampel 8 14.00-14.45 Jampel 8 14.30-15.30 Ekskul 14.45-15.45 Ekskul 15.30-16.00 Sholat Ashar 15.45-16.00 Sholat Ashar 16.00 Closing Date 16.00 Closing Date Sumber : SAIT di Surakarta, TGA, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,UNS, 2000 12.30-13.30 13.30 13.30-16.00

2.

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Ekskul Closing Date TPA

Kegiatan Pengelolaan

Kegiatan pengelolaan berupa kegiatan administratif seperti koordinasi, melakukan kegiatan perkantoran, kegiatan administrasi, menerima tamu, mengadakan rapat dan lain-lain. 3.

Kegiatan Penunjang

Kegiatan penunjang berupa kegiatan di luar akademik untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan seperti : eksperimen laboratorium IPA, keorganisasian, kegiatan pustaka, bermain, pelayanan kesehatan, jual-beli alat sekolah, fotokopi, berkumpul, ibadah, makan/minum, metabolisme. 4.

Kegiatan Servis

Kegiatan servis adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan operasional bangunan, seperti keamanan, kebersihan, perawatan bangunan, pengelolaan kebun dan ternak, penyimpanan peralatan gudang. R. IDENTIFIKASI PELAKU KEGIATAN Berdasarkan jenis-jenis kegiatan yang telah disebutkan, pelaku kegiatan atau pengguna bangunan dibedakan menjadi : 1.

Peserta Didik

1.

Siswa-siswi SD sebanyak ± 240 anak dengan 12 rombongan belajar @ 20 anak

2.

Siswa-siswi SMP sebanyak ± 240 anak dengan 12 rombongan belajar @ 20 anak.

Jumlah siswa-siswi sebanyak ± 480 anak. 2.

Pengelola Administratif

a.

Kepala Yayasan (1 orang)

b.

Kepala Sekolah (1 orang) dan Wakil Kepala Sekolah SD (1 orang)

c.

Kepala Sekolah (1 orang) dan Wakil Kepala Sekolah SMP (1 orang)

d.

Sekretaris (1 orang)

e.

Bagian Personalia (1 orang)

f.

Tenaga Pendidik, dengan rincian :

I-71

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

1). Guru kelas SD (12 orang). Ada 12 rombongan belajar, @ 1 orang guru kelas. Biasanya guru kelas mengajar Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PPKn. 2). Guru bidang studi SD (10 orang) terdiri atas 2 orang guru seni (musik dan gambar), 1 orang guru ketrampilan, 1 orang guru Bahasa Daerah, 5 orang guru agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha), 1 orang guru Bahasa Inggris dan 2 orang guru komputer. 3). Guru bidang studi SMP (30 orang), 9 orang diantaranya merangkap sebagai guru kelas mengingat terdapat 9 rombongan belajar. 4). Kepala divisi olahraga dan kepemimpinan (1 orang) membawahi bidang outward bound (4 orang), bidang pendidikan jasmani (2 orang), bidang kewirausahaan (4 orang), dan bidang sosial kemasyarakatan (2 orang). Kepala divisi dipilih salah satu dari pembimbing bidang-bidang tersebut. g.

Bagian Tata Usaha, terdiri dari 1 orang kepala TU dan 2 staf

h.

Bagian Konsultan Pendidikan, terdiri dari 1 orang kepala staf dan 2 staf

i.

Bagian Konsultan Psikologi, terdiri dari 1 orang kepala staf dan 2 staf

j.

Bagian Perpustakaan, terdiri dari 1 orang kepala staf dan 2 staf

k.

Bagian Pelayanan Kesehatan (UKS), terdiri dari 2 staf

Jumlah pengelola administratif sebanyak 76 orang. 3.

Pengelola Servis

a.

Penjaga Keamanan (2 orang)

b.

Pekebun (2 orang) dan Peternak (2 orang)

c.

Penjaga Sekolah (2 keluarga, asumsi @ ±4 orang/keluarga) sekaligus membuka kantin sekolah

d.

Teknisi Sekolah (2 orang)

e.

Penjaga minimarket (2 orang)

Jumlah pengelola servis sebanyak 18 orang. 4.

S.

Pengunjung Umum

a.

Orangtua murid

b.

Tamu sekolah, dll

IDENTIFIKASI POLA KEGIATAN MENURUT PELAKU I-72

____PENDAHULUAN

Implementasi

1.

Pola Kegiatan Peserta Didik

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Datang Pulang Parkir Mengambil kendaraan Menunggu jemputan

Upacara/apel Ikrar Anak didik SD Belajar, mengerjakan tugas, kegiatan kurikuler, kegiatan di alam (khusus), kegiatan ekstrakurikuler

Anak didik SMP Belajar, mengerjakan tugas, kegiatan kurikuler, kegiatan di alam (khusus), kegiatan ekstrakurikuler

Istirahat, makan&minum, ibadah/shalat, metabolisme, cek kesehatan, konsultasi psikologi Gambar IV.3 Pola kegiatan peserta didik SATD. Sumber : analisa pribadi, 2009

2.

Pola Kegiatan Pengelola Administratif Datang Pulang Parkir Mengambil kendaraan Absensi Mengurus kegiatan kepustakaan

Memimpin Yayasan, SD dan SMP

Menyiapkan materi, mengajar

Rapat/pertemuan/ menerima tamu

Melayani cek kesehatan

Kegiatan kesekretariatan

Kegiatan ketatausahaan

Melayani bidang SDM

Menyimpan arsip & berkas sementara

Mengurus kurikulum Melayani konseling pendidikan&psikologi

Makan, minum, istirahat, ibadah/sholat, metabolisme

Fotokopi dokumen Seminar/workshop

Gambar IV.4 Pola kegiatan pengelola administratif SATD. Sumber : analisa pribadi, 2009

I-73

____PENDAHULUAN

Implementasi

3.

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Pola Kegiatan Pengelola Servis Datang Pergi Parkir Mengambil kendaraan Absensi

Menjaga keamanan, mengatur perparkiran

Membersihkan interior & lingkungan

Mengajar dan mengurus kebun & ternak

Koordinasi servis, rapat non-formal

Melayani pengunjung kantin&konsumsi rutin

Bertempat tinggal di lingkungan sekolah

Istirahat, metabolisme, makan&minum, ibadah/shalat

Membuka minimarket & melayani

Merawat sistem operasional bangunan

Merawat fisik bangunan

Gambar IV.5 Pola kegiatan pengelola servis. Sumber : analisa pribadi, 2009

4.

Pola Kegiatan Pengunjung

Kegiatan pendidikan

Datang Pergi

rapat/pertemuan, pameran, pelatihan/pengembangan IPTEK, Open House, seminar/workshop

Parkir Mengambil kendaraan Kegiatan penelitian dsb Pameran, pelatihan/pengembangan IPTEK, Open House, mencari informasi pendidikan

Kegiatan kesiswaan Mengantar jemput siswa PG/TK & SD, pertemuan antar guru&orangtua, penerimaan raport, konsultasi pendidikan & psikologi, mencari informasi pendidikan, pameran

Sharing, adaptasi lingkungan Istirahat, makan&minum, ibadah/shalat, metabolisme

Gambar IV.6 Pola kegiatan pengunjung SATD. Sumber : analisa pribadi, 2009

T.

MEDIA BELAJAR DI ALAM Kurikulum spesifik yang dikembangkan oleh SATD menuntut media belajar di alam yang

dapat memenuhi kebutuhan kegiatan belajar-mengajar. SATD dkembangkan menjadi sekolah yang berwawasan lingkungan. Sekolah menjadi laboratorium alam bagi guru dan siswa.

I-74

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Sedekat dan semudah mungkin, guru dan siswa dapat belajar di alam sehingga akrab dengan alam. Media belajar dikategorikan sebagai berikut : 1.

Lingkungan Alami (Natural Environment) Segala sesuatu yang belum diubah dari lokasi tapak menjadi bagian alami dari

lingkungan SATD. Pada umumnya berupa tanah, kontur, bebatuan, jalan setapak, sungai, parit, udara, air, matahari, angin, pepohonan besar dan rindang, tanaman sedang, semaksemak, rerumputan, binatang liar, sawah, alang-alang dan berbagai ekosistem alami yang sudah ada pada tapak dipotensialkan menjadi media belajar di alam. Pemanfaatannya antara lain pohon tinggi, besar, kuat dan rindang menjadi tiang struktur

instalasi outbound, tanah yang subur dapat ditanami menjadi taman, kebun bibit, dan lainlain agar anak dapat belajar menanam, banyaknya pepohonan dan lahan hijau memberi produksi oksigen yang besar untuk menciptakan kualitas udara yang baik pada iklim mikro bagi kesehatan pengguna dan kesegaran lingkungan, dan sebagainya. Lahan terbuka hijau sangat penting untuk mewadahi kegiatan belajar di alam bebas. Ruang belajar di alam bebas dibiarkan secara alami dengan perawatan sederhana agar dapat digunakan untuk alternatif ruang belajar, berkemah, outbound, dynamic group, latihan ketangkasan, keberanian, keseimbangan, flying fox, petualangan mini, tadabur alam, bermain bebas (freeplay), dan mengenal keanekaragaman hayati. 2.

Lingkungan Buatan (Artifisial Environment/Built Environment) Metoda belajar di alam pada SATD mengutamakan belajar secara virtual, berbasis

pengalaman, mendalam, terintegrasi, aplikatif, aktif dan menjadikan alam sebagai sumber belajar sekaligus guru kehidupan. Mengembangkan SATD menjadi sekolah yang berwawasan lingkungan sekaligus laboratorium alam menuntut konsekuensi tuntutan model ekosistem artifisial dalam rangka menghadirkan alam sebagai media belajar. Model lingkungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan belajar-mengajar di SATD. a.

Model ekofarming Bidang pertanian sangat menonjol di Indonesia. Corak agraris sangat kuat di Solo

Raya. Every culture comes from agriculture atau segala kebudayaan dimulai dari pertanian. Dengan belajar menanam, siswa akan belajar mencintai tanaman dan peduli dengan lingkungan alam. Semakin peduli berarti semakin akrab dengan alam. Model alam yang akan dikembangkan adalah model ekofarming yang diskemakan sebagai berikut:

I-75

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Elemen

Produk silvikultur (kayu bakar, kayu, buah-buahan)

yang dikembangkan:

Irigasi pohon Pupuk hijau

ekofarming  Kebun-kebun

Jerambah pengendalian erosi (dengan rumput makanan ternak)

Perlindungan tanah

Perbaikan kesuburan tanah

Integrasi peternakan

budidaya  Kolam irigasi  Peternakan  Tempat

pengolahan

kompos Pemupukan mineral Tumpang sari, tanaman pelindung Tanaman budidaya

Pemupukan organik (kompos & kotoran ternak)

 Lumbung

Pemberian makan Gambar IV.7 Model integrasi usaha-usaha di kandang dalam sistem ekofarming. Sumber : Ekologi, Juergen H. Produksi Hohnholz, Yayasan Obor ternak Indonesia, Jakarta, 1988

Pertanian sangat beragam. Tak hanya berhubungan dengan padi di sawah saja, melainkan juga banyak tanaman budidaya lainnya. Teknologi pertanian masa kini cenderung kembali pada pertanian organik. Jenis teknologi budidaya pertanian lain yang bisa dikembangkan untuk media belajar di alam pada SATD, antara lain : 1). Pertanian Rumah Kaca (PRK) Sistem PRK mempunyai beberapa keuntungan diantaranya mudah dalam mengendalikan hama dan penyakit, meningkatkan produksi dan mutu produk yang dihasilkan. Jenis tanaman yang cocok untuk PRK biasanya adalah : 

Tanaman yang mempunyai siklus hidup pendek, seperti : melon, semangka dan sayuran.



Penanaman bibit pohon tanaman keras yang siklus hidupnya panjang seperti kayu jati, sengon dan pohon untuk hutan tanaman industri. Di Indonesia, rumah kaca berfungsi untuk mengendalikan musim terutama dari

curah hujan tinggi. Agar tanaman lebih beragam, rumah kaca dapat ditanami berbagai tanaman baik dataran tinggi, sedang maupun rendah. 2). Vertikultur Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris yaitu vertical dan culture. Artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertical atau bertingkat. Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani atau perorangan sebagai

I-76

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

alternatif pertanian di lahan sempit, namun ingin menanam tanaman sebanyakbanyaknya. Tanaman yang bisa dibudidayakan dengan sistem ini yaitu tanaman sayuran, tanaman hias, tanaman buah-buahan, tanaman obat dan tanaman pangan. Sawah atau kebun mini dapat juga diciptakan dengan sistem ini. Model dan bahan untuk membuat wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Vertikultur dengan bahan bambu sangat dominan. Selain bambu, dapat juga digunakan pralon, kaleng bekas, dan lembaran karung beras. Wadah tanam vertikultur dapat juga memanfaatkan sisa-sisa bahan bangunan. Salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di lingkungan sekitar. 3). Padi alternatif Sawah mini dapat dibuat dengan teknologi sederhana yang mudah dibuat oleh anakanak yaitu mengaplikasikan padi ember. Jenis teknologi penunjang budidaya pertanian yang bisa dikembangkan untuk media belajar di alam pada SATD, antara lain : 1). Pengolahan pupuk organik Pupuk organik berasal dari sampah organik. Selain untuk menunjang budidaya pertanian, juga bertujuan agar kuantitas sampah tidak terlalu membebani lingkungan. 2). Tadah hujan Air hujan yang melimpah di iklim tropis lembab dapat dipanen pada musim hujan untuk menyiram tanaman ketika musim kemarau. Air hujan berlebih yang masuk sumur resapan dapat mencegah hilangnya lapisan humus tanah dan mencegah erosi. b.

Model ekosistem peternakan

Peternakan yang memungkinkan untuk dikembangkan, antara lain : 1). Kelinci 2). Sapi dan kambing dipelihara oleh peternak 3). Ayam dan burung dipelihara oleh peternak 4). Ikan, dapat berupa kolam ikan atau akuarium. c.

Model aplikasi berwawasan lingkungan

Aplikasi-aplikasi berwawasan lingkungan merupakan penunjang media belajar di alam. Anak-anak dapat mengembangkan inovasi atau menciptakan inovasi baru tentang aplikasi

I-77

____PENDAHULUAN

Implementasi

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

berwawasan lingkungan sebagai karya nyata belajar di alam. Beberapa aplikasi berwawasan lingkungan yang dapat dikembangkan, antara lain : 1). Kolam taman air limbah53 Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola grey water menjadi kolam ikan dan taman eceng gondok. Selengkapnya dijelaskan pada bab berikutnya yaitu Bab V Analisis. 2). Mengenal teknologi biopori Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola air hujan yang banyak keuntungannya yaitu mencegah banjir pada lingkungan SATD, menyuburkan tanah dan meningkatkan resapan air. Selengkapnya dijelaskan pada bab berikutnya yaitu Bab V Analisis. 3). Ecotech garden Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola grey water dengan cara memanfaatkan tanaman hias air sehingga menghilangkan efek bau grey water. 4). Keranjang Takakura dan Pos Kompos Merupakan model aplikasi ramah lingkungan untuk mengelola sampah organik menjadi pupuk yang berguna bagi tanaman koleksi SATD.

Gambar IV.8 Model-model aplikasi ramah lingkungan Ki-ka: kolam taman air limbah, lubang biopori, pos kompos, keranjang kompos takakura, ecotech garden. Sumber : www.clearwaste.blogspot.com, www.biopori.com, tabloid Rumah edisi Maret 2009

Dengan melihat dan terlibat langsung cara kerja dari teknologi ini, anak-anak SATD dapat menerapkannya di lingkungan masing-masing. Model aplikasi ini menjadi bagian operasional bangunan SATD sehingga anak-anak SATD benar-benar dapat memahami kinerja dan manfaatnya secara langsung. 3. a.

Media Belajar Lainnya Audio

Mendengarkan cerita, syair, puisi, musik/nyanyian, bertema alam atau lingkungan hidup.

Oleh Sobirin, Kolam Taman Air Limbah Cucian Piring, edisi Selasa, 4 November 2008, yang diambil dari www.clearwaste.blogspot.com 53

I-78

____PENDAHULUAN

Implementasi

b.

GREEN ARCHITECTURE pada Sekolah Alam Tingkat Dasar di Solo Raya

Visual

Media lukis, origami, kriya seni, kerajinan tangan, maket, karya ilmiah, replika, yang berkaitan

dengan alam atau lingkungan hidup. c.

Audiovisual

Melihat video, film dokumenter, internet, teater, tarian, yang berkaitan dengan alam atau lingkungan hidup. U. TUNTUTAN WADAH KEGIATAN SATD 1.

Ruang Belajar Dinamis, Fleksibel Dan Luas Proses pendidikan alam diberikan melalui metoda pembelajaran yang mengutamakan

belajar secara virtual, berbasis pengalaman, mendalam, terintegrasi, aplikatif, aktif dan menjadikan alam sebagai sumber belajar sekaligus guru kehidupan. SATD membutuhkan ruang-ruang belajar yang dinamis, fleksibel dan luas. Belajar terintegrasi menuntut kegiatan di dalam kelas dan di alam bebas secara terintegrasi pula. 2.

Kemudahan Berinteraksi Alam dimodifikasi dan ditata sedemikian rupa sehingga dapat memberi kebebasan

kepada anak-anak untuk dapat berinteraksi dengan alam sesering mungkin, sedekat mungkin dan semudah mungkin, mulai pada saat datang ke sekolah hingga pulang. Kemudahan interaksi didukung oleh kelancaran sirkulasi yang memudahkan akses pencapaian laboratorium alam. 3.

Built Environment SATD menghadirkan alam ke dalam lingkungan sekolah yang dapat dikelola oleh para

peserta didik dan fasilitator. Alam menjadi ruang belajar sekaligus media belajar. Kegiatan belajar SATD mengacu pada kurikulum alam yang sarat dengan kegiatan spesifik di alam maupun ekosistem buatan. Ekosistem alami dikembangkan sesuai potensi. Ekosistem buatan diwujudkan dalam model ekosistem artifisial. 4.

Pendidikan melalui desain Pendidikan melalui desain di SATD diharapkan sangat membantu proses belajar di

alam secara nyata dan aplikatif. Bangunan beserta lansekapnya dikondisikan untuk ramah lingkungan (berwawasan lingkungan), beriklim mikro yang baik untuk kesehatan, hemat energi, berkelanjutan, peduli pada perlindungan ekosistem dan bermakna luas sebagai alat edukasi bagi anak-anak SATD.

I-79

____PENDAHULUAN

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF